Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN TUTORIAL BLOK 13 SKENARIO B

Disusun Oleh: KELOMPOK B6 Anggota Kelompok: Garina Rioska Savella Yuda Lutfiadi Maya Rentina Alhafiz Utama Ni Made Restianing Rimadhanti Muhammad Reyhan Anna Adika Putri Quaratul Aiman Sharanjit Kaur Aufar singh 04111401050 04111401051 04111401055 04111401058 04111401064 04111401068 04111401075 041114010 041114010

Tutor: dr. Phey Liana, Sp.PK PENDIDIKAN DOKTER UMUM FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSTAS SRIWIJAYA TAHUN 2012

KATA PENGANTAR Penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besar nya kepada Dosen pembimbing yang telah membimbing tutorial pada blok 13 ini sehingga proses tutorial dapat berlangsung dengan sangat baik. Tidak lupa penyusun mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua, yang telah memberi dukungan baik berupa materil dan moril yang tidak terhitung jumlah nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan tutorial skenario B di blok 13 ini hingga selesai. Ucapan terima kasih juga kepada para teman-teman sejawat di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya atas semua semangat dan dukungannya. Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata mendekati sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan di penyusunan laporan berikutnya. Mudah-mudahan laporan ini dapat memberikan sumbangan pengetahuan yang bermanfaat bagi kita semua.

Palembang, Desember 2012

Penyusun Kelompok 6

DAFTAR ISI Kata Pengantar . 2 Daftar Isi .. 3 BAB I : Pendahuluan


1.1 Latar Belakang.. 4 1.2 Maksud dan Tujuan... 4

BAB II

: Pembahasan 2.1 2.2 2.3 Data Tutorial. 5 Skenario Kasus ..... 6 Paparan I. II. III.
IV. V.

Klarifikasi Istilah. .................... 7 Identifikasi Masalah............... 8 Analisis Masalah ......................................... 9 Learning Issues .....................18 Kerangka Konsep........................34

BAB III : Penutup 3.1 DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................................36 Kesimpulan ...............................................................................................35

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Blok indikator laboratorium dan seluler stres merupakan blok 13 pada semester 3 dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Pendidikan Dokter Umum Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang. Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus sebagai bahan pembelajaran untuk menghadapi tutorial yang sebenarnya pada waktu yang akan datang. Penulis memaparkan kasus yang diberikan mengenai

1.2 Maksud dan Tujuan Adapun maksud dan tujuan dari materi praktikum tutorial ini, yaitu : 1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang. 2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis dan pembelajaran diskusi kelompok. 3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial dan memahami konsep dari skenario ini.

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Data Tutorial Tutor Moderator : dr. Phey Liana, Sp. PK : Anna Adika Putri

Sekretaris Papan : Muhammad Reyhan Sekretaris Meja : Garina Rioska Savella Hari, Tanggal Rule Peraturan : Selasa, 26 Desember 2012 Kamis, 27 Desember 2012 : 1. Alat komunikasi di nonaktifkan 2. Semua anggota tutorial harus mengeluarkan pendapat (aktif) 3. Dilarang makan dan minum

2.2 Skenario Kasus Mrs. Mona, a 41 years old woman came to the clinic with chief complaint of weakness and palpitation. She is having symptom of nauseous and need medication to relieve it. She has had suffererd from prolonged and excessesive menstruation (twice in a month) since 1,5 years ago. She likes planting and taking care of flowers in her garden. Physical examination : General appearance : pale, fatigue HR : 110x/ minute, RR : 22x/minute, Temperature : 36,6OC, BP : 120/80 mmHg. Liver and spleen non palpable, no lympadenopathy, no epigastric pain. Cheilitis positive, tongue : papil atrophy. Koilonychia positive. Laboratory : Hb : 6.2 g/dl, Ht : 18 vol%, RBC : 2.480.000/mm3, WBC : 7.400/mm3. Trombosit : 386.000 mm3, Diff.count : 0/2/5/63/26/4, MCV : 72 fL, MCH : 25 pg, MCHC : 30% Fecal Occult Blood : Negative, Hookworms eggs : positive.

2.3 Paparan I. Klarifikasi Istilah 1.Weakness 2.Palpitation : Lemah. : Perasaan berdebar-debar atau denyut jantung tidak teratur yang sifatnya subjektif. (Dorland hal : 805) 3.Nauseous : Sensasi yang tidak menyenangkan yang samar pada epigastrium dan abdomen dengan kecenderungan untuk muntah. (Dorland hal : 729) 4.Pale 5.Fatique :Pucat. :Keadaan atau berlebihan. 6.Lymphadenopathy : Penyakit pada kelenjar limfa disertai biasanya dengan pembengkakan (Dorland hal : 639) 7.Cheilitis : Peradangan pada bibir dimana bibir terlihat kering dan pecah-pecah. (Dorland saku hal 201 ) 8.Koilonychia :Distrofi kuku jari dengan kuku menjadi tipis dan cekung, dengan tepi meninggi. (Dorlan saku hal 600) 9.Papil atrophy : Permukaan lidah licin & mengkilat karena papil lidah menghilang. 10.Fecal Occult Blood : Pemeriksaan dengan analisis tinja / tes darah samar pada feses. meningkatnya ketidaknyamanan dan

menurunnya efisiensi akibat kerja yang berkepanjangan

11.Hookworms egg

: telur cacing tambang


7

II. Identifikasi Masalah No. 1. Masalah Mrs. Mona, a 41 years old woman came to the clinic with chief complaint of weakness and palpitation. 2. 3. She is having symptom of nauseous. She has had suffererd from prolonged and TSH TSH V VV Konsen TSH Kesesuaian VVV

excessesive menstruation (twice in a month) since 1,5 years ago. She likes planting and taking care of flowers in her garden. Physical examination : General appearance : pale, fatigue HR : 110x/ minute, RR : 22x/minute, Temperature : 36,6OC, BP : 120/80 mmHg. Liver and spleen non palpable, no lympadenopathy, no epigastric pain. Cheilitis positive, tongue : papil atrophy. Koilonychia positive. Laboratory : Hb : 6.2 g/dl, Ht : 18 vol%, RBC : 2.480.000/mm , WBC : 7.400/mm3. Trombosit : 386.000 mm3, Diff.count : 0/2/5/63/26/4, MCV : 72 fL, MCH : 25 pg, MCHC : 30% Fecal Occult Blood : Negative, Hookworms eggs : positive.
3

4.

TSH

5.

TSH

6.

