Anda di halaman 1dari 57

LAPORAN TUTORIAL

SKENARIO A
BLOK 11

Disusun oleh:

Kelompok 4

1. Zahra Zhafirah (04011281823111)


2. Nindya Salwajanna Mahendra (04011281823117)
3. Muhammad Farhan Alfarobi (04011281823129)
4. Sri Mulia Sholiati Harseno (04011281823141)
5. Nurul Zataishmah (04011281823144)
6. Ellysa Carolinna (04011281823177)
7. Muhammad Fatra Despaturahman (04011281823183)
8. Rossy Clarissa Febriyanti (04011281823186)
9. Agustine Christyuliana BR T. (04011381823198)
10. M. Dias Athallah Monanda (04011381823219)
11. Balqis Adilah (04011381823237)

Tutor :
dr. Phey Liana,Sp.PK

PENDIDIKAN DOKTER UMUM


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME karena berkat rahmat-
Nya, laporan tutorial skenario ? blok ? ini dapat diselesaikan dengan baik. Adapun
tujuan penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas tutorial yang merupakan
bagian dari sistem pembelajaran di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan laporan tutorial ini. Tim menyadari bahwa laporan
ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami mohon maaf apabila
terdapat maksud atau penulisan kata yang salah ataupun yang kurang berkenan
dalam laporan ini. Maka dari itu, tim sangat mengharapkan adanya kritik dan saran
yang bersifat positif, guna penulisan laporan yang lebih baik lagi ke depannya.

Palembang, 12 November 2019

Kelompok 4
LAPORAN TUTORIAL BLOK 11
SKENARIO A
GAMMA 2018
KELOMPOK 4

Tutor : dr. Phey Liana, Sp.PK


Moderator : M. Dias Athallah Monanda
Sekretaris I : Balqis Adilah
Sekretaris II : Nindya Salwajanna Mahendra
Anggota : 1. Zahra Zhafirah (04011281823111)
3. Muhammad Farhan Alfarobi (04011281823129)
4. Sri Mulia Sholiati Harseno (04011281823141)
5. Nurul Zataishmah (04011281823144)
6. Ellysa Carolinna (04011281823177)
7. Muhammad Fatra Despaturahman (04011281823183)
8. Rossy Clarissa Febriyanti (04011281823186)
9. Agustine Christyuliana BR T. (04011381823198)
Pelaksanan : 12 November 2019 dan 14 November 2019 (07.30-10.00 WIB)

Tata Tertib :
1. Diperbolehkan menggunakan ponsel hanya untuk kepentingan tutorial.
2. Dilarang memotong pembicaraan.
3. Angkat tangan terlebih dahulu ketika ingin berpendapat.
4. Keputusan akhir merupakan keputusan bersama.
5. Tidak diperkenankan membicarakan hal-hal di luar topik apabila belum
mencapai tujuan pembelajaran.
6. Tidak membawa makanan (hanya diperbolehkan minum).
7. Diperkenankan untuk datang tepat waktu. Selebih-lebihnya lima belas menit
setelah proses tutorial berlangsung.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………

KEGIATAN TUTORIAL ……………………………………………

DAFTAR ISI ……………………………...…….………………………

A. SKENARIO ……………………………………………………

B. KLARIFIKASI ISTILAH ……………………………………………

C. IDENTIFIKASI MASALAH ……………………………………

D. ANALISIS MASALAH ……………………………………………

E. TOPIK PEMBELAJARAN ……………………………………

F. KETERBATASAN ILMU PENGETAHUAN ……………………

G. SINTESIS ……………………………………………………………

H. KERANGKA KONSEP ……………………………………………

I. KESIMPULAN ……………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………


A. Skenario

“Skenario A Blok 11 Tahun 2019”


Judul

Rani, seorang ibu berumur 35 tahun, memiliki empat orang anak. Rani adalah
ibu rumah tangga sementara suami Rani bekerja sebagai petani. Sehari-hari
keluarga Rani hanya makan dengan nasi dan sayur, sekali dalam seminggu makan
dengan telur atau tempe. Saat ini Rani sedang hamil 24 minggu.
Rani datang ke puskesmas dengan keluhan mudah Lelah dan lemas. Rani
juga merasa pandangan berkunang-kunang. Keluhan ini sudah dirasakan sejak 2
bulan yang lalu dan sekarang bertambah berat. Selain itu, Rani juga mengeluh
sering sakit kepala dan napas terengah-engah saat melakukan pekerjaan berat
lainnya.

Pemeriksaan Fisik:
Tanda vital: Tekanan darah: 110/70, Heart rate: 94x/menit, Respiratory rate:
24x/menit, Temperature: 36,6oC.
Kepala: Konjungtiva palpebra: anemis, stomatitis angularis, atrofi papil lidah.
Leher: Tidak ditemukan pembesaran kelenjar getah bening (KGB).
Abdomen: Hepar dan lien tidak teraba.
Ekstrimitas: Spoon shaped nail.

Pemeriksaan penunjang:
Laboratorium:
Hemoglobin (HB): 8 g/dL (12-14 g/dL), Hematokrit (Ht): 23 vol% (35-45 vol%),
Red Blood Cell (RBC): 3.100.000/mm3 (4.000.000-5.000.000/mm3), White blood
cell (WBC): 7.400/mm3 (5.000-10.000/mm3), MCV: 74 fL (82-92 fL), MHC: 26
pg (27-32 pg), MCHC: 35% (32-36%), Trombosit: 320.000/mm3 (150.000-
450.000/mm3), Diff.count: 0/2/3/58/32/5, Laju Endap Darah (LED): 40 mm/jam
(0-20 mm/jam)
Pemeriksaan Tambahan:
Kimia Klinik:
Besi serum 15xg/dL (35-150 xg/dL), Total iron binding capacity (TIBC) 560
xg/dL (260-445 xg/dL), Ferritin 5 ng/mL (13-150 ng/mL), saturasi transferrin 2,6%
(20-45%)
Gambaran darah tepi:
Eritrosit: mikrositik hipochrom, anisopoikilositosis, ditemukan pencill cell.
Leukosit: jumlah cukup, penyebaran merata, morfologi normal.
Trombosit: jumlah cukup, penyebaran merata, morfologi normal.

Kesan: Anemia mikrositik hipochrom, anisopoikilositosis suspek defisiensi


besi.

B. Klarifikasi Istilah

1. Spoon shaped nail(koilonychia) : kuku sendok, dimana kuku menjadi


rapuh bergaris-garis vertikal dan menjadi cekung sehingga mirip sendok
karena anemia defisiensi besi.
2. Stomatitis angularis(keilitis angularis) :reaksi infalmasi pada satu atau
kedua sisi sudut mulut biasanya dimulai dari mucocutaneus junction dan
dapat berlanjut ke kulit.
3. MCV: Volume eritrosit rata-rata. (modul praktikum)
4. MCH: Hemoglobin eritrosit rata-rata. (modul praktikum)
5. MCHC: konsentrasi hemoglobin eritrosit rata-rata. (modul praktikum)
6. Diff.count(differential counting) : hitung jenis leukosit yang biasa dilakukan
bersama-sam dengan pemeriksaan apus darah tepi. Urutannya basophil
/eosinophil/batang/segmen/limfosit/monosit
Apus darah tepi: pemeriksaan darah rutin ynag terdiri dari hemoglobin,
jumlah leukosit, hitung jenis sel darah putih, dan laju endap darah(LED).
(jurnal UNIMUS)
7. Atrofi papil lidah: permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap karena
papil lidah yang hilang. (jurnal USU)
8. Hematokrit : persentase volume eritrosit dalam whole blood;juga merujuk
pada alat atau prosedur ynag digunakan dalam penentuan nilainya.
(Dorland)
9. Konjungtiva anemis: kondisi dimana konjungtiva berwarna aputih dan
kelihatan pucat. (jurnal)
10. Total Iron Binding Capacity (TIBC) : Sebuah metode tidak langsung untuk
menentukan konsentrasi transferrin di serum. Transferrin disaturasikan
dengan oenambahan besi ke specimen serum. Kelebihan besio akan
dihilangkan dan specimen akan dianalisis, kandungan besinya, hasilnya
adalah jumlah total dari besi yang bisa diikat oleh transferrin, hasil ini
menolong dalam membedakan anemia: TIBC yang tinggi diasosiasikan
dnegan kekurangan besi, TIBC yang rendah diasosiasikabn dengan
kelebihan besi.(Farlex)
11. Ferritin : Suatu protein yang mengandung besi kristal yang berfungsi dalam
penyimpanan besi dan ditemukan terutama di hepar dan lien
12. Anemia mikrositik hipochrom : Penurunan abnormal kandungn Hb dalam
eritrosit.(Dorland)
13. Saturasi transferrin: Rasio besi serum dengan kemampuan mengikat besi,
merupakan indikator yang paling akurat dari suplai besi ke sum sum tulang.
14. Anisopoikilositosis : Adanya eritrosit yang ukurannya bervariasi dan
bentuknya abnormal dalam darah. (Dorland)
15. Pencil cell : Sel darah merah ynag bentuknya swperti pensil yang terdapat
di darah tepi.
C. Identifikasi Masalah

No. Pernyataan Kesesuaian Prioritas Alasan


Rani, seorang ibu berumur 35 tahun,
sedang hamil 24 minggu, hanya
1. makan dengan nasi dan sayur, sekali Tidak sesuai √√
dalam seminggu makan dengan telur
atau tempe.
Sejak 2 bulan yang lalu, Rani Hal ini merupakan
mengeluh mudah Lelah dan lemas, keluhan utama yang
pandangan berkunang-kunang, dan membuat pasien datang
sekarang bertambah berat. Selain ke puskesmas sehingga
2. itu, Rani juga mengeluh sering sakit Tidak sesuai √√√ harus segera ditangani.
kepala dan napas terengah-engah
saat melakukan pekerjaan berat
lainnya.

