Anda di halaman 1dari 17

BAB 1 PENDAHULUAN

Tempat kejadian perkara (TKP) merupakan titik awal untuk keberhasilan dalam penggunaan bukti fisik oleh laboratorium forensik dan oleh penyidik. Kualitas kesuksesan dari olah tempat kejadian perkara adalah sederhana, dengan mengikuti seperangkat prosedur dan memastikan bahwa semua bukti fisik ditemukan dan diselidiki serta hasilnya dibuktikan di pengadilan.

Prosedur dasar dari olah TKP adalah bukti fisik, pengakuan, dokumentasi, pengumpulan yang tepat, pengemasan (kemasan), pengawetan dan akhirnya rekonstruksi adegan. Setiap TKP adalah sesuatu yang unik dan dengan pengalaman, seorang penyidik di TKP dapat menggunakan pendekatan logis dan sistemastis untuk melakukan penyelidikan bahkan untuk hal yang sangat menantang sehingga TKP dapat disimpulkan dengan sukses.

Tujuan dari penyelidikan di tempat kejadian perkara adalah untuk mengenali, menyimpan, mengumpulkan, menafsirkan dan merekonstruksi semua bukti fisik dan menyediakannya kepada peneliti dengan informasi tentang buktibukti untuk memecahkan suatu kasus.

Jika tempat kejadian perkara benar-benar diselidiki dengan metode yang sistematis maka akan menyediakan sarana untuk menyelesaikan investigasi dan menyelesaikan kasus. Pemanfaatan bukti fisik utama yang ditemukan di TKP akan bisa menguatkan pernyataan saksi, dan akan membantu peneliti dalam menentukan kredibilitas seorang saksi mata dan membantu rekonstruksi peristiwa yang mengarah pada kejahatan termasuk cara dilakukannya kejahatan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pemeriksaan Tempat Kejadian Perkara Pemeriksaan Tempat Kejadian Perkara (TKP) merupakan salah satu proses penyelidikan dalam sebuah tindak pidana. TKP dapat memberikan berbagai macam informasi kepada penyidik mengenai kasus tindak pidana yang tengah ditangani, tidak terkecuali pada kasus-kasus luka tembak. Terdapat beberapa tahapan dan hal-hal penting yang perlu diperhatikan dalam melakukan pemeriksaan TKP.1 Diperlukan atau tidaknya kehadiran dokter di TKP oleh penyidik sangat bergantung pada kasusnya, yang pertimbangannya dapat dilihat dari sudut korbannya, tempat kejadiannya, kejadiannya atau tersangka pelakunya. Peranan dokter di TKP adalah membantu penyidik dalam mengungkap kasus dari sudut kedokteran forensic. Pada dasarnya semua dokter dapat bertindak sebagai pemeriksa di TKP, namun dengan perkembangan spesialisasi dalam ilmu kedokteran, adalah lebih baik bila dokter ahli forensik atau dokter kepolisian yang hadir.1 Pemeriksaan kedokteran forensic di TKP harus mengikuti ketentuan yang berlaku umum pada penyelidikan di TKP, yaitu menjaga agar tidak mengubah keadaan TKP. Semua benda bukti yang ditemukan agar dikirim ke laboratorium setelah sebelumnya diamankan sesuai prosedur.1

Pengenalan Tempat Kejadian Perkara (TKP)

Pemeriksaan TKP diawali dengan terlebih dahulu mengenali TKP tersebut. Orang yang pertama kali tiba di TKP seharusnya mengamankan daerah inti TKP, di mana sebagian besar bukti-bukti terkonsentrasi, selanjutnya petugas pemeriksaan TKP memperluas daerah penyelidikan, dimana masih mungkin terdapat tanda atau bukti yang mengarahkan kita kepada pemecahan kasus tindak pidana yang terjadi. 2 Setelah petugas menentukan dan mengamankan TKP, pemeriksa TKP mulai menelusuri tempat kejadian tang telah diberi tanda, yang kira-kira mengandung jumlah bukti paling sedikit yang dapat rusak dengan melewatinya. Selama penelusuran awal ini, dilakukan pencatatan singkat tentang detail yang dapat berubah seiring waktu: cuacanya seperti apa, waktu apa pada hari itu, bau apa yang tercium, suara apa yang terdengar, dan apapun yang tampaknya hilang atau tidak pada tempatnya. Berbagai temuan yang bermakna pada penelusuran ini ditandai dengan marker tententu, berupa bendera kecil atau semacamnya. Selain menandai barang bukti, hal ini dapat mencegah ketidaksengajaan merusaknya bila kemudian dilakukan penelusuran kembali untuk dokumentasi.2,4,5