TSH

VV

III. Analisis Masalah


1. Mrs. Mona, a 41 years old woman came to the clinic with chief complaint of

weakness and palpitation. 1.1. Bagaimana patofisiologi : A. Weakness Defisiensi Fe menyebabkan penurunan fungsi mioglobin, enzim sitokrom, dan gliserofosfat oksidase yang menyebabkan gangguan glikolisis dan berakibat penumpukan asam laktat sehingga otot cepat lelah. Pendarahan yg terus menerus menyebabkan pengikatan oksigen oleh hemoglobin yg ada di darah berkurang aliran oksigen yg dibawa darah ke sel atau jaringan berkurang sel atau jaringan kekurangan oksigen metabolisme sel terganggu energi yg dihasilkan sedikit tubuh terlihat lemas. B. Palpitation pada kasus ini? Anemia merupakan salah satu penyebab palpitasi ( jantung. berdebar ) Mekanisme yg terjadi adalah suatu kondisi dimana hemoglobin dalam darah penderita, tidak benar2 sempurna dalan membawa oksigen ke seluruh sistem saraf di tubuh. karena tubuh kekurangan zat besi pada darah. Maka keadaan itu menyebabkan irama jantung menjadi abnormal atau jantung berdebar-debar. 1.2. Bagaimana etiologi weakness dan palpitation pada kasus ini? Palpitasi dapat terjadi disebabkan dari 3 akibat utama, yaitu : 1. 2. Hyperdynamic circulation (inkompetensi katup, tirotoksikosis, hypercapnia, pireksia, anemia, kehamilan) Cardiac dysrythmia (kontraksi atrial prematur, junctional escape beat, kontraksi ventrikuler prematur, atrial fibrilasi, supraventricular tachycardia, ventricular tachycardia, ventrikuler fibrilasi, blok jantung)
3.

Sympathetic overdrive (gangguan panik, hipoglikemi, hipoksia,

antihistamin levocetirizine , anemia, gagal jantung )

Etiologi Kelelahan (weakness)


10

Gejala umum berkurangnya curah jantung, pasien dengan gagal jantung kongestif, dan penyakit katup mitral, tetapi tidak spesifik untuk penyakit jantung. Penyebab tersering kelelahan adalah ansietas dan depresi Namun pada kasus ini, ada kaitan antara palpitasi dan weakness.
2. She is having symptom of nauseous. 2.1.

Bagaimana patofisiologi dari nausea berdasarkan kasus? Adanya infeksi hookworm di gastrointestinal menyebabkan banyak darah yang berkurang, akibatnya terjadi defisiensi Fe di lambung. Defisiensi Fe di lambung akan menyebabkan kegagalan produksi gastric juice dan dari kegagalan produksi gastric juice menyebabkan katup pilorus tidak dapat dibuka, menyebabkan makanan tertahan di lambung dan peningkatan rasa mual yang mengaktifkan pusat muntah di medula oblongata dan pengaktifan saraf kranialis ke wajah, kerongkongan serta neuron-neuron motorik spinalis ke otot-otot abdomen dan diafragma sehingga menyebabkan muntah (nausea).

2.2. Apa etiologi dari nausea pada kasus ini? Etiologi dari nausea : 1. 2. Infeksi gastroenteritis Keracunan makanan

3. Stres, gugup, atau masalah mental lainnya seperti depresi atau gangguan panik 4. Obat-obatan seperti antibiotic, pil penunda kehamilan, dan obat jantung 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. Migrain / sakit kepala sebelah Serangan jantung Stroke Cedera kepala Alkohol, penyalahgunaan obat atau putus obat Gangguan makan seperti anoreksia atau bulimia Efek samping terapi radiasi Malabsorbsi Diare

3. She has had suffererd from prolonged and excessesive menstruation (twice in a

month) since 1,5 years ago.


11

3.1. Bagaimana patofisiologi dari excessive menstruation ( Menstruasi yang berlebihan )? Excessive menstruation terjadi pada siklus ovulasi (pengeluaran sel telur/ovum dari indung telur), tanpa ovulasi maupun keadaan lain, misalnya pada wanita premenopause (folikel persisten). Sekitar 90% perdarahan uterus difungsional (perdarahan rahim) terjadi tanpa ovulasi (anovulation) dan 10% terjadi dalam siklus ovulasi. Pada siklus ovulasi. Perdarahan rahim yang bisa terjadi pada pertengahan menstruasi maupun bersamaan dengan waktu menstruasi. Perdarahan ini terjadi karena rendahnya kadar hormon estrogen, sementara hormon progesteron tetap terbentuk. Pada siklus tanpa ovulasi (anovulation) Perdarahan rahim yang sering terjadi pada masa pre-menopause dan masa reproduksi. Hal ini karena tidak terjadi ovulasi, sehingga kadar hormon estrogen berlebihan sedangkan hormon progesteron rendah. Akibatnya dinding rahim (endometrium) mengalami penebalan berlebihan (hiperplasi) tanpa diikuti penyangga (kaya pembuluh darah dan kelenjar) yang memadai. Nah, kondisi inilah penyebab terjadinya perdarahan rahim karena dinding rahim yang rapuh. Di lain pihak, perdarahan tidak terjadi bersamaan. Permukaan dinding rahim di satu bagian baru sembuh lantas diikuti perdarahan di permukaan lainnya. Jadilah perdarahan rahim berkepanjangan. 3.2. Apa dampak dari excessive menstruation dalam jangka waktu yang lama? Dampak dari excessive menstruation dalam jangka waktu yang lama :
1. Anemia,menorrhagia sering menyebabkan anemia pada wanita menjelang

menopause.Diperkirakan sekitar 10 % dari wanita usia produktif dalam resiko tinggi terkena anemia.problem makin berat karena pendarahan menstruasi yang berlebihan Mayoritas kasus anemia hanya dalam kondisi ringan,tapi walaupun ringan ,anemia dapat menyebabkan kelemahan dan keletihan pada tubuh.anemia stadium lanjut menyebabkan nafas pendek-pendek ,detak jantung cepat ,nyeri kepala telinga berdenging dan ketidak seimbangan mental.anemia yang tidak dapat tindakan medis dalam jangka panjang mengarah kemasalah jantung.
12

2. Infertilitas,banyak kondisi terkait ketidak normalan menstruasi,termasuk

pendarahan hebat,ketidak normalan ovulasi,endometriosis ,adalah mayoritas yang mempunyai konstribusi pada infertilitas pada wanita.Siklus menstruasi yang tidak teratur dapat mempersulit usaha wanita untuk hamil.
3. Nyeri hebat 4. She likes planting and taking care of flowers in her garden. 4.1.

Apa akibat berkebun tanpa menggunakan sarung tangan ( secara klinis ) pada kasus? Larva filariaform dengan mudah dapat menembus kulit tangan pasien akibat berkebun tanpa menggunakan sarung tangan.

5. Physical examination :

General appearance : pale, fatigue HR : 110x/ minute, RR : 22x/minute, Temperature : 36,6OC, BP : 120/80 mmHg. Liver and spleen non palpable, no lympadenopathy, no epigastric pain. Cheilitis positive, tongue : papil atrophy. Koilonychia positive.
5.1.

Bagaimana interpretasi pemeriksaan fisik dan mekanisme nilai pemeriksaan fisik yang abnormal? Interpretasi Tidak normal Nilai normal : 60 -100 x/menit Mekanisme abnormal Akibat anemia, jantung harus bekerja lebih cepat untuk memenuhi suplai darah ke jaringan dalam tubuh (gejala kardiorespiratori ) -

No Pemeriksaan Fisik 1. HR : 110x/menit

2 3 4 5 6.

