Benign Prostatic Hyperplasia 1
Benign Prostatic Hyperplasia 1
yg menyerang prostat Prostat merupakan organ yg kompleks t.d acinar,stromal dan otot. Prostat mulai berkembang pada saat janin berusia 12 minggu, dibawah pengaruh hormon androgen
Anatomi prostat
Bentuk : kerucut terbalik
depan ampulla rektum Muaranya berhubungan dengan leher buli-buli, apexnya terletak di atas fasia dari diafragma urogenital Ukuran : lebar 3-4 cm, panjang 4-6 cm, tebal 2-3 cm Secara struktural t.d jaringan fibromuskular (3050%) dan sel epitel glandular (50-70%)
dan anatomi. Glandular portion t.d Large peripheral zone Small central zone Zona transisi Zona transisi terletak di sekitar uretra di verumontanum yg t.d dari periurethral glands yang berperan dalam terjadinya BPH
60-70%
10-20% 5-10%
terjadi pada penderita BPH 345diantaranya pasien dengan BPH, umur yang sama, dievaluasi selama 5 tahun meninggal karena Ca prostat 3,7x lebih besar Greenwald 2,9% Pasien dengan BPH hrus diberitau sejak awal tentang resiko Ca Prostat atau dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan menggunakan DRE, TRUS atau PSA
BPH
Ditemukan sejak 1500 SM
timbul di sekitar kelenjar periurethral Nodul-nodul ini terdiri dari glandular element atau fibromuskular element atau campuran dari keduanya.
Etiologi
Masih belum jelas
DHT
Aging
Patogenesis
Perubahan awal dari BPH terjadi pada glandula
periurethral disekitar verumontanum. Perubahan hiperplasia dapat terlihat pada: - Nodul stromal - Nodul acinar - Campuran nodul fibroadenomatous
Patogenesis
Variasi epitelial terlihat pada hiperplasia acinar
termasuk perubahan sekunder kistic sampai obstruksi distal, acini kecil dibatasi oleh sel kuboidal, variasi epitelial transisional, dan pola cribiform.
Inti sel dari kelenjar prostat sendiri tidak
Patologi
Perkembangan BPH terjadi dalam waktu yang
lama perubahan pada saluran kemih terjadi perlahan dan timbul mendadak
BPH obstruksi uretra pars prostatika
Patologi
Proses patologis yang terjadi terdiri dari deposisi
kolagen dan elastin di antara diantara otot polos kelemahan kontraksi Penurunan fungsi otot intravesikal dan peningkatan volume residu urin hidronefrosis dan disfungsi saluran kemih atas
Diagnostic Tests
Laboratory Studies
Laboratory Studies
Urinalysis & microscopic examination are important
to rule out the presence of white cells, bacteria and infection The presence of hematuria also is cause for a workup for conditions other than BPH >> uppertract masses, calculi, and lower-tract pathology. Levels of serum electrolytes, blood urea, nitrogen and creatinine >> renal function and metabolic status
1.
2. 3.
Objective signs of BPH 1. Detrusor contractile force 2. Intravesical pressure Reduced urine flow rate 3. Urethral resistance The documentation of prostate enlargement High residual urine (RU)
least 125 150 ml the rate should be determined on at least 2 different occasions and attempts must be made to provide a quiet environment , preferably with the patient alone, using an automated urine flow system, at very low volumes, the flow rate is not representative, as the bladder cannot generate adequate pressure
rates intravesical volumes suggest that a volume of 125 150 ml normal individuals have average flow rates of 12ml/s and peak flow close to 20ml/s Mildly obstruction >> 6 to 8 ml (average flow rate) and 11 to 15 ml (peak flow rate) With severe obstruction, there is further decrease in flow rate. As the severity of obstruction increases, there is also an increases in frequency of voiding and decrease in volume voided
normal rates of urine flow Uroflowmetry by itself is incapable of distinguishing between outlet obstruction and poor detrusor contractility Residual urine measurement may be made by ultrasonography or catheterization.
upper-tract studies for BPH evaluations except under special circumstance The major indication for upper tract radiologic evaluations currently is hematuria Upper tract evaluation for hematuria may be carried out by intravenous urography (IVU), retrograde pyelography or USG
Ultrasonography
In BPH, utrasonography (US) is most useful for measuring
bladder and prostate volume as well as residual urine. Also detects bladder calculi, diverticula,large bladder tumors, and other obvious bladder pathology
accuracy range of 80-87 %. Estimation of prostatic size is important because most urologist prefer to perform transurethral resection and more recently , laser therapy for gland under 60 g. while open prostatectomy by the suprapubic or retropubic route is preferred for glands over 60g. To estimate prostate volume by US, the suprapubic or transrectal route may be used. Transrectal ultrasonography (TRUS) in my experience is more accurate.
