Anda di halaman 1dari 16

PEMUDA = BAKHUR

Tinjauan Teologis

PENDAHULUAN

Salah seorang guru S3 saya sering kali berkata : If it is not theological, it is not deep
enough. Bila belum teologis, belum cukup mendalam. Saya terkesan oleh ungkapan itu,
karena seringnya diucapkan dan karena pentingnya ucapan itu. Bukan saja tinjauan
teologis atas setiap hal itu sendiri penting, tetapi juga bahwa berjenis-jenis tinjauan lain
yang ada itu harus ada hubungannya satu terhadap yang lain, dan teologi adalah dasar
yang merangkum makna dari semua hal dan tinjauan itu. Dasar ini menopang dengan
kritis setiap dan semua hal. Di pihak lain, tinjauan teologis memerlukan tinjauan-tinjauan
lain untuk menjadi konkrit. Tinjauan-tinjauan psikologis, sosiologis, politis, ekonomi,
hukum, dan sebagainya, semuanya perlu, tetapi belum cukup mendasar. Sebagaimana
filosofi meninjau sesuatu secara mendasar menukik ke hakikat dan karena itu dapat
merangkum serta mendasari setiap dan semua tinjauan yang lain demikian juga teologi.
Bedanya, teologi meninjau hakikat sesuatu di hadapan Tuhan, sedang filosofi
menggunakan apa saja sebagai dasar atau titik tolak untuk berpikir secara sistematis dan
mendalam tentang sesuatu dan tentang segala sesuatu. Berpikir filosofis belum tentu
berpikir teologis, tetapi berpikir teologis harus berpikir filosofis juga.

Jadi, apa konsep dan makna teologis pemuda agar kita dapat menyelami hakikat
kepemudaan sedalam-dalamnya seperti yang dikehendakiNya dan bisa menjadi dasar dan
perangkai serta perspektif bagi semua sudut tinjauan yang lain, psikologis, sosiologis,
historis, dan sebagainya, tentang pemuda. Dari hubungan-hubungan itulah pengertian
(understanding) dan makna pemuda dan kepemudaan dapat ditangkap sepenuhnya
(grasped) dan disimpulkan.

AMSAL 20:29a
Hiasan orang muda ialah kekuatannya (Amsal 20:29a).

Demikianlah Firman Tuhan tentang pemuda. Ayat ini akan kita pakai sebagai rujukan
teologis untuk mendiskusikan pemahaman konsep pemuda dan kepemudaan secara
teologis. Dalam bahasa aslinya, yaitu Ibrani:
mjk myrwjb trapt (Tif-eret bakhurim kokham)
1


1
Seharusnya huruf Ibrani m (mem), padanan Latinnya m, di akhir kata (dalam ayat ini kata ke-2 dan ke-3)
berbentuk lain, yaitu seperti kotak. Tapi komputer atau program (atau pemakainya) tidak bisa melakukan
hal itu. Jadi huruf m di akahir kata ke-2 dan ke-3 di atas ini terpaksa salah tulis.

Dalam Amsal 20:29a ini, tiga istilah Ibrani yang dipakai, masing-masing mempunyai arti
lebih luas, lebih kaya, dan lebih mendalam dari pada terjemahannya dalam bahasa
Indonesia. Ditambah lagi ketika ketiganya dihubungkan satu terhadap yang lain untuk
mengungkap makna pemuda dan kepemudaan, kita memperoleh wawasan tentang
pemuda yang sangat kaya dan mendalam. Dan akan menjadi nyata nanti bahwa pilihan
terjemahan oleh Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) tidak salah, walaupun kurang tepat.
Kedalaman gagasan pemuda dan karena itu juga keluasannya sangat kurang tertampil
oleh terjemahan LAI itu. Marilah kita menjelajahi dan menyelami kekayaan konsep
teologis mengenai pemuda yang terkandung dalam ayat ini. Nanti akan menjadi jelas
bahwa upaya menyelami makna itu sendiri merupakan bagian esensial dari proses
menjadi pemuda.

Kita mulai dengan istilah di tengah kalimat yang diterjemahkan dengan orang muda:
bakhur.

BAKHUR

Dalam ayat ini istilah Ibrani yang diterjemahkan dengan orang muda ialah bakhurim,
bentuk jamak dari bakhur. Bakhur berasal dari kata kerja bakhar. Bakhar punya dua arti.
Pertama, membuktikan; mengeksaminasi (to prove; to examine). Kedua, memilih (to
choose, to elect, to select). Jadi bakhar berarti memilih berdasarkan pemeriksaan dan
pembuktian. Memilih secara cerdas, matang, dan sungguh-sungguh, tidak sembarangan,
tidak asal-asalan. Dan orang yang mem-bakhar disebut bakhur. Dan bakhur ini
mempunyai dua arti: orang muda (a youth) dan pilihan akan kekuatan dan keaktifan
(choice for vigour
2
and activity). Mari kita renungkan arti kepemudaan ini.

Pertama, seseorang menjadi pemuda karena memilih dan memilih dengan melakukan
eksaminasi dan pembuktian, memilih dengan cerdas, matang, dan sungguh-sungguh, tidak
asal-asalan, tidak sembarangan, tidak seenaknya, tidak otomatis dan pilihannya adalah
kekuatan dan keaktifan. Jadi ada dua segi: subjek yang bertindak memilih dan objek
pilihan; cara memilih dan jenis pilihan. Dari sudut subjek atau pelaku, pemuda itu adalah

