Anda di halaman 1dari 16

BAB III MODULASI SUDUT

Sinyal sinusoidal gelombang kontinyu bisa divariasikan dengan mengubah amplitudo dan sudut phasenya.

(t) = a(t) cos [ c t + (t) ]

(3.1)

Dalam modulasi amplitudo (t) dibiarkan konstan dan a(t) divariasikan proporsional terhadap sinyal input f(t). Suatu metode modulasi yang lain dilakukan dengan membiarkan a(t) konstan dan sudut phase (t) divariasikan proporsional terhadap f(t). Metode seperti ini merupakan konsep dari modulasi sudut. Sudut dari sinyal sinusoidal dinyatakan dalam frekuensi atau sudut phase. Jika sinyal sinus mempunyai kecepatan angular konstan o, berarti frekuensi dari sinyal tersebut adalah o radian per detik. Representasi phasor dari sinyal tersebut ditunjukkan pada gambar 3.1 di bawah.

Gambar 3.1 Representasi phasor sinyal sinus

Phasor mempunyai magnitudo A dan sudut phase (t). Jika (t) bertambah secara linear terhadap waktu [ (t) = o t ] , berarti phasor tersebut mempunyai kecepatan angular atau frekuensi o radian per detik. Jika kecepatan angular tidak konstan, hubungan antara kecepatan angular sesaat i (t) dan (t) :

(t ) = i ( )d + o
0

(3.2)

Sehingga :

i (t) =

d dt

(3.3)

Jadi frekuensi sesaat dari sinyal sinusoidal adalah turunan dari phasenya terhadap waktu.

Contoh soal 3.1.

Tentukan frekuensi sesaat dari sinyal (t) = A cos [ 10 t + 2t ]

Jawab :

(t) = A cos [ 10 t + 2t ] d i (t) = = 10 + 2t = 2 ( 5+ t )

dt Frekuensi dari (t) adalah 10 rad/detik atau 5 Hz pada t = 0 dan bertambah secara linear dengan rate 1 Hz per detik.

3.1 Frequency Modulation (FM) Berdasar konsep dari frekuensi sesaat, bisa dijabarkan dua kemungkinan untuk modulasi sudut. Jika sudut phase (t) bervariasi secara linear terhadap sinyal input f(t) :

(t ) = c t + k p f (t ) + 0

(3.4)

dimana c, kp dan 0 adalah konstan. Karena phase berhubungan secara linear terhadap f(t), tipe modulasi seperti ini disebut Phase Modulation (PM). Frekuensi sesaat dari sinyal PM ini adalah :
d df = c + k p dt dt

i =

(3.5)

Kemungkinan yang lain adalah dengan membuat frekuensi sesaat proporsional terhadap sinyal input f(t) :

i = c + k f f (t )

(3.6)

dimana c dan kf adalah konstan. Karena frekuensi berhubungan secara linear terhadap f(t), modulasi seperti ini disebut Frequency Modulation (FM). Sudut phase dari sinyal FM adalah :

(t ) = i ( )d = c t + k f f ( )d + o
0 0

(3.7)

Bentuk umum sinyal FM (dengan 0 = 0) menjadi :

FM (t ) = A cos ct + k f f ( )d

(3.8)

Dalam PM, sudut phase sinyal carrier bervariasi secara linear terhadap sinyal pemodulasi. Dalam FM, sudut phase sinyal carrier bervariasi secara linear terhadap integrasi sinyal pemodulasi. Karena itu, jika sinyal pemodulasi f(t) diintegrasikan terlebih dahulu, kemudian digunakan untuk memodulasi phase sinyal carrier, maka akan diperoleh sinyal termodulasi FM.

f(t

PM(t FM(t

Gambar 3.2 Contoh sinyal termodulasi FM dan PM

Tinjau suatu sinyal sinusoidal f(t) = a cos m t . Untuk sinyal FM maka frekuensi sesaat dari sinyal adalah :

i = c + k f f (t ) i = c + ak f cos m t

(3.9) (3.10) akan

Dimana kf adalah konstanta modulasi frekuensi (rad/detik.volt). Nilai dari akf dinyatakan sebagai deviasi frekuensi puncak .

menentukan nilai maksimum deviasi (simpangan) i dari frekuensi carrier, dan

= akf
sehingga persamaan menjadi :

