01 Pendahuluan
01 Pendahuluan
E d i s i ke d u a 2 0 0 7 O l e h Yay a s a n I D E P
Edisi Kedua oleh Yayasan IDEP 2007 PO BOX 160 Ubud, 80571, Bali, Indonesia www.idepfoundation.org Yayasan I D E P BUKU INI BERTUJUAN
Selama ini, tindakan dalam usaha penanggulangan bencana dilakukan oleh pemerintah yang pelaksanaannya kemudian dilakukan bersama antara pemerintah daerah dengan organisasi-organisasi yang terkait dan masyarakat yang tertimpa bencana. Pada saat menghadapi bencana, masyarakat yang belum mampu untuk menanganinya sendiri harus menunggu bantuan yang kadang-kadang tidak segera datang. Perlu disadari bahwa detik-detik pertama saat bencana terjadi adalah saat yang sangat penting dalam usaha mengurangi dampak bencana yang lebih besar. Didasari pemikiran tersebut dan sejalan dengan program pengembangan masyarakat yang mandiri, masyarakat sendiri perlu mengetahui secara menyeluruh semua upaya tindakan penanggulangan bencana supaya bisa segera mengambil tindakan yang tepat pada waktu sebelum, saat dan sesudah bencana. Buku ini lebih menekankan tindakan-tindakan kesiapsiagaan dalam usaha mencegah kemungkinan bencana dan mengurangi dampak bencana.
Yayasan IDEP IDEP mempersilahkan lembaga atau perorangan yang bermaksud menggandakan buku ini untuk kepentingan berbagai kegiatan penanggulangan bencana yang bersifat non-komersial tanpa mengubah isi buku. Untuk alasan lain, silahkan mengajukan izin tertulis kepada Yayasan IDEP. Apabila ada masukan atau saran, baik mengenai isi maupun penggunaan buku ini, silahkan hubungi kami melalui alamat yang tercantum di dalam buku ini. Kami menghargai saran dan masukan anda.
Foto-foto Yayasan IDEP, Rama Surya, Stuart Coles, Ir. Cahyo Alkantana M.Sc.
Dikembangkan dengan dukungan dari BAKORNAS PB, MPBI, UNESCO, USAID, OXFAM dan Masyarakat Indonesia ISBN : 978-979-24-1310-6
Panduan Umum
IDEP
IDEP
IDEP
Buku ini didedikasikan untuk seluruh Masyarakat Indonesia, Para Korban Bencana yang mengorbankan hidupnya tanpa tahu apa kesalahan mereka, Para Keluarga Korban, Pengungsi, Teman-teman Relawan Kemanusiaan yang tiada henti memberikan tenaga dan pengorbanannya serta seluruh pihak yang membantu terwujudnya buku ini
Semua telah terjadi Sudah banyak darah yang tumpah Sudah banyak air mata yang menitik Alam sudah terlalu muak Dengan semua tingkah manusia Bersahabatlah dengan alam Karena Manusia bukan mahluk bumi Karena Tuhan titipkan bumi untuk kita perlakukan dengan bijak Bersama alam kita hidup dalam damai
(Bumi Air Mata, Ade Andreawan, 100307)
Hormat kami,
Catatan
Daftar Isi
Catatan
ii
Daftar Isi
Daftar Istilah Pendahuluan
Bencana dan Indonesia Tentang buku panduan PBBM (edisi kedua) Siapa yang menggunakan panduan ini Bagaimana menggunakan panduan ini Buku formulir dan tugas relawan Tujuan PBBM Sasaran PBBM Penanggulangan bencana Penanggulangan bencana berbasis masyarakat Peran masyarakat dalam penanggulangan bencana
x 3
3 3 4 4 4 5 5 7 10 10
Tentang ancaman
Gempa bumi Tsunami Tanah longsor Gunung api
15
15 19 21 22 25 27 31 33 34 35 38 39 43
Badai dan angin topan Banjir Konflik sosial Serangan teroris Kekeringan Kerawanan pangan Kebakaran perkotaan Kebakaran hutan dan lahan Wabah penyakit
iii
45
49 53
53 53 54 55 55 56 56 57 59
59 59 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 73
74
81
81 82 83 86 89
iv
95
97 102
102 103 104
109
109 109 110 111
115
B.1 Tindakan langsung saat bencana B.2 Tanggap darurat tanpa rencana
Tugas KMPB pada tahap saat bencana
119 123
124
127
127 128 130 131 132
132 137 137
Penanganan jenazah
138
143
143 144 144 144 144 144 145
149
151
151 151 152
153
153 154
155
155 155 156
159
159 160 162 167 169 171 175
179
179 180 183 185 185
189
189
Mendata bantuan yang disalurkan Penyaluran bantuan kepada keluarga atau orang Penggunaan jurnal rangkuman transaksi keuangan Penggunaan jurnal rangkuman transaksi barang
197
197 197 199
203
203 204 205 206 206 206
209
209 209 210 210 210 211 211
217
217 218 221 222
vii
Lampiran tambahan
225
227
227 227 229 230 231 232 233 235 237 238 239
Perawatan kejiwaan
Pihak yang bisa membantu Beberapa langkah untuk merawat penderita gangguan stres pasca-trauma (GSPT)
243
243 244
245
247 249 254
Permukiman sementara
Pengaturan permukiman sementara Tempat hunian, penampungan dan bantuan non-pangan
259
259 260
Air, sanitasi dan kebersihan Pelayanan kesehatan Undang Undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana Daftar hubungan atau kontak
Yang bisa memberi pelatihan dan instansi Pemerintah Kantor daerah SATKORLAK PB Media massa yang bisa dihubungi Beberapa LSM yang bisa dihubungi Organisasi sumber bantuan
299 304
viii
pendahuluan
Daftar Istilah
ix
O l e h Ya y a s a n I D E P - w w w. i d e p f o u n d a t i o n . o r g / p b b m
Daftar Istilah
A
Ancaman / Bahaya adalah kejadian-kejadian,
gejala atau kegiatan manusia yang berpotensi untuk menimbulkan kematian, luka-luka, kerusakan harta benda, gangguan sosial ekonomi atau kerusakan lingkungan. Bahaya dapat mencakup kondisi-kondisi laten yang bisa mewakili ancaman di masa depan dan dapat disebabkan oleh berbagai hal: alam atau yang diakibatkan oleh proses-proses yang dilakukan manusia (kerusakan lingkungan dan bahaya teknologi). Bahaya dapat berbentuk tunggal, berurutan atau gabungan antara asal dan dampak mereka. Setiap bahaya dicirikan oleh lokasi, frekuensi dan peluang.
Bencana
alam
adalah
bencana
yang
diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan dan tanah langsor.
B
BAKORNAS PB Badan Koordinasi Nasional
Penanggulangan Bencana - tingkat Nasional
pangan, sandang, tempat tinggal sementara, perlindungan, kesehatan, sanitasi dan air bersih.
D
Daya tahan / berdaya tahan
adalah
Drainase adalah prasarana yang berwujud saluran atau bangunan lainnya yangberfungsi mengatur pembuangan air dan atau kelebihan air sehingga memenuhisyarat teknis pengairan baik pertanian maupun pengendalian banjir, Drainasemerupakan syarat mutlak yang harus tersedia dalam sistem pengairan.
kapasitas sebuah sistem, komunitas atau masyarakat yang memiliki potensi terpapar pada bencana untuk beradaptasi, dengan cara bertahan atau berubah sedemikian rupa sehingga mencapai dan mempertahankan suatu tingkat fungsi dan struktur yang dapat diterima. Hal ini ditentukan oleh tingkat kemampuan sistem sosial dalam mengorganisir diri untuk meningkatkan kapasitasnya untuk belajar dari bencana di masa lalu untuk perlindungan yang lebih baik di masa mendatang dan untuk meningkatkan upaya-upaya pengurangan risiko.
E
Evaluasi Penilaian kembali suatu kejadian,
keadaan, kegiatan.
G
Gangguan Stres Pasca Trauma (GSPT)
Gangguan mental seseorang akibat suatu kejadian yang merugikan.
Deteksi
Dini
Sebuah
kegiatan
H
HP (Hand-phone) Alat hubungan jarak jauh,
telepon yang bisa digenggam.
I
Instalasi
terpasang. Kegiatan pemasangan suatu
xi
J
Jurnal Buku rangkuman dalam pembukuan.
Kemampuan
penyesuaian
adalah
cara orang-orang atau lembaga-lembaga menggunakan sumber daya dan kemampuan yang ada untuk menghadapi akibat-akibat merugikan yang bisa mengarah kepada suatu bencana. Secara umum ini mencakup pengelolaan sumber daya baik di waktu-waktu normal, selama krisis atau kondisi merugikan. Penguatan kemampuan penyesuaian biasanya memperkuat ketahanan untuk menghadapi dampak-dampak bahaya alam dan bahaya yang diakibatkan aktifitas manusia.
K
Kalori adalah satuan ukuran untuk energi
yang didapatkan tubuh dari makanan seperti dari karbohidrat, protein dan lemak.
Kesiapsiagaan
menghadapi
adalah
upaya
untuk dan
memperkirakan kebutuhan dalam rangka situasi kedaruratan mengidentifikasi kebutuhan sumber daya untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Hal ini bertujuan agar masyarakat mempunyai persiapan yang lebih baik untuk menghadapi bencana.
Klorin
xii
O
ORARI Organisasi Radio Amatir Republik
Indonesia.
L
Lembaga internasional adalah organisasi
yang berada dalam lingkup struktur organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa atau yang menjalankan tugas mewakili Perserikatan Bangsa-Bangsa atau organisasi internasional lainnya dan lembaga asing nonpemerintah dari negara lain di luar Perserikatan BangsaBangsa.
P
Palang Merah Indonesia (PMI) adalah
sebuah organisasi independen dan netral di Indonesia yang kegiatannya di bidang sosial kemanusiaan.
dimaksud
M
Media Massa Fasilitas yang menyampaikan
berita dari sumbernya kepada umum, seperti televisi, radio, koran, majalah dll.
