Anggota
: Muhammad Hadi
(04011281320035)
Naurah Nazhifah
(04011381320011)
Jason Liando
(04011381320013)
Endy Averossely
(04011381320017)
M.Auzan Ridho P
(04011381320075)
Anusha G Perkas
(04011381320081)
Muhammad Fadil
(04011181320005)
(04011181320025)
(04011181320029)
Muhammad M Safitra
(04011181320059)
Nyayu Aisyah
(04011181320099)
2015KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya lah,
kami dapat menyelesaikan Laporan Tutorial Skenario A Blok 23 Tahun 2015 ini dengan baik
dan tepat waktu.
Laporan tutorial ini disusun dalam rangka memenuhi tugas blok 23 yang merupakan
bagian dari sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada
1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan petunjuk dan kemudahan
dalm penyusunan laporan ini.
2. Pembimbing kami, Dr. Rini Nindela yang telah membimbing kami
dalam proses tutorial.
3. Teman-teman yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pikirannya
untuk merampungkan tugas tutorial ini dengan baik.
4. Orang tua yang telah menyediakan fasilitas dan materi
yang
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................................................................................
Daftar Isi................................................................................................................
I.
II.
III.
IV.
V.
VI.
Klarifikasi Istilah.......................................................................................
Identifikasi Masalah..................................................................................
Analisis Masalah.......................................................................................
Hipotesis....................................................................................................
Template
Sintesis Masalah........................................................................................
a. Metabolisme Zat Besi....................................................................
b. Eritropoiesis...................................................................................
c. Anemia Mikrositer Hipokrom.......................................................
Kerangka Konsep......................................................................................
Kesimpulan................................................................................................
4
5
6
20
Daftar Pustaka.......................................................................................................
51
VII.
VIII.
34
35
40
49
49
Mrs. A, 60 year old woman, came to Moh.Hoesin Hospital with chief complain of weakness.
She also had palpitation, cephalgia and epigastric pain. She has also complain her knee and
she always taken NSAID since 4 years ago. The defecation sometimes blood occult.
Physical Examination
Weight : 45 kg, Height : 155 cm
General appearance : pale, fatigue
Vital sign : HR :110x/minute, RR : 28x/minute, Temp : 36,6 C, BP : 100/70 mmHg
Head : cheilitis positive, tongue : papil athropy
No Lymphadenophaty
Abdomen : epigastric pain (+), liver and spleen non palpable
Extremities : koilonychia negative
Laboratory :
Hb 6 g/dL, Ht 20 vol %,RBC 2.500.000/mm3 ,WBC 7000/mm3 ,Trombosit 460.000/mm3
,RDW 20%, MCV : 62 fl, MCH n: 23 pg)
Blood smear : anisocytosis, hypochrome microcyter, poikilocytosis
Faeces : blood occult (+)
Additional Examination:
TIBC : 480 g/dL
Ferritin : 9 ng/ml
Serum besi : 12 g/dL
I.
Klarifikasi Istilah
Palpitasi
: sensasi detak jantung yang cepat atau tidak menentu
3
Cephalgia
tengkorak mulai dari kening kearah atas dan kebelakang kepala serta daerah wajah
Epigastric pain
: nyeri pada region epigastrik
Pucat
: putih pudar atau agak putih
Cheilitis
: peradangan pada bibir biasanya menyebabkan pengelupasan
menghilang
Koilonychia
seragam
Hipokrom mikrocyter
: sakit atau nyeri dan rasa tidak nyaman yang menyerang daerah
II.
abnormal
Blood occult
Identifikasi Masalah
1. Mrs. A, 60 year old woman, came to moh.Hoesin Hospital with chief complain of
weakness. (Chief Complain)
2. She also had palpitation, cephalgia and epigastric pain. The defecation sometimes
blood occult.
3. She has also complain her knee and she always taken NSAID since 4 years ago.
4. Physical examination:
Weight : 45 kg, Height : 155 cm
General appearance : pale, fatigue
4
III.
Analisis Masalah
Mrs. A, 60 year old woman, came to moh.Hoesin Hospital with chief complain of weakness.
1. Apa hubungan usia dan jenis kelamin pada kasus ini ?
Jawab :
prevalensi ADB di Indonesia adalah 16-50% pada laki-laki, 25-84%pada perempuan
tidak hamil, dan 46-92% pada perempuan hamil. Anemia ini merupakan bentuk
anemia yang paling prevalens, termasuk anemia defisiensi nutrisi. Pada anakanak usia 1-2 tahun terjadi anemia bentuk ini hingga 47%. Lebih sering pada lakilaki karena intensitas terpapar lingkungan lebih tinggi. Untuk usia, biasanya pada
usia produktif.
Kriteria Anemia menurut WHO:
5
Kelompok
Laki-laki dewasa
< 14 g/dl
< 12 g/dl
Wanita hamil
< 11 g/dl
kelemahan/ lemas yang terjadi pada kasus jika ditinjau dari segi etiologi, pendekatan
secara anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorium, disebabkan oleh anemia
defisiensi besi. Anemia ini timbul akibat berkurangnya penyediaan besi untuk
eritropoesis, karena cadangan besi kosong (depleted iron store) yang pada akhirnya
akan mengakibatkan pembentukkan terhdap hemoglobin berkurang. Selain itu lemas
terjadi karena kebutuhan oksigen jaringan tidak dapat terpenuhi. ini terjadi karena
tubuh cenderung melakukan metabolisme seacra anaerob sehingga produksi ATP
menurun
3. Apa struktur dan fungsi organ yang mungkin terganggu pada kasus ini ?
Jawab :
Organ nya masih normal namun yang terganggu adalah penyerapan besi pada tubuh
karena cadangan besi pada tubuh kosong sedangkan besi diperlukan untuk
pembentukan hemoglobin yang pada akhirnya proses hematopoesis terhambat yang
menyebabkan anemia.