1.
2.
There are 2 common ways of measuring size : volume is determined by by assuming that the prostate is spheric. In which case the volume 4/3 r3, where r is the radius Volume is more commonly and perhaps more accurately determined using the formula for an ellipsoid
Urethrocystoscopy
1. 2.
3.
Urethrocystoscopy is not recommended by the CPG guidelines as a test to determine need for therapy Is indicated in men with a history of hematuria, stricture disease, urethral injury or prior lower-tract surgery When need for surgical therapy has been determied cystoscopy is useful for several reasons : The position of the ureteral orifices may be noted to prevent inadvertent injury An assessment of bladder capacity, bladder trabeculation and diverticula provides an idea of expected post operative recovery Occasionally, bladder calculi and small bladder cancers not recognized by preoperative evaluation may be noted
Diagnosis Banding
Gejala obstruksi kandung kemih mirip dengan BPH, itu dapat disebabkan : Disfungsi neurovesical Defek anatomi maupun fisiologi darri leher kandung kemih dan uretra proximal Prostatitis akut maupun kronik Striktur uretra
Diagnosis Banding
Pada disfungsi neurovesical, kondisi neuropati kandung kemih dapat mengakibatkan : Kontraksi detrusor yang lemah Aliran urine yang lemah Residual urine yang tinggi
Diagnosis Banding
Neuropati kandung kemih bisa disebabkan
gangguan neurologis sekunder, neuropati perifer, diabetes, alcoholism, atau gangguan otot lain, dan efek farmakologis (obat penenang, ganglionblocking agents, dan para-sympatholitics)
Diagnosis Banding
Obstruksi funsional juga dapat terjadi karena
spincter detrusor yang tidak sinergis, kurangnya koordinasi antara kontraksi detrusor dan relaksasi spincter. Dan obstruksi fungsional dapat menyebabkan instabilitas kontraksi detrusor, sehingga tekanan tidak cukup kuat untuk menghasilkan pancaran urine yang baik
Diagnosis Banding
Cystometogram ; dan
urethra Pemeriksaan tersebut dapat mendiagnosis neuropati kandung kemih, spincter detrusor yang tidak sinergis, dan ketidakstabilan dari detrusor.
Diagnosis Banding
Pemeriksaan seperti di bawah ini tidak dapat diandalkan Laju aliran urine Residual urine Cystoscopy Ukuran prostat tapi, pembesaran prostat ada pada gejala obstruksi, sehingga harus waspada terhadap kemungkinan disfungsi neurovesical
Diagnosis Banding
Pasien dengan kontraktur leher kandung kemih dan
strikstur uretra dapat menimbulkan gejala-gejala obstruktif, tapi tidak menimbulkan gejala-gejala iritasi BPH. meskipun adanya aliran urine yang lemah, residual urine, hesitancy (keraguan dalam memulai miksi), nocturia, intermitten, jarang terjadi Pasien dengan striktur juga memiliki riwayat operasi leher kandung kemih, atau uretra, trauma, atau infeksi uretra Diagnosa dapat dikonfirmasi dengan retrograde urethrogram dan cystoscopy
dengan bertambahnya usia, namun tidak ada studi mengenai kasus ini. Data otopsi menunjukkan bahwa BPH adalah kondisi progresif dengan onset pada awal 30-an dan memburuk dengan bertambahnya usia
kejadian prostatism pada usia yang berbeda (berbagai usia), kejadian operasi di usia yang berbeda mungkin mencerminkan kejadian prostat klinis Berdasarkan kriteria tersebut, diperkirakan bahwa seorang pria berusia 50 tahun memiliki kesempatan 25-30% dari membutuhkan prostatektomi selama hidupnya
subjektif berdasarkan gejala saja atau apakah itu objektif, baik karena regresi aktual hiperplasia prostat atau karena peningkatan kontraktilitas detrusor
Initial evaluation History Physical exam Urinalysis Creatinine PSA Flow rate
Reccurent urinary tract infection Recurrent or persistent hematuria Bladder stones Renal insuffiency
surger y
mild
Watchful waiting
NO
Waktu untuk intervesi pasien BPH bervariasi tergantung dari tingkat keparahan dan adanya komplikasi Indikasi mutlak untuk terapi : Gejala obstruktif berat Retensi urin akibat BPH Tanda-tanda dilatasi traktus urinarius bagian atas Renal insufisiensi Indikasi relatifnya : Gejala prostat moderate ISK berulang Hematuria
Terapi utama untuk BPH adalah operatif, tetapi terapi awal bertujuan untuk : Mengurangi gejala Meningkatkan kualitas hidup
Menghindari gejala sisa
Obstruksi sekunder bph terjadi akibat dari adanya 2 faktor yaitu : Komponen dinamis akibat kontraksi otot polos prostat dan uretra yang di mediasi oleh 1 adrenoreseptor oleh karena itu untuk terapi BPH digunkan blocker Komponen mekanis obstruksi terkait dengan adanya masa hiperplastik atau jaringan stromal yang menekan dan mempersempit lumen uretra.
