Anda di halaman 1dari 32

TEORI MAKROEKONOMI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI DAN KOPERASI


FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2009
K u s n e n d i
TEORI MAKROEKONOMI KLASIK
(Classical Macroeconomic Theory, CMT)

K u s n e n d i
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI DAN KOPERASI
FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2009
EKONOM PELOPOR
Teori makroekonomi Klasik (CMT) = kumpulan pemikiran
para ahli ekonomi klasik. Diantaranya yang paling utama:
Adam Smith, J.S. Mill, David Ricardo, J.B. Say, A.C. Pigou,
H.H. Gossen, Irving Fisher, Leon Walras, dan Alfred
Marshall.
Istilah Klasik berasal dari Karl Marx yang ditujukan
kepada para ekonom pengikut pemikiran Ricardo dan
James Mill. Keynes (1936: 3), The classical economists
was name invented by Marx to cover Ricardo and James
Mill and their predecessors, that is to say for the
founders of the theory which culminated in the Ricardian
economics.
ASUMSI
Perekonomian menganut sistem ekonomi leissez faire, laissez passer
(sistem ekonomi kapitalis murni).
Aktivitas ekonomi, baik di pasar barang, pasar tenaga kerja maupun di
pasar uang diatur mekanisme pasar yang bekerja atas dasar persaingan
sempurna (perfect competition).
Harga-harga (barang dan faktor produksi) fleksibel mengikuti perubahan
permintaan dan penawaran. Asumsi ini dikenal sebagai market clearing
assumption atau self-adjusting assumption.
Di dunia nyata berlaku Hukum Say: supply creats its own demand
penawaran dengan sendirinya menciptakan permintaan. Karena itu, unsur
aktif yang menggerakan roda perekonomian adalah sisi penawaran (supply
side) dan bukan sisi permintaan (demand side). CMT = Supply Side
Economics.
Motivasi masyarakat membutuhkan uang hanya untuk memenuhi
kebutuhan transaksi. Fungsi uang sebatas unit hitung (unit of account)
dan sebagai media pertukaran (medium of exchange). Asumsi ini dikenal
sebagai neutrality of money assumption, asumsi netralitas uang.
MODEL I:
OUTPUT AGREGAT
(PENDAPATAN NASIONAL, Y)
Model I: Apa yang menentukan besar kecilnya tingkat output
agregat atau tingkat pendapatan nasional (Y) yang dapat dihasilkan
suatu perekonomian?
Y ditentukan oleh jumlah input (faktor produksi) yang tersedia, dan
tingkat teknologi yang digunakan, yaitu kemampuan merubah
faktor produksi (input) menjadi output agregat (Y).
Dalam CMT, tenaga kerja (N) dan kapital (K) merupakan dua faktor
produksi utama.
Teknologi = cara atau metode produksi yang digunakan. Cara atau
metode produksi ini ditunjukan oleh APF (Aggregate Production
Function, fungsi produksi agregat). Jadi APF mencerminkan
teknologi yang digunakan untuk mengubah input (faktor produksi)
menjadi output (barang dan jasa).

Fungsi Produksi Agregat (APF)
(1) Y = f(N, K) APF jangka panjang
Dalam jangka pendek, K diasumsikan konstan (K diberlakukan sebagai
input tetap, fixed input), dan N sebagai input variabel.

Y
N
N1
f(N)
Y1
Y2
N2
f(N)
(2) Y = f(N) APF jangka pendek
Y3
Penggunaan K dan atau
kualitas N meningkat
APF, tunduk pada law of
diminishing marginal product.
Artinya, dengan
mempertahankan input K
tetap, maka jika penggunaan
input N ditambah sebanyak
satu unit, maka Y akan naik
tetapi dengan tambahan yang
semakin lama semakin
berkurang. AY sebagai akibat
adanya AN = Marginal product
of labor (MPN) = dY/dN
MODEL II:
PERMINTAAN & PENAWARAN TENAGA KERJA
Model II: Apa yang menentukan besar kecilnya penggunaan
tenaga kerja atau tingkat kesempatan kerja (N) suatu
perekonomian?
Besar kecilnya N ditentukan di pasar tenaga kerja.
Di pasar tenaga kerja bertemu dua kekuatan: permintaan dan
penawaran tenaga kerja. Permintaan tenaga kerja datang dari
sektor bisnis (dunia usaha). Penawaran tenaga kerja
bersumber dari sektor rumah tangga.
Apa yang menentukan besar kecilnya permintaan dan
penawaran tenaga kerja?

