Anda di halaman 1dari 24

Struktur, Mekanisme, dan Fungsi serta Perkembangan Pubertas pada Wanita

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana (UKRIDA) Jl.Arjuna Utara no.6, Jakarta 11510 Paskalina 10-2010-099 Kelompok E2 luciapaskalina@yahoo.com Semester 3, Blok 10 26 September 2011

PENDAHULUAN
Seiring waktu, setiap manusia akan mengalami tahap perkembangan mulai dari bayi hingga menuju kedewasaan. Tahap-tahap perkembangan pada manusia dibedakan menjadi 2 berdasarkan jenis kelamin dari masing-masing individu. Setelah masa kanak-kanak dilalui, maka individu tersebut akan memasuki tahap pubertas, yaitu sekitar umur 12-20 tahun. Pada tahap pubertas inilah yang membedakan individu menjadi wanita dan pria. Pada perkembangan pubertas, laki-laki dan perempuan mengalami perkembangan yang berbeda. Misalnya, pada laki-laki tubuh menjadi semakin bidang dan suaranya akan terdengar semakin lebih berat. Sedangkan pada perempuan, bagian pinggang semakin melebar dan juga mengalami siklus menstruasi setiap bulannya.

Pada PBL kali ini, kasus yang diberikan kepada kelompok kami adalah Remaja B yang berusai 16 tahun dibawa ibunya ke dokter dengan keluhan haid tidak teratur dan kadangkadang disertai rasa nyeri.

PEMBAHASAN Struktur Makroskopis Genetalia Feminina


Genetalia Interna Feminina
Alat kelamin bagian dalam pada wanita mencakup vagina, uterus, kedua tuba uterina atau tuba Falopii, dan kedua ovarium. Vagina1 Berguna sebagai saluran keluar darah hasil menstruasi, merupakan bagian kaudal terusan lahir, dan menerima penis sewaktu berhubungan. Kearah cranial vagina berhubungan dengan cerviks uteri dan ke arah kaudal dengan vestibulum vaginae. Dinding ventral dan dinding dorsal vagina saling bersentuhan, kecuali pada ujung kranialnya yang terpisah oleh cerviks uteri. Vagina berada dorsal terhadap vesica urinaria dan rektum, melintas antara tepitepi medial musculus levator ani dan menembus diaphragma urogenitale. Fornix, yaitu ceruk disekitar cervix uteri, dapat dibedakan antara pars anterior fornicis vaginae, pars posterior fornicis vaginae, pars lateralis fornicis vaginae dexter et sinister, Pars fornicis posterior vaginae adalah fornix terdapam dan berhubungan erat dengan excavatio rectouterina (Douglas). Tiga otot menyempitkan vagina dan berlaku sebagai sfingter: musculus pubovaginalis, diaphragma urogenitale (musculus sfingter urethrae dan musculus transversus perinei profundus), dan musculus bulbospongiosus. Pendarahan dari vagina berasal dari arteri uterina untuk bagian kranial dari vagina. Arteri vaginalis juga membantu memasok darah pada bagian tengah dan bagian vagina lainnya yang berasal dari asteri arteria restalis media dan arteria pudenda interna. Sedangkan untuk pendarahanbalik darahnya disalurkan ke dalam plexus venosus vaginalis pada sisi-sisi vagina dan dalam membran mukosa vagina. Vena-vena yang berkumpul ini akan menyalurkan isinya ke dalam vena illiaca interna dan berhubungan dengan plexus venosusu vesikalis, pelxus uterina,dan plexus rectalis. Untuk pembuluh limfe, dibagi menjadi 3 bagian :

Bagian kranial ditampung oleh nodi lymphatici iliaci eksterni dan nodi lymphatici iliaci interni.

Bagian tengah ditampung oleh nodi lymphoidei iliaci interni Bagian kaudal untuk sebagian mencurahkan isinya ke dalam nodi lymphoidei sacrales dan nodi lympoidei iliaca communis, dan juga ke dalam nodi lymphoidei inguinales superficiales.

Persarafan untuk bagian vagina berasal dari plexus uterovaginalis yang terletak antara kedua lembar ligamentum latum uteri bersama arteri uterina. Plexus uterovaginalis merupakan perluasan plexus hypogastricus inferior. Serabut simpatis, parasimpatis, dan aferen melintas melalui plexus hypogastricus inferior. Serabut aferen terbanyak menaik melalui plexus hypogastricus ke medula spinalis nenalui nervi thoracici X-XII dan nervus subcostalis. Uterus1 Uterus adalah sebuah organ muskular yang berdinding tebal, berbentuk seperti buah pir, dan terletak antara vesica urinaria dan rectum. Uterus biasanya tertekuk ke ventral di atas vesica urinaria, tetapi kedudukannya berubah dengan penuh kosongnya vesica urinaria dan rektum. Uterus terdiri dari 2 bagian utama: Corpus uteri, bagian dua pertiga kranial yang melebar Cervix uteri, bagian sepertiga kaudal yang berupa tabung

Corpus uteri terletak antara kedua lembar ligamnetum latum dan dapat dipindah-pindahkan secara bebas. Cervix uteri dapat dibedakan atas portio vaginalis cervicis dan pasr supravaginalis cervicis. Portio vaginalis cervicis yang membulat, berhubungan dengan vagina melalui ostium uteri. Isthumus adalah bagian yang menyempit antara corpus uteri dan cervix uteri, dan fundus adalah bagian kranial korpus uteri yang mencembung. Daerah supralateral, tempat masuknya tuba uterina, disebut cornu uteri. Ligamentum ovarii proprium melekat pada uterus dorsokaudal terhadap persatuan uterotubal. Ligamentum teres uteri melekat di sebelah ventokaudal persatuan uterokaudal. Penyangga uterus utama adalah dasar pelvis yang terdiri dari diaphragma pelvis dan organ pelvis sekeliling uterus. Cervix uteri tidak terlalu dapat digerakkan, karena difiksasi oleh

ligamentum yang merupakan perpadatan fascia pelvis dasar pelvis berikut oto polos di dalamnya. Ligamentun latum adalah lembar ganda perotoneum yang meluas dari sisi-sisi uterus ke dinding-dinding pelvis lateral dan dasar pelvis. Kedua ligamentum latum membantu menetapkan kedudukan uterus. Kedua lembar ligamnetum latum uteri kersinambungan pada tepi bebas yang meliputi tuba uterina. Di sebelah lateral peritoneum ligamentum latum berlanjut ke kranial menutupi pembuluh darah dan dikenal sebagai ligamentum suspensorium ovarii. Ligamentum ovarii proprium terletak di sebelah kranial, dan ligamnetum teres uteri di sebelah ventrokaudal antara lembar-lembar ligamentum latum. Ovarium melekat pada ligamentum katum dengan perantaraan mesoovarium. Bagian ligamentum latum uteri antara ligamentum ovarii proprium, ovarium, dan tuba uterina adalah mesosalpinx, melekat pada uterus. Topografi uterus. Peritoneum menutupi uterus di sebelah ventral dan sebelah kranial, kecuali portio vaginalis cervicis. Ke arah ventral perotoneum beralih menutupi vesica urinaria dan ke arah dorsal melewati bagian dorsal pars posterior fornicis vaginae ke rektum. Ke arah ventral vorpus uteri terpisah dari vesica urinaria oleh excavatio vesico-uterina, pada tempat terjadinya pelipatan peritoneum dari uterus ke batas dorsal permukaan kranial vesica urinaria. Ke arah dorsal corpus uteri dan pars supravaginalis cervicis terpisah dari colon sigmoideum oleh sehelai peritoneum dan cavitas peritonealis, dan dari rektum oleh excavatio rectouterina. Pendarahan arterial uterus yang paling utama melalui arteri uterina, dan juga dari arteri ovarica. Sedangkan untuk pembuluh baliknya berawal dari vena uterina dan memasuki ligamentum latum bersama arteri uterina, dan membentuk plexus venosus uterina di kedua sisi cervix uteri. Kemudia pleksus tersebut bermuara dalam vena iliaca interna dan mengadakan hubungan dengan sebuah vena rectalis superior, dan membentuk anastomosis portal sistemik. Pembuluh limfe uterina mengikuti 3 lintasan: 1. Pembuluh limfe terbanyak dari fundus menuju ke nodi lymphoidei lumbales, tetapi beberapa pembuluh melintas ke nodi lymphoidei iliaca internus atau mengikuti ligamentum teres uteri ke nodi lymphoidei inguinales superficiales. 2. Pembuluh-pembuluh dari corpus uteri melintas dalam ligamentum latum ke nodi lymphyoidei iliaca internus
4