Antagonis 1 adrenergic cocok untuk pengobatan komponen dinamis dari obstruksi kandung kemih karena selektif mengurangi resistensi di sepanjang saluran kemih tanpa merusak kontraktilita detrusor. Reseptor 1 terdiri dari 3 subtipe yaitu : 1a 1b 1c dominasi otot polos prostat Perbaikan gejala 30-75% tergantung pada studi kontrol plasebo. Hal ini beraitan dengan efek pusat simpatis yang menyebabkan relaksasi otot polos.
Efek samping blockers berhubungan dengan efek anti hipertensi dan termasuk : Pusing Rasa melayang Takikardi Palpitasi Lelah Kelemahan Kongesti nasal Retrogade ejaculation Efek samping selektif blockers lebih ringan daripada nonselektif. Selain itu juga mempunyai efek yang menguntungkan yaitu menurunkan TG dan kolesterol serum.
karena disertai dengan adanya trauma psikologis, hilangnya libido total, impoten dan hot flashes maka terapi ini tidak digunakan. Estrogen, agen progestational dan GnRH analog juga menyebabkan total loss libido dan impoten. Selain itu estrogen mempunyai efek samping lain berupa retensi cairan dan tromboemboli. Antiandrogen telah diuji untuk terapi BPH Normalnya prostat membutuhkan konversi dari testosteron menjadi DHT yg dimediasi oleh enzim 5reduktase. Finasteride bekerja dengan menghambat enzim tersebut dan meningkatkan laju aliran urin. Setelah 1 tahun terapi +- 19% volume prostat berkurang. Dan efek samping finasteride minimal dan juga dapat menurunkan kadar serum PSA dalam waktu +- 6bulan
Obat Analog GnRH (leuprolide, goserilin, buserilin, nafralin) Anti androgen(flutamide, kasadex)
Mekanisme Memblok sekresi LH. Testosteron dan DHT turun. Memblok nuclear androgen reseptor. Dan tidak menurukna T dan DHT Memblok enzinm 5 alpha reduktase yg mengkonversi T ke DHT. Level T tidak menurun
Efek samping Libido hilang, impoten. Hot flashes dan ginekomastia Impoten, diare, ginekomastia
Kombinasi (cyproterone dan Memblok pelepasan LH dan megestrol asetat) nuclear reseptor androgen uptake
Aromatase inhibitor (testolactone) Memblok conversi perifer T ke estrogen.