Permintaan Tenaga Kerja (1)
Dalam model CMT, produsen dan konsumen adalah dua aktor perekonomian utama
yang selalu mengejar kepentingannya masing-masing. Produsen mengejar laba
maksimum, dan konsumen mencapai kepuasaan maksimum. Dengan demikian,
pertimbangan utama bagi produsen dalam memutuskan untuk menambah atau
mengurangi penggunaan input N ditentukan oleh apakah penambahan atau
pengurangan penggunaan input N (tenaga kerja) itu akan mendatangkan laba yang
maksimum atau tidak.
Syarat untuk mencapai laba maksimum:
(1) MR = MC
Dalam pasar persaingan sempurna berlaku:
(2) MR = P
Berdasarkan persamaan (1) dan (2), diperoleh syarat untuk mencapai laba
maksimum:
(3) P = MC
Berdasarkan APF jangka pendek, hanya ada satu input variabel N maka:
(4) MC = W/MPN
Dari persamaan (3) dan (4), diperoleh syarat laba maksimum menjadi:
(5) P = W/MPN P.MPN = W MPN = W/P
Laba maksimum: MPN = W/P
Y = f(N)
L = TR TC
TR = P.Y
TC = W.N
L = P.Y W.N
L = P.Y W.f
-1
(Y)
L maksimum jika: dL/dY = 0
dL/dY = P W(dN/dY) = 0
Mengingat: dY/dN = MPN maka dN/dY = 1/MPN, jadi:
dL/dY = P W(1/MPN) = P W/MPN = 0
P = W/MPN P.MPN = W MPN = W/P
Permintaan Tenaga Kerja (2)
MPN = W/P; mengandung arti, untuk mencapai laba
maksimum produsen akan menggunakan input N sampai
dicapai posisi di mana tambahan produk yang dihasilkan N,
yaitu MPN sama dengan biaya, yaitu upah riel (W/P) yang
harus dikeluarkan untuk membayar balas jasa pemilik input N.
Jadi, jika MPN = W/P, laba tidak akan maksimum.
MPN > W/P N naik
MPN < W/P N turun
MPN = W/P Laba max. MPN = W/P
sampai
dicapai
posisi
Kurva Permintaan Tenaga Kerja (DN)
W/P, MPN
N
MPN = DN
(W/P)1
(W/P)2
N1
A
B
(W/P)1 = MPN diminta N = N1 Laba max.
N2
(W/P)2 = MPN diminta N = N2 Laba max.
KESIMPULAN: jika (W/P) naik (supaya laba yang diperoleh max.) maka
permintaan terhadap N (DN) akan turun, dan sebaliknya. Jadi: DN = f (W/P);
di mana: dN/d(W/P) < 0.
0 ) ( <
|
.
|

\
|
=
P
W
d
dD
P
W
f D
N
N
Penawaran Tenaga Kerja
Jika permintaan tenaga kerja merupakan fungsi negatif dari tingkat upah riel
(W/P), bagaimana dengan penawaran tenaga kerja?
Model Klasik menyatakan, penawaran tenaga kerja adalah fungsi positif dari
tingkat upah riel. (W/P)| (penawaran tenaga kerja)| Semakin tinggi
tingkat upah riel, semakin tinggi jumlah penawaran tenaga. Mengapa tinggi
rendahnya penawaran tenaga kerja berhubungan positif dengan tingkat upah
riel?
Pemilik faktor produksi tenaga kerja (rumah tangga konsumen) tidak kena ilusi
uang (money illusion). Artinya, tenaga kerja selalu membandingkan kenaikan
upah nominal (W) dengan kenaikan harga-harga (P). Jika W naik 20% tetapi P juga
naik 20% maka tenaga kerja tidak menganggap pendapatannya telah naik, tetapi
menganggap pendapatannya tetap tidak berubah. Tenaga kerja Pendapatan
riel = W tingkat inflasi.
Dalam sehari, setiap pemilik faktor produksi tenaga kerja memiliki waktu 24 jam
yang dapat digunakan untuk beristirahat (leisure), dan atau berkerja. Keduanya
sama-sama memberikan kepuasan. Beristirahat memperoleh kepuasan tertentu.
Bekerja juga memperoleh kepuasan, yaitu mendapatkan upah (W).
Masalah: bagaimana waktu 24 jam yang dimiliki dialokasikan untuk istirahat
dan bekerja agar kepuasan yang diperoleh maksimum?
Keseimbangn Alokasi Waktu Istirahat - Bekerja
Waktu Istirahat
dan Bekerja
24 jam 0
Y
Istirahat = 0 jam 24 jam bekerja pendapatan (Y) = (24 jam)(W/P) = 0Yo
Y1
Yo
W
U1
U1 = kurva alokasi waktu dengan kepuasan sama, jika (W/P) per jam = (W/P)1