3. Pembuluh-pembuluh dari cerviks uteri melintas ke nodi lymphoidei iliaca internus dan nodi lymphoidei sacrales. Persarafan pada uterus berasal dari pleksus hipogastricus inferior, terutama melalui pleksus uterovaginalis. Serabut parasimpatis berasal dari nervi splanchinici pelvici, dan serabut simpatis dilepaskan dari pleksus uterovaginalis. Serabut viscero-aferen terbanyak naik melalui pleksus hipogastrikus dan memasuki medula spinalis melalui nervi thoracici X-XII dan nervus subcostalis (L1). Tuba Uterina2 Tuba uterina merebak masuk ke arah lateral dari conu uteri dan terbuka ke dalam cavitas peritonealis di dekat ovarium. Secara dekskriptif masing-masing dari tuba uterina bisa dibedakan menjadi 4 bagian : Infundibulum tuba uterina adalah ujung distal yang berbentuk corong dan terbuka ke dalam cavitas peritonealis melalui ostium abdominale tuba uterina ( rumbai-rumbai infundibulum yang menyerupai jari-jari tangan fimbriae- terbentang di atas permukaan medial ovarium; satu rumbai yang besar, yakni fimbria ovarica, melekat pada kutub kranial ovarium). Ampulla tuba uterina, bagian yang terlebar dan terpanjang, berawal pada ujung medial infundibulum Isthmus tuba uterina, bagian yang berdinding tebal, memasuki cornu uteri Pars uterina, yakni segmen proksimal yang pendek, menembus dinding uteri

Tuba uterina terletak dalam mesosalpinx yang dibentuk oleh tepi-tepi bebas ligamentum latum. Ke arah dorsolateral tuba uterina mencapai dinding-dinding pelvis lateral untuk menaik dan membelok di atas ovarium. Pendarahan pada tuba uterina diberikan oleh arteri uterina dan arteri ovarica. Pembuluh balik pada tuba uterina adalah vena uterina dan vena ovarica. Sedangkan untuk pembuluh limfenya, ditampung oleh nodi lymphoidei lumbales. Persarafannya berasal dari sebagian pleksus ovaricus dan untuk sebagian lagi untuk pleksus uterina. Serabut aferen disalurkan ke dalam ervi thoracici XI-XII, dan nervus lumbalis I. Ovarium1
5

Masing-masing ovarium berbentuk oval, berukuran 1 X inci (4x2 cm), dan dilakatkan pada bagian belakang ligamentum latum oleh mesovarium. Bagian ligamentum latum yang terletak dianatara perlekatan mesovarium dan dinding lateral pelvis disebut ligamentu suspensorium ovarii. Ligamentum ovarii proprium, yang merupakan sisa bagian atas gubernaculum, menghubungkan pinggir lateral uterus dengan ovarium. Ovarium biasanya terletak di depan dinding lateral pelvis pada lekukan yang disebut fossa ovarica. Fossa ini dibatasi di atas oleh arteria dan vena iliaca externa serta di belakang oleh arteria dan vena iliaca interna. Walaupun demikian letak ovarium sangat bervariasi dan sering ditemukan tergantung ke bwah dalam excavatio rectouterina. Selama kehamilan, uterus yang membesar menarik ovarium ke atas masuk ke dalam cavitas abdominalis. Setelah persalinan, waktu ligamentum latum relaksasi, ovarium mengambil posisi yang bervariasi di dalam pelvis. Ovarium di kelilingi oleh capsula fibrosa tipis, di sebut tunika labugenia. Bagian luar capsula ini di bungkus oleh lapisan peritoneum yang mengalami modifikasi disebut epitelium germinativum. Istilah epitelium germinativum ini salah karena lapisan ini tidak menghasilkan ovum. Oogonia berkembang pada masa janin dari sel benih primordial. Sebelum pubertas permukaan ovarium licin, tetapi setelah pubertas permukaan ovarium secara progresif berkerut-kerut akibat degenerasi corpus luteum yang terus menerus. Setelah menopause ovarium menjadi lisut dan permukaannya berlubang-lubang dan berparut. Fungsi dari ovarium adalah memproduksi sel benih perempuan yang disebut ovum; dan hormon sex perempuan, estrogen dan progesteron pada prempuan dewasa. Untuk pendarahan pada ovariun berasal dari arteri ovarica yang berasal dari aorta abdominalis setinggi vertebra lumbal 1. Untuk pembuluh balik pada ovarium dextra, berawal dari vena ovarica dextra yang bermuara ke vena cava inferior. Sedangkan vena ovarica sinistra menuju vena renalis sinistra terlebih dahulu baru masuk bersatu ke vena cava inferior. Pembuluh limfe pada ovarium mengikuti arteri ovarica dan mengalirkan cairan limfe ke nodi para aortici yang setinggi vertebra L1. Persarafan untuk ovarium berasa dari pleksus aorticus dan mengikuti perjalanan arteri ovarica. Pendarahan, aliran limfe, dan persarafan ovarium berjalan melalui apertura pelvis superior dan menyilang arteri iliaca eksterna. Pembuluhpembuluh dan saraf-saraf tersebut mencapai ovarium dengan melewati bagian lateral ligamentum latum yang dikenal dengan nama ligamentum suspensorium ovarii. Pembuluh darah dan saraf akhirnya masuk ke dalam hilum ovarii melalui mesoovarium.

