SKENARIO A
BLOK 11
Disusun oleh:
Kelompok 4
Tutor :
dr. Phey Liana,Sp.PK
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME karena berkat rahmat-
Nya, laporan tutorial skenario ? blok ? ini dapat diselesaikan dengan baik. Adapun
tujuan penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas tutorial yang merupakan
bagian dari sistem pembelajaran di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan laporan tutorial ini. Tim menyadari bahwa laporan
ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami mohon maaf apabila
terdapat maksud atau penulisan kata yang salah ataupun yang kurang berkenan
dalam laporan ini. Maka dari itu, tim sangat mengharapkan adanya kritik dan saran
yang bersifat positif, guna penulisan laporan yang lebih baik lagi ke depannya.
Kelompok 4
LAPORAN TUTORIAL BLOK 11
SKENARIO A
GAMMA 2018
KELOMPOK 4
Tata Tertib :
1. Diperbolehkan menggunakan ponsel hanya untuk kepentingan tutorial.
2. Dilarang memotong pembicaraan.
3. Angkat tangan terlebih dahulu ketika ingin berpendapat.
4. Keputusan akhir merupakan keputusan bersama.
5. Tidak diperkenankan membicarakan hal-hal di luar topik apabila belum
mencapai tujuan pembelajaran.
6. Tidak membawa makanan (hanya diperbolehkan minum).
7. Diperkenankan untuk datang tepat waktu. Selebih-lebihnya lima belas menit
setelah proses tutorial berlangsung.
DAFTAR ISI
A. SKENARIO ……………………………………………………
G. SINTESIS ……………………………………………………………
I. KESIMPULAN ……………………………………………………
Rani, seorang ibu berumur 35 tahun, memiliki empat orang anak. Rani adalah
ibu rumah tangga sementara suami Rani bekerja sebagai petani. Sehari-hari
keluarga Rani hanya makan dengan nasi dan sayur, sekali dalam seminggu makan
dengan telur atau tempe. Saat ini Rani sedang hamil 24 minggu.
Rani datang ke puskesmas dengan keluhan mudah Lelah dan lemas. Rani
juga merasa pandangan berkunang-kunang. Keluhan ini sudah dirasakan sejak 2
bulan yang lalu dan sekarang bertambah berat. Selain itu, Rani juga mengeluh
sering sakit kepala dan napas terengah-engah saat melakukan pekerjaan berat
lainnya.
Pemeriksaan Fisik:
Tanda vital: Tekanan darah: 110/70, Heart rate: 94x/menit, Respiratory rate:
24x/menit, Temperature: 36,6oC.
Kepala: Konjungtiva palpebra: anemis, stomatitis angularis, atrofi papil lidah.
Leher: Tidak ditemukan pembesaran kelenjar getah bening (KGB).
Abdomen: Hepar dan lien tidak teraba.
Ekstrimitas: Spoon shaped nail.
Pemeriksaan penunjang:
Laboratorium:
Hemoglobin (HB): 8 g/dL (12-14 g/dL), Hematokrit (Ht): 23 vol% (35-45 vol%),
Red Blood Cell (RBC): 3.100.000/mm3 (4.000.000-5.000.000/mm3), White blood
cell (WBC): 7.400/mm3 (5.000-10.000/mm3), MCV: 74 fL (82-92 fL), MHC: 26
pg (27-32 pg), MCHC: 35% (32-36%), Trombosit: 320.000/mm3 (150.000-
450.000/mm3), Diff.count: 0/2/3/58/32/5, Laju Endap Darah (LED): 40 mm/jam
(0-20 mm/jam)
Pemeriksaan Tambahan:
Kimia Klinik:
Besi serum 15xg/dL (35-150 xg/dL), Total iron binding capacity (TIBC) 560
xg/dL (260-445 xg/dL), Ferritin 5 ng/mL (13-150 ng/mL), saturasi transferrin 2,6%
(20-45%)
Gambaran darah tepi:
Eritrosit: mikrositik hipochrom, anisopoikilositosis, ditemukan pencill cell.
Leukosit: jumlah cukup, penyebaran merata, morfologi normal.
Trombosit: jumlah cukup, penyebaran merata, morfologi normal.
