Anda di halaman 1dari 11

PENDAHULUAN

Kornea adalah selaput bening mata, tembus cahaya dan merupakan lapisan yang menutup bola mata bagian depan. Kornea terdiri dari epitel, membran bowman, stroma, membran descement, dan endotel. Pembiasan terkuat dilakukan oleh kornea, dimana 40 dari 50 dioptri pembiasan sinar masuk kornea dilakukan oleh kornea.1 Ulkus kornea adalah keadaan patologik pada kornea yang ditandai dengan adanya infiltrat supuratif disertai defek kornea bergaung dan diskontinuitas jaringan yang terjadi dari epitel sampai stroma. Ulkus ini menunjukkan gambaran hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan tersebut. 2,3 Terbentuknya ulkus kornea berhubungan erat dengan ditemukannya kolagenase yang dibentuk oleh sel epitel baru dan sel radang. Keadaan tersebut terjadi akibat erosi non penetrasi pada kornea dan terbatas pada lapisan terluar kornea yang merupakan area tembus cahaya pada bagian anterior bola mata.3,4,5 Insiden ulkus kornea di Indonesia pada tahun 1993 adalah 5,3/100.000 penduduk, dan predisposisi terjadinya ulkus kornea adalah karena trauma, pemakaian lensa kontak, dan kadang-kadang tidak diketahui.2 Penyebab terjadinya ulkus kornea adalah infeksi HSV, luka abrasif, penggunaan lensa kontak, penggunaan kronik steroid topikal, infeksi virus varicella zoster, infeksi bakterial (stafilokokusus sp, pseudomonas aeruginosa, streptokous pneumonia, dan Moraxella), dan infeksi fungi (candida, fussarium, penicillium, dan cephalosporium sp).4,5,6,7 Ulkus kornea dapat terjadi akibat rusaknya permukaan kornea yang disebabkan faktor-faktor di atas. Ulkus yang terbentuk bisa steril (tanpa infeksi) atau disertai dengan infeksi. Kadang-kadang pada kornea ditemukan adanya infiltrate yang terjadi akibat respon imun yang menyebabkan akumulasi sel atau cairan.8

Perjalanan penyakit ulkus kornea dapat bersifat progresif, regresif atau membentuk jaringan parut. Pada proses ulkus kornea yang progresif dapat dilihat infiltrasi sel leukosit dan limfosit yang memfaositosis bakteri atau jaringan nekritik yang terbentuk. Pada pembentukan jaringan parut akan ditemukan epitel baru, jaringan kolagen baru dan fibroblast.3 Gejala yang ditimbulkan ulkus kornea berupa mata merah, nyeri disekitar mata, fotofobia, penurunan penglihatan, dan kadang kotor. Ulkus kornea akan memberikan kekeruhan berwarna putih pada kornea dengan defek epitel yang bila diberi pewarnaan fluoresin akan berwarna hijau ditengahnya. Gejala yang menyertai adalah terdapat penipisan kornea, lipatan descement, dan reaksi jaringan uvea (hipopion, hifema, sinekia posterior), injeksi konjungtiva dan injeksi siliar.1,3,7,10 Diagnosis ulkus kornea dapat ditegakkan dengan pemeriksaan klinis yang baik dibantu dengan pemeriksaan slit lamp, biomikroskopi, sedangkan penyebabnya ditegakkan berdasarkan pemeriksaaan mikrobiologi dengan pewarnaan gram dan kultur.2,3 Ulkus kornea dapat diklasifikasikan dalam dua kelompok, yaitu : 1) ulkus kornea sentral ; disebabkan oleh reaksi toksik, alergi, autoimun, dan infeksi, 2) ulkus kornea marginal ; merupakan peradangan kornea bagian perifer yang sebagian besar disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas.3 Pengobatan pada ulkus kornea bertujuan menghalangi pertumbuhan bakteri dengan antibiotika, dan mengurangi reaksi radang dengan steroid. 9 secara umum ulkus diobati sebagi berikut : tidak boleh dibebat, sekret yang terbentuk dibersihkan 4 kali sehari, diperhatikan terjadinya glaukoma sekunder, debridement, dan diberikan antibiotika yang sesuai dengan kausa.1 Prognosis ulkus kornea tergantung pada tingkat keparahan, cepat lambatnya mendapat pertolongan, jenis penyebab, dan ada tidaknya komplikasi.2