RR : 22x/menit Temperature : 36,6 derajat celcius BP : 120/80 mmHg Liver dan limpa : tidak teraba

Normal (16-24x/menit)

Normal ( 35,7 -37,2 derajat celcius Normal Normal Pucat : karena anemia parah yang bertahan lama menyebabkan

Keadaan umum : Pucat Tidak normal dan sangat kelelahan

13

pengurangan suplai darah ke perifer seperti kulit agar suplai darah ke organ vital dapat tercukupi. Kelelahan : zat besi diperlukan pada sintesis Hb dan Mb dan sejumlah besar enzim yang mengandung zat besi seperti sitokrom dan flavoprotein . Sehingga pd saat terjadi anemia def. Fe terlihat kelelahan akibat aliran darah yg kurang ke seluruh sistem tubuh. 7. Cheilitis : positive Tongue : papil atrophy Tidak normal Manifestasi oral akibat defisiensi nutrisi ( Fe) menyebabkan gangguan fungsi epitel Tubuh berkompensasi untuk meningkatkan volume plasma dengan menarik cairan-cairan dari sela-sela jaringan

Koilonychia : positive

Tidak normal

6. Laboratory :

Hb : 6.2 g/dl, Ht : 18 vol%, RBC : 2.480.000/mm3, WBC : 7.400/mm3. Trombosit : 386.000 mm3, Diff.count : 0/2/5/63/26/4, MCV : 72 fL, MCH : 25 pg, MCHC : 30% Fecal Occult Blood : Negative, Hookworms eggs : positive.
14

6.1.

Bagaimana interpretasi hasil dan mekanisme abnormal dari hasil pemeriksaaan laboratorium? Jenis pemeriksaaan

NO:

Nilai Normal

Interpretasi

Penyebab jika abnormal Zat besi (Fe) diperlukan untuk pembentukan heme dan hemoglobin sehingga rendahnya

Wanita : 13 Rendah 15 g/dl (abnormal)

1. Q Hb : 6.2 g/dl

Hb diakibatkan adanya defisiensi Fe pada Mrs. infeksi Mona oleh akibat cacing menstruasi yang terus menerus dan terkena tambang yang menyebabkan darah banyak berkurang. Wanita : 37- Rendah 43% (abnormal) Hematokrit eritrosit menjadi mikrositer, sehingga volume nya menyusut. berhubungan dengan Hematocrit persentase

2. Ht : 18 vol%

Pria : 40-48%

RBC 2.800.000/m 3. m3

: Wanita : 4-5 Rendah juta. Pria : 4,5-5,5 juta. (abnormal)

volum dari semua eritrosit. Akibat menstruasi yang panjang dan terus menerus dan adanya cacing tambang dalam tubuh mrs. Mona yang menghisap darah mrs. Mona sehingga menyebabkan banyaknya darah yang hilang.

WBC 4. 7.400/mm3

: 5.000 iter darah.

Normal

10.000/mikrol

Trombosit 5. 386.000 mm3

: 150.000450.000/ mikroliter darah

Normal

6 Diff.count

1. Basofil : 0- Normal 1% 2. Eosinofil


15

0/2/5/63/26/4

1-3% 3. Batang : 26% 4. Segmen 50-70% 5. Limfosit : 20-40% 6. Monosit MCV : 72 fL 2-8% 82-92 fL : Rendah (Tidak normal) enzim penentu kecepatan yaitu enzim ferokelatase memerlukan besi untuk menghentikan sintesis heme. Padahal besi pada anemia defisiensi 7. besi tidak tersedia sehingga pembelahan sel tetap berlanjut selama beberapa siklus tambahan namun menghasilkan sel yang lebih kecil (mikrositik). Hal ini ditandai dengan menurunnya MCV (mean corpuscular volume) < 80 fl. MCH : 25 pg 27-31 pg Rendah (Tidak normal) . MCHC : 30% 32-37% Rendah (Tidak normal) Dalam tubuh manusia, sintesis eritrosit atau eritropoesis terus berlangsung dengan memerlukan besi yang akan berikatan dengan protoporfirin untuk membentuk heme. Pada anemia defisiensi besi, besi yang dibutuhkan tidak tersedia sehingga heme yang terbentuk hanya sedikit dan pada akhirnya jumlah hemoglobin yang dibentuk juga
16

berkurang.

Dengan

berkurangnya Hb yang terbentuk, eritrosit hipokromia ditandai MCHC Hemoglobin 32%. pun (pucat). dengan (mean mengalami Hal ini menurunnya corpuscular <

Concentration)

6.2.

Apa DD banding berdasarkan kasus ini? Normal ADB Menurun <70 fl Menurun Menurun <50 g/dL Meningkat >360 g/dL Menurun < 15% Negatif Meningkat >100 g/dL Menurun <20 g/dL Normal Anemia penyakit kronik Menurun/N Menurun/N Menurun Menurun Menurun/N 10-20% Positif Meningkat Normal Thalasemia Menurun Menurun Normal Normal/ Meningkat Meningkat >20% Positif kuat Normal Meningkat >50 g/dL Hb A2 Meningkat

MCV MCH Besi serum TIBC Saturasi transferin Besi sumsum tulang FEP

80 90 fl 27 31 pg 50 150 g/dL 240 360 g/dL 30 35% Positif 15 18 g/dL

Feritin 20 250 g/dL serum Elektrofoesis Normal Hb

6.3. Bagaimana klasifikasi dan siklus hidup hookworm dalam tubuh manusia? Cacing ini memiliki dua jenis yaitu Necator americanus dan Ancylostoma duodenale. Disebut cacing tambang karena dahulunya banyak ditemukan pada buruh tambang di Eropa. Necator americanus menyebabkan penyakit nekatoriasis dan Ancylostoma duodenale menyebabkan penyakit ankilostomiasis. Kedua jenis cacing ini banyak menginfeksi orang-orang di sekitar pertambangan dan perkebunan. N. americanus dan A. duodenale hidup di rongga usus halus dengan mulut melekat pada daging dinding usus. Tubuh Necator americanus mirip huruf S. Panjang cacing betina kurang lebih 1 cm. Setiap satu cacing dapat bertelur 9000 ekor per hari. Sementara itu panjang cacing jantan kurang lebih 0,8 cm. Ancylostoma duodenale lebih mirip dengan
17

huruf C. Setiap ekor Ancylostoma duodenale dapat menghasilkan 28.000 telur per hari. Telur cacing tambang keluar bersamaan dengan feces. Dalam waktu 1-1,5 hari, telur akan menetas menjadi larva, yang disebut larva rhabditiform. Tiga hari kemudian larva berubah lagi menjadi larva filarifom dimana larva ini dapat menembus kulit kaki dan masuk ke dalam tubuh manusia. Di tubuh manusia, cacing tambang bergerak mengikuti aliran darah, menuju jantung, paru-paru, tenggorokan, kemudian tertelan dan masuk ke dalam usus. Di dalam usus, larva menjadi cacing dewasa yang siap menghisap darah. Setiap ekor cacing N. americanus akan menghilangkan 0,005-1 cc darah per hari sedangkan setiap ekor cacing A. duodenale akan menyebabkan manusia kehilangan 0,08-0,34 cc per hari. Oleh karena itulah, cacing tambang menjadi berbahaya karena dapat menyebabkan anemia pada manusia. Adapun daur hidup dari cacing ini adalah Usus manusia cacing telur keluar bersama feses tempat becek menetas hidup lama menempel pada kaki manusia menembus kaki aliran darah jantung paru-paru kerongkongan tertelan usus manusia cacing dewasa Di Indonesia, insiden akibat cacing tambang tinggi pada daerah pedesaan, terutama perkebunan. Infeksi cacing ini disebabkan oleh kebiasaan masyarakat desa yang BAB di tanah dan pemakaian feces sebagai pupuk. Selain lewat kaki, cacing tambang juga bisa masuk ke tubuh manusia melalui makanan yang masuk ke mulut. 6.4. Bagaimana pencegahan dan penatalaksanaan untuk kasus ini? Penatalaksanaan a. gizi. b. Pemberantasan infeksi cacing tambang sebagai sumber perdarahan Suplementasi besi. Fortifikasi bahan makanan dengan besi. Kuratif
18

Preventif Pendidikan kesehatan, yaitu kesehatan lingkungan dan penyuluhan

kronik paling sering di daerah tropik.