Occasional headache
TINDAKAN OPERATIF
TURP TUIP
Open Prostatectomy
Laser Prostatectomy Transurethral Baloon Dilatation of The Prostate
Microwave Hyperthermia
High Intensity Focused Ultrasound Transurethral Needle Ablation Prosatate Stents
Transurethral Prostatectomy
Paling sering digunakan
prostat melalui urethra Menggunakan: transurethral resectoscope (dengan flouroskop) dan electrocauter Teknik: reseksi pada leher buli pada jam 5 dan jam 7 reseksi dilakukan pada bagian proximal dari verumontanum
hipervolemia hiponatremia (cerebral edema , seizure) Inkontinensia Kontraktur leher buli Disfungsi ereksi Impotensi
kecil Insisi leher buli pada jam 5 dan jam7 Komplikasi lebih sedikit dibandingkan TURP
Open Prostatectomy
Ukuran prostat besar (>60 gram)
insisi pada kapsul prostat Komplikasi: tromboemboli dan infeksi luka operasi
Laser Prostatectomy
Menggunakan Nd:YAG Koagulasi (60-65) Evaporasi(100) Komplikasi minimal dan penyembuhan luka lebih
cepat Kerugian: tidak diperoleh jaringan untuk pemeriksaan patologi Komplikasi yang sering: disuria yang dapat terjadi sampai 2 bulan
Panjang balon: 30 mm
Pada suhu 90F pada tekanan 4 atm Tekanan dipertahankan selama 15 menit
Microwave Hyperthermia
Berasal dari gelombang mikro yang dialirkan
melalui kateter ke dalam kelenjar prostat Sehingga merusak jaringan prostat, jaringan lainnya dilindungi sistem pendingin Morbiditas rendah, dan dapat dilakukan tanpa anestesi
panas yang menyebabkan nekrosis prostat Energi dipancarkan melalui transducer yang diteletakkan transrectal dan difokuskan ke kelenjar prostat Memerlukan anestesi umum
dengan pemberian anestest lokal dengan xylocaine gel sehingga jarum yang terletak pada ujung kateter mencapai kelenjar prostat
Stent
Stent dipasang pada uretra pars prostatika
dan di sebelah proximal verumontarum Stent yang telah terpasang dapat mengakibatkan: enkrustasi, obstruksi, nyeri perianal, dan disuria
BATU URETER
DANTHY CITRA 0810221052
DEFINISI
Batu yang terbentuk di dalam sistim kalik ginjal yang turun ke ureter
3 Tempat berhentinya Batu yang turun dari Kalik sehingga terjadi penyempitan sepanjang Ureter : Riwayat Penyakit Sekarang
- Pasien wanita berusia 50 tahun datang ke RSAL dengan keluhan terdapat
benjolan pada payudara sebelah kanan sejak 1,5 tahun yang lalu. - Benjolan diakui pasien terletak dibawah puting susu, dengan ukuran besar, keras, dapat digerakan, dan tidak nyeri. - Awalnya benjolan sudah teraba sejak 15 tahun yang lalu dengan ukurannya kecil namun semakin lama benjolan semakin membesar tetapi tidak pernah keluar cairan ataupun darah. - Pasien tidak pernah menjalani operasi sebelumnya. - Pasien mengaku menggunakan spiral 16 tahun yang lalu. - Pasien menopause saat usia 47 tahun.
- KALSIUM OKSALAT MONOHIDRAT - KALSIUM OKSALAT DIHIDRAT - BATU SISTIN - BATU STRUVIT - BATU ASAM URAT
- LETAK BATU - UKURAN BATU - ADANYA KOMPLIKASI (OBSTRUKSI, INFEKSI, GANGGUAN FUNGSI GINJAL) - KOMPOSISI BATU
- Ureter proximal (dari upj sampai bagian atas sakrum) - Ureter Tengah (bagian atas sakrum sampai pelvic brim) - ureter distal ( dari pelvic brim sampai muara ureter)
- Ureter proximal (di atas pelvic brim) - Ureter distal ( di bawah pelvic brim)
1. TERAPI KONSERVATIF
- BATU URETER DENGAN DIAMETER <5 mm
keluar spontan - BATAS LAMA TERAPI 6 Mgg MINUM SEHINGGA DIURESIS 2 Lt/Hr ALFA BLOCKERS NSAID SYARAT : - UKURAN BATU - BERAT RINGAN KELUHAN PASIEN - ADA TIDAKNYA INFEKSI DAN OBSTRUKSI
2. SWL
BANYAK DIGUNAKAN
PRINSIP :
Memecah Batu Saluran kencing dengan
gelombang kejut yang dihasilkan oleh mesin dari luar tubuh Difokuskan ke arah batu, sampai di batu gelombang melepas energi Batu dipecah menjadi pecahan kecil (bbrp ribu kali glmbg kejut) Bisa keluar bersama kencing tanpa menimbulkan rasa sakit
KOMPLIKASI
Hampir tidak ada, tetapi ada beberapa keterbatasan Bila batunya keras, sulit pecah perlu beberapa kali tindakan Pada orang gemuk mungkin sulit Terapi Batu Ureter Distal hati- hati pada wanita dan anak-anak Kerusakan pada Ovarium
3. URETEROSKOPI
KOMBINASI URS DENGAN PEMECAH BATU ULTRASOUND, EHL, LASER DIEKSTRAKSI LANGSUNG 1. SEMIRIGID URS 2. FLEKSIBEL URS KETERBATASAN URS : Tidak bisa ekstraksi langsung Batu ureter yang besar, sehingga perlu alat pemecah batu.