(3.11)

i = c + . cos m t
Phase dari sinyal tersebut (dengan o = 0)

(3.12)

(t ) = c t +

sin m t = c t + sin m t

(3.13)

dimana =

adalah suatu rasio tanpa dimensi yang menyatakan indeks modulasi

dari sinyal termodulasi frekuensi (FM). Tidak seperti sinyal AM, indeks modulasi ini bisa bernilai lebih besar dari 1 (satu). Sinyal FM dalam notasi kompleks dituliskan sbb:

FM (t ) = Ae j (t ) = Ae j ( t + sin
c

mt )

(3.14)

dengan mengambil bagian riilnya saja, maka : e{ FM (t )} = A cos( c t + sin m t ) (3.15)

ekspansi secara seri dari persamaan FM (t ) = Ae j ( ct + sin mt ) akan menghasilkan suatu deret :

FM (t ) = Ae j t (1 + j sin m t
c

1 2 1 sin 2 m t j 3 sin 3 m t + ...... 2! 3!

(3.16)

Dari persamaan di atas terlihat bahwa bandwidth dari sinyal FM (t) tergantung dari nilai . Untuk nilai yang sangat kecil maka hanya konstanta 1 dan orde pertama yang signifikan (mempunyai nilai berarti). Sinyal akan terdiri dari sinyal carrier dan sepasang sideband yang berjarak m dari carrier, sehingga bandwidth menjadi 2 m. Bandwidth sebesar ini (2m) adalah relatif sempit dibandingkan dengan bandwidth FM secara umum, sehingga disebut NarrowBand FM (NBFM). NBFM mempunyai sifat linear yang mirip dengan sinyal AM. Nilai < 0,2 adalah syarat cukup untuk memenuhi kriteria di atas, tapi nilai = 0,5 masih bisa digunakan. Untuk nilai yang lebih besar, modulasi ini disebut dengan Wideband FM (WBFM). Dengan kenaikan nilai maka semakin banyak orde yang signifikan, bandwidht akan bertambah lebar, dan modulasi tidak lagi linear. Untuk nilai yang sangat besar, bandwidth akan menjadi 2. 3.2 Modulasi Phase Tidak ada perbedaan mendasar dalam mekanisme pembangkitan sinyal FM dan PM. Perbedaannya adalah bahwa pada PM phase gelombang termodulasi proporsional terhadap sinyal input, sedangkan pada FM proporsional terhadap integral sinyal input. Untuk sinyal termodulasi FM dengan pemodulasi sinus f(t) = a cos m t, frekuensi sesaat adalah :

i = c + ak f cos m t = c + cos mt
Untuk PM, dengan sinyal pemodulasi yang sama :

(3.17)

(t ) = c t + ak p cos m t + o = c t + cos m t + o

(3.18)

dimana adalah deviasi phase puncak (dalam radians) dan kp adalah konstanta modulasi phase (radians per volt). Frekuensi sesaat adalah
d = c ak pm sin mt = c sin mt dt

i (t ) =

(3.19)

Jadi, deviasi frekuensi puncak () sinyal PM tergantung dari amplitudo dan frekuensi sinyal pemodulasi :

= m= a kp m = = a kp
3.3 Spektrum Frekuensi

(3.20)

Perhatikan bahwa dalam PM nilai numerik sama dengan deviasi phase puncak : (3.21)

Spektrum frekuensi dari sinyal FM terdiri dari komponen carrier dan frekuensifrekuensi sideband pada harmonisa dari frekuensi sinyal pemodulasi f(t), walaupun pada frekuensi pemodulasi tersebut tidak terdapat harmonisa. Amplitudo dari berbagai komponen spektrum diberikan oleh suatu fungsi yaitu Fungsi Bessel Jenis Pertama ; dinyatakan dengan Jn() ; argumen adalah indeks modulasi dan n menyatakan orde dari sideband. Nilai-nilai Fungsi Bessel untuk beberapa argumen dan orde tersedia dalam Tabel Fungsi Bessel Jenis Pertama (Tabel 3.1 ). Jo() memberikan amplitudo untuk gelombang carrier, J1() memberikan amplitudo untuk sideband pertama, J2() memberikan amplitudo untuk sideband kedua dst. Dalam Tabel 3.1 terlihat beberapa nilai adalah negatif, tapi hal ini tidak perlu ditunjukkan dalam penggambaran spektrum, yang diperlihatkan hanya modulusnya saja. Dalam beberapa nilai indeks modulasi ( = 2,4 ; 5,5 ; 8,65 ) amplitudo sinyal carrier menjadi nol. Kondisi ini berarti bahwa tidak ada komponen carrier dalam spektrum.