Genetalia Eksterna Feminina


6

Alat-alat kelamin luar dari wanita secara keseluruhan dikenal sebagai vulva, atau pudendum, terdiri dari : Mons pubis Labium Majus pudendi dan labium minus pudendi Vestibulum vaginae Clitoris Bulbus vestibuli Glandula vestibularis major dan glandulae vestibulares minoris

Mons Pubis2 Adalah penonjolan berlemak di sebelah ventral pymphisis pubica dan daerah suprpubik. Jumlah jaringan lemak bertambah pada akil balig dan berkurang setelah menopause. Setelah akil balig mons pubis tertutup rambut kemaluan yng kasar. Labium Majus Pudendi2 Merupakan lipat-lipat kulit yang melindungi muara-muara urethra dan vagina. Masingmasing labium majus pudendi yang terutama berisi jaringan lemak subkutan, beralih dari mons pubis ke anus di sebelah dorsal. Labium majus pudendi membatasi kedua sisi rima pudendi. Labium Minus Pudendi2 Labium minus pudensi adalah lipat-lipat kulit yang licin dan tak berambut, dan terletak antara labium majus pudendi. Lipat-lipat kulit ini berinti jaringan ikat menampung dengan banyak pembuluh darah kecil, etapi tdaik berisi jaringan lemak. Meskipun permukaan dalam masingmasing labium minus pudensi terdiri dari kulit yang tipis dan lembap, labium minus pudendi memiliki warna merah muda yang khas untuk mukosa, dan mengandung banyak badan saraf. Vestibulum Vaginae2 Adalah ruang antara labium minus. Urethra, vagina, dan duktus glandula vestibularis major bermuara ke dalam dasar vestibulum vaginae. Ostium urethrae eksterna terletak 2-3 cm dorsal dari clitoris dan tepat ventral terhadap ostium vagina. Pada masing-masing sisi ostium
7

urethrae eksternum terdapat lubang duktus paraurethrales. Ukuran dan penampilan ostium vaginae ditentukan oleh keadaan hymen, lipatan mukosa yang tipis dan mengelilingi ostium vaginae. Glandula vestibularis major, yang diameternya kira-kira 0,5 cm, terletak di sisi kanan dan kiri dari estibulum vaginae, dorsolateral terhadap ostium vaginae. Glandula vestibularis major berbentuk bulat atau lonjong dan di sebelah dorsal untuk sebagian tertutup bulbus vestibuli. Duktus glandula vestibularis major yang halus melintas di sebelah dalam bulbus vestibuli dan bermuara ke dalam vestibulum vaginae di sebelah sisi kanan dan sisi kiri ostium vaginae. Glandula vestibularis major mengeluarkan lendir ke dalam vestibulum vaginae sewaktu terjadi perangsangan seksual. Glandula vestibularis minor juga mengeluarkn lendir ke dalam vestibulum vaginae untuk melembabkan labium pudensi dan vestibulum vaginae Clitoris2 Sebuah organ erektil yang terletak pada tempat pertemuan kedua labium mins pudendi di sebelah ventral. Terdiri dari sebuah radix clitoridis dan sebuah corpus clitoridis yang dibentuk oleh 2 crus clitoridis di sebelah dalam musculus ischiocaverbosus, 2 corpus cavernosum clitoridis, dan sebuah glans clitoridis. Clitoris tidak dilalui oleh urethra. Bagian kedua labium minus melintas di sebelah ventral clitoridis dan membentuk preputium clitoridis, dan bagian kedua labium minus melintas di sebelah dorsal clitoris dan membentuk frenulum clitoridis. Clitoris membesar pada perangsangan taktil dan merupakan organ yang sangat sensitif dan amat penting pada perangsangan seksual. Bulbus Vestibuli2 Terbelah oleh vagina, sehingga tampak sebagai 2 massa jaringan erektil yang memanjang sekitar 3 cm, dan terletak pada sisi ostium vaginae, di sebelah dalam musculus bulbospongiosus. Pendarahan arterial untuk bulbus vestibuli berasal dari kedua arteri pudenda eksterna dan sebua ateri pudenda interna pada masing-masing sisi. Arteri pudenda nterna mengantar darah kepada kulit, alat-alat kelamin, dan otot-otot perineum. Untuk pembuluh balik disalurkan melalui vena labialis yang merupakan anak cabang vena pudenda interna dan vena comitans/ pengiring dari arteri pudenda interna. Di dalam vulva terdapat anyaman pembuluh limfe yang luas. Pembuluh limfe melintas ke arah lateral dan ditampung oleh nodi lymphoidei inguinales superficiales.

Untuk persarafannya berasal dari cabang nervus ilio-ingiunalis, ramus genitalis nervi genitofemoralis, ramus perinelais nervi cutanei femoralis dan nervus perinealis. Perangsangan parasimpatis menghasilkan : Peningkatan sekresi vagina Ereksi clitoris Penggembungan jaringan erektil dalam bulbus vestibuli.

Struktur Mikroskopis Genetalia Feminina


Struktur mikroskopis untuk sistem reproduksi wanita terdiri atas 2 ovarium, 2 tuba uterina, uterus, vagina, dan genitalis eksterna. Ovarium3 Ovarium merupakan badan berbentuk amandel bergaris tengah sampai mencapai 5 cm, lebar 1,5-3 cm dan tebal 0,6- 1,5 cm. Ia terdiri atas medula, mengandung beberapa pembuluh darah dan sedikit jaringan penyambung jarang, dan bagian korteks, dimana mengandung folikelfolikel ovarium, yang mengandung oosit. Tidak terdapat batas yang jelas antara korteks dan medula. Selama kehidupan embrional, sel-sel benih bermigrasi ke dalam ovarium dan sel-sel ini di sini dinamakan oogonia. Semua sel-sel benih yang terdapat pada waktu lahitr adalah oosit primer pada stadium profasae pembelahan meiosis pertama. Stroma daerah korteks terdiri atas sel-sel penyambung berbentuk spindel khas yang memberi respon dengan cara yang tidak sama terhadap rangsang hormonal dibandingkan dengan selsel penyambung organ lain. Permukaan ovartium dibatasi oleh epitel selapis gepeng atau epitel yang dinamakan epitel germinativum. Di bawah epitel germinativum, stroma

m,embentuk suatu lapisan padat, tidak menggambarkan jaringan penyambung sama sekali, dinamakan tunika albugenia ovarium. Tunica albugenia bertanggung jawab akan warna keputihan dari ovarium. Folikel-folikel ovarium3 Folikel-fiolikel ovarium tertanam dalam stroma korteks. Dapat dibedakan atas tiga jenis: folikel-folikel primordial, folikel-folikel yang sedang tumbuh, folikel-folikel de graaf. Beberapa ahli histologi membagi folikel-folikel yang sedang tumbuh menjadi (1) folikel
9

primer yang diliputi oleh selapis sel-sel granulosa yang berbentuk kubis ; (2) folikel folikel sekunder, menunjukkan banyak lapisan padat sel-sel granulosa; (3) folikel-folikel tersier atau vesikuler, menunjukkan rongga-rongga yang berisi cairan diantara sel-sel granulosa. Jumlah total folikel dalam 2 ovarium wanita dewasa normal diperkirakan 400.000, tetapi sebagian besar dari folikel tersebut akan menghilang akibat proses degenerasi yang dikenal sebagai atresia selama masa reproduktif. Regresi folikel ini berlangsung sepanjang masa reproduktif. Setelah menopause, hanya sejumlah kecil folikel yang masih ada. Regresi dapat mengenai setiap jenis folikel dari folikel primordial sampai folikel yang matang sempurna. Karena pada umumnya hanya satu oosit yang dikeluarkan oleh ovarium pada setiap siklus menstruasi ( lama rata-rata: 28 hari), dan masa reproduktif wanita berlangsung sekitar 30-40 tahun, jumlah total oosit yang dikeluarkan sekitar 450. Folikel-folikel lain, disertai oositnya tidak berkembang dan mengalami degenarasi, menjadi atretik. Folike-folikel primordial. Folikel-folikel primordial merupakan folikel utama yang terdapat sebelum lahir. Masing-masing folikel terdiri atas oosit primer yang diliputi hanya oleh satu lapisan sel-sel folikular gepeng. Oosit pada folikel promordial adalah sel yang ukurannya besar sekitar 40 m, letaknya sedikit eksentrik, dan mempunyai kromatin halus yang tersebar dan nukleolus yang besar. Folikel-folikel yang sedang tumbuh. Morfologi dan ukuran folikel-folikel yang sedang tumbuh sangat berbeda-beda karena folikel-folikel ini tergantung pada usianya, dari foliokel yang masih trumbuh sampai ke folikel yang sangat besar yang hampir matang. Waktu oosit tumbuh, selapis sel-sel folikuler menjadi kuboid dan kemudian melalui pembelahan mitosis, bertambah menjadi epitel berlapis. Oosit juga menjadi lebih besar, dan asidofil, homogen dan lapisan aseluler yang dinamakan zona pelusida timbul disekitarnya. Bila perubahan-perubahan berlangsung, stroma yang tepat mengelilingi folikel merubah dirinya dalam rangka untuk membentuk teka folikuli. Lapisan ini selanjutnya berdiferensiasi menjadi teka interna dan teka eksternas. Sel-sel teka interna adalah kubis, dan bila telah berdiferensiasi dengan sempurana, mempunyai sifat struktur ultra yang sama dari sel-sel yang menghasilkan steroid. Bukti menunjukkan bahwa sel-sel ini mensintesis testosteron yang diubah menjadi estrogen oleh sel-sel granulosa. Teka eksterna terutama terdiri atas jaringan penyambung. Pembuluh-pembulkuh darah kecil menembusnya dan memberikan banyak pleksus kapilerv pada sel-sel sekresi teka interna. Batas antara kedua lapisan ini tidak nyata, dan hal yang sama terdapat pada batas antara teka eksterna dan stroma ovarium.
10