4. PNL
LEBIH KE BATU URETER PROXIMAL YANG BESAR&MELEKAT PRINSIP: Membuat akses ke kalik atau Pielum secara Perkutan Kita masukkan Nefroskop Rigid/ Fleksibel/ Ureteroskop Batu diambil secara utuh atau dipecah dulu KEUNTUNGAN Bila batu kelihatan dapat diambil/dihancurkan Fragmen dapat diambil semua Proses berlangsung cepat dan dengan segera dapat diketahui berhasi atau tidak KELEMAHAN Perlu keterampilan khusus bagi ahli Urologi
5. BEDAH TERBUKA
OPERASI TERBUKA 1-2 % SAJA
TERUTAMA PADA PENDERITA- PENDERITA DENGAN KELAINAN ANATOMI ATAU UKURAN BATU URETER YANG BESAR. URETEROLITOTOMI bisa dilakukan : Lewat insisi pada Flank, Dorsal atau Anterior
6. PEMASANGAN STENT
MERUPAKAN TINDAKAN TAMBAHAN Terutama pada penderita sepsis yang disertai tanda-tanda obstruksi, juga pada batu Ureter yang melekat.
UNTUK MENENTUKA EFIKASI DARI TERAPI PENTING KARENA ADANYA FRAGMEN BATU YANG TERTINGGAL AKAN TETAP MEMBERIKAN KELUHAN KLINIS CARA: MELALUI FOTO POLOS ABDOMEN SETELAH TINDAKAN 2. JUMLAH PROSEDUR TIAP PASIEN PRIMER (AWAL TINDAKAN) SEKUNDER (TINDAKAN BERIKUTNYA) 3. KOMPLIKASI A. AKUT : SIGNIFIKAN KURANG SIGNIFIKAN B. JANGKA PANJANG
KELUAR SPONTAN
TERAPI KONSERVATIF DENGAN OBSERVASI SECARA PERIODIK SEBAGAI PENANGANAN
AWAL
3.
LITOTRIPSI 2. URETEROLITOTOMI
BATU GINJAL
Disusun oleh: Rahmawati 0810221108
Kepaniteraan klinik ilmu Bedah Periode 27 Juni- 03 September 2011 RSAL dr. MINTOHARDJO Fakultas kedokteran Universitas UPN Veteran Jakarta 2011
Indikasi untuk melakukan tindakan aktif ditentukan berdasarkan ukuran, letak dan bentuk dari batu. Kemungkinan batu dapat keluar spontan juga merupakan bahan pertimbangan. Batu < 5 mm kemungkinan keluar spontan 80%. Batu > 5 mm tindakan aktif terutama bila disertai : Nyeri yang persisten meski dengan pemberian medikasi yang adekuat Obtruksi yang persisten dengan risiko kerusakan ginjal Adanya infeksi traktus urinarius Risiko pionefrosis atau urosepsis Obstruksi bilateral
Praktisnya, pedoman penatalaksaan batu ginjal ini diuraikan dalam empat bagian, yaitu: a. Penatalaksanaan untuk batu ginjal nonstaghorn b. Penatalaksanaan untuk batu cetak/ staghorn c. Penatalaksanaan batu ginjal dengan kelainan khusus d. Penatalaksanaan batu ginjal pada anak
Adanya hidronefrosis dan adanya infeksi ginjal juga mempengaruhi hasil ESWL. Tanpa hidronefrosis presentase keberhasilan ESWL 83%. Hidronefrosis sedang turun menjadi 50%. Hidronefrosis berat sangat rendah Karenanya, dianjurkan untuk dilakukan nefrostomi dan pemberian antibiotik selama 3-5 hari sebelum ESWL pada kasus batu ginjal dengan hidronefrosis.
