Anda di halaman 1dari 9

Denis Diderot

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Belum Diperiksa Langsung ke: navigasi, cari

Denis Diderot Denis Diderot (lahir 5 Oktober 1713 meninggal 31 Juli 1784 pada umur 70 tahun) berasal dari Perancis. Ia merupakan seorang penulis dan filsuf pada abad 18 dan dianggap sebagai salah satu pemimpin pencerahan di Perancis.[1][2] Sumbangan terbesarnya adalah dalam bidang Ensiklopedi, hingga dia diberikan juluki sebagai Bapak Ensiklopedi di Perancis.[3] Hal ini dilakukannya bersama beberapa penulispenulis di sekitarnya untuk menyumbangkan pemikiran-pemikiran di bidang sosial, politik, ekonomi, filsafat, industri dalam bahasa yang sederhana dan jelas agar dapat dibaca oleh masyarakat luas dalam kemajemukan berpikir.[3][2] Denis Diderot (born October 5, 1713 - died July 31, 1784 at the age of 70 years) came from France. He is a writer and philosopher of the 18th century and is regarded as one of the leaders in the French enlightenment. [1] [2] is the greatest contribution in the field Encyclopedia, until he was given dubbed as the Father of the Encyclopedia in France. [3] This was done with some surrounding writers to contribute ideas in the social, political, economic, philosophical, industry in simple and clear language that can be read by the public in diversity thinking. [3] [2]

Riwayat Hidup
Ia lahir di Langres, Champagne, Perancis pada tahun 1713.[1] Ayahnya adalah seorang pengrajin dan pedagang alat potong.[2] Diderot adalah seorang siswa yang cerdas di

Kolese Jesuit.[2]Dia berangkat dari kota kelahirannya ke Paris dalam usia mudanya 19 tahun.[4] Kehidupannya sangat jauh dari mapan, menjadi penerjemah dari bahasa Inggris.[4] Pada tahun 1747 dia bertemu banyak pemikir dan menjadi editor Ensiklopedi.[4] Sejak saat itulah dia telah menunjukkan reputasinya dalam keberaniannya secara orisinil.[4] Apalagi setelah dia diijinkan untuk memiliki fasilitas dalam belajar, ambisinya bangkit untuk mencari pengetahuan.[2] Bidang pelajaran yang dia minati adalah matematika, ilmu-ilmu Yunani (filsafat), bahasa Itali, Bahasa Inggris.[2] Diderot menikah secara diam-diam dan mendapatkan anak-anak yang semuanya meninggal, kecuali anak perempuannya, Angelique, yang hidup abadi dalam ingatannya dan menjadikannya sebagai ayah yang berbeda.[2] Denis Diderot terutama dikenal akan karyanya yang terakhir ini yang merupakan prototipe ensiklopedia modern dan Philosophiques Pensees dalam tahun yang sama, 1746.[1] Di sinilah percakapannya dengan d,Alembert yang tekenal itu ditulis.[2] Kemudian dari sini pula Diderot mendapatkan pekerjaan sampai tahun 1772.[2] 1749, Pada waktu Ensiklopedinya siap dicetak, dia mempersiapkan sebuah tulisan Surat pada yang buta.[2] Dalam tulisan itu dia menanyakan eksistensi dari tujuan atau desain dalam universalitas.[2] Dikarenakan hal itu dia harus menikmati masa-masa tidak nyaman di penjara, apalagi setelah dia diketahui sebagai seorang ateis.[2] Dari sini juga Diderot dikenal sebagai pemikir aliran [[materialisme].[2] Tahun 1751 dia menerbitkan tulisannya dalam Surat untuk yang bisu dan tuli, masih sama dengan sebelumnya, dia mengkritik tentang pelarian dari penderitaan.[2] Tahun 1754 tulisannya bertajuk Pensees sur l'interpretation de la nature terbit sebgai bukti dukungannya terhadap teori evolusi.[2] Setelah Ensiklopedi yang dia terbitkan tahun 1759, dia banyak menghasilkan karyakarya dengan berbagai genre, termasuk dalam hal dialog (seperti skenario) ataupun catatan-catatan tentang wawancara dengannya.[2] Hingga pada tahun 1782 tentang sebuah eulogi tentang kebaikan Stoa.[2] Diderot dikenal sebagai penulis cerpen yang berdaya cipta tinggi, dialog dan novelis, pioner dalam kritik seni, dekat dengan para siswanya dalam pemikiran, peneliti yang canggih, seorang yang rajin, editor yang tekun, dan handal dalam biologi serta metafisika.[4] Ia meninggal di Paris dan dimakamkan di Gereja Saint-Roch.[2] Enam tahun setelah Rousseau dan Voltaire yang mempunyai hubungan erat dalam abad pencerahan.[2]