2
Vigour = active strength of body and mind; intensity of action or effect. Kata sifatnya vigorous bersinonim
dengan energetic. Bedanya, vigorous itu tidak memperlihatkan tanda-tnda kehabisan energi atau
berkurangnya energi. Dan energetic lebih menekankan kapasitas untuk kegiatan yang intens. Sedang
strenuous sebuah sinonim lain menekankan preference for coping with the challenging. Pemuda itu
bukan saja tidak takut pada tantangan berat tapi malah memilih tantangan yang berat, karena dengan
perjuangan menghadapi tantangan berat itu, pemuda akan tetap menjadi pemuda, bahkan semakin
pemuda.
pemilih yang bertindak memilih secara sungguh2. Dari sudut objek, pemuda itu adalah
pilihan atas kekuatan dan keaktifan. Menjadi pemuda itu bukan kebetulan, bukan
otomatis, bukan nasib. Memang secara biologis dan khronologis ketika seseorang pada
garis perkembangan psikologis dan fisiologis mencapai usia tertentu (umumnya 18 tahun)
ia dengan sendirinya termasuk dalam kategori pemuda dan ketika mencapai usia tertentu
(35) ia bukan pemuda lagi.
3
Namun kualitas, isi, dan substansi kepemudaan jauh lebih luas
dan mendalam dari pada usia (khronologis) belaka. Kualitas dan substansi kepemudaan
ditentukan oleh pilihan sadar atas kekuatan dan keaktifan. Orang berusia 25 tahun yang
loyo bukanlah bakhur, bukanlah pemuda. Kepemudaan ditentukan oleh jenis pilihannya
pilihan atas kekuatan dan keaktifan. Ini pertama.

Kedua, pemuda adalah pemilihan itu sendiri dan pilihan itu sendiri. Camkan ini: tidak saja
orang muda memilih kekuatan dan aktivitas, tapi orang muda adalah pemilihan itu sendiri
(tindakan dan prosesnya) dan pilihan itu sendiri (objek dan hasilnya). Apa beda antara
antara pernyataan bahwa seseorang menjadi pemuda karena ia memilih vigour and
activity dan bahwa pemuda adalah pemilihan itu sendiri, pemuda adalah tindakan
memilih vigour and activity itu sendiri? Pernyataan yang pertama masih bisa berarti
bahwa antara orang dan pilihannya dapat dipisahkan, sedang pernyataan kedua tidak.
Orang muda dan kekuatan serta aktivitas tidak pernah terpisah. Kalau orang muda itu bisa
memilih kekuatan & aktivitas atau bisa juga tidak memilih kekuatan & aktivitas dan ia
tetap bisa menjadi orang muda, maka jalan pikiran seperti itu bertentangan dengan Amsal
20:29. Saudara boleh berusia 20 tahun, tapi kalau saudara memilih keloyoan dan ketidak
aktifan, atau tidak memilih kekuatan dan aktivitas, maka saudara bukan pemuda, bukan
orang muda. Sebaliknya, orang yang berusia 60 tahun tapi memilih vigour and activity, ia
adalah bakhur, adalah orang muda, ia adalah pemuda ! Kaleb pada usia 85 tetap sangat
pemuda. Kepemudaan ditentukan oleh tindak memilih (pemilihan) itu sendiri dan pilihan
atas kekuatan dan keaktifan.
4
Kepemudaan itu tidak fakultatif atau optional bagi pemuda.

3
Pada usia 35 seseorang mulai mengalami gejala sarcopenia, yaitu kepadatan serat-serat otot berkurang,
(seperti osteoporosis pada tulang). Apakah pembatasan usia pemuda (18-35) ini berkaitan dengan mulainya
sarkopenia, penulis belum memeriksanya. Namun kita dapat bertanya, Apa hubungan antara sarcopenia
dan konsep bakhur? Konsep bakhur mengandung tantangan untuk mencegah terjadinya sarkopenia, atau
setidaknya menunda mulainya sejauh mungkin, atau hanya mengendalikan dampak negatifnya. Apakah
sarkopenia mengurangi arti pilihan atas kekuatan dari konsep bakhur? Apakah sarkopenia mengurangi arti
pilihan atas keaktifan dari konsep bakhur? Di situ kita menghadapi tantangan yang harus kita perhitungkan
dan hadapi untuk dibuktikan, karena belum ada, atau belum diketahui adanya, rujukan pengalaman. Hal ini
merupakan tes bagi konsep bakhur itu sendiri.
4
Bagaimana menyikapi dan mengatasi sarcopenia yang mulai pada usia 35 itu adalah bagian dari menjadi
bakhur, menjadi pemuda (lihat paket bina Manusia Utuh dan Sentum, system latihannya).
Artinya seorang pemuda boleh memilih atau tidak memilih menjadi pemuda dan ia tetap
pemuda. Itu tidak benar menurut Amsal 20:29.
5


Begitulah Firman TUHAN Amsal 20:29 tentang hakikat pemuda. Menjadi pemuda itu
bukan saja tidak otomatis, yaitu dengan sendirinya, bersamaan dengan pertambahan usia
dan berakhir ketika usia tidak muda lagi dan tidak ada pilihan sama sekali), tetapi juga
tidak fakultatif, yaitu di satu pihak, boleh memilih atau tidak memilih, dan di pihak lain,
boleh memilih kekuatan atau kelemahan, keaktifan atau ketidak pedulian, dan tetap
menjadi pemuda. Pemuda itu pemilihan sadar akan kekuatan dan keaktifan. Pemuda dan
pilihannya, bahkan, pemuda dan tindak pemillihan itu sendiri adalah satu, tidak
terpisahkan.

Itu yang luar biasa: bakhur, pemuda, tidak ditentukan oleh usia tapi oleh pilihan pada
vigour, energy, strenuousness (kekuatan, energi, kegigihan dan keberanian menghadapi
tantangan berat) dan aktivitas, terus menerus, karena pemuda adalah pemilihan itu
sendiri dan pilihan itu sendiri. Kepemudaan tidak ditentukan oleh kalender dan waktu tapi
oleh sikap dan keputusan untuk (selalu) memilih vigour and activity. Waktu tidak
menjadikan seseorang pemuda; waktu hanya memberi kesempatan untuk menjadi
pemuda. Setiap hari kita terpanggil untuk menjadi pemuda, untuk membarui kepemudaan
kita. Sudahkah Anda menjadi pemuda hari ini? Sudahkah Anda menambahkan
kepemudaan Anda hari ini? Apakah di tiap keadaan Anda memilih menjadi pemuda? Atau
Anda sudah jenuh dan kecapaian? Bukan pemuda lagi, karena tidak memilih menjadi
pemuda lagi?

