R RULICK SETYAHADI
TESIS
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2012
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister, Pada Program Magister, Program Studi Akuntansi, Program Pascaarjana Universitas Udayana
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2012
Lembar Pengesahan
Pembimbing I
Pembimbing II
Mengetahui
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana, No: 0052/UN 14.4/HK/2012, Tanggal 5 Januari 2012
Ketua: Dr. Dewa Gede Wirama, SE.,MSBA.,,Ak Anggota: 1. Dr. Gerianta Wirawan Yasa, SE.,M.Si 2. Prof. Dr. I Wayan Ramantha, SE.,MM.,Ak.,CPA 3. Dr. I Wayan Suartana, SE.,M.Si.,Ak 4. Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE.,M.Si
R Rulick Setyahadi 0991662016 Magister Akuntansi Pengaruh Probabilitas Kebangkrutan Pada Audit Delay
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat.
Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah Tesis ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas Republik Indonesia No.17 Tahun 2010 dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
UCAPAN TERIMA KASIH Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur ke hadapan Allah yang maha kasih, karena hanya karena kasih dan kurnia-Nya, penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul Pengaruh Probabilitas Kebangkrutan Pada Audit Delay. Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. Dewa Gede Wirama, SE.,MSBA.,Ak sebagai pembimbing utama yang dengan perhatian telah memberikan dorongan, semangat, bimbingan, dan saran selama penulis mengikuti program magister, khususnya dalam penyelesaian tesis ini. Terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis sampaikan kepada Dr. Gerianta Wirawan Yasa, SE.,M.Si selaku pembimbing pendamping yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis. Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana Prof. Dr. dr. Made Bakta, Sp.PD (KHOM), atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister di Universitas Udayana. Ucapan terima kasih ini juga ditujukan kepada Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana yang dijabat oleh Prof. Dr. dr. A.A.Raka Sudewi, Sp.S(K), atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa Program Magister Program Pascasarjana Universitas Udayana. Tidak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. I Wayan Ramantha, SE.,MM.,Ak.,CPA, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Udayana atas ijin yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti program Magister. Pada kesempatan ini,
penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada Dr. Made Gede Wirakusuma, SE.,M.Si, Ketua Jurusan Akuntansi dan Dr. I Ketut Budiartha, SE.,M.Si.,Ak, Ketua Program Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Udayana. Ungkapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada para penguji tesis, yaitu Prof. Dr. I Wayan Ramantha, SE.,MM.,Ak.,CPA, Dr. I Wayan Suartana, SE.,M.Si.,Ak, Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE.,M.Si, yang telah memberikan masukan, saran, sanggahan dan koreksi sehingga tesis ini dapat terwujud seperti ini. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tulus disertai penghargaan kepada seluruh guru-guru yang telah membimbing penulis, mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Juga penulis ucapkan terima kasih kepada Ibu dan mendiang Ayah yang telah mengasuh dan membesarkan penulis, memberikan dasar-dasar berpikir logik dan suasana demokratis sehingga tercipta lahan yang baik untuk berkembangnya kreativitas. Akhirnya penulis sampaikan terima kasih kepada isteri tercinta Eisye Susanti, serta anak-anak terkasih Vania dan Calista, yang dengan penuh pengorbanan telah memberikan kepada penulis kesempatan untuk lebih berkonsentrasi menyelesaikan tesis ini. Semoga Allah yang maha Kasih selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini, serta kepada penulis sekeluarga.
Audit delay merupakan isu penting karena dapat berdampak pada ketepatwaktuan penyampaian informasi akuntansi yang selanjutnya mempengaruhi relevansi informasi akuntansi. Penelitian sebelumnya yang telah dilakukan menemukan banyak faktor yang dapat mempengaruhi audit delay. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi audit delay adalah probabilitas kebangkrutan. Penelitian ini menggunakan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) antara tahun 2007 sampai dengan 2010 sebagai sampel dan menggunakan pengukuran prediksi model Z-Score Altman yang berbeda dari penelitian sebelumnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh probabilitas kebangkrutan pada audit delay. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linear sederhana. Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa probabilitas kebangkrutan yang ditunjukkan dengan nilai Z-Score berpengaruh negatif dan signifikan pada audit delay. Setiap penurunan nilai Z-Score yang mengindikasikan semakin besar kemungkinan perusahaan mengalami kebangkrutan akan mengakibatkan audit delay yang lebih lama. Ini menjelaskan bahwa probabilitas kebangkrutan sebagai salah satu faktor audit delay. Kata kunci: audit delay, probabilitas kebangkrutan, model prediksi Altman.
Audit delay is an important issue because it can affect the timeliness of accounting information release and the relevance of accounting information. Prior researches found that there are many factors affect audit delay. One of them is probability of bankruptcy This research uses companies that listed in Indonesia Stock Exchange (ISX) between 2007 to 2010 as sample and Altmans Z-Score accounting based measure different from prior research. This research is intended to reveal the effect of probability of bankruptcy to audit delay. The method used to analyse the effect between variables is simple linear regression. From the result, it can be concluded that probability of bankruptcy shown by Z-Score has a negative and siginificant effect to audit delay. Decreasing of ZScore indicate that probability of bankruptcy will be higher, it means audit delay will be longer. It confirms that probability of bankruptcy as one of audit delay factors. Keyword: audit delay, probability of bankruptcy, Altman prediction model.
DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM .. PRASYARAT GELAR LEMBAR PERSETUJUAN . PENETAPAN PANITIA PENGUJI .... SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT.. UCAPAN TERIMA KASIH . ABSTRAK ABSTRACT .. DAFTAR ISI . DAFTAR TABEL . DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN . BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang . 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Penelitian . 1.4 Manfaat Penelitian ... KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Keagenan (Agency Theory) .. 2.2 Audit Delay .... 2.3 Kebangkrutan . 2.3.1 Pengertian Kebangkrutan . 2.3.2 Faktor-faktor Penyebab Kebangkrutan . 2.4 Model Prediksi Kebangkrutan ...` 2.4.1 Model Zmijewski .. 2.4.2 Model Fulmer ... 2.4.3 Sistem Blasztk ... 2.4.4 CA-Score .. 2.4.5 Model Springate 2.4.6 Model Altman 2.5 Regulasi Pelaporan Keuangan di Indonesia ... 2.6 Kajian Empiris Penelitian Sebelumnya . KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 3.1 Kerangka Berpikir . 3.2 Hipotesis Penelitian i ii iii iv v vi viii ix x xii xiii xiv 1 1 3 3 4 5 5 6 7 7 9 12 12 12 13 14 14 15 19 21 29 29 30
BAB II
BAB III
BAB IV
METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian . 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .. 4.3 Penentuan Sumber Data . 4.3.1 Populasi dan Sampel . 4.3.2 Jenis dan Sumber Data . 4.4 Variabel Penelitian .... 4.4.1 Identifikasi Variabel . 4.4.2 Definisi Operasional Variabel .. 4.5 Metode Pengumpulan Data 4.6 Analisis Data .. 4.6.1 Model Analisis .. 4.6.2 Uji Hipotesis . HASIL PENELITIAN 5.1 Deskripsi Sampel Penelitian .. 5.2 Analisis Statistik Deskriptif 5.3 Hasil Uji Koefisien Determinasi 5.4 Persamaan Regresi . 5.5 Hasil Analisis Varian . 5.6 Hasil Uji Hipotesis . PEMBAHASAN . SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan 7.2 Saran ..
33 33 35 35 35 36 36 36 36 37 38 38 38 39 39 40 40 41 41 42 43 49 49 50 52 58
BAB V
DAFTAR TABEL
Halaman Titik cut-off model Altman .. Penelitian-penelitian sebelumnya . Proses seleksi sampel berdasarkan kriteria ... Statistik Deskriptif Hasil Uji Regresi Linear Sederhana .
18 24 39 40 42
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Analisis Statistik Deskriptif Hasil Uji Regresi Linear Sederhana Daftar Nama Perusahaan dan Data Variabel Penelitian . 58 59 61
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Audit delay merupakan salah satu topik yang banyak dibahas dalam
penelitian-penelitian akuntansi. Dyer dan Mchugh (1975) dan Courtis (1976) menemukan bahwa ukuran perusahaan dan industri keuangan berhubungan negatif dengan audit delay. Selanjutnya Whittred (1980) serta Garsomble (1981)
menemukan perusahaan dengan akhir tahun pada masa audit tersibuk umumnya mengalami audit delay yang lebih lama. Whittred (1980) dan Soltani (2002) juga menyatakan bahwa perusahaan yang menerima qualified audit opinion memiliki audit delay yang lebih lama. Sedangkan Whittred dan Zimmer (1984) menemukan bahwa perusahaan dengan kesulitan keuangan juga berhubungan dengan audit delay. Asthon et al. (1987) menemukan bahwa ukuran perusahaan, kompleksitas operasional dan kualitas kontrol internal berhubungan signifikan dengan audit delay. Penelitian Asthon et al. dilanjutkan oleh Carslaw dan Kaplan (1991) dengan menambahkan kontrol perusahaan dan proporsi hutang sebagai variabel penjelas menemukan pengaruh yang signifikan antara solvabilitas yang diukur dari rasio total debt to total assets (TDTA) pada audit delay untuk sampel perusahaan tahun 1988.
Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi audit delay. Beberapa faktor yang diketahui mempengaruhi audit delay adalah ukuran perusahaan dan industri keuangan (Dyer dan McHugh, 1975; Courtis, 1976), qualified audit opinion (Whittred, 1980), ukuran perusahaan, kompleksitas operasional, kualitas kontrol internal, (Ashton et al., 1987), kontrol perusahaan dan proporsi hutang (Carslaw dan Kaplan, 1991), fee audit dan fee jasa non-audit (Simunic, 1984 dan Palmrose, 1986), kondisi keuangan (Bamber et al. 1993; Schwartz dan Soo, 1996; Jaggi dan Tsui, 1999). Salah satu faktor yang dapat menyebabkan keterlambatan proses
penyampaian laporan keuangan adalah probabilitas kebangkrutan dimana ketika perusahaan terindikasi mengalami kesulitan keuangan, ini mengindikasikan perusahaan tersebut kemungkinan akan mengalami kebangkrutan sehingga auditor memerlukan waktu yang lebih banyak lagi untuk mengetahui apa yang terjadi di perusahaan tersebut dan auditor juga membutuhkan lebih banyak data yang diperlukan untuk dapat menghasilkan opini sesuai dengan kondisi perusahaan yang sebenarnya. Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Lai dan M.C.Cheuk (2005) yang meneliti dampak rotasi partner audit dan rotasi kantor akuntan publik pada audit report lag pada perusahaan-perusahaan di Australia dan juga penelitian yang dilakukan oleh Walker dan David Hay (2008) yang meneliti dampak jasa non-audit pada audit delay pada perusahaan di New Zealand, dengan menggunakan model prediksi kebangkrutan Zmijewski sebagai proksi untuk
mengetahui kondisi perusahaan, ditemukan bahwa probabilitas kebangkrutan berpengaruh pada audit delay. Altman dan McGough (1974) dalam Fanny dan Saputra (2005) menemukan bahwa tingkat prediksi kebangkrutan dengan menggunakan suatu model prediksi mencapai tingkat keakuratan 82 persen dan menyarankan penggunaan model prediksi kebangkrutan sebagai alat bantu auditor untuk memutuskan kemampuan perusahaan mempertahankan kelangsungan hidupnya. Mengacu pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, pemilihan variabel probabilitas kebangkrutan dengan menggunakan model prediksi Altman bertujuan untuk menguji kembali hasil penelitian sebelumnya dan juga bahwa perusahaan-perusahaan di Indonesia masih mendasarkan perhitungannya dengan menggunakan rasio-rasio keuangan sedangkan probabilitas kebangkrutan model Altman memilih 5 rasio keuangan dari 22 rasio keuangan yang sangat sesuai digunakan untuk mengetahui lebih dini bagaimana kondisi perusahaan yang sesungguhnya sehingga dapat membantu auditor maupun manajemen dalam membuat keputusan audit maupun keputusan strategis menyangkut
keberlangsungan perusahaan. Uraian latar belakang masalah di atas mendorong peneliti untuk melakukan penelitian tentang pengaruh probabilitas kebangkrutan pada audit delay. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah apakah probabilitas kebangkrutan mempengaruhi audit delay?