Pemeriksaan Fisik:
Tanda vital: Tekanan darah:
110/70, Heart rate: 94x/menit,
Respiratory rate: 24x/menit,
Temperature: 36,6oC.
Kepala: Konjungtiva palpebra:
anemis, stomatitis angularis, atrofi
3. Tidak sesuai √
papil lidah.
Leher: Tidak ditemukan
pembesaran kelenjar getah bening
(KGB).
Abdomen: Hepar dan lien tidak
teraba.
Ekstrimitas: Spoon shaped nail.
Pemeriksaan penunjang:
Laboratorium:
Hemoglobin (HB): 8 g/dL (12-14
g/dL), Hematokrit (Ht): 23 vol%
(35-45 vol%), Red Blood Cell
(RBC): 3.100.000/mm3 (4.000.000-
5.000.000/mm3), White blood cell
(WBC): 7.400/mm3 (5.000-
4. Tidak sesuai √
10.000/mm3), MCV: 74 fL (82-92
fL), MHC: 26 pg (27-32 pg),
MCHC: 35% (32-36%), Trombosit:
320.000/mm3 (150.000-
450.000/mm3), Diff.count:
0/2/3/58/32/5, Laju Endap Darah
(LED): 40 mm/jam (0-20 mm/jam)

Pemeriksaan Tambahan:
Kimia Klinik:
Besi serum 15xg/dL (35-150 xg/dL),
Total iron binding capacity (TIBC)
560 xg/dL (260-445 xg/dL), Ferritin
5 ng/mL (13-150 ng/mL), saturasi
5. transferrin 2,6% (20-45%) Tidak sesuai √
Gambaran darah tepi:
Eritrosit: mikrositik hipochrom,
anisopoikilositosis, ditemukan
pencill cell.
Leukosit: jumlah cukup, penyebaran
merata, morfologi normal.
Trombosit: jumlah cukup,
penyebaran merata, morfologi
normal.

Keterangan :
√√√ : Prioritas Pertama
√√ : Prioritas Kedua
√ : Prioritas Ketiga

D. Analisis Masalah

1. Rani, seorang ibu berumur 35 tahun, sedang hamil 24 minggu, hanya


makan dengan nasi dan sayur, sekali dalam seminggu makan dengan telur
atau tempe.

a. Bagaimana hubungan usia dengan keluhan yang dialami?

Jawab:

Tidak ada hubungan secara langsung antara usia dengan keluhan


mudah lelah, lemas, pandangan berkunang-kunnag, sering sakit kepala,
dan napas terengah-engah, akan tetapi dari keluhan tersebut yang bisa
mengacu pada penyakit anemia, ada kaitannya. Studi survei karakteristik
ibu hamil dengan kejadian anemia yang dilakukan oleh Yuniarti (2008)
didapatkan bahwa ibu hamil yang menderita anemia lebih banyak
terdapat pada umur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
Seorang wanita hamil pada usia berisiko, yaitu < 20 tahun akan terjadi
kompetisi makanan antara janin dan ibunya yang masih dalam proses
pertumbuhan dan adanya pertumbuhan hormonal yang terjadi selama
kehamilan. Sedangkan ibu hamil di atas usia 35 tahun cenderung
mengalami anemia disebabkan karena pengaruh turunya cadangan zat
besi dalam tubuh akibat masa fertilisasi.

b. Bagaimana faktor risiko kehamilan di usia 35 tahun pada kasus?

Jawab:

Dari keluhan yang dialami oleh Ibu Rani, maka dapat dikatakan
bahwa Ibu Rani mengalami anemia. Anemia dalam kehamilan
memberi pengaruh kurang baik bagi ibu, baik dalam kehamilan,
persalinan, maupun nifas dan masa selanjutnya. Penyulit yang dapat
timbul akibat anemia : keguguran (abortus), persalinan preterm,
persalinan yang lama akibat kelelahan otot rahim, perdarahan pasca
melahirkan karena tidak adanya kontraksi otot rahim (atonia arteri),
syok, serta anemia yang berat dapat menyebabkan dekompensasi
kordis. Hipoksia akibat anemia juga dapat menyebabkan syok dan
kematian ibu pada persalinan.

Pengaruh anemia pada kehamilan. Risiko pada masa antenatal :


berat badan kurang, plasenta previa, eklampsia, ketuban pecah dini.
Pada masa intranatal, akibat anemia tenaga untuk mengedan menjadi
lemah, perdarahan intranatal, syok. Pada masa pascanatal dapat terjadi
subinvolusi.

Sedangkan pada neonatus, dapat terjadi prematur, apgar score


rendah, gawat janin. Bahaya pada trisemester II dan trisemester III,
anemia dapat menyebabkan terjadinya partus prematur, perdarahan
antepartum, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, asfiksia
intrapartum sampai kematian, gestosis dan mudah terkena infeksi dan
dekompensasi kordis hingga kematian pada Ibu.
c. Bagaimana hubungan nutrisi yang dikonsumsi Rani terhadap
keluhan yang dialami?

Jawab:

Dari skenario dijelaskan bahwa Ibu Rani sehari-hari hanya


makan nasi dengan sayur dan makan dengan telur atau tempe satu kali
dalam seminggu, menunjukkan bahwa Ibu Rani mengalami defisiensi
besi. Untuk defisiensi besi sendiri dapat dikenali dengan gejala : mudah
lelah, muka pucat, sakit kepala dan pusing, jantung berdebar-debar,
rambut rontok, lidah dan mulut bengkak, sindrom kaki gelisah, dan
kuku berbentuk seperti sendok.

2. Sejak 2 bulan yang lalu, Rani mengeluh mudah Lelah dan lemas,
pandangan berkunang-kunang, dan sekarang bertambah berat. Selain itu,
Rani juga mengeluh sering sakit kepala dan napas terengah-engah saat
melakukan pekerjaan berat lainnya.

a. Bagaimana patofisiologi Lelah dan lemas pada kasus?

Jawab:

Saat seseorang kurang mengonsumsi besi atau seseorang yang


mengalamin defisiensi besi maka, cadangan besi menurun. Hal tersebut
menyebabkan penyediaan besi untuk eritropoesis berkurang sehingga
kadar berkurang maka kadar oksigen dalam tubuh juga berkurang, hal
tersebut dapat menyebabkan tubuh bermetabolisme secara anaerob.
Proses metabolisme anaerob dapat mengurangi produksi ATP karena
2+
terurai sehingga menghambat pelepasan Ca lalu terjadi penumpukan
asam laktat yang menghambat enzim kunci di jalur penghasil energi.
+
Hal tersebut menyababkan akumulasi K ekstrasel menurun dan
akhirnya terjadi kelelahan. Saat seseorang kurang mengonsumsi besi
atau seseorang yang mengalamin defisiensi besi maka, cadangan besi
menurun. Hal tersebut menyebabkan penyediaan besi untuk
eritropoesis berkurang sehingga kadar hemoglobin mulai menurun.
Ketika hemoglobin dalam tubuh berkurang maka kadar oksigen dalam
tubuh juga berkurang, hal tersebut dapat menyebabkan tubuh
bermetabolisme secara anaerob. Proses metabolisme anaerob dapat
mengurangi produksi ATP. Kekurangan ATP menyebabkan penurunan

kinerja na+-k+ atpase sehingga menyebabkanpeningkatan kadar k+ di

ekstrasel. K+ merupakan penentu resting membrane potential sehingga

peningkatan k+ di ekstrasel menyebabkan resting membran


potentialnya mengarah mendekati 0 (less negative) yang menyebabkan
penutupan pintu inaktivasi kanal natrium sebelum depolarisasi
sehingga tidak terbentuk sinyal yg merangsang influks kalsium di sel
otot rangka yang menyebabkan tidak terjadi kontraksi yg adekuat
sehingga terasa lemas. hemoglobin mulai menurun. Ketika hemoglobin
dalam tubuh

b. Bagaimana patofisiologi berkunang-kunang dan sakit kepala pada


kasus?