B. Klarifikasi Istilah
Pemeriksaan Fisik:
Tanda vital: Tekanan darah:
110/70, Heart rate: 94x/menit,
Respiratory rate: 24x/menit,
Temperature: 36,6oC.
Kepala: Konjungtiva palpebra:
anemis, stomatitis angularis, atrofi
3. Tidak sesuai √
papil lidah.
Leher: Tidak ditemukan
pembesaran kelenjar getah bening
(KGB).
Abdomen: Hepar dan lien tidak
teraba.
Ekstrimitas: Spoon shaped nail.
Pemeriksaan penunjang:
Laboratorium:
Hemoglobin (HB): 8 g/dL (12-14
g/dL), Hematokrit (Ht): 23 vol%
(35-45 vol%), Red Blood Cell
(RBC): 3.100.000/mm3 (4.000.000-
5.000.000/mm3), White blood cell
(WBC): 7.400/mm3 (5.000-
4. Tidak sesuai √
10.000/mm3), MCV: 74 fL (82-92
fL), MHC: 26 pg (27-32 pg),
MCHC: 35% (32-36%), Trombosit:
320.000/mm3 (150.000-
450.000/mm3), Diff.count:
0/2/3/58/32/5, Laju Endap Darah
(LED): 40 mm/jam (0-20 mm/jam)
Pemeriksaan Tambahan:
Kimia Klinik:
Besi serum 15xg/dL (35-150 xg/dL),
Total iron binding capacity (TIBC)
560 xg/dL (260-445 xg/dL), Ferritin
5 ng/mL (13-150 ng/mL), saturasi
5. transferrin 2,6% (20-45%) Tidak sesuai √
Gambaran darah tepi:
Eritrosit: mikrositik hipochrom,
anisopoikilositosis, ditemukan
pencill cell.
Leukosit: jumlah cukup, penyebaran
merata, morfologi normal.
Trombosit: jumlah cukup,
penyebaran merata, morfologi
normal.
Keterangan :
√√√ : Prioritas Pertama
√√ : Prioritas Kedua
√ : Prioritas Ketiga
D. Analisis Masalah
Jawab:
Jawab:
Dari keluhan yang dialami oleh Ibu Rani, maka dapat dikatakan
bahwa Ibu Rani mengalami anemia. Anemia dalam kehamilan
memberi pengaruh kurang baik bagi ibu, baik dalam kehamilan,
persalinan, maupun nifas dan masa selanjutnya. Penyulit yang dapat
timbul akibat anemia : keguguran (abortus), persalinan preterm,
persalinan yang lama akibat kelelahan otot rahim, perdarahan pasca
melahirkan karena tidak adanya kontraksi otot rahim (atonia arteri),
syok, serta anemia yang berat dapat menyebabkan dekompensasi
kordis. Hipoksia akibat anemia juga dapat menyebabkan syok dan
kematian ibu pada persalinan.
Jawab:
2. Sejak 2 bulan yang lalu, Rani mengeluh mudah Lelah dan lemas,
pandangan berkunang-kunang, dan sekarang bertambah berat. Selain itu,
Rani juga mengeluh sering sakit kepala dan napas terengah-engah saat
melakukan pekerjaan berat lainnya.
Jawab:
Jawab:
3. Pemeriksaan Fisik:
Tanda vital: Tekanan darah: 110/70, Heart rate: 94x/menit, Respiratory
rate: 24x/menit, Temperature: 36,6oC.
Jawab:
Tanda Vital
Tekanan Darah 110/70 mmHg 110-120/70-80 mmHg Normal
Heart Rate 94x/menit 60-100x/menit Normal
Respiration Rate 24x/menit 16-24x/menit Normal
Temperatur 36,6OC 36-37,5OC Normal
b. Bagaimana mekanisme konjungtiva anemis?