LAPORAN KASUS
Identitas Seorang penderita laki-laki, berumur 73 tahun, suku Minahasa, bangsa Indonesia, agama Kristen protestan, alamat Patokoan Mapanget, datang berobat ke Poliklinik Mata RS. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado, pada hari Kamis, 2 Maret 2006 dengan keluhan utama mata kiri kabur. Anamnesis Mata kiri kabur dialami penderita sejak 1 bulan yang lalu. Sebelumnya mata kiri penderita pernah tertusuk duri 1 bulan yang lalu. Setelah tertusuk duri, mata kiri penderita menjadi kabur dan tarasa nyeri. Nyeri pada mata kiri dirasakan semakin hebat sejak 1 minggu yang lalu. Penderita pernah berobat di Puskesmas dan diberi obat tetes mata (antibiotik), tapi keluhan tidak berkurang. Riwayat penyakit dahulu seperti diabetes, hipertensi tidak ada. Riwayat alergi obat tidak ada. Penderita baru kali ini mendapat sakit seperti ini dan dalam keluarga hanya penderita yang sakit seperti ini. Pemeriksaan Fisik Status Generalis Keadaan umum Kesadaran Tekanan darah Nadi Respirasi Suhu badan : Cukup : Kompos Mentis : 120/80 mmHg : 80 x/mnt : 20 x/mnt : 36,9oC

Kepala dan Leher : Tidak ada kelainan Paru dan jantung : Dalam batas normal Abdomen : Dalam batas normal

Ekstremitas Status Psikiatrik

: Akral hangat

Penderita kooperatif. Sikap dan ekspresi penderita baik (wajar). Status Neurologik Motorik dan sensibilitas baik, refleks fisiologis (+), refleks patologis (-). Pemeriksaan Khusus (Status Oftalmikus) Pemeriksaan subjektif, dengan optotipe snellen didapatkan : Visus Okulus Dextra 6/60 Visus Okulus Sinistra 1/300 Pemeriksaan objektif Inspeksi OD : segmen anterior dalam batas normal, lensa agak keruh Inspeksi OS (slit lamp biomicroscopy): kornea keruh, penipisan kornea (+), injeksi siliar (+), injeksi konjungtiva (+), dan Chamber Oculi Anterior (COA) (+) papil sukar nondan dievaluasi, tes fluoresens (+) (ulkus non perforata).. Pemeriksaan funduskopi OD : refleks uniform., fundus retina,

makula dalam batas normal Pemeriksaan funduskopi OS : refleks fundus (-), retina, papil, dan makula sukar dievaluasi. Diagnosis Ulkus kornea OS + Katarak senilis stadium imatur OD Resume Seorang penderita laki-laki, berumur 73 tahun, suku Minahasa, bangsa Indonesia, agama Kristen protestan, alamat Patokoan Mapanget, datang berobat ke Poliklinik Mata RS. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado, pada hari Kamis, 2 Maret

2006 dengan keluhan utama mata kiri kabur sejak 1 bulan yang lalu. Penderita pernah tertusuk duri 1 bulan yang lalu. Nyeri paa mata kiri (+). Dari pemeriksaan subjektif didapatkan VOD 6/60, dan VOS 1/300. Pemeriksaan objektif dengan slit lamp biomicroscopy, OS terlihat kornea keruh, penipisan kornea (+), tes fluorosens (+) (ulkus non perforata), injeksi siliar (+), injeksi konjungtiva (+). Funduskopi OS didapatkan refleks fundus (-), retina, makula, dan papil sukar dievaluasi Diagnosis Ulkus kornea OS + KSSI OD Terapi Fluoroquinolon ED 3 x 1 gtt OS Natamycin ED 3x1 gtt OS Ciprofloxacin 2x500 mg Asam mefenamat 3x500 mg Vitamin C 3x50 tab Sulfas atropin 3x1 gtt OS