Dokumentasi

Tujuan dokumentasi TKP adalah untuk menciptakan rekaman visual yang memungkinkan melihat kembali TKP secara akurat. Untuk itu digunakan kamera baik digital maupun dengan film, sketsa, dan peralatan lain yang mendukung. Dokumentasi berlangsung selama penelusuran kedua, mengikuti jalur yang sama dengan penelusuran sebelumnya. Pemeriksa TKP sebaiknya mengambil foto, membuat sketsa, membuat catatan mendetail dan melakukan penelusuran dengan video. Jika pemeriksa lebih dari seorang, maka pekerjaan ini akan lebih mudah dilakukan.5,6 Gambar 1. Dokumentasi pada olah TKP.6 Pengumpulan Barang Bukti Tujuan tahap ini adalah untuk menemukan, mengumpulkan, dan mengamankan semua bukti fisik yang kemungkinan dapat menunjang

rekonstruksi kejahatan dan mengidentifikasi pelaku dalam cara yang dapat dipertahankan di depan pengadilan.7 Beberapa jenis bukti yang dapat ditemukan pada pemeriksaan TKP termasuk:6 Trace evidence (residu tembakan senjata, residu cat, pecahan kaca, bahan kimia yang tidak jelas, obat-obatan) Sidik jari, jejak kaki, dan jejak alat

Cairan tubuh (darah, semen, saliva, muntahan) Rambut dan serat Bukti senjata dan senjata api (pisau, pistol, lubang peluru, selongsong peluru) Dokumen-dokumen yang mencurigakan (buku harian, catatan bunuh diri, daftar telepon; juga termasuk dokumen elektronik seperti mesin penjawab dan unit caller ID)

Pada pengumpulan barang bukti, khususnya pada kasus tertentu, misalnya pada kasus luka tembak, apabila terdapat korban tewas di TKP, maka pemeriksaan sebaiknya diawali dengan memeriksa tubuh korban. Sebaiknya dilakukan beberapa pengecekan sebelum tubuh korban dipindahkan ke tempat yang aman. Hal-hal yang perlu diperhatikan meliputi ada tidaknya noda atau tanda pada pakaian yang dikenakan korban, lubang atau robekan pada pakaian, serta posisi pakaian korban, apakah pada posisi yang seharusnya ataukah tidak. Setelah itu, perhatikan tubuh korban, apakah terdapat luka lecet, luka tembakan atau lukaluka lainnya ataupun tanda-tanda kekerasan. Perhatikan pula apakah ada sesuatu yang sebelumnya ada namun hilang dari tubuh korban. Jika terdapat darah pada pakaian maupun tubuh korban, perhatikan kesesuaian arah darah dengan tarikan gravitasi yang sesuai dengan posisi tubuh korban, Perhatikan pula ada tidaknya serangga pada tubuh korban.5,6