Folikel-folikel yang matang. Folikel matang bergaris tengah sekitar 1 cm dan dapat dilihat penimbunan cairan, rongga folikel bertambah besar dan oosit melekat pada dinding folkel dengan perantaraan pedikel yang dibentuk oleh sel-sel granulosa. Karena sel-sel granulosa tidak bertambah banyak sebanding dengan penimbunan cairan, lapisan granulosa menjadi semakin tipis. Sel-sel granulosa membentuk lapisan pertama yang meliputi oosit dan oleh karena itu, berhubungan erat dengan zona pulusida- menjadi panjang dan membentuk korona radiata, yang menyertai oosit waktu ia maninggalkan ovarium. Korona radiata tetap ada bila spermatozoa membuahai oosit dan untuk beberapa saat tetap ada waktu ovum berjalan melalui tuba. Atresia folikuler3 Sebagian besar folikel mengalami suatu proses involusi yang dinamakan atresia folikuler dimana folikel dikatakan menjadi atretik. Ini adalah suatu proses degenerasi yang ditandai oleh proses penghentian mitosis oleh sel-sel granulosa, pelepasan sel-sel granulosa dari lamina basalis, dan kematian oosit. Proses atresia dapat berlangsung pada setiap stadium perkembangan folikel. Bila atresia mulai pada folikel primordial, bentuk oosit menjdai irreguler dan sel-sel folikel menjadi lebih kecil, atau satu sama lain saling terpisah. Oosit dan sel-sel folikel mulai autolisis, akhirnya meninggalkan suatu ruang yang segera ditempati oleh sel-sel stromna ovarium sehingga tidak ada bekasyang tersisa. Korpus luteum3 Setelah ovulasi, sel-sel granulosa dari sel-sel teka interna yang tersisa dalam ovarium membentuk kelenjar endokrin sementara yang disebut korpus luteum. Korpus luteum terletak pada daerah korteks ovarium dan mengekskresi progesteron dan estrogen. Progesteron mencegah perkembangan folikel ovariumyang baru dan ovulasi. Sel-sel granulosa setelah ovulasi tiudak membelah. Akan tetapi volumnya sangat bertambah dan dianggap merupakan sifat sel yang mengekskresi hormon steroid. , jadi menjadi sel-sel granulosa lutein. Sel-sel ini mengandung tetesan lipid dalama sitoplasmanya, yang sebagai akibat pelumeran waktu dehidrasi, tampak bervakuola pada sediaan umumnya. Sito[plesma sel-sel l;utein granulosa mengandung lipokrom, suatu pigmen yang larut dalam lipid dan
11

bertanggung jawab akan warna kuning korpus luteum bila dip[erikasa dari ovarium yang segar. Sel-sel stroma disekitarnya dan mungkin sel-sel teka interna juga membantu pembentukan korpus luteum dengan menghasilkan sel-sel lutein dari lapisan sel granulosa, tetapi mereka lebih kecil, diwarnai lebih gelap, dan terletak di pinggir korpus luteum. Bila tidak terjadi kehamilan, korpus luteum hanya tahan 10-14 hari, yaitu ia tetap selama separoh kerdua siklus menstruasi. Setelah masa ini sebagai akibat kekurangan LH, ia berdegenerasi dan menghilang. Ini adalah badan kuning atau korpus luteum spurium. Tuba uterina4 Tuba uterina merupakan suatu saluran muskuko-membranosa yang mobilitasnya luas, panjang sekitar 12 cm. Oviduct dibagi dalam 4 segmen, beberapa diantaranya tidak

mempunyai batas yang tegas. Segmen pertama, bagian intramular (pars intersisialis), terletak dalam bahgian dalam dinding uterus. Segmen kedua atau istmush, dibentuk oleh bagian tuba yang berdekatan dengan uterus. Segmen ke tiga adalah ampula, yang lebih lebar daripada isthmus. Segmen keempat infundibulum, berbentuk corong dan terletak dekat dengan ovarium. Dinding oviduct terdiri atas 3 lapisan, lapisan mukosa, lapisan otot, dan lapisan serosa yang diwakili oleh peritoneum. Mukosa mempuyai lipatan-lipatan longitudinal yang panjang yang jumlahnya banyakl pada ampula. Pada potongan melintang, lumen ampula menyerupai labirin. Liptan-lipatan ini menjadi lebih kecil pada segmen-segmen tuba yang lebih m,endekati uterus. Pada bagian intramular, lipatan-lipatan berkurang menjadi tonjolantonjolan kecil dalam lumen, sehingga gfambaran lumennya sampai teratur. Epitel yang membatasi mukosa adalah selapis toraks dan mengandung dua jenis sel. Salah satu diantaranya mempunyai silia dan lainnya tidak mempunyai silia dan merupakan sel sekretoris. Lamina propria mukosa terdiri atas jaringan penyambung jarag. Pada keadaan nidasi yang abnormal, dimana embrio menanamkan dierinya dalam tuba, lamina propria bereaksi sebagai endometrium, membentuk banyak sel-sel desidua. Lapisan otot terdiri atas serabut-serabut otot polos yang tesusun dalam kelompokan yang saling bersilangan dan dipisahkan oleh banyak jaringan penyambung jarang. Uterus4
12