Pemerintah
Daerah
atau
adalah
gubernur, daerah
bupati/walikota, daerah.
perangkat
xiii
Sistem peringatan
dini
terdiri dari
satu
rangkaian hal yaitu: memahami dan memetakan bahaya; memantau dan meramalkan peristiwaperistiwa yang akan segera terjadi; memproses dan menyebarkan peringatan kepada pihak berwenang dan kepada masyarakat; dan melakukan tindakan yang semestinya dan tepat waktu terhadap peringatan.
dibenarkan di kawasan-kawasan yang sering terkena dampak bencana. Dalam konteks peningkatan kesadaran dan pendidikan publik, merubah sikap dan perilaku yang terkait dengan pengurangan risiko bencana berperan dalam meningkatkan suatu budaya pencegahan.
pengkajian risiko didasarkan pada suatu tinjauan tentang ciri-ciri teknis bahaya seperti lokasi, dampak kerusakan, frekuensi dan kemungkinan, serta pada analisis tentang aspek fisik, sosial dan ekonomi dari kerentanan sekaligus memberi pertimbangan khusus pada kapasitas penyesuaian yang terkait dengan berbagai bentuk risiko.
PPGD Penanganan Penderita Gawat Darurat cara menangani orang yang sedang menderita akibat bencana atau kecelakaan dll.
terdiri dari semua bentuk aktifitas, termasuk tindakan-tindakan struktural dan non-struktural untuk menghindarkan (pencegahan) atau membatasi (mitigasi dan kesiapsiagaan) dampak merugikan yang ditimbulkan oleh bahaya.
Pengurangan
risiko
bencana
adalah
R
Radio Antar Penduduk Indonesia (RAPI): Sebuah organisasi sosial nirlaba yang
beranggotakan pengguna perangkat radio.
kerangka kerja konseptual yang terdiri dari elemen-elemen yang dipandang mempunyai kemungkinan untuk meminimalkan kerentanan dan risiko bencana di seluruh masyarakat, untuk menghindari (pencegahan) atau membatasi (mitigasi dan kesiapsiagaan) dampak merugikan yang ditimbulkan oleh bahaya dalam konteks luas pembangunan berkelanjutan. Kerangka kerja pengurangan risiko bencana terdiri dari bidang aksi sebagai berikut: Kesadaran dan pengkajian risiko, termasuk analisis bahaya dan analisis kerentanan atau kapasitas pengembangan pengetahuan, termasuk pendidikan, pelatihan, penelitian dan informasi komitmen publik dan kerangka kerja institusional, termasuk aksi kelembagaan, kebijakan, perundangan dan komunitas penerapan langkah-langkah, termasuk pengelolaan lingkungan, perencanaan penggunaan lahan dan tata kota, perlindungan fasilitas penting, penerapan sains dan teknologi, kemitraan, jejaring dan instrumen finansial. Sistem peringatan dini termasuk peramalan, penyebaran peringatan, tindakan-tindakan kesiapsiagaan dan kapasitas untuk memberikan reaksi.
Rawan
bencana
adalah
kondisi
atau
karakteristik geologis, biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi dan teknologi pada suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu.
S
Sanitasi Kebersihan suatu sarana umum atau
kebersihan pribadi.
menengah
untuk mencapai kondisi lebih baik seperti sebelum terjadinya bencana yang meliputi pembangunan kembali sarana dan prasarana dasar seperti pembangunan air bersih, jalan, listrik, puskesmas, pasar, telekomunikasi, sarana sosial masyarakat dan lingkungan hidup.
ditimbulkan oleh bencana pada suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu seperti kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta dan gangguan kegiatan masyarakat. Secara konvensional risiko dinyatakan dalam persamaan Risiko = Bahaya x Kerentanan. Sejumlah disiplin ilmu juga mencakup konsep keterpaparan untuk secara khusus merujuk pada aspek kerentanan fisik. Lebih dari sekedar
T
Tanggap darurat
adalah serangkaian
kegiatan yang dilakukan dengan segera setelah kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan yang mencakup kegiatan penyelamatan masyarakat terkena bencana, harta benda, evakuasi, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsian, pemulihan sarana dan pelayanan kritis.
mengungkapkan
kemungkinan
adanya
kerugian fisik, sangat penting untuk mengakui bahwa risiko-risiko dapat bersifat melekat atau dapat diciptakan atau ada dalam sistem-sistem sosial. Penting untuk mempertimbangkan konteks sosial dimana risiko terjadi dan oleh karenanya penduduk tidak mesti mempunyai persepsi yang sama tentang risiko dan akarakar penyebabnya.
xvi
V
Vektor adalah agen pembawa penyakit
seperti lalat, nyamuk, kutu dan tikus, dimana penyebab wabah penyakit dan kematian dalam banyak situasi bencana.
Y
Yodium adalah salah satu unsur gizi yang
penting bagi kesehatan orang.
Sumber
www.mpbi.org www.peduli-bencana.or.id Undang Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana
xvii
Catatan
xviii
Pendahuluan
Lampiran Tambahan
pendahuluan
O l e h Ya y a s a n I D E P - w w w. i d e p f o u n d a t i o n . o r g / p b b m
pendahuluan
Catatan
pendahuluan
Pendahuluan
Dalam buku panduan Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat Edisi kedua ini Anda akan melihat bahwa usaha Penanggulangan Bencana yang efektif sangat tergantung pada kemampuan masyarakat itu sendiri, dan kemampuan masyarakat untuk bekerjasama dengan organisasi lain seperti pemerintah, LSM lokal dan internasional, dan sektor bisnis untuk mencegah, mengurangi risiko, menangani dan memulihkan situasi dari bencana. Kami berharap paket panduan PBBM ini akan membantu Anda dan masyarakat Anda untuk dapat melakukan kesiapsiagaan terhadap bencana dengan lebih baik lagi. Bencana dan Indonesia Karena letak, geologis, cuaca dan kondisi sosial, Indonesia menjadi negara dengan potensi sosioekonomi yang besar sekali. Sayangnya, kondisi ini juga yang membuat Indonesia mempunyai kerentanan yang sangat tinggi terhadap beragam bencana seperti gempa bumi, tsunami, banjir, tanah longsor, badai dan angin topan, wabah penyakit, kekeringan dan gunung api. Belakangan ini bencana terjadi hampir setiap tahun di Indonesia. Ditambah lagi pertumbuhan penduduk yang tinggi serta pembangunan yang juga menghasilkan banyak bencana seperti kebakaran kota dan hutan, polusi udara, kerusakan lingkungan, dan terorisme. Bencana muncul ketika ancaman alam (seperti gunung api) bertemu dengan masyarakat yang rentan (perkampungan di lereng gunung api) yang mempunyai kemampuan rendah atau tidak mempunyai kemampuan untuk menanggapi ancaman itu (tidak ada pelatihan atau pemahaman tentang gunung api atau tidak siap siaga). Gabungan keduanya menyebabkan terganggunya kehidupan masyarakat seperti kehancuran rumah, kerusakan harta benda serta korban jiwa. Karena umumnya bahaya bencana dapat terjadi di mana saja dengan sedikit atau tanpa peringatan, maka sangat penting bersiapsiaga terhadap bahaya bencana untuk mengurangi risiko dampaknya. Melalui pendidikan masyarakat dapat dilakukan beberapa hal untuk mengurangi risiko bencana, misalnya: Mengurangi ancaman Mengurangi kerentanan Meningkatkan kemampuan menangani ancaman
Tentang buku panduan PBBM (edisi kedua) Paket Panduan PBBM edisi kedua ini merupakan hasil kerjasama Yayasan IDEP dengan sejumlah mitra dan kawan-kawan serta para ahli di berbagai bidang yang menggabungkan pengalaman dan penelitian bertahun-tahun, baik dari dalam maupun luar negeri. Seperti dalam edisi pertama, bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia sederhana agar mudah dipahami oleh seluruh kelompok masyarakat. Edisi PBBM ini telah menggabungkan masukan dan rekomendasi dari para ahli, praktisi dan pengguna Edisi Pertama Paket Panduan PBBM. Kami telah menyederhanakan strukturnya sehingga lebih ringkas dan lebih mudah diikutinya dengan tetap mempertahankan keutuhan isi edisi pertama. Kami telah menambah bagian tertentu seperti misalnya menyajikan jenis ancaman lainnya (dari 8 menjadi 13 jenis) dan mengulas isu-isu yang dihadapi masyarakat dengan lebih baik.
pendahuluan
Buku panduan PBBM ini dibuat untuk masyarakat Indonesia yang berisiko terhadap bencana. Oleh karena itu, pengalaman, pembelajaran, usul dan pemikiran Anda tentang buku ini sangat penting. Silakan kirim masukan, saran dan komentar Anda kepada kami, pbbm@idepfoundation.org untuk menjadi masukan dalam perbaikan edisi mendatang.
pendahuluan
Tujuan PBBM
Tujuan PBBM adalah agar masyarakat mengetahui semua langkah-langkah penanggulangan bencana sehingga dapat mengurangi ancaman, mengurangi dampak, menyiapkan diri secara tepat bila terjadi ancaman, menyelamatkan diri, memulihkan diri, dan memperbaiki kerusakan yang terjadi agar menjadi masyarakat yang aman, mandiri dan berdaya tahan terhadap bencana. Yang lebih penting lagi, panduan ini menekankan pentingnya tindakan kesiapsiagaan untuk mencegah atau mengurangi risiko bencana.