Pemeriksaan Korban Luka Tembak Pada pemeriksaan korban luka tembak, pemeriksa harus mampu menjelaskan beberapa hal, yakni menentukan ada tidaknya tanda-tanda khas pada korban bunuh diri, kecelakaan, pembunuhan, apakah luka tesebut memang luka tembak, yang mana luka tembak masuk dan yang mana yang keluar, jenis senjata yang menyebabkan luka tembak, jarak tembak, arah/sudut tembakan dari tubuh korban, perkiraan posisi korban sewaktu ditembak, berapa kali korban ditembak dan luka tembak mana yang menyebabkan kematian. Interpretasi yang benar mengenai luka tembak oleh para ahli patologi tidak hanya memberikan informasi

berharga yang dapat menunjang pelaksanaan hokum selama investigasi, tetapi juga penting untuk penentuan akhir jenis kematian.5 Balistik forensik merupakan bidang ilmu yang sangat berperan dalam melakukan penyidikan kasus tindak kriminal dengan senjata api dan bahan peledak. Seorang balistik forensik meneliti senjata apa yang telah digunakan dalam kejahatan tersebut, berapa jarak dan dari arah mana penembakan tersebut dilakukan, meneliti apakah senjata yang telah digunakan dalam tindak kejahatan masih dapat beroperasi dengan baik, dan meneliti senjata mana yang telah digunakan dalam tindak criminal tersebut. Pengujian anak peluru yang ditemukan di TKP dapat digunakan untuk merujuk lebih spesifik jenis senjata api yang telah digunakan dalam kejahatan tersebut.8 Pada bidang ini memerlukan peralatan khusus termasuk mikroskop yang digunakan untuk membandingkan dua anak peluru dari tubuh korban dan dari senjata api yang diduga digunakan dalam kejahatan tersebut, untuk

mengidentifikasi apakah memang senjata tersebut memang benar telah digunakan dalam kejahatan tersebut. Dalam hal ini diperlukan juga mengidentifikasikan jenis selongsong peluru yang tertinggal. 8 Dalam penyidikan ini analisis kimia dan fisika diperlukan untuk menyidikan dari senjata api tersebut, barang bukti yang tertinggal. Misal analisis distribusi logam-logam seperti Antimon (Sb) atau timbal (Pb) pada tangan pelaku atau terduga, untuk mencari pelaku dari tindak criminal tersebut. Atau analisis distribusi asap (jelaga) pada pakaian, untuk mengindentifikasi jarak tembak. 8 Kerjasama bidang ini dengan kedokteran forensik sangat sering dilakukan, guna menganalisa efek luka yang ditimbulkan pada korban dalam merekonstruksi suatu tindak kriminal dengan senjata api. 8 Sangat penting untuk membedakan luka masuk dari luka keluar. Dalam hokum kriminal, membedakan secara tepat, antara kedua hal tersebut, berarti dapat membedakan antara tuntutan pembunuhan tingkat pertama dan

kemungkinan hukuman mati atau tindakan mempertahankan diri dan tidak ada tuntutan. Untungnya, aplikasi dari beberapa konsep dasar biasanya akan memperbolehkan diferensiasi akurasi dari luka masuk dan luka keluar.9

Ciri luka masuk biasanya dalam bentuk yang berentetan dengan abrasi tapi yang melingkar di sekeliling defek yang dihasilkan oleh peluru. Abrasoi tepi tersebut berupa goresan atau lecet pada kulit yang disebabkan oleh peluru ketika menekan masuk ke dalam tubuh. Abrasi tepi dapat bersifat konsentris ataupun eksentris. Ketika ujung peluru melakukan penetrasi ke dalam kulit, maka hal tersebut akan menghasilkan abrasi tepi yang konsentris, yaitu goresan pada kulit berbentuk cincin dengan ketebalan yang sama, oleh karena peluru masuk secara tegak lurus terhadap kulit. Ketika ujung peluru melakukan penetrasi pada kulit dengan membentuk sudut, maka hal ini akan menghasilkan abrasi tepi yang eksentris, yaitu bentuk cincin yang lebih tebal pada satu area. Area yang tebal dari abrasi tepi yang eksentris mengindikasikan arah datangnya peluru. Sebagai tambahan, semakin tebal abrasi tepi, semakin kecil sudut peluru pada saat mengenai kulit.9 Pada tempat anak peluru meninggalkan tubuh korban akan ditemukan luka tembak keluar. Luka tembak keluar umumnya lebih besaqr dari luka tembak masuk akibat terjadinya deformitas anak peluru., bergoyangnya anak peluru dan terikutnya jaringan tulang yang pecah keluar dari luka tembak keluar. Pada anak peluru yang menembus tulang pipih, seperti tulang atap tengkorak akan terbentuk corong yang membuika searah dengan gerak anak peluru. Luka tembak keluar mungkin lebih kecil dari luka tembak masuk apabila terjadi pada luka tembak/kontak, atau pada anak peluru yang telah kehabisan tenaga pada saat akan keluar meninggalkan tubuh. Bentuk luka tembak keluar tidak khas dan sering tidak beraturan. Di sekitar luka tembak keluar mungkin pula dijumpai daerah lecet bila pada tempat keluar tersebut terdapat benda yang keras (ikat pinggang) atau korban sedang bersandar di dinding.9 Senjata api yang digunakan dalam suatu tindak pidana tertentu tidak selalu dapat ditemukan. Apabila ditemukan suatu senjata api yang mjungkin ada hubungannya dengan perkara tersebut, maka adalah tugas ahli senjata api untuk membuktikan apakah senjata api tersebut adalah benar yang digunakan dalam kasus tersebut.5