He was born in Langres, Champagne, France in 1713. [1] His father was a craftsman and merchant cutting tool. [2] Diderot was a smart student at Jesuit College. [2] He departed from his hometown to Paris in his youth 19 years. [4] His life was very far from established, a translator from English. [4] In 1747 he met many thinkers and became editor of the Encyclopedia. [4] Since then he has shown his reputation for bravery in the original. [4 ] Especially after he was allowed to have a facility in

learning, ambition to rise to seek knowledge. [2] that he is interested in teaching field is mathematics, Greek sciences (philosophy), Italian, English. [2] Diderot secretly married and get children who all died, except daughter, Angelique, which is eternal life in his memory and make it as a different father. [2] Denis Diderot primarily known for his work past the prototype of the modern encyclopedia and Philosophiques Pensees in the same year, 1746. [1] This is where his conversation with d, which tekenal Alembert was written. [2] Then from here anyway Diderot get a job until in 1772. [2] 1749, At the time of going to print encyclopedia, he prepared a letter writing on the blind. [2] In it he asks the existence of the universality of purpose or design. [2] Because of this he had enjoyed periods of discomfort in prison, especially after he was known as an atheist. [2] From Diderot is also known as a thinker flow [[materialism]. [2] In 1751 he published his writing in a letter to the deaf and dumb, is still the same as before, he was criticized about the escape from suffering. [2] In 1754 his writings titled Pensees sur l'interpretation de la nature sebgai published evidence to support the theory of evolution. [2 ] After the Encyclopedia which he was released in 1759, he produced many works in a variety of genres, including in terms of dialogue (like scenario) or notes of interviews with him. [2] As in 1782 about a eulogy about Stoic virtue. [2 ] Diderot is known as a short story writer whose creative high, dialogue and novelist, a pioneer in art criticism, close with the students in mind, researchers are advanced, he was industrious, diligent editor, and reliable in biology and metaphysics. [4] He died in Paris and was buried in the Church of Saint-Roch. [2] Six years after Rousseau and Voltaire who have strong relationships in the age of enlightenment. [2]

Pemikiran
Pertama kali dia adalah pembela teisme, namun kemudian dia berubah aliran kepada panteisme.[1] Hal ini disebabkan karena pengalamannya dalam menganalisa atomatom dan bahkan benda-benda non organik yang sangat sarat dengan perasaaan.[1] Selain itu, juga mengembangkan organisme.[1] Bagi dia, teleologi harus memberikan jalan untuk mendeskprisikan sains.[1]

Perasaan Moral[5]

Dari mana datangnya perasaan moral? Diderot memulai dari diri masing-masing orang, di mana dia berefleksi dalam dirinya sendiri, sebuah [proses]] alamiah untuk menyetujui sikap-sikap tertentu, konsekuensi atasnya namun tidak melihat qualitas dari sisi alasan dan perasaan lain dari dirinya.[5] Inilah yang disebut insting.[5]Insting ini tidak berhubungan dengan organ tubuh.[5] Ini adalah ranah "ke[jiwa]]an" itu sendiri sebagaimana kekuatan kita dalam menghakimi dan beralasan.[5] Alasan hanya sebuah bentuk kekuatan dari akhir pertimbangan dari persepsi atau kehendak.[5] Dengan perasaan manusia menikmati kebahagiaan, cinta itu sendiri tanpa alasan.[5] Alasan hanya salah satu petunjuk kepada beberapa arti; atau membandingkan dua akhir sebelumnya yang dipengaruhi oleh kekuatan lain yang muncul dengan spontan.[5] thought The first time he was a defender of theism, but then he changed the flow to

pantheism. [1] This is because of his experience in analyzing atoms and even nonorganic objects that are heavily laden with feelings. [1] In addition, it is also developing organism . [1] for him, teleology must give way to mendeskprisikan science. [1] Feelings of Moral [5] Where did this sense of morality? Diderot start of each person's self, where he is reflecting in itself, a [process]] natural to approve certain attitudes, the consequences of it but did not see the quality of the side of reason and feelings of others than himself. [5] This is what called instinct. [5] instinct is not associated with an organ. [5] this is the realm of "all [the soul]] an" itself as our strength in judgment and reason. [5] the reason is only a form of power of final consideration of perception or volition. [5] in humans enjoy the feeling of happiness, love itself without any reason. [5] the reason only one of the few clues to the meaning, or compare two previous final which is influenced by other forces that emerge spontaneously. [5]