Jawab:

Saat seseorang kurang mengonsumsi besi atau seseorang yang


mengalamin defisiensi besi maka, cadangan besi menurun. Hal tersebut
menyebabkan penyediaan besi untuk eritropoesis berkurang sehingga
kadar hemoglobin mulai menurun. Hemoglobin berfungsi mengangkut
oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, jika hemoglobin yang
diproduksi sedikit maka, oksigen yang di hantarkan ke jaringan tubuh
seperti otak berkurang sehingga sirkulasi darah di otak tidak lancar dan
mengakibatkan mata berkunang- kunang dan sakit kepala.

c. Bagaimana patofisiologi napas terengah-engah timbul saat


melakukan pekerjaan berat?
Jawab:

Saat seseorang kurang mengonsumsi besi atau seseorang yang


mengalamin defisiensi besi maka, cadangan besi menurun. Hal
tersebut menyebabkan penyediaan besi untuk eritropoesis berkurang
sehingga kadar hemoglobin mulai menurun. Hemoglobin berfungsi
mengangkut oksigen. Kekurangan hemoglobin dapat nyebabkan
penyebaran oksigen dari paru ke jaringan tidak adekuat. Tubuh
berusaha mendapatkan oksigen lebih banyak dengan meningkatkan
frekuensi pernapasan yang akhirnya menyebabkan napas yang
terengah-engah.

3. Pemeriksaan Fisik:
Tanda vital: Tekanan darah: 110/70, Heart rate: 94x/menit, Respiratory
rate: 24x/menit, Temperature: 36,6oC.

Kepala: Konjungtiva palpebra: anemis, stomatitis angularis, atrofi


papil lidah.

Leher: Tidak ditemukan pembesaran kelenjar getah bening (KGB).


Abdomen: Hepar dan lien tidak teraba.

Ekstrimitas: Spoon shaped nail.

a. Bagaimana interpretasi pemeriksaan fisik tanda vital?

Jawab:

Pemeriksaan Fisik Kasus Rani Nilai Normal Interpretasi

Tanda Vital
Tekanan Darah 110/70 mmHg 110-120/70-80 mmHg Normal
Heart Rate 94x/menit 60-100x/menit Normal
Respiration Rate 24x/menit 16-24x/menit Normal
Temperatur 36,6OC 36-37,5OC Normal
b. Bagaimana mekanisme konjungtiva anemis?

Jawab:

Pada kasus anemia, terjadi penurunan hemoglobin.


Hemoglobin berfungsi untuk mengikat oksigen. Ketika terjadi
penurunan haemoglobin maka tubuh akan berusaha mengedarkan
darah pada daerah vital seperti jantung, ginjal dan mengurangi
peredaran darah perifer termasuk pada konjungtiva palpebral
sehingga menimbulkan kesan pucat.

c. Bagaimana mekanisme stomatitis angularis?

Jawab:

Peradangan pada sudut mulut; tampak sebagai bercak


berwarna pucat keputihan. Rendahnya masukan besi dalam jangka
waktu lama → Penurunan zat besi. Pada saat yang sama terjadi
kekurangan besi pada proliferasi sel-sel epitelnya terhambat serta
pada beberapa enzim yang dapat menimbulkan gejala salah satunya
pada epitel mulut. Akibatnya jaringan mukokutan di sudut mulut
menjadi merah, lunak dan berulserasi dalam dan melebar dari sudut
bibir, kemungkinan untuk terbentuknya suatu fissura dan perlukaan
menjadi lebih besar. Fissura yang terbentuk kemudian mengalami
maserasi oleh air liur kita sendiri secara terus-menerus sehingga
terbentuk suatu perlukaan yang lebih luas lagi dan biasanya
menimbulkan nyeri.
d. Bagaimana mekanisme atropi papil lidah?

Jawab:

Pasien anemia kadar hemoglobinnya berkurang à oksigen


yang dibawa tidak mencukupi untuk sampai ke mukosa mulut à
atrofi mukosa mulut. Kekurangan zat besi juga dapat menyebabkan
atrofi mukosa mulut karena zat besi sangat penting untuk fungsi
normal sel epitel mulut dan defisiensi besi mengakibatkan sel epitel
mulut berubah lebih cepat dan menghasilkan mukosa atrofi atau
belum matang.

e. Bagaimana mekanisme spoon shaped nail?

Jawab:

Defisiensi zat besi mengganggu proliferasi dan pertumbuhan


sel. Koilonikia atau kuku berbentuk sendok disebabkan oleh
pertumbuhan lambat lapisan kuku karena pertumbuhan kuku
memerlukan nutrisi seperti protein, vitamin, dan mineral seperti
besi dan zinc. Koilonychia terjadi pada 5,4% pasien dengan
defisiensi besi. Diperkirakan terjadi karena deformasi ke atas
bagian lateral dan distal dari plat kuku yang lentur di bawah tekanan
mekanik. Perubahan matriks kuku karena kelainan aliran darah juga
diusulkan sebagai patomekanisme.
4. Pemeriksaan penunjang:
Laboratorium:
Hemoglobin (HB): 8 g/dL (12-14 g/dL), Hematokrit (Ht): 23 vol% (35-
45 vol%), Red Blood Cell (RBC): 3.100.000/mm3 (4.000.000-
5.000.000/mm3), White blood cell (WBC): 7.400/mm3 (5.000-
10.000/mm3), MCV: 74 fL (82-92 fL), MHC: 26 pg (27-32 pg), MCHC:
35% (32-36%), Trombosit: 320.000/mm3 (150.000-450.000/mm3),
Diff.count: 0/2/3/58/32/5, Laju Endap Darah (LED): 40 mm/jam (0-20
mm/jam)

a. Bagaimana interpretasi pemeriksaan penunjang?

Jawab:

Hasil Pemeriksaan
Pemeriksaan Nilai Normal Interpretasi
Laboratorium
Hemoglobin (Hb) 12-14 g/dL 8 g/Dl Rendah (anemia)
Rendah
Hematokrit (Ht) 35-45 vol % 23 vol %
(hemodilusi)

Red Blood Cell 4-5×106 / mm3 3,1×106 /mm3 Rendah

White Blood Cell 5.000-10.000 /mm3 7.400 /mm3 Normal

Rendah (ADB,
MCV 82-92 fL 74 Fl
anemia mikrositik)
Rendah (anemia
MCH 27-32 pg 26 pg
mikrositik)
MCHC 32-36 % 35 % Normal

Trombosit 150-450×103 /mm3 320×103 /mm3 Normal

B= 0
E = 0-2 N = 0-8 LB B =0 E= 2 N =3 LB
Diff Count Normal
= 50-70 LS = 20-50 = 58 LS = 32 M=5
M = 2-8
Laju Endap Darah
0-20 mm/jam 40 mm/jam Meningkat
(LED)
Besi Serum 35-150 μg/dL 15 μg/dL Rendah
Total Iron Binding
260-445 μg/dL 560 μg/ dL Meningkat
Capacity (TIBC)
Ferritin 13-150 ng/mL 5 ng/mL Rendah
Saturasi Transferin 20-45% 2,6% Rendah

b. Bagaimana mekanisme abnormalnya?

Jawab:

1. Anemia : cadangan besi menurun → besi yang bisa diikat oleh


protoporfirin hanya sedikit →heme yang terbentuk sedikit →
hemoglobin yang terbentuk berkurang → anemia

2. Hemodilusi : cadangan besi menurun → heme yang terbentuk


sedikit → hemoglobin yang terbentuk berkurang → adanya
gangguan eritropoiesis → RBC yang dihasilkan berkurang →
hematokrit rendah

3. RBC rendah : cadangan besi menurun → heme yang terbentuk


sedikit → hemoglobin yang terbentuk berkurang → adanya
gangguan eritropoiesis → RBC yang dihasilkan berkurang

4. MCV rendah : cadangan besi menurun → RBC yang dihasilkan


berkurang → nilai MCV ikut menurun
5. MCH rendah : cadangan besi menurun → hemoglobin yang
terbentuk berkurang → nilai MCH ikut menurun

6. LED meningkat : cadang besi menurun → heme yang terbentuk


sedikit → hemoglobin yang terbentuk berkurang → gangguan
eritropoiesis → jumlah RBC lebih sedikit daripada plasma pada
pembuluh darah → LED meningkat atau kondisi Ibu Rani yang
sedang hamil → produksi fibrinogen lebih tinggi → RBC lebih
sedikit daripada plasma → LED meningkat

7. Besi Serum rendah : cadangan besi menurun → besi serum


rendah
8. TIBC meningkat : cadangan besi menurun → cadangan besi
menjadi kosong → apotransferin yang dibentuk hati menurun
dan tidak terjadi pengikatan dengan besi → transferin yang
terbentuk sedikit → transferin berusaha mengikat besi dari
manapun → TIBC meningkat
9. Ferritin rendah : cadangan besi dalam tubuh menurun → ferritin
ikut rendah
10. Saturasi transferin rendah : cadangan besi menurun → besi serum
rendah dan TIBC meningkat → perhitungan saturasi transferin
(besi serum/ TIBC × 100% ) → saturasi transferin rendah.