Pertama-tama yang harus dilakukan adalah melakukan pemotretan senjata api tersebut, kemudian dicatat hal-hal berikut:5 1. Tipe senjata: revolver, pistol, rifle, dan lain-lain 2. Keadaan senjata 3. Panjang laras 4. Letak dan cap pabrik pembuatan 5. Letak nomor seri dan nomor 6. Uraian mengenai: magazine, firing pinbreechlock, extractor, dan lainlain. 7. Karakteristik dan rifling 8. Kaliber atau Gauge dari senjata Syarat mutlak untuk identifikasi senjata api ialah harus ditemukan anak peluru dan/ atau selongsong. Apabila kita menemukan anak peluru baik pada pemeriksaan di tempat kejadian perkara atau pada otopsi maka untuk tidak menyulitkan pemeriksaan balistik harus kita kerjakan:5 1. Membuat inskripsi pada anak peluru/selongsong berupa: nomor, tanggal, initial. Lokasi dipilih sedemikian rupa sehingga tidak merusak goresan/berkas yang perlu diidentifikasi. 2. Bungkus dengan kapas. 3. Masukkan ke dalam kotak dan dibungkus rapi 4. Kotak diikat dengan tali, diberi label dan segel. 5. Buat berita acara pembukusan disertai contoh segel. Tembakan yang mengenai tubuh akan menimbulkan luka tembak yang gambarannya tidak hanya terjadi sebagai akibat terjangan anak peluru pada sasaran, tetapi juga oleh produk ikutan yang terjadi saat tembakan dilepaskan yaitu partikel logam akibat gesekan anak peluru dengan laras, butir mesiu yang tidak sempurna terbakar, asap serta panas akibat ledakan mesiu dan pada luka tembak yang terjadi akibat tembak temple, kerusakan jaringan akibat moncong laras yang juga menekan sasaran. Tergantung pada komponen produk ikutan mana yang masih dapat mencapai sasaran.9