Tuhan Yesus itu pemuda selamanya, kekal. Menjadi pemuda adalah menjadi seperti
Kristus. Kepemudaan itu seperti burung rajawali yang naik terbang dengan kekuatan

5
Adegan puncak dari film The Matrix Revolution, yang bercerita tentang suatu perang yang menentukan
antara mesin dan manusia, antara Mr. Smith (representasi dari mesin) dan Neo (atau Mr. Anderson
mewakili manusia). Ketika Mr. Smith hampir mengalahkan Neo, Neo berkeras terus melawan. Nampaknya
Neo kalah, tapi tidak mau menyerah. Ketika itu Mr. Smith bertanya : Mengapa engkau melawan terus?
Mengapa tidak menyerah saja? Mengapa?...... Apa karena engkau memperjuangkan sesuatu yang
dinamakan kebebasan? Apa demi suatu makna? Demi perdamaian? Demi keadilan? Mengapa? Neo
menjawab: Karena aku memilih begitu! Setiap kali hampir dikalahkan, Neo memilih untuk tidak menyerah.
Mr. Smith terus merangsek dan berada di atas angin. Tapi Neo terus memilih untuk tidak menyerah. Dan
Neo, manusia itu, akhirnya menang! Kemenangan adalah suatu pilihan. Menjadi manusia adalah pilihan.
Mesin tidak bisa memilih kecuali pilihan yang sudah ditentukan, yang sudah dipilihkan (diprogram) oleh
pembuatnya, alias bukan pilihan yang sesungguhnya. Tuhan menciptakan manusia, bukan mesin, bukan
robot. Itulah makna dari film itu. Dan begitulah bakhur, begitulah pemuda. Memilih kalah, atau menyerah,
bukan bakhur. Tapi mengalah itu beda, karena mengalah itu kekuatan luar biasa. Renungkan bagaimana
Sang Pemuda di kayu salib pada hari Jumat yang agung itu! Betapa bakhur Dia!
sayapnya dan tidak menjadi lelah karena TUHAN-lah sumber kekuatannya, yang tidak
menjadi lelah dan tidak menjadi lesu (Yesaya 40:28-31; Mazmur 103:5).

Tidakkah kautahu, dan tidakkah kaudengar? TUHAN ialah Allah yang kekal...; Ia
tidak menjadi lelah dan tidak menjadi lesu, tidak terduga pengertianNya. Dia
memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang
tiada berdaya. Orang-orang muda menjadi lelah dan lesu dan teruna-teruna jatuh
tersandung, tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat
kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan
sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak
menjadi lelah. (Yesaya 40:28-31)
Dia yang memuaskan hasratmu dengan kebaikan, sehingga masa mudamu
menjadi baru seperti pada burung rajawali. (Mazmur 103:5)

Otomatis dan Pilihan
Jadi pemuda dan kepemudaan dapat dilihat dari dua sifat. Pertama, kepemudaan yang
muncul secara otomatis dengan sendirinya. Secara biologis dan khronologis, pemuda itu
orang muda yang muncul secara otomatis seiring dengan datangnya usia kira-kira antara
18-35 tahun. Dalam hal ini, kalender menjadi rujukan pengukuran yang berlaku untuk
setiap orang, sedang fisiologi dan anatomi juga hampir sama untuk setiap orang, dengan
perbedaan penting mengenai usia biologis yang tidak identik dengan usia khronologis.
Bandingkan dengan Kaleb pada usia 85 tetap sekuat usia 40, yaitu selama 45 tahun
khronologis usia biologisnya tidak bertambah. Usia biologis memang sangat ditentukan
oleh pilihan menjadi bakhur.

Kedua, kepemudaan yang tercipta karena pemilihan secara sadar atas kekuatan dan
keaktifan. Dalam hal ini, kepemudaan seseorang tidak terukur dengan kalender. Kualitas
kepemudaan yang tercipta karena pilihan itu tertampil dalam pelbagai level dan
lingkungan. Secara hakiki, seseorang membentuk dirinya menjadi pemuda karena pilihan
sadar akan kekuatan dan keaktifan. Secara teologis dan spiritual, menjadi pemuda itu
memilih untuk mengaitkan diri pada sumber kekuatan kekal, yaitu Tuhan Yesus Kristus,
Sang Pemuda karena Kristus secara esensial dan total memang bakhur kalau dilihat dari
pilihan-pilihan yang diambilNya sejak dari sorga (pengosongan diri) sampai kematianNya
di kayu salib, kebangkitanNya sampai kembali ke sorga Dia bakhur yang sempurna dan
kekal. Dialah Sang Pemuda.



Marilah kita melanjutkan pendalaman konsep teologis tentang pemuda dan kepemudaan
ini dengan memperhatikan arti istilah tif-eret dan kaitannya dengan makna bakhur agar
pemahaman kita tentang pemuda dan kepemudaan menjadi lebih lengkap.

TIF-ERET

Tif-eret punya tiga arti. Pertama, semarak, kemuliaan, cahaya, keagungan, kehormatan.
Kedua, ornamen, hiasan. Ketiga, bual, besar mulut, kebanggaan, kesombongan.

Rasakan bedanya:
Semarak orang muda ialah kekuatannya.
Kemuliaan orang muda ialah kekuatannya.
Cahaya orang muda ialah kekuatannya.
Keagungan orang muda ialah kekuatannya.
Kehormatan orang muda ialah kekuatannya.
Bandingkan dengan ini:
Hiasan orang muda ialah kekuatannya.