5. Pemeriksaan Tambahan:

Kimia Klinik: Besi serum 15xg/dL (35-150 xg/dL), Total iron binding
capacity (TIBC) 560 xg/dL (260-445 xg/dL), Ferritin 5 ng/mL (13-150
ng/mL), saturasi transferrin 2,6% (20-45%)

Gambaran darah tepi:

Eritrosit: mikrositik hipochrom,anisopoikilositosis, ditemukan pencil


cell.
Leukosit: jumlah cukup, penyebaran merata, morfologi normal.
Trombosit: jumlah cukup, penyebaran merata, morfologi normal.

a. Bagaimana interpretasi pemeriksaan tambahan kimia


klinik?

Jawab:

b. Bagaimana interpretasi pemeriksaan tambahan gambaran


darah tepi?

Jawab:

Eritrosit (mikrositik hipochrom, anisopoikilositosis, terdapat sel


pensil)
Leuokosit (normal)

Trombosit (normal)

c. Bagaimana mekanisme abnormal dan different


diagnosisnya?

Jawab:

Mekanisme abnormalitas

1. Besi serum: seorang pasien jarang mengonsumsi daging yang


merupakan sumber besi setelah dan akhirnya mengalami
defisiensi besi. Hal tersebut menyebabkan besi yang beredar
dalam tubuh mengalami penurunan.
2. Total iron binding capacity: saat seseorang jarang
mengonsumsi makanan yang mengandung besi dan akhirnya
mengalami defisiensi besi menyebabkan besi yang beredar
dalam tubuh menurun. Hal tersebut ditandai dengan
meningkatnya protein pengikat besi.
3. Ferritin: Merupakan cadangan besi dalam tubuh. Jika
seseorang mengalami defisiensi besi yaitu besi dalam
tubuhnya sedikit atau hampir tidak ada maka, besi tersebut
tidak dapat di simpan dalam bentuk ferritin sehingga ferritin
dalam tubuh rendah.
4. Saturasi ferritin: saturasi ferriting berbanding lurus dengan
besi serum dan berbanding terbalik dengan Total iron binding
capacity sehingga membuat saturasi ferritin dalam tubuh
rendah

Differential Diagnosis

Anemia Anemia Trait thalasemia Anemia


defisiency chronic Sideroblastic
iron disease

Derajat Ringan Ringan Ringan Ringan sampai


anemia sampai berat
berat

MCV Menurun Menurun Menurun Menurun


MCH Menurun Menurun Menurun Menurun
< 30

TIBC Meningkat Menurun < Normal / turun Normal/ turun


>360 300

Transferin Menurun Menurun 10- Meningkat >20% Meningkat>20%


saturation < 15% 20%

Bone Negativ Positiv Positive kuat Positive dengan


maroow ring sideroblast
iron

Feritin Menurun Normal Meningkat> meningkat.>50


serum < 20 20- 50
200

6. Apa diagnosis penyakit pada kasus berdasarkan keluhan hasil


pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, dan pemeriksaan
tambahan?

Jawab:
Anemia mikrositik hipochrom, anisopoikilositosis suspek defisiensi besi.
1. Topik Pembelajaran

1. Anemia
a. Jenis-jenis anemia
b. Different diagnosis
c. Patofisiologi keluhan
2. Nutrisi ibu hamil dan Metabolisme besi
3. Pemeriksaan Fisik
4. Pemeriksaan penunjang
5. Pemeriksaan tambahan

E. Keterbatasan Ilmu Pengetahuan


Topik What I Don’t What I Have How Will
No. What I Know
Pembahasan Know to Prove I Learn
Pengertian
anemia,
jenis-jenis Indikator
anemia, laboratorium,
penyebab jenis-jenis
anemia, anemia E-Book,
Anemia
different lainnya, fakotr Journal,
1. Anemia defisiensi
diagnosis risiko anemis Textbook,
besi
anemia, defisiensi besi, Internet
gejala epidemiologi
anemia, anemia
patofisiologi defisiensi besi.
gejala
anemia.
Manfaat gizi Implikasi Dampak
Nutrisi pada E-Book,
2. seimbang klinik dari yang bisa
Ibu Hamil Journal,
untuk ibu penurunan dan terjadi pada
hamil, peningkatan janin, Textbook,
jumlah atau zat besi dalam apabila Internet
porsi dalam 1 tubuh ibunya
kali makan menderita
untuk ibu defisiensi
hamil, besi
frekuensi
makan dalam
sehari untuk
ibu hamil,
jenis
makanan
yang
tersusun
dalam 1
hidangan
makanan
untuk ibu
hamil, zat
gizi yang
diperlukan
selama hamil
(pada
trimester 2),
metabolisme,
Absorbsi,Tra
nsport,
Ekskresi zat
besi dalam
tubuh,
kebutuhan
zat besi pada
wanita hamil,
cadangan zat
besi dalam
tubuh, 3
tingkat
kekurangan
dari zat besi,
peran besi
dalam
pembentukan
hemoglobin
Nilai normal
mekanisme
pemeriksaan hubungan
terapi
tanda vital, anemia
konjungtiva
gambaran defisiensi E-Book,
palpebra
Pemeriksaan pemeriksaan besi dengan Journal,
3. anemis,
Fisik kepala dan hasil Textbook,
stromatitis
ekstremitas pemeriksaan Internet
angularis,
pada anemia fisik pada
atropi papil
defisiensi kasus
lidah
besi

mekanisme E-Book,
Pemeriksaan interpretasi, abnormal, Journal,
4. Implikasi
Penunjang mekanisme mekanisme Textbook,
abnormal anemia Internet
interpretasi,
mekanisme E-Book,
mekanisme
Pemeriksaan abnormal, Journal,
5. abnormal, Implikasi
Tambahan mekanisme Textbook,
gambaran
anemia Internet
darah tepi.

F. Sintesis
1. Anemia
Anemia adalah keadaan berkurangnya jumlah eritrosit atau
hemoglobin (protein pembawa O2) dari nilai normal dalam darah, sehingga
tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa O2 dalam jumlah yang
cukup ke jaringan perifer sehingga pengiriman O2 ke jaringan menurun.
Secara fisiologi, kadar normal hemoglobin bervariasi tergantung umur, jenis
kelamin, kehamilan, dan ketinggian tempat tinggal. Oleh karena itu, perlu
ditentukan batasan kadar hemoglobin pada anemia

Klasifikasi Anemia
Secara morfologis, anemia dapat diklasifikasikan menurut ukuran sel
dan hemoglobin yang dikandungnya.

1) Anemia normositik normokrom.

Anemia normositik normokrom disebabkan oleh karena


perdarahan akut, hemolisis, dan penyakit-penyakit infiltratif metastatik
pada sumsum tulang. Terjadi penurunan jumlah eritrosit tidak disertai
dengan perubahan konsentrasi hemoglobin (Indeks eritrosit normal pada
anak: MCV 73 – 101 fl, MCH 23 – 31 pg , MCHC 26 – 35 %), bentuk dan
ukuran eritrosit, meningkatnya volume plasma secara berlebihan.

2) Anemia makrositik hiperkrom

Anemia dengan ukuran eritrosit yang lebih besar dari normal dan
hiperkrom karena konsentrasi hemoglobinnya lebih dari normal.
(Indeks eritrosit pada anak MCV > 73 fl, MCH = > 31 pg, MCHC = >
35 %). Ditemukan pada anemia megaloblastik (defisiensi vitamin B12,
asam folat), serta anemia makrositik non-megaloblastik (penyakit hati,
dan myelodisplasia).

Anemia makrositik dikaitkan dengan: (1) peningkatan laju


produksi sel darah merah dan pelepasan sel darah merah yang kurang
matang, atau (2) gangguan sintesis DNA yang terganggu.

Sumsum Megaloblastik

Jika sumsum adalah megaloblastik, dengan perubahan


karakteristik pada prekursor sel darah merah dan sel darah putih,
anemia kemungkinan besar disebabkan oleh defisiensi folat atau
kobalamin.
Sumsum Nonmegaloblastik

Jika sumsum bukan megaloblastik, kondisi yang dapat dikaitkan


dengan makrositosis harus diselidiki. Ini termasuk penyakit hati;
anemia hemolitik; hipotiroidisme; asupan alkohol yang berlebihan;
anemia aplastik; dan sindrom myelodysplastic. Anemia yang terkait
dengan gangguan ini, meskipun mereka mungkin makrositik, biasanya
lebih bersifat normositik, dan dengan demikian juga dipertimbangkan
dengan anemia normositik.

