Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO A BLOK 16

Disusun oleh : Kelompok B6 Anggota 1. Chynta Rahma Vanvie 2. Renal Yusuf 3. Citra Maharani 4. M Arisma D Putra 5. Nyimas Irina Silvani 6. Al- Hafizh Utama 7. Muhammad Reyhan 8. Keyshia Nur Yazid 9. Faris Naufal afif 10. Gnanambhikaiy Ganaphati 11. Rully Maya Enda 12. Robby Juniandha Tutor dr. Yuniza PENDIDIKAN DOKTER UMUM FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2013 KATA PENGANTAR (04111401014) 904111401015) (04111401017) (04111401039) (04111401057) (04111401058) (04111401068) (04111401070) (04111401077) (04111401098) (04091401067) (04111401034) :

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas ridho dan karunia-Nya laporan tutorial Skenario A Blok 16 ini dapat diselesaikan dengan baik.

Laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas tutorial yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. Kami menyadari bahwa laporan ini masih memiliki banyak kekurangan dan kelemahan, untuk itu sumbangan pemikiran dan masukan dari semua pihak sangat kami harapkan agar di lain kesempatan laporan tutorial ini akan menjadi lebih baik. Terima kasih kami ucapkan kepada dr. Maznah selaku tutor kelompok yang telah membimbing kami semua dalam pelaksanaan tutorial kali ini. Selain itu, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu tersusunnya laporan tutorial ini. Semoga laporan tutorial ini bermanfaat bagi semua pihak.

DAFTAR ISI Kata Pengantar . Daftar Isi .. BAB I : Pendahuluan 1.1 1.2 BAB II Latar Belakang.. Maksud dan Tujuan... Data Tutorial... Skenario Kasus ...... Paparan I. II. III. IV. V. Klarifikasi Istilah. .................... Identifikasi Masalah................ Analisis Masalah ......................................... Learning Issues ................... Kerangka Konsep.......................

: Pembahasan 2.1 2.2 2.3

BAB III : Penutup 3.1 Kesimpulan .............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. LatarBelakang Pada kesempatan ini, dilakukan tutorial studi kasus sebagai bahan pembelajaran untuk menghadapi tutorial yang sebenarnya pada waktu yang akan datang. Penulis memaparkan kasus yang diberikan mengenai Tuberculosis.

B. Maksud dan Tujuan Adapun maksud dan tujuan dari materi praktikum tutorial ini, yaitu : 1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang. 2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis dan pembelajaran diskusi kelompok. 3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial dan memahami konsep dari scenario ini.

BAB II PEMBAHASAN

A. Data Tutorial Tutor Moderator : dr. Yuniza : Faris Naufal Afif

Sekretaris Papan : Keyshia Nur Yazid Sekretaris Meja : Chynta Rahma Vanvie Hari, Tanggal Peraturan : Senin, 1 April 2013 : 1. Alat komunikasi di nonaktifkan. 2. Semua anggota tutorial harus mengeluarkan pendapat (aktif). 3. Dilarang makan dan minum.

B. Skenario kasus Mr. X, a 30 year old truck driver, was admitted to hospital with massive hemoptoe. He complained that 6 hours ago he had a severe bout of coughing with fresh blood of about 3 glasses. He also said that in the previous month he had had productive cough with a lot of phlegm, mild fever, lost of appetite, rapid loss of body weight, and shortness of breath. Since week ago, he felt his symptoms were worsening. Physical examination : General appearance : severely sick and pale. Height : 170 cm, weight : 50 kg, BP : 10070 mmHg, HR : 100 x/minute, RR : 36 x/minute, temperature : 37.8C. There was a tattooon the left arm and enlargement of the right neck lymph node and stomatitis. In chest auscultation, there was an increase of vesicular sound on the right upper lung with moderate rales. Laboratory results : Hb : 8g%, WBC : 7000/l, ESR : 70 mm/hour, diff count : -/3/2/75/15/5, acid fast bacilli : (-), HIV test (+), CD4 : 140 l. Radiology :\ Chest radiograph showed infiltrate at right upper lung.

C. Paparan I. Klarifikasi istilah Massive Hemoptoe Productive Cough bronkus Phlegm : mucus kental yang di eksresikan dari saluran pernafasan : meludah darah atau sputum bercampur darah yang hebat\ : batuk yang disertai dengan ekspektorasi bahan dari

dalam jumlah yang abnormal Mild fever Lost of Appetite Pale Shortness of breath Stomatitis : demam ringan : tidakada / hilangnya selera makan : Pucat : pernapasan yang sukar atau sesak : radang generalisata mukosa mulut

Increase of vesicular sound : bunyi alveoli paru yang didengar dari stetoskop Rales : crackle, bising terputus-putus yang terdiri atas

serangkaian bising pendek, terdengar saat inspirasi Infiltrate Acid fast bacilli tuberculosis CD4 : : menembus sela-sela jaringan atau bahan. : pemeriksaan untuk melihat adanya Mycobacterium

II.