Terapi kausal yaitu dengan mengatasi terlebih dahulu penyebab Pemberian preparat Fe Ferrous sulphat 3 x 325 mg per oral dalam keadaa perut kosong Ferrous gluconate 3 x 200 mg per oral setelah makan Iron dextran (mengandung Fe 50 mg/ml) IM, mula-mula 50 mg

utamanya

kemudian 100-200 mg setiap 1-2 hari. Bisa juga secara IV, mula-mula 0,5 ml sebgai dosis percobaan, dan bila 3-5 menit tidak ada reaksi diberikan 250-500 mg Transfusi PRC Vitamin C 3 x 100 mg per hari untuk meningkatkan absorpsi besi Diet makanan bergizi dengan tinggi protein

Obat terapi untuk menoragia dapat meliputi: 1. Suplemen zat besi 2. Nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAID) 3. Kontrasepsi oral 4. Progesteron oral 5. Para hormonal IUD (Mirena)

6.5.

Bagaimana prognosis untuk kasus ini? Prognosis baik apabila penyebab anemianya hanya karena kekurangan besi saja dan diketahui penyebabnya serta kemudian dilakukan penanganan yang adekuat. Jika terjadi kegagalan dalam pengobatan, perlu dipertimbangkan beberapa kemungkinan sebagai berikut : - Diagnosis salah - Dosis obat tidak adekuat - Preparat Fe tidak tepat atau kadaluarsa
19

- Perdarahan yang tidak teratasi atau perdarahan yang tidak tampak berlangsung menetap - Disertai penyakit yang mempengaruhi absorpsi dan pemakaian besi (infeksi, keganasan, penyakit hati, penyakit ginjal,penyakit tiroid,penyakit defisiensi vitamin B12, asam folat ). - Gangguan absorpsi saluran cerna

20

IV. Learning Issues


1. Anemia Defisiensi dan Anemia Hypochrome Microcyter

Defisiensi Besi Adalah suatu keadaan dimana jumlah sel darah merah atau hemoglobin (protein pengangkut oksigen) dalam sel darah berada dibawah normal, yang disebabkan karena kekurangan zat besi. Terdapatnya zat Fe dalam darah baru diketahui setelah penelitian oleh Lemery dan Goeffy (1713), kemudian Pierre Blaud (1831) mendapatkan bahwa FeSO4 dan K2CO3 dapat memperbaiki keadaan krorosis, anemia akibat defisiensi Fe. Farmakokinetik Absorbsi fe melalui saluran cerna terutama berlangungsung di duodenum, makin ke distal absorbsinya makin berkurang. Secara umum, bila cadangan dalam tubuh tinggi dan kebutuhan akan zat besi rendah, maka lebih banyak Fe diubah menjadi feritin. Bila cadangan rendah atau kebutuhan meningkat, maka Fe yang baru diserap akan segera diangkut dari sel mukosa ke sumsum tulang tulang untuk eritropoesis. Makanan yang mengandung 6 mg fe/1000 kilokalori akan diabsorbsi 5-10% pada orang normal. Absorbsi dapat ditingkatkan oleh kobal, inosin, etionin, vitamin c, HCl, suksinat dan senyawa asam lain. Sebaliknya absorbsi Fe akan menurun bila terdapat fosfat atau antasida misalnya kalsium karbonat, alumnium hidroksida dan magnesium hidroksida. Setelah diabsorbsi fe dalam darah akan diikat oleh tranferin (suatu beta-1-globulin glikoprotein) kemudian diangkut ke berbagai jaringan, terutama ke sumsum tulang dan depot Fe. Bila tidak digunakan dalam eritropoesis, fe akan disimpan sebagai cadangan, dalam bentuk terikat sebagai feritin. Bila Fe diberikan IV, cepat sekali diikat oleh apoferitin (protein yang membentuk feritin) dan disimpan terutama dalam hati, sedangkan setelah pemberian oral terutama akan disimpan di limpa dan sumsum tulang.
21

Jumlah Fe yang diekskresi tiap hari sedikit sekali, biasanya sekitar 0.5-1 mg sehari. Ekskresi terutama berlangsung melalui saluran sel epitel kulit dan saluran cerna yang terkelupas, selain itu juga melalui keringat, urin, feses, serta kuku dan rambut yang dipotong. Pada Wanita usia subur dengan siklus haid 28 hari, jumlah Fe yang diekskresi sehubungan denga haid diperkirakan sebanyak 0.5- 1 mg sehari. Penyebab Defisiensi besi merupakan penyebab utama anemia di dunia. Khususnya terjadi pada wanita usia subur, sekunder karena kehilangan darah sewaktu menstruasi dan peningkatan kebutuhan besi selama hamil. Penyebab lain defisiensi besi adalah: Asupan besi yang tidak cukup misalnya pada bayi yang diberi makan susu belaka sampai usia antara 12-24 bulan dan pada individu tertentu yang hanya memakan sayur- sayuran saja Gangguan absorpsi seperti setelah gastrektomi. Kehilangan darah yang menetap seperti pada perdarahan saluran cerna yang lambat karena polip, neoplasma, gastritis varises esophagus, makan aspirin dan hemoroid. Terjadinya anemia karena kekurangan zat besi Anemia karena kekurangan zat besi biasanya terjadi secara bertahap, melalui beberapa stadium, gejalanya baru timbul pada stadium lanjut. Stadium 1. Kehilangan zat besi melebihi asupannya, sehingga menghabiskan cadangan dalam tubuh, terutama di sumsum tulang. Kadar ferritin (protein yang menampung zat besi) dalam darah berkurang secara progresif. Stadium 2. Cadangan besi yang telah berkurang tidak dapat memenuhi kebutuhan untuk pembentukan se darah merah, sehingga sel darah merah yang dihasilkan jumlahnya lebih sedikit. Stadium 3. Mulai terjadi anemia.Pada awal stadium ini, sel darah merah tampak normal, tetapi jumlahnya lebih sedikit.Kadar hemoglogin dan hematokrit menurun.