3) Anemia mikrositik hipokrom

Anemia dengan ukuran eritrosit yang lebih kecil dari normal


dan mengandung konsentrasi hemoglobin yang kurang dari normal.
(Indeks eritrosit : MCV < 73 fl, MCH < 23 pg, MCHC 26 - 35 %).

Penyebab anemia mikrositik hipokrom:

1) Berkurangnya zat besi:Anemia Defisiensi Besi, disebabkan oleh


peningkatan kebutuhan atau kehilangan darah yang tidak seimbang
dengan asupan.

2) Berkurangnya sintesis globin:Thalasemia dan Hemoglobinopati.

3) Berkurangnya sintesis heme:Anemia Sideroblastik, adalah


kelompok anemia refrakter dengan hiperplasia eritroid sumsum di
mana defek pada sintesis Hb menciptakan populasi sel mikrositik
hipokromik. Lapisan darah dimorfik dan makrosit mungkin menang,
membuat MCV normal atau tinggi, terutama dalam bentuk anemia
sideroblastik yang didapat.

Serum ferritin, besi serum dan kapasitas pengikat besi, atau studi
sumsum tulang untuk zat besi harus dilakukan untuk membedakan
antara dua anemia paling umum dalam kategori ini, yaitu defisiensi
besi dan anemia kronis sederhana yang terkait dengan beberapa
penyakit lain, sering infeksi kronis atau kanker. Pada keduanya,
konsentrasi besi serum rendah, tetapi pada defisiensi besi, TIBC
meningkat, sedangkan pada ACD sederhana normal atau menurun.
Penyimpanan zat besi di sumsum berkurang karena kekurangan zat
besi tetapi normal atau meningkat pada anemia penyakit kronis.

Anemia Defisiensi Besi

Anemia Defisiensi besi adalah anemia yang terjadi akibat


kekurangan zat besi dalam darah, artinya konsentrasi hemoglobin
dalam darah berkurang karena terganggunya pembentukan sel- sel
darah merah akibat kurangnya kadar zat besi dalam darah.

Jika simpanan zat besi dalam tubuh seseorang sudah sangat rendah
berarti orang tersebut mendekati anemia walaupun belum ditemukan
gejala-gejala fisiologis. Simpanan zat besi yang sangat rendah lambat
laun tidak akan cukup untuk membentuk sel- sel darah merah di dalam
sumsum tulang sehingga kadar hemoglobin terus menurun di bawah
batas normal, keadaan inilah yang disebut anemia gizi besi.

Menurut Evatt, anemia Defisiensi besi adalah anemia yang


disebabkan oleh berkurangnya cadangan besi tubuh. Keadaan ini
ditandai dengan menurunnya saturasi transferin, berkurangnya kadar
feritin serum atau hemosiderin sumsum tulang. Secara morfologis
keadaan ini diklasifikasikan sebagai anemia mikrositik hipokrom
disertai penurunan kuantitatif pada sintesis hemoglobin.

Defisiensi besi merupakan penyebab utama anemia. Wanita usia


subur sering mengalami anemia, karena kehilangan darah sewaktu
menstruasi dan peningkatan kebutuhan besi sewaktu hamil.
Dilihat dari beratnya defisiensi besi dalam tubuh, dapat dibagi
menjadi 3 tahap, yaitu :

1) Tahap Pertama

Tahap ini disebut iron depletion atau storage iron deficiency,


ditandai dengan berkurangnya cadangan besi.

2) Tahap Kedua

Tahap ini disebut dengan iron limited erythropoiesis dimana


penyediaan besi yang tidak cukup untuk menunjang eritropoiesis.

3) Tahap Ketiga

Keadaan ini disebut juga Iron Deficiency Anemia (IDA) terjadi


bila besi yang menuju eritroid sumsum tulang tidak cukup sehingga
menyebabkan penurunan kadar Hb.

Etiologi anemia defisiensi besi adalah :

1. Asupan zat besi

Rendahnya asupan zat besi sering terjadi pada orang-orang


yang mengkonsumsi bahan makananan yang kurang beragam
dengan menu makanan yang terdiri dari nasi, kacang-kacangan dan
sedikit daging, unggas, ikan yang merupakan sumber zat besi.
Gangguan defisiensi besi sering terjadi karena susunan makanan
yang salah baik jumlah maupun kualitasnya yang disebabkan oleh
kurangnya penyediaan pangan, distribusi makanan yang kurang
baik, kebiasaan makan yang salah, kemiskinan dan ketidaktahuan.
2. Penyerapan zat besi

Diet yang kaya zat besi tidaklah menjamin ketersediaan zat besi
dalam tubuh karena banyaknya zat besi yang diserap sangat
tergantung dari jenis zat besi dan bahan makanan yang dapat
menghambat dan meningkatkan penyerapan besi.

3. Kebutuhan meningkat

Kebutuhan akan zat besi akan meningkat pada masa


pertumbuhan seperti pada bayi, anak- anak, remaja, kehamilan dan
menyusui. Kebutuhan zat besi juga meningkat pada kasus-kasus
pendarahan kronis yang disebabkan oleh parasit.

4. Kehilangan zat besi

Kehilangan zat besi melalui saluran pencernaan, kulit dan


urin disebut kehilangan zat besi basal. Pada wanita selain
kehilangan zat besi basal juga kehilangan zat besi melalui
menstruasi. Di samping itu kehilangan zat besi disebabkan
pendarahan oleh infeksi cacing di dalam usus.

Different Diagnosis

Anemia Anemia Trait thalasemia Anemia


defisiency chronic Sideroblastic
iron disease

Derajat Ringan Ringan Ringan Ringan sampai


anemia sampai berat
berat
MCV Menurun Menurun Menurun Menurun

MCH Menurun Menurun Menurun Menurun


< 30

TIBC Meningkat Menurun < Normal / turun Normal/ turun


>360 300

Transferin Menurun Menurun 10- Meningkat >20% Meningkat>20%


saturation < 15% 20%

Bone Negative Positive Positive kuat Positive dengan


maroow ring sideroblast
iron

Feritin Menurun Normal 20- Meningkat> 50 meningkat.>50


serum < 20 200
Patofisiologi gejala anemia defisiensi besi

Lelah

Saat seseorang kurang mengonsumsi besi atau seseorang yang


mengalamin defisiensi besi maka, cadangan besi menurun. Hal tersebut
menyebabkan penyediaan besi untuk eritropoesis berkurang sehingga kadar
hemoglobin mulai menurun. Ketika hemoglobin dalam tubuh berkurang
maka kadar oksigen dalam tubuh juga berkurang, hal tersebut dapat
menyebabkan tubuh bermetabolisme secara anaerob. Proses metabolisme
anaerob dapat mengurangi produksi ATP karena terurai sehingga

menghambat pelepasan Ca2+ lalu terjadi penumpukan asam laktat yang


menghambat enzim kunci di jalur penghasil energi. Hal tersebut

menyababkan akumulasi K+ ekstrasel menurun dan akhirnya terjadi


kelelahan.

Lemas
Saat seseorang kurang mengonsumsi besi atau seseorang yang
mengalamin defisiensi besi maka, cadangan besi menurun. Hal tersebut
menyebabkan penyediaan besi untuk eritropoesis berkurang sehingga kadar
hemoglobin mulai menurun. Ketika hemoglobin dalam tubuh berkurang
maka kadar oksigen dalam tubuh juga berkurang, hal tersebut dapat
menyebabkan tubuh bermetabolisme secara anaerob. Proses metabolisme
anaerob dapat mengurangi produksi ATP. Kekurangan ATP menyebabkan
penurunan kinerja na+-k+ atpase sehingga menyebabkan peningkatan kadar
k+ di ekstrasel. K+ merupakan penentu resting membrane potential sehingga
peningkatan k+ di ekstrasel menyebabkan resting membran potentialnya
mengarah mendekati 0 (less negative) yang menyebabkan penutupan pintu
inaktivasi kanal natrium sebelum depolarisasi sehingga tidak terbentuk
sinyal yg merangsang influks kalsium di sel otot rangka yang menyebabkan
tidak terjadi kontraksi yg adekuat sehingga terasa lemas.

Berkunang-kunang dan sakit kepala

Saat seseorang kurang mengonsumsi besi atau seseorang yang


mengalamin defisiensi besi maka, cadangan besi menurun. Hal tersebut
menyebabkan penyediaan besi untuk eritropoesis berkurang sehingga kadar
hemoglobin mulai menurun. Hemoglobin berfungsi mengangkut oksigen
dari paru-paru ke jaringan tubuh, jika hemoglobin yang diproduksi sedikit
maka, oksigen yang di hantarkan ke jaringan tubuh seperti otak berkurang
sehingga sirkulasi darah di otak tidak lancar dan mengakibatkan mata
berkunang-kunang dan sakit kepala

Napas terengah-engah

Saat seseorang kurang mengonsumsi besi atau seseorang yang


mengalamin defisiensi besi maka, cadangan besi menurun. Hal tersebut
menyebabkan penyediaan besi untuk eritropoesis berkurang sehingga kadar
hemoglobin mulai menurun. Hemoglobin berfungsi mengangkut oksigen.
Kekurangan hemoglobin dapat menyebabkan penyebaran oksigen dari paru
ke jaringan tidak adekuat. Tubuh berusaha mendapatkan oksigen lebih
banyak dengan meningkatkan frekuensi pernapasan yang akhirnya
menyebabkan napas yang terengah-engah.