Contoh soal 3.2

Gambar spektrum sinyal FM dengan = 0,5 , amplitudo carrier tak termodulasi A =1 V.

Jawab :

Berdasar Tabel Fungsi Bessel Jenis Pertama diperoleh : Carrier (fc) Jo(0,5) = 0,94 Sideband orde 1 (fc fm) J1(0,5) = 0,24 J2(0,5) = 0,03 Sideband orde 2 (fc 2fm) Spektrum :
0,94 0,24 0,03 fc - 2fm fc - fm fc fc + fm 0,24 0,03 fc +2 fm

Tabel 3.1 Fungsi Bessel Jenis Pertama, Jn()

Jo
0,25 0,5 1,0 1,5 2,0 0,98 0,94 0,77 0,51 0,22

Orde J1
0,12 0,24 0,44 0,56 0,58

J2
0,01 0,03 0,11 0,23 0,35

J3

J4

J5

J6

J7

J8

J9

J 10

J11

J12

0,02 0,06 0,13 0,01 0,03 0,0 1

2,4

0,52

0,43

0,20

0,06

0,0 2

3,0

0,26

0,34

0,49

0,31

0,13

0,0 4

0,0 1 0,0 5 0,1 3 0,1 9 0,0 2 0,0 5 0,0 9 0,0 2 0,0 3 0,0 1 0,0 1

4,0

0,40

0,07 0,33 0,34

0,36

0,43

0,28

0,1 3

5,0

0,18

0,05

0,36

0,39

0,2 6

5,5

0,12

0,26

0,40

0,3 2

6,0

0,15

0,28

0,24 0,30

0,11

0,36

0,3 6

0,2 5 0,3 4 0,3 4 0,2 6

0,1 3 0,2 3 0,3 2 0,3 4

0,0 6 0,1 3 0,2 2 0,2 8

0,0 2 0,0 6 0,1 3 0,1 8

0,0 1 0,0 2 0,0 6 0,1 0 0,0 1 0,0 3 0,0 5 0,0 1 0,0 2

7,0

0,30

0,17 0,29 0,24

0,16

0,3 5

8,0

0,17

0,23

0,11

0,10 0,23

0,1 9 0,0 3

8,65

0,27

0,06

Dengan kenaikan indeks modulasi, maka jumlah sideband juga meningkat menjadi tak berhingga, sehingga bandwidth juga menjadi tak berhingga. Tapi magnitudo dari sideband orde tinggi menjadi sangat kecil sehingga bisa diabaikan. Batasan yang diberikan untuk sideband yang signifikan adalah yang magnitudonya lebih besar atau sama dengan 1 % dari magnitudo carrier tak termodulasi. Jn() 0,01 Sideband dengan orde Jn() < 0,01 diabaikan. Bandwidth sinyal FM dihitung dengan Aturan Carson : B = 2( + m ) = 2 m (1 + ) = 2(f + f m ) = 2 f m (1 + ) (rad/detik) (Hz) (3.22) (3.33) (3.21)

Nilai pendekatan bandwidth diberikan untuk yang sangat kecil (NBFM) dan yang sangat besar. B 2 fm
B 2 f

untuk kecil untuk besar

(3.34) (3.35)

Contoh soal 3.3.