Efek gas, bubuk mesiu, dan anak peluru terhadap target dapat digunakan dalam keilmuan forensic untuk memperkirakan jarak target dari tembakan dilepaskan. Perkiraan tersebut memiliki kepentingan sebagai berikut: untuk membuktikan atau menyangkal tuntutan, untuk menyatakan atau menyingkirkan kemungkinan bunuh diri; membantu menilai ciri alami akibat kecelakaan. Meski kisaran jarak tembak tidak dapat dinilai dengan ketajaman absolut, luka tembak dapat diklasifikasikan sebagai luka tembak jarak jauh, jarak dekat, jarak sangat dekat, dan luka tembak tempel.9 Luka tembak masuk dibedakan menjadi luka tembak masuk jarak jauh, luka tembak masuk jarak dekat, luka tembak masuk jarak sangat dekat dan luka tembak tempel. Luka tembak masuk jarak jauh hanya dibentuk oleh komponen anak peluru, sedangkan luka tembak masuk jarak dekat dibentuk oleh komponen anak peluru dan butir-butir mesiu yang tidak habis terbakar. Luka tembak masuk jarak sangat dekat dibentuk oleh komponen anak peluru, butir mesiu, jelaga, dan panas/api. Gambaran luka tembak masuk jarak dekat ditimbulkan oleh kekerasan anak peluru dan butir-butir mesiu yang tidak habis terbakar, sehingga disamping lubang luka dan kelim lecet, ditemukan pula kelim tattoo yang merupakan bintikbintik berwarna hitam di sekitar lubang luka. Pada luka tembak masuk jarak sangat dekat, gambaran luka ditimbulkan oleh kekerasan anak peluru, sisa mesiu yang tidak habis terbakar, asap serta udara panas yang keluar pada suatu penembakan. Akan tampak lubang luka yang dikelilingi oleh kelim lecet, kelim tattoo, kelim jelaga, dan kelim api. Luka tembak masuk tempel atau kontak dibentuk oleh seluruh komponen tersebut diatas (yang akan masuk ke dalam saluran luka) dan jejas laras. Saluran luka akan berwarna hitam dan jejas laras akan tampak mengelilingi luka tembak masuk sebagai luka lecet jenis tekan yang terjadi sebagai akibat tekanan berbalik dari udara hasil ledakan mesiu.11 Luka tembak yang tepat akan membantuk lubang yang sirkuler serta perubahan warna pada kulit, jika sudut penembakan obliq akan mengakibatkan luka tembak berbentuk elips, panjang luka dihubungkan dengan pengurangan sudut tembak. Senapan akan memproduksi lebih sedikit kotoran, kecuali jika jarak

dekat. Petunjuk ini berguna untuk pembanding dengan shotgun. Luka tembak yang disebabkan shotgun dengan sudut obliq akan membentuk luka seperti anak tangga. Jatringan juga berperan serta dalam perubahan gambaran luka karena adanya kontraksi otot.9 Untuk menjelaskan beberapa hal tersebut, pemeriksaan di TKP merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan. Beberapa poin penting pada pemeriksaan di TKP pada kasus luka tembak secara umum sama dengan pemeriksaan di TKP pada semua kasus tindak pidana, dimulai dari mengenali keadaan sekitar tempat kejadian, dokumentasi, hingga pengumpulan barang bukti.5 Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pemeriksaan di tempat kejadian perkara pada kasus luka tembak adalah: Mempelajari keadaan sekitar tempat kejadian Pada kasus luka tembak, perlu dilakukan observasi terhadap keadaan sekitar tempat kejadian . percakapan dengan saksi-saksi, korban (apabila korban masih hidup) dan tersangka yang terdapat di sekitar lokasi, perlu dilakukan. Pernyataan-pernyataan dari saksi, korban maupun tersangka sangat penting untuk menjelaskan beberapa hal. Pernyataan-pernyataan tersebut juga bisa menjadi bahan perbandingan dengan bukti-bukti penembakan yang ditemukan di lapangan. Apabila korban luka tembak meninggal, perlu juga ditelusuri riwayat hidup korban sebelumnya, untuk mencari adanya motif bunuh diri atau tidak.4 Selain mencari keterangan dari saksi, korban maupun tersangka disekitar tempat kejadian, lokasi penembakan dapat mengarahkan kita pada cara kematian korban. Senjata api yang digunakan juga perlu ditelusuri disekitar tempat kejadian, apakah ditemukan senjata atau tidak, jika tidak ditemukan senjata api, pada kasus dugaan pembunuhan, harus selalu diingat adanya kemungkinan perubahan keadaan TKP untuk menyesatkan pemeriksaan.5 Mencatat penemuan-penemuan dan Mengamankan barang bukti