She also had palpitation, cephalgia and epigastric pain. The defecation sometimes blood
occult.
1. Bagaimana penyebab dan mekanisme terjadinya :
a. Palpitasi ?
Jawab :
penurunan transport oksigen oleh darah akan menyebabkan pembuluh darah
jaringan perifer berdilatasi, yang selanjutnya meningkatkan jumlah darah yang
kembali ke jantung dan meningkatkan curah jantung sampai nilai yang lebih
tinggi. Jadi, salah satu efek utama dari anemia adalah peningkatan curah
jantung dan peningkatan beban kerja pemompaan jantung.
b. Cephalgia?
Jawab :
Hipoksia Vasodilatasi serebral (untuk mempertahankan perfusi jaringan)
Peningkatan tekanan darah dalam pemompaan jantung Peningkatan
tekanan dirasakan oleh stretch recapter di pembuluh darah Sinyal nyeri di
interpretasi oleh otak.
c. Nyeri epigastrik?
Jawab :
Pada kasus,nyeri epigastrik disebabkan oleh penggunaan obat NSAID yang
akan menimbulkan iritasi pada mukosa gastrik secara berlebihan
d. Blood occult?
Jawab :
menggunakan NSAID selama waktu 4 tahun menyebabkan timbulnya efek
samping yaitu perdarahan saluran cerna. Hal ini terjadi karena ada 2 jenis
penghambatan jalur COX 1 dan COX 2 obat NSAID dapat menyebabkan
tukak lambung melalui 2 cara, mengiritasi epitelium lambung secara langsung
atau melalui penghambatan sintesis prostaglandin.
She has also complain her knee and she always taken NSAID since 4 years ago.
1. Bagaimana hubungan konsumsi obat NSAID selama 4 tahun dengan keluhan yang
dialami sekarang ?
Jawab :
Konsumsi obat golongan NSAID memiliki efek samping berupa perdarahan pada
gastro- intestinal dimana dalam kasus ini Mrs. A telah mengkonsumsi obat golongan
NSAID selama 4 tahun dan telah menyebabkan kehilangan zat besi akibat perdarahan
yang menahun.
2. Bagaimana farmakokinetik dan farmakodinamik NSAID ?
Jawab :
FARMAKOKINETIK OAINS / NSAID
osteoartritis, dan
spondilitis
ankilosa. Namun,
OAINS
hanya
meringankan gejala nyeri dan inflamasi yang berkaitan dengan penyakitnya secara
simtomatik, tidak menghentikan, memperbaiki, atau mencegah kerusakan jaringan
pada kelainan muskuloskeletal.
Meskipun semua OAINS memiliki sifat analgesik, antipiretik dan anti-inflamasi,
namun terdapat perbedaan aktivitas di antara obat-obat tersebut. Salisilat khususnya
aspirin adalah analgesik, antipiretik dan anti-inflamasi yang sangat luas digunakan.
Selain sebagai prototip OAINS, obat ini merupakan standar dalam menilai OAINS
lain. OAINS golongan para aminofenol efek analgesik dan antipiretiknya sama
dengan golongan salisilat, namun efek anti-inflamasinya sangat lemah sehingga tidak
digunakan untuk anti rematik seperti salisilat. Golongan pirazolon memiliki sifat
analgesik dan antipiretik yang lemah, namun efek anti-inflamasinya sama dengan
salisilat.
10
3. Apa saja efek samping NSAID jika dikonsumsi dalam waktu lama ? ( secara umum )
Jawab :
Efek samping penggnaan NSAID dapat menggaggu 3 sistem organ :
1. Saluran cerna: tukak peptik(duodenum dan lambung) yang dapat mengakibatkan
anemia sekunder akibat perdarahan
Ada 2 mekanisme iritasi lambung :
Lokal :menimbulkan difusi asam lambung ke mukosa dan kerusakan jaringan
Sistemik :melepaskan PGE2 dan PGI2 yang akan menghambat sekresi asam
lambung dan merangsang sekresi mukus usus halus
2. Ginjal : gangguan hemoestasis yang sangat berdampak pada penderita
hupovolemia, gagal jantung, sirosis hepatis yang akan menyebabkan aliran darah
ginjal dan kecepatan filtrasi glomerulus menurun sehingga akan terjadi gagal
ginjal kronik
3. Hati
Adapun efek samping lain yaitu ganguan fungsi trombosit akibat penghambatan
biosintesis tromboksan A2(TXA2) sehingga bertambah panjang waktu perdarahan
PHYSICAL EXAMINATION
1. bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormal pada physical examination ?
a. weight-height, general appearance,vital sign?