2. Nutrisi Ibu Hamil

Gizi seimbang adalah susunan pangan sehari-hari yang mengandung zat


gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan
memperhatikan prinsip keanekaragaman pangan, aktivitas fisik, perilaku hidup
bersih dan memantau berat badan secara teraturdalam rangka mempertahankan
berat badan normal untuk mencegah masalah gizi.

Manfaat Gizi Seimbang Untuk Ibu Hamil


1. Memenuhi kebutuhan zat gizi ibu dan janin.
2. Mencapai status gizi ibu hamil dalam keadaan normal, sehingga dapat
menjalani kehamilan dengan baik dan aman.
3. Membentuk jaringan untuk tumbuh kembang janin dan kesehatan ibu.
4. Mengatasi permasalahan selama kehamilan.
5. Ibu memperoleh energi yang cukup yang berfungsi untuk menyusui setelah
kelahiran bayi.
Pesan Gizi Seimbang Untuk Ibu Hamil
1. Mengonsumsi aneka ragam pangan lebih banyak berguna untuk
memenuhi kebutuhan energi, protein dan vitamin serta mineral sebagai
pemeliharaan, pertumbuhan dan perkembangan janin serta cadangan selama
masa menyusui.
2. Membatasi makan makanan yang mengandung garam tinggi untuk
mencegah hipertensi karena meningkatkan resiko kematian janin,
terlepasnya plasenta, serta gangguan pertumbuhan.
3. Minum air putih lebih banyak mendukung sirkulasi janin, produksi
cairan amnion dan meningkatnya volume darah, mengatur keseimbangan
asam basa tubuh, dan mengatur suhu tubuh. Asupan air minum ibu hamil
sekitar 2-3 liter perhari (8-12 gelas sehari).
4. Membatasi minum kopi, kandungan KAFEIN dalam kopi meningkatkan
buang air kecil yang berakibat dehidrasi, tekanan darah meningkat dan
detak jantung menuingkat. Paling banyak 2 cangkir kopi/hari.
5. Menghindari makanan yang diawetkan karena biasanya mengandung
bahan tambahan makanan yang kurang aman
6. Menghindari daging/telur/ikan yang dimasak kurang matang karena
mengandung kuman yang berbahaya untuk janin
7. Membatasi makanan yang mengandung energi tinggi seperti yang
banyak mengandung gula, lemak misalnya: keripik, cake
8. Membatasi makanan yang mengandung gas, contoh: nangka (matang
dan mentah), kol,ubi jalar, karena dapat menyebabkan keluhan nyeri ulu
hati pada ibu hamil
9. Membatasi konsumsi minuman ringan (soft drink), karena mengandung
energi tinggi, yang berakibat pada berat badan ibu hamil meningkat
berlebihan dan bayi lahir besar

Kebutuhan zat gizi selama hamil


Kebutuhan gizi untuk ibu hamil setiap harinya ditambah sesuai dengan
usia kehamilan. Hal ini dikarenakan adanya perkembangan dan pertumbuhan
janin. Berikut merupakan jumlah penambahan yang harus dipenuhi selama
hamil:
Jumlah atau porsi dalam 1 kali makan
Merupakan suatu ukuran atau takaran makan yang dimakan tiap kali
makan

Zat gizi yang diperlukan selama hamil


Pada masa kehamilan dianjurkan mengkonsumsi makanan yang
mengadung zat gizi tertentu sebagai penunjang kesehatan ibu dan janin maupun
untuk keperluan perkembangan dan pertumbuhan janin. Berikut ini merupakan
zat gizi yang diperlukan ibu hamil:
Metabolisme Besi
Zat besi normal dikonsumsi 10-15 mg per hari. Sekitar 5-10% akan
diserap dalam bentuk Fe2+ di duodenum dan sebagian kecil di jejunum. Pada
kondisi asam, zat besi lebih banyak diserap. Fe akan disimpan dalaam bentuk
ferritin. Absorpsi zat besi dipengaruhi oleh protein HFE. HFE akan menempel
pada reseptor transferring (protein pengangkut Fe). Fe akan memasuki aliran
darah dan bergabung dengan protoporphyrin membentuk heme. Kemudian
heme akan berikatan dengan rantai globin untuk membentuk hemoglobin.
Pada sel darah merah yang tua dan telah dipecah oleh makrofag, Fe
akan kembali ke aliran darah dan siap digunakan kembali.
Besi terdapat dalam berbagai jaringan dalam tubuh berupa:
a) Senyawa besi fungsional à Hemoglobin, mioglobin, enzim-enzim
b) Besi cadangan à Feritin, Hemosiderin
c) Besi Transfort à Transferin

Besi diabsorbsi dalam tubuh melalui 3 fase yaitu:


1. Fase luminal: besi dalam makanan diolah dalam lambung kemudian siap
diserap di duodenum
2. Fase Mukosal: proses penyerapan dalam mukosa usus yang merupakan
suatu proses aktif
3. Fase Korporeal: meliputi proses transfortasi besi dalam sirkulasi, utilisasi
besi oleh sel sel yang memerlukan dan penyimpanan besi oleh tubuh

Absorbsi besi

Zat besi diserap di dalam duodenum dan jejunum bagian atas melalui
proses yang kompleks. Proses ini meliputi tahap – tahap utama sebagai berikut:
1. Besi yang terdapat di dalam bahan pangan, baik dalam bentuk Fe3+
atau Fe2+ mula – mula mengalami proses pencernaan
2. Di dalam lambung Fe3+ larut dalam asam lambung, kemudian diikat
oleh gastroferin dan direduksi menjadi Fe2+
3. Di dalam usus Fe2+ dioksidasi menjadi FE3+. Fe3+ selanjutnya
berikatan dengan apoferitin yang kemudian ditransformasi menjadi
feritin dan disimpan dalam bentuk feritin. Sebagian lagi, Fe2+
dibebaskan ke dalam plasma darah. (Dikenal adanya mucosal block,
suatu fenomena dimana setelah beberapa hari dari suatu bolus besi
dalam diet, maka enterosit resisten terhadap absorpsi besi berikutnya.
Hambatan ini mungkin timbul karena akumulasi besi dalam enterosit
sehingga menyebabkan set point diatur seolah-olah kebutuhan besi
sudah berlebihan).
4. Di dalam plasma, Fe2+ dioksidasi menjadi Fe3+ dan berikatan dengan
transferin. Transferin mengangkut Fe2+ ke dalam sumsum tulang
untuk bergabung membentuk hemoglobin. Besi dalam plasma ada
dalam keseimbangan.
5. Transferrin mengangkut Fe2+ ke dalam tempat penyimpanan besi di
dalam tubuh (hati, sumsum tulang, limpa, sistem retikuloendotelial),
kemudian dioksidasi menjadi Fe3+. Fe3+ ini bergabung dengan
apoferritin membentuk ferritin yang kemudian disimpan, besi yang
terdapat pada plasma seimbang dengan bentuk yang disimpan.

4. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda vital
Tekanan darah

Tekanan yang di alami darah pada pembuluh arteri ketika darah di


pompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh. Pengukuran tekanan darah
dapat di ukurmelalui nilai sistolik dan diastolik. Tekanan darah dapat
diukur dengan alat sphygmomanometer dan stestoskop untuk mendengar
denyut nadi. Interpretasi hasil pengukuran tekanan darah pada usia ≥ 18
tahun :

Denyut nadi

Frekunsi denyut nadi manusia bervariasi,tergantung dari banyak


faktor yang mempengaruhinya, pada saat aktivitas normal:

1) Normal: 60-100 kali/menit


2) Bradikardi: < 60 kali/menit
3) Takhikardi: > 100 kal/menit

Pengukuran denyut nadi dapat dilakukan pada:

1) Arteri Radialis. Terletak sepanjang tulang radialis, lebih mudah


teraba di atas pergelangan tangan pada sisi ibu jari. Relatif mudah
dan sering dipakai secara rutin.
2) Arteri Brachialis. Terletak di dalam otot biceps dari lengan atau
medial di lipatan siku. Digunakan untuk mengukur tekanan udara.
3) Arteri Karotis. Terletak di leher di bawah lobus telinga, di mana
terdapat arteri karotid berjalan di antara trakea dan otot
sternokleidomastoideus.
Suhu tubuh