YA
8
E1
U2
E2
Jika (W/P) per jam naik menjadi (W/P)2, garis
alokasi waktu istirahat berkerja menjadi WY1.
Kurva U bergeser menjadi U2 (U2 > U1) dan
keseimbangan menjadi E2
14
YB
Bekerja = 0 jam 24 jam dialokasikan untuk istirahat = 0W
YoW = garis alokasi waktu istirahat bekerja
Alokasi waktu yang digunakan bekerja = 8 jam Y = 0YA. Keseimbangan di E1






Jumlah waktu yang dialokasikan
untuk kerja naik menjadi 14 jam,
dan pendapatan 0YB
Ketika (W/P) = (W/P)1 alokasi waktu kerja = 8 jam
Ketika (W/P) naik menjadi (W/P)2 alokasi waktu kerja juga naik menjadi 14 jam
Upah
Riel
Jumlah
Jam Kerja
(W/P)1 8 jam
(W/P)2 14 jam
Kurva Penawaran Tenaga Kerja (SN)
W/P
SN
Jumlah
Jam Kerja
(W/P)1
(W/P)2
8 14
0 ) ( >
|
.
|

\
|
=
P
W
d
dS
P
W
f S
N
N
Keseimbangan Pasar Tenaga Kerja
Di pasar tenaga kerja bertemu
dua kekuatan, yaitu permintaan
dan penawaran tenaga kerja:
DN = f(W/P); dDN/d(W/P) < 0
SN = f(W/P); dSN/d(W/P) > 0
Keseimbangan pasar tenaga kerja
terjadi dititik E, yaitu ketika
jumlah permintaan sama dengan
jumlah penawaran tenaga kerja
DN = SN.
Keseimbangan pasar tenaga kerja
menentukan tingkat upah riel
(W/P)e dan volume kesempatan
kerja (Ne).
Jika upah riel = (W/P)1 terjadi
kelebihan permintaan tenaga
kerja (DN).
Jika upah riel = (W/P)2 terjadi
kelebihan penawaran tenaga kerja
(SN).
W/P
N
(W/P)e
SN
DN
E
Ne
(W/P)1
(W/P)2
Kelebihan
SN
Kelebihan
DN
MODEL III:
KESEMPATAN KERJA &
PENDAPATAN NASIONAL (OUTPUT AGREGAT), Y
Model I menjelaskan dalam jangka pendek, tingkat Y yang dapat
dicapai sebuah perekonomian ditentukan oleh penggunaan input
tenaga kerja atau tingkat kesempatan kerja.
Model II menjelaskan bagaimana tingkat upah riel menentukan jumlah
permintaan dan penawaran tenaga kerja, serta volume kesempatan
kerja. Model III merupakan gabungan Model I dan II.
Model III menjelaskan bagaimana keseimbangan permintaan dan
penawaran tenaga kerja di pasar tenaga kerja menentukan
tingkat upah riel, volume kesempatan kerja, dan tingkat
pendapatan nasional (output agregat), Y.
Model III:
Y = f(N) Fungsi produksi agregat
DN = f(W/P); dDN/d(W/P) < 0 Fungsi permintaan tenaga kerja
SN = f(W/P); dSN/d(W/P) > 0 Fungsi penawaran tenaga kerja
DN = SN Keseimbangan pasar tenaga kerja
Kesempatan Kerja &
Pendapatan Nasional (1)
PASAR TENAGA KERJA
DN = f(W/P); SN = f(W/P); DN = SN
VOLUME KESEMPATAN KERJA (N)
menentukan
TINGKAT UPAH
RIEL (W/P)
melalui
FUNGSI PRODUKSI AGREGAT: Y = f(N)
Y
menentukan
VARIABEL
EKSOGEN
Kapital,
Teknologi,
Kuantitas &
kualitas
tenaga
kerja, SDA
PASAR BARANG &
PASAR UANG
W/P
N
(W/P)e
Ne
SN
DN
E1
Y
N
Ne
Ye
f(N)
Kesempatan Kerja &
Pendapatan nasional (2)
Apakah tingkat Y dan N full employment
(Ye dan Ne) dapat berubah? Menurut
Klasik dapat, yaitu jika terdapat