Jawab :
Weight 45 kg, height 155cm
BMI : BB(kg) / TB2(dalam meter)
45/1,552 = 18,73 kg/m2 (Normal)
Kurus
Normal
Gemuk
Obesitas
Laki-Laki
<17 kg/m2
17-23 kg/m2
23-27 kg/m2
>27 kg/m2
Perempuan
<18 kg/m2
18-25 kg/m2
25-27 kg/m2
>27 kg/m2
11
Nilai normal
Interpretasi
Anemia
Mekanisme
anemiaaliran darah ke jaringan
perifer
Lelah
Anemia
berkurang
kadar
Hb
rendahpucat
anemiasuplai
O2metabolisme
anaerobpenimbunan
as.laktatlelah
Anemia oksigenasi
pembentukan ATP lelah
HR 110x/mnt
60-100x/mnt
Takikardi
RR 28x/minute
T: 36,6C
BP 100/70 mmHg
16-24 x/mnt
36,6-37,5C
90-130/70-90
Meningkat
Normal
Normal
b. Head?
Jawab :
Pemeriksaan
Skenario
Normalnya
Interpretasi
Cheilitis
papil athropy
kekurangan
zat besi
c. abdomen ?
Jawab :
epigasitric pain - nyeri pada bagian daerah tengah atas perut yang berada tepat
di bawah tulang iga atau ulu hati, disebabkan oleh berkurangnya kemampuan
hemoglobin dalam mengangkut oksigen sehingga mengakibatkan kurangnya
asupan oksigen di jaringan. hal ini menyebabkan penimbunan asam laktat
pada jaringan tubuh, baik otot rangka, gaster, intestinal dan jaringan lainnya.
penumpukkan asam laktat ini mengakibatkan terjadinya asidosis dan dapat
mencetuskan mual dan sensasi yang tidak nyaman pada abdomen.
Limpa tidak terpalpasi karena menunjukkan tidak adanya pembesaran, jika
terjadi pembesaran limpa biasanya menunjukkan anemia hemolitik.
Hati tidak terpalpasi karena menujukkan yang terjadi pada kasus bukannlah
anemia aplastic
d. ekstremitas?
Jawab :
Koilonychias (-) Normal
13
2. apa makna klinis tidak ditemukannya limfadenopati , tidak teraba liver dan spleen ,
koilonychia negative pada kasus?
Jawab :
tidak ditemukannya limfadenopati: Tidak menandakan adanya infeksi, radang
ataupun keganasan. Juga menepis diagnosis banding adanya filariasis
limphatic.
tidak teraba liver dan spleen: Karena pada skenario, anemia disebabkan oleh
defisiensi besi bukan, anemia hemolisis. Sel darah merah tidak mengalami
pemecahan secara berlebihan sehingga kerja hati dan limpa tidak bertambah
berat.
koiloncyhia negative: Kuku rapuh, bergaris vertical dan cekung seperti
sendok. Tanda khas pada def besi tetapi dapat juga disebabkan oleh disfungsi
tiroid, penyakit ginjal, gg sirkulasi peripheral, SLE, Hemochromatosis,
Reynauds
disease, dan trauma. Pada kasus negative menunjukkan deposit Fe pada
pembentukkan kuku dalam batas normal, tidak terjadi defisiensi besi
LABORATORY
1. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormal pada pemeriksaan laboratorium?
Jawab :
Item
normal
hasil
Intepretasi
Hb
12-16 g/dL
6 g/dL
Rendah, anemia
Ht
37-43 vol %
20 vol%
RBC
3.900.000
2.500.000/mm3
Rendah, anemia
4.800.000/mm3
WBC
4000-10.000/mm3
7.000/mm3
Normal
Trombosit
200.000-400.000/mm3
460.000/mm3
Normal
14
Item
normal
RDW
10-15 %
hasil
20%
Intepretasi
Meningkat,
menunjukkan
adanya
anemia
Besi,
terjadi
def.
anisositosis
karena
sdm
mikrositer
akibat
kekurangan Hb
MCV
82-92fL
62 fL
Volume
rata-rata
anemia
mikrositer
MCH
27-31 pg
23 pg
Banyaknya
eritrosit
Hb
per
rendah,
menunjukkan
hipokrom
Serum Iron
total
50-170 g/dL
iron 240-450 g/dL
12 g/dL
Rendah
480 g/dL
Meningkat
9 g/dL
Rendah
binding capacity
Ferritin
20-50 g/dL
Blood smear :
Anisocyosis
15
Hypocrom mikrositer:
Blood occult test (+) : menunjukkan bahwa telah terjadi perdarahan pada GI tract tanp
disadari.
1. Buatlah emulsi tinja dalam tabung reaksi dengan air atau dengan larutan garam
kira- kira 5-10 ml dan panaskan hingga mendidih
2. Saringlah emulsi yang masih panas dan biarkan filtrat sampai menjadi dingin, dan
tambahkan 1 ml asam asetat glasial, campurDalam tabung reaksi kedua masukkan
sepucuk pisau serbuk guaiac dan 2 ml alcohol 95% campur.
3. Tuanglah secara hati- hati isi tabung kedua kedalam tabung yang berisi emulsi
tinja sehingga kedua jenis campuran tetap sebagai lapisan terpisah
4. Berikan 1 ml hydrogen peroksidase 3%, campur.
Hasil positif terlihat dari warna biru yang terjadi pada batas kadua lapisan itu
Hasil dibaca dalam waktu 5 menit (jangan lebih lama), perhatikan warna yang timbul.
Interpretasi Hasil
negative : tidak ada perubahan warna atau hijau samar- samar
Positif 1 : hijau
Positif 2 : Biru- hijau
Positif 3 : Biru
Positif 4 : biru tua
Interpretasi klinik :
Tes darah samar positif mungkin disebabkan oleh : karsinoma kolon, Colitis
ulcerative, Adenoma, Hernia diapragmatik, karsinoma lambung, Divertikulitis, Ulkus
lambung.
