Bahan baku keramik maju (advance ceramic / engineering ceramic) biasanya berupa
serbuk yang telah mengalami proses sedemikian rupa sehingga mudah untuk diproses
lanjut (ditekan, disintering dan dipoles) Tentunya untuk mendapatkan kualitas keramik
yang tinggi memerlukan pemrosesan tertentu tidak hanya bahan baku yang handal.
Mineralogi Keramik
Keramik secara tradisional berdasar pada mineral oksida, atau mineral-mineral lain
dimana dapat berubah menjadi oksida-oksida luluh, seperti hidroksida, karbonat, sulfida,
halida, phospatat dll. Mineral-mineral ini merupakan gabungan dari sebagian besar unsur
yang ada dipermukaan bumi ini. Bagaimanapun juga, berkenaan dengan keunggulan
oksigen dalam kerak bumi, hampir setengah unsur yang telah dikenali terjadi secara
normal sebagai oksida, biasanya oksida kompleks seperti silikat. Struktur silikat meliputi
sejumlah besar unsur-unsur dalam tabel periodik. Jadi, kita dapat secara nyata
mengatakan bahwa “ separo dari dunia ini adalah keramik…”
Deret unsur-unsur relatif besar dimana sering terdapat dalam keramik meliputi: O, Al, Si,
Ca, Mg, Ti, Na, K. Hal ini menarik untuk dicatat, bahwa beberapa keramik penting
menunjukkan konsentrasi yang agak tinggi pada air laut. Sungguh, sebagian besar MgO
dengan kemurnian tinggi (suatu bahan tahan api yang penting) sekarang ini disediakan
dari air laut. Bagaimanapun juga, sebagian besar mineral penting dalam keramik berasal
dari transformasi batu beku dari perapian (igneous rock), seperti halnya granit atau basal
dimana kristal terbentuk dari magma (siapa tahu lumpur lapindo merupakan bahan baku
keramik maju yang tersedia…). Batu-batu ini adalah silikat kompleks, dimana komposisi
dapat menggambarkan kandungan dari oksida biner sederhana seperti silika, alumina,
alkali dll.
Silika, oksida yang relatif besar di Bumi (62% berat dari kerak kontinental Bumi) adalah
dasar dari klasifikasi ini. Batu dengan proporsi SiO2 yang tinggi (dan biasanya
mengandung alumina yang tingi – dimana merupakan komponen kedua terbesar di kerak
Bumi, mengandung 16% berat) dikenal dengan nama asidik (acidic), dan dengan silika
rendah (dan biasanya mengandung magnesia yang tinggi {[3,1% dari kerak bumi]
dan/atau kalsia [5,7% dari kerak bumi]): didefinisikan sebagai dasar. Alumina agak tidak
umum dalam batuan dasar, dan sebaliknya: magnesia adalah tidak umum dalam batuan
asidik. Hal ini sangat menguntungkan untuk produksi bahan tahan api khususnya:
kontaminasi silang dari batuan dasar dan asidik akan menyebabkan kehilangan ketahanan
api yang signifikan, yaitu secara signifikan menurunkan titik lebur yang
mengkontaminasi bahan. Kristalisasi dari batuan beku dari perapian menjadikan formasi
dari silikat dan mineral-mineral lain penting dalam pemrosesan keramik. Istimewanya,
hal ini dipercaya dimana kerusakan dari beberapa silikat, diikuti dengan sedimentasi,
membentuk formasi mineral tanah liat.
Bahan baku dasar untuk keramik tradisional termasuk lempung, silika SiO2, dan
Fledspars (K, Na) AlSi3O8, dan beberapa industri kimiawi lain. Tidak ada mineral-
mineral yang digunakan dalam pemrosesan tradisional keramik dapat diperlakukan
sebagai “komposisi tetap”. Yaitu, mereka tidak mempunyai komposisi yang diberikan
oleh formula kimia. Sebagai contoh, kandungan silika pada lepung Kaolin secara umum
bervariasi pada 45% berat sampai 50% berat, dan alumina 35 % berat sampai 40% berat.