Temperatur (suhu) merupakan besaran pokok yang mengukur derajat


panas suatu benda/makhluk hidup. Suhu tubuh dihasilkan dari:

1) Laju metabolisme basal diseluruh tubuh


2) Aktivitas otot
3) Metabolisme tambahan karena pengaruh hormon

Tindakan dalam pemeriksaan suhu tubuh alat yang digunakan adalah


termometer. Jenis2 termometer yang biasa dipakai untuk mengukur suhu
tubuh adalah termometer air raksa dan digital. Metode mengukur suhu
tubuh:

1) Oral.
Termometer diletakkan dibawah lidah tiga sampai lima
menit. Tidak dianjurkan pada bayi
2) Axilla.
Metode yang paling sering di lakukan . Dilakukan 5-10
menit dengan menggunakan termometer raksa. Suhu aksila lebih
rendah 0.6° C (1°F) dari pada oral
3) Rectal.
Suhu rektal biasanya berkisar 0.4°C (0.7°F) lebih tinggi dari
suhu oral
Frekuensi pernapasan
Proses inspirasi dan ekspirasi dalam satuan waktu/menit. Faktor yang
mempengaruhi Respiratory Rate:
1) Usia
2) Jenis kelamin
3) Suhu Tubuh
4) Posisi tubuh
5) Aktivitas
Pemeriksaan Fisik Kasus Rani Nilai Normal Interpretasi
Tanda Vital
Tekanan Darah 110/70 mmHg 110-120/70-80 mmHg Normal

Heart Rate 94x/menit 60-100x/menit Normal

Respiration Rate 24x/menit 16-24x/menit Normal

Temperatur 36,6OC 36-37,5OC Normal

b. Kepala
Konjungtiva palpebra anemis

Pada kasus anemia, terjadi penurunan hemoglobin. Hemoglobin


berfungsi untuk mengikat oksigen. Ketika terjadi penurunan haemoglobin
maka tubuh akan berusaha mengedarkan darah pada daerah vital seperti
jantung, ginjal dan mengurangi peredaran darah perifer termasuk pada
konjungtiva palpebral sehingga menimbulkan kesan pucat.

Stomatitis angularis
Peradangan pada sudut mulut; tampak sebagai bercak berwarna
pucat keputihan. Rendahnya masukan besi dalam jangka waktu lama →
Penurunan zat besi. Pada saat yang sama terjadi kekurangan besi pada
proliferasi sel-sel epitelnya terhambat serta pada beberapa enzim yang
dapat menimbulkan gejala salah satunya pada epitel mulut. Akibatnya
jaringan mukokutan di sudut mulut menjadi merah, lunak dan berulserasi
dalam dan melebar dari sudut bibir, kemungkinan untuk terbentuknya suatu
fissura dan perlukaan menjadi lebih besar. Fissura yang terbentuk kemudian
mengalami maserasi oleh air liur kita sendiri secara terus-menerus sehingga
terbentuk suatu perlukaan yang lebih luas lagi dan biasanya menimbulkan
nyeri.

Atropi papil lidah


Pasien anemia kadar hemoglobinnya berkurang à oksigen yang
dibawa tidak mencukupi untuk sampai ke mukosa mulut à atrofi mukosa
mulut. Kekurangan zat besi juga dapat menyebabkan atrofi mukosa mulut
karena zat besi sangat penting untuk fungsi normal sel epitel mulut dan
defisiensi besi mengakibatkan sel epitel mulut berubah lebih cepat dan
menghasilkan mukosa atrofi atau belum matang.
c. Leher
Pembengkakan kelenjar getah bening adalah kondisi di mana kelenjar
getah bening mengalami pembesaran karena reaksi terhadap banyaknya sel
imun yang dihasilkan kelenjar getah bening untuk melawan zat yang
membahayakan tubuh. Pada kasus, tidak ditemukan pembengkakan pada
kelenjar getah bening.

d. Abdomen

Hepar dan lien yang tidak teraba menunjukkan tidak adanya edema
atau pembengkakan pada dua organ tersebut.

e. Ekstremitas

Spoon shaped nail


Defisiensi zat besi mengganggu proliferasi dan pertumbuhan sel.
Koilonikia atau kuku berbentuk sendok disebabkan oleh pertumbuhan
lambat lapisan kuku karena pertumbuhan kuku memerlukan nutrisi seperti
protein, vitamin, dan mineral seperti besi dan zinc. Koilonychia terjadi pada
5,4% pasien dengan defisiensi besi. Diperkirakan terjadi karena deformasi
ke atas bagian lateral dan distal dari plat kuku yang lentur di bawah tekanan
mekanik. Perubahan matriks kuku karena kelainan aliran darah juga
diusulkan sebagai patomekanisme.

5. Pemeriksaan penunjang
Hemoglobin(Hb)
Hemoglobin adalah komponen yang berfungsi sebagai alat
transportasi oksigen (O2) dan karbon dioksida (CO2). Hb tersusun dari
globin (empat rantai protein yang terdiri dari dua unit alfa dan dua unit beta)
dan heme (mengandung atom besi dan porphyrin: suatu pigmen merah).
Pigmen besi hemoglobin bergabung dengan oksigen.
Hematokrit(Ht)
Hematokrit menunjukkan persentase sel darah merah terhadap
volume darah total.
Eritrosit
Eritrosit yang berbentuk cakram bikonkaf mempunyai area
permukaan yang luas sehingga jumlah oksigen yang terikat dengan Hb
dapat lebih banyak. Fungsi utama eritrosit adalah untuk mengangkut
oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh dan mengangkut CO2 dari
jaringan tubuh ke paru-paru oleh Hb.
Mean Copruscular Volume(MCV)
MCV adalah indeks untuk menentukan ukuran sel darah merah.
MCV menunjukkan ukuran sel darah merah tunggal apakah sebagai
Normositik (ukuran normal), Mikrositik (ukuran kecil < 80 fL), atau
Makrositik (ukuran kecil >100 fL).
Mean Corpuscular Hemoglobin(MCH)
Indeks MCH adalah nilai yang mengindikasikan berat Hb rata-rata
di dalam sel darah merah, dan oleh karenanya menentukan kuantitas warna
(normokromik, hipokromik, hiperkromik) sel darah merah. MCH dapat
digunakan untuk mendiagnosa anemia.
Mean Corpuscurar Hemoglobin Consentration
Indeks MCHC mengukur konsentrasi Hb rata-rata dalam sel darah
merah; semakin kecil sel, semakin tinggi konsentrasinya. Perhitungan
MCHC tergantung pada Hb dan Hct. Indeks ini adalah indeks Hb darah
yang lebih baik, karena ukuran sel akan mempengaruhi nilai MCHC, hal
ini tidak berlaku pada MCH.
Leukosit
Fungsi utama leukosit adalah melawan infeksi, melindungi tubuh
dengan memfagosit organisme asing dan memproduksi atau mengangkut/
mendistribusikan antibodi. Ada dua tipe utama sel darah putih:
1. Granulosit: neutrofil, eosinofil dan basofil
2. Agranulosit: limfosit dan monosit
Trombosit(platelet)
Trombosit adalah elemen terkecil dalam pembuluh darah.
Trombosit diaktivasi setelah kontak dengan permukaan dinding endotelia.
Trombosit terbentuk dalam sumsum tulang. Masa hidup trombosit sekitar
7,5 hari. Sebesar 2/3 dari seluruh trombosit terdapat disirkulasi dan 1/3 nya
terdapat di limfa.
Diff.count
a. Neutrofil
Neutrofil adalah leukosit yang paling banyak. Neutrofil
terutama berfungsi sebagai pertahanan terhadap invasi mikroba
melalui fagositosis. Sel ini memegang peranan penting dalam
kerusakan jaringan yang berkaitan dengan penyakit noninfeksi
seperti artritis reumatoid, asma dan radang perut. 

b. Eosinofil
Eosinofil memiliki kemampuan memfagosit, eosinofil aktif
terutama pada tahap akhir inflamasi ketika terbentuk kompleks
antigen-antibodi. Eosinofil juga aktif pada reaksi alergi dan infeksi
parasit sehingga peningkatan nilai eosinofil dapat digunakan untuk
mendiagnosa atau monitoring penyakit.
c. Basofil
Sel basofil mensekresi heparin dan histamin. Jika konsentrasi
histamin meningkat, maka kadar basofil biasanya tinggi. Jaringan
basofil disebut juga mast sel. 

d. Monosit
Monosit merupakan sel darah yang terbesar. Sel ini berfungsi
sebagai lapis kedua pertahanan tubuh, dapat memfagositosis dengan
baik dan termasuk kelompok makrofag. Manosit juga memproduksi
interferon.

e. Limfosit

Merupakan sel darah putih yang kedua paling banyak


jumlahnya. Sel ini kecil dan bergerak ke daerah inflamasi pada
tahap awal dan tahap akhir proses inflamasi. Merupakan sumber
imunoglobulin yang penting dalam respon imun seluler tubuh.
Kebanyakan limfosit terdapat di limfa, jaringan limfatikus dan
nodus limfa. Hanya 5% dari total limfosit yang beredar pada
sirkulasi.