Rasanya sangat berbeda. Mengapa? Karena semarak, kemuliaan, cahaya, keagungan,
kehormatan menunjuk pada kualitas atau nilai yang intrinsik, yang asli, yang sejati, yang
merupakan core atau esensi dari pemuda: kekuatan itu yang membentuk pemuda dan
kepemudaan; kegiatan itu yang membuat pemuda menjadi pemuda. Dan itu hakikatnya
yang sebenarnya dari (dalam hal ini) pemuda. Sedangkan hiasan itu tempelan dari luar,
sesuatu yang eksternal yang ditempelkan pada pemuda. Kekuatan dan kegiatannya
merupakan tempelan saja, tidak menjadi hakikat pemuda, bisa luntur dan habis. Kalau
dipaksakan artinya kalau pemuda mengandalkan hiasannya, ornamennya, untuk
mengedepankan kepemudaannya sebagai kehebatan maka akan terasa tengik, artifisial,
palsu: kekuatan itu lalu menjadi pameran belaka macho kata orang, tidak matang; atau
genit dibuat-buat, tidak agung.

Tiferet dan Bakhur
Mari kita menghubungkan ketiga arti tif-eret itu dengan bakhur. Arti yang pertama
(semarak, kemuliaan, cahaya, keagungan, kehormatan) selaras dan cocok dengan arti
yang pertama dari bakhur. Bakhur itu memilih vigour, kekuatan, dan keaktifan secara
sadar dengan eksaminasi, tidak murahan dan tidak sembarangan. Bahkan bakhur itu
adalah pilihan itu sendiri pilihan secara sadar akan vigour and activity itu sendiri.
Artinya, bakhur bukan bakhur kalau tidak memilih (kekuatan dan keaktifan). Dengan
pengertian itu, kekuatan itu merupakan keagungan pemuda, atau cahaya pemuda. Dan
dengan konsep bakhur, pemuda itu terus menerus mengkonstruksi dirinya menjadi
pemuda melalui panggilan untuk terus menerus melakukan pilihan sadar di seluruh
bidang kehidupannya dan di sepanjang usianya sampai ia meninggalkan dunia ini tetap
sebagai bakhur.
RSV Revised Standard Version menerjemahkan tif-eret dengan glory.

Sedang arti yang kedua dari bakhur hiasan lebih dekat dengan arti ketiga dari tif-eret,
yaitu bualan, mulut besar, kesombongan, dan mudah menjadi kebablasan ke dalamnya:
Kesombongan orang muda ialah kekuatannya. Kekuatan menjadi pameran atau alasan
untuk menjadi sombong, pamer kekuatan otot atau pamer kekuatan kegenitan. Ini
merusak kepemudaan dan tidak cocok dengan arti bakhur.

Tiga tipe pemuda : sejati, artifisial, pamer
Dari istilah tif-eret, kita dapat membedakan tiga tipe atau jenis pemuda. Pertama, pemuda
sejati, yaitu pemuda yang ekspresi dirinya terpancar dari dalam dirinya yang
sesungguhnya secara asli, esensial, sah, tidak dibuat-buat, sehingga dapat dipercaya dan
dipegang.

Kedua, pemuda artifisial, yaitu pemuda yang ekspresi dirinya palsu dan pamer karena
ditentukan oleh sesuatu dari luar dirinya. Misalnya gaya pria punya selera itu artifisial.
Pemuda yang ditentukan oleh simbol kelaki-lakian yang palsu. Pesan yang salah pada
iklan-iklan seperti itu ialah bahwa merokok merupakan simbol kelaki-lakian. Atau kalau
tidak pakai lipstik tidak pede. Dan sebagainya.

Ketiga, pemuda pembual, yaitu pemuda yang bergantung pada penyombongan sesuatu
dari dirinya sehingga terasa tengik. Termasuk pemuda gereja memamerkan atau
memutlakkan denominasinya sendiri atau merasa teologinya sendiri yang paling
Alkitabiah.

Tipe kedua, artifisial, dan tipe ketiga, pembual, bersesuaian, dan keduanya bertentangan
dengan tipe pertama, sejati. Dalam kenyataannya ketiga tipe itu tercampur. Dalam diri
seseorang bisa terdapat ketiga kecenderungan itu. Kadang-kadang sifat yang satu lebih
kuat dari yang lain. Panggilan menjadi pemuda dalam kaitan ini berarti memilah ketiganya
dan memilih yang sejati serta membuang yang palsu dan pamer. Dan tantangan itu
berlaku sepanjang hidupnya tidak hanya ketika berusia khronologis muda (18 35?).
Seseorang dengan sendirinya mencapai usia pemuda tapi belum tentu pada uia
khronologis pemuda itu ia menjadi pemuda. Begitulah bakhar dan itulah bakhur.

KOKHAM

Kokham yang dalam ayat kita ini diterjemahkan dengan kekuatan mempunyai dua arti.
Pertama, strength, vigour, power, ability. Jadi bersesuaian dengan bakhur dan arti intrinsik
dari tif-eret. Kedua, kokham berarti juga wealth, riches, substances. Arti kedua ini bisa
positif atau netral dan bisa berarti negatif. Kekayaan dalam bentuk harta benda perlu
dikendalikan kecenderungan mamoniknya agar dapat menjadi alat dan bukan yang
memperalat kita. Kepemudaan yang sejati dan sadar adalah penakluk mamonisme dan
menjadikan uang alat pelayanan.


BAKHAR (PL), EKLEGOMAI (PB)
6


Ekuivalen istilah Ibrani bakhar (rjb) dalam bahasa Yunani adalah eklegomai (ckcooi ) =
to select. Atau lebih tepat dikatakan begini: pertama, ketika Perjanjian Lama (PL) dalam
bahasa Ibrani diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani (LXX Septuaginta, yaitu PL versi
Yunani, sebelum ada kitab Perjanjian Baru), kata bakhar diterjemahkan dengan
eklegomai; kedua, ketika peristiwa Maria dan Marta menerima Tuhan Yesus dan murid-
muridNya di rumah mereka dinarasikan menjadi bagian dari Perjanjian Baru (Lukas 10:38-
42), tindakan Maria duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataanNya itu
disebut oleh Tuhan Yesus sebagai memilih eklegomai, bakhar dan dinilaiNya sebagai
satu-satunya yang perlu, yang kekal, dan terbaik.