Identifikasi Masalah KENYATAAN KESESUAIAN KONSEN VVV

Mr. X, a 30 year old truck driver, was admitted TSH to hospital with massive hemoptoe.

He complained that 6 hours ago he had a severe TSH bout of coughing with fresh blood of about 3 glasses.

VV

He also said that in the previous month he had TSH

had productive cough with a lot of phlegm, mild fever, lost of appetite, rapid loss of body weight, and shortness of breath. Since week ago, he felt his symptoms were worsening.

Physical examination : General appearance : severely sick and pale. Height : 170 cm, weight : 50 kg, BP : 10070 mmHg, HR : 100 x/minute, RR : 36 x/minute, temperature : 37.8C. There was a tattooon the left arm and enlargement of the right neck lymph node and stomatitis. In chest

TSH

VV

auscultation, there was an increase of vesicular sound on the right upper lung with moderate rales.

Laboratory results : Hb : 8g%, WBC : 7000/l, ESR : 70 mm/hour, diff count : -/3/2/75/15/5, acid fast bacilli : (-), HIV test (+), CD4 : 140 l.

TSH

VV

Radiology : Chest radiograph showed infiltrate at right TSH upper lung. VV

III.

Analisis Masalah

1. Mr. X, a 30 year old truck driver, was admitted to hospital with massive hemoptoe.He complained that 6 hours ago he had a severe bout of coughing with fresh blood of about 3 glasses. a. Sebutkan etiologi dari hemoptysis! (crv, renal)

b. Jelaskan hubungan antara usia, jenis kelamin, status ekonomi, dan pekerjaan dengan keluhan utama! (putra, irin, hafiz) Sekitar 75% pasien TB adalah kelompok usia yang paling produktif secara ekonomis (15-50 tahun) Jenis kelamin Sebenarnya, tidak terdapat korelasi secara langsung antara penyakit pada kasus ini dengan jenis kelamin tertentu, seperti pada kasus ini, yaitu pria. Namun, beberapa data statistik menunjukkan penderita pria lebih banyak jumlahnya daripada penderita wanita. Hal ini mungkin disebabkan karena kebanyakan pria lebih dekat dengan faktor-faktor risiko tertentu. Tbc lebih tinggi terjadi pada orang yang bekerja di daerah yang tinggi prevalensi Tb nya, faktor risiko yang lain adalah konversi tes tuberculin dalam 1-2 tahun terakhir, malnutrisi, keadaan imunokompromais ( misal infeksi HIV, keganasan, tranplantasi organ, pengobatan iminosupresi ), diabetes mellitus, gagal ginjal kronik dan silicosis. Pada infeksi HIV, terjadi kerusakan imun sehingga kuman TB yang dorman mengalami aktivasi. Pandemi infeksi HIV dan AIDS menyebabkan peningkatan pelaporan TB secara bermakna dibeberapa Negara. Status sosio ekonomi yang rendah, penghasilan yang kurang, kepadatan hunian, pengangguran, pendidikan yang rendah dan kurangnya dana untuk pelayanan masyarakat juga mempengaruhi timbulnya penyakit TB di negar berkembang. Di Negara maju, migrasi penduduk termasuk faktor risiko.

c. Jelaskan mekanisme batuk berdarah! (reyhan, keyshia, faris) d. Jelaskan anatomi, histologi, dan fisiologi saluran pernapasan! (ambi, k ully, robby) e. Jelaskan interpretasi dari batuk darah hebat mencapai 3 gelas sejak 6 jam yang lalu! (crv, renal, citra)

2. He also said that in the previous month he had had productive cough with a lot of phlegm, mild fever, lost of appetite, rapid loss of body weight, and shortness of breath. Since week ago, he felt his symptoms were worsening. a. Jelaskan etiologi dan mekanisme dari batuk yang produktif di sertai banyak dahak! (irin, hafiz, putra) Batuk berdahak ditandai dengan pengeluaran dahak (sputum) serupa lendir dari tenggorokan pada saat terjadinya batuk. Dahak diproduksi sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda asing yang masuk ke dalam tubuh.

Inhalasi droplet asing

Reaksi imun non spesifik

Sekresi mukus

Hipersekresi mukus

Terdapat infeksi membran mukosa karena basil tuberkel

Proses pembersihan normal tidak efektif lagi

Mukus tertimbun Membran mukosa terangsang Mukus dibatukkan keluar

Batuk produktif Sputum

b. Jelaskan etiologi dan mekanisme dari demam ringan! (reyhan, keyshia, faris) c. Jelaskan etiologi dan mekanisme dari penurunan nafsu makan! (ambi, k ully, robby) d. Jelaskan etiologi dan mekanisme dari penurunan berat badan secara drastis! (crv, renal, citra) e. Jelaskan etiologi dan mekanisme dari sesak napas! (putra, irin, hafiz) a. Dyspnea metabolik terjadi pada asidosis metabolik, diabetes ketoasidosis, anemia, gagal ginjal, asidosis laktat. b. Eksersional: aktivitas fisik. c. Pulmoner: penyakit paru, penyakit pada otot atau tulang yang menyebabkan toraks, kelainan neurologis. d. Orthopnea: gagal jantung.