Ensiklopedia
Kata Ensiklopedi berarti kesinambungan dari semua ilmu pengetahuan; tersusun dari bahasa Yunani dari yang artinya "di dalam" dan anrtinya lingkaran serta "" yang artinya instruksi, ilmu atau pengetahuan.[4] Jari Ensiklopedia adalah lingkaran atau kumpulan ilmu pengetahuan di dalamnya atau kumpulan yang di dalamnya berisi pengetahuan.[4] Tugas penyusun Ensiklopedi adalah mengumpulkan garis-garis besar ilmu pengetahuan yang ada di muka bumi secara umum, dan mewariskannya pada orang-orang yang hidup setelahnya sebagai peninggalan.[4] Tujuan utama adalah memberikan informasi pendidikan, memberbaiki generasi selanjutnya dengan warisan pikiran, atau mengabadikan sesuatu agar sesutu yang pernah dipikirkan tidak hilang dalam etnis manusia.[4] Contoh yang paling nyata adalah pemberian nama-nama pada setiap spesies hewan maupun tumbuhan yang ada atau pernah ada di muka bumi.[4] Manusia juga memberikan nama marga agar dikenal oleh generasi selanjutnya.[4] Diderot dianggap sabagai perangkum pemikiran orangorang pada abad pencerahan dan sebelumnya.[4] Menyusun Ensiklopedi bukan hal mudah, menyita lebih banyak konsentrasi dibanding menemukan sesuatu dalam kondisi yang kecut.[4] Dalam penyusunannya membutuhkan pengujian, debat, investigasi tanpa kecuali dan tanpa melibatkan perasaan seseorang.[4] Menuyusun Ensiklopedia membutuhkan data di lapangan sehingga dapat memberikan isi (informasi) yang umum, yang tidak terkontaminasi oleh keperluan terselubung.[4] Dengan Ensiklopedi, Diderot mengharapkan masyarakat sadar akan kondisi bangsanya yang sedang kehilangan tujuannya.[4] Akhirnya, Ensiklopeia dapat menjadi sumber pemikiran yang bisa dipertanggungjawabkan isinya dari segi oyektivitas.[4]

Sir Francis Bacon, Viscount St Alban pertama (lahir 22 Januari 1561, wafat 9 April 1626) adalah seorang filsuf, negarawan dan penulis Inggris. Ia dikenal sebagai pencetus pemikiran empirisme yang mendasari sains hingga saat ini.[1] Tulisan dan pemikirannya mempengaruhi metodologi sains yang menitikberatkan pada eksperimen yang dikenal juga sebagai "Metode Bacon". Francis Bacon dianugerahi gelar ksatria (Sir) pada tahun 1603, diangkat menjadi Baron Verulam pada tahun 1618, dan menjadi Viscount St. Alban pada tahun 1621. Di masa akhir hidupnya, Bacon melakukan suatu percobaan untuk mengawetkan makanan dengan menggunakan salju. Akibat percobaan tersebut, ia menderita brokitis yang kemudian merenggut nyawanya.[1]