Sasaran PBBM
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Memperkaya pengetahuan masyarakat melalui pendidikan tentang bencana Meningkatkan kesadaran masyarakat dan kesiapsiagaan bencana, khususnya di wilayah berisiko tinggi Mengenalkan metode pembuatan peta ancaman dan evakuasi oleh masyarakat setempat Menguatkan kemampuan masyarakat untuk menanggulangi bencana Membangun kemampuan masyarakat bekerjasama dengan pihak-pihak terkait Mengembangkan atau mengaktifkan Kelompok Masyarakat Penanggulangan Bencana di masyarakat Menambah tingkat kesadaran masyarakat tentang lingkungan hidup Membangun dan memelihara kemandirian masyarakat dalam menanggulangi bencana
Kerangka kerja
Dalam setiap kejadian bencana di Indonesia ada berbagai pihak yang bekerjasama berusaha menanggulangi bencana, yaitu: pemerintah, LSM lokal dan internasional dan masyarakat itu sendiri. Hubungan antara pihak-pihak terkait ini sebaiknya dijalin pada tahap sebelum bencana, di bawah koordinasi lembaga pemerintah yang mempunyai tugas utama penanggulangan bencana, sesuai dengan Undang-Undang Penanggulangan Bencana No. 24 Tahun 2007 pada tingkatan daerah masing-masing. Undang-Undang Penanggulangan Bencana (selanjutnya akan disebut UU PB) secara umum merupakan sebuah kemajuan bagus untuk sistem penanggulangan bencana di Indonesia. Sistem lama yang lebih bergantung pada status darurat diubah menjadi pencegahan (preventif ), dengan memberikan kewenangan pada pemerintah daerah dalam menentukan rencana penanggulangan bencana yang digunakan sesuai dengan kearifan lokal setempat.
pendahuluan
Dalam sistem penanggulangan bencana yang lama, di tingkat nasional ada Badan Koordinasi Nasional Penanganan Bencana(Bakornas PB) sebagai lembaga antar kementerian yang bertugas mengkoordinir seluruh kegiatan penanggulangan bencana. SATKORLAK PB (Satuan Koordinasi Pelaksana PB) di tingkat propinsi merupakan lembaga antar dinas propinsi yang mengkoordinir kegiatan PB. Kemudian SATLAK PB (Satuan Pelaksana PB) pada tingkat kabupaten; SATGAS (Satuan Tugas) pada tingkat kecamatan; dan LINMAS (Perlindungan Masyarakat) pada tingkat desa. Dalam UU No. 24 Tahun 2007, lembaga-lembaga diatas lebih disederhanakan. Pada tingkat nasional, akan dibentuk Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang setingkat dengan menteri. Untuk daerah, akan dibentuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) baik ditingkatan propinsi maupun kabupaten/kota. Lembaga lain yang berperan penting dalam penanggulangan bencana di Indonesia adalah lembaga-lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB, misalnya UNICEF, UNESCO, WHO, UNDP, UNHCR, UN-OCHA/UNORC, WFP), LSM lokal dan internasional dan organisasi seperti PMI (Palang Merah Indonesia), Yayasan IDEP, MPBI (Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia), Oxfam, CARE, CRS (Catholic Relief Service). Untuk memperkuat kesiapsiagaan mereka, masyarakat juga bisa mendapatkan pelatihan dari organisasi-organisasi tersebut.
Pengertian bencana
Bencana adalah peristiwa atau serangkaian peristiwa yang menyebabkan gangguan serius pada masyarakat sehingga menyebabkan korban jiwa serta kerugian yang meluas pada kehidupan manusia baik dari segi materi, ekonomi maupun lingkungan dan melampaui kemampuan masyarakat tersebut untuk mengatasi menggunakan sumber daya yang mereka miliki. Dari pengertian di atas, bencana merupakan sebuah peristiwa yang terjadi karena bertemunya ancaman dari luar terhadap kehidupan manusia dengan kerentanan, yaitu kondisi yang melemahkan masyarakat untuk menangani bencana. Singkatnya ketika ancaman berdampak merugikan manusia dan lingkungan, dan tidak adanya kemampuan masyarakat untuk menanggulanginya maka peristiwa itu disebut dengan bencana. Hubungan antara ancaman, kerentanan dan kemampuan dapat digambarkan sebagai berikut
A nca ma n X Ke re n t a na n Ke ma m pua n
R I S I KO B E N C ANA
Berdasarkan penyebab bahayanya, bencana dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu bencana alam, bencana sosial dan bencana campuran. Bencana alam disebabkan oleh kejadian-kejadian alamiah seperti gempa bumi, tsunami, gunung api, dan angin topan. Bencana sosial atau bencana buatan manusia, yaitu hasil dari tindakan langsung maupun tidak langsung manusia seperti perang, konflik sosial, terorisme dan kegagalan teknologi. Bencana dapat terjadi karena alam dan manusia sekaligus yang dikenal sebagai bencana campuran atau kompleks, seperti banjir dan kekeringan. Jika dilihat dari tempo kejadiannya, ancaman dapat terjadi secara mendadak, berangsur-angsur atau musiman. Contoh ancaman yang terjadi secara mendadak adalah gempa bumi, tsunami, dan banjir bandang, ancaman yang berlangsung secara perlahan-lahan atau berangsur-angsur adalah banjir genangan, rayapan, kekeringan dan ancaman yang terjadi musiman adalah banjir bandang (di musim hujan), kekeringan (di musim kemarau) dan suhu dingin.
pendahuluan
Contoh ancaman dari alam Gempa Bumi Tsunami Gunung Api Angin Topan dan Badai Longsor Kekeringan, dsb.
Contoh ancaman dari ulah manusia Konflik Perang Seranggan Teroris Kegagalan Teknologi Hama Penyakit
Contoh ancaman dari campuran alam dan ulah manusia Banjir Longsor Kebakaran Hutan Kekurangan Pangan
Penanggulangan bencana
Penanggulangan Bencana adalah serangkaian kegiatan baik sebelum, saat dan sesudah terjadi bencana yang dilakukan untuk mencegah, mengurangi, menghindari dan memulihkan diri dari dampak bencana. Secara umum kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam penanggulangan bencana adalah sebagai berikut: pencegahan, pengurangan dampak bahaya, kesiapsiagaan, tanggap darurat, pemulihan (rehabilitasi dan rekonstruksi), dan pembangunan berkelanjutan yang mengurangi risiko bencana. Berikut adalah gambar siklus penanggulangan bencana secara umum
Ta n g g a p D a r u r at Kajian Darurat Rencana Operasional Pengkajian Koordinasi Manajemen Informasi Mobilisasi Sumber Keterkaitan Lokal-NasionalInternasional Kerjasama PemerintahMiliter-Masyarakat-SwastaAkademisi Tanggap Darurat
Mitigasi
Pencegahan
pendahuluan
Pencegahan Pencegahan adalah upaya yang dilakukan untuk menghilangkan sama sekali atau mengurangi ancaman. Contoh tindakan pencegahan: Pembuatan hujan buatan untuk mencegah terjadinya kekeringan di suatu wilayah Melarang atau menghentikan penebangan hutan Menanam tanaman bahan pangan pokok alternatif Menanam pepohonan di lereng gunung
Mitigasi atau pengurangan Mitigasi atau pengurangan adalah upaya untuk mengurangi atau meredam risiko. Kegiatan mitigasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu fisik dan nonfisik. Contoh tindakan mitigasi atau peredaman dampak ancaman: Membuat bendungan, tanggul, kanal untuk mengendalikan banjir; pembangunan tanggul sungai dan lainnya Penetapan dan pelaksanaan peraturan, sanksi; pemberian penghargaan mengenai penggunaan lahan, tempat membangun rumah, aturan bangunan Penyediaan informasi, penyuluhan, pelatihan, penyusunan kurikulum pendidikan penanggulangan bencana
Kesiapsiagaan Kesiapsiagaan adalah upaya menghadapi situasi darurat serta mengenali berbagai sumber daya untuk memenuhi kebutuhan pada saat itu. Hal ini bertujuan agar warga mempunyai persiapan yang lebih baik untuk menghadapi bencana. Contoh tindakan kesiapsiagaan: Pembuatan sistem peringatan dini Membuat sistem pemantauan ancaman Membuat sistem penyebaran peringatan ancaman Pembuatan rencana evakuasi Membuat tempat dan sarana evakuasi Penyusunan rencana darurat, rencana siaga Pelatihan, gladi dan simulasi atau ujicoba Memasang rambu evakuasi dan peringatan dini
pendahuluan
Tanggap darurat Tanggap darurat adalah upaya yang dilakukan segera setelah bencana terjadi untuk mengurangi dampak bencana, seperti penyelamatan jiwa dan harta benda. Contoh tindakan tanggap darurat: Evakuasi Pencarian dan penyelamatan Penanganan Penderita Gawat Darurat (PPGD) Pengkajian cepat kerusakan dan kebutuhan Penyediaan kebutuhan dasar seperti air dan sanitasi, pangan, sandang, papan, kesehatan, konseling Pemulihan segera fasilitas dasar seperti telekomunikasi, transportasi, listrik, pasokan air untuk mendukung kelancaran kegiatan tanggap darurat
Pemulihan Pemulihan adalah upaya yang dilakukan untuk mengembalikan kondisi hidup dan kehidupan masyarakat seperti semula atau lebih baik dibanding sebelum bencana terjadi melalui kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi. Contoh tindakan pemulihan: Memperbaiki prasarana dan pelayanan dasar fisik, pendidikan, kesehatan, kejiwaan, ekonomi, sosial, budaya, keamanan, lingkungan, prasarana transportasi, penyusunan kebijakan dan pembaharuan struktur penanggulangan bencana di pemerintahan. Pembangunan berkelanjutan Pembangunan berkelanjutan adalah upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan mempertimbangkan faktor risiko bencana sehingga masyarakat akan mampu mencegah, mengurangi, menghindari ancaman atau bahaya dan memulihkan diri dari dampak bencana. Contoh tindakan pembangunan berkelanjutan: membangun prasarana dan pelayanan dasar fisik, pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial, budaya, keamanan, lingkungan, pembaharuan rencana tata ruang wilayah, sistem pemerintahan dan lainnya yang memperhitungkan faktor risiko bencana.
pendahuluan
dampak bencana pada keluarga dan tetangga dengan menggunakan kemampuan yang mereka miliki. Dalam seringkali tahap pemulihan yang waktu membutuhkan
panjang dan sumber daya yang banyak, masyarakat memerlukan dukungan karena sumber daya mereka menipis atau habis.