e. Nocturnal: bronchospasme yang terjadi pada pagi hari. M. Tuberculosa menginfeksi paru tuberkel ulserasi pada bronkus respon peradangan infiltrasi pada paru mengganggu pertukaran oksigen dan karbondioksida sesak nafas Peningkatan nafas jg dapat terjadi sebagai upaya kompensasi akibat anemia. Pada kasus kita ketahui bahwa pasien mengalami anemia. Akibat rendahnya jumlah hb, maka tubuh akan melakukan kompensasi berupa peningkatan kecepatan nafas supaya jumlah oksigen yang diikat oleh hb yang rendah tersebut menjadi meningkat.

f. Jelaskan keterkaitan antara keluhan utama dan keluhan-keluhan tambahan yang memburuk sejak 1 minggu yang lalu! Gejala yang dialami terasa semakin memburuk dikarenakan progresifitas dari penyakit itu sendiri. Ketika Mycobacterium tuberculosis telah berhasil melakukan invasi lebih lanjut, maka gejala akan dirasakan semakin hebat. Semakin banyak terdapat infiltrate, masa, atau cairan pada paru yang berkembang seiring berjalanya penyakit akan membuat penderita semakin merasa sesak nafas. Begitu juga dengan keluhan lain yang terjadi. (reyhan, keyshia, faris, putra)

3. Physical examination : General appearance : severely sick and pale. Height : 170 cm, weight : 50 kg, BP : 10070 mmHg, HR : 100 x/minute, RR : 36 x/minute, temperature : 37.8C. There was a tattooon the left arm and enlargement of the right neck lymph node and stomatitis. In chest auscultation, there was an increase of vesicular sound on the right upper lung with moderate rales. a. Jelaskan interpretasi dari hasil pemeriksaan fisik! (ambi, k ully, robby) b. Jelaskan mekanisme abnormal dari hasil pemeriksaan fisik! (crv, renal, citra) c. Bagaimana hubungan antara adanya tato di tubuh pasien dengan keluhan yang dialami? (putra, irin,) HIV (Human Immunodefficiency Virus) adalah virus

penyebab AIDS, sedangkan AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah sindrom menurunnya sistem kekebalan tubuh manusia yang disebabkan oleh HIV. Orang yang mengidap AIDS sangat mudah tertular oleh berbagai macam penyakit karena sistem kekebalan tubuhnya telah menurun. HIV dapat ditularkan melalui : - hubungan seksual dengan orang yang telah terinfeksi HIV - penggunaan jarum suntik/tindik/tato yang tidak steril dan dipakai secara bergantian - mendapatkan transfusi darah yang telah mengandung virus HIV - ibu penderita HIV positif kepada bayinya ketika dalam kandungan, saat melahirkan atau pada saat menyusui melalui air susu ibu (ASI). d. Jelaskan etiologi dan mekanisme dari pembesaran limfonodus pada leher sebelah kanan! (reyhan, keyshia, faris) e. Jelaskan etiologi dan mekanisme dari stomatitis! (ambi, k ully, robby)

4. Laboratory results : Hb : 8g%, WBC : 7000/l, ESR : 70 mm/hour, diff count : -/3/2/75/15/5, acid fast bacilli : (-), HIV test (+), CD4 : 140 l. a. Jelaskan intepretasi dari hasil pemeriksaan labratorium! (crv, citra) b. Jelaskan mekanisme abnormal dari hasil pemeriksaan laboratorium! (putra, irin, hafiz) - Hb ; 8, menunjukkan adanya anemia. Hal ini dapat terjadi akibat penurunan nafsu makan sehingga rendahnya asupan nutrisi dalam hal ini protein yang dib utuhkan untuk membuat globin. Adanya muntah darah massif juga dapat mengkibatkan terjadinya anemia. Adanya tb ekstra paru ke sumsum tulang dapat juga mengakibatkan anemia karena penekanan pada produksi RBC. - Peningkatan LED terjadi akibat adanya infeksi - Peningkatan neutrofil disebabkan karena mekanisme perlawanan terhadap masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh

- HIV + dan CD4 140 adalah bukti bahwa pada penderita telah mengalami HIV. Penurunan kadar CD4 terjadi akibat virus HIv yang menyerang CD4 dan men jadikanya sebagai inang. Ketika replikasi telah berhasil, maka CD4 akan dilisiskan. Inilah mengapa CD4 menjadi menurun.