1.3
Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh probabilitas kebangkrutan pada audit delay. 1.4 Manfaat Penelitian 1) Manfaat Akademis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi mahasiswa untuk melakukan penelitian selanjutnya dan dapat memberikan tambahan bukti empiris tentang faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay. 2) Manfaat Praktis Bagi praktisi akuntan publik terutama auditor dalam melaksanakan auditnya agar dapat menyelesaikan laporan auditnya tepat waktu sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan oleh Bapepam.LK. Dan juga bagi investor, dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan berinvestasi. 3) Manfaat Regulasi Bagi regulator pasar modal, khususnya Bapepam.LK terhadap kemungkinan ketidak patuhan perusahaan dalam pemenuhan kewajiban melaporkan laporan keuangan dengan tepat waktu.
2.1
Teori Keagenan (Agency Theory) Jensen dan Meckling (1976) menggambarkan hubungan agensi sebagai
suatu kontrak di bawah satu atau lebih prinsipal yang melibatkan agen untuk melaksanakan beberapa layanan bagi mereka dengan melakukan pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada agen. Baik agen maupun prinsipal diasumsikan sebagai orang ekonomi rasional dan semata-mata termotivasi oleh kepentingan pribadi. Shareholders atau prinsipal mendelegasikan pembuatan keputusan mengenai perusahaan kepada manager atau agen. Agen seringkali bertindak tidak sesuai dengan keinginan prinsipal yang disebabkan adanya kepentingan pribadi yang tidak sejalan dengan kepentingan prinsipal. Masalah keagenan dapat merugikan pemegang saham karena pemegang saham tidak terlibat langsung dalam pengelolaan perusahaan sehingga tidak memiliki akses yang memadai untuk mendapakan informasi yang dibutuhkan. Informasi sepenuhnya dibawah kendali manajer atau agen. Konflik kepentingan yang disebabkan oleh kemungkinan agen tidak selalu bertindak sesuai dengan keinginan prinsipal dapat mendorong timbulnya biaya keagenan (agency cost). Jensen dan Meckling (1976) menyatakan ada tiga jenis biaya keagenan yaitu: (1) pengeluaran untuk memantau kegiatan manajerial, seperti biaya audit; (2) pengeluaran untuk struktur organisasi dengan cara yang membatasi perilaku manajerial yang tidak diinginkan, seperti menunjuk anggota luar dewan direksi atau
restrukturisasi bisnis perusahaan unit dan hierarki manajemen, dan (3) biaya kesempatan yang dapat terjadi ketika pemegang saham dikenakan pembatasan, seperti persyaratan untuk suara pemegang saham pada permasalahan tertentu, membatasi kemampuan manajer untuk mengambil tindakan yang meningkatkan kekayaan pemegang saham. Dengan tidak adanya upaya pemegang saham untuk mengubah perilaku manajerial, biasanya akan ada kehilangan sebagian kekayaan pemegang saham karena tindakan manajerial yang tidak pantas. Disisi lain, biaya keagenan akan berlebihan jika pemegang saham berusaha untuk memastikan bahwa setiap tindakan manajerial sesuai dengan kepentingan pemegang saham. Manajemen memiliki motivasi atau kecenderungan untuk menunda atau menangguhkan informasi jika manajemen menangkap adanya sinyal buruk pada kondisi perusahaan dalam rangka untuk mencegah atau menghindari terjadinya respon negatif dari pemegang saham. 2.2 Audit Delay Lamanya waktu penyelesaian audit terhitung mulai dari tanggal penutupan tahun buku sampai dengan tanggal diterbitkannya laporan audit disebut audit report lag atau audit delay. Menurut Dyer dan McHugh (1975, dalam Wiwik Utami, 2006)Auditors report lag is the open interval of number of days from the year end to the date recorded as the opinion signature date in the auditor report. Menurut Ashton, Willingham, dan Elliot (1987), Carslaw dan Kaplan (1991), Audit delay is the length of time from a companys fiscal year end to the date of the auditors report. Menurut Lawrence dan Briyan (1988), Audit delay adalah
lamanya hari yang dibutuhkan auditor untuk menyelesaikan pekerjaan auditnya yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku hingga tanggal diterbitkannya laporan keuangan auditan. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan rata-rata audit delay yang berbeda pada setiap Negara. Perbedaan ini dapat dimaklumi karena adanya peraturan dan kebijakan pasar modal yang berbeda antar Negara. Penelitian yang dilakukan di Indonesia menunjukkan rata-rata audit delay yang berbeda diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Meylisa (2000) sebesar 72,9 hari, Sistya Rachmawati (2008) sebesar 76 hari, Imam Subekti (2004) 98,3 hari. Hasil ini tergolong lebih panjang jika dibandingkan dengan hasil penelitian Ashton, Willingham, dan Elliot (1987) yang hanya sebesar 62,53 hari. Sedangkan hasil penelitian Ayoib dan Abidin (2008) di Malaysia menunjukkan rata-rata audit delay yang lebih panjang yaitu 114 hari. 2.3 2.3.1 Kebangkrutan Pengertian Kebangkrutan Kebangkrutan adalah kesulitan keuangan yang sangat parah sehingga perusahaan tidak mampu lagi menjalankan operasinya dengan baik. Sedangkan financial distress adalah kesulitan keuangan yang mungkin mengawali
kebangkrutan. Kebangkrutan juga sering disebut likuidasi perusahaan atau penutupan perusahaan atau insolvabilitas. Menurut Martin. et al, 1995, dalam Adnan (2003), kebangkrutan sebagai kegagalan di definisikan dalam beberapa arti:
a. Kegagalan ekonomi (economic failure), kegagalan dalam arti ekonomi biasanya berarti bahwa perusahaan kehilangan uang atau pendapatan perusahaan tidak dapat menutup biayanya sendiri. Ini berarti tingkat labanya lebih kecil dari biaya modal atau nilai sekarang dari arus kas perusahaan lebih kecil dari kewajiban. b. Kegagalan keuangan (financial failure), kegagalan keuangan bisa diartikan sebagai insolvensi yang membedakan antara dasar arus kas dan dasar saham. Insolvensi atas dasar arus kas ada dua bentuk, yaitu: 1) insolvensi teknis (technical insolvency), perusahaan dianggap gagal jika perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo. Insolvensi teknis terjadi bila arus kas tidak cukup untuk memenuhi pembayaran bunga atau pembayaran kembali pokok pada tanggal tertentu. 2) Insolvensi dalam pengertian kebangkrutan, dalam pengertian ini kebangkrutan didefinisikan dalam ukuran sebagai kekayaan bersih negatif dalam neraca konvensional atau nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan lebih kecil dari kewajiban.
2.3.2
Faktor-faktor Penyebab Kebangkrutan Menurut Janch & Glueck, (1995) dalam Muhammad Adnan dan Eka
Kurniasih (2000:139), secara garis besar, faktor-faktor penyebab kebangkrutan dibagi menjadi tiga, yaitu: a. Faktor Umum 1) Sektor Ekonomi Faktor-faktor kebangkrutan dari sektor ekonomi adalah gejala inflasi dan deflasi dalam harga barang dan jasa, kebijakan keuangan, dan suku bunga. 2) Sektor Sosial Faktor sosial yang sangat berpengaruh dalam perubahan gaya hidup masyarakat yang mempengaruhi produk dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan dan faktor lain yang juga berpengaruh adalah kerusuhan dan kekacauan yang terjadi di masyarakat. 3) Sektor Teknologi Penggunaan teknologi informasi juga menyebabkan biaya yang ditanggung perusahaan menjadi membengkak terutama untuk
pemeliharaan dan implementasi. Pembengkakan terjadi jika penggunaan teknologi informasi tersebut kurang terencana oleh pihak manajemen. Sistemnya tidak terpadu dan para pengguna tidak profesional.
4) Sektor Pemerintah Kebijakan pemerintah tidak mencabut subsidi pada perusahaan dan industri, pengenaan tarif ekspor dan impor barang yang berubah, kebijakan undang-undang baru bagi perbankan atau tenaga kerja dan lain-lain. b. Faktor Eksternal Perusahaan 1) Sektor Pelanggan Perusahaan harus bisa mengidentifikasi sifat konsumen, karena berguna untuk menghindari kehilangan konsumen, juga untuk menciptakan peluang-peluang menemukan konsumen baru dan menghindari
menurunnya hasil penjualan dan mencegah konsumen berpaling ke pesaing. 2) Sektor Pemasok Perusahaan pemasok harus tetap bekerjasama dengan baik karena kekuatan pemasok untuk menaikkan harga dan mengurangi keuntungan pembelinya tergantung seberapa jauh pemasok berhubungan dengan pedagang bebas. 3) Sektor Pesaing Perusahaan juga jangan melupakan pesaing karena apabila pesaing lebih diterima masyarakat, perusahaan tersebut akan kehilangan konsumen dan mengurangi pendapatan yang diterima.
c. Faktor Internal Perusahaan Faktor-faktor internal ini biasanya merupakan hasil dari keputusan dan kebijakan yang tidak tepat di masa lalu dan kegagalan manajemen untuk berbuat sesuatu pada saat yang diperlukan. Faktor-faktor yang
menyebabkan kebangkrutan secara internal adalah (Harnanto,1984:484) 1) Terlalu besarnya kredit yang diberikan kepada debitur atau pelanggan. Kebangkrutan bisa terjadi karena terlalu besarnya jumlah kredit yang diberikan kepada para debitur atau pelanggan yang pada akhirnya tidak bisa dibayar oleh para pelanggan pada waktunya. 2) Manajemen yang tidak efisien. Banyaknya perusahaan gagal untuk mencapai tujuannya karena kurang adanya kemampuan, ketrampilan, pengalaman, sikap adaptif dan inisiatif dari manajemen. Ketidak efisienan manajemen tercermin pada ketidakmampuan manajemen dalam menghadapi situasi yang terjadi diantaranya: a. Hasil penjualan yang tidak memadai. b. Kesalahan dalam penetapan harga jual. c. Struktur biaya yang tidak efisien. d. Tingkat investasi dalam aktiva tetap dan persediaan yang melampaui batas. e. Kekurangan modal kerja. f. Ketidakseimbangan dalam struktur permodalan. g. Sistem dan prosedur akuntansi kurang memadai.
h. Sistem informasi yang kurang mendukung. 3) Penyalahgunaan wewenang banyak dilakukan oleh karyawan maupun manajer puncak, hal ini akan sangat merugikan dan menimbulkan dampak pada kinerja perusahaan. 2.4 2.4.1 Model Prediksi Kebangkrutan Model Zmijewski Zmijewski (1984) menggunakan analisis rasio yang mengukur kinerja leverage dan likuiditas suatu perusahaan untuk model prediksinya. Zmijewski menggunakan probit analisis yang diterapkan pada 40 perusahaan yang telah bangkrut dan 800 perusahaan yang masih bertahan saat itu. Model yang berhasil dikembangkan yaitu: X = -4,3 -4,5X1 + 5,7X2 0,004X3 Keterangan: X1 = ROA (return on asset) X2 = Leverage (debt ratio) X3 = Likuiditas (current ratio) 2.4.2 Model Fulmer Fulmer (1984) menggunakan analisa step-wise multiple discriminant untuk mengevaluasi 40 rasio keuangan yang diaplikasikan pada sampel 60 perusahaan, 30 gagal dan 30 sukses dengan rata-rata ukuran asset perusahaan adalah $455.000. Fulmer melaporkan 98% akurat pada perusahaan satu tahun sebelum gagal dan 81% akurat lebih dari satu tahun sebelum kebangkrutan.
Model Fulmer adalah: H = 5,528V1 + 0,212V2 + 0,073V3 + 1,270V4 0,120V5 + 2,335V6 + 0,575V7 + 1,083V8 + 0,894V9 -6,075 Keterangan: V1 = Retained Earning / Total Assets V2 = Sales / Total Assets V3 = EBT / Equity V4 = Cash Flow / Total Debt V5 = Debt / Total Assets V6 = Current Liabilities / Total Assets V7 = Log Tangible / Total Assets V8 = Working Capital / Total Debt V9 = Log EBIT / Interest Jika H < 0, perusahaan diklasifikasikan gagal. 2.4.3 Sistem Blasztk Sistem Blasztk hanya digunakan untuk metode prediksi kegagalan bisnis dimana tidak dikembangkan menggunakan analisa multiple discriminant. Sistem ini dikembangkan oleh William Blasztk (1984). Esensi sistem ini adalah menghitung rasio keuangan perusahaan yang dievaluasi, dibobot kemudian dibandingkan dengan rasio rata-rata perusahaan pada industri yang sama.
