Anda di halaman 1dari 3

TATANAN KELEMBAGAAN

A. Ditingkat pusat terdapat empat kelompok kelembagaan: 1. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), dan Majelis

Permusyawaratan Rakyat (MPR) merupakan kelompok lembaga yang mencerminkan perwakilan rakyat legislatif; 2. Presiden dan Wakil Presiden yang mewakili kekuasaan pemerintahan negara eksekutif; 3. Mahkamah Konstitusi (MK), Mahkamah Agung (MA), dan Komisi Yudisial (KY) yang mewakili kekuasaan kehakiman yudikatif; Ketiga kelompok diatas merupakan konsep trias politica dalam ketatanegaraan yaitu legislatif, eksekutif dan yudikatif. 4. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) tidak merupakan bagian dari ketiga kekuatan atau kekuasaan tersebut di atas. Lembaga semacam BPK dikenal dalam sistem ketatanegaraan negara-negara demokrasi yang secara umum lembaga ini disebut Supreme Audit Institutions (SAI). Keberadaan BPK diatur dalam UUD 1945 Bab VIII A pasal 23E. B. Lembaga/Institusi/Organisasi yang berkaitan dengan sektor keuangan negara dan pemberantasan tindak pidana korupsi: Lembaga Negara Pusat dan Daerah: DPR, DPD, BPK, DPRD, Pemerintah Pusat/Daerah (Kepolisian, Kejaksaan, Pengawas Intern), MA (Pengadilan Tinggi, Pengadilan Negeri), KY. Lembaga Kuasi Negara: Komisi Kepolisian, Komisi Kejaksaan, KPK, Komisi Ombudsman. Organisasi Lainnya: PPATK, Interpol, LSM, dll. C. Beberapa contoh permasalahan yang berdampak dalam tatanan kelembagaan dan efektivitasnya menurut Eep Saefulloh Fatah, antara lain: 1. Akomodasi berlebih, yaitu mengakomodasi semua (23) partai peserta resmi koalisi penyokongnya dalam kabinet dan/atau pos-pos pemerintahan lainnya; 2. Lemahnya Kepemimpinan, yang ditunjukkan antara lain pada: Pertama, menjalankan politik balas budi secara berlebihan. Kedua, tidak bersikap tegas terhadap kasus-kasus konflik

kepentingan dalam pemerintahannya. Ketiga, mengelola pemerintahan yang terlampau hatihati, lamban, dan konservatif. 3. Kegagalan Rekrutmen Pejabat Publik. D. Lembaga Pemberantasan Korupsi KPK berdiri pada 29 Desember 2003 sebagai tindak lanjut atas kelemahan aparat penegak hukum di bidang penyelidikan dan penyidikan (kepolisian dan kejaksaan) dalam menghadapi tuntutan konvensi pemberantasan korupsi PBB. Setelah KPK berdiri kemudian lahir Tim Pemburu Koruptor pada 17 Desember 2004 dan Timtas Tipikor pada tahun 2005. Baik Tim Pemburu Koruptor maupun Timtas Tipikor ini dinilai tidak jelas kinerjanya dari segi efisiensi dan efektivitas. Bahkan Timtas Tipikor pada akhirnya resmi dibubarkan pada 11 Juni 2007. Tugas dan Wewenang KPK KPK dibentuk dengan tujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upaya pemberantasan tipikor. KPK adalah lembaga negara yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya bersifat independen, dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapun. KPK bertanggung jawab kepada publik dan menyampaikan laporannya kepada Presiden, DPR, dan BPK. Tugas-tugas KPK: 1. Koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tipikor; 2. Supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tipikor; 3. Penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tipikor; 4. Pencegahan tipikor; 5. Pemantauan (monitoring) penyelenggaraan pemerintahan negara. 6. Interaksi Antarlembaga dalam Memberantas Korupsi E. Terdapat beberapa isu seputar interaksi antarlembaga dalam memberantas korupsi, terutama terkait dengan KPK dalam pelaksanaan tugasnya, antara lain: Beberapa anggota DPR yang bernafsu menghentikan semua upaya penegakan hukum oleh KPK yang bahkan nampak semakin sistematis sejak terkuaknya dugaan keterlibatan Antasari Azhar dalam pembunuhan Direktur PT Putra Rajawali Banjaran;

Adanya rencana pelaksanaan audit oleh BPKP terhadap KPK dalam masa Pilpres 2009. Hal ini kemudian menjadi polemik di media massa, dan mengundang tanggapan dari berbagai pihak agar BPKP membatalkan audit KPK.

F. Anti-Corruption Agencies Lembaga semacam KPK yang secara generik dikenal sebagai Anti-Corruption Agencies (ACA), tidak hanya ada di Indonesia. Sejak 1990, lebih dari 30 negara di dunia mempunyai ACA, dan Indonesia termasuk negara yang belakangan mempunyai ACA. Ada dua model ACA, yaitu: Pertama, multi-agency model yang memanfaatkan lembaga-lembaga penegak hukum yang sudah ada (seperti kepolisian, kejaksaan, pengawas pasar modal, pengawas perbankan, lembaga ombudsman, dll). Indonesia adalah contoh negara yang menerapkan model ini, beserta kebanyakan negara Eropa Barat dan Amerika Serikat. Kedua, Single-agency model yang menerapkan hanya ada satu ACA yang kuat dan tersentralisasi. Negara yang menggunakan model ini antara lain Hongkong dan Singapura. Hongkong dan Singapura kemudian menjadi contoh suksesnya ACA dalam banyak tulisan dan seminar internasional. G. Pengadilan Tipikor Pada tanggal 29 Oktober 2009, Undang-Undang Nomor 46 Tahun 2009 tentang Pengadilan Tipikor diundangkan. Pengadilan Tipikor merupakan pengadilan khusus yang berada di dalam lingkungan peradilan umum. Dari pantauan Indonesi Corruption Watch (ICW) selam lima tahun terakhir, komitmen pengadilan umum justru dipertanyakan. Banyak terdakwa korupsi yang diadili pengadilan umum, yang semuanya terdiri atas hakim karier, justru dibebaskan, ini berbeda dengan pengadilan tipikor, yang memadukan hakim karier dan hakim ad-hoc, yang selama ini tidak pernah membebaskan terdakwa korupsi dari hukuman.

Anda mungkin juga menyukai