c. Apa pemeriksaan gold standard yang diperlukan pada kasus ini! (reyhan, keyshia) d. Jelaskan cara pemeriksaan mikrobiologi basil tahan asam! (ambi, k ully, robby) e. Sebutkan criteria penegakan diagnosis tuberculosis! (crv, renal, citra) f. Jelaskan cara pemeriksaan HIV test! (irin, hafiz) Diagnosis infeksi HIV biasanya dilakukan secara tidak langsung, yaitu dengan menunjukkan adanya antibodi spesifik. Berbeda dengan virus lain, antibodi tersebut tidak mempunyai efek perlindungan. Pemeriksaan secara langsung juga dapat dilakukan, yaitu antara lain dengan melakukan biakan virus, antigen virus (p24), asam nukleat virus. Pemeriksaan adanya antibodi spesifik dapat dilakukan dengan Rapid Test, Enzime Linked Sorbent Assay (ELISA) dan Western Blot. Sesuai dengan pedoman nasional, diagnosis HIV dapat ditegakkan dengan 3 jenis pemeriksaan Rapid Test yang berbeda atau 2 jenis pemeriksaan Rapid Test yang berbeda dan 1 pemeriksaan ELISA. Setelah mendapat infeksi HIV, biasanya antibodi baru terdeteksi setelah 3 12 minggu, dan masa sebelum terdeteksinya antibodi tersebut dikenal sebagai periode jendela. Tes penyaring (antibodi) yang digunakan saat ini dapat mengenal infeksi HIV 6 minggu setelah infeksi primer pada sekitar 80% kasus, dan setelah 12 minggu pada hampir 100% kasus. Sehingga untuk mendiagnosis HIV pada periode jendela dapat dilakukan dengan pemeriksaan antigen p24 maupun Polymerase Chain Reaction (PCR).

g. Jelaskan hubungan antara hasil test HIV (+) dengan keluhan yang diderita sekarang! (reyhan, keyshia, faris) h. Jelaskan makna klinis dari hasil pemeriksaan BTA (-)! (ambi, k ully, robby) i. Jelaskan pathogenesis dari HIV (+) ! (crv, renal, citra)

5. Radiology : Chest radiograph showed infiltrate at right upper lung. a. Jelaskan interpretasi dari hasil pemeriksaan radiologi! (putra, irin, hafiz) Infiltrat pada paru menunjukkan adanya akumulasi suatu substansi yang seharusnya tidak berada di paru dan substansi tersebut berada dalam jumlah yang berlebihan. Infiltrat terjadi akibat akumulasi cairan di paru dan juga bentukan radang granulomatus dan tuberkel yang terjadi akibat mekanisme tubuh dalam hal ini makrofag untuk membatasi invasi m. Tbc Mengapa infiltrate terdapat pada bagian paru kanan atas? (reyhan, keyshia, faris) b. Berikan gambaran hasil pemeriksaan radiologi yang menunjukkan infiltrate pada paru kanan atas! (ambi, k ully, robby)

6. Apa saja pemeriksaan tambahan yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis kasus ini? (crv, renal, citra) 7. Apa differential diagnosis untuk kasus ini? (putra, irin, hafiz)

Indikator

Kasus

Tb paru

Pneumonia (typical)

Bronkietaksi Karsinoma s + Tinggi, berulang bronkogenik + Ringan

Hemoptisis Demam

+ Ringan

+ Ringan

+ Tinggi

(subfebris) (subfebris ) Sesak napas BB anoreksia Productive cough Pembesaran kelenjar limfe + + + + + + + , + + + + +

+ +

+ +

WBC Gambaran Radiologi

Infiltrate

infiltrat

+ Konsolidasi biasanya basis paru

+ Kista-kista

Nodul soliter

pada lobus biasanya kanan atas pada paru apeks paru

pada kecil seperti sirkumskripta gambaran sarang tawon, bronchovascu lar marking atau coin lesion

8. Jelaskan cara penegakan diagnosis pada kasus ini! (reyhan, keyshia, faris) 9. Apa working diagnosis untuk kasus ini? (ambi, k ully, robby) 10. Jelaskan pathogenesis dari kasus ini! (crv, renal, citra) 11. Jelaskan penatalaksanaan farmakologi dan non farmakologi untuk kasus ini! (putra, irin, hafiz) Promotif Memberikan penyuluhan dan penjelasan mengenai penularan penyakit, faktor-faktor resiko, dan cara untuk mencegahnya. Kuratif Prinsip pengobatan TB paru:

Pengobatan sekurang-kurangnya menggunakan 2 macam OAT. Guna mencegah


terjadinya relaps dan resistensi.

Pengobatan dibagi menjadi 2 fase: Fase awal( efek bakterisidal) dan Fase
lanjutan(efek sterilisasi).

Panduan yang diberikan sebaiknya panduan jangka pendek 6 bulan. Lakukan uji resistensi pada kasus gagal dan kambuh. Pemberian dosis berdasarkan berat badan.
Regimen pengobatan berdasarkan kategori WHO Kategori Kriteria penderita Regimen pengobatan