Prognosis Dubia

FOLLOW UP
3 Maret 2006 S: O: nyeri (-) status oftalmologi: OD: dbn OS: kornea keruh, ulkus (+), COA sde, Visus 1/300 A: P: ulkus kornea OS Terapi lain lanjut Metilprednisolon 3x1 tab 4 Maret 2006 S: O: nyeri (-) status oftalmologi: OD: dbn OS: kornea keruh, ulkus (+), COA sde, visus 1/300 A: ulkus kornea OS P: Fluoroquinolon ED 3 x 1 gtt OS Natamycin ED 3x1 gtt OS Ciprofloxacin 2x500 mg Asam mefenamat 3x500 mg Vitamin C 3x50 tab Sulfas atropin 3x1 gtt OS Metilprednisolon 3 x 1 tab 6,7,8 Maret 2006 S: O: nyeri (-) status oftalmologi: OD: dbn OS: kornea keruh, ulkus (+), COA sde, visus 1/300 A: ulkus kornea OS

P:

Fluoroquinolon ED 3 x 1 gtt OS

Natamycin ED 3x1 gtt OS Ciprofloxacin 2x500 mg Asam mefenamat 3x500 mg Vitamin C 3x50 tab Sulfas atropin 3x1 gtt OS Metilprednisolon 3 x 1 tab 9 Maret 2006 S: O: (-) status oftalmologi: OD: dbn OS: kornea keruh, ulkus (+), COA sde, visus 1/300 A: P: ulkus kornea OS lanjut

10 Maret 2006 S: O: (-) status oftalmologi: OD: dbn OS: kornea keruh, ulkus (+), COA sde, visus 1/300 A: P: Ulkus kornea OS Pasien rawat jalan Terapi lain lanjut Anjuran: kontrol tiap 3 hari

DISKUSI
Diagnosis ulkus kornea pada kasus ini ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan oftalmikus. Dari anamnesis didapatkan adanya keluhan mata kiri kabur sejak 1 bulan yang lalu. Sebelum penglihatan mata kiri menjadi kabur, penderita pernah tertusuk duri pada mata kirinya. Penderita juga merasakan nyeri pada mata kirinya yang dirasakan semakin hebat sejak 1 minggu yang lalu. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyebutkan bahwa salah satu gejala yang ditimbulkan oleh ulkus kornea adalah penurunan tajam penglihatan. Penurunan tajam penglihatn ini diakibatkan oleh adanya infiltrat supuratif yang disertai denag defek bergaung dan diskontinuitas jaringan yang terjadi dari epitel sampai stroma. Diagnosis ini diperkuat oleh anamnesis selanjutnya, dimana ternyata mata kiri penderita pernah mendapat trauma, yaitu tertusuk duri. Kepustakaan menyebutkan bahwa salah satu faktor predisposisi terjadinya ulkus kornea adalah adanya riwayat trauma. Adanya trauma ini, walaupun hanya kecil, dapat memudahkan invasi bakteri yang menyebabkan terjadi infeksi sehingga terbentuk ulkus kornea. Pada pemeriksaan subjektif dengan snellen card, didapatkanVOD 6/10 dan VOS 1/300. Hasil pemeriksaan ini menunjukkan bahwa penurunan tajam penglihatan yang dilami penderita sudah cukup berat. Hal ini disebabkan karena terhalangnya cahaya yang masuk ke mata akibat adanya kekeruhan pada kornea mata kiri penderita. Pada pemeriksaan objektif OS ditemukan kornea keruh, adanya keratektasi, ulkus non perforata, injeksi siliar dan injeksi konjungtiva. Sedangkan COA, retina,papil dan makula sukar dievaluasi. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyebutkan bahwa gejala-gejala yang ditimbulkan ulkus kornea adalah adanya kekeruhan pada kornea, injeksi siliar dan injeksi konjungtiva. Kekeruhan pada kornea ini menyebabkan COA, retina, papil, dan makula sukar dievaluasi.