10
pendahuluan
Umumnya yang terjadi adalah pemerintah atau lembaga bantuan dari luar hanya memusatkan perhatian pada upaya tanggap darurat melalui konsultasi yang minim sekali dengan masyarakat setempat dan seringkali masyarakat hanya menjadi obyek proyek bantuan darurat. Pada tahap pemulihan, kegiatan pemerintah dan lembaga bantuan sangat terbatas, apalagi pada tahap sebelum bencana. Melihat kedua hal di atas, maka penting bagi masyarakat untuk menyiapkan diri dengan cara mengurangi ancaman, melakukan kegiatan pengurangan dampak ancaman, kesiapsiagaan, dan meningkatkan kemampuan dalam penanganan bencana. Hal-hal tersebut dapat dilakukan dengan baik apabila masyarakat mengorganisir diri membentuk Kelompok Masyarakat Penanggulangan Bencana (KMPB). Lihat dalam Modul A Sebelum Bencana. Peranan dan kebutuhan khusus laki-laki, perempuan dan kelompok rentan penanggulangan bencana Kemampuan dan pengetahuan perempuan maupun laki-laki berperan penting dalam proses pengambilan keputusan penanggulangan bencana. Masing-masing mempunyai kekuatan dan kelemahan, kebutuhan dan kemampuan yang berbeda sesuai dengan budaya. Laki-laki maupun perempuan sangat penting terlibat dalam Kelompok Masyarakat Penanggulangan Bencana (KMPB) di masyarakat. Contohnya, perempuan mempunyai banyak pengalaman dan praktik dalam mengelola hal-hal yang terkait dengan pemeliharaan dasar kehidupan. Keterampilan seperti ini sangat dibutuhkan untuk mendukung kebutuhan kesiapsiagaan masyarakat, tindakan tanggap darurat dan pemulihan. Laki-laki mungkin lebih mempunyai pengetahuan tentang lahan dan wilayah; dan keterampilan ini berguna untuk pemetaan dalam tahap kesiapsiagaan sebelum bencana dan pencarian serta penyelamatan dalam tanggap darurat dan pemulihan. Karena masing-masing kelompok dalam masyarakat mempunyai kebutuhan yang berbeda maka penting untuk diperhatikan pada setiap tahap bencana. Kebutuhan khusus dan kemampuan kelompok rentan lainnya dalam masyarakat juga harus dipertimbangkan. Yang termasuk dalam kelompok rentan adalah bayi, anak dibawah usia 5 tahun, anak, orang lanjut usia, perempuan hamil dan menyusui, orang dengan kendala gerak dan indera (cacat), orang yang hidup dengan HIV/AIDS dan kelompok minoritas. Sangat penting untuk memastikan orang-orang ini dipertimbangkan dalam Penanggulangan Bencana bukan saja karena kebutuhan mereka harus terpenuhi, tetapi juga karena kemungkinan kontribusi bantuan berharga dari mereka. Dibutuhkan banyak macam keahlian untuk menjalankan tugas penanggulangan bencana dalam KMPB. Berdasarkan kenyataan itu, pentingnya peranan laki-laki, perempuan dan semua anggota kelompok masyarakat harus dipahami dengan jelas.
11
dalam
pendahuluan
Catatan
12
pendahuluan
Tentang Ancaman
13
O l e h Ya y a s a n I D E P - w w w. i d e p f o u n d a t i o n . o r g / p b b m
pendahuluan
Catatan
14
pendahuluan
Tentang ancaman
1. Gempa bumi 2. Tsunami 3. Tanah longsor 4. Gunung api 5. Badai dan angin topan 6. Banjir 7. Konflik sosial 8. Seranggan teroris 9. Kekeringan 10. Kerawanan pangan 11. Kebakaran perkotaan 12. Kebakaran hutan 13. Wabah penyakit
Gempa bumi
Penyebab
Gempa bumi terjadi karena gesekan antar lempeng-lempeng tektonik di bawah permukaan bumi. Pergesekan ini mengeluarkan energi yang luar biasa besar dan menimbulkan goncangan di permukaan. Indonesia sangat rawan gempa karena secara geografis berada dekat dengan lempeng-lempeng yang aktif dan saling berhubungan satu sama lain, serta karena adanya gunung-gunung api yang juga aktif.
Dampak
Gempa bumi dapat menyebabkan kerusakan sarana seperti bangunan, jembatan dan jalan-jalan yang besar dan luas. Gempa juga dapat diikuti bencana alam berbahaya seperti tanah longsor dan tsunami (silakan baca bagian tanah longsor dan tsunami pada buku ini). Korban jiwa biasanya terjadi karena tertimpa bagian-bagian bangunan roboh atau obyek berat lain seperti pohon dan tiang listrik. Orang sering terperangkap dalam bangunan runtuh. Gempa bumi sering diikuti oleh gempa susulan dalam beberapa menit, jam, hari atau bahkan minggu setelah gempa yang pertama, walaupun sering tidak sekuat yang pertama. Ancaman gempa susulan adalah runtuhnya bangunan yang telah goyah dan rusak akibat gempa pertama.
15
pendahuluan
Tindakan kesiapsiagaan
Merencanakan kesiapsiagaan terhadap bencana tidak hanya mencakup perencanaan fisik bangunan belaka. Setiap orang dalam rumah sebaiknya tahu apa yang harus dilakukan dan ke mana harus pergi bila situasi darurat terjadi.
16
pendahuluan
Pasang pipa air dan gas yang lentur untuk menghindari kebocoran air dan gas Simpan racun serangga atau bahan yang berbahaya dan mudah terbakar di tempat aman, terkunci serta jauh dari jangkauan anak-anak Hiasan gantung dan lampu diikat kuat agar tidak jatuh pada saat gempa Bila memungkinkan sediakan kasur gulung di dekat tempat-tempat tertentu sebagai alat pengaman kejatuhan barang dari atas Menyediakan helm dekat dengan tempat kerja atau tempat tidur Anda dan gunakan segera ketika terjadi gempa
2. 3. 4.
5.
6. 7.
8.
9.
pendahuluan
2.
Lindungi diri Anda dari ancaman tidak langsung dengan memakai celana panjang, baju lengan panjang, sepatu yang kuat dan jika mungkin juga sarung tangan. Ini akan melindungi Anda dari luka akibat barang-barang yang pecah. Bantu tetangga yang memerlukan bantuan. Orang tua, anak-anak, ibu hamil, ibu menyusui dan orang cacat mungkin perlu bantuan tambahan. Mereka yang jumlah anggota keluarganya besar juga memerlukan bantuan tambahan pada keadaan darurat. Pembersihan. Singkirkan barang-barang yang mungkin berbahaya, termasuk pecahan gelas, kaca, dan obat-obatan yang tumpah. Waspada dengan gempa susulan. Sebagian besar gempa susulan lebih lemah dari gempa utama. Namun, beberapa dapat cukup kuat untuk merobohkan bangunan yang sudah goyah akibat gempa pertama. Tetaplah berada jauh dari bangunan. Kembali ke rumah hanya bila pihak berwenang sudah mengumumkan keadaan aman. Gunakan lampu senter. Jangan gunakan korek api, lilin, kompor gas atau obor Gunakan telepon rumah hanya dalam keadaan darurat yang mengancam jiwa Nyalakan radio untuk informasi, laporan kerusakan atau keperluan relawan di daerah Anda Kondisikan jalan bebas rintangan untuk mobil darurat
4.
5. 6.
18
pendahuluan
Tsunami
Penyebab
Tsunami adalah gelombang besar yang diakibatkan oleh pergeseran bumi di dasar laut. Kata tsunami berasal dari bahasa Jepang yang berarti gelombang pelabuhan karena bencana ini hanya terjadi di wilayah pesisir.
Dampak
Banjir dan gelombang pasang yang tinggi Kerusakan pada sarana dan prasarana di sekitar kawasan pesisir Pencemaran sumber-sumber air bersih
Tindakan kesiapsiagaan
Mengenali gejala yang mungkin terjadi Biasanya diawali gempa bumi yang sangat kuat, biasanya lebih dari 6 skala richter, berlokasi di bawah laut. Anda dapat merasakan gempa tersebut jika berada dekat dengan pusat gempa. Namun tsunami bisa tetap terjadi meskipun Anda tidak merasakan goncangan Bila Anda menyaksikan permukaan laut turun secara tiba-tiba, waspadalah karena itu tanda gelombang raksasa akan datang (merupakan tanda peringatan datangnya tsunami) Hembusan angin berbau air laut yang keras Tsunami adalah rangkaian gelombang. Bukan gelombang pertama yang besar dan mengancam, tetapi beberapa saat setelah gelombang pertama akan menyusul gelombang yang jauh lebih besar Bila Anda melihat laut menjadi berwarna gelap atau mendengar suara gemuruh lebih keras dari biasanya, itu dapat berarti gelombang tsunami sedang mendekat
Saat mengetahui ada gejala akan terjadi tsunami, segera sampaikan pada semua orang, khususnya aparat pemerintah setempat sehingga mereka dapat memberikan tanda peringatan untuk mengungsi. Segera lakukan pengungsian, karena tsunami bisa terjadi dengan cepat hingga waktu untuk mengungsi sangat terbatas. Mengungsi ke daerah yang tinggi dan sejauh mungkin dari pantai, mengikuti tanda evakuasi, melalui jalur evakuasi ke tempat evakuasi. Ikuti perkembangan terjadinya bencana melalui media atau sumber yang bisa dipercaya.
19
pendahuluan
Mengurangi dampak dari tsunami Hindari bertempat tinggal di daerah tepi pantai yang landai kurang dari 10 meter dari permukaan laut. Berdasarkan penelitian, daerah ini merupakan daerah yang mengalami kerusakan terparah akibat bencana Tsunami, badai dan angin ribut Disarankan untuk menanam tanaman yang mampu menahan gelombang seperti bakau, palem, ketapang, waru, beringin atau jenis lainnya Ikuti tata guna lahan yang telah ditetapkan oleh pemerintah setempat Buat bangunan bertingkat dengan ruang aman di bagian atas Bagian dinding yang lebar usahakan tidak sejajar dengan garis pantai
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
20
pendahuluan
Tanah longsor
Penyebab
Pengertian tanah longsor adalah runtuhnya tanah secara tiba-tiba atau pergerakan tanah atau bebatuan dalam jumlah besar secara tiba-tiba atau berangsur yang umumnya terjadi di daerah terjal yang tidak stabil. Faktor lain yang mempengaruhi terjadinya bencana ini adalah lereng yang gundul serta kondisi tanah dan bebatuan yang rapuh. Hujan deras adalah pemicu utama terjadinya tanah longsor. Tetapi tanah longsor dapat juga disebabkan oleh gempa atau aktifitas gunung api. Ulah manusia pun bisa menjadi penyebab tanah longsor seperti penambangan tanah, pasir dan batu yang tidak terkendali.