10

Sebelum TKP diperiksa secara mendalam, perlu dipikirkan bahwa beberapa barang bukti dapat hilang seiring berjalannya pemeriksaan, misalnya saja sidik jari dan bercak darah. Oleh karena itu, barang-barang bukti harus diamankan secara seksama. Pengamanan barang bukti tidak boleh gegabah, walaupun hal tersebut penting, tetapi dokumentasi terhadap TKP, sebelum barang bukti diamankan harus dilakukan. Proses dokumentasi mempunyai maksud untuk menjaga keadaan TKP yang asli, sebelum tersentuh oleh tangan pemeriksa. Dokumentasi dilakukan dengan melakukan pencatatan, rekaman video, fotografi dan sketsa dari TKP. Proses dokumentasi ini sangatlah penting, khususnya bagi rekonstruksi kasus penembakan.6 Hal yang paling mendasar dari dokumentasi adalah pencatatan, pemeriksa harus terlebih dahulu mencatat penemuannya di TKP, mulai dari senjata yang ditemukan harus dicatat nomor, buatan, tipe, caliber, dan jenis amunisi, tanpa menyentuh senjata tersebut. Selain itu, luka tembak pada tubuh korban yang dapat diamati secara langsung, dicatat dengan seksama, letak luka tembak masuk maupun luka tembak keluar. Apabila terdapat tanda-tanda lain seperti tattoo, sisa mesiu pada pakaian korban, hal tersebut juga perlu dicatat. Selain mencatat penemuan, pemeriksa juga bisa mencatat keterangan-keterangan yang didapatkan dari orang-orang disekitar TKP.5 Rekaman video dapat memberikan kita gambaran yang natural dari TKP, perubahan mimic wajah orang-orang yang ada di TKP, hubungan bukti-bukti yang ada terhadap lingkungan sekitar TKP dan beberapa hal penting lainnya. Fotografi juga sangat penting, meskipun tidak dapat secara langsung memperlihatkan secara natural kondisi TKP, tetapi fotografi dapat memberikan gambaran yang lebih detail dari sebuah bukti yang ada di TKP. Fotografi juga bisa menjadi bahan perbandingan langsung dengan barang bukti yang ada di TKP dengan sesuatu yang ingin dibuktikan keterkaitannya dengan bukti tersebut. Cara dokumentasi lain yang tidak kalah pentingnya adalah sketsa. Fotografi hanya memberikan gambaran dua dimensi, sedangkan gambaran real dari TKP adalah tiga dimensi. Dengan sketsa, kita dapat memberikan gambaran tiga dimensi, jarak

11

tempat yang satu terhadap tempat lainnya, posisi bukti yang satu terhadap bukti lainnya serta hal lain yang tidak dapat diperkirakan dan dilihat dalam bentuk dua dimensi.12 Mencari dan mengumpulkan barang bukti Pada kasus luka tembak, tentunya ada beberapa barang bukti yang penting untuk dicari dan dikumpulkan. Luka tembak pada tubuh korban adalah barang bukti yang harus ditemukan, perlu dilihat dan diamati luka tembak yang ada, berapa jumlah luka dan apakah termasuk luka tembak masuk dan luka tembak keluar. Perlu diamati pula pakaian korban, apakah terdapat sisa mesiu ataukah tidak. Setelah itu, carilah anak peluru yang ada di TKP, anak peluru dapat dicari dalam tubuh korban, di dinding yang terdapat di TKP, di pohon atau di tempat lain sesuai dengan TKP. Selanjutnya kumpulkanlah selongsong peluru yang ditemukan, carilah selongsong di sekitar TKP dan catat lokasi ditemukannya selongsong, karena lokasi selongsong dapat juga menentukan lokasi penembakan. Setelah itu, cari dan temukan senjata yang kemungkinan terdapat di lokasi kejadian. Apabila senjata apai telah ditemukan, maka pengumpulannya harus dilakukan dengan hati-hati. Jangan menyentuh senjata api dengan tangan terbuka, usahakan menggunakan sarung tangan. Selain itu, jangan menyentuh terlalu luas bagian senjata api, karena dapat menghilangkan sidik jari pada senjata api yang digunakan.12,13 Memberi petunjuk pada petugas pengusut untuk kepentingan pemeriksaan Untuk membantu pengusut mengungkap kasus luka tembak, maka perlu dilakukan penentuan waktu kematian korban (apabila korban meninggal) dan perkiraan beberapa hal yang berkaitan dengan penembakan. Penentuan waktu kematian korban pada kasus luka tembak, tidak jauh berbeda dengan kematian dengan kasus lain, tetapi hal yang sangat penting untuk diungkap adalah beberapa perkiraan yang berhubungan dengan penembakan. Perkiraan-perkiraan tersebut dapat ditentukan dengan jalan melakukan