2.4.4
CA-Score Model ini dikembangkan oleh Jean Legault dari Universitas Quebec
Montreal Canada, menggunakan analisa step-wise multiple discriminan. Dimana 30 rasio keuangan dianalisa pada 173 sampel perusahaan bisnis manufaktur yang memiliki penjualan tahunan pada kisaran antara $1-20 juta. Model sebagai berikut: CA-Score = 4,5913 (shareholders investment(1) / total assets(1)) + 4,5080 (earnings before taxes and extraordinary items + financial expenses(1) / total assets(1)) + 0,3936 (sales(2) / total assets(2)) 2,7616 Keterangan: 1) Gambaran periode sebelumnya 2) Gambaran dari dua periode sebelumnya CA-Score < -0,3, perusahaan diklasifikasikan gagal. 2.4.5 Model Springate Model Springate dikembangkan oleh Gordon Springate (1978) mengikuti prosedur yang digunakan oleh Altman (1968). Springate menggunakan empat dari 19 rasio keuangan dan menggunakan analisis multi diskriminan dengan menggunakan 40 perusahaan sebagai sampelnya. Model ini dapat digunakan untuk memprediksi kebangkrutan dengan tingkat keakuratan 92,5%. Model yang berhasil dikembangkan oleh Springate adalah:
S = 1,03A + 3,07B + 0,66C + 0,4D Keterangan: A = working capital / total assets B = net profit before interest and taxes / total assets C = net profit before taxes / total assets D = sales / total assets 2.4.6 Model Altman Model prediksi kebangkrutan secara umum dikenal sebagai pengukuran atas kesulitan keuangan. Altman (1968) berpendapat bahwa pengukuran rasio profitabilitas, likuiditas, dan solvency merupakan rasio yang paling signifikan dari beberapa rasio keuangan untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan.
Berdasarkan hal tersebut, Altman (1968) mengembangkan model prediksi kebangkrutan dengan menggunakan metode Multiple Discriminant Analysis pada lima jenis rasio keuangan yaitu working capital to total assets, retained earning to total assets, earning before interest and taxes to total assets, market value of equity to book value of total debts, dan sales to total assets. Model ini dikenal dengan ZScore Altman, Z-Score adalah skor yang ditentukan dari hitungan standar kali nisbah-nisbah keuangan yang menunjukkan tingkat kemungkinan kebangkrutan perusahaan (Supardi, 2003:73) http://elib_unikom.ac.id/download.php?id=145485, formulanya adalah sebagai berikut:
Z-Score = 1,2T1 + 1,4T2 + 3,3T3 + 0,6T4 + 0,999T5 Keterangan: T1 = T2 = T3 = T4 = T5 = working capital / total assets retained earnings / total assets earnings before interest and taxes / total assets market capitalization / book value of debt sales / total assets Model yang dikembangkan oleh Altman ini mengalami suatu revisi. Revisi yang dilakukan oleh Altman merupakan penyesuaian yang dilakukan agar model prediksi kebangkrutan ini tidak hanya untuk perusahaan manufaktur yang go public melainkan juga dapat diaplikasikan untuk perusahaan-perusahaan di sektor swasta (Syamsul Hadi dan Atika Anggraeni, 2008). Model tersebut mengalami perubahan pada satu variabel yaitu T4 dimana sebelumnya kapitalisasi pasar dirubah menjadi nilai buku modal, sehingga model revisinya menjadi sebagai berikut: Z-Score = 0,717T1 + 0,847T2 + 3,107T3 + 0,420T4 + 0,998T5 Keterangan: T1 = T2 = T3 = T4 = T5 = working capital / total assets retained earnings / total assets earnings before interest and taxes / total assets book value of equity / book value of debt sales / total assets
a. Modal Kerja/Total Aktiva (T1) Modal kerja yang dimaksud dalam T1 adalah selisih antara aktiva lancar dengan hutang lancar, sedangkan Total Aktiva adalah merupakan keseluruhan aktiva yang dimiliki perusahaan terdiri dari aktiva lancar, aktiva tetap dan aktiva lain-lain. Rasio T1 pada dasarnya merupakan salah satu rasio likuiditas yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Hasil rasio tersebut negatif apabila aktiva lancar lebih kecil dari kewajiban lancar. b. Laba Ditahan/Total Aktiva (T2) Laba ditahan merupakan jumlah atau bagian dari laba yang tidak dibagikan dalam bentuk dividen selama periode tertentu. Laba ditahan biasanya digunakan untuk perluasan usaha. Rasio ini mengukur akumulasi laba selama perusahaan beroperasi. Umur perusahaan berpengaruh terhadap rasio tersebut karena semakin lama perusahaan beroperasi memungkinkan untuk memperlancar akumulasi laba ditahan. c. Laba Sebelum Bunga dan Pajak/Total Aktiva (T3) Laba sebelum bunga dan pajak merupakan laba yang dihasilkan oleh perusahaan yang diperoleh dari laba kotor dikurangi total biaya yang digunakan oleh perusahaan namun belum dikurangi dengan beban bunga dan pajak. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam
d. Nilai Pasar Modal Sendiri/Nilai Buku Hutang (T4) Modal yang dimaksud adalah gabungan nilai pasar dari modal dan saham, sedangkan hutang mencakup hutang lancar dan hutang jangka panjang. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam memberikan jaminan kepada setiap hutangnya melalui modalnya sendiri. e. Penjualan/Total Aktiva (T5) Rasio ini merupakan rasio yang mendeteksi kemampuan dana perusahaan yang tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam 1 periode. Rasio ini dapat pula dikatakan sebagai rasio yang mengukur kemampuan modal yang diinvestasikan oleh perusahan untuk menghasilkan pendapatan. Dari hasil analisa Model Altman, akan diperoleh nilai Z-Score yang dibagi dalam tiga tingkatan atau kategori, yaitu sebagai berikut: Tabel 2.4 Titik Cut-Off Model Altman Kategori Sehat jika Z > Bangkrut jika Z < Daerah Rawan (Grey area) jika Z Sumber: Altman (1968) Nilai 2,90 1,23 1,23 2,90
2.5
Regulasi Pelaporan Keuangan di Indonesia Akuntansi merupakan suatu area aktivitas ekonomi dengan tingkat regulasi
yang sangat tinggi (Scott, 2000). Pemerintah secara langsung terlibat dalam regulasi melalui hukum atau undang-undang. Terdapat tiga alasan yang diperlukan regulasi, yaitu kegagalan pasar, keinginan untuk melindungi kepentingan pemegang saham dan meningkatkan kredibilitas laporan keuangan. Regulasi dimaksudkan untuk meningkatkan kredibilitas laporan keuangan sehingga dapat meningkatkan kepercayaan publik (Cooper & Kim, 1983). Sedangkan Wolk dan Tearney (2000) menyatakan bahwa regulasi diperlukan karena kegagalan dalam pelaporan keuangan dan auditing. Bagi perusahaan publik di Indonesia penyampaian laporan keuangan diatur oleh pemerintah (Kementerian Keuangan dan Badan Pengawas Pasar Modal) dengan mengeluarkan regulasi, seperti undang-undang dan sejumlah peraturan pasar modal. Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal dinyatakan secara jelas bahwa semua perusahaan publik yang terdaftar di pasar modal wajib menyampaikan laporan keuangan secara berkala dan laporan insidental lainnya kepada Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) dan mengumumkannya kepada masyarakat. Pada tahun 1996, Bapapem mengeluarkan Keputusan Ketua Bapepam Nomor: KEP-80/PM/1996, yang mewajibkan bagi setiap emiten dan perusahaan publik untuk menyampaikan laporan keuangan tahunan perusahaan dan laporan auditor independennya kepada Bapepam selambatlambatnya pada akhir bulan keempat setelah tanggal laporan keuangan tahunan perusahaan.
Sejak tanggal 30 September 2003, Bapepam semakin memperketat peraturan dengan dikeluarkannya Peraturan Bapepam Nomor X.K.2, Lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor: KEP-36/PM/2003 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala. Peraturan Bapepam Nomor X.K.2 ini menyatakan bahwa laporan keuangan tahunan harus disertai dengan laporan akuntan dengan pendapat yang lazim dan disampaikan kepada Bapepam selambatlambatnya pada akhir bulan ketiga setelah tanggal laporan keuangan tahunan. Pada tanggal 7 Desember 2006, untuk meningkatkan kualitas keterbukaan informasi kepada publik, diberlakukan Peraturan Bapepam dan Lembaga Keuangan (LK) Nomor X.K.6, Lampiran Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor: KEP134/BL/2006 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan bagi Emiten atau Perusahaan Publik. Peraturan Bapepam dan LK Nomor X.K.6 ini menyatakan bahwa dalam hal penyampaian laporan tahunan dimaksud, melewati batas waktu penyampaian laporan keuangan tahunan sebagaimana diatur dalam Peraturan Bapepam Nomor X.K.2 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala, maka hal tersebut diperhitungkan sebagai keterlambatan penyampaian laporan keuangan tahunan. Tuntutan akan kepatuhan terhadap ketepatwaktuan dalam penyampaian laporan keuangan perusahaan publik di Indonesia telah diatur dalam UndangUndang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal perihal kewajiban penyampaian laporan keuangan berkala.
Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 1 paragraf 38, suatu perusahaan sebaiknya mengeluarkan laporan keuangannya paling lama 4 (empat) bulan setelah tanggal neraca (SAK, 2007:1,7), akan tetapi bagi perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dituntut untuk memenuhi peraturan berdasarkan Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) Nomor 36/PM/2003, tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala dengan Nomor Peraturan X.K.2, dimana perusahaan harus menyampaikan laporan keuangan tahunan selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga setelah tanggal laporan keuangan tahunan. Perusahaan yang tidak melaksanakan kewajiban dalam menyampaikan laporan keuangan akan dikenakan sanksi administratif berupa denda berdasarkan ketentuan pasal 63 huruf e Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal. 2.6 Kajian Empiris Penelitian Sebelumnya Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay telah banyak dilakukan oleh peneliti sebelumnya, antara lain adalah: (Dyer dan Mchugh ,1975); Courtis (1976), (Davies dan Whittred, 1980); Garsomble (1981), Asthon et al. (1987), (Carslaw dan Kaplan, 1991); sedangkan penelitian di Indonesia dilakukan, antara lain oleh: (Meylisa dan Trisnawati, 2010); (Lianto dan Kusuma, 2010); Sistya Rachmawati (2008), Imam Subekti dkk (2004), Wiwik Utami (2008), (Utari Hilmi dan Syaiful Ali, 2008).
Dalam hal pelaporan laba/rugi perusahaan, Asthon et al. (1987), (Carslaw dan Kaplan, 1991), menemukan bahwa terdapat hubungan negatif antara laba/rugi dengan audit delay. Ini berarti bahwa perusahaan yang mengumumkan kerugian cenderung mengalami audit delay yang lebih panjang. (Carslaw dan Kaplan, 1991) menyatakan bahwa perusahaan yang melaporkan kerugian akan meminta auditor untuk menunda memulai auditnya dari biasanya. Sebaliknya, perusahaan yang melaporkan laba akan meminta auditor untuk segera menyelesaikan auditnya agar dapat segera menyampaikan berita baik kepada publik. Hasil penelitian Whittred (1980), membuktikan bahwa audit delay yang lebih panjang dialami oleh perusahaan yang menerima qualified opinion. Fenomena ini terjadi karena proses pemberian pendapat dengan kualifikasi tersebut melibatkan negosiasi dengan klien, konsultasi dengan partner audit yang lebih senior atau staf teknis lainnya dan perluasan lingkup audit. (Carslaw dan Kaplan, 1991) juga menemukan bahwa laporan keuangan yang mendapat pendapat selain unqualified opinion, akuntan publik harus mempertimbangkan banyak hal dan diharapkan memperoleh bukti yang memadai dalam mendukung pendapatnya. Proses pertimbangan yang dilakukan akuntan publik ini berkenaan dengan informasi yang tidak baik yang akan dipublikasikan kepada publik. Hasil penelitian yang sama juga didapatkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Wiwik Utami (2008), dimana opini audit mempengaruhi audit delay.