Gejala umum
1. 2. 3. 4. Muncul retakan-retakan di lereng yang sejajar dengan arah tebing Muncul air secara tiba-tiba dari permukaan tanah di lokasi baru Air sumur di sekitar lereng menjadi keruh Tebing rapuh dan kerikil mulai berjatuhan
Wilayah-wilayah yang rawan akan tanah longsor Pernah terjadi bencana tanah longsor di wilayah tersebut Berada pada daerah yang terjal dan gundul Merupakan daerah aliran air hujan Tanah tebal atau sangat gembur pada lereng yang menerima curah hujan tinggi
Dampak
Tanah dan material lainya yang berada di lereng dapat runtuh dan mengubur manusia, binatang, rumah, kebun, jalan dan semua yang berada di jalur longsornya tanah. Kecepatan luncuran tanah longsor, terutama pada posisi yang terjal, bisa mencapai 75 kilometer per jam. Sulit untuk menyelamatkan diri dari tanah longsor tanpa pertolongan dari luar.
Tindakan kesiapsiagaan
Tidak menebang atau merusak hutan Melakukan penanaman tumbuh-tumbuhan berakar kuat, seperti nimba, bambu, akar wangi, lamtoro, dsb., pada lereng-lereng yang gundul Membuat saluran air hujan Membangun dinding penahan di lereng-lereng yang terjal Memeriksa keadaan tanah secara berkala Mengukur tingkat kederasan hujan
pendahuluan
Cara-cara menghindari korban jiwa dan harta akibat tanah longsor Membangun permukiman jauh dari daerah yang rawan Bertanya pada pihak yang mengerti sebelum membangun Membuat peta ancaman - untuk keterangan lebih lanjut lihat bagian A.3 Memperkirakan risiko bencana Melakukan deteksi dini
Gunung api
Penyebab
Gunung api meletus akibat magma di dalam perut bumi yang didorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi atau karena gerakan lempeng bumi, tumpukan tekanan dan panas cairan magma. Letusannya membawa abu dan batu yang menyembur dengan keras, sedangkan lavanya bisa membanjiri daerah sekitarnya. Gunung api bisa menimbulkan korban jiwa dan harta benda yang besar pada wilayah radius ribuan kilometer dan bahkan bisa mempengaruhi putaran iklim di bumi ini, seperti yang terjadi pada Gunung Pinatubo di Filipina dan Gunung Krakatau di Propinsi Banten, Indonesia.
Dampak
Hasil gunung api
22
Gas vulkanik Lava dan aliran pasir serta batu panas Lahar Tanah longsor Gempa bumi Abu letusan Awan panas (Piroklastik)
pendahuluan
Gas vulkanik adalah gas-gas yang dikeluarkan saat terjadi letusan gunung api. Gas-gas yang dikeluarkan antara lain Karbon Monoksida (CO), Karbon Dioksida (CO2), Hidrogen Sulfida (H2S), Sulfur Dioksida (SO2) dan Nitrogen (N2) yang membahayakan bagi manusia. Lava adalah cairan magma bersuhu sangat tinggi yang mengalir ke permukaan melalui kawah gunung api. Lava encer mampu mengalir jauh dari sumbernya mengikuti sungai atau lembah yang ada, sedangkan lava kental mengalir tidak jauh dari sumbernya. Lahar juga merupakan salah satu ancaman bagi masyarakat yang tinggal di lereng gunung api. Lahar adalah banjir bandang di lereng gunung yang terdiri dari campuran bahan vulkanik berukuran lempung sampai bongkah. Lahar dapat berupa lahar panas atau lahar dingin. Lahar panas berasal dari letusan gunung api yang memiliki danau kawah, dimana air danau menjadi panas kemudian bercampur dengan material letusan dan keluar dari mulut gunung. Lahar dingin atau lahar hujan terjadi karena percampuran material letusan dengan air hujan di sekitar gunung yang kemudian membuat lumpur kental dan mengalir dari lereng gunung. Lumpur ini bisa panas atau dingin. Awan panas adalah hasil letusan gunung api yang paling berbahaya karena tidak ada cara untuk menyelamatkan diri dari awan panas tersebut kecuali melakukan evakuasi sebelum gunung meletus. Awan panas bisa berupa awan panas aliran, awan panas hembusan dan awan panas jatuhan. Awan panas aliran adalah awan dari material letusan besar yang panas, mengalir turun dan akhirnya mengendap di dalam dan di sekitar sungai dan lembah. Awan panas hembusan adalah awan dari material letusan kecil yang panas, dihembuskan angin dengan kecepatan mencapai 90 km per jam. Awan panas jatuhan adalah awan dari material letusan panas besar dan kecil yang dilontarkan ke atas oleh kekuatan letusan yang besar. Material berukuran besar akan jatuh di sekitar puncak sedangkan yang halus akan jatuh mencapai puluhan, ratusan bahkan ribuan kilometer dari puncak karena pengaruh hembusan angin. Awan panas dapat mengakibatkan luka bakar pada bagian tubuh yang terbuka seperti kepala, lengan, leher atau kaki, dan juga menyebabkan sesak napas sampai tidak bisa bernapas. Abu Letusan gunung api adalah material letusan yang sangat halus. Karena hembusan angin dampaknya bisa dirasakan ratusan kilometer jauhnya. Dampak abu letusan Permasalahan pernapasan Kesulitan penglihatan Pencemaran sumber air bersih Badai listrik Gangguan kerja mesin dan kendaraan bermotor Kerusakan atap Kerusakan ladang dan lingkungan sekitar Kerusakan infrastruktur seperti jalan dan bandar udara
23
pendahuluan
Tindakan kesiapsiagaan
Persiapan dalam menghadapi letusan gunung api Mengenali tanda-tanda bencana, karakter gunung api dan ancaman-ancamannya Membuat peta ancaman, mengenali daerah ancaman, daerah aman Membuat sistem peringatan dini Mengembangkan Radio komunitas untuk penyebarluasan informasi status gunung api Mencermati dan memahami Peta Kawasan Rawan gunung api instansi berwenang Membuat perencanaan penanganan bencana Mempersiapkan jalur dan tempat pengungsian yang sudah siap dengan bahan kebutuhan dasar (air, jamban, makanan, pertolongan pertama) jika diperlukan Mempersiapkan kebutuhan dasar dan dokumen penting Memantau informasi yang diberikan oleh Pos Pengamatan gunung api (dikoordinasi oleh Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi). Pos pengamatan gunung api biasanya mengkomunikasikan perkembangan status gunung api lewat radio komunikasi yang diterbitkan oleh
24
pendahuluan
Melindungi mata dari debu - bila ada gunakan pelindung mata seperti kacamata renang atau apapun yang bisa mencegah masuknya debu ke dalam mata Jangan memakai lensa kontak Pakai masker atau kain untuk menutupi mulut dan hidung Saat turunnya abu gunung api usahakan untuk menutup wajah dengan kedua belah tangan
pendahuluan
Tindakan kesiapsiagaan
Masyarakat yang hidup di daerah pesisir dan rawan akan bencana ini, bisa melakukan beberapa tindakan persiapan menghadapi badai dan angin topan dengan: Menyadari risiko dan membuat rencana pengungsian - mengetahui risiko dan cara mengungsi yang cepat dan tepat adalah kunci dari tindakan persiapan dan pencegahan ini Melakukan latihan dengan menelusuri jalur-jalur evakuasi - akan mempercepat dan memudahkan proses pengungsian apabila diperlukan nanti Menguatkan atap rumah dengan mengikat atap dengan baik Mengembangkan rencana tindakan Kapan harus bersiap untuk menghadapi badai dan angin topan? Apabila diperlukan, berapa lama dibutuhkan untuk mengungsi? Apakah jalur pengungsian perlu diubah karena terlalu sulit?
Menyiapkan kebutuhan yang diperlukan - Pada saat peringatan akan adanya badai, setiap keluarga perlu menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan seperti lilin atau lampu senter dengan persediaan baterainya, dan makanan paling sedikit untuk tiga hari
Persediaan penerangan dan makanan - Dalam bencana badai dan angin topan
jaringan listrik sering terganggu atau rusak sama sekali. Karena tidak memungkinkan untuk melakukan perbaikan dengan cepat, maka perlu persediaan lilin atau lampu senter dengan cadangan baterai di dalam rumah. Persediaan makanan bagi setiap anggota keluarga untuk minimal tiga hari adalah suatu keharusan
26
pendahuluan
Banjir
Banjir adalah ancaman musiman yang terjadi apabila meluapnya tubuh air dari saluran yang ada dan menggenangi wilayah sekitarnya. Banjir adalah ancaman alam yang paling sering terjadi dan paling banyak merugikan, baik dari segi kemanusiaan maupun ekonomi. Sembilan puluh persen dari kejadian bencana alam (tidak termasuk bencana kekeringan) berhubungan dengan banjir. Jenis banjir yang sering terjadi: bandang atau kiriman dan pasang-surut.