Perjalanan Hidup
Bacon lahir di London pada tahun 1561 sebagai putra pegawai eselon tinggi masa pemerintahan Ratu Elizabeth. Tatkala menginjak usia dua belas tahun ia belajar di Trinity College di Cambridge. Tetapi baru tiga tahun keluar begitu saja tanpa menggondol gelar apa pun. Mulai umur enam belas dia kerja sebentar di staf Kedubes Inggris di Paris. Tetapi begitu umurnya masuk delapan belas sang ayah mendadak meninggal dengan hanya mewariskannya uang sedikit. Mungkin lantaran itu, dia belajar hukum dan di umur dua puluh satu dia jadi pengacara. Karier politiknya segera mulai sesudah itu. Umur dua puluh tiga dia terpilih jadi anggota Majelis Rendah. Tetapi, kendati dia punya sanak famili dan kerabat tingkat atas, dan kendati kecerdasannya yang menonjol, Ratu Elizabeth senantiasa menolak pengangkatannya pada kedudukan yang penting dan menguntungkan. Salah satu alasan adalah karena keberaniannya menentang suatu rancangan pajak di parlemen yang dengan gigih disokong sang Ratu. Karena hidup Bacon boros, slebor, dan seenaknya, dia senantiasa dikepung oleh hutang sana hutang sini (satu kali pernah ditahan karena urusan hutang tidak bayar) dia bisa atasi hidup secara bebas begitu. Bacon jadi sahabat dan penasihat Pangeran Essex, seorang bangsawan muda yang populer dan punya ambisi politik besar. Sebaliknya, Pangeran Essex punya teman Bacon yang jujur dan sekaligus bertindak sebagai pelindungnya. Tetapi, tatkala Pangeran Essex punya ambisi yang keterlaluan, minta pimpin dia susun rencana sebuah kup menggulingkan Ratu Elizabeth, Bacon menasihatinya supaya tetap setia kepada Ratu. Biar sudah dinasihati begitu, Pangeran Essex nekad meneruskan niat percobaan kupnya. Ternyata kup itu gagal dan Bacon pegang peranan aktif dalam proses penuntutan sang Pangeran atas tuduhan pengkhianatan. Pangeran Essex dipancung kepalanya, menggelinding bagai kelereng. Keseluruhan peristiwa itu menimbulkan kesan buruk pada publik terhadap Bacon. Ratu Elizabeth tutup usia tahun 1603 dan Bacon menjadi penasihat penggantinya, Raja James I. Raja James I tak selalu mengindahkan nasihat Bacon, kendati dia

menghormatinya. Dalam masa pemerintahan James I, Bacon maju pesat di kalangan pemerintahan. Tahun 1607 jadi konsultan umum bidang hukum dan tahun 1613 dia menjadi jaksa agung. Anak tangganya tidak sampai di situ, tahun 1618 dia ditunjuk jadi ketua Majelis Tinggi, satu kedudukan yang kasarnya setarap dengan hakim agung pada Mahkamah Agung di Amerika Serikat. Pada tahun itu juga dia peroleh gelar "baron" dan tahun 1621 dinobatkan lagi jadi "viscount", satu gelar kebangsawanan di atas "baron" tetapi di bawah "earl." Tetapi, datanglah pukulan. Selaku hakim, Bacon terima "hadiah" dari tertuduh. Meskipun macam begini agak umum juga terjadi saat itu, toh tetap merupakan perbuatan terlarang. Lawan-lawan politiknya di parlemen tak menyia-nyiakan kesempatan baik ini untuk mendepaknya dari kursinya. Bacon mengaku dan dijebloskan di penjara yang terletak di "Tower of London," menara kota London. Bukan cuma itu, dia pun mesti bayar denda yang besar jumlahnya. Dan bukan cuma itu, dia dilarang kerja di kantor pemerintahan selama-lamanya. Raja segera membebaskan Bacon dari penjara dan membebaskan pula beban dendanya. Tetapi, dengan kejadian ini tamatlah riwayat politik Bacon. Sekarang, orang hanya bisa ingat sedikit sekali contoh-contoh politikus kelas kakap yang ditangkap karena memeras, atau tingkah laku semacamnya yang merusak kepercayaan umum. Biasanya, yang sering, jika orang-orang macam begituan tertangkap, mereka melolong-lolong dan pertahankan diri dengan umbar omong bahwa yang lain-lain pun sama brengseknya, sama penipunya, sama bangsatnya. Jika lolongan ini didengarkan dan diterima dengan serius, tak akan ada bajingan politik yang harus dihukum kecuali semua bajingan sejenis dihukum lebih dulu. Komentar Bacon dalam pengakuannya berbeda. Dia bilang, "Saya adalah hakim terjujur di Inggris selama lima puluh tahun, dan saya tukang ngomel dan tukang kritik yang terpolos di parlemen Inggris selama 200 tahun." Karier politik yang begitu aktif dan begitu kreatif tampaknya cuma punya sedikit waktu tersisa buat kerjaan-kerjaan lain. Kendati begitu, kemasyhuran Bacon yang begitu tahan lama, dan tempatnya dalam daftar buku ini, adalah karena pertimbangan tulisan-tulisan filosofisnya ketimbang keaktifan politiknya. Karya penting pertamanya ialah bukunya yang berjudul Essays, pertama muncul tahun 1597 dan sedikit demi sedikit diperluas. Essays ini yang ditulis dengan padat dan gaya luar biasa bagus, mengandung kekayaan mendalam, bukan saja dalam masalah politik melainkan juga menyangkut hal ihwal pribadi pula. Beberapa contoh yang khas misalnya: Orang muda lebih cocok mencipta ketimbang mengambil keputusan, lebih cocok bertindak ketimbang beri pertimbangan, lebih cocok untuk menggarap proyek baru ketimbang berbisnis yang sudah mapan ... Orang berumur terlalu sering menolak, berunding terlalu lama, berbuat terlalu sedikit ... Tentu bagus jika bisa menggabungkan kedua pekerjaan itu, karena nilai yang terkandung pada masingmasing usia bisa melempangkan kekurangan yang melekat pada tubuh keduanya ... Tetapi, tulisan Bacon terpenting adalah menyangkut falsafah ilmu pengetahuan. Dia merencanakan suatu kerja besar Instauratio Magna atau Great Renewal dalam enam bagian. Bagian pertama dimaksud untuk meninjau kembali keadaan ilmu pengetahuan kita. Bagian kedua menjabarkan sistem baru penelaahan ilmu. Bagian ketiga bersisikan kumpulan data empiris. Bagian keempat berisi ilustrasi sistem baru ilmiahnya dalam praktik. Bagian kelima menyuguhkan kesimpulan sementara. Dan