Efektivitas PNL = ESWL untuk batu ginjal < 20 mm. Namun, PNL lebih invasif. Karena itu, ESWL lebih direkomendasikan untuk batu < 20 mm, kecuali pada kasus khusus, seperti batu pada kaliks inferior dengan infundibulum yang panjang dan sudut infundibulopelvis yang tajam ataupun pada kaliks yang obstruktif.
asam urat. Caranya = asupan cairan yang banyak ( > 2000 ml/ 24 jam), alkalinisasi urin (kalium sitrat 3 x 6-10 mmol, natrium kalium sitrat 3 x 9-18 mmol dan natrium bikarbonat 3 x 500 mg). Jika dijumpai hiperurikosuria (>1000 mg/ hari) dengan hiperurisemia diberikan allopurinol 300 mg/ hari. Penyesuaian dosis dilakukan pada pasien dengan insufisiensi ginjal.
. Jumlah prosedur Dipisahkan antara prosedur sekunder dan prosedur tambahan. Prosedur sekunder bagian dari prosedur untuk pengangkatan batu ESWL terjadi pada 7,4% kasus PNL terjadi pada 6,9% kasus Prosedur tambahan prosedur untuk mengatasi komplikasi dan prosedur insidental untuk pengangkatan batu (seperti insersi atau pengangkatan stent). ESWL dijumpai pada 11,3 % kasus PNL dijumpai pada 1,2 % kasus
Jenis batu berkaitan dengan jumlah ESWL yang diperlukan. Kalsium oksalat monohidrat penembakan tambahan pada 10,3% Kasus Struvit 6,4% Kalsium oksalat dihidrat 2,8% Banyaknya ESWL sebaiknya tidak lebih dari 3-5 kali (tergantung jenis lithotiptornya). ESWL elektrohidrolik interval waktu minimal 4-5 hari. Piezoelektrik 2 hari. Maksimal gelombang kejut yang diberikan tiap penembakan juga disesuaikan ESW elektrohidrolik tidak melebihi 3500 Piezoelektrik tidak melebihi 5000
2. Analisis keluaran
a. Stone free rate Secara keseluruhan, stone free rate untuk batu 2030 mm dengan ESWL lebih rendah dibandingkan pada batu < 20 mm (rentang 33%-65%). Stone free rate PNL pada batu berukuran 20-30 mm mencapai 90%. Beberapa faktor menjadi pertimbangan dalam pemilihan ESWL untuk batu berukuran > 20 mm: Lokasi batu Stone free rate yang rendah batu di kaliks inferior Stone free rate paling tinggi batu di pielum PNL merupakan pilihan pada batu di kaliks inferior yang berukuran > 15 mm
Ukuran 40 x 30 mm dipakai sebagai pedoman Monoterapi ESWL (dengan pemasangan stent) stone free rate 85% jika batu berukuran < 40 x 30 mm setelah 3 bulan penembakan, menjadi 43% pada batu berukuran > 40 x 30 mm. Dengan terapi kombinasi (PNL dan ESWL) stone free rate mencapai 71%96% pada batu > 40 x 30 mm, dengan morbiditas dan komplikasi yang kecil. Keberhasilan lebih tinggi jika ESWL dilakukan setelah PNL
Jika kondisi ginjal kontralateral yang buruk atau pada ginjal soliter, ESWL monoterapi merupakan alternatif pertama karena efeknya yang lebih ringan dibanding terapi PNL atau kombinasi Komposisi dan kekerasan batu ESWL memberikan hasil yang cukup baik pada batu kalsium atau struvite. Sekitar 1% batu mengandung sistin, tiga perempatnya berukuran kurang dari 25 mm. Batu sistin besar memerlukan penembakan tambahan hingga 66% kasus. Pada batu sistin, khususnya yang berukuran > 15 mm, terapi dengan PNL atau kombinasi PNL dan ESWL lebih efektif ketimbang ESWL yang berulang kali
Kemolisis oral merupakan terapi lini pertama untuk batu asam urat. Pada batu yang besar, disolusi dapat dipercepat dengan ESWL. Stone free rate pada batu asam urat besar dengan ESWL dan kemolisis oral dapat mencapai hingga 85% Peran laparoskopi dalam penanganan batu ginjal > 20 mm masih bersifat eksperimental.
b.
