Anda di halaman 1dari 22

PENERAPAN METODE PERMAINAN WHATS MY LINE PADA PEMBELAJARAN SEJARAH UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA (Penelitian Tindakan

Kelas di XI IPS 2 SMAN 16 Bandung)

PROPOSAL

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Seminar Penelitian Karya Ilmiah

Oleh:

Muhammad Fithrah

0906734

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2013

A. Judul Penerapan Metode Permainan Whats My Line pada Pembelajaran Sejarah untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa (Penelitian Tindakan Kelas di XI IPS 2 SMAN 16 Bandung) B. Latar Belakang Berdasarkan pengamatan peneliti di kelas XI IPS 2 SMAN 16 Bandung ditemukan permasalahan-permasalahan yang membuat pembelajaran sejarah kurang efektif. Salah satu permasalahan tersebut yakni rendahnya pemahaman konsep siswa pada mata pelajaran sejarah. Ini dapat dilihat ketika guru beberapa kali memberikan pertanyaan kepada siswa, namun sedikit sekali siswa yang mencoba untuk menjawab, adapun yang menjawab jawabannya masih keliru dan cenderung asal-asalan. Ketidakmampuan siswa dalam menjawab tersebut menggambarkan rendahnya pemahaman konsep siswa. Pembelajaran di kelas yang masih berorientasi teacher centered menjadi salah satu penyebab rendahnya pemahaman konsep siswa di kelas XI IPS 2 SMAN 16 Bandung. Guru masih mendominasi jalannya pembelajaran di kelas dengan metode yang paling sering digunakan yakni metode ceramah. Dengan pembelajaran yang masih teacher centered seperti itu proses pembelajaran menjadi kurang efektif, karena siswa hanya duduk, mendengar, dan sesekali mencatat saja. Pembelajaran bersifat searah dan partisipasi aktif dari siswa kurang, yang mana pada akhirnya mengakibatkan materi yang disampaikan oleh guru tidak bisa diterima dengan baik oleh siswa. Hal tersebut mengakibatkan siswa tidak benar-benar paham konsep yang dipelajarinya. Selain itu, penggunaan metode yang kurang variatif dan cenderung monoton menyebabkan siswa merasa bosan dan kurang tertarik belajar sejarah. Salah satu upaya untuk meningkatkan pemahaman konsep pada siswa adalah dengan pemilihan metode yang mengarahkan siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran.

Karena untuk dapat melatih pemahaman konsep pada siswa, dibutuhkan keterlibatan aktif siswa dalam pembelajaran. Dengan adanya keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran, maka peluang sebuah materi pelajaran untuk diserap dengan optimal oleh siswa pun lebih besar. Pentingnya pemahaman konsep dalam suatu pembelajaran ini diungkapkan oleh Dahar (1996) dalam Nuraeni (2012), sebagai berikut: Belajar konsep merupakan hasil utama pendidikan. Konsep-konsep merupakan batubatu pembangun (building block) berpikir. Konsep-konsep merupakan dasar bagi proses-proses mental yang lebih tinggi untuk merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi-generalisasi. Untuk memecahkan masalah, seorang siswa harus mengetahui aturan-aturan yang relevan, dan aturan-aturan ini didasarkan pada konsep-konsep yang diperolehnya. Untuk mengatasi permasalahan di kelas XI IPS 2 SMAN 16 Bandung, peneliti menawarkan solusi yakni dengan penerapan metode permainan Whats My Line. Adishifa (2012), mengungkapkan bahwa metode permainan Whats My Line merupakan sebuah metode yang membantu siswa untuk mempelajari materi kognitif secara mandiri dan aktif. Adishifa (2012) juga mengungkapkan bahwa metode permainan Whats My Line merupakan metode belajar yang menginginkan siswa selama proses pembelajaran untuk melakukan pencarian aktif dan mandiri mengenai sebuah konsep atau fakta. Dengan diterapkannya metode permainan Whats My Line ini diharapkan dapat memperbaiki pemahaman konsep siswa yang rendah di kelas XI IPS 2 SMAN 16 Bandung, khususnya pada mata pelajaran sejarah. Judul yang dirasa cocok oleh peneliti pada penelitian ini adalah Penerapan Metode Permainan Whats My Line pada Pembelajaran Sejarah untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa (Penelitian Tindakan Kelas di XI IPS 2 SMAN 16 Bandung).

C. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan permasalahan utama penelitian ini yaitu bagaimana penerapan metode permainan Whats My Line untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 2 SMAN 16 Bandung. Selain itu, agar permasalahan di atas lebih terarah, akan dijabarkan ke dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimanakah merencanakan metode permainan Whats My Line untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 2 SMAN 16 Bandung? 2. Bagaimanakah melaksanakan metode permainan Whats My Line untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 2 SMAN 16 Bandung? 3. Bagaimanakah pemahaman konsep siswa setelah diterapkannya metode permainan Whats My Line dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 2 SMAN 16 Bandung? 4. Bagaimana mengatasi kendala-kendala yang ditemukan saat diterapkannya metode permainan Whats My Line untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 2 SMAN 16 Bandung? D. Tujuan Penelitian Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji tentang penerapan metode permainan Whats My Line untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 2 SMAN 16 Bandung.

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk: 1. Membuat perencanaan penerapan metode permainan Whats My Line untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 2 SMAN 16 Bandung. 2. Melaksanakan dan mengkaji metode permainan Whats My Line untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 2 SMAN 16 Bandung. 3. Menganalisis pemahaman konsep siswa setelah diterapkannya penerapan metode permainan Whats My Line dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 2 SMAN 16 Bandung. 4. Memberikan solusi-solusi untuk mengatasi kendala-kendala yang dihadapi pada saat pelaksanaan metode permainan Whats My Line untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 2 SMAN 16 Bandung. E. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dapat diambil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan wawasan dan juga pengalaman bagi peneliti dalam menerapkan metode permainan Whats My Line dalam pembelajaran sejarah di sekolah. 2. Memberikan suatu pengalaman belajar yang baru bagi siswa kelas XI IPS 2 SMAN 16 Bandung. 3. Memberikan suatu alternatif bagi guru dalam upaya mengatasi masalah rendahnya pemahaman konsep siswa pada mata pelajaran sejarah.

F. Definisi Operasional 1. Metode Permainan Whats My Line Metode Permainan Whats My Line merupakan salah satu pembelajaran aktif yang dikembangkan oleh Mel Silberman. Metode permainan Whats My Line diadaptasi dari sebuah acara televisi sekitar tahun 50-an di Amerika Serikat dengan nama yang sama yakni Whats My Line. Acara Whats My Line adalah sebuah acara game show. Dalam tiap acaranya Whats My Line akan mendatangkan seorang tamu misteri. Tamu misteri tersebut biasanya adalah seorang tokoh terkenal yang mempunyai nama. Kemudian empat orang panelis yang ditutup matanya harus menebak siapakah tamu misteri yang didatangkan tersebut. Tamu misteri akan memberikan sebuah clue mengenai dirinya, kemudian keempat panelis dipersilahkan mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan tamu misteri. Pertanyaan yang diajukan adalah pertanyaan yang sifatnya jawaban tertutup, yang hanya bisa dijawab ya atau tidak oleh sang tamu misteri. Contohnya adalah Apakah hobby anda adalah memancing?, kemudian dijawab oleh tamu misteri ya atau tidak. Begitu seterusnya hingga salah satu dari panelis dapat menebak siapa tamu misteri tersebut. Silberman mengadaptasi permainan tersebut ke dalam pembelajaran di kelas, tentunya terdapat sedikit perubahan dari permainan aslinya. Perbedaan yang paling mencolok yakni posisi tamu misteri. Jika tamu misteri pada acara televisi adalah benar-benar tamu misteri yakni seorang tokoh ternama, maka pada permainan Whats My Line yang dikembangkan Silbeman dalam pembelajaran di kelas posisi tamu misteri tersebut digantikan oleh kartu. Kartu tersebut dapat bertuliskan nama tokoh, kejadian, ataupun suatu konsep. Para siswa yang bertindak sebagai panelis harus menebak isi kartu tersebut.