bagian keenam suatu sintesa ilmu pengetahuan yang diperoleh dari metode barunya. Taklah mengherankan, skema raksasa ini --mungkin pekerjaan yang paling ambisius sejak Aristoteles--tak pernah terselesaikan. Tetapi, buku The Advancement of Learning (1605) dan Novum Organum (1620) dapat dianggap sebagai penyelesaian kedua bagian dari kerja raksasanya. Novum Organum atau New Instrument mungkin buku Bacon terpenting. Buku ini dasarnya merupakan pernyataan pengukuhan untuk penerimaan metode empiris tentang penyelidikan. Praktek bertumpu sepenuhnya pada logika deduktifnya Aristoteles adalah tak ada guna, merosot, absurd. Karena itu diperlukan metode baru penelaahan, suatu metode induktif. Ilmu pengetahuan bukanlah sesuatu titik tempat bertolak dan mengambil kesimpulan darinya; tetapi ilmu pengetahuan adalah sesuatu tempat sampai ke tujuan. Untuk memahami dunia ini, pertama orang mesti "mengamati"nya. Pertama, kumpulkan fakta-fakta. Kemudian, kata Bacon, ambil kesimpulan dari fakta-fakta itu dengan cara argumentasi induktif yang logis. Meskipun para ilmuwan tidak mengikuti metode induktif Bacon dalam semua segi, tetapi ide umumnya yang diutarakannya penelitian dan percobaan penting yang ruwet jadi gerak dorong dari metode yang digunakan oleh mereka sejak itu. Buku terakhir Bacon adalah The New Atlantis, sebuah penjelasan tentang negeri utopis terletak di pulau khayalan di Pasifik. Meskipun pokok cerita diilhami oleh Utopia Sir Thomas More, keseluruhan pokok masalah yang terdapat dalam buku Bacon sepenuhnya berbeda. Dalam buku Bacon, kemakmuran dan keadilan dalam negara idealnya tergantung pada dan hasil langsung dari hasil pemusatan penyelidikan ilmiah. Dengan tersirat, tentu saja, Bacon memberitahu. pada pembacanya bahwa penggunaan intelegensia dalam penyelidikan ilmiah dapat membuat Eropa makmur dan bahagia seperti halnya penduduk yang hidup di pulau khayalan itu. Orang selayaknya boleh bilang bahwa Francis Bacon merupakan filosof modern pertama. Pandangan keseluruhannya adalah sekuler dan bukannya religius (kendati dia percaya kepada Tuhan dengan keyakinan teguh). Dia seorang rasionalis dan bukan orang yang percaya kepada takhayul; seorang empiris dan bukannya seorang dogmatis yang logikanya mencla-mencle. Di bidang politik dia seorang realis dan bukan seorang teoritikus. Dengan pengetahuannya yang mendalam dalam pengetahuan klasik serta keahlian sastranya yang mantap, dia menaruh simpati terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi. Meskipun dia seorang Inggris yang setia, Bacon punya pandangan berjangka jauh melampaui batas negerinya. Dia membedakan 3 jenis ambisi: Pertama, mereka yang berselera meluaskan kekuasaannya di negerinya sendiri, suatu selera yang vulgar dan tak bermutu. Kedua, ialah mereka yang bekerja meluaskan kekuasaan atas negerinya sendiri dan penguasaannya atas penduduk. Ini tentu lebih bermutu meskipun kurang baik. Tetapi, jika orang mencoba mendirikan dan meluaskan kekuasaan dan dominasi terhadap umat manusia di seluruh jagad, ambisinya ini tak salah lagi lebih bijak dari kedua ambisi yang disebut duluan. Bacon juga menghindari 4 idola yang membatasi kita untuk menerima pengetahuan yaitu.