Hasil penelitian Asthon et al. 1987 menemukan bahwa audit delay akan lebih pendek bagi perusahaan yang diaudit oleh KAP yang tergolong besar. Hal yang sama juga ditemukan dalam penelitian Meylisa Januar Iskandar dan Estralita Trisnawati (2010) dan penelitian Sistya Rachmawati (2008), dimana Ukuran Kantor Akuntan Publik berpengaruh terhadap audit delay. Schwartz dan Soo (1986), berpendapat bahwa perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan akan mengalami audit delay yang lebih panjang jika dibandingkan dengan perusahaan yang tidak mengalami kesulitan keuangan. Hal ini kemudian dikembangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Lai dan M.C.Cheuk (2005), Walker dan David Hay (2008), dengan menggunakan beberapa variabel penelitian yang salah satunya mengukur kondisi keuangan perusahaan dengan menggunakan model prediksi kebangkrutan Zmijewski. Ringkasan penelitian-penelitian sebelumnya yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini, ditunjukkan pada Tabel 2.6
Tabel 2.6 Penelitian-Penelitian Sebelumnya No (1) 1 Peneliti dan Judul Penelitian (2) Meylisa Januar Iskandar dan Estralita Trisnawati,2010, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Delay Pada Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Variabel (3) Independen: Total Aset, Klasifikasi Industri, Laba atau Rugi Tahun Berjalan, Opini Audit, Ukuran Kantor Akuntan, Debt Proportion Dependen: Audit Delay Alat Analisis (4) Regresi Berganda Hasil (5) Rata-rata audit delay sebesar 72,9442 dengan standar deviasi sebesar 19,80303. Total aset, opini audit, debt proportion tidak berpengaruh terhadap audit delay Klasifikasi Industri, laba atau rugi tahun berjalan, ukuran KAP berpengaruh terhadap audit delay Profitabilitas, Solvabilitas, Umur Perusahaan berpengaruh pada audit delay Ukuran Perusahaan, Jenis Industri tidak berpengaruh pada audit delay Rata-rata audit delay di Indonesia adalah 76 hari dengan standar deviasi 16 hari Faktor internal yang mempengaruhi audit delay adalah size perusahaan dan faktor eksternal adalah ukuran
Novice Lianto dan Budi Hartono Kusuma,2010, Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Audit Delay
Independen: Profitabilitas, Solvabilitas, Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan, Jenis Industri Dependen: Audit Delay Sistya Independen: Rachmawati,2008, Faktor Internal: Pengaruh Faktor Profitabilitas, Internal dan Solvabilitas, Eksternal Internal Perusahaan Auditor dan Terhadap Audit Size Delay dan Perusahaan Timeliness Faktor Eksternal: Ukuran KAP
Regresi Berganda
Regresi Berganda
Imam Subekti dkk, 2004, Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Audit Delay di Indonesia
Independen: Ukuran Perusahaan, Jenis Industri, Opini, Profitabilitas, Auditor Dependen: Audit Delay
Regresi Berganda
kantor akuntan publik. Faktor internal yang mempengaruhi timeliness adalah size perusahaan, solvabilitas dan faktor eksternal adalah ukuran kantor akuntan publik. Rata-rata audit delay di Indonesia tahun 2001 adalah 98,38 hari dengan standar deviasi 32,16 hari. Variabel profitabilitas, total aktiva perusahaan, jenis industri, opini dan ukuran auditor atau kantor akuntan publik mempengaruhi audit delay. Minimum audit delay adalah 19 hari dan maksimum adalah 332 hari Terbukti bahwa perusahaan dengan lebih banyak anggota dalam komite audit dan frekuensi pertemuan komite audit lebih sering menghasilkan laporan audit yang tepat waktu
Mohamad Nor et al. 2010, Corporate Governance And Audit Delay In Malaysia
Independen: Board Size, Board Independence, CEO duality and Audit committee size, Independence, Expertise and Diligence, Proxy by frequency of meetings Dependen: Audit Lag
Regresi Berganda
Monirul Alam and Peter J. Taylor, 1998, An Examination of Audit Delay: Evidence from Pakistan
Independen: Size of the Company, Debt Equity Ratio, Profitability, Subsidiaries of Multinational Companies, Audit Firm Size Dependen: Audit Delay
Regresi Berganda
Companies audit fee, log of assets, profitability, subsidiaries of multinational companies, audit fee and international link of the audit firm berhubungan negatif dengan Audit Delay Debt to Equity Ratio berhubungan positif dengan Audit Delay
Ayoib Che Ahmad dan Shamharir Abidin, 2008, Audit Delay of Listed Companies: A Case of Malaysia
Independen: Industry Clasification, Total Assets, Number of Subsidiaries, Total of Inventory and Receivables dividend by Total Assets, Leverage, Solvability, Ratio Director Shareholding, Company Auditor, Financial Year Date, Auditor Opinion, Change Auditor Dependen: Audit Delay
Regresi Berganda
Rata-rata audit delay 114 hari dengan minimum delay 20 hari Total Aset, Rasio Kepemilikan Manajer, Subsidiaries Company, dan Solvabilitas berpengaruh signifikan terhadap audit delay.
Wiwik Utami, 2008, Analisis Determinan Audit Delay Kajian Empiris di Bursa Efek Jakarta
Independen: Ukuran Perusahaan, Jenis Industri, Lamanya perusahaan menjadi klien sebuah kantor akuntan public, Jenis Opini yang diberikan oleh Akuntan Publik, Laba/Rugi, Rasio Hutang terhadap Ekuitas, Reputasi Auditor Dependen: Audit Delay
Regresi Berganda
Utari Hilmi dan Syaiful Ali,2008, Analisis FaktorFaktor yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan (Studi Empiris pada PerusahaanPerusahaan yang Terdaftar di BEJ Periode 20042006)
Independen: Profitabilitas, Leverage keuangan, Likuiditas, Ukuran Perusahaan, Kepemilikan Publik, Reputasi Kantor Akuntan Publik (KAP), Opini Auditor Dependen: Audit Delay
Secara simultan jenis opini auditor, laba/rugi emiten, lamanya emiten menjadi klien KAP, ukuran perusahaan, reputasi auditor, rasio hutang terhadap ekuitas dan jenis industry berpengaruh terhadap audit delay. Secara empiris determinan audit delay meliputi faktor (a) lamanya emiten menjadi klien sebuah kantor akuntan publik, (b) emiten mengalami kerugian dalam tahun berjalan, dan (c) laporan keuangan emiten mendapat opini selain unqualified dari akuntan publik. Variabel profitabilitas, likuiditas, kepemilikan publik, dan reputasi kantor akuntan publik berpengaruh terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan Variabel leverage keuangan, ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadp ketepatan waktu penyampaian LK
10
Lai dan M.C.Cheuk, 2005, Audit Delay, Audit Partner Rotation and Audit Firm Rotation: Evidence from Australia
11
Walker dan David Hay, 2008, An Empirical Investigation of The Audir Report Lag: The Effect of Non-Audit Services
Independen: Audit Partner Rotation, Audit Firm Rotation, Total Assets, Loss, Subsidiaries, Industry Clasification, Audit Opinion, Probability of Bankcuptcy, End of Report, Auditor, Stucture Audit Firm, Provision audit service Dependen: Audit Delay Explanatory V: Non-Audit Service Fee Control Variable: Audit Fee, Company Size, Overseas Ownership, Fiancial Condition, Industri, Likuidity, Loss, Financial YearEnd, Auditor Size, Audit Opinion Type, IFRS Early Adopter Dependen: Audit Report Lag
Rata-rata audit delay adalah 73 hari Audit Partner Rotation dan Audit Firm Rotation tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay Ada dua jenis lags yang tersedia di Australia: (1) Preliminary Lags dan (2) Earnings Announcement Lags.
Adanya hubungan positif antara nonaudit service dalam tahun berjalan dengan audit delay
3.1
Kerangka Berpikir Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat bermanfaat bila
disajikan secara akurat dan tepat waktu pada saat dibutuhkan oleh pemakai laporan keuangan. Nilai dan ketepatwaktuan pelaporan keuangan merupakan faktor penting bagi kemanfaatan laporan keuangan. Menurut Suwardjono (2002:170),
ketepatwaktuan informasi mengandung pengertian bahwa informasi tersedia sebelum kehilangan kemampuannya untuk mempengaruhi atau membuat perbedaan dalam keputusan. Dengan demikian, informasi yang memiliki prediksi tinggi menjadi tidak relevan apabila tidak tersedia pada saat dibutuhkan. Ketepatwaktuan mengimplikasikan bahwa laporan keuangan seharusnya disajikan pada suatu interval waktu, maksudnya untuk menjelaskan perubahan di dalam perusahaan yang mungkin mempengaruhi pemakai informasi pada waktu membuat prediksi dan keputusan dalam perusahaan. Sedangkan ketepatwaktuan pelaporan itu sendiri dipengaruhi oleh lamanya proses audit yang dilakukan. Salah satu faktor yang dapat menyebabkan keterlambatan proses penyampaian laporan keuangan adalah probabilitas kebangkrutan, dimana ketika perusahaan terindikasi mengalami kesulitan, hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut ada kemungkinan akan mengalami kebangkrutan sehingga auditor memerlukan waktu yang lebih banyak lagi untuk mengetahui apa yang terjadi di perusahaan tersebut dan auditor juga membutuhkan lebih banyak data
yang diperlukan untuk dapat menghasilkan opini sesuai dengan kondisi perusahaan yang sebenarnya. Hal inilah yang dapat menyebabkan adanya penundaan penyampaian laporan keuangan kepada publik. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh probabilitas
kebangkrutan sebagai variabel bebas pada audit delay. Rerangka berpikir ini secara diagramatis disajikan pada Gambar 3.1 berikut:
Probabilitas Kebangkrutan
Audit Delay
Gambar 3.1 Rerangka Berpikir Pengaruh probabilitas kebangkrutan pada audit delay
3.2
Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang
kebenarannya harus diuji secara empiris. Hipotesis adalah pernyataan yang diterima secara sementara sebagai suatu kebenaran sebagaimana adanya, pada saat fenomena dikenal dan merupakan dasar kerja serta panduan dalam verifikasi (Moh. Nazir, 2003:151). Going concern (kelangsungan hidup) adalah kelangsungan hidup suatu badan usaha dan merupakan suatu asumsi dalam pelaporan keuangan suatu entitas sehingga jika suatu entitas mengalami kondisi yang sebaliknya, entitas tersebut menjadi bermasalah (Petronela, 2004). Altman (1968) menyatakan bahwa perusahaan yang laba tidak akan mengalami kebangkrutan karena kebangkrutan
merupakan salah satu alasan bagi auditor untuk memberikan opini audit going concern. Prediksi tentang kemungkinan bangkrut atau tidaknya suatu perusahaan termasuk salah satu komponen keputusan tentang going concern. Dengan demikian, jika suatu perusahaan dinyatakan dalam kategori bangkrut oleh model keputusan tersebut, prediksi ini akan membantu kepastian dalam opini auditor yang berkaitan dengan kelangsungan hidup suatu entitas. Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) seksi 341 (Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), 2001) menyatakan apabila auditor menyangsikan kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas, maka auditor wajib mengevaluasi rencana manajemen. Dalam hal satuan usaha tidak memiliki rencana manajemen atau auditor berkesimpulan bahwa rencana tersebut tidak efektif mengurangi dampak negatif suatu kondisi atau peristiwa maka auditor menyatakan tidak memberikan pendapat. Apabila rencana manajemen dimungkinkan efektif untuk dilaksanakan, maka auditor harus mempertimbangkan kecukupan pengungkapan mengenai sifat, dampak kondisi, dan peristiwa yang semula menyebabkan ia yakin adanya kesangsian mengenai kelangsungan hidup satuan usaha. Probabilitas kebangkrutan adalah kemungkinan yang terjadi pada
perusahaan dengan melakukan analisa terhadap kondisi perusahaan, kondisi ini diawali dengan adanya kesulitan keuangan yang jika tidak diatasi akan semakin memperburuk kondisi perusahaan tersebut bahkan cenderung mengarah pada kebangkrutan. Perusahaan yang diduga memiliki probabilitas kebangkrutan yang lebih besar cenderung akan mengalami audit delay yang lebih panjang. Hal ini
disebabkan ketika perusahaan mengalami kesulitan keuangan, cenderung akan terjadi penundaan pelaporan keuangan, karena auditor memerlukan waktu yang lebih lama dalam proses audit dan juga auditor memerlukan data tambahan yang diperlukan untuk dapat menghasilkan opini yang sesuai dengan kondisi perusahaan tersebut. Ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Lai dan M.C.Cheuk (2005) dalam penelitiannya tentang pengaruh rotasi partner audit dan rotasi kantor akuntan publik pada audit delay pada perusahaan di Australia serta penelitian yang dilakukan oleh Walker dan David Hay (2008) yang meneliti dampak jasa non-audit pada audit delay pada perusahaan di New Zealand, menggunakan variabel probabilitas kebangkrutan sebagai proksi untuk mengetahui kesulitan keuangan suatu perusahaan, ditemukan bahwa probabilitas kebangkrutan berpengaruh pada audit delay. Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka pemikiran, penelitian ini menggunakan hipotesis asosiatif untuk melihat ada pengaruh antara probabilitas kebangkrutan terhadap audit delay. Adapun hipotesis penelitian yang dirumuskan adalah sebagai berikut: Probabilitas Kebangkrutan berpengaruh pada audit delay.