rekonstruksi kasus luka tembak.


12

Rekonstruksi TKP adalah bagaimana menggunakan metode yang ilmiah, bukti fisik, pertimbangan deduktif dan hubungan antara ketiganya untuk memperoleh pengetahuan yang jelas dari rentetan kejadian yang meliputi seluruh tindakan kriminal.7 Rekonstruksi TKP pada kasus luka tembak, dapat memberikan informasi mengenai:7,12 Lintasan peluru (Trajectory) Lintasan peluru dapat ditentukan oleh penyidik dibantu dengan dokter forensik. Ada dua cara yang saat ini biasanya digunakan untuk menentukan lintasan peluru pada kasus luka tembak. Cara pertama adalah menggunakan tali. Tali dihubungkan melului lubang-lubang peluru yang ditemukan di TKP, baik lubang peluru pada tubuh korban maupun pada dinding ataupun benda-benda yang ada di TKP.15 Cara kedua adalah dengan menggunakan sinar laser, prinsipnya sama, menghubungkan titik-titik tembakan satu sama lain, sehingga ditemukan rentetan tembakan dan arah tembakan yang tepat. Sinar laser dapat secara spesifik menentukan lintasan tembakan, karena kecepatan sinar laser yang konstan, sehingga dapat memberikan proyeksi lintasan yang benar-benar lurus. Meskipun kedua cara ini terlihat sangat efektif, tetapi ada beberapa kekurangan dari keduanya. Proses penentuan lintasan tembakan dengan menggunakan tali memiliki dua kelemahan, yang pertama adalah faktor terkulainya tali pada saat dilakukan proses stringing, yang kedua adalah faktor kekuatan tali yang digunakan. Cara penentuan lintasan tembakan dengan sinar laser juga memiliki kelemahan, sinar laser sangat sulit digunakan pada siang hari, karena cahanya sulit terlihat. Pada kondisi berangin, alatnya mudah goyang sehingga sulit untuk menentukan lintasan yang tepat. Pada kondisi sterang, sinar laser biasanya terbatas pada jarak tertentu.15,17

Jarak tembakan

13

Jarak penembakan yang tepat hanya dapat diperkiranan dengan membandingkan luka tembak masuk yang ditemukan dengan luka tembak masuk yang diperoleh dari uji coba tembakan yang menggunakan senjata dan peluru sejenis.1

Posisi dan lokasi korban dan pelaku Dari proses olah TKP dan rekonstruksi, posisi dan lokasi korban dan pelaku dapat ditentukan. Dengan terlebih dahulu menentukan lintasan peluru dan perkiraan jarak tembakan, maka dengan menggabungkan hasil penelusuran tersebut, dapat diperkirakan posisi dan lokasi korban pada saat ditembak serta posisi dan lokasi pelaku pada saat melakukan penembakan.13

Urutan tembakan

Arah tembakan Arah tembakan pada rekonstruksi juga dapat ditentukan dengan membandingkan luka tembak yang ada pada tubuh korban dan dibandingkan dengan proses rekonstruksi penentuan lintasan tembakan serta posisi dan lokasi korban serta pelaku pada saat penembakan. 13

Kemungkinan penembakan dilakukan oleh korban sendiri Dengan melakukan rekonstruksi, dapat ditentukan pola apakah korban menembak dirinya sendiri ataukah tidak. Luka tembak yang ada pada tubuh korban, dibandingkan dengan bukti-bukti yang ada pada TKP serta perkiraan lintasan dan arah peluru dapat menyimpulkan apakah luka tembak pada tubuh korban merupakan upaya pembunuhan ataukah bunuh diri maupun kecelakaan.13