3. Bagaimana contoh gambar dari hasil blood smear pada kasus ?
Jawab :
Mikrocytosis
17
Anisocytosis
Hypochromic
18
Polychromacia
HIPOTESIS
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan tanda vital untuk melihat kondisi
umum yang mungkin menjadi penyebab utama yang mempengaruhi kondisi
19
pasien atau efek anemia terhadap kondisi umum pasien. Pemeriksaan fisik
ditujukan untuk menemukan berbagai kondisi klinis manifestasi kekurangan
besi dan sindroma anemic.
Pemeriksaan laboratorium
Jenis Pemeriksaan
Hemoglobin
Nilai
Kadar Hb biasanya menurun dibanding nilai normal
berdasarkan jenis kelamin pasien
MCV
MCH
Morfologi
Ferritin
sistem RE
sehingga
kadar
Ferritin
secara
tidak
langsung
menggambarkan
konsentrasi kadar Fe. Standar kadar normal ferritin
pada tiap
center kesehatan berbeda-beda. Kadar ferritin serum
normal
tidak menyingkirkan kemungkinan defisiensi besi
namun
kadar ferritin >100 mg/L memastikan tidak adanya
anemia
defisiensi besi
Total Iron Binding Capacity biasanya akan meningkat
TIBC
>350
mg/L (normal: 300-360 mg/L )
Saturasi
Saturasi transferin
transferin
bisanya
menurun
<18%
(normal: 25-50%)
Dapat ditemukan hyperplasia normoblastik ringan
Pulasan
Sel
sampai
20
sumsum
tulang
b.
2.
3.
MCV (VER)
2.
MCH (HER)
3.
Nilai normal :
Nilai MCV mencerminkan ukuran eritrosit, sedangkan MCH dan MCHC mencerminkan isi
hemoglobin eritrosit. Penetapan Indeks/ nilai rata-rata eritrosit ini digunakan untuk
mendiagnosis jenis anemia yang nantinya dapat dihungkan dengan penyebab anemia
tersebut. Anemia didefinisikan berdasarkan ukuran sel (MCV) dan jumlah Hb per eritrosit
(MCH) :
Tujuan akhir dari penetapan nilai-nilai ini adalah untuk mendiagnosis penyebab anemia.
Berikut ini adalah jenis anemia dan penyebabnya:
MCV
MCH
Besi serum
TIBC
Saturasi
Anemia
Anemia
defisiensi besi
penyakit
thalasemia
sideroblastik
Menurun
Menurun
Menurun
Meningkat
Menurun
kronik
Menurun/n
Menurun/n
Menurun
Menurun
Menurun/n
menurun
menurun
normal
Normal/ naik
Meningkat
Menurun/n
Menurun/n
Normal
Normal/ naik
Meningkat
10-20%
Positid
>20%
Positif kuat
>20%
Positif ndengan
Normal
ring sideroblast
normal
transferin
<15%
Besi sum-sum Negatif
tulang
Protofirin
Meningkat
eritrosit
Ferritin serun
Elektrofoesis
g/dL
Normal
Meningkat
200 g/dL
Normal
Hb
20- Meningkat
Meningkat >50
>50 g/dL
g/dL
Hb
A2 normal
meningkat
Anemia Defisiensi Besi (ADB) adalah anemia yang timbul akibat kosongnya
cadangan besi tubuh (depleted iron store) sehingga penyediaan besi untuk
eritropoesis berkurang, yang pada akhirnya pembentukan hemoglobin (Hb) berkurang
5. Bagaimana epidemiologi dari diagnosis pada kasus?
Jawab :
Anemia defisiensi besi merupakan jenis anemia yang sering dijumpai baik di klinik
maupun masyarakat. ADB merupakan anemia yang sangat sering dijumpai di Negara
berkembang.
Prevalensi Anemia Defisiensi Besi
Laki-laki Dewasa
Wanita tak hamil
Wanita Hamil
Afrika
6%
20%
60%
Amerika Latin
3%
17-21%
39-46%
Indonesia
16-50%
25-48%
46-92%
Faktor nutrisi : akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan, kualitas
besi yang tidak baik (makanan banyak serat, rendah vitamin c, rendah daging)
adalah
peningkatan
kadar
free
protophorphyrin
atau
zinc
25
26
27
terus menerus dalam jangka waktu lama. terjadilah defisiensi besi yang menyebabkan
anemia hipokrom mikrositik.
Perdarahan menahun menyebabkan kehilangan besi sehingga cadangan besi makin
menurun. Jika cadangan besi menurun, keadaan ini disebut iron depleted state atau
negative iron balance. Keadaan ini ditandai oleh penurunan kadar feritin serum,
peningkatan absorbsi besi dalam usus, serta pengecatan besi dalam sumsum tulang
negatif. Jika keadaan ini berlanjut terus maka penyediaan besi untuk eritropoesis
berkurang sehingga menimbulkan gangguan pada bentuk eritrosit tetapi anemia secara
klinis belum terjadi , keadaan ini disebut iron deficient erythropoesis. Selanjutnya
timbul anemia mikrositik hipokromik yang disebut iron deficiency anemia. Pada saat
ini juga terjadi kekurangan besi pada epitel serta pada beberapa enzim yang dapat
menimbulkan gejala pada kuku, epitel mulut, dan faring serta berbagai gejala lainnya
10. Apa saja gejala klinis dari diagnosis pada kasus?
Jawab :
1.