Penanganan pada penderita ini yaitu dengan pemberian gentamicin, floxxa ED, natacen ED, ciprofloxacin, asam mefenamat, vitamin C, dan sulfas atropin. Hal ini sesuai dengan kepustakaan, dimana untuk penanganan ulkus kornea diberikan obat-obat siklopegik, antibiotika dan steroid. Pemberian antibiotika bertujuan untuk menghalangi hidupnya bakteri, sedangkan steroid diberikan untuk mengurangi reaksi radang. Analgetika diberikan untuk mengurangi nyeri. Terapi antibiotika pada ulkus kornea diberikan sesuai kausanya. Untuk itu perlu dilakukan pemeriksaan kultur agar dapat diketahui secara spesifik kausa dari ulkus kornea ini sehingga dapat diberikan pengobatan yang tepat. Pada penderita ini terapi antibiotika dilakukan sebelum pemeriksaan kultur, karena pemeriksaan kultur memerlukan waktu yang lama. Penderita langsung diberikan terapi antibiotika berspektrum lua untuk menghalangi hidupnya bakteri. Komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh ulkus kornea berupa desmatokel, perforasi, endoftalmitis, dan kebutaan. Komplikasi ini dapat timbul jika ulkus kornea luas. Ulkus kornea yang sembuh menimbulkan kekeruhan pada kornea dan merupakan penyebab kebutaan nomor 2 di Indonesia. Prognosis penyembuhan ulkus pada penderita ini baik, karena dengan terapi yang adekuat suatu ulkus kornea dapat disembuhkan. Akan tetapi, penderita harus tetap dievaluasi secara berkala untuk melihat perkembangan proses penyembuhan ulkus kornea ini, juga untuk melihat ada tidaknya komplikasi yang timbul sehingga dapat dilakukan penanganan terhadap komplikasi yang timbul. Biasanya proses penyembuhan ulkus kornea membutuhkan waktu yang cukup lama, oleh karena itu perlu diperhatikan ketaatan penderita dalam pengguanaan obat. Untuk pemulihan tajam penglihatan yang terkena ulkus kornea prognosisnya buruk, karena berdasarkan kepustakaan ulkus yang sembuh akan menimbulkan kekeruhan pada kornea, dalam hal ini sikatriks yang menggangu penglihatan. Untuk penanganan sikatriks ini perlu dilakukan pembedahan atau keratoplasti.

PENUTUP

Ulkus kornea adalah keadaan patologik pada kornea yang ditandai dengan adanya infiltrat supuratif disertai defek kornea bergaung dan diskontinuitas jaringan yang terjadi dari epitel sampai stroma. Ulkus ini menunjukkan gambaran hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan tersebut. 1,2 Demikian telah dilaporkan suatu laporan kasus dengan judul Ulkus Kornea OS, dari seorang penderita laki-laki, berusia 73 tahun, yang datang berobat ke Poliklinik Mata RS. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Diagnosis ulkus kornea pada kasus ini ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan status oftalmikus. Prognosis penyembuhan ulkus pada penderita ini baik, tetapi perlu dilakukan evaluasi secara berkala untuk melihat perkembangan proses penyembuhan.

10

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas S, Tukak (ulkus) kornea, dalam Ilmu penyakit mata, cetakan kelima ; FKUI ; Jakarta ; 2001 ; 164-7. 2. Suhardjo, Widodo F, Dewi UM, Tingkat keparahan ulkus kornea di RS Dr. Sardjito sebagai tempat pelayanan mata tertier, available from : http://www.tempo.co.id/medika/online/tmp.online.old/art-1.htm. 3. Ilyas S, Tukak (ulkus) kornea, dalam ilmu penyakit mata edisi ke-3 ; Jakarta ; FKUI ; 2004 ; 159-61. 4. Cornea ulcers and infection, medline plus medical encyclopedia, available from : http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001032.htm. 5. Cornea ulcers, available from : http://www.eyeqcenter.com/index.cfm/conditions/cornealulcers.htm 6. Gribsy WS, Corneal ulceration and ulcerative keratitis, available from : http://www.emedicine.com/EMERG/topic 115.htm 7. Corneal ulcer, available from : http://www.merck.com/mrkshared/mmanual/section8/chapter96/96b.jsp 8. Corneal ulcer, available from : http://www.stlukeseye.com/Conditions/CornealUlcer.asp 9. Runde M, Rapuano C, 36 year oldman with readness, discharge and blurred vision in the left eye, digital journal of ophtalmology, available from : http://www.djo.harvard.edu/print.php?url=/[hysicians/gr/341&print=1 10. Purwadianto A, Sampurna B, Kedaruratan mata, dalam kedaruratan medik edisi revisi ; jakarta ; Penerbit Bina rupa aksara ; 2000 ; 178-80.

11

Anda mungkin juga menyukai