4.1
Rancangan Penelitian Menurut Jogiyanto (2007), rancangan penelitian adalah rencana dari
struktur penelitian yang mengarahkan proses dan hasil riset menjadi valid, objektif, efisien dan efektif. Rancangan penelitian merupakan kerangka untuk menunjukkan variabel-variabel yang diteliti dan menggambarkan langkah-langkah untuk setiap aktivitas penelitian. Merancang penelitian berarti menentukan jenis risetnya, menentukan data yang akan digunakan dan merancang model empiris untuk menguji hipotesis-hipotesis yang dibangun. Berdasarkan topik yang dibahas, variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah probabilitas kebangkrutan sebagai variabel independen dan audit delay sebagai variabel dependen. Variabel-variabel ini diperoleh melalui kajian teoritis dan kajian empiris. Melalui kajian tersebut dirumuskan masalah penelitian dan dibuat hipotesis penelitian. Sebelum dilakukan pengujian secara statistik maka perlu untuk menentukan sampel penelitian, sumber datanya, dan metode pengumpulan data. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan model regresi linear sederhana. Hasil analisis selanjutnya diinterpretasikan sehingga dapat menjawab permasalahan yang ada dan diakhiri dengan membuat simpulan atas hasil yang diperoleh serta memberi saran-saran untuk penelitian selanjutnya yang akan mengangkat topik yang sama.
Kajian Teoritis
Kajian Empiris
Probabilitas Kebangkrutan
Audit Delay
Pengolahan Data
d.
Pembahasan Hasil
4.2
Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada perusahaan non keuangan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia yang diambil di Pusat Informasi Pasar Modal (PIPM) di Jalan Sudirman, Denpasar, melalui akses internet www.idx.co.id. 4.3 4.3.1 Penentuan Sumber Data Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2007-2010. Proses pemilihan sampel menggunakan metode purposive sampling. Metode purposive sampling adalah penentuan sampel berdasarkan kriteria yang telah dirumuskan terlebih dahulu oleh peneliti (Siagian dan Sugiarto, 2002:120). Kriteria perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Perusahaan tersebut harus sudah terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebelum 31 Desember 2007. 2) Perusahaan tersebut telah mempublikasikan laporan keuangannya selama 4 (empat) tahun berturut-turut mulai tahun 2007 sampai dengan tahun 2010. 3) Data yang dibutuhkan tersedia dengan lengkap dan menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor independen dari tahun 2007 sampai dengan 2010. 4) Menggunakan rupiah sebagai mata uang pelaporan.
4.3.2
Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang merupakan penekanan pada pengujian teori melalui pengukuran variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik. Sumber data penelitian ini adalah menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan dan laporan auditor independen untuk masing-masing perusahaan dengan akses internet melalui www.idx.co.id.
4.4 4.4.1
Variabel Penelitian Identifikasi Variabel 1) Variabel Dependen Variabel dependen dalam penelitian ini adalah audit delay (AD) 2) Variabel Independen Variabel independen dalam penelitian ini adalah probabilitas
kebangkrutan (PROB) 4.4.2 Definisi Operasional Variabel 1) Audit Delay (AD) Audit delay (AD) adalah rentang waktu penyelesaian audit laporan keuangan tahunan, yang diukur berdasarkan lamanya hari yang dibutuhkan untuk memperoleh laporan auditor independen atas audit laporan keuangan tahunan perusahaan, sejak tanggal tutup buku perusahaan yaitu 31 Desember sampai tanggal yang tertera pada laporan auditor independen (Subekti dan Widiyanti 2004). Dengan keterbatasan data yang peneliti dapatkan sehingga penetapan audit delay hanya pada
periode 31 Desember sampai dengan tanggal yang tertera pada laporan auditor, mengabaikan kondisi jika terdapat periode diluar hal tersebut. 2) Probabilitas Kebangkrutan (PROB) Probabilitas kebangkrutan (PROB), adalah kemungkinan yang terjadi pada perusahaan akibat adanya kesulitan keuangan yang jika sangat parah akan mengabikatkan kebangkrutan. Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) seksi 341 (Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) 2001) menyatakan bahwa apabila auditor tidak menyangsikan kemampuan suatu usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas, maka auditor memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian. Apabila auditor menyangsikan kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas, maka auditor wajib mengevaluasi rencana manajemen. Variabel probabilitas kebangkrutan (PROB) diukur dengan menggunakan model prediksi kebangkrutan Altman. 4.5 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi yaitu cara pengumpulan data dengan mempelajari dokumendokumen yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Teknik dokumentasi digunakan untuk pengumpulan data dari sumber non-insani (Sonhadji, 1994). Data ini dapat berupa dokumen tertulis atau tercetak, daftar, catatan, surat-surat, opini atau komentar, dsb. Dalam teknik dokumentasi yang diamati bukan benda hidup tetapi benda mati atau non-insani.
4.6 4.6.1
Analisis Data Model Analisis Model analisis dalam pengujian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan teknik regresi linear sederhana dengan mengujikan variabel audit delay (AD) sebagai variabel dependen yang dijelaskan oleh probabilitas kebangkrutan (PROB) sebagai variabel independen. Dengan demikian model regresi linear sederhana dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: AD= + PROB+ Keterangan: AD = = = PROB = = 4.6.2 Audit Delay Konstanta Koefisien Regresi Linear Sederhana Probabilitas Kebangkrutan Error Uji Hipotesis Uji hipotesis menggunakan uji regresi yang dilakukan untuk menguji hipotesis yang menyatakan bahwa probabilitas kebangkrutan berpengaruh pada audit delay. Tingkat signifikansi () yang digunakan sebesar 5 persen (0,05). Apabila tingkat signifikansi t lebih besar dari =0,05 maka hipotesis ditolak yang menyatakan tidak ada pengaruh secara parsial. Sebaliknya, jika tingkat signifikansi t lebih kecil atau sama dengan =0,05 maka hipotesis diterima. Dengan demikian sesuai dengan hipotesis yang dirumuskan yaitu pengaruh probabilitas kebangkrutan pada audit delay.
Bab ini menguraikan tentang data penelitian dan hasil analisis dari data penelitian yang telah terkumpul. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif, dilanjutkan dengan melakukan pengujian hipotesis. 5.1 Deskripsi Sampel Penelitian Sampel yang digunakan dalam penelitian ini dipilih secara purposive sampling. Berdasarkan kriteria sampel yang telah ditetapkan, dari 402 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dengan mengeliminasi sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan sehingga pada proses akhir hanya 193 perusahaan yang memenuhi kualifikasi dalam penelitian ini sehingga dari tahun 2007 sampai 2010 ada 772 data pengamatan. Proses seleksi sampel berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan disajikan dalam Tabel 5.1. Tabel 5.1 Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria No 1 2 3 4 5 Kriteria Terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2007-2010 Perusahaan keuangan Publikasi laporan tahun kurang dari 4 tahun Data tidak lengkap Tidak menggunakan rupiah sebagai mata uang pelaporan Total amatan selama periode penelitian (empat tahun) Jumlah Akumulasi 402 (70) (7) (123) (9) 332 325 202 193 772
5.2
Analisis Statistik Deskriptif Hasil pengujian dengan statistik deskriptif disajikan dalam Tabel 5.2 Tabel 5.2 Statistik Deskriptif
N Minimum Maksimum Rata-rata Std.Deviasi
12.00 -1.50
159.00 87.26
76.27 6.62
17.195 12.013
Tabel 5.2 menunjukkan nilai audit delay perusahaan, minimum 12 hari dan maksimum 159 hari serta rata-rata audit delay perusahaan di Indonesia adalah 76,27 hari, masih dibawah ketentuan Peraturan Bapepam Nomor X.K.2 yaitu 90 hari yang mencerminkan kepatuhan perusahaan di Indonesia dalam penyampaian laporan keuangannya. Sedangkan rata-rata probabilitas kebangkrutan (Z score) perusahaan adalah sebesar 6,62 yang lebih besar daripada tingkat batas atas tingkatan Z score sebesar 2,90. Ini berarti rata-rata perusahaan sampel tidak mengalami permasalahan keuangan yang dapat mengancam kelangsungan hidup usahanya. 5.3 Hasil Uji Koefisien Determinasi Koefisien determinasi (R2) mencerminkan seberapa besar kemampuan variabel bebas (PROB) dalam menjelaskan variabel terikatnya (AD). Mempunyai nilai antara 0 - 1 dimana nilai yang mendekati 1 berarti semakin tinggi kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan variabel terikatnya.. Hasil uji koefisien determinasi disajikan dalam Tabel Model Summary pada lampiran 2.
Dari Tabel Model Summary pada lampiran 2 dapat dilihat besarnya Adjusted R Square adalah 0,18. Ini berarti bahwa 18% variabel audit delay bisa dijelaskan oleh variabel independen probabilitas kebangkrutan . sedangkan sisanya sebesar 82% dapat dijelaskan oleh sebab-sebab lain di luar model. Hal ini menjelaskan bahwa faktor-faktor lain lebih dominan berpengaruh pada audit delay seperti penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, beberapa faktor yang dapat mempengaruhi audit delay diantaranya adalah: ukuran KAP, jenis perusahaan, laba-rugi tahun berjalan, ukuran perusahaan, lamanya menjadi klien KAP, opini auditor. 5.4 Persamaan Regresi Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas probabilitas kebangkrutan pada variabel terikat audit delay, dengan persamaan regresinya adalah: AD= +PROB+. Hasil pengujian hipotesis yang dapat ditunjukkan dalam Lampiran 2 menghasilkan persamaan regresi linear berikut: AD= 76,301 0,117PROB+0,030 Hal ini menunjukkan bahwa setiap penurunan nilai Z-Score (probabilitas kebangkrutan) akan mengakibatkan peningkatan audit delay atau audit delay yang lebih lama. 5.5 Hasil Analisis Varian Hasil analisis varian atau ANOVA menunjukkan nilai F test signifikan pada tingkat 0,000. Dengan demikian model regresinya memenuhi kriteria goodness of fit, artinya model regresi cocok untuk digunakan sebagai model prediksi. Nilai F
yang signifikan juga bermakna bahwa probabilitas kebangkrutan dalam hal ini diukur dengan menggunakan model prediksi Altman (Z-Score) berpengaruh signifikan terhadap audit delay. 5.6 Hasil Uji Hipotesis Hasil pengujian regresi linear sederhana ditunjukkan dalam Tabel 5.6 berikut ini: Tabel 5.6 Hasil Uji Regresi Linear Sederhana Model (constant) Koefisien Tidak Baku B Std.Error 76.301 0.624 -0.117 0.030 Koefisien Baku Beta -0.141 t 122.282 -3.897 Sig. 0.000 0.000
Tabel 5.6 menunjukkan hasil pengujian dengan menggunakan model regresi linear sederhana pada taraf signifikansi 5 persen. Dari hasil tersebut dapat diinterpretasikan bahwa variabel probabilitas kebangkrutan (PROB) menunjukkan koefisien regresi negatif sebesar 0,117 dengan taraf signifikansi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 5%, artinya bahwa probabilitas kebangkrutan berpengaruh pada audit delay. Hal ini menunjukkan bahwa semakin kecil nilai Z-Score akan mengakibatkan semakin besar kemungkinan perusahaan mengalami audit delay yang lebih lama.