Suatu gelombang carrier dengan frekuensi 10 MHz dimodulasi frekuensi dengan sinyal sinusoidal sehingga deviasi frekuensi puncak adalah 50 KHz. Tentukan pendekatan bandwidth sinyal FM tersebut jika frekuensi sinyal pemodulasi adalah (a) 500 KHz ; (b) 500 Hz ; (c) 10 KHz.
Jawab :

f 50 = = 0,1 f m 500 Ini adalah sinyal NBFM. B 2fm = 2 x 500 KHz = 1 MHz f 50 b). = = = 100 f m 0,5 Ini adalah sinyal Wideband FM. B 2f = 2 x 50 KHz = 100 KHz (Aturan Carson menghasilkan 101 KHz.) f 50 c). = = =5 f m 10 Dengan aturan Carson diperoleh : B = 2(f + fm ) = 2 ( 50 + 10 ) = 120 KHz.

a). =

3.4 Daya rata-rata sinyal FM Sinyal FM dengan modulasi sinusoida bisa ditulis sbb :

FM (t ) = A cos( c t + sin m t )
Daya rata-rata untuk beban R menjadi : PAV A2 = 2R

(3.36)

(3.37)

Daya rata-rata total sinyal FM adalah tetap/konstan tanpa menghiraukan nilai indeks modulasi. Berbeda dengan daya rata-rata sinyal AM yang berubah dengan perubahan indeks modulasi. Daya rata-rata carrier tak termodulasi adalah A2/2R. Jika

modulasi diberikan maka daya carrier berkurang, tapi daya total adalah tetap. Pengurangan daya carrier ini akan diimbangi oleh daya yang muncul pada sideband. Daya rata-rata sideband (sepasang) :
PSB = 1 2 2 A J n ( ) R

(3.38)

dan daya rata-rata carrier menjadi :


Pc =
1 2 2 A J 0 ( ) 2R

(3.39)

Contoh soal 3.4.

Suatu pemancar FM dimodulasi sinusoidal. Output tanpa modulasi adalah 100 Watts pada beban resistif 50 . Sinyal pemodulasi 10 KHz dan deviasi

frekuensi puncak 50 KHz. Dalam kondisi ini tentukan : (a). indeks modulasi ; (b). daya rata-rata carrier ; (c). daya rata-rata seluruh sideband.
Jawab :

Daya carrier tak termodulasi adalah 100 Watts, sehingga : A2 = 100 2R f 50 a). Indeks modulasi = = =5 f m 10 b). Dari tabel Fungsi Bessel terlihat bahwa magnitudo carrier pada indeks modulasi = 5,0 adalah J0() = 0,18 (nilai mutlak) 1 2 2 Daya rata-rata carrier Pc = A J 0 (5,0) = 100. (0,18)2 = 3,24 Watt. 2R c). Daya rata-rata seluruh sideband Ps = Pt - Pc dimana daya total Pt sama dengan daya sinyal tanpa modulasi = 100 Watt. Ps = 100 3,24 = 96,76 Watt. 3.5 Pembangkitan Sinyal FM. Metoda pembangkitan sinyal FM bisa dilakukan dengan dua cara. Cara pertama adalah dengan membangkitkan sinyal NBFM terlebih dahulu, kemudian indeks modulasinya ditingkatkan dengan pengali frekuensi. Metoda ini disebut dengan pembangkitan secara tidak langsung (indirect FM). Metoda lainnya, dikenal dengan nama metoda langsung (direct FM), dilakukan dengan mengubah frekuensi carrier secara langsung terhadap perubahan sinyal pemodulasi. 3.5.1 Indirect FM NBFM bisa dibangkitkan dengan menggunakan penggeser phase dan modulator balans seperti ditunjukkan gambar di bawah.
integrator f(t) 90 cos ct Gambar 3.3 Pembangkitan FM secara tidak langsung

kf

+ +

NBFM (t)

Indeks modulasi yang bisa dihasilkan dengan metoda ini adalah sangat kecil (teori : < 0,2 ; praktis < 0,5). Untuk menghasilkan sinyal FM pita lebar (WBFM), maka indeks modulasi harus dinaikkan. Untuk itu digunakan pengali frekuensi. Pengali frekuensi adalah suatu perangkat non-linear yang didisain untuk menggandakan frekuensi dari sinyal input dengan suatu faktor. Misalnya, karakteristik input-output dari suatu perangkat dengan aturan kuadrat (square-law) adalah :

eo (t ) = aei (t )
2

(3.40)

Jika sinyal input ei(t) adalah sinyal FM ; ei (t ) = A cos( c t + sin m t ) ; maka sinyal output eo(t) adalah :
eo (t ) = aA 2 cos 2 ( c t + sin m t )

(3.41) (3.42) (3.43)