22

Stadium 4. Sumsum tulang berusaha untuk menggantikan kekurangan zat besi dengan mempercepat pembelahan sel dan menghasilkan sel darah merah dengan ukuran yang sangat kecil (mikrositik), yang khas untuk anemia karena kekurangan zat besi. Stadium 5. Dengan semakin memburuknya kekurangan zat besi dan anemia, maka akan timbul gejala-gejala karena kekurangan zat besi dan gejala-gejala karena anemia semakin memburuk. Gejala Anemia pada akhirnya menyebabkan kelelahan, sesak nafas, kurang tenaga dan gejala lainnya. Kekurangan zat besi memiliki gejala sendiri, yaitu: Pika : suatu keinginan memakan zat yang bukan makanan seperti es batu, kotoran atau kanji Glositis : iritasi lidah Keilosis : bibir pecah-pecah Koilonikia : kuku jari tangan pecah-pecah dan bentuknya seperti sendok. Sediaan dan Dosis Untuk pemberian oral tersedia dalam bentuk berbagai garam fero dari sulfat, fumarat, glukonat, suksinat, glutamat dan laktat. Sediaan yang banyak digunakan dan murah ialah hidrat sulfas Ferous (FeSO4.7H2O) 300 mg yang mengandung 20% fe. Untuk anemia berat biasanya diberikan 3 kali 300 mg sulfas ferosus sehari selama 6 bulan. Fero sulfat dan fero fumarat dosis efektifnya 600-800 mg/hari dalam dosis terbagi. Fero glukonat, fero laktat, fero karbonat dosis efektifnya sama dengan fero sulfat. Untuk suntikan IM atau IV hanya dibenarkan bila pemberian oral tidak mungkin, misalnya penderita intoleran terhadap sediaan oral. Iron dextran (imferon) mengandung 50 mg fe setiap ml (larutan 5%) untuk penggunaan IM atau IV. Dosis total yang diperlukan dihitung berdasarkan beratnya anemis, yaitu 250 mg Fe untuk setiap gram kekurangan Hb. Pada hari pertama disuntikan 50 mg, dilanjutkan dengan 100-250 mg setiap hari atau beberapa hari sekali.
23

Untuk memperkecil reaksi toksis pada pemberian IV, dosis permulaan tidak boleh melebihi 25 mg, dan diikuti dengan peningkatan bertahap untuk 2-3 hari sampai tercapai dosis 100 mg/hari. Obat harus diberikan perlahan-lahan yaitu dengan menyuntikan 20-50 mg/menit. Efek samping Efek samping yang paling sering timbul berupa intoleransi terhadap sediaan oral. Gejala yang timbuk dapat berupa mual dan nyeri lambung ( 7-20%), konstipasi ( 10%) , diare ( 5%) Dan kolik. Gangguan ini biasanya ringan dan dapat dikurangi dengan mengurangi dosis atau dengan pemberian sesudah makan, walaupun dengan cara ini absorbsi dapat berkurang. Pemberian Fe secara IM dapat menyebabkan reaksi lokal pada tempat suntikan yaitu berupa rasa sakit, warna coklat pada tempat suntikan, peradangan lokal dengan pembesaran kelenjar inguinal. Peradangan lokal lebih sering terjadi pada pemakaian IM dibandingkan IV. Reaksi yang dapat terjadi dalam 10 menit setelah suntikan adalah sakit kepala, nyeri otot dan sendi, hemolisis, takikardia, flushing, berkeringat, mual, muntah, bronkospasme, hipotensi, pusing dan kolaps sirkulasi. Sedangkan reaksi yang lebih sering timbul dalam -24 jam setelah suntikan misalnya sinkop, demam, menggigil, rash, urtikaria, nyeri dada, perasaan sakit pada seluruh badan dan ensefalopatia. Intoksikasi akut sangat jarang terjadi pada orang dewasa, kebanyakan terjadi pada anak akibat menelan terlalu banyak tablet FeSO4 yang mirip gula dan dapat terjadi setelah menelan Fe sebanayak 1 gr. Kelaianan utama terdapat pada saluran cerna, mulai dari iritasi, korosi, sampai terjadi nekrosis. Gejala yang terjadi seringkali berupa mual, muntah, hematemesis, serta feses berwarna hitam karena perdarahan pada saluran cerna, syok dan akhirnya kolaps kardiovaskuler dengan bahaya kematian. Efek korosif dapat menyebabkan stenosis pilorus dan terbentuknya jaringan parut berlebihan dikemudian hari.

Gejala keracunan dapat timbul dalam waktu 30 menit atau setelah beberapa jam meminum obat.
24

Terapi yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut : pertama-tama diusahakan agar penderita muntah, kemudian diberikan susu atau telur yang dapat mengikat Fe sebagai kompleks protein Fe. Bila obat diminum kurang dari 1 jam sebelumnya, dapat dilakukan bilasan lambung dengan menggunakan natrium bikarbonat 1%. Akan tetapi bila masuknya obat lebih dari 1 jam maka terjadi nekrosis sehingga bilasan lambung dapat menyebabkan perforasi Anemia Mikrositik Hipokrom Anemia mikrositik hipokrom dapat disebabkan karena a. Kehilangan besi (perdarahan menahun) b. Asupan yang tidak adekuat / absorbsi besi yang kurang c. Kebutuhan besi yang meningkat (pada masa kehamilan dan prematuritas) Kemungkinan yang terjadi pada anemia mikrositik hipokrom adalah a. anemia defisiensi besi (gangguan besi) b. anemia pada penyakit kronik (gangguan besi) c. thalasemia (gangguan globin) d. anemia sideroblastik (gangguan protoporfirin) Patofisiologi anemia mikrositik hipokrom Tergantung dari penyebabnya 1. Anemia defisiensi besi terjadi dalam 3 tahap Tahap 1 (tahap prelaten), dimana yang terjadi penurunan hanya kadar feritin (simpanan besi) Tahap 2 (tahap laten), dimana feritin dan saturasi transferin turun (tetapi Hb masih normal) Tahap 3 (tahap def. besi), dimana feritin, saturasi transferin dan Hb turun (eritrosit menjadi mikrositik hipokrom)

2. Anemia pada penyakit kronis

25

Anemia ini biasanya bersifat sekunder, dalam arti ada penyakit primer yang mendasarinya. Perbedaan anemia ini dengan anemia defisiensi besi tampak pada feritin yang tinggi dan TIBC yang rendah 3. Anemia sideroblastik Terjadi karena adanya gangguan pada rantai protoporfirin. Menyebabkan besi yang ada di sumsum tulang meningkat sehingga besi masuk ke dalam eritrosit yang baru terbentuk dan menumpuk pada mitokondria perinukleus. 4. Thalasemia Terjadi karena gangguan pada rantai globin. Thalasemia dapat terjadi karena sintesis hb yang abnormal dan juga karena berkurangnya kecepatan sintesis rantai alfa atau beta yang normal. Epidemiologi Anemia defisiensi besi di Indonesia hampir sama prevalensinya antara laki-laki, wanita dan wanita hamil.Sedangkan di negara barat, anemia defisiensi besi paling banyak terjadi pada wanita hamil. Thalasemia. Frekuensi gen thalasemia di Indonesia berkisar 3-10% . Kelainan ini kebanyakan di daerah tropis dan subtropis. Namun sekarang sudah menyebar secara herediter ke seluruh dunia. Sintesa, Fungsi, dan Cara Kerja Hb Hb (hemoglobin) terdiri dari Heme dan Globin. Heme terdiri dari Fe dan protoporfirin sedangkan Globin terdiri dari sepasangang rantai a dan non-a. Fungsi dan cara kerja Hb adalah berikatan dengan O2 membentuk oksihemoglobin untuk dikirim ke jaringan. Reduce hemoglobin (hemoglobin yang melepaskan ikatannya dengan O2) merupakan bentuk ikatan hemoglobin yang normal. Ikatan hemoglobin yang abnormal misalnya sulfhemoglobin, methemoglobin, carboksihemoglobin.