BAB VI PEMBAHASAN
Penelitian sebelumnya menggunakan model prediksi Zmijewski sebagai model untuk memprediksi kondisi perusahaan yang diteliti namun pada penelitian ini digunakan model prediksi Altman sebagai model prediksi untuk mengetahui kondisi perusahaan. Penggunaan model prediksi Altman karena model prediksi Altman memiliki rasio keuangan yang lebih lengkap dimana Altman memilih 5 rasio keuangan yang paling signifikan dari 22 rasio keuangan yang ada dibandingkan model Zmijewski yang hanya menggunakan 3 rasio keuangan. Hal ini didasarkan pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Altman dengan menggunakan sampel 66 perusahaan yang terbagi dua masing-masing 33 perusahaan bangkrut dan 33 perusahaan tidak bangkrut. Hasil penelitian Altman ternyata mampu memperoleh tingkat ketepatan prediksi sebesar 95% untuk data satu tahun sebelum kebangkrutan dan untuk data dua tahun sebelum kebangkrutan sebesar 72%. Juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Syamsul Hadi dan Atika Anggraeni (2008) yang melakukan penelitian dengan membandingkan model prediksi Zmijewski, model prediksi Altman, dan model prediksi Springate. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa model prediksi Altman paling baik hasilnya untuk memprediksi kebangkrutan dibandingkan dengan model prediksi lainnya dimana koefisien determinasi Z-Score (model Altman) sebesar 11,2% di atas koefisien determinasi S-Score (model Springate) sebesar 10,8% dan koefisien determinasi X-Score (model Zmijewski) sebesar 1,4%.
Hasil analisis statistik deskriptif menunjukkan rata-rata audit delay perusahaan di Indonesia adalah 76,27 hari, masih dibawah ketentuan Peraturan Bapepam Nomor X.K.2 yaitu 90 hari sehingga rata-rata perusahaan dapat
dikategorikan sebagai perusahaan yang patuh dalam pemenuhan penyampaian laporan keuangannya. Sedangkan rata-rata probabilitas kebangkrutan (Z score) perusahaan adalah sebesar 6,62 yang lebih besar daripada tingkat batas atas tingkatan Z score sebesar 2,90. Hal ini berarti rata-rata perusahaan sampel tidak mengalami permasalahan keuangan yang dapat mengancam kelangsungan hidup usahanya. Hasil uji koefisien determinasi (R2) mencerminkan seberapa besar kemampuan variabel bebas (PROB) dalam menjelaskan variabel terikatnya (AD) dapat dilihat dari besarnya Adjusted R Square adalah 0,18. Ini berarti bahwa 18% variabel audit delay bisa dijelaskan oleh variabel independen probabilitas kebangkrutan . sedangkan sisanya sebesar 82% dapat dijelaskan oleh sebab-sebab lain di luar model. Hal ini menjelaskan bahwa faktor-faktor lain lebih dominan berpengaruh pada audit delay seperti penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, beberapa faktor yang dapat mempengaruhi audit delay diantaranya adalah: ukuran KAP, jenis perusahaan, laba-rugi tahun berjalan, ukuran perusahaan, lamanya menjadi klien KAP, opini auditor, rotasi rekanan audit, rotasi kantor akuntan public, total asset, dll. Walaupun probabilitas kebangkrutan hanya dapat menjelaskan sebesar 18% dari faktor-faktor yang dapat menyebabkan audit delay bukan berarti probabilitas kebangkrutan menjadi hal yang dapat dikesampingkan
karena dari hasil penelitian menunjukkan bahwa probabilitas kebangkrutan berpengaruh signifikan pada audit delay, ini mencerminkan bahwa probabilitas kebangkrutan layak dipertimbangkan sebagai salah satu faktor yang dapat mempengaruhi audit delay sehingga dapat dipertimbangkan oleh auditor sebagai pertimbangan sebelum memberikan opini audit perusahaan. Hasil pengujian dengan menggunakan regresi linear sederhana terlihat dari persamaan regresi linear berikut: AD= 76,301 0,117PROB+0,030 Variabel probabilitas kebangkrutan menunjukkan koefisien regresi negatif sebesar 0,117 dengan taraf signifikansi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 5%. Ini berarti bahwa probabilitas kebangkrutan berpengaruh pada audit delay. Hal ini menunjukkan bahwa setiap penurunan nilai Z-Score (yang ditunjukkan dengan probabilitas kebangkrutan perusahaan meningkat atau kecenderungan perusahaan mengalami kebangkrutan meningkat) akan mengakibatkan peningkatan audit delay atau audit delay yang lebih lama. Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa semakin rendah nilai Z-Score yang ditunjukkan dari perhitungan probabilitas kebangkrutan mengindikasikan bahwa semakin besar kemungkinan perusahaan mengalami audit delay yang lebih lama. Perusahaan yang diduga memiliki probabilitas kebangkrutan yang lebih besar ditunjukkan dengan nilai Z-Scorenya yang rendah cenderung akan mengalami audit delay yang lebih panjang. Hal ini disebabkan ketika perusahaan mengalami kesulitan keuangan, cenderung akan terjadi penundaan pelaporan keuangan, ini dikarenakan auditor akan memerlukan waktu yang lebih lama lagi untuk melakukan
penelitian, mencari data, ataupun dengan melakukan wawancara untuk lebih memastikan kondisi perusahaan sebelum auditor mengeluarkan opini atas perusahaan tersebut. Sehingga dengan bertambahnya waktu yang dibutuhkan oleh auditor sebelum membuat keputusan, cenderung akan memperpanjang waktu penyelesaian auditnya. Hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan Schwartz dan Soo (1986), bahwa perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan akan mengalami audit delay yang lebih panjang jika dibandingkan dengan perusahaan yang tidak mengalami kesulitan keuangan. Selanjutnya dikembangkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lai dan M.C.Cheuk (2005) dalam penelitiannya tentang pengaruh rotasi partner audit dan rotasi kantor akuntan publik terhadap audit delay pada perusahaan di Australia dimana perusahaan-perusahaan di Australia dengan melakukan perhitungan probabilitas kebangkrutan menggunakan Zmijewski model didapat bahwa probabilitas kebangkrutan untuk perusahaan-perusahaan di Australia berpengaruh terhadap audit delay. serta penelitian yang dilakukan oleh Walker dan David Hay (2008) yang meneliti dampak jasa non-audit pada audit delay pada perusahaan di New Zealand, menggunakan variabel probabilitas kebangkrutan sebagai proksi untuk mengetahui kesulitan keuangan suatu perusahaan, ditemukan bahwa probabilitas kebangkrutan berpengaruh pada audit delay. Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) seksi 341 (Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), 2001) menyatakan auditor bertanggung jawab untuk mengevaluasi apakah terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan entitas dalam
dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit dengan cara auditor mempertimbangkan apakah hasil prosedur yang dilaksanakan dalam perencanaan, pengumpulan bukti audit untuk berbagai tujuan audit dan penyelesaian auditnya, dapat mengidentifikasi keadaan atau peristiwa yang secara keseluruhan menunjukkan adanya kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas. Contoh kondisi dan peristiwa tersebut adalah sebagai berikut. (1) Tren negatif, sebagai contoh, kerugian operasi yang berulang terjadi, kekurangan modal kerja, arus kas negatif dari kegiatan usaha, keuangan penting yang jelek. (2) Petunjuk lain tentang kemungkinan kesulitan keuangan, sebagai contoh, kegagalan dalam memenuhi kewajiban utang atau perjanjian serupa, penunggakan pembayaran dividen, penolakan oleh pemasok terhadap pengajuan permintaan pembelian kredit biasa, restrukturisasi utang, kebutuhan untuk mencari sumber atau metode pendanaan baru, atau penjualan sebagian besar aktiva. (3) Masalah intern, sebagai contoh, pemogokan kerja atau kesulitan hubungan perburuhan yang lain, ketergantungan besar atas sukses proyek tertentu, komitmen jangka panjang yang tidak bersifat ekonomis, kebutuhan untuk secara signifikan memperbaiki operasi. (4) Masalah luar yang telah terjadi, sebagai contoh, pengaduan gugatan pengadilan, keluarnya undang-undang atau masalah-masalah lain yang kemungkinan membahayakan kemampuan entitas untuk beroperasi, rasio
kehilangan franchise, lisensi atau paten penting, kehilangan pelanggan atau pemasok utama, kerugian akibat bencana besar, seperti gempa bumi, banjir, kekeringan, yang tidak diasuransikan atau diasuransikan, namun dengan pertanggungan yang tidak memadai. Jika auditor yakin bahwa terdapat kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas maka auditor harus memperoleh informasi mengenai rencana manajemen yang ditujukan untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa tersebut dan menentukan apakah kemungkinan bahwa rencana tersebut dapat secara efektif dilaksanakan.
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris tentang pengaruh probabilitas kebangkrutan pada audit delay. Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut: Hasil analisis statistik deskriptif menunjukkan rata-rata audit delay perusahaan di Indonesia adalah 76,27 hari yang merupakan cut off waktu selesainya pekerjaan lapangan auditor, bukan penyerahan laporan keuangan perusahaan ke Bapepam. Ini masih dibawah ketentuan Peraturan Bapepam Nomor X.K.2 yaitu 90 hari sehingga dapat dikategorikan perusahaan di Indonesia potensial untuk patuh dalam pemenuhan kewajiban penyampaian laporan keuangannya. Sedangkan ratarata probabilitas kebangkrutan (Z score) perusahaan adalah sebesar 6,62 yang lebih besar daripada tingkat batas atas tingkatan Z score sebesar 2,90. Hal ini berarti ratarata perusahaan sampel tidak mengalami permasalahan keuangan yang dapat mengancam kelangsungan hidup usahanya. Hasil analisis regresi linear sederhana menunjukkan bahwa audit delay dipengaruhi oleh probabilitas kebangkrutan. Perusahaan yang memiliki nilai ZScore yang rendah cenderung akan mengalami audit delay yang lebih lama. Hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Lai dan M.C.Cheuk (2005).