Dalam perikop ini, cara menjadi bakhur diungkapkan dengan istilah Yunani parakathizo
(tookoui,e ), yang terdiri atas 3 kata : para (too ) = dekat; kata (koto ) = tertanam,
nancap; hesomai (c,ooi ) = duduk tak tergoyahkan. Parakathizo ini kegiatan yang harus
dipilih lagi dan lagi dan lagi karena setiap saat kita disimpangkan dan disedot oleh setiap
hal dalam hidup ini, kekuatan mekanistis, otomatis, yang menelan diri kita. distraksi ke
segala arah ini dinamai perispao (tciotoe ), yang terdiri atas 2 kata: peri = sekeliling;
spao = tertarik dan tersedot, hilang perhatian, atau lebih tepat hilang diri. Jadi parakathizo
itu pilihan sadar sangat intens melawan daya sedot sekeliling yang otomatis kalau tidak
dilawan maka pasti, dengan sendirinya, otomatis, kita akan tersedot dan terhilang ke
segala arah tenggelam dalam sesuatu dan segala sesuatu; lebih tepat lagi dikatakan, kalau
tidak dilawan dengan sekuat-kuatnya dan terus menerus (1/30 ribu detik saja lengah) kita
akan tersedot dan kehilangan diri kita. Drama hidup mati ini diperankan oleh Maria

6
PL adalah Perjanjian Lama, yang ditulis dalam bahasa Ibrani (sebagian kecil dalam bahasa Aram). PB adalah
Perjanjian Baru, yang ditulis dalam bahasa Yunani. Kitab Suci kita, Alkitab, terdiri atas PL dan PB, yang
merupakan terjemahan dari bahasa Ibrani dan Yunani ke dalam bahasa Indonesia.
(parakathizo) dan Marta (perispao) di hadapan Tuhan Yesus, dan disimak oleh murid-
mridNya setiap muridNya terpanggil menyimaknya agar dapat menjalankan parakathizo
melawan perispao hingga dapat terus mendengarkan suaraNya dan menjadi muridNya.
Itulah sebabnya Tuhan Yesus berkata: Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu,
yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi muridKu. (Lukas
14:33). Ketika Kristus memilih murid-muridNya, istilah itu juga eklegomai yang dipakai,
karena syarat untuk dapat menjadi muridNya ialah melepaskan diri dari segala miliknya.
Ketika kita merasa memiliki sesuatu kita dimiliki oleh sesuatu itu, kita dikuasainya, kita
menjadi objek, kehilangan diri. Tapi di hadapan Nama itu kita menemukan diri kita
masing2. Itulah pilihan Maria.

Kualitas semendalam itu atau setinggi itu, atau seluar biasa itu yang disediakan oleh
Yang Maha Tinggi, Maha Mulia, Maha Kuasa, yang telah mengosongkan Diri agar dapat
menjadi Manusia dan menebus manusia yang telah berdosa agar dapat menjadi ciptaan
baru, menjadi garam dunia dan terang dunia, yang dapat mengatasi segala persoalan,
yang dapat membebaskan dunia dari kuasa si jahat! Itulah Injil, tindakan Allah dalam
Kristus yang dianugerahkan kepada kita untuk memuliakan Dia dengan jalan menjadi
berkat bagi dunia.

MENJADI PEMUDA DI SEMUA JENJANG & BIDANG KEHIDUPAN

Kualitas dan substansi kepemudaan itu dibentuk oleh pilihan-pilihan dan cara pemilihan
dilakukan untuk menjadi pemuda dalam seluruh kehidupan kita, sepanjang hidup. Terlahir
dengan segala pembawaan dan given-nya seperti jender, ras, adat, lingkungannya,
talenta (1 atau 2 atau 5 atau berapa saja), semua faktor yang bukan pilihan, seseorang
dihadapkan pada panggilan untuk memilih, baik terhadap semua yang given maupun
terhadap semua kemungkinan baru menyikapi semua yang given dan melakukan
pilihan-pilihan lain. Jatidiri manusia terbentuk oleh elemen yang given dan kedua jenis
pilihan itu: menerima dan mengembangkan yang given serta menjatuhkan pilihan-pilihan
baru. Semua ini diawali oleh panggilan Abraham. Dan panggilan kita adalah memilih
menjadi pemuda, yang pada dasarnya sama dengan panggilan iman yang TUHAN
sampaikan kepada Abraham. Panggilan oleh TUHAN itu sangat memberdayakan Abraham
karena dengan panggilan yang harus ia jawab (baca: ia pilih atau tolak), ia diberi
kemungkinan untuk terbebas dari pemberhalaan atas semua hal yang given atau
primordial; atau dalam kata2 Kristus melepaskan diri dari segala miliknya (Lukas 14:33).
Dan sejalan dengan itu, panggilan menjadi pemuda itu sangat memberdayakan tiap orang
yang mau menjawabnya.

Pilihan menjadi pemuda itu dilaksanakan dalam perjalanan menurut empat garis
kehidupan. Pertama sepanjang garis psikologi perkembangan. Kedua, pada garis gerejawi.
Ketiga, pada garis globalisasi. Keempat, pada garis transisi Indonesia bagi pemuda
Indonesia. Tiap orang dipanggil untuk menjatuhkan pilihan-pilihan pada keempat garis
kehidupan itu. Apa dan bagaimana pilihan-pilihan dijatuhkan akan menentukan kualitas
serta bobot kepemudaannya dan keberadaannya sebagai pemuda.

Pertama, Garis Psikologi Perkembangan : Menjadi Pemuda dalam Ke-4 Jenjang/
Kesibukan atau Kesempatan?

Secara psikologis, pilihan menjadi pemuda itu dijatuhkan sepanjang garis perkembangan
psikologisnya dalam kaitannya dengan empat pilihan krusial studi, karier, seksualitas, dan
pelayanan teruji. Secara garis besar pilihan-pilihan pada garis psikologi perkembangan itu
adalah sebagai berikut.