14

BAB III KESIMPULAN

PENUTUP 1. Pemeriksaan TKP diawali dengan terlebih dahulu mengenali TKP tersebut. Orang yang pertama kali tiba di TKP mengamankan daerah inti di TKP. Setelah petugas menentukan dan mengamankan TKP, pemeriksa TKP mulai menelusuri tempat kejadian yang telah diberi tanda. Berbagai temuan yang bermakna pada penelusuran ini ditandai dengan marker tertentu, berupa bendera kecil atau semacamnya. 2. Pengumpulan barang bukti untuk menemukan, mengumpulkan, dan mengamankan semua bukti fisik, yang kemungkinan dapat menunjang rekonstruksi kejahatan dan juga dilakukan dokumentasi TKP untuk menciptakan rekaman visual yang memungkinkan melihat kembali TKP secara akurat. 3. Pada pemeriksaan korban luka tembak, yakni menentukan ada tidaknya tanda-tanda khas pada korban bunuh diri, kecelakaan, pembunuhan, apakah luka tersebut memang luka tembak, yang mana luka tembak masuk dan yang mana yang keluar, jenis senjata yang menyebabkan luka tembak, jarak tembak, arah/sudut tembakan dari tubuh korban, dan perkiraan posisi korban sewaktu ditembak. 4. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pemeriksaan di tempat kejadian perkara pada kasus luka tembak adalah mempelajari keadaan sekitar tempat kejadian, mencatat penemuan-penemuan dan mengamankan barang bukti, mencari dan mengumpulkan barang bukti, member petunjuk kepada pengusut untuk kepentingan pemeriksaan. 5. Rekonstruksi TKP pada kasus luka tembak dapat memberikan informasi mengenai lintasan peluru, jarak tembakan, posisi dan lokasi korban dan pelaku, arah tembakan dan kemungkinan penembakan dilakukan oleh korban sendiri.

15

REFERENSI

1. Miller MT. Crime Scene Investigation. [online] 2011. [cited 2011 April 12]. Available from:

http://www.bios.niu.edu/naples/geol570/crimeSceneInvestigation.pdf 2. Schiro G. Protecting the Crime Scene. [online] 2008. [cited 2010 December 1]: Available from URL:http://www.crime-scene-

investigator.net 3. An Indian Forensic Organization Undertaking (IFSR Education Wing). Crime Scene Investigation. [online] 2010. {cited 2010 December 2]: Available from URL: http://www.forensiceducation.info/csi.html 4. Layton J. How Crime Scene Investigation Works. [online] 2008. [cited 2010 December 1]: Available from URL:http://www.howstuffworks.com 5. Pounder D.Jerrck. GunShot Wounds. Lecture Notes. Departement of Forensic and Medicolegal: University of Dundee, 1993. 6. Strickland J. How Virtual Crime Scene Work. [online] 2007. [cited 2010 December 3]: Available from URL: http://www.howstuffworks.com 7. Daryl W. Introduction to Crime Scene Reconstruction. [online] 2009. [cited 2010 December 1]: Available from

URL:http://www.crimeandelues.com 8. Wirasuta, Gelgel Dr.I.M.A. Pengantar Menuju Ilmu Forensik. [online} 2008. [cited 2010 December 1]: Available from URL:http://www.gelgelwirasuta.blogspot.com/2009/12/pengantar-menuju-ilmu-forensik.html

16

9. McShaneJJ. Interpretation of Gunshot Wounds: Valited Alchemy. [online] 2010. [cited 2010 December 6]: Available from

URL:http://www.thetruthaboutforensicscine.com 10. Todd Grey, MD. Exit Wounds. Phatology Forensic. University of Utah. [online 2008]. [cited 2010 December 2]: Available from URL: http://www.library.med.utah.edu

17

Anda mungkin juga menyukai