7.2
Saran dan Keterbatasan Hasil pengujian dalam penelitian ini membuktikan secara empiris
probabilitas kebangkrutan berpengaruh pada audit delay, diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan referensi bagi peneliti berikutnya. Bagi auditor, diharapkan penelitian ini dapat membantu untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses audit dengan mengendalikan faktor-faktor yang menyebabkan audit delay yang lama. Bagi investor di pasar modal, hendaknya memperhatikan informasi laporan keuangan tahunan auditan suatu perusahaan beserta opini dari auditor independen sebelum memutuskan investasi atas saham perusahaan tersebut. Selanjutnya bagi regulator, diharapkan penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang peranan pengukuran yang baik atas kondisi perusahaan sehingga dalam penyampaian laporan ke publik juga dapat menjadi suatu informasi yang akurat. Penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan, yang apabila diatasi pada penelitian selanjutnya dapat memperbaiki hasil penelitiannya. Beberapa
keterbatasan penelitian ini meliputi variabel penelitian yang hanya menguji satu variabel saja yaitu probabilitas kebangkrutan, sehingga peneliti selanjutnya dapat mengembangkan dan mengidentifikasi variabel-variabel lainnya seperti besaran fee auditor, struktur kepemilikan, pergantian auditor, dan jika memungkinkan dengan menggunakan metode pengukuran yang lain selain model prediksi altman sebagai metode pengukuran probabilitas kebangkrutan. Disamping itu juga mengenai cara pengukuran audit delay dimana dalam penelitian ini menggunakan pengukuran
audit delay yang diukur dari tanggal akhir masa laporan keuangan (31 Desember) sampai dengan tanggal di tanda tanganinya laporan keuangan oleh auditor, sedangkan dalam kondisi di lapangan banyak perusahaan yang memberikan laporan keuangan pada auditor ataupun menandatangani kesepakatan audit pada tanggal yang melebihi dari tanggal akhir laporan keuangan tersebut. Dengan demikian maka ada kemungkinan bahwa pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini tidak sepenuhnya dapat mengukur waktu yang digunakan oleh auditor dalam melaksanakan audit, dan hal tersebut merupakan salah satu keterbatasan penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Adnan, M.A dan Kurniasih, E, 2000. Analisis Tingkat Kesehatan Perusahaan untuk Memprediksi Potensi Kebangkrutan dengan Pendekatan Metode Altman (Kasus Pada Sepuluh Perusahaan di Indonesia). Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia, Volume 4 No.2 Desember: Hal 131-151. Ahmad, A.C and Abidin, S, 2008. Audit Delay of Listed Companies: A Case of Malaysia, International Business Research, Vol.1, No.4 October 2008. Ahmad,R, dan Kamarudin, K.A, 2001. Audit Delay and Timeliness of Corporate Reporting: Malaysian Evidence. Altman, E, Financial Ratios, Discriminant Analysis and the Prediction of Corporate Bankruptcy, Journal of Finance, September 1968 Asthon, R.H., J.J. Willingham and R.K. Elliot, 1987. An Empirical Analysis of Audit Delay, Journal of Accounting Research, Autumnm p.275-292. Asthon, R.H., P.R. Graul and J.D. Newton, 1998. Audit Delay and the Timeliness of Corporate Reporting, Contemporary Accounting Research, spring, p.657-673. Asthon, R.H. & Newton, J.D. 1989, The Association Between Audit Technology and Audit Delay, Auditing A Journal of Practice and Theory, 8, 22-37. Bamber, E.M, Bamber, L.S. & Schoderbek, M.P, 1993. Audit Structure and Other Determinants of ARL; an Empirical Analysis, Auditing A Journal of Practice and Theory, 12, 1-23. Baridwan, Yogyakarta. Z, 2001. Intermediate Accounting. Yogyakarta: BPFE
Boynton, W.C., Johnson, R.N. dan Kelly, W.G. 2001. Modern Auditing, Seventh Edition. New York. John Wiley & Sons, Inc.
Bringham, Eugene F. and Joel F. Houston. 2006. Dasar-Dasar manajemen Keuangan. Jakarta: Salemba Empat. Carslaw, C.A.P.N., and Kaplan, S.E., 1991. An Examination of Audit Delay: Further Evidence from New Zealand, Accounting and Bussiness Research, Winter, p.21-32. Chambers, Anne E, and Stephen H. Pennman, 1984. The Timeliness of Reporting and The Stock Price Reaction to Earnings Announcements, Journal of Accounting Research. Vol.22 No.1 Spring. Courtis, J.K., 1976. Relationships Between Timeliness in Corporate Reporting and Corporate Attributes, Accounting and Bussiness Research, Winter, p.45-46. Dyers, J.C, and A.J. Mc Hugh, 1975. The Timeliness of the Australian Annual Report. Journal of Accounting Research. Autumn, p.204-219. Fanny, Margareta dan Saputra, S, 2005. Opini Audit Going Concern: Kajian Berdasarkan Model Prediksi Kebangkrutan, Pertumbuhan Perusahaan, dan Reputasi Kantor Akuntan Publik (Studi pada Emiten Bursa Efek Jakarta). Disampaikan pada Simposium Nasional Akuntansi (SNA) VIII Solo. Garsomble, H.P, 1981. The Timeliness of Corporate Financial Disclosure? In Communication via Annual Report. AFM Explanatory Series? No.11:204-218. Ghozali, I, 2001. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS, Semarang, Badan Penerbit Undip. Gilling, D.M., 1977. Timeliness in Corporate Reporting: Some further Comment, Accounting and Bussiness Research (Winter), p.34-36. Givoly, D, dan D. Palmon, 1982. Timeliness of Annual Earnings Announcement: Some Empirical Evidence, The Accounting Review (July), p.486508. Hadi, S, dan Anggraeni, A, 2008. Pemilihan Prediktor Delisting Terbaik (Perbandingan Antara The Zmijewski Model, The Altman Model, dan The Springate Model). FE UII.
Hilmi, U, dan Ali, S, 2008. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan, Simposium Nasional Akuntansi XI Ikatan Akuntan Indonesia. Hossain,M.A, dan Taylor,P.J, 1993. Relationship between Selected Corporate Attributes and Audit Delay in Developing Countries: Empirical Evidence from Bangladesh. IAI-Kompartemen Akuntan Publik, 2001. Standar Profesional Akuntan Publik, Jakarta, Salemba Empat. Indriantoro, N, dan Supeno,B, 1999. Metode Penelitian Bisnis, Edisi I. Yogyakarta: BPFE. Jaggi, B. & Tsui, J, 1999. Determinants of ARL: Further Evidence from Hongkong, Accounting and Business Research, 30, 17-28. Jensen, M.C. dan Meckling, W.H., 1976. The Theory of The Firm: Managerial Behaviour, Agency Cost and Ownership Structures, Journal of Financial Economics, Vol.3, p.305-360. Jogiyanto, 2007. Metodologi Penelitian Bisnis, Edisi Pertama, Yogyakarta, BPFE. Knechel, W.R. & Payne, J.L, 2001. Additionel Evidence on Audit Report Lag, Auditing A Journal of Practice and Theory, 20, 137-146. Lai, K, dan Cheuk, L, 2005. Audit Report Lag, Audit Partner Rotation and Audit Firm Rotation: Evidence from Australia Lawrence, J.E. and Glover, H.D., 1998. The Effect of Audit Firm Mergers on Audit Delay, Journal of Managerial Issues, 10 (2), p.151-165. Mohamad-Nor, Shafie, and Wan-Hussin, 2010. Corporate Governance and Audit Report Lag in Malaysia, Asian Academy of Management Jornal of Accounting and Finance. Mulyadi. 2002. Auditing (Pengauditan), Buku I Edisi Ke Enam, PT. Salemba Empat.
Naim, A. 1998. Akuntansi Keuangan I, Yogyakarta: BPFE. Nikolaos, G, Konstantinos, V, Apostolos, G.C, 2009. Can Altman Z-Score Models Predict Business Failures in Greece? Owusu-Ansah, Stephen, 2000. Timeliness of Corporate Financial Reporting in Emerging Capital Market: Empirical Evidence from The Zimbabwe Stock Exchange, Journal Accountinf and Bussiness Research, Vol.30. No.3, p.241-254. Palmrose, Z, 1986. The Effect of Non-Audit Services on The Pricing od Audit Service: Further Evidence, Journal of Accounting Research, 34, 405-411. Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal, www.bapepam.go.id Petronela, Thio. 2004. "Pertimbangan Going Concern Perusahaan Dalam Pemberian Opini Audit". Jurnal Balance. 47 - 55. Rachmawati, S, 2008. Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan Terhadap Audit Delay dan Timeliness, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol 10, No.1, Mei 2008, Hal.1-10. Saleh, R, 2004. Studi Empiris Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta, Simposium Nasional Akuntansi VII Ikatan Akuntan Indonesia. Siagian, Dergibson dan Sugiarto. 2002. Metode Statistika untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Simunic, D.A, 1980. The Pricing of Audit Service: Theory and Evidence, Journal of Accounting Research, 18, 161-190. Soltani, B. 2002. Timeliness of Corporate and Audit Reports: Some Empirical Evidence in The Frech Context, The International Journl of Accounting, 215-246. Sonhadji, 1994. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data Dalam Penelitian Kualitatif (dalam buku Penelitian Kualitatif dalam Bidang ilmu-ilmu Sosial Keagamaan). Penerbit Kalimasahada Press Malang.
Springate, and Gordon L.V., (1978).Predicting the Possibility of Failure in a Canadian Firm . Unpublished M.B.A. Research Project, Simon Fraser University. Subekti, Imam dan Widiyanti. 2004. Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Audit Delay di Indonesia, Prosiding Simposium Nasional Akuntansi VII. Denpasar. Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Bisnis, Alfabeta, Bandung Supardi dan Mastuti. 2003. Validitas Penggunaan Z-Score Altman untuk Menilai Kebangkrutan pada Perusahaan Perbankan Go Publik di Bursa Efek Jakarta. Dalam Kompak No.7 Januari-April: 68-69. Suwardjono, 2008. Teori Akuntansi: Perekayasaan Laporan Keuangan, Edisi ketiga, Yogyakarta, BPFE. Syafrudin, M., 2004. Pengaruh Ketidaktepatwaktuan Penyampaian Laporan Keuangan pada Earning Response Coefficient: Studi di Bursa Efek Jakarta, Simposium Nasional Akuntansi VII Ikatan Akuntan Indonesia. Schwartz, K.B. & Soo, B.S, 1986. The Assosiation between Audit Changes and Reporting Lags, Contemporary Accounting Research, 13, 353-370. Utami, W, 2006. Analisis Determinan Audit Delay Kajian Empiris di Bursa Efek Jakarta, Buletin Penelitian No.09. Ka. Pusat Penelitian dan Dosen FE. Universitas Mercubuana. Walker, A and Hay, D, 2006. An Empirical Investigation of the Audir Report Lag: The Effect of Non-Audit Services, Whittered, G.P., 1980. Audit Qualification and the Timeliness of Corporate Annual Reports. The Accounting Review, p.563-577. Whittered, G.P. and Zimmer, 1984. Timeliness of Financial Reporting and Financial Distress. The Accounting Review, 287-295. Wolk, H.I., & Tearney, M.G. (2000). Accounting Theory: A Conseptual and Institutional Approach, Five Edition, Ohio: South-Western College Publishing.
Zmijewski, M.E, 1984. Methodological issues related to the estimation of Financial Distress Prediction Model, Journal of Accounting Research 22 (Supplement): 59-82.