Adapun permainan Whats My Line yang akan dikembangkan pada penelitian ini tidak akan jauh berbeda dari yang telah dikembangkan Silberman. Secara rinci langkah-langkah permainan Whats My Line yang akan dikembangkan dalam penelitian ini, sebagai berikut: 1) Siswa di kelas dibagi menjadi 4 kelompok. Setiap kelompok yang beranggotakan 11 orang sebanyak tiga kelompok, dan yang beranggotakan 10 orang sebanyak satu kelompok. (Jumlah total siswa di kelas: 43 orang) 2) Guru menentukan topik dari suatu materi pelajaran yang akan dimainkan dalam permainan Whats My Line nanti. 3) Para siswa diminta untuk melakukan pencarian sumber berdasarkan topik yang telah ditentukan tersebut. Setelah siswa mendapatkan sumber yang berkaitan dengan topik, siswa juga diminta untuk membaca sumber tersebut dengan seksama. 4) Guru kemudian menunjuk empat orang perwakilan dari tiap kelompok untuk membantu memeragakan dan memberikan kata kunci tentang tamu misteri yang dipegangnya di depan kelas kepada teman-temannya. 5) Keempat orang yang ditunjuk tersebut kemudian melemparkan kata kunci tentang tamu misteri yang mereka pegang masing-masing kepada temannya secara bergiliran seorang demi seorang. Jika satu tamu misteri telah berhasil ditebak, barulah si pemegang kartu misteri selanjutnya maju ke depan. 6) Setelah semua kartu berhasil tertebak, guru mengadakan tes untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang baru saja dipelajari.

Aturan main: 1) Seluruh siswa yang tidak diberi tugas untuk memperagakan tamu misteri adalah panelis. Panelis dibagi menjadi 4 kelompok. 2) Seluruh anggota panelis boleh mengajukan pertanyaan ya atau tidak yang berkaitan dengan tamu misteri. Setiap kelompok panelis secara bergiliran mengajukan 1 pertanyaan kepada tamu misteri. 3) Siswa dalam kelompok panelis yang telah mengajukan pertanyaan, tidak dibolehkan untuk kembali bertanya. Pertanyaan harus diajukan teman dalam kelompoknya yang belum berkesempatan untuk bertanya. 4) Setiap kelompok panelis secara bergiliran mengajukan 1 pertanyaan kepada tamu misteri. Namun apabila jawaban dari tamu misteri adalah ya, maka kelompok panelis boleh mengajukan pertanyaan kembali. Tentunya yang bertanya haruslah siswa yang berbeda dalam kelompok tersebut. 5) Panelis baru diperbolehkan menebak siapa tamu misteri, setelah panelis bertanya kepada tamu misteri dan mendapatkan jawaban ya. Hal ini diterapkan untuk mencegah terjadinya guessing atau asal tebak pada permainan ini. 2. Pemahaman Konsep Secara bahasa pemahaman mempunyai kata dasar paham. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, paham adalah mengerti dengan tepat. Sementara konsep mempunyai arti suatu ide atau pengertian yang diabstrakkan dari dari peristiwa konkret. Jadi, dapat disimpulkan pemahaman konsep adalah mengerti dengan tepat tentang suatu ide.

Bloom dalam Sagala (2003: 157), mengungkapkan bahwa pemahaman adalah tingkatan kedua dalam ranah kognitif. Sementara Fadillah (2012) menjelaskan bahwa aspek pemahaman merupakan aspek yang mengacu pada kemampuan untuk mengerti atau memahami suatu konsep dan memaknai arti suatu materi. Lebih lanjut lagi Fadillah (2012) berpendapat bahwa aspek pemahaman ini menyangkut kemampuan seseorang dalam menangkap makna suatu konsep dengan kata-kata sendiri. Sementara itu Bloom (1978) mengkategorikan pemahaman menjadi tiga kategori, yaitu: 1) Menerjemahkan (Translation) Kategori yang pertama adalah menerjemahkan. Menerjemahkan di sini memiliki arti bukan selalu mengalih-bahasakan dari satu bahasa ke satu bahasa lain, tetapi juga dapat dari konsepsi abstrak menjadi suatu model simbolik sehingga mudah untuk dipelajari. 2) Menafsirkan (Interpretation) Kategori ini lebih luas lagi dari menerjemahkan. Menafsirkan adalah kemampuan untuk mengerti dan memahami pokok ide dari suatu komunikasi. 3) Ekstrapolasi (extrapolation) Kemampuan kategori ini tingkatannya lebih tinggi daripada dua sebelumnya. Kemampuan ekstrapolasi ini menuntut tingkat intelektual yang lebih tinggi. Contoh dari kemampuan ekstrapolasi ini adalah membuat semacam prediksi akan sebuah kemungkinan yang akan muncul dari sejumlah data.