= [aA 2 [1 + cos( 2 c t + 2 sin m t )] = aA 2 + aA 2 cos( 2 c t + 2 sin m t )

Dari persamaan di atas terlihat bahwa frekuensi carrier dan indeks modulasi menjadi dua kali nilai semula. Bagian pertama dari persamaan tersebut, aA 2 , adalah konstanta DC yang bisa dihilangkan dengan filter. Dengan cara yang sama, penggunaan perangkat aturan ke-n (nth law device) yang diikuti dengan filter menghasilkan frekuensi carrier dan indeks modulasi yang digandakan dengan faktor n. Penggunaan pengali frekuensi akan meningkatkan frekuensi carrier dan indeks modulasi. Akibatnya, untuk memperoleh indeks modulasi tertentu bisa dihasilkan frekuensi carrier yang sangat tinggi. Untuk menangani masalah ini digunakan penggeser frekuensi (frequency converter). Penggeser frekuensi ini akan membawa spektrum suatu sinyal ke frekuensi tertentu yang diinginkan, tapi tidak mengubah kandungan spektrumnya.

input

Non linear device

BandPass Filter

input X output Cos 2f1t

BandPass Filter

output

Pengali frekuensi

Frequency Converter

Gambar 3.4 Pengali frekuensi dan konversi frekuensi

3.5.2 Direct FM Dalam metoda Direct FM, sinyal pemodulasi f(t) secara langsung mengontrol frekuensi carrier dengan menggunakan VCO. VCO adalah osilator yang mempunyai frekuensi osilasi tergantung dari tegangan input yang diberikan. VCO mudah diimplementasikan pada frekuensi microwave (f > 1GHz) dengan menggunakan reflex klystron. Jika dibutuhkan frekuensi carrier yang lebih rendah, frekuensi sinyal termodulasi bisa diturunkan dengan down converter.
vi(t) FM Voltage Controlled Oscillator PM vo(t)

differentiator

Gambar 3.5 Pembangkitan FM/PM dengan VCO

Cara lain pada frekuensi rendah bisa dilakukan dengan menggunakan rangkaian osilasi LC. Frekuensi osilasi diberikan dengan persamaan :

= (LC)-1
Jika LC dibuat variabel, maka frekuensi output juga variabel. Umumnya deviasi frekuensi dibuat besar, sehingga pengali frekuensi yang digunakan tidak sebanyak pada metoda Indirect FM. Tapi karena frekuensi dikontrol oleh tegangan sinyal pemodulasi, stabilitas frekuensinya menjadi berkurang. Karena itu metoda ini biasanya dilengkapi dengan rangkaian tambahan untuk mengatur stabilitas frekuensi. Untuk mempertahankan stabilitas frekuensi bisa dilakukan dengan membuat deviasi frekuensi puncak tetap kecil, tapi akan diperlukan tingkat pengali frekuensi yang lebih banyak. 3.6 Demodulasi sinyal FM Demodulator sinyal FM disebut juga frequency detector. Beberapa metode untuk mendapatkan kembali sinyal pemodulasi dari sinyal termodulasi frekuensi dijelaskan berikut ini.

3.6.1 Metode Langsung (Direct Methods) Salah satu cara untuk mendemodulasi sinyal FM adalah dengan menggunakan suatu sistem yang bisa menghasilkan sinyal output dengan amplitudo bervariasi secara proporsional terhadap frekuensi sesaat sinyal input. Sistem seperti ini disebut discriminator. Konsep paling sederhana untuk mendapatkan sistem ini adalah dengan menggunakan differentiator. Bentuk umum sinyal FM adalah :
FM (t ) = A cos c t + k f f ( )d

(3.44)

Dengan asumsi A konstan (limiter dipasang untuk menjamin kondisi itu terpenuhi), diperoleh :
d = A c + k f f (t ) sin c t + k f dt f ( )d

(3.45)

Sinyal ini mempunyai bentuk sinyal termodulasi amplitudo (AM) dengan selubung :

kf A c + k f f (t ) = A c 1 + f (t ) c

(3.46)

dan frekuensi carrier c + k f f (t ) Oleh karena itu, differentiator telah mengubah sinyal FM menjadi sinyal AM (sering disebut FM-to-AM Conversion) dengan sedikit perbedaan dimana carrier mempunyai variasi frekuensi. Sinyal AM ini bisa dideteksi dengan menggunakan envelope detector selama kf f(t)<<c, sehingga variasi frekuensi carrier tidak terdeteksi oleh envelope detector. Gambar di bawah ini menunjukkan differentiator sederhana dengan menggunakan R dan L yang diikuti oleh envelope detector.