Pertama, pilihan menjadi pemuda dalam kaitan dengan studi untuk mengembangkan
talenta dan kecerdasan intelektual. Kedua, dalam kaitan dengan karier untuk berproduksi
dan berkecerdasan finansial agar mampu menguasai uang untuk memenuhi kebutuhan
dan mengubah dunia, dan tidak diperbudak oleh uang dan menjadi sumber segala
persoalan (I Timotius 6:10). Ketiga, dalam kaitan dengan seksualitas dengan jalan
berkeluarga atau melajang. Dan keempat, dalam kaitan dengan pelayanan yang teruji
oleh penggunaan waktu dan tenaga untuk bekerja, serta penggunaan waktu, tenaga, dan
uang untuk berkeluarga.

Pertama, mengapa seseorang memilih bidang keahlian atau jurusan tertentu, secara
teologis merupakan upaya pilihan sadar berdasar pemeriksaan dan pembuktian untuk
menjadi pemuda. Hal ini berkaitan dengan pengenalan (pemeriksaan) mengenai talenta
dan keahlian yang dipilihnya. Talenta yang dikembangkan dalam keahlian tertentu itu
akan merupakan bagian dari isi atau substansi kepemudaan seseorang.

Kedua, pilihan karier juga menentukan kualitas kepemudaan seseorang secara signifikan
dan langsung. Karena kondisi ketimpangan kaya-miskin yang semakin parah dan
kesibukan yang semakin menguras tenaga dan waktu, maka pilihan karier secara teologis
haruslah mengikut sertakan pertimbangan karier sebagai peluang (bukan kseibukan),
pematahan kuasa Mamon, penguasaan lahan Mamon, dan kecerdasan finansial
individual / bersama. Karena semua persoalan dunia saat ini sebenarnya sudah dimulai di
level lahan Mamon. Kalau pada level ini kita salah pilih (tidak parakathizodan tidak
menjadi bakhur, tapi menjadi mamonik), maka apapun yang kita lakukan kemudian di
level pelayanan menjadi palsu, menjadi pepesan kosong.

Ketiga, berkeluarga atau melajang merupakan pilihan mendasar menjadi orang, menjadi
pemuda. Berkeluarga bukan hanya merupakan fulfillment potensi individu, tetapi juga
bersama pasangan menjadi tempat biologis, psikologis, spiritual, sosial dalam mana Tuhan
mencipta manusia. Pilihan sebaliknya melajang harus merupakan alternatif yang tidak
kalah pentingnya, dan karena itu jangan karena terpaksa tetapi karena kemauannya
sendiri oleh karena Kerajaan Sorga, kata Tuhan Yesus (Matius 19:12). Keterpaksaan dalam
pilihan pertanggungjawaban atas seksualitas ini akan sangat menentukan kepemudaan
seseorang.

Dan kemudian, keempat, pelayanan merupakan kunci makna hidup, akan menguji apakah
karier dan berkeluarga itu merupakan kesempatan untuk menjadi manusia atau
merupakan penyimpangan, yaitu sekedar merupakan kesibukan yang mendistraksi
energinya dan membuang (ya, benar-benar membuang) waktunya (bandingkan sikap
Marta dan Maria perispao dan parakathizo).
7


Kedua, Garis Gerejawi : Menjadi Generasi Berikut

Secara gerejawi, pilihan menjadi pemuda gereja di era lintas-denominasi saat ini,
dilaksanakan dalam garis denominasinya dan keterbukaan oikoumene-nya sekaligus
sehingga semua pemuda gereja menyatu ini berarti memasuki lubuk hati terdalam dari
Sang Pemuda, Tuhan Yesus Kristus. Ya, ketika semua pemuda gereja menyatu di dalam
dan oleh Tuhan Yesus Kristus, pemuda gereja memasuki tempat paling pemuda dalam

7
Distraksi berasal dari istilah distraction (Inggris); dalam terjemahan dipakai kata sibuk. Marta sibuk sekali
melayani (q oc Mouo tcicototo tci toqv oiokoviov), Lukas 10:40. Istilah Yunani yang
diterjemahkan dengan sibuk adalah tciotoe (perispao) yang berarti tertarik atau terseret ke sekeliling
(distraksi). Hati2, adalah salah memandang pelayanan sebagai kesibukan. Berlawanan dengan sikap Maria
tookoui,e (parakathizo) yang diterjemahkan dengan duduk dekat. Para = dekat; kata = nancap; hesomai
= tak tergoyahkan; jadi parakathizo bukan sekedar duduk dekat, tapi lebih kuat dari itu: duduk dekat
(Yesus), nancap sampai tidak tergoyahkan, melawan tarikan ke sekeliling, sehingga dapat terus
mendengarkan Dia. Perhatikan, dalam keadaan apapun dan sedang mengerjakan apapun tetap parakathizo,
tetap mendengarkan Dia, tetap menjadi bagian yang tak dapat diambil oleh apapun. Bakhar jelas cocok
dengan parakathizo. Perispao itu bukan pilihan tapi dengan sendirinya perhatian orang terseret ke sana ke
mari tidak mendapat yang perlu yang hanya satu itu. Parakathizo adalah pilihan mendasar. Hanya satu yang
perlu: selalu memilih Tuhan Yesus, Sang Bakhur, yaitu kekuatan dan keaktifan, duduk nancap tak
tergoyahkan dan terus mendengarkan perkataan Kristus, dan mendapatkan satu-satunya yang perlu yang
tidak akan diambil, yaitu aku baru. Dan begitu banyak yang dapat menghilangkan diri kita. Kita harus belajar
parakathizo di tengah semua hal lain yang sedang kita lakukan. Itu artinya menjadi bakhur. Bagi pemuda,
studi, karier, keluarga, pelayanan bukan kesibukan, yang menenggelamkan (perispao), tapi kesempatan,
yang mengorangkan kita.
DiriNya. Dari dalam lubuk hati Dia itu pilihan menjadi pemuda itu dilaksanakan dalam
konteks gerejawi. Dewasa ini ada dua pilihan mendasar untuk menjadi bakhur dalam
konteks gerejawi. Pertama, pilihan atas jatidiri gerejawi dan kedua, pilihan menjadi
generasi berikut dan tidak menjadi generasi penerus. Pertama, setiap pemuda gereja
untuk dapat melakukan perubahan yang sungguh-sungguh dan benar terpanggil untuk
menjadi sejati dalam jatidiri asal usulnya yaitu jatidiri denominasionalnya, dengan
membuang semua yang palsu dari denominasinya. Dan dari dalam kesejatian
denominasionalnya itu pemuda membuka diri terhadap semua denominasi lain menjadi
oikoumenis. Mencipta jatidiri denominasional dan oikoumenis sekaligus inilah jalan utama
dan pertama untuk make difference.