Fase awal

Fase lanjutan

Kasus baru BTA (+) Kasus baru BTA (-) Ro (+) sakit berat Kasus TBEP berat

2 RHZE (RHZS) 2 RHZE (RHZS) 2 RHZE (RHZS)*

6 EH 4 RH 4 R3H3*

II

Kasus BTA positif Kambuh Gagal Putus berobat

2 RHZES / 1 RHZE 2 RHZES / 1 RHZE*

5 RHE 5 R3H3E3*

III

Kasus baru BTA (-) TBEP ringan

2 RHZ (E) 2 RHZ (E) 2 RHZ* (E)

6 EH 4 RH 4 R3H3*

IV

Kasus kronik

Rujuk ke spesialis untuk mendapatkan obat-obat sekunder

*yang diterapkan di Indonesia Pada kasus Tn. X, kategori pengobatan yang diberikan padanya berdasarkan kriteria WHO adalah kategori 3, di mana kategori ini berisisi batasan pada kasus baru dengan BTA yang masih negatif (-). HIV ARV yang dianjurkan : Evafirenz, dengan dosis 1x600 mg pada malam hari. Pemberian ERV dengan ketentuan: CD4<50 CD4 50-200 CD4>200 : Segera ARV : ARV setelah 2 bulan pada kasus : Mulai ARV setelah OAT selesai

12. Jelaskan langkah-langkah preventif yang sesuai untuk kasus ini! (reyhan, keyshia, faris) 13. Apa prognosis untuk kasus ini? (ambi, k ully, robby)

14. Apa saja komplikasi yang dapat terjadi untuk kasus ini? (renal, citra) 15. Apa KDU yang sesuai untuk kasus ini? (faris, hafiz)

IV.

Learning Issue 1. Anatomi, histology dan fisiologi traktus respiratorius Crv, renal, citra, putra 2. Tuberculosis Paru A. TUBERCULOSIS

Penyakit TBC dapat menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki, perempuan, miskin, atau kaya) dan dimana saja. Setiap tahunnya, Indonesia bertambah dengan seperempat juta kasus baru TBC dan sekitar 140.000 kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh TBC. Bahkan, Indonesia adalah negara ketiga terbesar dengan masalah TBC di dunia. Survei prevalensi TBC yang dilakukan di enam propinsi pada tahun 1983-1993 menunjukkan bahwa prevalensi TBC di Indonesia berkisar antara 0,2 0,65%. Sedangkan menurut laporan Penanggulangan TBC Global yang dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2004, angka insidensi TBC pada tahun 2002 mencapai 555.000 kasus (256 kasus/100.000 penduduk), dan 46% diantaranya diperkirakan merupakan kasus baru. Penyebab Penyakit TBC Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri tersebut diberi nama baksil Koch. Bahkan, penyakit TBC pada paru-paru kadang disebut sebagai Koch Pulmonum (KP).

Bakteri Mikobakterium tuberkulosa

Cara Penularan Penyakit TBC Pathogenesis of TB Infection and Disease. Droplet nuclei containing

tubercle bacilli are inhaled, enter the lungs, and travel to the alveoli.

Tubercle bacilli multiply in the alveoli.

A small number of tubercle bacill enter the bloodstream and spread throughout the body. The bacilli may reach any part of the body, including areas where TB disease is more likely to develop (such as the lungs, kidneys, brain, or

bone). Within immune 2-10 weeks, the

system

produces

special immune cells called macrophages that surround the tubercle bacilli. The cells form a hard shell that keeps the bacilli contained and under control (TB infection) If the immune system cannot keep the bacilli under control, the bacilli begin to multiply rapidly (TB disease). This process can occur in different places in the body, such as the lungs, kidneys, brain, or bone (see diagram in box 3).

Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-paru.

Saat Mikobakterium tuberkulosa berhasil menginfeksi paru-paru, maka dengan segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular (bulat). Biasanya melalui serangkaian reaksi imunologis bakteri TBC ini akan berusaha dihambat melalui pembentukan dinding di sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru. Mekanisme pembentukan dinding itu membuat jaringan di sekitarnya menjadi jaringan parut dan bakteri TBC akan menjadi dormant (istirahat). Bentukbentuk dormant inilah yang sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada pemeriksaan foto rontgen. Pada sebagian orang dengan sistem imun yang baik, bentuk ini akan tetap dormant sepanjang hidupnya. Sedangkan pada orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang kurang, bakteri ini akan mengalami perkembangbiakan sehingga tuberkel bertambah banyak. Tuberkel yang banyak ini membentuk sebuah ruang di dalam paru-paru. Ruang inilah yang nantinya menjadi sumber produksi sputum (dahak). Seseorang yang telah memproduksi sputum dapat diperkirakan sedang mengalami pertumbuhan tuberkel berlebih dan positif terinfeksi TBC. Meningkatnya penularan infeksi yang telah dilaporkan saat ini, banyak dihubungkan dengan beberapa keadaan, antara lain memburuknya kondisi sosial ekonomi, belum optimalnya fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat, meningkatnya jumlah penduduk yang tidak mempunyai tempat

tinggal dan adanya epidemi dari infeksi HIV. Disamping itu daya tahan tubuh yang lemah/menurun, virulensi dan jumlah kuman merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam terjadinya infeksi TBC. Gejala Penyakit TBC Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara klinik. Gejala sistemik/umum

Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.

Penurunan nafsu makan dan berat badan. Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah). Perasaan tidak enak (malaise), lemah.

Gejala khusus

Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak.

Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada.

Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.

Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.