Descriptives
Descriptive Statistics
Regression
Variables Entered/Removed Variables Entered Z_Score
a b
Model 1
Variables Removed
Method . Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Audit_Delay Model Summary Adjusted R Square .018 Std. Error of the Estimate 16.03649
Model 1
R .141
a
R Square .020
F 15.188
Sig. .000
a
Total
197554.127
754
Coefficients
Z_Score
-.117
.030
-.141
-3.897
.000
Lampiran 3 DAFTAR NAMA PERUSAHAAN DAN DATA VARIABEL PENELITIAN No Nama Perusahaan Kode Prs
AALI
Tahun
ZScore
5.90 5.56 3.87 3.31 1.06 1.03 0.86 0.62 6.46 7.05 5.62 19.98 1.49 3.40 3.07 2.55 1.48 1.92 2.32 1.84 2.78 1.96 0.03 2.68 0.63 1.00 0.98 0.89 29.08 28.97 28.59 28.15 2.64 2.72 2.87 4.11 2.23 3.00 2.25 2.33
Audit Delay
53 51 50 49 87 88 85 68 75 77 78 58 60 55 53 59 87 88 82 89 62 75 81 87 95 101 102 111 70 71 73 73 55 58 57 55 86 70 71 59
UNSP
BISI
PT BW Plantation Tbk
BWPT
CPRO
DSFI
GZCO
IIKP
LSIP
10
SGRO
11
WAPO
2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010
23.31 4.29 4.43 0.20 2.22 2.99 4.62 4.49 3.88 11.86 3.53 2.37 8.50 3.32 4.24 4.00 2.01 2.23 2.79 3.20 1.84 2.28 3.05 2.81 6.61 7.03 7.31 3.63 2.34 2.38 1.72 1.38 37.51 35.47 87.26 46.39 9.38 65.67 19.81 19.03 56.45 41.28 1.81 1.65
75 85 88 92 84 86 65 70 64 50 63 98 65 70 97 84 84 84 85 88 74 86 74 80 81 79 98 87 73 75 76 74 74 75 64 67 70 65 75 77 75 82 84 84
CPIN
13
PT Cipendawa Tbk
CPDW
14
PT JAPFA Tbk
JPFA
15
MAIN
16
Adirama
MBAI
17
SIPD
ADRO
19
CTTH
20
CNKO
21
INDY
22
ITMG
23
INCO
24
MEDC
2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010
2.61 6.01 4.66 5.55 5.07 2.28 1.41 2.16 2.17 2.06 0.77 1.13 1.63 1.83 1.90 1.70 14.50 6.44 6.65 12.34 2.85 1.90 3.13 2.09
88 84 55 54 63 77 80 63 80 83 95 81 95 107 85 73 60 70 60 62 85 90 88 77
ADHI
26
DGIK
27
WIKA
DAVO
29
INDF
30
MYOR
31
ROTI
32
PSDN
2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010
1.33 0.75 0.65 0.90 1.22 1.22 1.38 1.45 2.68 4.59 5.49 3.96 3.53 4.47 3.79 3.27 22.28 15.32 11.74 15.42
88 95 121 105 78 78 77 70 78 79 78 77 75 70 78 77 63 65 64 68
33
SKLT
34
STTP
35
SMAR
36
AISA
37
TBLA
38
ULTJ
2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010
10.84 9.53 4.05 3.43 2.66 1.56 3.22 2.39 7.39 6.96 3.10 4.89 9.04 6.52 3.10 0.79 1.79 1.84 1.98 1.53 5.99 6.69 7.10 7.75 54.19 53.94 39.84 30.12 1.83 2.03 2.30 2.39 1.70 0.37 5.24 0.11 3.38 25.97 4.93 9.30 2.21 2.18 3.05 6.21
International
RMBA
40
GGRM
ERTX
42
PAFI
43
RDTX
44
SSTM
45
TFCO
2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010
8.57 4.36 5.18 4.33 0.55 0.13 0.98 4.27 1.43 0.35 2.08 1.53 48.51 31.73 6.58 18.93 2.31 0.74 0.75 -0.83 2.21 1.72 2.16 2.01 5.50 2.25 4.60 5.09 2.23 1.50 1.82 2.02 3.57 1.46 1.96 2.61 2.01 1.07 1.76 1.47 3.27 3.05 3.52 3.54
67 65 60 66 95 98 99 77 86 111 88 83 72 77 76 75 77 99 95 102 44 77 71 81 85 84 85 76 85 86 84 80 80 47 69 88 84 84 82 80 71 78 60 84
MYTX
47
ESTI
48
KARW
49
PBRX
50
BIMA
51
RICY
SULI
53
TIRT
FASW
55
INKP
56
TKIM
57
SAIP
2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010
9.71 10.59 2.70 3.76 5.10 3.17 3.30 2.96 38.16 4.12 4.61 6.01 1.54 -0.11 3.02 1.99 5.18 2.16 2.47 1.65 1.52 1.66 1.52 1.34 2.37 2.45 2.21 1.51 8.04 7.47 5.02 32.70 1.83 6.75 6.46 3.98 3.04 6.93 9.77 11.20 4.02 3.49 3.08 2.94
87 85 84 80 87 88 85 80 86 69 71 73 85 86 74 82 86 84 82 82 86 79 74 82 81 59 75 80 45 33 49 45 46 48 47 49 51 38 37 67 82 85 97 92
POLY
59
BUDI
60
LTLS
61
SOBI
62
TPIA
63
UNIC
Lem 64
KKGI
AKPI
66
APLI
67
PT Berlina Tbk
BRNA
68
PT Dynaplast Tbk
DYNA
69
IGAR
70
LAPD
71
SIAP
72
SIMA
73
FPNI
74
TRST
75
YPAS
2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010
2.06 2.47 2.49 2.23 3.57 2.17 1.65 1.69 1.55 1.40 1.80 1.53 2.66 3.57 4.32 4.45 1.69 4.02 6.82 47.51 0.87 2.03 2.20 2.28 1.75 0.22 -0.33 -0.43 -0.03 31.95 74.99 74.30 1.38 1.28 2.07 1.81 3.27 2.88 2.77 23.44 4.42 11.87 423.98 5.92
71 84 77 81 90 71 67 75 85 86 81 47 60 64 61 80 74 65 74 77 80 64 84 77 87 90 99 98 97 48 45 56 78 76 77 70 72 65 76 66 40 40 33 31
Semen 76
SMCB
77
INTP
78
SMGR
2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010
12.87 2.97 13.27 25.91 5.84 5.40 5.49 5.16 1.84 1.41 1.36 2.18 8.54 6.59 5.26 4.01 1.46 1.32 1.27 1.87 3.02 4.29 2.53 4.04 6.15 5.28 3.00 1.35 3.16 2.74 4.11 2.82 3.21 3.61 3.02 3.47 1.43 1.67 1.79 1.92 3.73 3.33 2.78 2.76
40 63 62 59 76 71 76 67 86 84 82 73 63 71 36 48 78 82 83 83 70 70 64 63 63 76 84 84 45 44 43 49 74 69 68 67 86 84 76 77 88 76 71 70
ALMI
80
CTBN
81
INAI
82
LMSH
83
PICO
84
NIKL
85
TBMS
86
TIRA
KDSI
Produk Batu, tanah liat, dan kaca konkret 88 PT Arwana Citramulia Tbk
ARNA
89
IKAI
90
MITI
91
TOTO
2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010
2.14 2.09 1.78 2.05 1.03 1.16 0.96 1.07 6.18 6.12 15.07 15.17 1.51 1.63 2.30 2.32 2.11 1.96 1.77 1.89 37.15 32.60 36.71 9.79 2.29 2.24 1.85 2.59 2.86 3.27 3.98 5.26 3.26 2.50 3.76 3.23 2.25 2.04 1.91 1.94 3.73 3.43 3.87 2.98
58 58 67 74 82 84 83 84 90 93 85 66 78 79 81 87 46 70 72 73 55 58 57 69 84 86 87 83 72 84 85 88 59 86 85 12 58 57 54 55 53 51 50 49
Kabel 92
JECC
93
KBLI
94
SCCO
MTDL
96
PT Multipolar Tbk
MLPL
ASII
98
AUTO
99
IMAS
100
PT Indospring Tbk
INDS
101
INTA
102
LPIN
103
MASA
104
PT Nipress Tbk
NIPS
105
ADMG
106
PRAS
107
SMSM
108
TURI
109
UNTR
2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009
1.06 1.61 1.60 1.82 1.89 1.66 2.57 2.20 1.68 1.74 1.79 1.74 1.36 0.81 1.37 1.56 3.50 1.35 1.74 1.69 1.57 1.59 1.02 1.45 3.30 1.37 1.72 1.84 4.23 1.76 0.65 1.25 2.36 2.53 2.72 3.89 1.89 3.06 4.23 4.40 2.23 2.18 2.42 2.21 2.83 2.42 2.03
MDRN
111
KONI
2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010
2.38 1.25 1.32 1.14 1.75 2.21 2.19 3.47 3.38 7.48 3.95 3.20 11.57 5.20 3.91 6.19 8.55 2.78 2.89 3.19 4.52 1.35 1.20 1.67 0.92 2.75 2.64 3.93 2.49 6.20 5.03 3.78 3.29 7.04 7.60 7.94 8.80 1.08 0.67 0.06 -0.92 0.40 0.79 -0.13 0.24
INAF
113
KLBF
114
KAEF
115
PYFA
116
SCPI
117
Pharmaceutical
SQBI
118
TSCP
MRAT
APOL
121
BLTA
122
CMPP
123
Intermoda
HITS
124
IATA
125
MIRA
126
WEHA
127
TMAS
128
SMDR
129
SAFE
130
TRAM
131
ZBRA
2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009
0.67 1.32 0.31 1.17 1.48 0.42 1.30 4.63 1.80 1.72 0.92 0.83 1.80 -0.02 -1.44 -1.41 1.91 1.13 1.18 1.18 1.26 1.63 0.35 0.85 1.54 1.18 0.81 0.92 6.44 3.16 1.11 2.29 1.01 3.48 4.89 3.64 2.35 13.99 14.88 15.88 14.85 8.64 5.03 6.10 34.18 13.12 10.85
BTEL
133
FREN
134
Indonesia
TLKM
135
TRIO
136
PT XL Axiata Tbk
EXCL
2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010
12.18 2.22 1.66 1.67 1.84 5.48 5.24 3.49 3.08 0.41 0.76 0.90 1.47 2.78 2.44 1.76 1.80 2.96 3.09 1.88 5.74 9.13 2.82 3.04 4.01 4.32 3.68 4.65 3.56 5.56 1.73 2.31 2.42 17.76 27.71 25.89 2.75 44.06 40.28 31.50 32.66 4.55 4.10 4.29 3.77
81 95 96 98 88 80 81 85 66 75 82 41 28 78 75 82 74 80 82 102 88 58 86 85 12 35 36 41 38 81 88 85 77 79 93 88 77 80 86 85 84 70 78 56 59
DSSA
138
KOIN
139
MPPA
140
Pharmacon
SDPC
141
MAPI
142
MICE
143
RIMO
144
AMRT
145
TGKA
146
TKGA
147
TRIL
148
Overseas
WICO
2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010
3.09 3.47 3.74 3.78 23.84 19.12 15.66 15.47 5.97 2.77 5.36 5.35 77.36 77.47 77.39 77.89 1.26 1.42 1.37 1.72 10.97 3.42 3.09 8.23 19.23 13.14 10.40 10.72 1.65 1.67 1.71 6.21 0.85 2.80 2.07 10.30 0.36 0.27 0.09 0.16 0.98 1.74 6.68 3.61
84 86 88 82 84 86 83 84 77 76 82 70 75 76 77 80 85 84 82 80 78 75 70 80 70 72 71 77 75 77 78 81 101 90 88 75 87 107 98 99 95 58 34 35
ASRI
150
ELTY
151
BIPP
152
CTRA
153
Resources
KARK
154
DART
155
DUTI
156
Tourism
GMTD
157
MORE
158
DILD
159
PT Jababeka Tbk
KIJA
160
JIHD
161
JSPT
162
JRPT
163
LCGP
164
LAMI
165
LPKR
166
MKPI
167
MDLN
2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010
0.91 0.92 1.22 2.43 5.45 7.27 6.71 6.62 3.64 2.09 2.20 4.96 0.99 0.81 0.82 0.97 0.24 0.42 1.52 0.81 1.18 1.80 1.68 2.27 2.39 1.58 1.80 56.33 5.48 7.06 11.12 20.36 1.03 1.69 2.64 2.59 0.78 0.76 0.77 0.75 4.32 4.32 4.93 4.95 2.34 3.02 4.09 2.16
33 28 28 24 68 60 67 65 82 86 91 80 101 112 56 82 71 79 69 73 68 65 50 59 69 69 60 59 72 69 65 62 60 33 84 84 88 89 90 92 75 77 76 73 85 84 85 89
168
PWON
169
PWSI
170
PSAB
171
GPRA
172
PNSE
173
PUDP
174
BKSL
175
SMRA
176
SSIA
177
SMDM
178
PDES
179
PANR
2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010
7.71 2.31 1.37 1.62 -1.50 -1.30 -1.41 -1.27 2.10 2.28 1.64 1.67 59.34 1.26 1.57 2.37 1.31 4.20 3.93 3.33 3.12 4.28 3.24 6.14 10.25 9.34 4.55 5.93 0.83 0.85 0.82 1.08 14.42 6.03 6.92 13.69 1.36 2.81 3.09 71.98 4.04 4.61 4.70 4.66 3.62 3.57 3.65 0.96
180
PGLI
181
PSKT
182
SONA
2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009
14.26 21.06 23.43 29.06 20.92 21.56 11.60 12.98 31.13 1.17 30.63 1.90 18.95 27.93 82.34 81.82 4.39 0.50 2.94 1.33 0.61 2.55 6.21 41.18 4.42 5.13 2.14 1.19 15.84 15.47 16.04 13.39 1.52 1.84 1.82 13.93 2.37 1.80 -0.26 1.69 2.06 2.31 3.20 12.88 7.57 6.90 6.53
80 75 73 75 88 90 83 83 55 65 71 68 90 48 85 91 73 86 85 87 75 64 67 70 70 75 61 89 83 86 85 77 67 65 60 62 73 72 74 81 70 72 69 74 80 85 80
ASIA
184
CMNP
185
EMTK
186
KBLV
187
FORU
188
GEMA
189
JSMR
190
JTPE
191
MNCN
192
RUIS
193
TMPO
82 82 84 84 89 79 69 69 59