Penyebab
Hujan - dalam jangka waktu yang panjang atau besarnya curah hujan selama berhari-hari Erosi tanah - menyisakan batuan yang menyebabkan air hujan mengalir deras di atas permukaan tanah tanpa terjadi resapan Buruknya penanganan sampah - yang menyumbat saluran-saluran air sehingga tubuh air meluap dan membanjiri daerah sekitarnya Pembangunan tempat permukiman - dimana tanah kosong diubah menjadi jalan atau tempat parkir yang menyebabkan hilangnya daya serap air hujan. Pembangunan tempat permukiman bisa menyebabkan meningkatnya risiko banjir sampai 6 kali lipat dibandingkan tanah terbuka yang biasanya mempunyai daya serap air tinggi. Masalah ini sering terjadi di kota-kota besar yang pembangunannya tidak terencana dengan baik. Peraturan pembuatan sumur resapan di daerah perkotaan kurang diawasi pelaksanaannya Bendungan dan saluran air yang rusak - walaupun tidak sering terjadi, namun bisa menyebabkan banjir terutama pada saat hujan deras yang panjang Keadaan tanah dan tanaman - tanah yang ditumbuhi banyak tanaman mempunyai daya serap air yang besar. Tanah yang tertutup semen, paving atau aspal sama sekali tidak menyerap air. Pembabatan hutan juga dapat merupakan penyebab banjir Di daerah bebatuan - daya serap air sangat kurang sehingga bisa menyebabkan banjir kiriman atau banjir bandang
27
pendahuluan
Dampak
Ancaman wabah penyakit setelah banjir - Pada saat dan sesudah banjir, ada beberapa tempat yang bisa menyebabkan tersebarnya penyakit menular, seperti: tempat pembuangan limbah dan tempat sampah yang terbuka, sistem pengairan yang tercemar dan sistem kebersihan yang tidak baik. Bakteri bisa tersebar melalui air yang digunakan masyarakat, baik air PAM maupun air sumur yang telah tercemar oleh air banjir. Air banjir membawa banyak bakteri, virus, parasit dan bibit penyakit lainnya, termasuk juga unsur-unsur kimia yang berbahaya. Penyakit Diare - diare mempunyai masa pertumbuhan antara 1 - 7 hari. Ikuti petunjuk-petunjuk kebersihan di bawah ini untuk menghindari risiko terjangkit diare. Orang yang terjangkit penyakit ini harus mendapatkan perawatan khusus karena apabila dibiarkan terlalu lama bisa terancam, khususnya pada orang tua dan anak-anak. Penyakit yang disebarkan oleh nyamuk - banjir bisa meningkatkan perkembangbiakan nyamuk secara luas. Bibit-bibit penyakit yang dibawa oleh serangga ini termasuk Demam Berdarah, Malaria, dll. Untuk mencegah sebuah tempat menjadi sarang nyamuk, kosongkan air yang tergenang dan tutup tempat-tempat air yang terbuka. Unsur-unsur kimia seperti pestisida, pupuk kimia dan unsur-unsur dengan bahan dasar minyak bisa mencemari sumber air dan membawa risiko.
Tindakan Kesiapsiagaan
Persiapan dalam pencegahan kemungkinan banjir - Untuk menghindari risiko banjir, sebaiknya membuat bangunan di daerah yang aman seperti di dataran yang tinggi dan melakukan tindakantindakan pencegahan. Untuk daerah-daerah yang berisiko banjir, sebaiknya: Mengerti akan ancaman banjir - termasuk banjir yang pernah terjadi dan mengetahui letak daerah apakah cukup tinggi untuk terhindar dari banjir Melakukan persiapan untuk mengungsi - dan melakukan latihan pengungsian. Mengetahui jalur evakuasi, jalan yang tergenang air dan yang masih bisa dilewati. Setiap orang harus mengetahui tempat evakuasi, kemana harus pergi apabila terjadi banjir Mengembangkan program penyuluhan - untuk meningkatkan kesadaran akan ancaman banjir dan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk memperhitungkan ancaman banjir dalam perkembangan masa depan Memasang tanda ancaman pada jembatan yang rendah - agar tidak dilalui orang pada saat banjir. Adakan perbaikan apabila diperlukan Mengatur aliran air ke luar daerah - pada daerah permukiman yang berisiko banjir Menjaga sistem pembuangan limbah dan air kotor - tetap bekerja pada saat terjadi banjir Memasang tanda ketinggian air - pada saluran air, kanal, kali atau sungai yang dapat dijadikan petunjuk pada ketinggian berapa akan terjadi banjir atau petunjuk kedalaman genangan air
Tindakan di rumah-rumah
28
Simpan surat-surat penting di dalam tempat yang tinggi, kedap air dan aman Naikkan panel-panel dan alat-alat listrik ke tempat yang lebih tinggi, sekurang-kurangnya 30 cm di atas garis ketinggian banjir maksimum Pada saat banjir, tutup kran saluran air utama yang mengalir ke dalam rumah, dan matikan listrik dari meterannya Pindahkan barang-barang rumah tangga ke tempat yang lebih tinggi
pendahuluan
Kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko banjir Buat sumur resapan bila memungkinkan Tanam lebih banyak pohon besar Membentuk Kelompok Masyarakat Pengendali Banjir Membangun atau menetapkan lokasi dan jalur evakuasi bila terjadi banjir Membangun sistem peringatan dini banjir Menjaga kebersihan saluran air dan limbah Memindahkan tempat hunian ke daerah bebas banjir atau tinggikan bangunan rumah hingga batas ketinggian banjir jika memungkinkan Mendukung upaya pembuatan kanal atau saluran dan bangunan pengendali banjir dan lokasi evakuasi Bekerjasama dengan masyarakat di luar daerah banjir untuk menjaga daerah resapan air
pendahuluan
Jangan biarkan anak-anak bermain di air banjir. Seringlah mencuci tangan mereka, terutama sebelum makan.
Perlu diingat bahwa bibit-bibit penyakit seperti bakteri dan jamur masih bisa tumbuh dan berkembang lama setelah tindakan pembersihan selesai. Oleh sebab itu, disarankan pada masyarakat yang daerahnya telah dilanda banjir untuk mengadakan tindakan pembersihan berulang kali.
Informasi lebih lanjut tentang sanitasi dan kebersihan dapat dilihat pada lampiran tambahan.
30
pendahuluan
Konflik sosial
Konflik adalah pertentangan fisik antara dua pihak atau lebih yang menyebabkan hilangnya hak kelompok masyarakat, timbulnya rasa takut, terancamnya keamanan dan ketentraman, terganggunya keselamatan atau martabat, hilangnya aset dan terganggunya keseimbangan kehidupan masyarakat. Konflik sosial adalah salah satu bagian dari dampak perbedaan kepentingan yang tidak ditangani dengan baik dalam kehidupan masyarakat. Apabila diikuti dengan tindakan kekerasan bisa mengakibatkan bencana bagi masyarakat. Dampak utama dari konflik sosial adalah trauma berkepanjangan pada masyarakat terutama anak-anak. Secara sederhana kekerasan bisa diartikan sebagai tindakan yang menyebabkan kerusakan fisik, mental, lingkungan atau melanggar hak azasi manusia.
Tahap konflik
Sebelum memasuki bagian dari pencegahan konflik, sebaiknya mengerti tentang beberapa tahap dalam konflik sosial, seperti di bawah ini: 1. Sebelum konflik - Periode dimana rasa ketidaksesuaian antara dua pihak atau lebih yang memicu munculnya konflik. Mungkin salah satu pihak telah mengetahui adanya persoalan tetapi karena ingin menghindari bentrokan akhirnya tidak diselesaikan. Atau kedua belah pihak memang sengaja atau tidak sengaja meredam perasaan masing-masing (konflik laten). 2. Konfrontasi - Pada tahap ini konflik mulai terbuka. Pihak-pihak yang mempunyai masalah dan pendukungnya mulai melakukan aksi saling menantang. Masing-masing pihak mungkin telah mengumpulkan kekuatan dan mungkin telah mencari sekutu dengan harapan bisa memenangkan konfrontasi. Keadaan menjadi sangat tegang, masing-masing pihak siap untuk berkonfrontasi. 3. Krisis - Ini merupakan puncak konflik, ketika tindakan kekerasan antara kedua pihak terjadi. Dalam konflik yang berskala besar bisa seperti perang yang akhirnya memakan korban. Sangat sulit untuk mengadakan perundingan pada tahap ini. Komunikasi antara pihak-pihak yang berselisih mungkin terputus. Pernyataan-pernyataan yang keluar cenderung saling menuduh dan menentang. 4. Pasca Krisis - Setelah puncak konflik berlalu, situasi membaik dan ketegangan berkurang. Pihak yang terlibat konflik telah berdamai. Namun seringkali masalah utama belum selesai hingga ada kemungkinan krisis muncul kembali. Satu pihak mungkin menaklukan pihak lainnya, atau melakukan gencata senjata (jika perang). Turun tangannya pihak berwenang mungkin dapat menurunkan tingkat ketegangan dan menghentikan pertikaian. 5. Pemulihan dan Pembangunan Kembali - Setelah perselisihan konflik diselesaikan dan tidak ada lagi potensi konflik yang muncul, maka saatnya untuk membangun kembali hubungan diantara pihak yang terlibat. Fokuskan pada upaya interaksi positif dan membangun kerjasama jangka panjang. Bentuk konflik sosial dengan kekerasan Perkelahian antar perseorangan, kelompok dan masyarakat Pembantaian oleh satu masyarakat pada masyarakat lainnya Perusakan bangunan fisik secara sengaja
Penyebab
Ketidakseimbangan atau ketidakadilan dalam hal ekonomi, politik, sosial, hukum, budaya dan agama Perebutan kepentingan sumber daya alam Kecemburuan perseorangan atau kelompok Ketersinggungan perseorangan atau kelompok Lemahnya penegakan hukum
31
pendahuluan
Dampak
Korban jiwa, luka-luka Hancurnya sarana umum Kesulitan ekonomi Hancurnya kepercayaan dan kerjasama antar kelompok Pemisahan masyarakat berdasarkan SARA (Suku-Agama-Ras-Antar golongan) Bangunan rusak Trauma sosial
Satu pihak akan mungkin menaklukkan pihak lainnya atau mungkin melakukan gencatan senjata (jika perang tejadi). Satu pihak mungkin akan menyerah atas desakan pihak lain. Kedua belah pihak mungkin akan setuju untuk berunding, dengan atau tanpa bantuan perantara. Turun tangannya pihak yang berwenang mungkin memaksa kedua pihak untuk menghentikan pertikaian. Apapun keadaannya, tingkat ketegangan mulai menurun dengan kemungkinan adanya penyelesaian.