Jawab:
Jawab:
Jawab:
Jawab:
Jawab:
Hasil Pemeriksaan
Pemeriksaan Nilai Normal Interpretasi
Laboratorium
Hemoglobin (Hb) 12-14 g/dL 8 g/Dl Rendah (anemia)
Rendah
Hematokrit (Ht) 35-45 vol % 23 vol %
(hemodilusi)
Rendah (ADB,
MCV 82-92 fL 74 Fl
anemia mikrositik)
Rendah (anemia
MCH 27-32 pg 26 pg
mikrositik)
MCHC 32-36 % 35 % Normal
B= 0
E = 0-2 N = 0-8 LB B =0 E= 2 N =3 LB
Diff Count Normal
= 50-70 LS = 20-50 = 58 LS = 32 M=5
M = 2-8
Laju Endap Darah
0-20 mm/jam 40 mm/jam Meningkat
(LED)
Besi Serum 35-150 μg/dL 15 μg/dL Rendah
Total Iron Binding
260-445 μg/dL 560 μg/ dL Meningkat
Capacity (TIBC)
Ferritin 13-150 ng/mL 5 ng/mL Rendah
Saturasi Transferin 20-45% 2,6% Rendah
Jawab:
5. Pemeriksaan Tambahan:
Kimia Klinik: Besi serum 15xg/dL (35-150 xg/dL), Total iron binding
capacity (TIBC) 560 xg/dL (260-445 xg/dL), Ferritin 5 ng/mL (13-150
ng/mL), saturasi transferrin 2,6% (20-45%)
Jawab:
Jawab:
Trombosit (normal)
Jawab:
Mekanisme abnormalitas
Differential Diagnosis
Jawab:
Anemia mikrositik hipochrom, anisopoikilositosis suspek defisiensi besi.
1. Topik Pembelajaran
1. Anemia
a. Jenis-jenis anemia
b. Different diagnosis
c. Patofisiologi keluhan
2. Nutrisi ibu hamil dan Metabolisme besi
3. Pemeriksaan Fisik
4. Pemeriksaan penunjang
5. Pemeriksaan tambahan
mekanisme E-Book,
Pemeriksaan interpretasi, abnormal, Journal,
4. Implikasi
Penunjang mekanisme mekanisme Textbook,
abnormal anemia Internet
interpretasi,
mekanisme E-Book,
mekanisme
Pemeriksaan abnormal, Journal,
5. abnormal, Implikasi
Tambahan mekanisme Textbook,
gambaran
anemia Internet
darah tepi.
F. Sintesis
1. Anemia
Anemia adalah keadaan berkurangnya jumlah eritrosit atau
hemoglobin (protein pembawa O2) dari nilai normal dalam darah, sehingga
tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa O2 dalam jumlah yang
cukup ke jaringan perifer sehingga pengiriman O2 ke jaringan menurun.
Secara fisiologi, kadar normal hemoglobin bervariasi tergantung umur, jenis
kelamin, kehamilan, dan ketinggian tempat tinggal. Oleh karena itu, perlu
ditentukan batasan kadar hemoglobin pada anemia
Klasifikasi Anemia
Secara morfologis, anemia dapat diklasifikasikan menurut ukuran sel
dan hemoglobin yang dikandungnya.
Anemia dengan ukuran eritrosit yang lebih besar dari normal dan
hiperkrom karena konsentrasi hemoglobinnya lebih dari normal.
(Indeks eritrosit pada anak MCV > 73 fl, MCH = > 31 pg, MCHC = >
35 %). Ditemukan pada anemia megaloblastik (defisiensi vitamin B12,
asam folat), serta anemia makrositik non-megaloblastik (penyakit hati,
dan myelodisplasia).
Sumsum Megaloblastik
Serum ferritin, besi serum dan kapasitas pengikat besi, atau studi
sumsum tulang untuk zat besi harus dilakukan untuk membedakan
antara dua anemia paling umum dalam kategori ini, yaitu defisiensi
besi dan anemia kronis sederhana yang terkait dengan beberapa
penyakit lain, sering infeksi kronis atau kanker. Pada keduanya,
konsentrasi besi serum rendah, tetapi pada defisiensi besi, TIBC
meningkat, sedangkan pada ACD sederhana normal atau menurun.
Penyimpanan zat besi di sumsum berkurang karena kekurangan zat
besi tetapi normal atau meningkat pada anemia penyakit kronis.
Jika simpanan zat besi dalam tubuh seseorang sudah sangat rendah
berarti orang tersebut mendekati anemia walaupun belum ditemukan
gejala-gejala fisiologis. Simpanan zat besi yang sangat rendah lambat
laun tidak akan cukup untuk membentuk sel- sel darah merah di dalam
sumsum tulang sehingga kadar hemoglobin terus menurun di bawah
batas normal, keadaan inilah yang disebut anemia gizi besi.