26

Pemeriksaan Laboratorium yang mendukung Untuk anemia mikrositik hipokrom, dilakukan pemeriksaan NER (Nilai eritrosit ratarata) yang terdiri dari VER, HER, KHER 1. VER (Volume Eritrosit Rata-rata). Yaitu perbandingan nilai hematokrit dengan jumlah eritrosit (dalam juta) x 10. Satuannya fL. Nilai normalnya 80-98 fL. Jika lebih besar dari pada normal : eritrositnya makrositer Jika lebih kecil dari pada normal : eritrositnya mikrositer. 2. HER (Hemoglobin Eritrosit Rata-rata). Yaitu perbandingan nilai hemoglobin dengan jumlah eritrosit (dalam juta ) x 10 . Satuannya pg. Nilai normalnya 27-32 pg Jika lebih kecil dari normal biasanya eritrosit hipokrom. 3. KHER (Konsentrasi Hemoglobin Eritrosit Rata-rata). Yaitu perbandingan nilai hemoglobin dengan nilai hematokrit x 100. Satuannya g/dL. Nilai normalnya 31-35 g/dL. Jika lebih kecil dari normal biasanya eritrosit hipokrom. Kalau perhitungan sudah menunjukan bahwa eritrosit mikrositik hipokrom, maka dilanjutkan dengan pemeriksaan apus darah tepi untuk melihat morfologi darah tepi. Pemeriksaan lanjutan yang dapat dilakukan ialah SI, TIBC, Saturasi transferin, feritin serum dan elektroforesis Hb. Biasanya elektroforesis Hb lebih menunjukan untuk sindrom talasemia. Penatalaksanaan Anemia Mikrositik Hipokrom 1. Anemia defisiensi besi a. terapi besi oral Ferro sulfat, mengandung 67mg besi Ferro glukonat, mengandung 37 mg besi. b. terapi besi parenteral biasa digunakan untuk pasien yang tidak bisa mentoleransi penggunaan besi oral. Besi-sorbitol-sitrat diberikan secara injeksi intramuscular. Ferri hidroksida-sukrosa diberikan secara injeksi intravena lambat atau infuse.
27

c. Pengobatan Lain Diet, diberikan makanan bergizi tinggi protein terutama yang berasal dari protein hewani. Vitamin C diberikan 3 x 100mg per hari untuk meningkatkan absorpsi besi. Transfusi darah, pada anemia def. Besi dan sideroblastik jarang dilakukan (untuk menghindari penumpukan besi pada eritrosit)

2. Anemia pada penyakit kronik. Tidak ada pengobatan khusus yang mengobati penyakit ini, sehingga pengobatan ditujukan untuk penyakit yang mendasarinya. Jika anemia menjadi berat, dapat dilakukan transfusi darah dan pemberian eritropoietin. 3. Anemia sideroblastik. Penatalaksanaan anemia ini dapat dilakukan dengan veneseksi dan pemberian vit b6 (pyridoxal fosfat). Setiap unit darah yang hilang pada veneseksi mengandung 200-250 mg besi. 4. Thalasemia. Transfusi darah dapat dilakukan untuk mempertahankan kadar Hb >10 g/dL. Tetapi transfusi darah yang berulang kadang mengakibatkan penimbunan besi, sehingga perlu dilakukan terapi kelasi besi. Tanda-tanda yang paling sering dikaitkan dengan anemia adalah: Kelelahan, lemah, pucat, dan kurang bergairah, sakit kepala, dan mudah marah tidak mampu berkonsentrasi, dan rentan terhadap infeksi pada anemia yang kronis menunjukkan bentuk kuku seperti sendok dan rapuh, pecah-pecah pada sudut mulut, lidah lunak dan sulit menelan. Karena faktor-faktor seperti pigmentasi kulit, suhu dan kedalaman serta distribusi kapiler mempengaruhi warna kulit, maka warna kulit bukan merupakan indeks pucat yang dapat diandalkan. Warna kuku, telapak tangan, dan membran mukosa mulut serta konjungtiva dapat digunakan lebih baik guna menilai kepucatan. Takikardia dan bising jantung (suara yang disebabkan oleh kecepatan aliran darah yang meningkat) menggambarkan beban kerja dan curah jantung yang meningkat. Angina (sakit dada), khususnya pada penderita yang tua dengan stenosis koroner, dapat diakibatkan karena iskemia miokardium. Pada anemia berat, dapat
28

menimbulkan payah jantung kongesif sebab otot jantung yang kekurangan oksigen tidak dapat menyesuaikan diri dengan beban kerja jantung yang meningkat. Dispnea (kesulitan bernafas), nafas pendek, dan cepat lelah waktu melakukan aktivitas jasmani merupakan manifestasi berkurangnya pengiriman O2. Sakit kepala, pusing, kelemahan dan tinnitus (telinga berdengung) dapat menggambarkan berkurangnya oksigenasi pada susunan saraf pusat. Pada anemia yang berat dapat juga timbul gejala saluran cerna yang umumnya berhubungan dengan keadaan defisiensi. Gejala-gejala ini adalah anoreksia, nausea, konstipasi atau diare dan stomatitis (sariawan lidah dan mulut).

2. Pemeriksaan laboratorium penunjang anemia Diagnosis anemia meliputi berikut analisis laboratorium dan tes (1-5):

Jumlah darah rutin. Sampel darah yang diambil dari urat di lengan dinilai untuk darah hitungan. Anemia terdeteksi jika tingkat hemoglobin lebih rendah daripada normal. Mungkin ada lebih sedikit sel darah merah daripada normal. Di bawah mikroskop sel mungkin tampak kecil dan pucat daripada biasanya dalam kasus besi kekurangan anemia. Ukuran kecil disebut microcytic anemia. Dalam vitamin B12 folat kekurangan sel mungkin tampak pucat tetapi lebih besar daripada ukuran mereka biasa. Ini disebut macrocytic anemia.

Feritin toko-feritin adalah protein yang toko besi. Jika tingkat darah feritin rendah menunjukkan rendah besi toko dalam tubuh dan membantu mendeteksi besi kekurangan anemia.

Tes darah termasuk berarti sel volume (MCV) dan lebar distribusi sel darah merah (RDW). Retikulosit adalah ukuran dari sel muda. Ini menunjukkan jika produksi RBC tingkat normal. Vitamin B12 dan folat tingkat dalam darah-ini membantu mendeteksi jika anemia jika karena kekurangan vitamin ini.

29

Analisis sumsum tulang untuk mendeteksi sel dewasa terlalu banyak seperti yang terlihat dalam aplastic anemia atau kanker darah. Kurangnya besi dalam sumsum tulang juga menunjuk ke arah besi kekurangan anemia. Sumsum tulang diperoleh dengan memasukkan jarum berongga ke tulang dada atau tulang pinggul dan menarik jumlah kecil sumsum. Sampel kemudian ditempatkan pada sebuah slide kaca dan bernoda pewarna khusus. Ini diperiksa di bawah mikroskop.

Mengikat besi kapasitas. Kapasitas rendah mengikat besi menunjukkan besi kekurangan anemia. Pada wanita keturunan Afrika, Mediterania atau Asia Tenggara, anemia ringan yang tidak menanggapi besi terapi mungkin karena talasemia kecil atau sifat sel sabit. Ini dapat dideteksi dengan tes genetik dan Elektroforesis darah. Hemoglobin Elektroforesis mengidentifikasi berbagai hemoglobins yang tidak normal dalam darah. Hal ini digunakan untuk mendiagnosa anemia sel sabit, thalassemias, dan bentuk-bentuk warisan anemia.