Gejala Umum
Gejala berupa badan lemah, lesu, cepat lelah, mata berkunang-kunang, serta
telinga mendenging. Pada anemia ini, penurunan kadar Hb terjadi
secara perlahan-lahan. Anemia bersifat simtomatik jika kadar Hb turun di
bawah 7 g/dL. Pada pemeriksaan fisik, pasien dijumpai pucat, terutama pada
konjungtiva dan daerah bawah kuku
2.
Gejala Khas
Koilonychia: kuku sendok (spoon nail), kuku menjadi rapuh, bergaris-garis vertikal
menghilang
Stomatitis angularis: radang pada sudut mulut sehingga tampak sebagai bercak
berwarna pucat keputihan
Disfagia: nyeri menelan karena kerusakan epitel hipofaring
Atrofi mukosa gaster sehingga menimbulkan akhloridia
Pica: keinginan memakan makanan yang tidak lazim, ex: tanah liat, es, lem,
dll
11. Bagaimana penatalaksanaan dari segi farmakologi dan non farmakologi pada kasus?
Fadil, denara
28
Jawab :
Terapi untuk anemia defisiensi besi :
i
misalnya
pengobatan
terhadap
perdarahan,
maka
dilakukan
diberikan besi
Penyerapan besi terganggu, seperti pada gastrektomi
Kehilangan darah yang banyak sehingga tidak cukup dikompensasi dengan
pemberian besi oral, seperti misalnya pada hereditary hemorrhagic
teleangiectasia
Kebutuhan besi yang besar dalam waktu yang pendek, seperti pada
Tujuan terapi besi parenteral ialah mengembalikan kadar Hb dan mengisi besi
sebesar 500mg-1000mg.
Efek samping : reaksi anafilaktik meskipun jaran (0,6 %), flebitis, sakit kepala,
fushing, mual, muntah, nyeri perut, dan sinkop, pada pemberian IM memberikan
rasa nyeri dan warna hitam pada kulit.
Pengobatan lain
Diet : diberikan makanan bergizi dengan tinggi protein terutama dari protein
hewani.
Vitamin C : diberikan 3 X 100 mg per hari untuk meningkatkan absorbsi besi.
Transfusi darah : anemia defisiensi besi jarang memerlukan transfuse darah.
Darah yang diberikan ialah PRC untuk mengurangi bahaya overload. Indikasi
transfuse darah :
- Adanya penyakit jantung anemic dengan ancama payah jantung
- Anemia yang sangat simtomatik, misalnya anemia ddengan gejala pusing
-
VI.
SINTESIS
A. METABOLISME ZAT BESI
Zat besi normal dikonsumsi 10-15 mg per hari. Sekitar 5-10% akan diserapdalam bentuk
Fe2+ di duodenum dan sebagian kecil di jejunum. Pada kondisi asam,zat besi lebih banyak
diserap. Fe akan disimpan dalam bentuk ferritin. Absorpsi zatbesi dipengaruhi oleh protein
HFE. HFE akan menempel pada reseptor transferring(protein pengangkut Fe). Fe akan
memasuki aliran darah dan bergabung denganprotoporphyrin membentuk heme. Kemudian
heme akan berikatan dengan rantaiglobin untuk membentuk hemoglobin.Pada sel darah
merah yang tua dan telah dipecah oleh makrofag, Fe akankembali ke aliran darah dan siap
digunakan kembali.Besi terdapat dalam berbagai jaringan dalam tubuh berupa:Senyawa besi
fungsional Hemoglobin, mioglobin, enzim-enzim Besi cadangan Feritin, HemosiderinBesi
Transfort TransferinBesi diabsorbsi dalam tubuh melalui 3 fase yaitu:1. Fase luminal: besi
dalam makanan diolah dalam lambung kemudian siap diserapdi duodenum 2. Fase Mukosal:
proses penyerapan dalam mukosa usus yang merupakan suatuproses aktif 3. Fase Korporeal:
meliputi proses transfortasi besi dalam sirkulasi, utilisasi besioleh sel sel yang memerlukan
dan penyimpanan besi oleh tubuh.
Bentuk zat besi dalam tubuh terdapat empat bentuk zat besi dalam tubuh yaitu:a. Zat besi
dalam hemoglobin.b. Zat besi dalam depot (cadangan) terutama sebagai feritin dan
31
hemosiderin.c. Zat besi yang ditranspor dalam transferin.d. Zat besi parenkhim atau zat besi
dalam jaringan seperti mioglobin dan beberapaenzim antara lain sitokrom, katalase, dan
peroksidase
Dari tabel ini kelihatan bahwa sebagian besar zat besi terikat dalamhemoglobin
yang
berfungsi
khusus,
yaitu
mengangkut
oksigen
untuk
keperluanmetabolisme
dalam jaringan-jaringan. Sebagian lain dari zat besi terikat dalam sistemretikuloendotelial
(Reticulo Endothelial System = RES) hepar dan sumsum tulangsebagai depot besi untuk
cadangan. Sebagian kecil dari zat besi dijumpai dalamtransporting iron binding protein
(transferin),
sedangkan
sebagian
kecil
sekalididapati
dalam
enzim-enzim
yang
pronormoblas. Pronormoblas adalah sel besar dengan sitoplasma biru tua, dengan inti
ditengah dan nucleoli, serta kromatin yang sediki.
menggumpal. Pronormoblas menyebabkan terbentuknya suatu rangkaian normoblas
yang makin kecil melalui sejumlah pembelahan sel. Normoblas ini juga mengandung
sejunlah hemoglobin yang makin banyak (yang berwarna merah muda) dalam sitoplasma,
warna sitoplasma makin biru pucat sejalan dengan hilangnya RNA dan apparatus yang
mensintesis protein, sedangkan kromatin inti menjadi makin padat. Inti akhirnya dikeluarkan
dari normoblas lanjut didalam sumsum tulang dan menghasilkan stadium retikulosit yang
masih mengandung sedikit RNA ribosom dan masih mampu mensintesis hemoglobin.