Uterus adalah organ berbentuk buah peer dengan bagian yang melebar, korpus, yang bagian atasnya adalah fundus uteri, dan bagian bawahnya yang silindris yang bermuara ke dalam vagina- cervix atau leher uterus. Cervix menonjol ke dalam lumen vagina. Dinding uterus relatif tebal dan dibentuk oleh 3 lapisan; pada berbagai bagian uterus terdapat lapisan luar serosa(jaringan penyambung dan mesotel) atau adventisia (jaringan penyambung); miometrium; suatu tunika otot polos; dan endometrium, atau mukosa uterus. Miometrium3 Miometrium merupakan tunika yang paling tebal dari uterus, terdiri atas berkas-berkas serabut otot polos yang dipisahkan oleh jaringan penyambung. Berkas-berkas otot polos membentuk 4 lapisan yang tidak berbatas tegas. Lapisan pertama dan keempat terutama terdiri atas serabut-serabut yang tersusun sevraa longitudinal, yaitu sejajar dengan sumbu panjang organ. Endometrium4 Endometrium terdiri atas epitel dan lamina propria yang mengandung kelenjar-kelenjar tubuler sederhana yang kadang-kadang bercabang pada bagian dalamnya (dekat miometrium). Sel-sel epitelnya adalah selapis toraks dan bercampur dengan sel-sel bersilia dan sel sekretoris. Epitel kelenjar-kelenjar uterus sama seperti epitel superfisial, tetapi sel-sel bersilia pada kelenjar lebih panjang. Jaringan penyambung lamina propria banyak mengandung sel-sel dan banyak zat intersel amorf. Serabut-serabut jaringan penyambung jarang ini, membuat jaringan ini sedikit menyerupai mesenkim. Arteri-arteri berspiral khusus memberikan makanan pada endometrium. Lapisan endometrium dapat dibagi dalkam 2 zona: (1) fungsionalis, yang merupakan bagian yang dibuang waktu menstruasi dan diganti selama siklus menstruasi; dan (2) basalis, yang merupakan bagian endometrium yang tersisa selama menstruasi yang selanjutnya menyediakan epitel dan lamina propria baru untuk pembaharuan endometrium. Dasar kelenjar uterus, yang terletak jauh di dalam, merupakan sumber stem cell yang membelah dan membentuk epitel yang baru setelah menstruasi. Vagina3

13

Dinding vagina tidak mempunyai kelenjar dan mempunyai 3 lapisan: lapisan mukosa, lapisan muskularis, dan lapisan fibrosa. Epitel lapisan mukosa adalah berlapis gepeng dan mempunyai tebal 150-200m. Sel-selnya dapat mengandung sejumlah keratohialin. Akan tetapi kereatinisasi yang nyata disertai perubahan sel-sel menjadi lempeng-lempeng keratin seperti pada epitel bertanduk tidak terjadi. Bakteri dalam vagina memetabolisme glikogen dan membentuk asam laktat yang bertanggung jawab akan ph vagina yang lebih rendah. Lamina propria mukosa vagina terdiri atas jaringan penyambung yang sangat kaya akan serabut-serabut elastin. Diantara sel-sel yang ada ditemukan limfosit dan neutrofil dalam jumlah yang relatif banyak. Lamina propria tidak mengandung kelenjar menunjukkan banyak pembuluh darah yang merupakan sumber cairan eksudat yang merembes melalui epitel berlapis selama perangsangan seksual. Lapisan muskularis vagina terutama terdiri atas berkas-berkas longitudinal serabut otot polos. Terdapat sedikit berkas sirkuler, khususnya pada bagian paling dalam. Di luar lapisan muskularis, terdapat selubung jaringan penyambung padat, selubung adventisia, kaya akan serabut-serabut elastin yang tebal, yang menghubungkan vagina dengan jaringan sekitarnya. Elastisitas vagina yang besar dihubungkan denganm jumlah serabutserabut elastin yang banyak dalam jaringan penyambung dindingnya. Dalam jaringan penyambung ini terdapat banyak pleksus-pleksus vena dan berkas-berkas saraf. Genitalia eksterna3 Genitralis eksterna wanita terdiri atas klitoris, labia minora, labia mayora, dan kelenjarkelenjar tertentu yang bermuara ke dalam vestibulum, suatu ruang yang ditutupi labia minora. Dua kelenjar vestibulares majores atau kelenjar bartolini terletak pada masing-masing sisi vestibulum. Kelenjar vestibulares minores jumlahnya lebih banyak dan tersebar, lebih banyak ditemukan sekitar uretra dan klitoris. Semua kelanjar vestibulares jenisnya mukosa. Klitoris pada awalnya dapat dianggap sebagai bagian yang rudimenter dan tidak sempurna. Ia dibentuk oleh 2 badan erektil yang berakhir pada kelenjar klitoridis rudimenter dan preputium. Klitoris dibatasi oleh epitel berlapis gepeng. Labia minora merupakan lipatan kulit dengan jaringan penyambung spongiosa yang ditembus oleh serabut-serabut elastin. Epitel berlapis gepeng membtasainya mempunyai sel-sel yang
14

mengandung melanin dan mempunyai lapisan tanduk yang tipis pada permukaannya, dan kelenjar-kelenjar sebasea dan kelenjar-kelenjar keringat terdapat pada kedua permukaannya. Labia mayora merupakan lipatan kulit dan banyak mengandung jaringan adiposa dan lapisan otot polos yang tipis. Permukaan dalamnya mempunyai struktur histologis yang sama seperti labia minora. Permukaan luarnya diliputi oleh kulit dan rambut yang kasar dan keriting. Kelenjar sebasea dan kelenjar keringat terdapat banyak pada kedua permukaannya. Genitalis eksterna banyak disuplai dengan ujung-ujung saraf sensoris taktil yaitu dengan badan meissner, pacini, yang berperan membangun rangsangan seksual secara fisiologis.

Mekanisme dan Fungsional Reproduksi Wanita


Hormon5
Pada manusia siklus reproduksi yang melibatkan berbagai organ yaitu uterus, ovarium, vagina yang berlangsung dalam waktu tertentu atau adanya sinkronisasi, maka hal dimungkikan oleh adanya pengaturan atau sinkronisasi, maka hal ini, dimungkinkan oleh adaya pengaturan yang disebut sebagai hormone yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin, yang langsung dialirkan ke dalam darah dan mempengaruhi organ tertentu yang disebut organ target. Hormone yang berhubungan dengan siklus reproduksi dihasilkan oleh kelenjar hipofisis, yang terletak di sebelah bawah otak (diensephalon). Pada hipofisis dibedakan antara lobus anterior dan lobus posterior. Lobus anterior berfungsi untuk mensekresi hormone gonadotropin, yang terdiri atas : 1. FSH (follicle stimulating Hormone), dihasilkan oleh sel sel basofilik (afinitas terhadap basa). Hormone ini mempengaruhi ovarium sehingga, dapat berkembang dan berfungsi pada saat pubertas. Folikel primer yang mengandung oosit primer, oleh FSH akan dikembangkan dari keadaan yang solid (padat) menjadi folikel yang vesicular. Selanjutnya folikel tersebut mensekresi hormone estrogen. 2. LH (luteinizing Hormone), di hasilkan oleh sel sel asidofilik (afinitas terhada asam), bersama dengan FSH berfungsi mematangkan folikel, dan sel telur dan merangsang terjadinya ovulasi. Folikel yang telah melepas ovum selama ovulasi disebut korpus rubrum. Selanjutnya korpus rubrum disusun oleh sel lutein dan disebut korpus luteum. Hormon pada ovarium:

15

1. Estrogen, hormone ini mempengaruhi perkembangan dari organ reproduksi yaitu uterus, tuba uterine, vagina, dan kelenjar mamae dan juga siklus siklusnya yang terjadi pada organ tersebut. Terhadap uterus, hormon ini menyebabkan endometrium mengalami stadium proliferasi yaitu lapisan endometrium berkembang dan menjadi tebal diikuti dengan lebih banyak kelenjar kelenjar,pembuluh darah arteri maupun vena. Hormond estrogen dihasilkan oleh sel teka interna folikel. 2. Progesterone, uterus yang sudah berkembang akibat pengaruh hormone estrogen, selanjutnya akan dipengaruhi oleh hormone progesterone yang dihasilkan oleh korpus luteum, menjadi stadium sekresi, yang mempersiapkan endometrium mencapai optimal. Kelenjar akan mensekresi zat yang berguna untuk mekanan dan untuk proteksi terhadap embrio yang akan berimplantasi. Dan juga pembuluh darah akan menjadi lebih panjang dan lebar.