Karya lengkap up termasuk penilaian tersembunyi fokus untuk pendarahan di perut atau usus. Fungsi hati dan ginjal dievaluasi untuk memeriksa apakah anemia karena hati kronis atau penyakit ginjal.

Tes laboratorium untuk diagnosis anemia Diagnosis anemia meliputi berikut analisis laboratorium dan tes (1-5): Jumlah darah rutin. Sampel darah yang diambil dari urat di lengan dinilai untuk darah hitungan. Anemia terdeteksi jika tingkat hemoglobin lebih rendah daripada normal. Mungkin ada lebih sedikit sel darah merah daripada normal. Di bawah mikroskop sel mungkin tampak kecil dan pucat daripada biasanya dalam kasus besi kekurangan anemia. Ukuran kecil disebut microcytic anemia. Dalam vitamin B12 folat kekurangan sel mungkin tampak pucat tetapi lebih besar daripada ukuran mereka biasa. Ini disebut macrocytic anemia.
30

Feritin toko-feritin adalah protein yang toko besi. Jika tingkat darah feritin rendah menunjukkan rendah besi toko dalam tubuh dan membantu mendeteksi besi kekurangan anemia. Tes darah termasuk berarti sel volume (MCV) dan lebar distribusi sel darah merah (RDW). Retikulosit adalah ukuran dari sel muda. Ini menunjukkan jika produksi RBC tingkat normal. Vitamin B12 dan folat tingkat dalam darah-ini membantu mendeteksi jika anemia jika karena kekurangan vitamin ini. Analisis sumsum tulang untuk mendeteksi sel dewasa terlalu banyak seperti yang terlihat dalam aplastic anemia atau kanker darah. Kurangnya besi dalam sumsum tulang juga menunjuk ke arah besi kekurangan anemia. Sumsum tulang diperoleh dengan memasukkan jarum berongga ke tulang dada atau tulang pinggul dan menarik jumlah kecil sumsum. Sampel kemudian ditempatkan pada sebuah slide kaca dan bernoda pewarna khusus. Ini diperiksa di bawah mikroskop. Mengikat besi kapasitas. Kapasitas rendah mengikat besi menunjukkan besi kekurangan anemia. Pada wanita keturunan Afrika, Mediterania atau Asia Tenggara, anemia ringan yang tidak menanggapi besi terapi mungkin karena talasemia kecil atau sifat sel sabit. Ini dapat dideteksi dengan tes genetik dan Elektroforesis darah. Hemoglobin Elektroforesis mengidentifikasi berbagai hemoglobins yang tidak normal dalam darah. Hal ini digunakan untuk mendiagnosa anemia sel sabit, thalassemias, dan bentuk-bentuk warisan anemia. Karya lengkap up termasuk penilaian tersembunyi fokus untuk pendarahan di perut atau usus. Fungsi hati dan ginjal dievaluasi untuk memeriksa apakah anemia karena hati kronis atau penyakit ginjal.

3. Hookworm / cacing tambang


31

1.1

Pengertian Cacing tambang paling sering disebabkan oleh Ancylostoma duodenale

dan Necator americanus. Cacing dewasa tinggal di usus halus bagian atas, sedangkan telurnya akan dikeluarkan bersama dengan kotoran manusia. Telur akan menetas menjadi larva di luar tubuh manusia, yang kemudian masuk kembali ke tubuh korban menembus kulit telapak kaki yang berjalan tanpa alas kaki. Larva akan berjalan jalan di dalam tubuh melalui peredaran darah yang akhirnya tiba di paru paru lalu dibatukan dan ditelan kembali. Gejala meliputi reaksi alergi lokal atau seluruh tubuh, anemia dan nyeri abdomen. Hospes parasit ini adalah manusia, Cacing dewasa hidup di rongga usus halus dengan giginya melekat pada mucosa usus. Cacing betina menghasilkan 9.000-10.000 butir telur sehari. Cacing betina mempunyai panjang sekitar 1 cm, cacing jantan kira-kira 0,8 cm, cacing dewasa berbentuk seperti huruf S atau C dan di dalam mulutnya ada sepasang gigi. Daur hidup cacing tambang adalah sebagai berikut, telur cacing akan keluar bersama tinja, setelah 1-1,5 hari dalam tanah, telur tersebut menetas menjadi larva rabditiform. Dalam waktu sekitar 3 hari larva tumbuh menjadi larva filariform yang dapat menembus kulit dan dapat bertahan hidup 7-8 minggu di tanah. Telur cacing tambang yang besarnya kira-kira 60x40 mikron, berbentuk bujur dan mempunyai dinding tipis. Di dalamnya terdapat beberapa sel, larva rabditiform panjangnya kurang lebih 250 mikron, sedangkan larva filriform panjangnya kurang lebih 600 mikron. Setelah menembus kulit, larva ikut aliran darah ke jantung terus ke paru-paru. Di paru-paru menembus pembuluh darah masuk ke bronchus lalu ke trachea dan laring. Dari laring, larva ikut tertelan dan masuk ke dalam usus halus dan menjadi cacing dewasa. Infeksi terjadi bila larva filariform menembus kulit atau ikut tertelan bersama makanan

32

Infeksi paling sering ditemukan di daerah yang hangat dan lembab, dengan tingkat kebersihan yang buruk. Ancylostoma duodenale ditemukan di daerah Mediterenian, India, Cina dan Jepang. Necator americanus ditemukan di daerah tropis Afrika, Asia dan Amerika

Gambar Hidup

Daur Cacing dan

Tambang (Necator americanus Ancylostoma duodenale.

2.1 Siklus Hidup Cacing tambang atau cacing cambuk adalah cacing parasit(nematoda) yang hidup pada usus kecil, yang dapat berupa mamalia seperti kucing, anjing ataupun manusia. Ada dua spesies cacing tambang yang biasa menyerang manusia, Ancylostoma duodenale dan Necator americanus. Necator americanus banyak ditemukan di Amerika,Sub-Sahara Afrika, Asia Tenggara, Tiongkok, and Indonesia,Ankylostoma duodenale lebih banyak di Timur Tengah, Afrika Utara, India, dan Eropa bagian selatan. Sekitar seperempat penduduk dunia terinfeksi oleh cacing tambang. Infeksi paling sering ditemukan di daerah yang hangat dan lembab,dgn tingkat kebersihan yg buruk. 3.1 Patofisiologi Cacing tambang hidup dalam rongga usus halus tapi melekat dengan giginya pada dinding usus dan
33

menghisap darah. Infeksi cacing tambang menyebabkan kehilangan darah secara perlahan-lahan sehingga penderita mengalami kekurangan darah (anemia) akibatnya dapat menurunkan gairah kerja serta menurunkan produktifitas. Tetapi kekurangan darah (anemia) ini biasanya tidak dianggap sebagai cacingan karena kekurangan darah bisa terjadi oleh banyak sebab

4.1 Penyebab Penyebabnya adalah cacing gelang usus, yaitu Ancylostoma duodenale dan Necator americanus. Telur dari kedua cacing tersebut ditemukan di dalam tinja dan menetas di dalam tanah setelah mengeram selama 1-2 hari. Dalam beberapa hari, larva dilepaskan dan hidup di dalam tanah. Manusia bisa terinfeksi jika berjalan tanpa alas kaki diatas tanah yang terkontaminasi oleh tinja manusia, karena larva bisa menembus kulit. Larva sampai ke paru-paru melalui pembuluh getah bening dan aliran darah. Lalu larva naik ke saluran pernafasan dan tertelan. Sekitar 1 minggu setelah masuk melalui kulit, larva akan sampai di usus. Larva menancapkan dirinya dengan kait di dalam mulut mereka ke lapisan usus halus bagian atas dan mengisap darah.