Tindakan kesiapsiagaan
Memahami dan menghargai pendapat orang lain, memahami permasalahan dan mencari jalan keluarnya Membina komunikasi yang baik dan terbuka, membentuk forum antar agama, politik dan adat Memperkuat rasa persatuan dan menegakkan hukum Mengadakan kegiatan sosial bersama seperti pertandingan olahraga, pasar malam, dsb.
Catatan: Pelaku atau korban dari kerusuhan kebanyakan adalah orang yang hanya ikut-ikutan tanpa mengetahui penyebab terjadinya. Mengapa harus menjadi korban sia-sia?
Langkah-langkah penyelesaian
Pada intinya penyelesaian konflik merupakan tanggungjawab dan kerjasama antar seluruh pihak yang terkait yaitu masyarakat, organisasi dan pemerintah. Untuk itu perlu dilakukan beberapa langkah penyelesaian dengan menentukan langkah yang akan diambil dan pihak yang melaksanakan.
32
pendahuluan
Seranggan teroris
Seranggan teroris dikategorikan sebagai bencana karena peristiwa ini bisa menimbulkan banyak korban baik harta maupun jiwa. Tujuan seranggan teroris adalah untuk menyebarkan ketakutan pada masyarakat agar tuntutannya dipenuhi. Bentuknya bermacam-macam, namun yang sering dilakukan adalah seranggan bom. Jenis seranggan lainnya seperti seranggan gas beracun yang terjadi di Jepang atau sabotase sarana penting seperti sarana air bersih, listrik dan lainnya.
Penyebab
Seranggan teroris dapat dilatarbelakangi berbagai alasan misalnya ketika orang atau kelompok tertentu merasa tertekan dan dikucilkan. Namun cara penyampaian pesannya berupa seranggan berbentuk kekerasan, penculikan atau sabotase.
Dampak
Terkena serpihan ledakan bom, pecahan kaca Tertimpa reruntuhan bangunan Trauma dan stres berkepanjangan Kebakaran gedung, gas, listrik, dll. Keracunan Panik
Tindakan kesiapsiagaan
Dalam melakukan tindakan kesiapsiagaan ini dibutuhkan kewaspadaan seluruh pihak baik masyarakat, pemerintah maupun perorangan dalam: Menjaga keamanan lingkungan (siskamling, penjagaan keamanan) Melaporkan kepada aparat terdekat jika menemukan orang, kelompok orang atau sesuatu yang mencurigakan Memperketat penjagaan keamanan dengan melakukan pemeriksaan terhadap orang-orang yang mencurigakan; memasang palang pada jalan masuk untuk memeriksa kendaraan bermotor di wilayah bangunan penting (kantor, hotel, dll.) Memasang sistem pencegahan dan kebakaran pada bangunan penting pemadam
pendahuluan
Kekeringan
Kekeringan adalah ancaman musiman yang terjadi karena berkurangnya atau hilangnya sumber air untuk kebutuhan hidup, pertanian, ekonomi dan lingkungan yang terjadi dalam waktu tertentu dan dapat mempengaruhi atau merugikan masyarakat.
Penyebab
Kekeringan disebabkan oleh berbagai keadaan atau akibat yang pada garis besarnya disebabkan oleh gejala alami dan ulah manusia. Gejala alam yang menyebabkan kekeringan adalah perubahan iklim yang disebut fenomena El Nino yang mengubah pola cuaca dan berdampak terhadap berkurangnya air hujan. Penyebab kekeringan yang disebabkan oleh ulah manusia Penebangan hutan yang merusak daerah resapan air hujan dan kemampuan tanah menahan air Sumber air berkurang Penggunaan tanah yang kurang teratur Perubahan iklim, seperti efek rumah hijau Penggunaan air yang berlebihan Polusi sumber air
Gejala
Gejala kekeringan dikenali dengan jarangnya hujan, berkurangnya air di sungai, turunnya permukaan air di sungai, sumur, danau atau waduk. Di daerah pertanian, kekurangan air ditandai oleh rusaknya tanaman. Kekeringan umumnya dapat diramalkan kejadiannya oleh masyarakat setempat dan juga Stasiun Klimatologi Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG), namun biasanya sudah terlambat untuk diantisipasi.
Dampak
Tergantung daerah masing-masing, yang sering terjadi bila kekeringan adalah
34
Sulitnya mendapatkan air bersih Munculnya penyakit-penyakit, terutama penyakit kulit, penyakit tanaman dan ternak Kekurangan pangan karena berkurangnya atau gagal panen yang selanjutnya dapat mengakibatkan kelaparan Kebakaran di daerah peternakan, pertanian dan hutan Rusaknya lingkungan air tawar yang mengakibatkan berkurangnya ikan, burung dan binatang lain di alam Berkurangnya pendapatan penduduk yang penghasilannya terkait dengan air, seperti petani, petambak Erosi tanah oleh angin dan air Konflik sosial akibat akses terhadap air yang berkurang
pendahuluan
Tindakan Kesiapsiagaan
Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengurangi akibat kekeringan Membuat sumur resapan sebanyak mungkin Membuat bak penampungan air hujan Menghemat penggunaan air Penanaman kembali daerah resapan air, misalnya dengan tanaman pengikat air seperti pisang, kelapa Pelestarian hutan Membuat organisasi masyarakat yang mengelola penggunaan air Memanfaatkan air limbah dengan mengolah ulang Membuat peta daerah kekeringan Perencanaan penggunaan lahan dan air yang selaras alam Pembuatan peraturan daerah yang mengatur mengenai penggunaan lahan, air, dan hutan Menggunakan jenis tanaman yang memerlukan sedikit air dan tahan terhadap kekeringan Menjalin hubungan dengan stasiun klimatologi setempat agar masyarakat dapat mengantisipasi musim kering dan hujan
Kerawanan pangan
Kerawanan Pangan terjadi apabila setiap orang tidak memiliki akses secara fisik atau secara ekonomi dan tidak memiliki kontrol terhadap pangan yang aman, bergizi dan diterima secara sosial untuk hidup sehat dan produktif sepanjang waktu.
Penyebab
Kerawanan pangan dapat disebabkan karena Kemiskinan dan pengangguran yang mengakibatkan keterbatasan daya beli masyarakat untuk membeli bahan makanan yang dibutuhkan Kepemilikan tanah yang sangat terbatas untuk menghasilkan bahan makanan atau hasil pertanian untuk diganti dengan bahan pangan Kendala sumber daya alam atau keterbatasan lingkungan alam untuk menyediakan bahan pangan yang cukup Kebijakan ekonomi dan pertanian yang tidak berpihak pada masyarakat miskin Perang dan konflik sosial Hambatan perdagangan Pembangunan pertanian yang tidak memadai
35
pendahuluan
Pertumbuhan penduduk yang pesat Ketidaksetaraan sosial dan gender Bencana alam (banjir, gempa bumi, hama, kekeringan, dsb.) Kerusakan lingkungan dan bencana yang disebabkan oleh manusi seperti polusi air, polusi lahan pertanian dengan penggunaan bahan kimia
Kategori kerawanan pangan 1. Kronik - Terjadi apabila orang hidup dalam situasi dimana jarang atau tidak pernah tersedia cukup suplai bahan pangan. Berjangka waktu - Terjadi apabila orang tidak memiliki akses terhadap bahan pangan pada beberapa periode tertentu di satu waktu. Kerawanan pangan kategori ini terdiri dari 2 sub kategori Sementara - Gangguan persediaan bahan pangan yang dapat terjadi kapan pun dan disebabkan oleh berbagai faktor (antara lain: penghasilan yang tidak tetap). Biasanya kategori ini terjadi dalam jangka pendek Musiman - Gangguan persediaan bahan pangan secara sistematis yang terjadi pada periode tertentu yang sama pada tiap tahun, seperti musim kering tahunan atau musim hama yang muncul pada waktu yang sama setiap tahun
2.
Dampak
1. Kelaparan - Kelaparan merupakan kekurangan pangan absolut yang mempengaruhi sejumlah besar penduduk dalam jangka waktu yang panjang. Kelaparan ini merupakan bencana kerawanan pangan. Kelaparan merupakan krisis sosial-ekonomi yang biasanya dibarengi dengan penyebarluasan kekurangan gizi, kekurangan pangan, penyebaran penyakit dan peningkatan angka kematian. Hal ini bisa disebabkan oleh situasi seperti kekeringan berkepanjangan selama bertahun-tahun atau konflik berkepanjangan seperti perang. 2. Kekurangan pangan - Kekurangan pangan bukan merupakan kelaparan, melainkan mirip dengan kekurangan gizi dan biasanya terkait dengan kemiskinan. Di banyak negara miskin, sering terjadi kekurangan pangan musiman, biasanya pada bulan-bulan sebelum panen tiba saat persediaan makanan menipis. Orang menjadi lemah akibat tidak mendapatkan pangan yang cukup selama berhari-hari. Ketika kekurangan pangan terjadi dalam jangka panjang dan dialami oleh sejumlah besar penduduk sehingga menyebabkan perpindahan penduduk besar-besaran serta kematian, maka kekurangan pangan telah menjadi bencana kelaparan.
Tindakan kesiapsiagaan
Sistem peringatan dini untuk kerawanan pangan Dalam rangka menyiapkan sistem peringatan dini yang tepat ketika krisis pangan mengancam, masyarakat perlu mengawasi ketersediaan bahan pangan dan akses mereka terhadap pangan sehinga respon yang tepat dapat segera dilakukan.
36
pendahuluan
Hibah
Lapangan kerja
Keuangan mikro
Dukungan pasar Penjualan bahan pangan bersubsidi (e.g penjualan beras murah)
Dukungan pertanian
Dukungan ternak
Dukungan perikanan
Sumber: Jaspars et al, 2002 dalam Food Security Assessment Guidelines, Agustus 2003
Informasi lebih lanjut tentang gizi dapat dilihat pada lampiran tambahan.