Microscopic
and
Clinical
Diagnosis,
oleh
Harald
seluruhnya, adlah cakram bikonkaf tak berinti. Satu pronormoblas biasanya menghasilkan 16
eritrosit matur. Sel darah merah berinti (normoblas) tampak dalam darah apabila eritropoiesis
terjadi diluar sumsum tulang (eritropoiesis ekstramedular) dan juga terdapat pada beberapa
penyakit sumsum tulang. Normoblas tidak ditemukan dalam darah tepi manusia yang normal.
Seri erithrocytic
Polychromatophilic erythroblast/Rubricyte:
diameter: 8 12 mikron
nukleus: bulat, lebih kecil, kromatin lebih padat & kasar,
sitoplasma: berwarna kebiruan, mulai tampak bintik bintik
merah dalam sitoplasma karena terbentuknya Hb.
Orthochromatophilic/ erythroblast/Metarubricyte:
34
diameter: 8 - 10 mikron
nukleus: makin kecil dan piknotik;
sitoplasma: mulai berwarna kemerah-merahan
Reticulocyte:
diameter: 8 9.5 mikron
nukleus: tidak ada;
sitoplasma: asidofilik
Erythrocyte:
diameter: 6 8 mikron
eritrosit matur tanpa nukleus; bentuk bikonkaf
sitoplasma: berwarna merah muda karena ribosom yang
berkurang dan adanya sejumlah besar protein seperti hemoglobin
Membran Eritrosit
Membran eritrosit terdiri atas lipid dua lapis (lipid bilayer), protein membran integral,
dan suatu rangka membrane. Sekitar 50% membran adalah protein, 40% lemak, dan 10 %
karbohidrat. Karbohidrat hanya terdapat pada permukaan luar sedangkan protein dapat
diperifer atau integral, menembus lipid dua lapis.
HEMOGLOBIN
Pigmen merah pembawa oksigen didalam eritrosit vertebrata merupakan hemoglobin,
suatu protein dengan berat molekul 64.450. Hemoglobin suatu molekul globin yang dibentuk
35
4 subunit. Tiap subunit mengandung suatu gugus hem yang dikonjugasi ke suatu
poplipeptida. Hem merupakan turunan porfirin yang mengandung besi. Polipeptida dinamai
secara bersama-sama sebagai bagian globin dari molekul hemoglobin. Ada 2 pasangan
polipeptida dalam tiap molekul hemoglobin, 2 subunit mengandung satu jenis polipeptida dan
2 mengandung lainnya. Pada hemoglobin manusia dewasa normal (hemoglobin A), 2 jenis
polipeptida dinamai rantai , masing-masingnya mengandung 141 gugusan asam amino dan
rantai , yang masing-masingnya mengandung 146 gugusan asam amino. Sehingga
hemoglobin A dinamai 22. Tidak semua hemoglobin dalam darah dewasa normal
merupakan hemoglobin A. sekitar 2,5% hemoglobin merupakan hemoglobin A2, tempat
rantai digantikan oleh (22). Rantai juga mengandung 146 gugusan asam amino, tetapi
10 gugusan tersendiri berbeda dari yang dalam rantai .
Ada sejumlah kecil dari rantai 3 turunan hemoglobin A yang berhubungan erat dengan
hemoglobin A yang diglikolisasi. Salah satu dari ini, hemoglobin A1c (HbA1c), mempunyai
suatu glukosa yang dilekatkan ke valin terminal dalam tiap rantai dan mempunyai minat
khusus karena jumlah dalam darah meningkat didalam diabetes mellitus terkontrol buruk.
Hemoglobin mengikat O2 untuk membentuk oksihemoglobin, O2 yang melekat ke
Fe2+ didalam hem. Afinitas hemoglobin bagi O2 dipengaruhi oleh pH, suhu, dan dan
konsentrasi 2,3-difosfogliserat (2,3-DPG). 2,3-DPG dan H+ bersaing denganO2 dalam
pengikatan ke hemoglobin di deoksigenasi, yang menurunkan afinitas hemoglobin bagi O2
dengan memindahkan posisi 4 rantai polipeptida (struktur kuatener).
Bila darah terpapar ke berbagai obat dan zat pengoksidasi lain in vitro atau in vivo,
maka besi fero (Fe2+) dalam molekul diubah ke ion feri (Fe 3+), yang membentuk
methemoglobin. Methemoglobin berwarna gelap dan bila ia ada didalam jumlah besar
didalam sirkulasi, maka ia akan menyebabkan pewarnaan kulit berwarna kehitaman yang
menyerupai sianosis. Normalnya timbul sejumlah oksidasi hemoglobin ke methemoglobin,
tetapi system enzim didalam eritrosit, system NADH-methemoglobin reduktase, mengubah
methemoglobin kembali ke hemoglobin.
Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin membentuk karbonmonoksi
hemoglobim (karboksihemoglobin). Afinitas hemoglobin bagi O2 jauh lebih rendah
dibandingkan afinitasnya bagi karbon monoksida, yang akibatnya menggeser O2 dari
hemoglobin, yang mengurangi kapasitas darah membawa oksigen.
Sintesis Hemoglobin
Kandungan hemoglobin normal rata-rata 16 g/dl pada pria dan 14 g/dl pada wanita,
36
yang semuanya terdapat dalam eritrosit. Didalam badan pria 70 kg ada sekitar 900 g
hemoglobin serta 0,3 g hemoglobin dirusak dan 0,3 g disintesis setiap jam. Bagian hem dari
molekul hemoglobin disintesis dari glisin dan suksinil-KoA.
Katabolisme Hemoglobin
Bila eritrosit tua dirusak di dalam system retikuloendotel, maka bagian globin
molekul hemoglobin dipecah dan hem diubah ke biliverdin. Pada manusia, kebanyakan
biliverdin diubah ke bilirubin dan diekskresikan ke dalam empedu. Besi dari hem digunakan
kembali untuk sintesis hemoglobin; jika darah hilang dari badan dan defisiensi besi tidak
dikoreksi, maka timbul anemia defisiensi besi.
Iron depleted state, yaitu cadanagn besi menururn, tetapi penyediaan besi untuk
eritropoesis belum terganggu.
37
b. Epidemiologi
Anemia defisiensi besi merupakan anemia yang paling sering dijumpai baik di
klinik maupun di masyarakat. Belum ada data yang pasti mengenai prevalensi
anemia defisiensi besi di Indonesia. Martoatmojo et al memperkirakan ADB pada
laki-laki 16-50%
pegawai negeri di Bali didapatkan prevalensi anemia 36% dengan 61% disebabkan
oleh karena defisiensi besi. Sedangkan pada penduduk suatu desa di Bali
didapatkan angka prevalens ADB sebesar 27%.
c. Etiologi dan Faktor Predisposisi
Anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh :
i.
ii.
iii.
cacing tambang
- Saluran genitalia wanita : menorrhagia
- Saluran kemih : hematuria
- Saluran napas : hemoptoe
Kurangnya besi yang diserap
- Masukan besi dari makanan yang tidak adekuat akibat kurangnya
jumlah besi total dalam makanan, atau kualitas besi (boavalaibilitas)
iv.
d. Patogenesis
Patogenesis anemia defisiensi besi dimulai ketika cadangan besi dalam tubuh
habis yang ditandai dengan menurunnya kadar feritin yang diikuti juga oleh
38
saturasi transferin dan besi serum. Penurunan saturasi transferin disebabkan tidak
adanya besi di dalam tubuh sehingga apotransferin yang dibentuk hati menurun dan
tidak terjadi pengikatan dengan besi sehingga transferin yang terbentuk juga
sedikit. Sedangkan total iron binding protein (TIBC) atau kapasitas mengikat besi
total yang dilakukan oleh transferin mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan
karena tidak adanya besi di dalam tubuh sehingga transferin berusaha mengikat
besi dari manapun dengan meningkatkan kapasitasnya.
Dalam tubuh manusia, sintesis eritrosit atau eritropoesis terus berlangsung
dengan memerlukan besi yang akan berikatan dengan protoporfirin untuk
membentuk heme. Pada anemia defisiensi besi, besi yang dibutuhkan tidak tersedia
sehingga heme yang terbentuk hanya sedikit dan pada akhirnya jumlah hemoglobin
yang dibentuk juga berkurang. Dengan berkurangnya Hb yang terbentuk, eritrosit
pun mengalami hipokromia (pucat). Hal ini ditandai dengan menurunnya MCHC
(mean corpuscular Hemoglobin Concentration) < 32%. Sedangkan protoporfirin
terus dibentuk eritrosit sehingga pada anemia defisiensi besi, protoporfirin eritrosit
bebas (FEP) meningkat. Hal ini dapat menjadi indikator dini sensitif adanya
defisiensi besi.
Di sisi lain, enzim penentu kecepatan yaitu enzim ferokelatase memerlukan
besi untuk menghentikan sintesis heme. Padahal besi pada anemia defisiensi besi
tidak tersedia sehingga pembelahan sel tetap berlanjut selama beberapa siklus
tambahan namun menghasilkan sel yang lebih kecil (mikrositik). Hal ini ditandai
dengan menurunnya MCV (mean corpuscular volume) < 80 fl.
e. Manifestasi Klinis
Gejala anemia defisiensi besi dapat digolongkan menjadi 3 golongan besar, yaitu
gejala umum anemia, gejala khas akibat defisiensi besi, gejala penyakit dasar.
i.
iii.
f. Pemeriksaan
Anamnesis
Dari anamnesis dapat ditanyakan keluhan utama yang menyebabkan pasien
datang ke sarana pelayanan kesehatan. Pada skenario didapatkan pasien
mengeluhkan gejala umum anemia yang sudah dijabarkan sebelumnya.