perubahan dalam variabel eksogen.
Misal, ada peningkatan
penggunaan teknologi sedang
yang lainnya tidak berubah.
Akibatnya:
1. MPN naik sehingga kurva DN
bergeser menjadi DN
2. Fungsi produksi juga
bergeser ke atas menjadi
f(N)
3. Keseimbangan pasar tenaga
kerja berubah menjadi E2
dengan tingkat (W/P) naik
menjadi (W/P)1, volume
kesempatan kerja bertambah
menjadi N1, dan Y meningkat
menjadi Y1.
DN
f(N)
E2
(W/P)1
N1
N1
Y1
Model IV: Apa yang menentukan tabungan, investasi, dan
tingkat bunga?
Tingkat bunga ditentukan di pasar modal. Di pasar modal
bertemu dua kekuatan, yaitu permintaan dana untuk investasi
dan penawaran dana pinjaman. Keseimbangan permintaan
dan penawaran dana pinjaman menentukan tingkat bunga.
Teori penentuan tingkat bunga Klasik dikenal sebagai teori
dana pinjaman (loanable fund theory) yang dibangun
berdasarkan Hukum Say.
Hukum Say bersama dengan teori kuantitas uang telah
diposisikan sebagai ide fundamental yang melandasi
keseluruhan CMT.
MODEL IV:
TABUNGAN, INVESTASI DAN TINGKAT BUNGA
Hukum Say
Supply creates its own demand
Penawaran dengan sendirinya menciptakan permintaan
Output
agregat (Q)
Pendapatan
(Y)
Penawaran
agregat (AS)
Permintaan
agregat (AD)
Proses
Produksi Agregat
dijual
dibelanjakan
Q = Y
AS = AD
menciptakan
Fungsi uang:
Unit of account
& Medium of
exchange
Menjamin tidak ada penggangguran sumber daya.
Karena itu, perekonomian akan selalu ada pada
tingkat kesempatan kerja penuh (full employment)
Tabungan dan Investasi (1)
Q at factor cost = C + S
Proses Produksi Agregat
Hukum Say
Y at market price = C + I
Equilibrium
AS = AD
AS = C + S AD = C + I
C + S = C + I
S = I Full Employment
Tabungan dan Investasi (2)
Dalam model Klasik, tabungan adalah perilaku masyarakat untuk menunda
konsumsi sekarang, atau menunda kepuasan atas pembelanjaan
pendapatan untuk konsumsi sekarang. Mengapa masyarakat mau
menabung (menunda konsumsinya)? Ada dua alasan:
(1) Masyarakat mau menabung bukan berarti tabungan tersebut akan
dipegang sebagai uang tunai, melainkan dialokasikan sebagai dana
pinjaman untuk pihak lain (pengusaha) yang membutuhkan dana untuk
investasi. Jadi dalam model Klasik, tabungan itu akan langsung digunakan
untuk investasi. Dengan demikian besarnya tabungan (S) akan selalu
sama dengan besarnya investasi (I) S = I.
(2) Masyarakat mau menabung karena pengusaha yang meminjam dana
tabungan bersedia membayar balas jasa berupa bunga. Jadi, bunga (i)
adalah hadiah atau balas jasa karena masyarakat mau menunda
konsumsinya. Karena itu menurut ekonom Klasik, tinggi rendahnya
tabungan masyarakat ditentukan secara positif oleh tingkat bunga. S = f(i)
di mana dS/di > 0. Artinya, semakin tinggi tingkat bunga, semakin tinggi
tabungan masyarakat.