Kedua, semua pemuda gereja bersama-sama menjadi generasi berikut, bukan generasi
penerus tidak menerus-neruskan yang salah yaitu perpecahan dan kesendiri-
kesendirian. Juga tidak sekedar menerus-neruskan yang benar, karena yang benar akan
menjadi salah ketika tidak dikembangkan dalam konteks baru. Karena menerus-neruskan
baik yang salah maupun yang benar pada hakikatnya bukanlah tindakan bakhur, bukan
merupakan pilihan yang bertanggungjawab. Pilihan yang benar artinya menjadi pemuda
adalah memilih untuk membuang yang salah dari generasi sebelumnya dan
mengembangkan yang benar dari generasi terdahulu serta mewujudkan yang benar yang
belum terwujud. Pilihan sadar ini membuat pemuda menjadi bakhur yang secara sadar
memikul tanggungjawabnya sebagai generasi berikut menjalankan tugas panggilannya
pada zamannya. Giliran tugasnya membuat sejarah di zamannya. Memikul
tanggungjawabnya antara lain berarti tidak cari-cari alasan dan menyalah-nyalahkan
generasi sebelumnya. Sedang generasi penerus pada dasarnya tidak berpikir dan tidak
memikul tanggungjawab sendiri dan selalu melempar kesalahan pada generasi
sebelumnya. Dengan perkataan lain, generasi penerus itu pecundang (losers), sedang
generasi berikut itu pemenang (winners). Generasi penerus itu bukan pemuda, generasi
berikut itu pemuda.

Menjadi Bakhur
dalam Konteks Sosial Politik Global dan Nasional

Secara sosial politik, pilihan menjadi pemuda itu dilakukan dalam konteks dan kaitan
dengan globalisasi dan transisi Indonesia saat ini di mana dua event besar, misalnya,
perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan pemuda gereja kalau kita mau memenuhi
panggilan sebagai garam dan terang: MDGs 2015 (Millenium Development Goals dari PBB)
dan Jendela Peluang 2030. Proses menjadi pemuda di pelbagai level dan lingkungan itu
terjadi secara berkelindan, tidak secara terpisah-pisah.

Ketiga, Garis Globalisasi
Semua pilihan menjadi pemuda di jenjang kehidupan dan konteks gerejawi itu dilakukan
dalam konteks nyata yaitu globalisasi dan transisi Indonesia: bagaimana dan apa artinya
menjadi pemuda di dalamnya menjadi bagian dari jawab atas persoalan globalisasi dan
transisi Indonesia itu; apa memuliakan Nama yang kita sandang atau
mempermalukanNya? Globalisasi adalah berkat tercampur: di satu pihak, efisiensi nilai-
nilai pasar dan di pihak lain, tindihan pada nilai-nilai non-pasar dan multiple identity
disorder. Menjadi pemuda berdasarkan iman kepada Sang Pemuda Tuhan Yesus Kristus
di tengah globalisasi itu berarti menjadi TKYSMS yang merupakan jawab terhadap
globalisasi.

Keempat, Transisi Indonesia: Politik-Ekonomi dan Nsionalisme
Reformasi Indonesia terjadi karena paksaan dari luar: datangnya krisis moneter yang
berkembang menjadi krisis multidimensional, sampai ke krisis moral dan kepercayaan,
karena fundamentals ekonomi yang rapuh dan sistem politik yang represif membuat
rakyat menjadi objek, menjadi mass society yang tidak boleh beropini dan tidak mampu
beropini, serta oleh KKN. Karena paksaan dari luar itu, kekuatan kritis di dalam tubuh
bangsa Indonesia yang selama itu tertekan dan tertindas, tiba-tiba terbebas dan disodori
peluang tanpa suatu kesiapan yang memadai hal ini segera nampak ketika pak Harto
lengser. Sementara kekuatan represif yang telah berpengalaman dan menyusun kekuatan
selama tiga dekade lebih, walaupun tergeser lebih oleh kekuatan dari luar yaitu
runtuhnya sistem perang dingin yang menjadi penopang utama tegaknya Pak Harto dan
ORBA-nya masih mampu berupaya dan semakin mampu merebut kembali posisinya,
menyetop dan memandulkan reformasi. Apakah Indonesia tidak tereformasi lagi seperti
halnya Uni Soviet dan Yugoslavia? Banyak yang mengklaim masih dapat direformasi,
bahkan ada yang sudah berkata Indonesia sudah menyelesaikan masa reformasi. Sudah
selesai dan melampaui reformasi, pasti tidak benar. Tidak tereformasi lagi, juga mungkin
tidak benar. Remormasi berdasarkan Pancasila dalam konteks empat alinea Pembukaan
UUD 1945 adalah panggilan yang masih harus dituntaskan. Cara kerja akrobatik politik
yang menyedot seluruh energi untuk mempertahankan kedudukan sambil
mempertunjukkan kelihaian berakrobatik, dan tidak menyiskan energi untuk berkinerja
yang sesungguhnya, yang jelas bukan pertunjukan masih harus diatasi menjadi the true
liberating power yang mampu benar2 berkinerja, dengan jalan mengembangkan political
will pemerintah dalam setiap kebijakan publik menjdai kompetensi politik dan kemudian
menjadi kedaulatan politik. Dalam proses reformasi itu pemuda gereja dipanggil untuk
membuktikan kepemudaannya, menjadi bagian dari reformasi.