Selanjutnya tanyakan kapan pasien mulai mengalami keluhan tersebut serta
40
gangguan lain yang mungkin menyertai keluhan tersebut. Pada pasien anemia
defisiensi besi, kekurangan besi yang dialami pasien dapat disebabkan karena
gangguan absorpsi, kurangnya intake besi sehari-hari atau akibat perdarahan
kronik. Jadi dapat ditanyakan juga apakah ada penyakit lain seperti kolitis kronik
atau riwayat gastrektomi yang menyertai, bagaimana asupan makanan sehari-hari
terkait dengat intake besi, dan apakah ada riwayat perdarahan misalnya BAB
berdarah, BAK berdarah dan lain-lain. Selain itu dapat juga ditanyakan pekerjaan
pasien yang mungkin berkaitan dengan infeksi cacing tambang yang menjadi
salah satu penyebab anemia defisiensi besi.
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik yang perlu dilakukan adalah pemeriksaan keadaan
umum, vital sign, status gizi apakah gizi baik atau buruk, konjungtiva apakah
anemis atau tidak, sclera ikterik atau tidak , bibir, lidah, gigi dan mulut, bentuk
kepala, kelainan herediter, jantung dan paru, hepar, limpa, ekstremitas.
Pemeriksaan Laboratorium
Kelaianan laboratorium pada kasus anemia defisiensi besi yang dapat dijumpai
adalah:
i.
hipokromik
mikrositer,
41
iii.
iv.
v.
vi.
42
g. Komplikasi
Anemia berat dapat menyebabkan hipoksemia dan mempertinggi resiko
insufiseinsi koroner dan iskemik miokard, selain itu dapat memperparah
Fungsi imun yang melemah, dan pernah dilaporkan pasien dengan anemia
defisiensi besi mudah terjangkit infeksi, meskipun demikian belum
didapatkan fakta yang pasti mengenai keterkaitan antara defisiensi besi
dengan melemahnya imun karena ada beberapa factor lain yang turut
berperan.
Anak dengan deficit besi akan mengalami gangguan dalam perilakunya.
Pada infants terjadi gangguan perkembangan neurologis dan pada anak
usia sekolah terjadi penurunan prestasi belajar. IQ dari anak usia sekolah
dengan anemia defisiensi besi dilaporkan lebih rendah jika dibandingkan
dengan anak sebaya yang nonanemic. Gangguan dalam perilaku dapat
bermanisfestasi sebagai kelainan dalam pemusatan perhatian, sedngakan
pada infants akan terjadi
iii Terapi kausal : yaitu terapi tehadap penyebab terjadinya anemia defisiensi
besi,
misalnya
pengobatan
terhadap
perdarahan,
maka
dilakukan
diberikan besi
Penyerapan besi terganggu, seperti pada gastrektomi
Kehilangan darah yang banyak sehingga tidak cukup dikompensasi dengan
pemberian besi oral, seperti misalnya pada hereditary hemorrhagic
teleangiectasia
Kebutuhan besi yang besar dalam waktu yang pendek, seperti pada
sucrose yang lebih aman. Besi parenteral dapat diberikan secara IM atau IV
pelan.
Tujuan terapi besi parenteral ialah mengembalikan kadar Hb dan mengisi besi
sebesar 500mg-1000mg.
Efek samping : reaksi anafilaktik meskipun jaran (0,6 %), flebitis, sakit kepala,
fushing, mual, muntah, nyeri perut, dan sinkop, pada pemberian IM memberikan
rasa nyeri dan warna hitam pada kulit.
Pengobatan lain
Diet : diberikan makanan bergizi dengan tinggi protein terutama dari protein
hewani.
Vitamin C : diberikan 3 X 100 mg per hari untuk meningkatkan absorbsi besi.
Transfusi darah : anemia defisiensi besi jarang memerlukan transfuse darah.
Darah yang diberikan ialah PRC untuk mengurangi bahaya overload. Indikasi
transfuse darah :
- Adanya penyakit jantung anemic dengan payah jantung
- Anemia yang sangat simtomatik, misalnya anemia ddengan gejala pusing
-
VII.
Kerangka Konsep
Ny.A,60 tahun,mengalami nyeri lutut
mengonsumsi
menghambat COX-1 & COX-2
NSAID 4 tahun
45
Epigastric
Pain
Hb
Fe Banyak
keluar
Pucat
Pengangkutan O2
Palpitasi
Cheilitis
(+)
Fatique
Defisiensi Besi
Papil atrof
Eritropoesis turun
Anisositosis
Hipokrom
mikrositer
poikilositosis
VIII.
Kesimpulan
Ny. A, 60 tahun mengalami anemia defisiensi besi ec. Gastritis Erosif akibat konsumsi
NSAID jangka panjang.
Daftar Pustaka
Hillman RS, Ault KA. Iron Deficiency Anemia. Hematology in Clinical Practice. A Guide to
Diagnosis and Management. New York; McGraw Hill, 1995 : 72-85.
Bakta, I Made. 2006. Hematologi Klinik Ringkas. EGC: Jakarta.
Hoffbrand, A. V. , J.E. Pettit, P. A. H. Moss. Kapita Selekta Hematologi. 2005. Jakarta: EGC
Ilmu Penyakit dalam Jakarta: Penerbit Buku Univertas Indonesia
Jones, C.Hughes dkk. Catatan Kuliah Hematologi Edisi 5. EGC: Jakarta.
Robbins, Kumar Cotran. Buku Ajar Patologi Vol.2. 2005. Jakarta: EGC
Sutedjo, AY. Buku Saku Mengenal Penyakit Melalaui Hasil Pemeriksaan Lab.
Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran, Edisi 6. Jakarta: EGC.
46
47