Siklus Menstruasi
Pada wanita pasca pubertas memperlihatkan perubahan siklus yang berulang ulang didalam aksis hipotalmus hipofisis ovarium yang menyebabkan pematangan dan pelepasan gamet dari ovarium dan persiapan uterus untuk menunjang kehamilan jika terjadi fertilisasi. Pada keadaan tidak terjadi konsepsi, setiap siklus berakhir dengan perdarahan menstruasi. Gonadotropin hipofisis, yaitu LH, dan FSH, menghubungkan hipotalamus dan ovarium dan memperantarai perubahan siklus ini. Siklus mentruasi pada manusia paling mudah dimengerti jika dibagi dalam empat fase berdasarkan perubahan fungsional dan morfoligis didalan ovarium dan endometrium, menjadi : fase folikular, ovulatoir, luteal, dan menstruasi. Fase Folikular6 Fase ini dikenal sebagai fase pertama yang memulai siklus menstruasi sampai terjadinya ovulasi. Pada siklus menstruasi 28 hari, fase ini meliputi 14 hari pertama. Pada siklus ovulatoir yang lebih atau kurang dari 28 hari adanya penyimpangan lamanya siklus tersebut terutama disebabkan oleh perbedaan lamanya fase filikular. Selama fase ini, sekelompok folikel ovarium akan mulai matang, tapi hanya satu yang akan menjadi folikel dominan, yang disebut sebagai folikel de graaf. Perkembangan folikel dari bentuk primordial atau bentuk istirahatnya dala ovarium dimulai selama beberapa hari sebelum dimulainya menstruasi pada siklus sebelumnya, walaupun seleksi terhadap folikel

16

mana yang akan matang, dalam suatu siklus mungkin dapat terjadi beberapa bulan sebelum pembentukan morfologis. Setelah satu siklus berakhir, kematian dari korpus luteum yang telah deprogram menyebabkan penurunan sekresi hormone yang drastic. Penurunan total estradiol serum melepaskan inhibisi umpan balik negative pusat pada sekresi FSH.

Penurunan progesterone dan inhibin A terlibat dalam derajat yang lebih rendah. Peningkatan sekresi FSH selama fase luteal akhir disertai oleh peningkatan frekuensi denyut sekresi LH. Hari pertama perdarahan menstruasi ditetapkan sebagai hari pertama fase folikular. Selama 4 5 hari pertama fase ini, perkembangan folikel ovarium awal ditandai oleh proliferasi dan aktivitas aromatase sel granulose yang diinduksi oleh FSH. Sel teka pada folikel yang berkembang menghasilkan precursor androgen. Precursor ini dikonversi menjadi estradiol dalam sel granulose yang berdekatan. Proses ini disebut sebagai hipotesis dua sel. kadar estradiol meningkat. Folikel folikel yang direkrut kini memiliki beberapa lapis sel granulose yang mengelilingi oositnya dan sedikit akumulasi cairan folikular. FSH menginduksi sintesis reseptor FSH tambahan pada sel granulose, yang memperbesar efeknya masing masing. FSH juga menstimulasi sintesis reseptor LH yang baru pada sel granulose, yang kemudian memulai respon LH. Pada hari ke 5-7 siklus menstruasi, sebuah folikel mendominasi folikel lain, dan akan menjadi matang dan berovulasi antara hari ke 13 dan 15. Folikel predominan memiliki indeks mitosis yang paling tinggi dari semua folikel yang ada, memiliki kapasitas yang optimal untuk restensi FSH pada cairan folikularnya, dan memiliki kemampuan sintesis estradiol dan inhibin B yang tinggi. Folikel yang tidak dominan memiliki rasio androgen : estrogen yang meningkat pada cairan folikularnya, menunjukkan induksi suboptimal pada aktifitas aromatase, dan akan mengalami atresia. Androgen tampaknya merupakan kunci terjadinya proses atresia, seperti sel granulose yang mengalami apoptisis jika diberikan androgen secara invitro. Selama fase folikular tengah hingga akhir, kadar estradiol dan inhibin B yang terus meningkat dalam sirkulasi akan menekan sekresi FSH, sehingga mencegah pengambilan folikel yang baru. Peningkatan estradiol dalam sirkulasi yang sangat tinggi dan terus menerus menimbulkan efek yang tidak diharapkan pada kelenjar hipofisis: peningkatan eksponensial pada sekresi LH. Ovarium juga menunjukkan respon yang meningkat terhadap gonadotropin. Akhirnya kadar estrogen yang tinggi menyebabkan pertumbuhan endometrium yang melapisi uterus. Perubahan pada endometrium ini dapat dibedakan secara mikroskopis dan disebut sebagai fase proliferatif.

17

Fase Ovulatoir6 Fase dalam siklus menstruasi ini ditandai oleh lonjakan sekresi LH hipofisis, yang memuncak saat dilepaskannya ovum yang matang melalui capsul ovarium. 2 3 hari sebelum onset lonjakan LH, estradiol dan inhibin B bersirkulasi meningkat secara cepat dan bersamaan. Sintesis estradiol berada dalam keadaan maksimal dan tidak lagi bergantung pada FSH. Progesterone mulai meningkat pada lonjakan LH menginduksi sintesis progesterone oleh sel granulose. Kunci dari ovulasi adalah efek efek umpan balik positif estrogen pada sekresi LH pada pertengahan siklus. Bukti bahwa peningkatan estrogen ovarium merupakan pusat dari ovulasi didasarkan pada observasi bahwa lonjakan gonadotropin dapat terjadi ketika terdapat peningkatan yang terus menerus pada konsentrasi estradiol yang bersirkulasi pada percobaan dengan memberikan estrogen eksogen selama 2 3 hari. Efek peningkatan estrogen yang bersirkulasi lebih jauh lagi diperkuat dengan adanya progesterone ovarium. Lokasi kerja umpan balik positif estrogen pada siklus pertengahan terhadap sekresi LH tampaknya terjadi didalam sel sel neuroendokrin hipotalamus dan gonadotropin hipofisis. Mekanisme yang pasti bagaimana estrogen menginduksi lonjakan LH pada pertengahan siklus belum diketahui. Namun, sedikit peningkatan FSH yang terjadi secara simultan akibat lonjakan LH pada pertengahan siklus ini kemungkinan merupakan respon terhadap sinyal GnRH. Ovulasi tampaknya membutuhkan LH. Mekanisme yang pasti mengenai efek ini belum diketahui,walaupun prostaglandin diperkirakan merupakan salah satu mediatornya. Untuk hal ini,LH telah diketahui menstimulasibiosintesis prostaglandin oleh sel ovarium dan inhibitor sintesis prostaglandin menghambat ovulasi pada binatang. Activator plasminogen juga terlibat. Activator plasminogen, yang merupakan suatu protease serin yang mengkonversi plasminogen menjadi enzim plasmin yang aktif secara proteolitik, diproduksi oleh sel ovarium sebagai respon terhadap FSH dan mungkin memperantarai efek lonjakan FSH pada pertengahan siklus saat ovulasi. Fase luteal6 Selama ovulasi, gambaran morfologis dan fungsional yang dominan pada ovarium adalah pembentukan dan pemeliharaan korpus luteum. Pada manusia, sel luteal membuat estrogen dan inhibin dalam jumlah besar. Sebenarnya, konsentrasi estrogen yang bersirkulasi selama fase luteal berada dalam keadaan praovulatior, dengan umpan balik positif. Akan tetapi ciri18