1) Tahap Pertama
2) Tahap Kedua
3) Tahap Ketiga
Diet yang kaya zat besi tidaklah menjamin ketersediaan zat besi
dalam tubuh karena banyaknya zat besi yang diserap sangat
tergantung dari jenis zat besi dan bahan makanan yang dapat
menghambat dan meningkatkan penyerapan besi.
3. Kebutuhan meningkat
Different Diagnosis
Lelah
Lemas
Saat seseorang kurang mengonsumsi besi atau seseorang yang
mengalamin defisiensi besi maka, cadangan besi menurun. Hal tersebut
menyebabkan penyediaan besi untuk eritropoesis berkurang sehingga kadar
hemoglobin mulai menurun. Ketika hemoglobin dalam tubuh berkurang
maka kadar oksigen dalam tubuh juga berkurang, hal tersebut dapat
menyebabkan tubuh bermetabolisme secara anaerob. Proses metabolisme
anaerob dapat mengurangi produksi ATP. Kekurangan ATP menyebabkan
penurunan kinerja na+-k+ atpase sehingga menyebabkan peningkatan kadar
k+ di ekstrasel. K+ merupakan penentu resting membrane potential sehingga
peningkatan k+ di ekstrasel menyebabkan resting membran potentialnya
mengarah mendekati 0 (less negative) yang menyebabkan penutupan pintu
inaktivasi kanal natrium sebelum depolarisasi sehingga tidak terbentuk
sinyal yg merangsang influks kalsium di sel otot rangka yang menyebabkan
tidak terjadi kontraksi yg adekuat sehingga terasa lemas.
Napas terengah-engah
Absorbsi besi
Zat besi diserap di dalam duodenum dan jejunum bagian atas melalui
proses yang kompleks. Proses ini meliputi tahap – tahap utama sebagai berikut:
1. Besi yang terdapat di dalam bahan pangan, baik dalam bentuk Fe3+
atau Fe2+ mula – mula mengalami proses pencernaan
2. Di dalam lambung Fe3+ larut dalam asam lambung, kemudian diikat
oleh gastroferin dan direduksi menjadi Fe2+
3. Di dalam usus Fe2+ dioksidasi menjadi FE3+. Fe3+ selanjutnya
berikatan dengan apoferitin yang kemudian ditransformasi menjadi
feritin dan disimpan dalam bentuk feritin. Sebagian lagi, Fe2+
dibebaskan ke dalam plasma darah. (Dikenal adanya mucosal block,
suatu fenomena dimana setelah beberapa hari dari suatu bolus besi
dalam diet, maka enterosit resisten terhadap absorpsi besi berikutnya.
Hambatan ini mungkin timbul karena akumulasi besi dalam enterosit
sehingga menyebabkan set point diatur seolah-olah kebutuhan besi
sudah berlebihan).
4. Di dalam plasma, Fe2+ dioksidasi menjadi Fe3+ dan berikatan dengan
transferin. Transferin mengangkut Fe2+ ke dalam sumsum tulang
untuk bergabung membentuk hemoglobin. Besi dalam plasma ada
dalam keseimbangan.
5. Transferrin mengangkut Fe2+ ke dalam tempat penyimpanan besi di
dalam tubuh (hati, sumsum tulang, limpa, sistem retikuloendotelial),
kemudian dioksidasi menjadi Fe3+. Fe3+ ini bergabung dengan
apoferritin membentuk ferritin yang kemudian disimpan, besi yang
terdapat pada plasma seimbang dengan bentuk yang disimpan.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda vital
Tekanan darah
Denyut nadi
1) Oral.
Termometer diletakkan dibawah lidah tiga sampai lima
menit. Tidak dianjurkan pada bayi
2) Axilla.
Metode yang paling sering di lakukan . Dilakukan 5-10
menit dengan menggunakan termometer raksa. Suhu aksila lebih
rendah 0.6° C (1°F) dari pada oral
3) Rectal.