Keseimbangan dipengaruhi oleh komponen yang mudah menguap (air dan organiks), dari
10% berat sampai 15% berat. Jumlah ini dapat dibandingkan dengan formula kimiawi
ideal dari mineral-mineral silikat terpilih berikut:
Mineral Formula Kimia Ideal
Kaolinit Al2(Si2O5)(OH)4
Halosit Al2(Si2O5)(OH)4 2H2O
Piropillit Al2(Si2O5)2(OH)2
Monmorilonit (Al1,67 Na0,33 Mg0,33)(Si2O5)2(OH)2
Mika Al2K(Si1.5Al0,5)2 (OH)2
Ilit Al2-xMgxK-1-x-y(Si1,5-yAl0.5+YO5)2(OH)2
Pemrosesan Mineral
Teknik modern dan keramik unggul membutuhkan serbuk kemurnian tinggi dimana akan
sangat menguntungkan dan mempunyai karakteristik tertentu (keuntungan dijabarkan
dalam seluruh proses penggilingan (milling) dan klasifikasi prosedur serbuk keramik).
Salah satu kemungkinan klasifikasi dari bahan baku keramik berhubungan dengan teknik
pemrosesan maju/unggul yaitu:
Mineral mentah (crude minerals): tanah liat (gerabah, ubin, bola, bentonit), serpihan,
bauksit mentah, kianit mentah.
Mineral Industri: bola lempung dimurnikan, kaolin, bentonit dimurnikan, piropilit, talek,
feldspar, nepelin syenit, wolastonit, spodumen, pasir kaca, batu api tembikar (potter’s
flint), kianit, bauksit, sirkon, rutil, bijih krom, kaolin kalsinasi, dolomit, dan banyak lagi
yang lain
Industri Kimia: alumina kalsinasi (dari proses Bayer), magnesia kalsinasi (dari air laut),
alumina fusi, magnesia fusi, silikon karbida (proses Acheson), abu soda, barium karbonat,
titania, titaniat kalsinasi, oksida besi, ferit kalsinasi, sirkonia kalsinasi stabil, pigmen
sirkonia, pigmen sirkon kalsinasi.
Operasi peremukan dan penggerindaan awal pada deposit mineral ditujukan
membebaskan komponen yang tidak dikehendaki (ketidak-murnian, organik) dengan
menempatkan dan/atau pemisahan magnetik, dan pengumpulan partikel-halus mineral
murni (misal lempung) dengan pengambangan (floating). Secara alami, lempung hasil
proses mempunyai variasi yang lebar dalam komposisi dan ukuran partikel, tergantung
pada lokasi dan pemrosesan mineral. Sebagai contoh, salah satu pencemar yang paling
tidak dikehendaki dalam kaolin adalah oksida besi, dimana akan secara efektif
menghitamkan barang yang putih. Kaolin Georgia kualitas tinggi dikenal akan
kemurniannya (rendah besi) dan sifat perapian putih bagus. Bola lempung pada umumnya
lebih banyak mengandung bahan organik (menunjukkan “hilangnya” permulaan dalam
diagram komposisional) dan lebih plastik.
Hal ini merupakan penyelesaian yang umum dengan cara merubah hidroksida menjadi
gel didapatkan dengan perlakuan dari garam dengan amoniak. Perlakuan tersebut belum
menjamin homogenitas jika kecepatan pembentukan gel (gelation) tidak sama untuk
berbagai komponen dari suatu sistem. Proses pengendapan yang sering dilakukan dicapai
melalui proses hidrolisis dari alkosida. Kerugian dari proses keramik menggunakan
cairan awal meliputi: penyusutan yang besar (oleh rute sol-gel), bahan baku mahal, dan
bahan baku tidak stabil (misal, reaktifitas alkosida terhadap air).
Silikon Nitrida dengan Nitridisasi Silikon/Silika
Nitridisasi serbuk logam silikon (atau reduksi karbotermal silika dalam lingkungan
nitrogen) relatif rute yang murah untuk memproduksi silikon nitrat. Serbuk ini,
bagaimanapun juga, dapat berisi suatu jumlah besar ketidak-murnian, biasanya oksigen
kedalam bentuk silika yang mencakup butir-butir dari silikon nitrat. Reaksi sederhananya
sbb:
Berdasarkan reaksi diatas, amoniak dapat didaur-ulang dalam proses ini. Kalsinasi silikon
di-imid menyebabkan sebagian silikon nitrat berkristal.
ellyawan.dosen.akprind.ac.id/?p=19 –
www.scribd.com/doc/4738536/fixmaju