Jumlah prosedur Prosedur sekunder pada ESWL untuk batu ukuran > 20 mm terjadi pada 33,1% kasus sedangkan pada PNL pada 26,1% kasus. Prosedur tambahan pada ESWL dijumpai pada 28,7% kasus dibandingkan 4,3% pada PNL. Pada batu kaliks inferior berukuran > 10 mm, angka terapi ulang dan prosedur tambahan pada ESWL (16% dan 14%) lebih tinggi dibanding PNL (9% dan 2%)
3. Pedoman pilihan terapi Jika alat, prasarana, dan sarana lengkap dan kemampuan operator memungkinkan untuk melaksanakan seluruh modalitas terapi yang ada, maka berikut adalah prioritas pilihan prosedur yang dianjurkan: PNL atau ESWL (dengan atau tanpa pemasangan DJ stent) Operasi terbuka
Komplikasi
Pada batu ginjal nonstaghorn, komplikasi berupa kehilangan darah, demam, dan terapi nyeri yang diperlukan selama dan sesudah prosedur lebih sedikit dan berbeda secara bermakna pada ESWL dibandingkan dengan PNL. Demikian pula ESWL dapat dilakukan dengan rawat jalan atau perawatan yang lebih singkat dibandingkan PNL
Jenis morbiditas Penurunan hemoglobin Praterapi Pascaterapi Suhu maksimal (C) 39 C 38 C < 38 C
Def / Batu ginjal yang menempati lebih dari satu collecting system,yaitu batu pielum yang berekstensi ke satu atau lebih kaliks.
Partial Staghorn
Komplit
Jenis Batu :
Magnesium Amonium sulfat kombinasi (struvit) Kalsium Karbonat apatit Sistin Asam urat
Organisme Specifik
Enzim Urease
Amonia
Hidroksida
Analisa keluaran
Stone Free Rate Th / >> PNL << SWL Open Surgery 71-82 % Jumlah Prosedur PNL (1,9 Pr) ESWL (3,6 Pr ) Kombinasi (3,3 Pr) Open Surgery (1,4 Pr) Partial > 2,1 Komplt > 3,7 Komplikasi Tranfusi Infeksi Kematian
Latar Belakang...
Kasus batu kandung kemih pada ;
- batu sturvit (magnesium amonium fosfat) - amonium asam urat - Kalsium oksalat
Obstruktif
Metodologi...
Vesikolitolapaksi : dipergunakan dlm menangani
batu kandung kemih selain operasi terbuka. Dapat dipergunakan bersamaan dengan tindakan TUR-P Kontra indikasi : kapasitas kandung kemih yang kecil, batu ukuran > 20mm, batu keras, batu kandung kemih pada anak, akses uretra yan tidak memungkinkan
Vesikolitotripsi
kasus batu besar dan keras. Penyulit : 8% kasus ruptur kandung kemih
2) Ultrasound (gelombang suara), dapat
digunakan pada kasus batu besar, terhindar dari tindakan ulangan Penyulit : minimal
3) Laser ; yang digunakan Holmium YAG, hasilnya baik pada batu besar Penyulit : tidak ada 4) Pneumatik ;lebih efisien dibanding ultra sound dan EHL pada kasus batu besar dan keras Penyulit : tidak ada
terapi pada kasus batu anak-anak, batu besar atau batu mltipel
Kontraindikasi : riwayat keganasan kandung kemih, riwayat operasi daerah pelvis, radioterapi, infeksi akif pada saluran kemih atau dinding abdomen Penyulit : tidak ada
dengan stone burden besar, batu keras, kesulitan akses melalui uretra, tidakan bersamaan dengan prostatektomi atau divertikelektomi
ESWL : pilihan bagi penderita yang tidak
memungkinkan utk operasi. Adanya obstruksi infravesikal serta residu urin pasca miksi membutuhkan tidakan tambahan per endoskopi sekitar 10% kasus utk mengeluarkan batu
BATU URETRA
Latar Belakang...
Batu uretra berasal dari batu kandung kemih
kandung kemih. 2/3 batu uretra terletak di uretra posterior dan sisanya di uretra anterior
Keluhan bervariasi dari tidak bergejala, disuria,
Metodologi
Operasi per endoskopik
Laser Holmium merupakan salah satu modalitas yang paling sering digunakan untuk menangani kasus batu uretra khususnya yang impacted diluar operasi terbuka. Angka bebas batu 100% Operasi terbuka Indikasi : kasus batu uretra impacted, striktur uretra, divertikel uretra, batu uretra di anterir/fossa navikularis. Angka bebas batu 100%
1) lubrikasi anterior 2) push back, lalu diterapi seperti batu kandung kemih 3) Uretrotomi terbuka