Pada pasien anak yang tidak menimbulkan gejala, TBC dapat terdeteksi kalau diketahui adanya kontak dengan pasien TBC dewasa. Kira-kira 30-50% anak yang kontak dengan penderita TBC paru dewasa memberikan hasil uji tuberkulin positif. Pada anak usia 3 bulan 5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita TBC paru dewasa dengan BTA positif, dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan pemeriksaan serologi/darah. Penegakan Diagnosis Apabila dicurigai seseorang tertular penyakit TBC, maka beberapa hal yang perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis adalah:
o o o o o o

Anamnesa baik terhadap pasien maupun keluarganya. Pemeriksaan fisik. Pemeriksaan laboratorium (darah, dahak, cairan otak). Pemeriksaan patologi anatomi (PA). Rontgen dada (thorax photo). Uji tuberkulin.

Uji Tuberkulin dan Klasifikasi TBC Pada anak, uji tuberkulin merupakan pemeriksaan paling bermanfaat untuk menunjukkan sedang/pernah terinfeksi Mikobakterium tuberkulosa dan sering digunakan dalam "Screening TBC". Efektifitas dalam menemukan infeksi TBC dengan uji tuberkulin adalah lebih dari 90%. Penderita anak umur kurang dari 1 tahun yang menderita TBC aktif uji tuberkulin positif 100%, umur 12 tahun 92%, 24 tahun 78%, 46 tahun 75%, dan umur 612 tahun 51%. Dari persentase tersebut dapat dilihat bahwa semakin besar usia anak maka hasil uji tuberkulin semakin kurang spesifik. Ada beberapa cara melakukan uji tuberkulin, namun sampai sekarang cara mantoux lebih sering digunakan. Lokasi penyuntikan uji mantoux umumnya pada bagian atas lengan bawah kiri bagian depan, disuntikkan intrakutan (ke dalam kulit). Penilaian uji tuberkulin dilakukan 4872 jam setelah penyuntikan dan diukur diameter dari pembengkakan (indurasi) yang terjadi.

Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-paru. 1. Pembengkakan (Indurasi) : 04mm,uji Arti klinis : mantoux tidak ada negatif. infeksi

Mikobakterium tuberkulosa. 2. Pembengkakan (Indurasi) : 39mm,uji mantoux meragukan.

Hal ini bisa karena kesalahan teknik, reaksi silang dengan Mikobakterium atipik atau setelah vaksinasi BCG. 3. Pembengkakan (Indurasi) : 10mm,uji mantoux positif.

Arti klinis : sedang atau pernah terinfeksi Mikobakterium tuberkulosa.

Pemeriksaan radiologis dapat memperkuat diagnosis, karena lebih 95% infeksi primer terjadi di paru-paru maka secara rutin foto thorax harus dilakukan. Ditemukannya kuman Mikobakterium tuberkulosa dari kultur merupakan diagnostik TBC yang positif, namun tidak mudah untuk menemukannya. Klasifikasi TBC (menurut The American Thoracic Society, 1981)

Klasifikasi 0 Klasifikasi I Klasifikasi II

Tidak pernah terinfeksi, tidak ada kontak, tidak menderita TBC Tidak pernah terinfeksi,ada riwayat kontak,tidak menderita TBC Terinfeksi TBC / test tuberkulin ( + ), tetapi tidak menderita TBC (gejala TBC tidak ada, radiologi tidak mendukung dan bakteriologi negatif).

Klasifikasi III Klasifikasi IV Klasifikasi V

Sedang menderita TBC Pernah TBC, tapi saat ini tidak ada penyakit aktif Dicurigai TBC

PENGOBATAN TBC Pengobatan TBC Kriteria I (Tidak pernah terinfeksi, ada riwayat kontak, tidak menderita TBC) dan II (Terinfeksi TBC/test tuberkulin (+), tetapi tidak menderita TBC (gejala TBC tidak ada, radiologi tidak mendukung dan bakteriologi negatif) memerlukan pencegahan dengan pemberian INH 510 mg/kgbb/hari. 1. Pencegahan Anak INH yang minimal kontak 3 erat bulan (profilaksis) dengan penderita uji TBC BTA primer (+). (-).

walaupun

tuberkulin

Terapi profilaksis dihentikan bila hasil uji tuberkulin ulang menjadi (-) atau sumber penularan TB aktif sudah tidak ada. 2. Pencegahan (profilaksis) sekunder

Anak dengan infeksi TBC yaitu uji tuberkulin (+) tetapi tidak ada gejala sakit TBC. Profilaksis diberikan selama 6-9 bulan. Obat yang digunakan untuk TBC digolongkan atas dua kelompok yaitu :

Obat primer : INH (isoniazid), Rifampisin, Etambutol, Streptomisin, Pirazinamid. Memperlihatkan efektifitas yang tinggi dengan toksisitas yang masih dapat ditolerir, sebagian besar penderita dapat disembuhkan dengan obat-obat ini.

Obat sekunder : Exionamid, Paraaminosalisilat, Sikloserin, Amikasin, Kapreomisin dan Kanamisin.