d dt

vd

Envelope detector

k + f(t)

vd

Gambar 3.6 Demodulasi sinyal FM dengan discriminator

Selain metode di atas, ada beberapa metode lain untuk mendeteksi sinyal AM seperti balanced discriminator, phase shift discriminator, zero crossing detection, Foster-Seeley discriminator, dan ratio detector. Blok diagram penerima siaran FM komersial dalam cakupan band 88-108 MHz ditunjukkan pada gambar 3.7 di bawah. Penerima ini serupa dengan penerima AM superheterodyne dengan perbedaan pada discriminator dan mungkin diperlukan limiter. Frekuensi intermediate umumnya 10,7 MHz.
MIXER RF Amplifier 88-108 MHz Local Oscillator Pemilih saluran Gambar 3.7 Penerima FM komersial X IF Amplifier fc = 10,7 MHz B 200 KHz Limiter Discriminator Audio Amplifier speaker

kontrol volume

3.6.2 Metode Tidak Langsung (Indirect Methods) Metode lain dalam deteksi sinyal FM adalah dengan menggunakan umpan balik. Contoh detector dalam katagori ini adalah FM demodulator with Feedback (FMFB) dan Phase Lock Loop (PLL). Metode PLL lebih populer digunakan dengan keunggulan mudah dalam pengaturan dan beroperasi dengan efisien walau dalam kehadiran noise. Blok diagram PLL ditunjukkan pada gambar 3.8.

vi(t) = Ac sin[ct+i(t)]

Phase Comparator

Loop Filter

vo(t)

xf (t) = Af cos[c t+f (t)]

Voltage Controlled Oscillator

Gambar 3.8 Phase Lock Loop

PLL mempunyai dua blok utama, yaitu pembanding phase dan osilator yang dikontrol oleh tegangan (VCO). VCO membangkitkan gelombang periodek (sinus atau persegi) dengan frekuensi tergantung tegangan inputnya. Tujuan utama dari rangkaian PLL adalah untuk mengunci atau mensinkronkan sudut sesaat (phase dan frekuensi) dari output VCO dengan sinyal input vi(t). Ketika sinyal input dan output VCO mempunyai beda phase : (t) =i(t)- f(t) ; output phase comparator akan naik. Output phase comparator diumpan-balikkan sebagai input VCO, yang akan juga menaikkan frekuensi output VCO. Suatu kondisi seimbang akan diperoleh jika frekuensi VCO sama dengan frekuensi sinyal input. Karena output vd(t) proporsional terhadap deviasi frekuensi VCO, dan deviasi frekuensi VCO tergantung beda phase dengan input vi(t), maka vd(t) merepresentasikan deviasi frekuensi sinyal input vi(t) (frekuensi adalah turunan dari phase).

3.7 Soal soal : Tentukan frekuensi sesaat (dalam Hz) dari sinyal-sinyal berikut pada t = 100 detik. a. cos (100t + 30o ) b. cos [200 t + 200 sin (t/100) ] c. 10 cos [t( 1 + t )] 2. Suatu carrier 2 GHz dimodulasi frekuensi dengan sinyal sinusoidal 10 KHz sehingga deviasi frekuensi puncak menjadi 1 KHz. Tentukan : a. Nilai pendekatan bandwidth sinyal FM b. Bandwidth jika amplitudo sinyal pemodulasi digandakan. c. Bandwidth jika frekuensi sinyal pemodulasi digandakan d. Bandwidth jika baik amplitudo maupun frekuensi sinyal pemodulasi digandakan. 3. Suatu sinyal FM (dalam volt) : (t) = 20 cos (2 107 t + 10 sin 2 103 t ) pada beban resistif 50 Ohm. a. Berapa daya rata-rata total b. Berapa persentasi daya pada frekuensi 10 GHz terhadap daya total c. Tentukan deviasi frekuensi puncak d. Tentukan bandwidth dari sinyal (t) 4. Suatu sinyal sinusoidal frekuensi fm Hz digunakan sebagai sinyal pemodulasi pada sistem AM dan FM. Daya carrier tak termodulasi adalah sama untuk kedua sistem. Pada sinyal termodulasi, deviasi frekuensi puncak sinyal FM di-set 4 kali bandwidth 1.