pertama, idola tribus yaitu berasal dari kata tribe. yaitu halangan yang berasal dari manusia itu sendiri. kedua, idola specus yaitu berasal dari kata specus. idola ini ada pada sudut pandang tiap- tiap individu yang berasal dari pendidikan, kebiasaan dan lain-lain. ketiga, idola fori yaitu fori adalah pasar yang berarti perbincangan yang tidak bermakna seperti orang di pasar. keempat, idola theatri yaitu terlalu terpesona terhadap satu teori sehingga tidak mengkritisinya. setelah melepaskan diri dari 4 idola kita harus melakukan penyelidikan dalam 3 tahap yaitu. pertama, collectio yaitu mengumpulkan sebanyak mungkin data yang ada di pengalaman kita. kedua, exclusio yaitu menyaring dan membuang bagian- bagian yang tidak diperlukan. ketiga, dindeminatio yaitu menyimpulkan data-data yang ada ke dalam kesimpulan umum dan membuat teori baru. Biarpun Bacon seorang pengkhotbah ilmu pengetahuan, dia sendiri bukan seorang ilmuwan, ataupun setara dengan kemajuan-kemajuan yang diperbuat orang sezamannya. Bacon anggap sepi samasekali Napier (yang baru saja menemukan logaritma) dan Kepler, bahkan teman sejawat Inggrisnya William Harvey. Bacon dengan tepat mengganggap bahwa "panas merupakan bentuk dari gerak," suatu ide ilmiah yang penting. Tetapi, di bidang astronomi dia menolak pikiran-pikiran Copernicus. Haruslah diingat, Bacon tidak mencoba menyuguhkan hukum-hukum ilmiah secara komplit dan tepat. Dia sekadar hanya mencoba menyuguhkan hasil pengamatan apa-apa yang perlu dipelajari. Perkiraan-perkiraan ilmiahnya hanya bermaksud mendorong adanya diskusi lebih lanjut, dan bukannya suatu jawaban final. Francis Bacon bukanlah orang pertama yang menemukan arti kegunaan penyimpulan akliah secara induktif, dan juga bukan dia orang pertama yang memahami keuntungan-keuntungan yang mungkin diraih oleh masyarakat pengembangan ilmu pengetahuan. Tetapi, tak ada orang sebelum Bacon yang pernah menerbitkan dan menyebarkan gagasan seluas itu dan sesemangat itu. Lebih dari itu, sebagian karena Bacon seorang penulis yang begitu bagus, dan sebagian karena kemasyhurannya selaku politikus terkemuka, sikap Bacon terhadap ilmu pengetahuan betul-betul punya makna penting yang besar. Tatkala "Royal Society of London" (kelompok elit orang pilihan) didirikan tahun 1662 untuk menggalakkan ilmu pengetahuan, para pendirinya menyebut Bacon sebagai sumber inspirasinya. Dan ketika Encyclopedie yang besar itu ditulis zaman "Pembaharuan Perancis," para penyumbang tulisan utama seperti Diderot dan d'Alembert, juga menyampaikan pujiannya kepada Bacon yang memberikan inspirasi terhadap kerjanya. Andaikata Novum Organum dan The New Atlantis agak kurang dibaca orang ketimbang dulu, ini disebabkan pesan-pesan yang disampaikan oleh buku itu sudah begitu luas diterima orang. Bacon layak dibandingkan setara dengan filosof Perancis Rene Descartes, tokoh pendorong lain bagi masa depan ilmu pengetahuan mendatang. Bacon hidup lebih dulu segenerasi dari Descartes dan dia lebih gigih dari Descartes dalam hal mengumandangkan pentingnya penelitian dan percobaan-percobaan. Tetapi, arti penting orang Perancis ini dalam hal penemuan matematika membuat ia sedikit lebih tinggi dalam perbandingannya dengan Bacon. Francis Bacon

Portrait of Francis Bacon, by Frans Pourbus (1617), Palace on the Water in Warsaw. 22 January 1561 Born Strand, London, England 9 April 1626 (aged 65) Died Highgate, London, England Nationality English English Renaissance, The Scientific Era Revolution Region Western philosophy School Renaissance Philosophy, Empiricism Influenced by[show] Influenced[show] Signature

Anda mungkin juga menyukai