Adapun dalam penelitian kali ini, kategori pemahaman yang akan dipakai yakni menerjemahkan (translation) dan menginterpretasi (interpretation). Secara lebih rinci, sebagai berikut: 1) Menerjemahkan (translation) Dalam kategori ini yang akan diamati adalah: a. Kemampuan siswa dalam menerjemahkan sumber-sumber yang berkaitan dengan topik yang ditentukan guru dalam permainan Whats My Line. b. Kemampuan siswa menerjemahkan setiap kata kunci yang diberikan oleh temannya saat permainan Whats My Line berlangsung. c. Kemampuan siswa menerjemahkan setiap pertanyaan dan jawaban yang diberikan selama berlangsungnya permainan Whats My Line hingga dapat menebak konsep apa yang tertera dalam kartu. 2) Menginterpretasi (interpretation) Dalam kategori ini, kemampuan yang akan diamati adalah sebagai berikut: a. Kemampuan memahami dan menginterpretasikan berbagai sumber yang telah siswa cari secara benar. b. Kemampuan untuk membenarkan atau menyangkal pertanyaan yang diajukan kelompok panelis berdasarkan sumber yang telah ia baca. c. Kemampuan siswa dalam menjawab soal-soal tes yang diberikan oleh guru.

G. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini, adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Arifin (2012: 97) mengutip beberapa pengertian mengenai PTK, di antaranya: 1. Ebutt dalam Hopkins (1993), menjelaskan penelitian tindakan adalah suatu studi percobaan yang sistematis untuk memperbaiki praktik pendidikan dengan melibatkan kelompok partisipan (guru) melalui tindakan pembelajaran dan refleksi mereka sebagai akibat dari tindakan tersebut. 2. Rapoport dalam Hopkins (1993), menyatakan penelitian kelas digunakan untuk membantu seseorang mengatasi masalah-masalah praktis dalam situasi darurat dan membantu pancapaian tujuan social sciece secara kolaboratif sesuai dengan norma atau aturan yang disepakati. 3. Hopkins (1993) sendii menjelaskan secara singkat, bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian untuk perubahan dan perbaikan yang dilakukan di ruang kelas. Dalam uraian selanjutnya, ia mengemukakan penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang menggabungkan prosedur penelitian dengan tindakan substantif, yaitu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri, atau usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi dengan melibatkan diri dalam proses perbaikan. 4. Elliot (1991), menjelaskan penelitian tindakan merupakan kajian tentang situasi sosial dengan suatu tindakan agar dapat memperbaiki mutu situasi yang ada di dalamnya. 5. Kemmis (1992) menyatakan, action research as a form of self-reflective inquiry undertaken by participants in a social (including educational) situation in order to improve the rationality and justice of (a) their on social or educational practices, (b)

their understanding of these practices, and (c) the situations in which practices are carried out. Dari beberapa pengertian di atas dapat kita simpulkan bahwa penelitian tindakan kelas (PTK) adalah suatu proses penelitan ilmiah yang bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran di kelas melalui suatu tindakan dan refleksi diri yang dilakukan oleh guru secara mandiri ataupun kelompok. Seperti penelitian pendidikan lainnya, PTK juga memiliki beberapa karakteristik, diungkapkan Sukardi (2004: 211) di antaranya: 1. Problem yang dipecahkan merupakan persoalan praktis yang dihadapi peneliti dalam kehidupan pofesi sehari-hari. 2. Peneliti memberikan perlakuan atau treatment yang berupa tindakan yang terencana untuk memecahkan permasalahan dan sekaligus meningkatkan kualitas yang dapat dirasakan implikasinya oleh subjek yang diteliti. 3. Langkah-langkah penelitian yang direncanakan selalu dalam bentuk siklus, tingkatan atau daur yang memungkinkan terjadinya kerja kelompok maupun kerja mandiri secara intensif. 4. Adanya langkah berpikir reflektif atau reflective thinking dari peneliti baik sesudah maupun sebelum tindakan. Kemudian lebih rinci lagi mengenai tujuan penelitian tindakan kelas dijelaskan Arifin (2012: 100), sebagai berikut: 1. Memperbaiki dan meningkatkan mutu isi, masukan, proses, dan hasil pendidikan dan pembelajaran di sekolah dan LPTK.

2. Membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya mengatasi masalah pendidikan dan pembelajaran di dalam kelas. 3. Meningkatkan kemampuan dan layanan professional guru dan tenaga kependidikan. 4. Mengembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah dan LPTK, sehingga tercipta sikap proaktif untuk melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara berkelanjutan (sustainable). 5. Meningkatkan dan mengembangkan keterampilan guru dan tenaga kependidikan khususnya di sekolah dalam melakukan PTK. 6. Meningkatkan kerja sama professional di antara guru dan tenaga kependidikan di sekolah dan LPTK. Berdasarkan dari penjelasan-penjelasan mengenai PTK di atas, maka peneliti memutuskan untuk memilih PTK sebagai metode penelitian. Alasan peneliti memilihnya sebagai metode yakni karena tujuan dari PTK dan peneliti sejalan yakni ingin memperbaiki pembelajaran di kelas, khususnya pembelajaran sejarah. Berangkat dari permasalahan yang ditemukan di kelas XI IPS 2 SMAN 16 Bandung yakni berkaitan dengan rendahnya pemahaman konsep siswa pada mata pelajaran sejarah, peneliti mencoba memberikan sebuah solusi dengan penerapan metode permainan Whats My Line melalui suatu penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas tersebut diharapkan dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa pada saat pembelajaran di kelas, khususnya pada mata pelajaran sejarah. Setelah memutuskan untuk memilih PTK, selanjutnya peneliti menentukan desain dari penelitian tersebut. Desain penelitian yang dipilih adalah model dari Kemmis dan Taggart. Desain model Kemmis dan Taggart ini dipilih karena dirasakan cocok dengan metode

permainan Whats My Line yang akan peneliti kembangkan, yakni dalam satu siklus terdapat satu tindakan. Model dari Kemmis dan Taggart ini dalam satu siklus terdapat empat tahapan, yakni perencanaan (plan), tindakan (act), pengamatan (observe), dan refleksi (reflect). Secara sederhana dapat digambarkan sebagai berikut.

a. Perencanaan (plan) Tahapan ini meliputi segala persiapan yang dibutuhkan dalam penelitian, mulai dari pra-penelitian, identifikasi masalah, menentukan solusi atas masalah tersebut, merancang RPP yang akan digunakan pada saat penelitian, hingga menyusun instrument penelitian. b. Tindakan (act) Tahapan ini merupakan pelaksanaan dari perencanaan yang telah dirancang sebelumnya. Tindakan dilakukan dalam beberapa siklus dan akan dihentikan ketika telah mencapai titik jenuh.

c. Pengamatan (observe) Tahapan ini dilaksanakan untuk mengetahui apakah pelaksanaan tindakan sesuai dengan perencanaan atau tidak. Tahapan ini dilaksanakan dengan bantuan dari mitra sebagai observer. Nantinya hasil dari tahap pengamatan ini akan menjadi masukan untuk siklus-siklus selanjutnya. d. Refleksi (reflect) Tahapan ini merupakan tahap perenungan kembali atas apa yang telah dilakukan. Perenungan tersebut dilakukan dengan diskusi bersama mitra atau kolaborator berdasarkan hasil pengamatan di kelas. Dari hasil refleksi kemudian diputuskan hal-hal apa saja yang akan dilakukan untuk siklus selanjutnya. H. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di kelas SMA Negeri 16 Bandung, yang beralamat di Jalan Mekarsari No.81, Babakan Sari Kiaracondong. Adapun kelas yang dipilih untuk penelitian kali ini yakni kelas XI IPS 2. Kelas XI IPS 2 terdiri dari 43 siswa, dengan komposisi 20 orang siswa dan 23 orang siswi. Dipilihnya kelas XI IPS 2 dikarenakan peneliti menemukan adanya permasalahan pemahaman konsep yang rendah pada mata pelajaran sejarah. I. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian kali ini, teknik pengumpulan data yang direncanakan adalah sebagai berikut:

1. Observasi Dalam Sukmadinata (2005: 220), disebutkan bahwa observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Senada dengan Sukmadinata, Arifin (2012: 231) juga mengungkapkan bahwa observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan jalan pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif, dan rasional mengenai berbagai fenomena, baik dalam situasi sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu. Adapun dalam penelitian ini, observasi yang akan dilakukan yakni untuk mengamati guru dan siswa. Mengamati guru yakni untuk mengetahui apakah yang dilakukan guru di kelas sesuai dengan rencana atau tidak. Kemudian pengamatan kepada siswa bertujuan untuk mengamati aktivitas belajar siswa di kelas berkaitan dengan diterapkannya metode permainan Whats My Line. Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini, adalah observasi terbuka. Hopkins dalam Rochiati (2005) menjelaskan yang disebut observasi terbuka ialah apabila pengamat atau observer melakukan pengamatannya dengan mengambil kertas, pensil, kemudian mencatatkan segala sesuatu yang tejadi di kelas (Wiriaatmadja, 2005 : 110). 2. Wawancara Menurut Kunandar (2011: 157), wawancara merupakan pertanyaan-pertanyaan yang dilakukan secara verbal kepada orang-orang yang dianggap dapat memberikan informasi atau penjelasan hal-hal yang dipandang perlu dan memiliki dan memiliki relevansi dengan permasalahan penelitian tindakan kelas. Sementara itu menurut Hopkins (1993) dalam Kunandar (2011: 157), wawancara adalah suatu cara untuk mengetahui situasi tertentu di dalam kelas dilihat dari sudut pandang yang lain.

Dalam penelitian kali ini, wawancara yang dilakukan akan ditujukan kepada siswa. Beberapa siswa sebagai perwakilan akan diwawancarai tentang tanggapannya mengenai penerapan metode Whats My Line dalam pembelajaran sejarah. 3. Studi Dokumentasi Dalam Arifin (2012: 243) dijelaskan bahwa studi dokumentasi adalah teknik untuk mempelajari dan menganalisis bahan-bahan tertulis kantor atau sekolah, seperti: silabus, program tahunan, program bulanan, program mingguan, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), catatan pribadi peserta didik, buku raport, kisi-kisi, daftar nilai, lembar soal/tugas, lembar jawaban, dan lain-lain. Untuk penelitian kali ini, dokumen yang akan dipakai disesuaikan dengan keperluan penelitian yaitu meliputi RPP, daftar hadir siswa, laporan tugas siswa, dan hasil tes siswa. 4. Tes Menurut Arifin (2012: 226), tes adalah suatu teknik pengukuran yang di dalamnya terdapat berbagai pertanyaan, pernyataan, atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh responden. Dalam penelitian kali ini, tes digunakan untuk mengukur tingkat pemahaman konsep pada siswa dalam pembelajaran sejarah. J. Instrumen Penelitian Adapun instrument penelitian yang akan digunakan peneliti adalah sebagai berikut: 1. Pedoman Observasi Pedoman observasi dalam penelitian ini dilakukan peneliti dengan dibantu oleh mitra untuk melihat proses pembelajaran yang berlangsung di kelas. Pedoman

observasi ini dibuat menjadi dua macam, yakni pedoman observasi untuk mengamati guru dan pedoman observasi untuk mengamati siswa. Tujuan dari penggunaan pedoman observasi ini yaitu untuk mengetahui apakah tindakan yang guru lakukan sudah sesuai dengan rencana dan juga bagaimana respon aktivitas siswa dengan diterapkannya metode permainan Whats My Line. 2. Catatan Lapangan Catatan lapangan mencatat segala sesuatu yang terjadi di kelas pada saat pembelajaran. Catatan lapangan ini sifatnya detil karena mencatat segala sesuatu yang terjadi di kelas mulai awal hingga akhir pembelajaran, mulai dari kegiatan pendahuluan, inti hingga kegiatan penutup pembelajaran. Catatan lapangan mencatatkan hal-hal sekecil apapun yang terjadi di kelas menjadi sebuah jalinan cerita yang dapat menggambarkan secara keseluruhan tentang apa saja yang terjadi di kelas kepada pembacanya. 3. Pedoman Wawancara Pedoman wawancara dalam penelitian ini berisi pertanyaan-pertanyaan berkaitan dengan tanggapan siswa mengenai diterapkannya metode permainan Whats My Line dalam pembelajaran di kelas. Pertanyaan tersebut tentunya dijawab siswa secara lisan. Dari 43 orang siswa, dipilih 10 orang siswa yang dianggap dapat mewakili pandangan kelas secara keseluruhan. 4. Pedoman Tes Tes diberikan setelah permainan Whats My Line berakhir, yakni menjelang akhir pembelajaran. Dalam penelitian kali ini, tes digunakan untuk mengukur tingkat pemahaman konsep pada siswa dalam pembelajaran sejarah.

K. Analisis Data a. Pengumpulan Data Pada tahap ini peneliti mengumpulkan data-data yang digunakan selama penelitian berlangsung. Data-data tersebut di antaranya, hasil observasi, catatan lapangan, hasil wawancara, dan juga daftar ceklis aktivitas siswa. b. Validasi Data Validasi data bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kebenaran dari penelitian. Menurut Hopkins dalam Wiriaatmadja (2005: 168-170) langkah-langkah yang dapat digunakan dalam penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut: 1) Member Check Member check yakni memeriksa kembali keterangan-keterangan atau informasi data yang diperoleh selama observasi atau wawancara dari narasumber yang relevan dengan PTK apakah keterangan atas informasi atau penjelasan itu tetap sifatnya atau tidak berubah sehingga dapat dipastikan keajegannya dan data itu terperiksa kebenarannya. 2) Audit trail Audit trail yakni memeriksa kesalahan-kesalahan dalam metode atau prosedur yang digunakan peneliti dan di dalam pengambilan kesimpulan. Selain itu, peneliti juga memeriksa catatan-catatan yang ditulis oleh peneliti atau mitra peneliti. Audit trail dapat dilakukan oleh kawan sejawat peneliti, yang memiliki pengetahuan dan keterampilan melakukan penelitian tindakan kelas yang sama seperti peneliti.

3) Expert Opinion Expert opinion yakni dengan meminta pendapat kepada orang yang dianggap ahli atau pakar penelitian tindakan kelas atau pakar di bidang studi untukmemeriksa semua tahapan-tahapan kegiatan penelitian dan memberikan arahan atau judgements terhadap masalah-masalah penelitian yang dikaji. Dalam penelitian ini yang dimintai pendapat yakni dosen pembimbing. c. Interpretasi Berdasarkan semua data dan hasil temuan peneliti, maka tahap selanjutnya yaitu interpretasi. Interpretasi merupakan penafsiran dari semua data dan hasil temuan selama penelitian di lapangan. Penafsiran tersebut dapat berupa kesimpulan, saran ataupun rekomendasi untuk menjadi bahan pertimbangan ke depannya. L. Struktur Organisasi Adapun sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB I: Pendahuluan. Pada bab ini dipaparkan beberapa hal yang meliputi latar belakang masalah penelitian, rumusan masalah dan pertanyaan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II: Landasan Teoritis Dalam bab ini dijabarkan landasan-landasan teoritis yang digunakan sebagai fondasi dalam melaksanakan penelitian.

BAB III: Metodologi Penelitian Bab ini memaparkan tahapan-tahapan penelitian yang ditempuh oleh peneliti. Tahapan tersebut mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan. Bab IV: Hasil Penelitian dan Pembahasan Dalam bab ini dipaparkan hasil penelitian berikut dengan penjelasannya berkenaan dengan temuan di lapangan. BAB V: Kesimpulan Bab ini merupakan jawaban peneliti atas permasalahan yang diteliti.

M. Daftar Pustaka Sumber Buku: Arifin, Z. (2012). Penelitian Pendidikan: Metode dan Paradigma Baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Dimyati & Mudjiono. (1999). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Kunandar. (2011). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas: Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Sagala, S. (2003). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Sardiman, A.M. (2004). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Silberman, M. (2012). Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Nuansa. Sukardi. (2004). Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara. Sukmadinata, N.S. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Wiriaatmadja, R. (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Rosdakarya. Zaini, H et al. (2008). Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.

Sumber Skripsi: Adishifa, KS. (2012). Penerapan Metode Permainan Tipe Whats My Line untuk Meningkatkan Aktivitas Siswa: Sebuah Penelitian Tindakan Kelas Dalam

Pembelajaran Sejarah di Kelas XI IPS 1 SMA Puragabaya Bandung. Skripsi Sarjana pada Pendidikan Sejarah UPI Bandung: Tidak diterbitkan. Fadillah, R.A. (2012). Penerapan Model Pembeajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dalam Pembelajaran Fisika Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa. Nuraeni, A. (2012). Pengaruh Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Think Talk Write (TTW) Terhadap Pemahaman Konsep Pada Siswa Dalam Mata Pelajaran Ekonomi (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 8 Bandung).

Anda mungkin juga menyukai