sinyal termodulasi AM. Magnitude sideband pada frekuensi fm Hz dari frekuensi carrier pada kedua sistem adalah sama. Tentukan : a. Indek modulasi dari sistem FM b. Indek modulasi dari sistem AM 5. Suatu pemancar FM dimodulasi dengan sinyal sinusoidal f(t) = 10 cos 200 t, indek modulasi 5. Daya carrier tak termodulasi adalah 10 watt pada beban resistif 50 Ohm. Tentukan : a. Konstanta modulasi kf b. Amplitudo sideband pertama c. Daya sideband total d. Bandwidth jika amplitudo sinyal input dikurangi menjadi 2. 6. Suatu pemancar dimodulasi sudut dengan sinyal pemodulasi 1 KHz dan menghasilkan sinyal : (t) = 100 cos (c t + 25 cos m t ) Jika modulasi adalah FM, tentukan indeks modulasi dan bandwidth jika : a. m dinaikkan 5 kali b. m diturunkan menjadi 1/5 Jika modulasi adalah PM, tentukan indeks modulasi dan bandwidth jika : c. m dinaikkan 5 kali d. m diturunkan menjadi 1/5 7. Bandwidth dari 3 sinyal termodulasi sudut dibandingkan dengan menggunakan sinyal test f(t) = a cos 2 fm t. Bandwidth dari ketiga sistem ditabulasikan sbb :

Sistem A B C

a =1V fm = 1 KHz 2 KHz 40 KHz 50 KHz

a =2V fm = 1 KHz 2 KHz 80 KHz 100 KHz

a =1V fm = 2 KHz 4 KHz 80 KHz 50 KHz

8.

9.

Identifikasikan ketiga sistem tersebut di atas, apakah FM atau PM, narrowband atau wideband. Suatu carrier dimodulasi phase dengan sinyal sinudoidal f(t) . Deviasi phase puncak adalah 1 radian saat amplitudo input 1 volt. Hitung rasio daya rata-rata carrier terhadap sideband total serta bandwidth sinyal PM untuk masing-masing sinyal berikut : a. f(t) = 2 cos 2500 t b. f(t) = 3,8 cos 200 t c. f(t) = 5,5 cos 300 t d. f(t) = 7 cos 8000 t Suatu sistem Frequency Division Multiplexing menggunakan modulasi subcarrier SSB-SC dan modulasi main-carrier FM. Tersedia 40 kanal suara dengan amplitudo input seragam, masing-masing mempunyai pita frekuensi terbatas 3,3 KHz. Guard band 0,7 KHz memisahkan masing-masing kanal serta diletakkan di bawah kanal

pertama. Tentukan bandwidth transmisi akhir jika diketahui deviasi frekuensi puncak adalah 800 KHz. 10. Suatu sinyal audio f(t) mempunyai bandwidth 15 KHz dengan amplitudo maksimal 1 Volt. Sinyal ini digunakan untuk memodulasi frekuensi suatu carrier 100 MHz. Tentukan bandwidth dari sinyal FM jika modulator mempunyai konstanta deviasi frekuensi : a. 1000 Hz/volt b. 5000 Hz/volt c. 50.000 Hz/volt 11. Suatu carrier dimodulasi phase dengan sinyal sinusoidal 5 KHz dan amplitudo 1 V. Deviasi phase puncak adalah 1 radian. Hitung bandwidth dari sinyal PM tersebut dengan aturan carson dan dengan menggunakan definisi sideband yang signifikan. 12. Suatu sinyal termodulasi sudut mempunyai deviasi frekuensi puncak sebesar 20 Hz. Sinyal pemodulasi mempunyai amplitudo 1 Volt frekuensi 50 Hz. Tentukan faktor pengali frekuensi yang diperlukan, n, untuk menghasilkan deviasi frekuensi puncak 20 KHz dengan input frekuensi 100 Hz 1 Volt, dan modulasi yang digunakan adalah: (a) Fm ; (b) PM.

Anda mungkin juga menyukai