Suhu rektal biasanya berkisar 0.4°C (0.7°F) lebih tinggi dari
suhu oral
Frekuensi pernapasan
Proses inspirasi dan ekspirasi dalam satuan waktu/menit. Faktor yang
mempengaruhi Respiratory Rate:
1) Usia
2) Jenis kelamin
3) Suhu Tubuh
4) Posisi tubuh
5) Aktivitas
Pemeriksaan Fisik Kasus Rani Nilai Normal Interpretasi
Tanda Vital
Tekanan Darah 110/70 mmHg 110-120/70-80 mmHg Normal
b. Kepala
Konjungtiva palpebra anemis
Stomatitis angularis
Peradangan pada sudut mulut; tampak sebagai bercak berwarna
pucat keputihan. Rendahnya masukan besi dalam jangka waktu lama →
Penurunan zat besi. Pada saat yang sama terjadi kekurangan besi pada
proliferasi sel-sel epitelnya terhambat serta pada beberapa enzim yang
dapat menimbulkan gejala salah satunya pada epitel mulut. Akibatnya
jaringan mukokutan di sudut mulut menjadi merah, lunak dan berulserasi
dalam dan melebar dari sudut bibir, kemungkinan untuk terbentuknya suatu
fissura dan perlukaan menjadi lebih besar. Fissura yang terbentuk kemudian
mengalami maserasi oleh air liur kita sendiri secara terus-menerus sehingga
terbentuk suatu perlukaan yang lebih luas lagi dan biasanya menimbulkan
nyeri.
d. Abdomen
Hepar dan lien yang tidak teraba menunjukkan tidak adanya edema
atau pembengkakan pada dua organ tersebut.
e. Ekstremitas
5. Pemeriksaan penunjang
Hemoglobin(Hb)
Hemoglobin adalah komponen yang berfungsi sebagai alat
transportasi oksigen (O2) dan karbon dioksida (CO2). Hb tersusun dari
globin (empat rantai protein yang terdiri dari dua unit alfa dan dua unit beta)
dan heme (mengandung atom besi dan porphyrin: suatu pigmen merah).
Pigmen besi hemoglobin bergabung dengan oksigen.
Hematokrit(Ht)
Hematokrit menunjukkan persentase sel darah merah terhadap
volume darah total.
Eritrosit
Eritrosit yang berbentuk cakram bikonkaf mempunyai area
permukaan yang luas sehingga jumlah oksigen yang terikat dengan Hb
dapat lebih banyak. Fungsi utama eritrosit adalah untuk mengangkut
oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh dan mengangkut CO2 dari
jaringan tubuh ke paru-paru oleh Hb.
Mean Copruscular Volume(MCV)
MCV adalah indeks untuk menentukan ukuran sel darah merah.
MCV menunjukkan ukuran sel darah merah tunggal apakah sebagai
Normositik (ukuran normal), Mikrositik (ukuran kecil < 80 fL), atau
Makrositik (ukuran kecil >100 fL).
Mean Corpuscular Hemoglobin(MCH)
Indeks MCH adalah nilai yang mengindikasikan berat Hb rata-rata
di dalam sel darah merah, dan oleh karenanya menentukan kuantitas warna
(normokromik, hipokromik, hiperkromik) sel darah merah. MCH dapat
digunakan untuk mendiagnosa anemia.
Mean Corpuscurar Hemoglobin Consentration
Indeks MCHC mengukur konsentrasi Hb rata-rata dalam sel darah
merah; semakin kecil sel, semakin tinggi konsentrasinya. Perhitungan
MCHC tergantung pada Hb dan Hct. Indeks ini adalah indeks Hb darah
yang lebih baik, karena ukuran sel akan mempengaruhi nilai MCHC, hal
ini tidak berlaku pada MCH.
Leukosit
Fungsi utama leukosit adalah melawan infeksi, melindungi tubuh
dengan memfagosit organisme asing dan memproduksi atau mengangkut/
mendistribusikan antibodi. Ada dua tipe utama sel darah putih:
1. Granulosit: neutrofil, eosinofil dan basofil
2. Agranulosit: limfosit dan monosit
Trombosit(platelet)
Trombosit adalah elemen terkecil dalam pembuluh darah.
Trombosit diaktivasi setelah kontak dengan permukaan dinding endotelia.