Tabungan dan Investasi (3)
Apa yang menentukan besar kecilnya pengeluaran investasi (I)?
Dalam model Klasik, pengeluaran investasi ditentukan secara
negatif oleh tingkat bunga. I = f(i) di mana dI/di < 0. Artinya,
semakin tinggi biaya bunga yang harus dibayar, semakin rendah
pengeluaran investasi.
i
S
S
i'
i
S1 S2
i
I
I
I2 I1
Penentuan Tingkat Bunga (Loanable Fund Theory)
Tingkat bunga ditentukan di pasar
modal. Di pasar modal bertemu dua
kekuatan: penawaran dana pinjaman
dan permintaan akan dana.
Penawaran dana pinjaman berasal
dari dari tabungan masyarakat (S),
sedang permintaan dana datang dari
pihak pengusaha yang membutuh-
kan dana untuk investasi (I). Atas
dasar hal tersebut maka teori bunga
Klasik disebut sebagai teori dana
pinjaman (loanable fund theory):
S = f(i); dS/di > 0
I = f(i); dI/di < 0
S = I (keseimbangan pasar modal)
i
S, I
S
I
E
S = I
i
Penawaran
dana pinjaman
Permintaan
dana investasi
AS = AD
Perekonomian ada pada tingkat
kesempatan kerja penuh
Perubahan Tingkat Bunga & Komposisi Pendapatan Nasional
Apakah keseimbangan S = I akan selalu
terjadi pada kesempatan kerja penuh?
Misalkan, karena sesuatu hal, kurva
permintaan dana bergeser dari I menjadi I.
Di pasar barang terjadi AS > AD. Akibatnya:
(1) Di pasar modal terjadi kelebihan
penawaran dana pinjaman (S > I) sebesar
E1A.
(2) Karena S > I maka tingkat bunga akan
turun menjadi i2. Dan turunnya tingkat
bunga tersebut menyebabkan penawaran
dana pinjaman (S) berkurang.
(3) S turun mengandung arti pengeluaran
konsumsi (C) naik. C naik berarti AD naik.
Sehingga dicapai keseimbangan baru di
E2, di mana S2 = I2 dan AS menjadi sama
kembali dengan AD, yang berarti
perekonomian tetap pada posisi
kesempatan kerja penuh.
i
S, I
S
I
E1
S1 = I1
I
A
i1
i2
S2 = I2
E2
Kelebihan penawaran
dana pinjaman (S > I)
KESIMPULAN: ketika ada gangguan di pasar modal, melalui fleksibilitas tingkat bunga,
keseimbangan S = I atau AS = AD pada tingkat kesempatabn kerja penuh tetap berlaku.
Perubahan tingkat bunga hanya menyebabkan perubahan dalam komposisi
pendapatan nasional.
Perluasan Model:
Kebijakan Fiskal, Tingkat Bunga &
Output Agregat
Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal dilakukan pemerintah melalui APBN. Misalnya
pemerintah menjalankan kebijakan fiskal ekspansif dengan defisit
APBN sebesar AG.
Pembiyaan defisit APBN sebesar AG dilakukan dengan menjual
obligasi. Artinya, pemerintah membiayai defisit APBN melalui
pinjaman kepada masyarakat.
Apa akibatnya terhadap tingkat bunga dan pendapatan nasional
(output agregat)?
Analisis
Defisit APBN sebesar AG yang dibiayai pinjaman kepada masyarakat
menjadikan di pasar modal terjadi kenaikan permintaan dana untuk
investasi sebesar AG. Karena itu kurva permintaan dana bergeser
dari I menjadi I + AG.


Pada tingkat bunga (i1), pasar modal mengalami kelebihan permintaan
dana sebesar E1-A. Sedang di pasar barang mengalami kelebihan
permintaan agregat (AS < AD). Artinya, perekonomian mengalami
gangguan. Gangguan tersebut akan dikoreksi sebagai berikut:
Karena di pasar modal terdapat kelebihan permintaan dana, maka
tingkat bunga akan naik menjadi E2. Naiknya tingkat bunga akan
menyebabkan: (1) masyarakat lebih suka menabung. Artinya,
pengeluaran konsumsi (C) dikurangi. Jadi penawaran dana pinjaman (S)
naik menjadi S2; (2) pengeluaran investasi berkurang. Ketika C dan I
turun mengandung arti AD juga turun, sampai dicapai posisi
keseimbangan baru di E2 di mana AS kembali sama dengan AD serta
penawaran dana pinjaman sama dengan permintaan dana (S = I + G),
dan perekonomian kembali normal pada tingkat kesempatan kerja
penuh.
Kesimpulan: (1) kebijakan fiskal yang ekspansif menyebabkan tingkat
bunga naik, dan naiknya tingkat bunga mendorong pengeluaran C dan I
berkurang. Berkurangnya I sebagai akibat kenaikan tingkat bunga
disebut efek crowding-out of invesment. (2) kebijakan fiskal hanya
menyebabkan perubahan komposisi tingkat pendapatan nasional pada
kesempatan kerja penuh.

Kebijakan Fiskal & Tingkat Bunga
Defisit APBN sebesar AG dibiayai
melalui pinjaman pada masyarakat.
Akibatnya, kurva permintaan I
bergeser menjadi I + AG. Di pasar
modal terjadi kelebihan permintaan
dana sebesar E1-A. Dan di pasar
barang mengalami kelebihan AD
(AS < AD).
Tingkat bunga naik menjadi i2,
sehingga S meningkat menjadi S2,
dan I turun menjadi I2 (crowding-
out of invesment), sampai dicapai
posisi keseimbangan baru di E2 di
mana AS kembali sama dengan AD
serta penawaran dana pinjaman
sama dengan permintaan dana (S =
I + G), dan perekonomian kembali
normal pada tingkat kesempatan
kerja penuh.

I + AG
I
S
i
S, I
E1
S1 = I1
i1
AG
i2
E2
A
S2 = I2 + AG
E1-A = kelebihan
permintaan dana
Perluasan Model:
Kebijakan Moneter, Tingkat Bunga &
Output Agregat
Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter dilakukan bank sentral melalui
pengendalian jumlah uang beredar (M). Misalnya bank
sentral menjalankan kebijakan moneter yang ekspansif,
yaitu menambah jumlah uang beredar sebesar AM. Apa
akibatnya terhadap tingkat bunga dan pendapatan
nasional (output agregat)?


Kebijakan Moneter & Tingkat Bunga
Ketika bank sentral menambah jumlah uang
beredar sebesar AM, maka jumlah penawaran
dana pinjaman (S) meningkat, sehingga
kurva S bergeser menjadi S + AM.
Akibatnya, di pasar modal mengalami
kelebihan penawaran dana pinjaman sebesar
E1-A. Tingkat bunga didorong turun menjadi
i2.
Turunnya tingkat bunga, menjadikan
pengeluaran investasi (I) naik, sedang
tabungan masyarakat (S) turun (berarti pula
pengeluaran konsumsi masyarakat C naik),
sampai dicapai posisi keseimbangan baru di
E2, di mana S2 + AM = I2 dan AS = AD, yang
berarti perekonomian tetap pada posisi
kesempatan kerja penuh.
i
S, I
S
E1
S2 + AM = I2
I
S + AM
i1
i2
S1 = I1
E2
E1-A = kelebihan
penawaran dana
pinjaman
KESIMPULAN: (1) Kebijakan moneter yang ekspansif menyebabkan tingkat bunga turun,
dan turunnya tingkat bunga mendorong pengeluaran C turun sedang pengeluaran I naik.
Kenaikan I sebagai akibat penurunan tingkat bunga disebut efek crowding-in of invesment.
(2) Sama seperti kebijakan fiskal, kebijakan moneter hanya menyebabkan perubahan
komposisi tingkat pendapatan nasional pada kesempatan kerja penuh.
AM
A
Model V: Apa yang menentukan penawaran dan
permintaan uang serta tingkat harga agregat?
Di pasar uang bertemu permintaan (M
D
) dan penawaran
uang (M
S
).
Teori permintaan uang Klasik mengacu pada teori
kuantitas uang. Dan teori kuantitas uang itu
dikembangkan dengan berlandasankan keberlakuan
Hukum Say. Berdasarkan teori kuantitas uang, para
ekonom Klasik sampai pada penjelasan tentang
penentuan tingkat harga agregat (P), serta penurunan
kurva permintaan agregat (AD).
MODEL V:
UANG DAN TINGKAT HARGA
Teori Kuantitas Uang

Anda mungkin juga menyukai