ciri fase luteal, konsentrasi progesterone dan 17 hidroksiprogesteron yang tinggi yang disekresi oleh korpus luteum. Progesterone pada kadar yang meningkat ini mencegah estrogen untuk menstimulasi lonjakan LH yang lain dari hipofisis. Selain itu, pada keadaan terdapatnya kombinasi antara tingginya konsentrasi estrogen dan progesterone, frekuensi denyut GnRH praovulatoir menurun, menyebabkan sekresi FSH dan LH hanya pada garis dasar. Lamanya fase luteal lebih konsisten daripada fase volikular, biasanya 14 +- 2 hari. Jika tidak terjadi kehamilan, korpus luteum secara spontan mengalami regresi dan perkambangan folikel berlanjut ke siklus berikutnya. Hanya sedikit LH yang diperlukan untuk

mempertahankan korpus luteum pada siklus yang normal. Namun demikian, setelah 14 hari, sekresi LH basalpun tidak lagi mampu menunjang fungsi endokrin kelenjar. Jika terjadi kehamilan, pemeliharaan korpus luteum dan produksi progesteronnya sangat penting untuk keberhasilan gesatasi awal. HcG yang disekresi oleh tropoblas gestasional dapat memelihara korpus luteum sampai tropoblas mengambil alih fungsi sekresi progesterone. Kadar progesterone yang tinggi juga menciptakan fase sekretorik didalam endometrium, yang ditandai oleh pematangan endometriun yang memungkinkan implantasi embrio. Fase Menstruasi6 Hari pertama menstruasi menandai permulaan siklus berikutnya. Sekelompok folikel yang baru telah direkrut dan akan berlanjut menjadi folikel yang matang, dan salah satunya, akan berovulasi. Fenomena yang disebut menstruasi sebagian besar merupakan peristiwa endometrial yang dipicu oleh dukungan progesterone terhadap korpus luteum pada siklus nonkonsepsi. Perubahan struktur yang mencolok terjadi didalam endometrium selama menstruasi, yang dikendalikan oleh mekanisme yang kompleks dan hanya sebagian telah dimengerti. Pada akhirnya, penurunan progesterone pra menstruasi berhubungan dengan penurunan aktifitas 15 hidroksiprostaglandin dehidrogenase. Hal ini menghasilkan peningkatan availabilitas

prostaglandin PGF2a , suatu stimulator kontraktilitas miometrium yang poten. Homeostatis prostaglandin dan tromboksan menyebabkan kontraksi miometrium dan vascular didalam uterus. Pengendalian kontraktilitas tersebut berpusat pada terjadinya iskemia endometrium, yang merupakan awal dari peluruhan endometrium dan penghentian pendarahan.

Perkembangan Pubertas Pada Wanita


19

Pubertas6 Pubertas merupakan proses saat seorang individu yang belum dewasa akan mendapatkan ciriciri sik dan sifat yang memungkinkannya untuk mampu bereproduksi. Pada anak perempuan, pubertas merupakan respons tubuh terhadap kerja estrogen yang meluas, yang disekresi oleh ovarium yang baru aktif di bawah pengaruh gonadotropin yang disekresi oleh hiposis anterior. Walaupun progresi perubahan pada pubertas dapat diprediksi, namun onset usia sangat berbeda-beda di berbagai tempat di dunia atau bahkan pada anak-anak dengan latar belakang etnik maupun ekonom yang berbeda dalam wilayah yang sama. Perubahan fisik pada pubertas6 Di Amerika Utara dan Eropa pubertas terlihat saat dimulainya perkembangan payudara pada usia antara 8 dan 10 tahun. Ciri-ciri seksual sekunder lain akan tampak dalam 2.5 tahun kemudian. Pubertas mencapai puncak saat terjadi menstruasi. Usia rerata untuk menarke pada anak perempuan Kaukasia adalah 12,8 1,2 tahun dan sekitar 4-8 bulan lebih awal pada anak perempuan Afrika-Amerika. Perubahan sik pada pubertas anak perempuan dibagi menjadi 5 tahap menurut sistem yang dikembangkan oleh Marshall dan Tanner, yang memeriksa sekelompok anak perempuan Inggris saat mengalami pematangan seksual. Mereka kemudian mengelompokkan perubahan relatif dan absolut dari ciri-ciri seksual anak-anak tersebut. Walaupun mereka tidak menempatkan penemuan mereka ini untuk dapat digunakan secara universal, namun sistem tersebut telah digunakan secara luas dalam menggambarkan waktu dan progresivitas perubahan pada pubertas yang normal. Gambaran yang ditemukan oleh mereka ini bersifat spesik terhadap faktor demogras dari populasi penelitian mereka dan terhadap tahun dilakukannya penelitian tersebut. Pola dari gambaran perubahan pada pubertas ini adalah tetap, namun ciri-ciri dan waktu dari perubahan-perubahan ini dipengaruhi oleh ras, nutrisi, dan faktor genetik serta faktor lingkungan lainnya. Adrenarke6 Istilah ini menggambarkan peran kelenjar adrenal pada pubertas baik pada anak laki-laki maupun anak perempuan. Pada adrenarke terdapat peningkatan sintesis dan sekresi androgen lemah oleh adrenal, yaitu: androstenedion, dehidroepiandrosteron (DHEA), dan

dehidroepiandrosteron sulfat (DHEA-S). Adrenarke terjadi pada usia 6-8 tahun pada anak perempuan. Sekresi androgen lemah oleh adrenal terjadi lebih awal 2 tahun sebelum onset
20

pubertas. DHEA dan DHEA-S bertanggung jawab terhadap awal pertumbuhan rambut pubis dan aksila dan juga pertumbuhan dan sekresi kelenjar sebasea. Rambut aksila dan pubis tumbuh bersamaan dengan dimulainya perkembangan payudara dan menandai onset pubertas pada anak perempuan. Pemicu yang pasti untuk terjadinya adrenarke belum diketahui. Adrenarke tidak tergantung pada pelepasan ACTH, pelepasan gonadotropin, dan fungsi ovarium, dan sepertinya merupakan peristiwa intrinsik dan telah diprogram di dalam kelenjar adrenal. Adrenarke berbeda dengan peristiwa lain pada pubertas (pubarke) dan masing-masing dapat terjadi tanpa keadaan lain yang menyertai. Menarke6 Istilah ini digunakan untuk menggambarkan onset siklus menstruasi. Ini merupakan puncak dari rangkaian peristiwa yang kompleks meliputi pematangan aksis hipotalamus-hiposisovarium (H-H-O) untuk memproduksi ovum ataupun endometrium matang sehingga dapat menunjang zigot jika terjadi pembuahan. Tiga tahap pematangan aksis H-H-O meliputi: (i) peningkatan pelepasan FSH dan LH dari kelenjar hipotisis: (ii) pengenalan dan respons ovarium terhadap gonadotropin sehingga memungkinkan terjadinya produksi steroid ovarium (estrogen dan progesteron): (iii) terbentuknya pengaturan umpan balik positif pada kelenjar hipotalamus dan hiposis oleh estrogen. Kombinasi dari peristiwa-peristiwa pematangan ini akan menyebabkan terjadinya ovulasi. Selama masa kanak-kanak, konsentrasi FSH dan LH dalam kelenjar hiposis dan plasma pada anak laki-laki dan perempuan adalah rendah. Amplitudo dan frekuensi denyut pelepasan FSH dan LH juga rendah, yang menunjukkan bahwa generator denyut GnRH juga berlangsung lambat. Pola khas ini dikenal sebagai juvenile pause. Manifestasi endokrinologis pertama pada pubertas adalah peningkatan amplitudo denyut FSH dan LH. Pada awalnya, peningkatan ini paling jelas selama tidur, walaupun perbedaan diurnal tidur-bangun pada sekresi FSH dan LH hampir menghilang pada akhir pubertas. Permulaan terjadinya pubertas tetap belum dipahami dengan sempuma. Namun, hampir semua setuju bahwa hal ini berkaitan dengan lepasnya generator denyut GnRH di hipotalamus dari inhibisi SSP. Pematangan ovarium saat pubertas menyebabkan dimulainya produksi estrogen oleh sel-sel granulosa yang mengelilingi ovum. Siklus dari sel granulosa menyebabkan perkembangan dan atresia saat pubertas. Ovum mulai matang di bawah pengaruh estrogen ovarium yang
21