(Gambar : Necator americanus)

(Ancylostomaduodenale)

34

(Ancylostoma duodenale egg)

5.1 Gejala Gejala klinik penyakit cacing tambang berupa anemia yang diakibatkan oleh kehilangan darah pada usus halus secara kronik. Jumlah darah yang hiIang setiap hari tergantung pada (1) jumlah cacing, terutama yang secara kebetulan melekat pada mukosa yang berdekatan dengan kapiler arteri; (2) species cacing : seekor A. duodenaleyang lebih besar daripada N. americanus mengisap 5x lebih banyak darah; (3) lamanya infeksi. Terjadinya anemia tergantung pada keseimbangan zat besi dan protein yang hilang dalam usus dan yang diserap dari makanan. Kekurangan gizi dapat menurunkan daya tahan terhadap infeksi parasit. Beratnya penyakit cacing tambang tergantung pada beberapa faktor, antaza lain umur,"wormload," lamanya penyakit dan keadaan gizi penderita. Penyakit cacing tambang menahun dapat dibagi dalam tiga golongan :
I. Infeksi ringan dengan kehilangan darah yang dapat diatasi tanpa gejala,

walaupun penderita mempunyai daya tahan yang menurun terhadap penyakit lain.
II. infeksi sedang dengan kehilangan darah yang tidak dapat dikompensasi dan

penderita kekurangan gizi, mempunyai keluhan pencernaan, anemia, lemah, fisik dan mentaI kurang baik.
35

III. infeksi berat yang dapat menyebabkan keadaan fisik buruk dan payah jantung

dengan segala akibatnya. Gejala lainnya adalah Ruam yang menonjol dan terasa gatal (ground itch) bisa muncul di tempat masuknya larva pada kulit. Demam, batuk dan bunyi nafas mengi (bengek) bisa terjadi akbiat berpindahnya larva melalui paru-paru. Cacing dewasa seringkali menyebabkan nyeri di perut bagian atas. Anemia karena kekurangan zat besi dan rendahnya kadar protein di dalam darah bisa terjadi akibat perdarahan usus. Kehilangan darah yang berat dan berlangsung lama, bisa menyebabkan pertumbuhan yang lambat, gagal jantung dan pembengkakan jaringan yang meluas pada anak-anak.
6.1

Epidemiologi Kejadian penyakit (Incidens) ini di Indonesia sering ditemukan pada

penduduk yang bertempat tinggal di pegunungan, terutama di daerah pedesaan, khususnya di perkebunan atau pertambangan. Cacing ini menghisap darah hanya sedikit namun luka-luka gigitan yang berdarah akan berlangsung lama, setelah gigitan dilepaskan dapat menyebabkan anemia yang lebih berat. Kebiasaan buang air besar di tanah dan pemakaian tinja sebagai pupuk kebun sangat penting dalam penyebaran infeksi penyakit ini (Srisasi Gandahusada, 2000:15). Tanah yang baik untuk pertumbuhan larva adalah tanah gembur (pasir, humus) dengan suhu 16 optimum 32oC-38oC. Untuk menghindari infeksi dapat dicegah dengan memakai sandal atau sepatu bila keluar rumah. 7.1 Cara penularan Cara penularan penyakit cacing tambang adalah melalui larva cacing yang terdapat di tanah yangmenembus kulit (biasanya diantara jari-jari kaki), cacing ini akan berpindah ke paru kemudian ke tenggorokan dan akan tertelan masuk saluran cerna. 8.1 Diagnosa Jika timbul gejala, maka pada pemeriksaan tinja penderita akan ditemukan telur cacing tambang. Jika dalam beberapa jam tinja dibiarkan dahulu, maka telur akan mengeram dan menetaskan larva. 9.1 Pengobatan

36

Pengobatan penyakit cacing tambang dapat dilakukan dengan berbagai macam anthelmintik, antara lain befenium hidroksinaftoat, tetraldoretilen, pirantel pamoat dan mebendazol. Bila cacing tambang telah dikeluarkan, perdarahan akan berhenti, tetapi pengobatan dengan preparat besi (sulfas ferrosus) per os dalam jangka waktu panjang dibutuhkan untuk memulihkan kekurangan zat besinya. Di samping itu keadaan gizi diperbaiki dengan diet protein tinggi 10.1 Cara pencegahan Hati-hati bila maka makanan mentah atau setengah matang terutama pada tempat-tempat dimana sanitasi masih kurang Masak bahan makanan sampai matang Selalu mencuci tangan setelah dari kamar mandi/WC atau sebelum memegang makanan Infeksi cacing tambang bisa dihindari dengan selalu mengenakan alas kaki. Gunakan desinfektan setiap hari di tempat mandi dan tempat buang air besar. 11.1 Faktor resiko Hasil penelitian menunjukkan bahwa Prevalensi infeksi cacing tambang adalah 61,2%. Sedangakn Prevalensi infeksi cacing tambang berdasarkan kebiasaan BAB yaitu 78,6% untuk yang BAB di sembarang tempat dan 58,4 untuk yang BAB di kakus. Prevalensi berdasarkan munum obat dalam waktu 3 bulan terakhir yaitu 63,5% untuk yang tidak minum obat dan 28,6% untuk yang minum obat. Prevalensi berdasarkan kebiasaan memakai alaskaki yaitu 69,7% untuk yang tidak biasa memakai alas kaki dan 37,1% untuk yang biasa memakai alas kaki. Besarnya faktor resiko terinfeksi berdasarkan kebiasaan memakai alas kaki adalah 1,88 artinya kebiasaan memakai alas kaki merupakan faktor resiko yang kuat untuk terjadinya infeksi cacing tambang. Dari hasil tersebut diharapkan adanya upaya untuk melakukan penyuluhan tentang pentingnya kegunaan pemakaian alas kaki/sepatu but pada waktu bekerja dan membiasakan untuk selalu buang air besar dikakus. Untuk penelitian lebih lanjut dapt dikembangkan dan pemeriksaan besarnya derajat infeksi, pemeriksaan kadar Hb, pemeriksaan sampel tanah danpembiakan telur cacing tembang untuk indentifikasi dan membedakan antara larva cacing Necato americanus dan Ancylostoma duodenale
37

V. Kerangka Konsep

38

BAB III PENUTUP I. Kesimpulan Mrs.Mona 41 tahun menderita Anemia Hypochrome Microcyter dikarenakan infeksi hookworms yang sudah berlangsung lama dan excessesive dan prolonged menstruation selama 1,5 tahun yang lalu.

39

DAFTAR PUSTAKA
o

Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta : EGC Kamus Kedokteran Dorland. 2011. Jakarta: EGC.

o doctoryamod.blog.uns.ac.id/files/2010/04/laporan-resmi.docx diakses pada tanggal 26 Desember 2012 o Hoffbrand. A. V dan Pettit. J.E. 2005. Kapita Selekta Hematologi Edisi : 4. Jakarta : EGC.

40

Anda mungkin juga menyukai