Dosis obat antituberkulosis (OAT) Obat Dosis (mg/kgbb/hari) INH Rifampisin Pirazinamid Etambutol Streptomisin 5-15 (maks 300 mg) 10-20 (maks. 600 mg) 15-40 (maks. 2 g) 15-25 (maks. 2,5 g) 15-40 (maks. 1 g) harian Dosis 2x/minggu Dosis 3x/minggu

(mg/kgbb/hari) 15-40 (maks. 900 mg) 10-20 (maks. 600 mg) 50-70 (maks. 4 g) 50 (maks. 2,5 g) 25-40 (maks. 1,5 g)

(mg/kgbb/hari) 15-40 (maks. 900 mg) 15-20 (maks. 600 mg) 15-30 (maks. 3 g) 15-25 (maks. 2,5 g) 25-40 (maks. 1,5 g)

Sejak 1995, program Pemberantasan Penyakit TBC di Indonesia mengalami perubahan manajemen operasional, disesuaikan dengan strategi global yanng direkomendasikan oleh WHO. Langkah ini dilakukan untuk menindaklanjuti Indonesia WHO joint Evaluation dan National Tuberkulosis Program in Indonesia pada April 1994. Dalam program ini, prioritas ditujukan pada peningkatan mutu pelayanan dan penggunaan obat yang rasional untuk memutuskan rantai penularan serta mencegah meluasnya resistensi kuman TBC di masyarakat. Program ini dilakukan dengan cara mengawasi pasien dalam menelan obat setiap hari,terutama pada fase awal pengobatan. Strategi DOTS (Directly Observed Treatment Short-course) pertama kali diperkenalkan pada tahun 1996 dan telah diimplementasikan secara meluas dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat. Sampai dengan tahun 2001, 98% dari populasi penduduk dapat mengakses

pelayanan DOTS di puskesmas. Strategi ini diartikan sebagai "pengawasan langsung menelan obat jangka pendek oleh pengawas pengobatan" setiap hari. Indonesia adalah negara high burden, dan sedang memperluas strategi DOTS dengan cepat, karenanya baseline drug susceptibility data (DST) akan menjadi alat pemantau dan indikator program yang amat penting. Berdasarkan data dari beberapa wilayah, identifikasi dan pengobatan TBC melalui Rumah Sakit mencapai 20-50% dari kasus BTA positif, dan lebih banyak lagi untuk kasus BTA negatif. Jika tidak bekerja sama dengan Puskesmas, maka banyak pasien yang didiagnosis oleh RS memiliki risiko tinggi dalam kegagalan pengobatan, dan mungkin menimbulkan kekebalan obat. Akibat kurang baiknya penanganan pengobatan penderita TBC dan lemahnya implementasi strategi DOTS. Penderita yang mengidap BTA yang resisten terhadap OAT akan menyebarkan infeksi TBC dengan kuman yang bersifat MDR (Multi-drugs Resistant). Untuk kasus MDR-TB dibutuhkan obat lain selain obat standard pengobatan TBC yaitu obat fluorokuinolon seperti siprofloksasin, ofloxacin, levofloxacin (hanya sangat disayangkan bahwa obat ini tidak dianjurkan pada anak dalam masa pertumbuhan). Pengobatan TBC pada orang dewasa

Kategori

2HRZE/4H3R3

Selama 2 bulan minum obat INH, rifampisin, pirazinamid, dan etambutol setiap hari (tahap intensif), dan 4 bulan selanjutnya minum obat INH dan rifampisin tiga kali dalam seminggu Diberikan kepada:
o o

(tahap

lanjutan).

Penderita baru TBC paru BTA positif. Penderita TBC ekstra paru (TBC di luar paru-paru) berat. 2 : HRZE/5H3R3E3

Kategori Diberikan kepada:


o o o

Penderita kambuh. Penderita gagal terapi. Penderita dengan pengobatan setelah lalai minum obat.

Kategori Diberikan kepada:


o

2HRZ/4H3R3

Penderita BTA (+) dan rontgen paru mendukung aktif.

Pengobatan TBC pada anak Adapun dosis untuk pengobatan TBC jangka pendek selama 6 atau 9 bulan, yaitu: 1. 2HR/7H2R2 : INH+Rifampisin setiap hari selama 2 bulan pertama, kemudian INH +Rifampisin setiap hari atau 2 kali seminggu selama 7 bulan (ditambahkan Etambutol bila diduga ada resistensi terhadap INH). 2. 2HRZ/4H2R2 : INH+Rifampisin+Pirazinamid: setiap hari selama 2 bulan pertama, kemudian INH+Rifampisin setiap hari atau 2 kali seminggu selama 4 bulan (ditambahkan Etambutol bila diduga ada resistensi terhadap INH). Pengobatan TBC pada anak-anak jika INH dan rifampisin diberikan bersamaan, dosis maksimal perhari INH 10 mg/kgbb dan rifampisin 15 mg/kgbb. Dosis anak INH dan rifampisin yang diberikan untuk kasus: TB tidak berat INH Rifampisin : 5 mg/kgbb/hari : 10 mg/kgbb/hari