Trombosit terbentuk dalam sumsum tulang. Masa hidup trombosit sekitar
7,5 hari. Sebesar 2/3 dari seluruh trombosit terdapat disirkulasi dan 1/3 nya
terdapat di limfa.
Diff.count
a. Neutrofil
Neutrofil adalah leukosit yang paling banyak. Neutrofil
terutama berfungsi sebagai pertahanan terhadap invasi mikroba
melalui fagositosis. Sel ini memegang peranan penting dalam
kerusakan jaringan yang berkaitan dengan penyakit noninfeksi
seperti artritis reumatoid, asma dan radang perut.
b. Eosinofil
Eosinofil memiliki kemampuan memfagosit, eosinofil aktif
terutama pada tahap akhir inflamasi ketika terbentuk kompleks
antigen-antibodi. Eosinofil juga aktif pada reaksi alergi dan infeksi
parasit sehingga peningkatan nilai eosinofil dapat digunakan untuk
mendiagnosa atau monitoring penyakit.
c. Basofil
Sel basofil mensekresi heparin dan histamin. Jika konsentrasi
histamin meningkat, maka kadar basofil biasanya tinggi. Jaringan
basofil disebut juga mast sel.
d. Monosit
Monosit merupakan sel darah yang terbesar. Sel ini berfungsi
sebagai lapis kedua pertahanan tubuh, dapat memfagositosis dengan
baik dan termasuk kelompok makrofag. Manosit juga memproduksi
interferon.
e. Limfosit
5. Pemeriksaan Tambahan
Besi serum
Besi adalah salah satu komponen esensial dalam tubuh, terutama
dipakai dalam membentuk hemoglobin. Bila besi yang masuk dalam tubuh
melalui makanan sehari-hari lebih sedikit daripada yang dikeluarkan maka
cadangan besi tubuh akan dimobilisasi serta dipakai, sehingga suatu saat
dapat timbul defisiensi besi. Pada manusia defisiensi besi terjadi dalam tiga
tahap, dimulai dari tahap yang paling ringan yaitu tahap pralaten (iron
depletion), kemudian tahap laten (iron deficient erythropoesis) dan tahap
anemia defisiensi besi (iron deficiency anemia).
Saturasi tranferin
Saturasi transferrin adalah rasio serum konsentrasi besi dan TIBC
dinyatakan dalam bentuk persentase. Jika transferrin diukur secara
imunologis, maka TIBC (μmol / l) yang sesuai mungkin dihitung dengan
mengalikan transferrin konsentrasi (g / l) per 25.
H. Kesimpulan
Rani, 35 tahun, hamil 24 minggu mengalami anemia mikrositik hipokrom,
anisopoikilositosis akibat defisiensi zat besi
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, A.K., Aster, J.C., dan Kumar, V. 2015. Buku Ajar Patologi Robbins. Edisi
9. Singapura: Elsevier Saunders
Aru W. Sudoyo. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi kelima.
Jakarta. Interna Publishing.
Dameria Magdalena Tambunan. 2011. Gambaran Kejadia Anemia Ibu Hamil dan
Faktor-Faktor yang Berhubungan di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Apung
Kabupaten Asahan 2011. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Universitas Indonesia: Depok
Diggs LW, Sturm D, Bell A. The morphology of human blood cells. Abbot:2005
Fitriana, D. A. (2016, September 1). Gizi Seimbang Ibu Hamil. Dipetik November
13, 2019, dari http://gizi.fk.ub.ac.id/gizi-seimbang-ibu-hamil/
Kumar V, Abbas AK, Aster JC. Robbins Basic Pathology. 9th ed. Philadelphia:
Elsevier; 2015.
Mansjoer, Arif . et all. 2007. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi Ketiga.
Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC
McKenzie SB. Anemia og Defective Heme Synthesis. In: McKenzie, ed. Textbook
of Hematology. 2nd edition. Philadelphia : William & Wilkins. 1996. p.121-
43
Rokim, Khoirul Fahrizal dan Yudhanto, dkk. 2014. Hubungan Usia dan Status
Nutrisi Terhadap Kejadian Anemia Pada Pasien Kanker Colorektal.
Semarang:Universitas Diponegoro.
Trisna, Yulia, Hartini, Sri. 2011. Pedoman Interpretasi Data Klinik. Jakarta:
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia