Anda di halaman 1dari 11

8.

TEKNOLOGI PERKAKAS PEMOTONG Dalam teknologi perkakas pemotong terdapat dua aspek utama yang harus diperhatikan, yaitu : - gaya potong, dan - temperatur. Gaya potong yang terlalu besar, melebihi kemampuan yang dimiliki material perkakas akan dapat menyebabkan keretakan/patah pada perkakas, sedang temperatur akan meningkat bila gaya gesek antara perkakas dengan serpihan/benda kerja terlalu besar, sehingga perkakas menjadi lunak dan mudah rusak akibat mengalami deformasi plastik. Tiga jenis penyebab kerusakan yang mungkin terjadi pada proses pemotongan: 1. Kerusakan karena retak/patah (fracture failure), terjadi bila gaya potong (F c) terlalu tinggi. 2. Kerusakan karena temperatur (temperature failure), terjadi bila temperatur akibat gesekan terlalu tinggi. 3. Aus karena pemakaian berulang-ulang (gradual wear); pemakaian yang berulang-ulang dapat menyebabkan ketajaman perkakas berkurang. Ketajaman berkurang menyebabkan efisiensi pemakaian berkurang dan temperatur meningkat akibat gaya gesekan bertambah, maka akan terjadi kerusakan seperti pada point 2. Keausan Perkakas Biasanya terjadi bila pemakaian ditunjukkan dalam gambar 8.1.

dilakukan

secara

berulang-ulang

seperti

Gambar 8.1 Diagram perkakas pemotong yang mengalami keausan


146

Terdapat dua jenis keausan pada perkakas, yaitu : - keausan dalam bentuk lubang (crater wear), dan - keausan pada panggul (flank wear). Keausan dalam bentuk lubang, yaitu keausan yang terjadi pada permukaan garuk perkakas berupa lubang kecil yang disebabkan oleh kenaikan temperatur (akibat pergesekan antara serpihan dengan permukaan garuk perkakas) sehingga terjadi proses defusi, adesif, abrasif/pengikisan, dan akhirnya terbentuklah lubang kecil pada permukaan garuk perkakas. Keausan panggul, yaitu keausan yang terjadi pada bagian yang melengkung (panggul) perkakas akibat adanya pengikisan. Mekanisme terjadinya keausan pada perkakas : 1. Abrasif, terjadi karena adanya pengikisan pada perkakas akibat pengerjaan benda kerja yang keras. 2. Adesi, terjadi akibat adanya gaya tekan dan panas yang tinggi sehingga perkakas mengalami keausan akibat adanya partikel-partikel kecil material perkakas yang lepas dari permukaannya dan melekat pada bagian benda kerja. Hal ini biasa terjadi antara serpihan dengan permukaan garuk perkakas. 3. Difusi, prosesnya hampir sama dengan adesi, tetapi disini yang melepaskan diri adalah atom-atom material perkakas, berdifusi menuju serpihan sehingga kekerasan perkakas berkurang. Bila proses ini berlanjut secara terus-menerus, maka akan mudah mengalami adesi dan abrasi. Difusi adalah merupakan penyebab terjadinya keausan dalam bentuk lubang (crater wear) pada perkakas. 4. Deformasi plastik; karena adanya peningkatan temperatur yang tinggi akibat gesekan, maka material perkakas menjadi lunak dan mudah mengalami deformasi plastik. Deformasi plastik merupakan penyebab utama terjadinya keausan panggul (flank wear). Keausan perkakas akan bertambah cepat bila kecepatan potong dan temperatur tinggi. Umur Perkakas dan Persamaan Umur Perkakas Taylor Umur perkakas didefinisikan sebagai panjang waktu potong dimana perkakas masih dapat digunakan. Gambar 8.2 menunjukkan kurve hubungan antara keausan dan waktu potong perkakas. Tiga daerah yang biasanya digunakan untuk mengidentifikasi laju keausan perkakas, yaitu : 1. Periode peretakan (break-in period), yaitu periode keausan yang terjadi sesaat setelah pengoperasian, dimana pada periode ini keausan perkakas berjalan sangat cepat terutama pada bagian tajam dari ujung perkakas; 2. Daerah keausan konstan (steady-state wear region); daerah ini menggambarkan laju keausan sebagai fungsi linear terhadap waktu;
147

3. Daerah kerusakan (failure region); pada periode ini laju keausan perkakas berjalan dengan cepat sehingga temperatur potong bertambah tinggi dan efisiensi proses pemesinan berkurang, dan akhirnya perkakas menjadi rusak akibat temperatur tinggi.

Gambar 8.2 Keausan perkakas sebagai fungsi waktu pemotongan Kemiringan (slope) kurve pada daerah keausan konstan dipengaruhi oleh : - material benda kerja, dan - kondisi pemotongan. Material yang lebih keras akan menyebabkan peningkatan laju keausan (kemiringan kurve bertambah). Kondisi pemotongan dengan menambah kecepatan potong, hantaran, dan kedalaman potong juga akan menyebabkan peningkatan laju keausan. Gambar 8.3 memperlihatkan kurve keausan perkakas dengan beberapa kecepatan yang berbeda.

Gambar 8.3 Kurve keausan perkakas dengan beberapa kecepatan yang berbeda
148

Dengan bertambahnya kecepatan potong, maka laju keausan juga bertambah, sehingga tingkat kerusakan yang sama akan dicapai dalam waktu yang lebih cepat. Persamaan Umur Perkakas Taylor Bila tiga harga umur perkakas dalam gambar 8.3 diplot kembali pada grafik hubungan antara kecepatan potong terhadap umur perkakas (dalam bentuk grafik logaritme natural), maka hubungan tersebut akan berbentuk garis lurus seperti ditunjukkan dalam gambar 8.4.

Gambar 8.4 Hubungan antara kecepatan potong terhadap umur perkakas (dalam bentuk grafik logaritme natural) Hubungan ini ditemukan oleh F.W. Taylor pada sekitar tahun 1900, sehingga persamaannya disebut persamaan umur perkakas Taylor, yaitu :

vT = C
dimana :

v = kecepatan potong, ft/menit (m/menit); T = umur perkakas, menit; n dan C adalah parameter yang nilainya tergantung pada hantaran, kedalaman potong, material benda kerja, material perkakas, dan kreteria umur perkakas yang digunakan.

Nilai n lebih dipengaruhi oleh material perkakas, sedang nilai C lebih tergantung pada material benda kerja dan kondisi pemotongan. Dalam gambar 8.4 n ditunjukkan oleh kemiringan kurve, sedang C menunjukkan nilai kecepatan potong setiap 1 menit umur perkakas.

149

Pada persamaan di atas terlihat bahwa satuan pada ruas kiri tidak konsisten dengan satuan pada ruas kanan. Agar satuannya konsisten, maka persamaan tersebut harus dirubah menjadi :

vT = C(Tref)
n

dimana ;

Tref = 1 menit bila v dalam ft/menit (m/menit), dan T dalam menit,


tetapi bila v dalam ft/detik (m/detik), dan T dalam detik, maka Tref = 1 detik.

Contoh soal : Tentukan nilai C dan n dalam gambar 8.4 dengan memilih dua diantara tiga titik pada kurve tersebut. Jawab : Misalnya kita pilih titik-titik yang ekstrim yaitu v = 400 ft/menit, T = 5 menit dan v = 200 ft/menit, T = 41 menit, maka diperoleh : 400(5) = C 200(41) = C Ruas kiri dari kedua persamaan di atas adalah sama : 400(5) = 200(41) ln (400) + n ln (5) = ln (200) + n ln (41) 5,9915 + 1,609n = 5,2983 + 3,7136n n = 0,329 Nilai n substitusikan ke persamaan semula :
n n n n

C = 400 (5)0,329 = 679 atau C = 200 (41)0,329 = 679


Jadi persamaan umur perkakas Taylor sesuai dengan data gambar 24.5 adalah :

vT

0,329

= 679

Persamaan umur perkakas Taylor dapat diformulasikan dengan memasukkan pengaruh dari hantaran, kedalaman potong, dan kekerasan benda kerja :
150

vT f d H = K(Tref) (fref) (dref) (Href)


n m p q n m p

dimana :

f = hantaran, in (mm); d = kedalaman potong, in (mm); H = kekerasan, skala kekerasan; m, p dan q adalah parameter yang nilainya ditentukan secara eksperimen; K analog dengan C; fref, dref, Href adalah nilai referensi dari hantaran, kedalaman potong, dan kekerasan.

Dalam prakteknya sangat sulit menerapkan rumus di atas, maka untuk menyederhanakan sebagian parameter biasanya diabaikan, seperti misalnya dengan mengabaikan kedalaman potong dan kekerasan, sehingga rumus di atas dapat dirubah menjadi:

vT f

= K(Tref) (fref)
n

Kreteria umur perkakas dalam industri : Terdapat 9 kreteria yang biasa digunakan dalam operasi pemesinan produksi, yaitu : 1. Kerusakan total (complete failure), yaitu kerusakan total pada mata potong seperti kerusakan karena retak/patah, kerusakan karena temperatur, atau karena aus akibat pemakaian terus-menerus sampai patah. 2. Inspeksi keausan panggul atau keausan lubang secara visual yang dilakukan oleh operator mesin. Kreteria ini hanya dapat dilakukan oleh seseorang yang telah memiliki keakhlian di bidang tersebut; 3. Uji mata potong dengan menggunakan kuku jari tangan yang dilakukan oleh operator; 4. Perubahan suara selama operasi, hal ini juga ditentukan oleh operator; 5. Serpihan berserabut dan susah dibuang; 6. Degradasi pada penyelesaian permukaan benda kerja; 7. Peningkatan pemakaian daya selama operasi, dapat diukur dengan wattmeter yang dihubungkan dengan mesin perkakas; 8. Menghitung bendakerja/part yang dikerjakan. Operator diminta untuk menggantikan perkakasnya setelah mengerjakan part dalam jumlah tertentu; 9. Kumulatif waktu potong, hampir sama dengan menghitung bendakerja, hanya disini yang dimonitor panjang waktu potong perkakas.

151

Kualitas perkakas ditentukan oleh 2 faktor, yaitu : - material perkakas, dan - geometri perkakas. Material perkakas yang digunakan harus dapat mengatasi gaya potong dan panas akibat gesekan yang dialami, serta akibat pemakaian yang berulang-ulang. Geometri perkakas harus dibuat sedemikianrupa sehingga dapat mengurangi terjadinya gesekan antara perkakas dengan benda kerja. Material Perkakas Untuk mengatasi tiga jenis kerusakan yang mungkin terjadi pada perkakas, maka sifat mekanik yang perlu diperhatikan dalam memilih material perkakas adalah : 1. Ketangguhan, untuk menhindari kerusakan akibat keretakan, maka material perkakas harus memiliki ketangguhan yang tinggi. Ketangguhan adalah kemampuan material untuk menyerap energi tanpa menyebabkan terjadinya kerusakan. Biasanya ditunjukkan oleh kombinasi antara kekuatan dan keuletan material. 2. Kekerasan merah (hot hardness), yaitu kemampuan material untuk mempertahankan kekerasannya pada temperatur tinggi. Hal ini diperlukan karena akan terjadi panas yang tinggi pada saat perkakas tersebut dioperasikan (lihat gambar 8.5). 3. Tahan aus, tidak hanya ditentukan oleh kekerasan dari material, tetapi juga ditentukan oleh kehalusan dari permukaan material, komposisi kimia dan cara pengerjaan material, dan ada atau tidaknya digunakan cairan pendingin.

Gambar 8.5 Kekerasan merah untuk beberapa jenis material


152

Material perkakas yang biasa digunakan adalah : 1. Baja karbon dan baja paduan rendah, sekarang jarang digunakan karena tidak memiliki kekerasan merah yang tinggi. 2. Baja kecepatan tinggi, mengandung paduan tinggi, mempunyai kemampuan dikeraskan sangat baik, dan tetap mempertahankan tepi pemotongan yang baik sampai suhu 650OC. 3. Paduan kobalt cor, mengandung kobalt sekitar 40% sampai dengan 50%. Ketahanan ausnya lebih baik daripada baja kecepatan tinggi, tetapi tidak sebaik karbida sementit. Ketangguhannya lebih baik daripada karbida, tetapi tidak sebaik baja kecepatan tinggi. Kekerasan merahnya terletak diantara baja kecepatan tinggi dan karbida sementit. 4. Karbida sementit, memiliki kekerasan merah yang terbaik diantara material perkakas yang lain yaitu mencapai 1200 OC, tetapi material ini sangat rapuh sehingga didalam pengopersiannya perlu didukung dengan sangat kaku untuk mencegah keretakan. 5. Keramik, dibuat dari serbuk halus oksida aluminium (Al2O3) yang dipres dengan tekanan tinggi dan disinter dengan temperatur tinggi tanpa bahan pengikat, biasanya ditambah-kan dengan sejumlah kecil oksida yang lain seperti oksida zirconium. Sangat baik digunakan untuk penyelesaian permukaan, tetapi tidak baik untuk operasi pemotongan kasar karena ketangguhannya rendah. 6. Intan sintetik (syntetic diamonds); intan dikenal sebagai material yang keras, kekerasannya mencapai tiga sampai empat kali kekerasan karbida tungsten atau oksida aluminium. Perkakas pemotong intan sintetik dibuat dari intan polikristalin, yaitu serbuk halus kristal intan disinter pada temperatur tinggi dan dipres sesuai dengan bentuk yang diinginkan, tanpa bahan pengikat. Intan sintetik digunakan mesin kecepatan tinggi untuk non-ferrous dan untuk pengerjaan abrasif material non-logam seperti serat gelas dan grafit. Geometi Perkakas Dalam hal ini hanya akan dibahas mengenai geometri perkakas mata tunggal seperti ditunjukkan dalam gambar 8.6. Terdapat 7 elemen geometri perkakas mata tunggal, yaitu : 1. Sudut garuk belakang/back rake angle ( b), fungsinya untuk mengatur arah aliran serpihan pada permukaan garuk; 2. Sudut garuk samping/side rake angle ( s), fungsinya sama yaitu untuk mengatur arah aliran serpihan pada permukaan garuk; 3. Sudut pengaman ujung/end relief angle (ERA), fungsinya untuk memberikan ruang bebas antara perkakas dengan permukaan benda kerja (bagian bawah) yang dipotong agar tidak terjadi pergesekan;
153

4. Sudut pengaman samping/side relief angle (SRA), fungsinya untuk memberikan ruang bebas antara perkakas dengan permukaan benda kerja (bagian samping) yang dipotong agar tidak terjadi pergesekan; 5. Sudut mata potong samping/side cutting edge angle (SCEA), fungsinya untuk menentukan panjang mata perkakas yang masuk ke dalam benda kerja (besar hantaran dan kedalaman potong perkakas ke dalam benda kerja), untuk mengurangi terjadinya gaya kejut; 6. Sudut mata potong ujung/end cutting edge angle (ECEA), fungsinya untuk memberikan ruang bebas antara perkakas dengan permukaan benda kerja yang baru dihasilkan agar tidak terjadi gesekan; 7. Jari-jari ujung/nose radius (NR), fungsinya agar dihasilkan permukaan dengan texture yang baik.

Gambar 8.6 Tujuh elemen geometri perkakas mata tunggal Pemutus Serpihan (Chip Breakers) Serpihan berbentuk benang sering terjadi khususnya bila benda kerja ulet dibubut dengan kecepatan potong tinggi. Serpihannya dapat membahayakan operator mesin dan merupakan gangguan dalam penyelesaian benda kerja. Untuk menghindarkan hal tersebut sering digunakan pemutus serpihan sehingga terpotong pendek-pendek, seperti ditunjukkan dalam gambar 8.7. Terdapat dua jenis pemutus serpihan yang sering digunakan yaitu : - jenis alur/groove type, alur dibuat pada perkakas itu sendiri (gambar 8.7 a);
154

jenis sumbat (apitan)/obstruction type, merupakan komponen terpisah yang diapitkan pada perkakas (gambar 8.7 b).

Gambar 8.7 Dua cara pemutusan serpihan dalam perkakas mata tunggal Pengaruh Material Perkakas pada Geometri Perkakas - Baja kecepatan tinggi memiliki kekuatan dan ketangguhan yang terbaik diantara material perkakas yang lain, tetapi kekerasan merahnya lebih rendah dibandingkan dengan paduan kobalt, karbida sementit, dan keramik. Ditinjau dari harga pembuatan baja kecepatan tinggi relatif lebih murah dibandingkan material yang memiliki kekerasan tinggi. Oleh karena itu kadangkala diperlukan perubahan geometri perkakas agar memiliki sifat mekanik yang lebih unggul dengan harga yang lebih murah. Beberapa alternatif cara memegang dan menempatkan mata potong untuk perkakas mata tunggal ditunjukkan dalam gambar 8.8 berikut ini.

Gambar 8.8 Tiga cara memegang dan menempatkan mata potong untuk perkakas mata tunggal

155

Perkakas padat (solid tool), biasanya untuk perkakas yang menggunakan baja kecepatan tinggi; Sisipan terpatri (brazed insert), yaitu menyisipkan mata potong karbida sementit dengan cara mematri pada tangkai perkakas, dimana tangkainya dibuat dari baja kecepatan tinggi; Sisipan yang diklem secara mekanik ( mechanically clamped insert), yaitu menyisipkan mata potong karbida sementit, keramik, atau material keras yang lain dengan cara mengklem pada tangkai perkakas, dimana tangkainya dibuat dari baja kecepatan tinggi.

156

Anda mungkin juga menyukai