TB berat (milier dan meningitis TBC) INH Rifampisin Dosis prednison : 10 mg/kgbb/hari : 15 mg/kgbb/hari : 1-2 mg/kgbb/hari (maks. 60 mg)

OBAT TBC Tuberkulosis (TBC) dapat menyerang berbagai organ tubuh tetapi yang akan dibahas adalah obat TBC untuk paru-paru. Tujuan pengobatan TBC ialah memusnahkan basil tuberkulosis dengan cepat dan mencegah kambuh. Idealnya pengobatan dengan obat TBC dapat menghasilkan pemeriksaan sputum negatif baik pada uji dahak maupun biakan kuman dan hasil ini tetap negatif selamanya. Obat yang digunakan untuk TBC digolongkan atas dua kelompok yaitu :

Obat primer : INH (isoniazid), Rifampisin, Etambutol, Streptomisin, Pirazinamid. Memperlihatkan efektifitas yang tinggi dengan toksisitas yang masih dapat ditolerir, sebagian besar penderita dapat disembuhkan dengan obat-obat ini.

Obat sekunder : Exionamid, Paraaminosalisilat, Sikloserin, Amikasin, Kapreomisin dan Kanamisin.

Meskipun demikian, pengobatan TBC paru-paru hampir selalu menggunakan tiga obat yaitu INH, rifampisin dan pirazinamid pada bulan pertama selama tidak ada resistensi terhadap satu atau lebih obat TBC primer ini. Isoniazid Isoniazid atau isonikotinil hidrazid yang disingkat dengan INH. Isoniazid secara in vitro bersifat tuberkulostatik (menahan perkembangan bakteri) dan tuberkulosid (membunuh bakteri). Mekanisme kerja isoniazid memiliki efek pada lemak, biosintesis asam nukleat,dan glikolisis. Efek utamanya ialah menghambat biosintesis asam mikolat (mycolic acid) yang merupakan unsur penting dinding sel mikobakterium. Isoniazid menghilangkan sifat tahan asam dan menurunkan jumlah lemak yang terekstrasi oleh metanol dari mikobakterium. Isoniazid mudah diabsorpsi pada pemberian oral maupun parenteral. Kadar puncak diperoleh dalam waktu 12 jam setelah pemberian oral. Di hati, isoniazid mengalami asetilasi dan pada manusia kecepatan metabolisme ini dipengaruhi oleh faktor genetik yang secara bermakna

mempengaruhi kadar obat dalam plasma. Namun, perbedaan ini tidak berpengaruh pada efektivitas dan atau toksisitas isoniazidbila obat ini diberikan setiap hari. Efek samping Mual, muntah, anoreksia, letih, malaise, lemah, gangguan saluran pencernaan lain, neuritis perifer, neuritis optikus, reaksi hipersensitivitas, demam, ruam, ikterus, diskrasia darah, psikosis, kejang, sakit kepala, mengantuk, pusing, mulut kering, gangguan BAK, kekurangan vitamin B6, penyakit pellara, hiperglikemia, asidosis metabolik, ginekomastia, gejala reumatik, gejala mirip Systemic Lupus Erythematosus. Resistensi Resistensi masih merupakan persoalan dan tantangan. Pengobatan TBC dilakukan dengan beberapa kombinasi obat karena penggunaan obat tunggal akan cepat dan mudah terjadi resistensi. Disamping itu, resistensi terjadi akibat kurangnya kepatuhan pasien dalam meminum obat. Waktu terapi yang cukup lama yaitu antara 69 bulan sehingga pasien banyak yang tidak patuh minum obatselama menjalani terapi. Isoniazid masih merupakan obat yang sangat penting untuk mengobati semua tipe TBC. Efek sampingnya dapat menimbulkan anemia sehingga dianjurkan juga untuk mengkonsumsi vitamin penambah darah seperti piridoksin (vitamin B6). TB vit B6 sudah mengandung isoniazid dan vitamin B6 dalam satu sediaan, sehingga praktis hanya minum sekali saja. TB vit B6 tersedia dalam beberapa kemasan untuk memudahkan bila diberikan kepada pasien anak-anak sesuai dengan dosis yang diperlukan. TB Vit B6 tersedia dalam bentuk: 1. Tablet Mengandung INH 400 mg dan Vit B6 24 mg per tablet 2. Sirup Mengandung INH 100 mg dan Vit B6 10 mg per 5 ml, yang tersedia dalam 2 kemasan :
o

Sirup 125 ml

Sirup 250 ml

Perhatian:

Obat TBC di minum berdasarkan resep dokter dan harus sesuai dengan dosisnya. Penghentian penggunaan obat TBC harus dilakukan atas seizin dokter.

Tentang Penyakit TBC

Irin, hafiz, reyhan, keyshia 3. Human Immunodeficiency Virus (HIV) Faris, ambi, kak ully, robby

Hipotesis Mr. X, 30 tahun, menderita TBC intra pulmonal disebabkan oleh penurunan system imun karena HIV (+).

NOTE : time new roman (12), spasi 1,5. Justify : jawaban yang dikasih udah rapi.. okayssss :D. MOHON KERJA SAMANYA

Anda mungkin juga menyukai