37
pendahuluan
Kebakaran perkotaan
Kebakaran di perkotaan merupakan kejadian yang paling sering terjadi, terutama pada musim kering. Di daerah-daerah rawan, kebakaran terjadi hampir setiap hari dengan beragam penyebab.
Prinsip kebakaran
Ada 3 bahan dasar yang perlu ada agar terjadi kebakaran yaitu oksigen, panas, dan bahan mudah terbakar. Dengan menghilangkan salah satu dari ketiga bahan dasar tersebut, kita dengan mudah menghindari kejadian kebakaran dan menanganinya bila terjadi.
OKSIGEN
PANAS
Penyebab
Penyebab yang paling sering terjadi di perkotaan adalah rokok, obat nyamuk bakar atau dupa yang lupa dimatikan atau dibuang sembarangan, kompor yang meledak, sambungan pendek listrik (korsleting), kembang api yang mengenai atap yang mudah terbakar dan kebakaran yang disebabkan oleh bom molotov atau roket. Sering juga kebakaran perkotaan atau kebakaran rumah di pedesaan disebabkan oleh akibat ancaman lain, misalnya karena akibat gempa bumi, badai.
Tindakan kesiapsiagaan
Sebelum kebakaran terjadi, yang dapat kita lakukan adalah: Memeriksa sambungan listrik, terutama pada rumah-rumah lama. Bila memungkinkan kabel-kabel listrik yang sudah lama diganti. Sambungan-sambungan kabel dilapisi selotip listrik Memeriksa kompor. Pada kompor minyak, sumbu-sumbu diperiksa ketinggiannya dan kebersihannya Meletakkan bahan-bahan mudah terbakar berjauhan dengan kompor atau kabel-kabel listrik Menyediakan karung pasir, tonggak pengait dan alat pemadam kebakaran Mengenal cara kerja dan melatih diri menggunakan alat pemadam kebakaran Memeriksa batas waktu pakai alat pemadam kebakaran (buatan pabrik) Bila memungkinkan memasang alat pendeteksi kebakaran Menyimpan barang-barang berharga (uang, perhiasan, ijazah, sertifikat rumah/tanah, sertifikat usaha) di tempat yang tidak mudah terbakar Di sekolah, guru-guru dapat melatih anak-anak sekolah mengenai kebakaran, pencegahan dan bagaimana mengevakuasi diri bila terjadi kebakaran Pada musim kemarau atau kering, saling mengingatkan agar tidak membakar sampah atau membuang puntung rokok sembarangan Bila menginap di penginapan, perhatikan jalur-jalur evakuasi dan petunjuk bila terjadi kebakaran Mematikan mesin bila mengisi bahan bakar pada stasiun penjualan bahan bakar Menyiapkan rencana siaga bila terjadi kebakaran Menempatkan nomor telepon Dinas Kebakaran Kota di tempat yang mudah dijangkau dan dilihat bila terjadi kebakaran
38
pendahuluan
pendahuluan
Dampak
Dampak bagi kesehatan manusia - Kebakaran hutan atau lahan menghasilkan bahan kimia berbahaya Karbon dioksida Sulfur Methan Berbagai bahan organik Partikel kecil yang dilepaskan dari elemen karbon Karbon monoksida Dioksida Nitrogen oxida Amonia
Semua bahan di atas tersebut sangat berbahaya apabila dihirup oleh manusia. Penyakit yang bisa ditimbulkan diantaranya infeksi saluran pernafasan akut, bronkitis, keracunan dan diare hingga bisa menyebabkan kematian. Dampak sosial budaya dan ekonomi Hilangnya sejumlah mata pencaharian masyarakat dan terganggunya aktivitas sehari-hari Peningkatan jumlah hama Terganggunya kesehatan: infeksi saluran napas, diare, dll.
Dampak terhadap ekologis dan kerusakan lingkungan Hilangnya sejumlah spesies flora dan fauna Terjadinya banjir di daerah yang hutan gambutnya terbakar Polusi udara dan air Pada jangka panjang dapat menurunkan kesuburan tanah
Secara fisik Tanah menjadi rusak dan terbuka sehingga ketika hujan lapisan tanah teratas akan terbawa ke sungai dan mengendap di sana (sedimentasi). Lama kelamaan sungai menjadi dangkal sehingga ketika musim hujan yang panjang akan terjadi banjir Mempercepat proses penggerusan lapisan hara yang dibutuhkan tanaman untuk tumbuh subur.
40
pendahuluan
Secara kimia Terjadinya peningkatan keasaman tanah. Secara biologi Membunuh organisme tanah yang bermanfaat bagi upaya peningkatan kesuburan tanah. Kerugian dari kebakaran hutan atau lahan Hilangnya tegakan kayu hutan di hutan Hilangnya hasil hutan nonkayu, seperti karet, damar, rotan, dll. Hilangnya tumbuhan maupun bibit yang bermanfaat bagi manusia, misalnya tanaman obat, dll. Hilangnya tempat berekreasi Hilangnya fungsi penyediaan air bagi pertanian Hilangnya flora dan fauna yang memperkaya pengetahuan manusia Cepatnya perubahan iklim dan pemanasan global
Tindakan kesiapsiagaan
1. 2. 3. Jangan melakukan pembakaran untuk melakukan pembukaan lahan Mintalah petunjuk kepada Dinas Kehutanan dan Perkebunan maupun Dinas Pertanian setempat tentang tata cara pembukaan lahan tanpa membakar Informasikan dan minta masyarakat waspada pada efek negatif pembakaran hutan
Bila dinas setempat tidak memilikinya, lakukan cara berikut ini 1. 2. 3. Tebanglah pohon dan semak belukar pada lahan yang ingin Anda gunakan untuk berkebun Potong-potong/cacah pohon/ranting/semak tersebut dan sebarkan ke sekeliling lahan Anda Jangan gunakan bahan kimia untuk mematikan pohon/semak. Dalam jangka panjang, penggunaan bahan kimia terus menerus akan membuat tanah kehilangan kemampuan untuk beregenerasi (mengembalikan kesuburan), akibatnya kebutuhan Anda akan pupuk di masa mendatang akan semakin meningkat Biarkan sisa semak dan pepohonan yang telah Anda cacah tersebut mengering selama lebih kurang sebulan. Bila memungkinkan siramkan air ke segala penjuru lahan Anda untuk mempercepat proses pembusukan Tanamlah bibit Anda di sela-sela batang pohon, potongan ranting atau semak tersebut. Hal tersebut sangat berguna sebagai pupuk bagi tanaman Anda Bangunlah sumur di lahan Anda sehingga Anda tidak akan kesulitan mencari air seandainya terjadi kebakaran yang tidak terkendali di lahan ataupun di luar lahan Anda. Jangan lupa agar kampung Anda menyediakan setidaknya dua buah mesin pompa air untuk menyedot dan menyemprotkan air ditambah selang sepanjang minimal 50 meter, dua buah Bila memungkinkan, galilah parit di sekeliling lahan Anda, di sekeliling rumah Anda dengan dalam atau lebar minimal 30 x 30 cm. Periksalah menjelang musim kemarau agar tidak terjadi pendangkalan. Parit ini sangat berguna untuk mencegah api memasuki lahan atau daerah rumah Anda
41
4.
5. 6.
7.
pendahuluan
8.
Ajak tetangga dan warga kampung Anda untuk membuat sistem peringatan sederhana apabila terjadi kebakaran. Kentongan merupakan sarana yang paling murah untuk sebuah sistem peringatan. Pukullah kentongan sebanyak mungkin apabila terjadi kebakaran hutan atau lahan untuk memperingatkan tetangga-tetangga Anda
3.
5.
6.
Teroboslah api sambil berlari mengikuti arah angin sampai ke tempat yang benar-benar aman. Jangan lari melawan arah angin
42
pendahuluan
Wabah penyakit
Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata, jauh melebihi keadaan biasanya. Wabah biasanya dibawa oleh vektor seperti cacing, lalat, nyamuk, kutu dan tikus, dimana menyebabkan terjadinya wabah penyakit dan kematian dalam banyak situasi bencana.
Penyebab
Penyakit infeksi seperti virus bakteri dan organisme lain seperti malaria dan cacing dapat menular melalui air, udara, makanan, manusia atau bahkan binatang dan serangga Wabah pada tanaman dapat disebabkan karena serangga
Dampak
Meningkatnya jumlah tanaman, hewan atau manusia yang menderita penyakit tertentu, sesuai dengan penyebabnya, yang bila tidak ditangani dengan cepat dan tepat dapat mengakibatkan kematian.
Contoh-contoh wabah
Wabah pada manusia: flu burung, SARS, demam berdarah, demam kuning, malaria, tuberculosis, HIV/AIDS, ebola, sampar, pes, demam keong (schistosomiasis), cacar, campak, diare, kolera dan penyakit kuku dan mulut Wabah pada hewan: penyakit kuku dan mulut, rabies dan flu burung Wabah pada tanaman: hama tikus, serangga, wereng, virus tanaman dan bakteri
Tindakan kesiapsiagaan
Peningkatan kesehatan umum dan penyehatan lingkungan (penggunaan jamban yang sehat, pengelolaan sampah) Penyuluhan dan kampanye penyadaran untuk masyarakat Pengamatan yang terus menerus, deteksi dini dan pengobatan yang tepat serta cepat Waspadalah pada penyakit yang ada di sekitar lingkungan anda dan bisa berdampak pada masyarakat Karantina penderita Pengobatan penderita dan anggota keluarga terdekatnya Imunisasi bagi yang belum terkena Pengendalian vektor (mahluk pembawa penyebab wabah); misalnya dengan menguras genangan air, menutup tempat genangan, penggunaan kelambu yang sudah diberi obat untuk menghindari nyamuk (penyebab dari demam berdarah dan malaria) dan pemusnahan sumber virus (misalnya unggas pada flu burung) Pemantauan penderita
Informasi lebih lanjut tentang sanitasi, kebersihan dan pelayanan kesehatan dapat dilihat pada lampiran tambahan.
43
pendahuluan
Catatan
44