diproduksi oleh sel granulosa tersebut. Selain untuk pematangan oosit, estrogen dari sel granulosa akan mengatur produksi gonadotropin oleh kelenjar hiposis. Dengan aksis H-H-O yang telah mengalami pematangan sempurna. estrogen akan menyebabkan pematangan folikel ovarium yang dominan, yang selanjutnya menyebabkan ovulasi. Setelah ovum yang pertama berovulasi, folikel ovarium yang kolaps mengubah dirinya menjadi korpus luteum dan mulai memproduksi progesteron. Respons endometrium terhadap estrogen adalah proliferasi dan terhadap progesteron adalah dengan berubah menjadi jaringan sekretorik yang mampu menunjang implantasi embrio. Pada tahun-tahun pertama setelah menarke, banyak terjadi siklus menstruasi yang anovulatoir. Ini menggambarkan kurang matangnya respons umpan balik positif hipotalamus terhadap estrogen ovarium. Pola perdarahan saat menstruasi seringkali terjadi lebih awal setelah menarke yang menggambarkan paparan estrogen yang terus-menerus pada ovarium dan peluruhan endometrium yang berproliferasi atau hiperplastik. Karena tidak terbentuknya korpus luteum pada keadaan anovulasi, endometrium tidak dapat memperlihatkan efek progesteron yang membuat menstmasi menjadi fenomena yang berhenti-sendiri (self-linzired). Perdarahan anovulatoir ini dapat tidak terduga dan sangat parah. Setelah 5 tahun sejak onset menarke, 90% anak perempuan akan mengalami siklus menstruasi yang teratur dan ovulatoir. Perkembangan payudara (telarke)6 Kelenjar mammae, atau payudara. merupakan turunan lapisan ektoderm. Jaringan payudara ini sangat sensitif terhadap hormon. Efek hormonal paling jelas terlihat selama perkembangan embrionik dan setelah pubertas. Struktur dasar payudara hampir sama pada semua mamalia walaupun terdapat variasi yang luas dalam hal jumlah, ukuran, lokasi, dan bentuk kelenjar mammae. Setiap kelenjar mammae terdiri atas massa jaringan kelenjar yang berlobul. Jaringan kelenjar melekat di dalam jaringan adiposa dan dipisahkan oleh jaringan ikat brosa. Setiap lobus mengandung lobulus-lobulus alveoli. Pembuluh darah. dan duktus laktiferus. Lihat Bab 23 untuk gambaran yang lebih lengkap mengenai struktur dan fungsi payudara manusia. Saat lahir, payudara sebagian besar terdiri atas duktus laktiferus dengan sedikit, jika ada, alveoli. Kelenjar mammae yang rudimenter ini memiliki sedikit fungsi sekretorik (air susu palsu) dalam beberapa hari setelah lahir. Sekresi payudara pada masa neonatal terjadi akibat kadar prolaktin yang tinggi pada bayi baru lahir setelah pajanan payudara janin sebelumnya terhadap konsentrasi estrogen plasenta yang tinggi selama kehamilan. Setelah estrogen plasenta hilang dari sirkulasi neonatal, payudara memasuki fase tenang sampai pubertas.
22

Pada onset pubertas, estrogen ovarium rnenginduksi pertumbuhan sistem duktus laktiferus. Duktus-duktus ini bercabang-cabang selama pertumbuhannya dan ujung duktus ini membentuk massa sel kecil dan padat. Struktur ini akan membentuk alveoli lobular. Payudara dan alveoli kemudian membesar. Saat menarke, sekresi estrogen dan progesteron siklik dimulai dan akan terjadi fase tambahan pada pertumbuhan duktus dan lobulus yang rudimenter. Kortikosteroid adrenal selanjutnya akan meningkatkan perkembangan duktus. Payudara terus membesar selama beberapa waktu setelah menarke akibat timbunan lemak dan jaringan ikat tambahan. Diferensiasi dan pertumbuhan akhir payudara tidak akan terjadi sampai kehamilan. Ciri-ciri seksual sekunder7 Estrogen ovarium juga menghasilkan perubahan pada anak perempuan yang mengalami pubertas sebagai berikut: Rambut pubis. Keratinisasi (komikasi) mukosa vagina Pembesaran labia minor dan mayor Pembesaran uterus Peningkatan, timbunan lemak di pinggul dan paha

Penutup
Kesimpulan
Gangguan yang dirasakan pada si Remaja B, menstruasi tidak teratur dan ladang terasa nyeri, tersebut diakibatkan karena adanya gangguan pada mekanisme reproduksi wanita yang diakibatkan dari pengaruh hormon. Keadaan hormon estrogen dan progesteron yang tidak seimbang sehingga memicu terjadinya pengeluaran prostaglandin yang berasal dari asam arakidonik. Prostaglandin menyebabkan kontraksi miometrium yang kuat dan mampu menyempitkan pembuluh darah, mengakibatkan iskemia, disintegrasi endometrium, pemdarahan, dan nyeri. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa gangguan nyeri dan menstruasi yang tidak teratur akibat dari gangguan hormon dalam tubuh remaja tersebut.
23

Daftar Pustaka
1. Snell RS. Anatomi Klinik. Edisi 6. Jakarta: EGC.2006.h.250-390 2. Moore K, Agur A. Anatomis Klinis Dasar. Jakarta: Hipokrates, 2002. Hal 125-89 3. Junqueira LC, Carneiro J. Basic histology text & atlas 10th edition. USA: The Mcgraw-Hill Companies. 2003.p. 462-87 4. Fiore D. Atlas Histologi. Edisi 9. Dalam: Sistem Reproduksi Wanita. Jakarta: EGC; 2003.h.302-21 5. Syahrum MH. Kamaludin. Tjokronegoro A. Reproduksi dan embriologi : dari satu sel menjadi organisme. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2002. h. 35-8 6. Heffner LJ. Schust DJ. At a glance system reproduksi. Edisi ke-2. Jakarta: Erlangga, 2006. h.38-9 7. Ward JPT, Clarke RW, Linden RWA. At a glance fisiologi. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2007.h. 100-3

24

Anda mungkin juga menyukai