PEMUDA ADALAH SOLUSI

Kalau pemuda pada hakikatnya merupakan pilihan seperti itu, maka tidak ada hal yang
mustahil bagi pemuda gereja yang beriman kepada Tuhan Yesus Kristus, Sang Pemuda itu.
Pemuda adalah harapan perubahan yang sejati. Soalnya, adakah pemuda sejati seperti itu
dalam kenyataan sekarang ini? Akankah pemuda gereja melakukan pilihan menjadi
bakhur dan mengubah gereja yang tersekat-sekat secara denominasional menjadi
TKYSMS (Tubuh Kristus Yang Sempurna Menjadi Satu), yang bersama dengan semua
kekuatan moral dan demokratis, mengubah dunia dengan menerima dan menyalurkan
seluruh kuasa Sang Pemuda yang lebih dari cukup bagi semua persoalan itu? Akankah
pemuda gereja tekun dan konsisten menjadi bakhur sepanjang sejarahnya, utamanya
pada saat transisi pergantian generasi, akankah pemuda tetap menjadi pemuda atau
akankah pemuda menjadi luntur ketika terbentur pada status quo dan menjadi generasi
penerus belaka, dan melanggengkan business as usual yang sia-sia itu?

Akankah ratusan ribu pemuda gereja di Jabodetabek dan di kota-kota lain di seluruh
Nusantara menjadi pemuda dan menjadi generasi berikut artinya mengejawantahkan
kuasa dan kecanggihan Sang Pemuda itu dalam jatidirinya, keberadaannya, perilakunya,
visinya, organisasinya, kegiatannya, seluruhnya dan menggelar kuasa dan kekuatanNya
sehingga Jabodetabek dan kota-kota lain, benar-benar mengalami kuasaNya dan
terpulihkan karena kemuliaan Tuhan meliputinya?

Akankah kita yang berada di sini saat ini menjawab panggilan atau membarui jawaban kita
terhadap panggilan Tuhan untuk menjadi bakhur, menjadi pemuda, mengikuti jejak Sang
Pemuda, sampai critical mass dari bakhur tercapai sehingga TKYSMS terwujud dan dunia
sekitar dipulihkan?

Dalam sorotan kepemudaan seperti itu, di tengah dunia yang semakin penuh dengan
persoalan yang semakin banyak jumlahnya, semakin rumit kualitasnya, semakain besar
ukurannya,, pertanyaannya bukan, Bagaimana pemuda mencari solusi? Tapi bagaimana
menjadi pemuda? Karena dalam ungkapan bagaimana pemuda mencari solusi itu
terkandung konsep pemuda yang masih kurang mendalam, masih belum teologis. Secara
teologis, secara iman, secara hakiki, kepemudaan adalah solusi itu sendiri. Menjadi
pemuda berarti menjadi solusi, atau bagian dari solusi, atau awal dari solusi. Di tengah
persoalan, kita ditantang untuk menjadi pemuda, menjadi solusi bagi persoalan itu tidak
sekedar memberi solusi, tetapi memberi diri, seperti Sang Pemuda memberi DiriNya,
sebagai solusi. Bersama Dia sebagai Kepala, kita, sebagai bakhurim yang sempurna
menjadi satu bisa menjadi solusi bagi dunia dan seluruh ciptaan.

PENUTUP

Demikianlah teologi pemuda, tinjauan terdalam yang tempatnya bukan di samping
tinjauan-tinjauan lain psikologis, sosiologis, politik, dan lain-lain melainkan menjadi
dasar, perangkai, dan perspektif bagi setiap dan semua tinjauan lain, telah kita telusuri
selengkap mungkin. Ini awal berpikir serius tentang pemuda dan awal meninjau ulang dan
menilai kembali semua perlakuan kita terhadap kepemudaan kita selama ini. Dan bagi
setiap diri kita, bisa menjadi awal baru menjadi pemuda kembali, menjadi bakhur, di
seluruh bidang, jenjang, dan konteks kehidupan kita, dan menjadi gereja, tubuhNya.

Jakarta, April 2007 / 2010
Pendeta Natan Setiabudi, Ph.D


























PENDALAMAN DAN LATIHAN

A. Pendalaman & Latihan dalam Kelompok
Dibentuk kelompok-kelompok. Ketua kelompok dan pencatat dipilih. Tiap anggota
kelompok diberi waktu untuk berpikir tentang tiap pertanyaan dan mencatat hasilnya; lalu
seluruh anggota kelompok berbagi hasil pemikirannya. Pencatat menulis di kertas lebar
untuk dibagikan di pleno.

1. Sebut 4 hal atau kejadian yang menggambarkan bahwa seorang pemuda (menurut
usia) sedang menyangkali kepemudaannya dan tidak menjadi pemuda (bakhur).
2. Sebut 4 hal atau kejadian yang menggambarkan bahwa seorang pemuda (menurut
usia) sedang memilih menjadi pemuda (bakhur).
3. Sebut 4 hal atau kejadian yang menggambarkan bahwa seseorang yang menurut
usianya bukan pemuda (di atas 35), namun sedang menjadi pemuda (bakhur) karena
pilihan yang diambilnya dan konsekuensi yang dipikulnya.
4. Beri contoh ketiga jenis pemuda menurut konsep tif-eret dan diskusikan.
5. Sebutkan hal apa saja yang Anda anggap penting dalam kaitan konsep bakhur dan
diskusikan.

B. Pendalaman & Latihan dalam Pleno
1. Laporan tiap kelompok.
2. Komentar dari floor.
3. Kesimpulan temuan.

C. Latihan (Menjadi) Bakhur

Anda mungkin juga menyukai