Laju Endap Darah(LED)

LED atau juga biasa disebut Erithrocyte Sedimentation Rate (ESR)


adalah ukuran kecepatan endap eritrosit, menggambarkan komposisi
plasma serta perbandingan eritrosit dan plasma. LED dipengaruhi oleh
berat sel darah dan luas permukaan sel serta gravitasi bumi.

Pemeriksaan Hasil Laboratorium Nilai Normal Interpretasi


Hematokrit 23 vol% 35-45 vol% Hemodelusi
Hemoglobin 8 g/dL 12-14 g/dL Anemia
Red Blood Cell 3.100.000/mm3 4.000.000-5.000.000/mm3 Rendah
White Blood Cell 7.400/mm3 5.000-10.000/mm3 Normal
MCV 74 fL 82-92 fL Anemia
mikrositik
MCH 26 pg 27-32 pg Anemia
mikrositik
MCHC 35% 32-36% Normal
Trombosit 320.000/mm3 150.000-450.000/mm3 Normal
Diff.count 0/2/3/58/32/5 Basofil: 0 – 2% Normal
Eosinofil: 0 – 6%
Neutrofil batang: 0 – 5%
Neutrofil segmen:40 – 70%
Limfosit: 20 – 50%
Monosit: 4 – 8%
Laju Endap Darah 40 mm/jam 0-20 mm/jam Meningkat

5. Pemeriksaan Tambahan
Besi serum
Besi adalah salah satu komponen esensial dalam tubuh, terutama
dipakai dalam membentuk hemoglobin. Bila besi yang masuk dalam tubuh
melalui makanan sehari-hari lebih sedikit daripada yang dikeluarkan maka
cadangan besi tubuh akan dimobilisasi serta dipakai, sehingga suatu saat
dapat timbul defisiensi besi. Pada manusia defisiensi besi terjadi dalam tiga
tahap, dimulai dari tahap yang paling ringan yaitu tahap pralaten (iron
depletion), kemudian tahap laten (iron deficient erythropoesis) dan tahap
anemia defisiensi besi (iron deficiency anemia).

Total Iron Binding Capacity(TIBC)


Total Iron Binding Capacity (TIBC) adalah untuk mengukur jumlah
total zat besi yang dapat diikat oleh transferrin. Biasanya diukur bersama
dengan serum besi ketika menyelidiki anemia defisiensi besi yang
mungkin. Ketika penyimpanan besi rendah, TIBC biasanya lebih tinggi dari
normal. Tes ini juga dapat dilakukan ketika dicurigai kelebihan zat besi.
Perhitungan serum besi dibagi dengan TIBC memberikan persentase yang
diketahui sebagai saturasi transferrin, indikator status besi yang bermanfaat.
Ferritin
Feritin adalah protein yang mengandung zat besi dan merupakan
bentuk utama zat besi yang tersimpan di dalam sel. Jumlah kecil feritin yang
dilepaskan dan bersirkulasi dalam darah adalah cerminan dari jumlah total
zat besi yang disimpan dalam tubuh. Ferritin diukur untuk mengetahui
status besi di dalam hati. Bila kadar SF < 12 mg/dl maka orang tersebut
menderita anemia gizi besi. Tes ini mengukur jumlah ferritin dalam darah.

Saturasi tranferin
Saturasi transferrin adalah rasio serum konsentrasi besi dan TIBC
dinyatakan dalam bentuk persentase. Jika transferrin diukur secara
imunologis, maka TIBC (μmol / l) yang sesuai mungkin dihitung dengan
mengalikan transferrin konsentrasi (g / l) per 25.

Objek pemeriksaan Nilai normal Nilai pasien interpretasi


Besi serum 35-150 µg/dL 15 µg/dL Rendah
Total iron binding 260-445 µg/dL 560 µg/dL Tinggi
capacity
Ferritin 13-150 ng/dL 5 ng/dL Rendah
Saturasi Ferittin 20-45 % 2,6 % Rendah

Gambaran darah tepi


a. Eritrosit ( mikrositik hipochrom, anisopoikilositosis, terdapat sel
pensil)
b. Leuokosit (normal)
c. Trombosit (normal)
G. Kerangka Konsep

KERANGKA KONSEP DISINI.

H. Kesimpulan
Rani, 35 tahun, hamil 24 minggu mengalami anemia mikrositik hipokrom,
anisopoikilositosis akibat defisiensi zat besi
DAFTAR PUSTAKA

Abbas, A.K., Aster, J.C., dan Kumar, V. 2015. Buku Ajar Patologi Robbins. Edisi
9. Singapura: Elsevier Saunders

Alamanda, Elsa. 2013. Anemia. Diakses dari


http://eprints.undip.ac.id/43853/3/Elsa_G2A009017_BAB_2.pdf pada
tanggal 13 November 2019 pukul 15.10.

Alvita, Ghaniah.2017.Hubungan Faktor Kelelahan terhadap Prestasi Belajar


Mahasiswa Fakultas Kedokteran Angkatan 2017.Makassar.

Amalia, A. 2016. Diagnosis dan Tatalaksana Anemia Defisiensi Besi Diagnosis


and Management of Iron Deficiency Anemia. Diakses dari
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/download/944/
777pada tanggal 13 November 2019 pukul 20.10.

Amirnu. (2012, Oktober 8). Metabolisme Besi dan Pembentukan Hemoglobin.


Dipetik November 13, 2019, dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/39680/Chapter%20I
I.pdf;jsessionid=2162419F40A6CF7D4D21D978B793C315?sequence=4

Anonim. -. Anemia. Diakses dari


http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/12151/6.%20BAB
%20II.pdf?sequen pada tanggal 13 November 2019 pukul 15.20.

Aru W. Sudoyo. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi kelima.
Jakarta. Interna Publishing.

Dameria Magdalena Tambunan. 2011. Gambaran Kejadia Anemia Ibu Hamil dan
Faktor-Faktor yang Berhubungan di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Apung
Kabupaten Asahan 2011. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Universitas Indonesia: Depok

Devani, Barankin D. Angular stomatitis. Newyork: Can Fam Physician 2007;


53:1022-23

Diggs LW, Sturm D, Bell A. The morphology of human blood cells. Abbot:2005

Fitriana, D. A. (2016, September 1). Gizi Seimbang Ibu Hamil. Dipetik November
13, 2019, dari http://gizi.fk.ub.ac.id/gizi-seimbang-ibu-hamil/

Higashi N. Pathogenesis of the spooning. Hifu 1985; 27:29–34.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2011). Pedoman Interpretasi Data


Klinik. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Kumar V, Abbas AK, Aster JC. Robbins Basic Pathology. 9th ed. Philadelphia:
Elsevier; 2015.

Mansjoer, Arif . et all. 2007. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi Ketiga.
Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC

McKenzie SB. Anemia og Defective Heme Synthesis. In: McKenzie, ed. Textbook
of Hematology. 2nd edition. Philadelphia : William & Wilkins. 1996. p.121-
43

Modul Skill Lab Vital Sign Universitas Sriwijaya

Pedoman Interpretasi Data Klinik Kementerian Kesehatan Republik Indonesia


2011
Price, S.A., 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Proses Penyakit. Edisi 6.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

QJM: An International Journal of Medicine, Volume 111, Issue 4, April 2018,


Pages 271–272,

Rokim, Khoirul Fahrizal dan Yudhanto, dkk. 2014. Hubungan Usia dan Status
Nutrisi Terhadap Kejadian Anemia Pada Pasien Kanker Colorektal.
Semarang:Universitas Diponegoro.

Sukaisi, S. (2017, Agustus 28). Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kejadian


Anemia pada Ibu Hamil di Puskesmas Wirobrajan. Diakses dari
http://digilib.unisayogya.ac.id/4054/1/Naskah%20Publikasi_Santi%20Suka
isi_1610104396_DIV_8A.pdf pada tanggal 13 November 2019.

Sumadi, Suryadi. 2018. Metabolisme Besi dan Pembentukan Hemoglobin. Jakarta.


https://docplayer.info/72903005-Metabolisme-besi-dan-pembentukan-
hemoglobin.html diakses tanggal 13 November 2019.

Suryani, Ida Ayu Mas.dkk.2017.Anemia Defisiensi Besi.Bali.

Trisna, Yulia, Hartini, Sri. 2011. Pedoman Interpretasi Data Klinik. Jakarta:
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

WalkerJ, BaranR, VelezN, JellinekN.Koilonychia: an update on pathophysiology,


differential diagnosis and clinical relevance. J Eur Acad Dermatol Venereol
2016; 30:1985–91.

Anda mungkin juga menyukai