Anda di halaman 1dari 27

FAKTOR PENYEBAB DAN AKIBAT PENGARUH PASAR MODERN EKONOMI KOTA TERHADAP PENURUNAN KONTRIBUSI DAN KINERJA PASAR

TRADISIONAL

Oleh :

Handy Twinosa Novellina Conny I. Windy Widya Sandy Putri A.

3608100006 3608100011 36081 0001 3 36081 00019

Ghe Aprilia B. Radinia Rizkitania Debora C. B. Mellyna R. V. S.

3608100034 3608100035 36081 00038 36081 00072

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Perkembangan suatu kota erat kaitannya dengan perubahan pola pemanfaatan lahan. Meningkatnya pertumbuhan penduduk mengakibatkan meningkatnya permintaan lahan untuk melakukan berbagai kegiatan, dimana pengguna lahan akan berusaha memaksimalkan pemanfaatan lahan yang tercermin dari semakin meningkatnya usaha-usaha pemanfaatan lahan. Kegiatan-kegiatan yang dianggap kurang menguntungkan dan produktif akan dengan cepat tersaingi oleh kegiatan yang lebih menguntungkan dan produktif. Salah satu kegiatan yang produktif adalah kegiatan perdagangan. Keberadaan kegiatan perdagangan skala besar seperti pasar modern jenis hypermarket sudah menjadi bagian yang tidak terlepaskan dalam kehidupan masyarakat perkotaan. Dalam pemenuhan kebutuhan sehari-harinya masyarakat perkotaan cenderung membeli kebutuhan tersebut dari pada memproduksi sendiri. Dahulu, tempat berbelanja untuk membeli kebutuhan sehari-hari tersebut umumnya adalah pasar tradisional. Namun sesuai dengan perkembangan kota dan perekonomian, perdagangan eceran mengalami perkembangan dengan munculnya perdagangan eceran modern di Indonesia pada tahun 1970-an yaitu munculnya pasar modern dalam bentuk supermarket (Sulistyowati, 1999). Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007, ada beberapa jenis pasar modern yang ada di Indonesia saat ini yaitu: minimarket, supermarket, hypermarket, department store dan perkulakan. Kehadiran hypermarket di wilayah perkotaan di Indonesia memberikan implikasi negatif baik dari aspek fisik, lingkungan, transportasi, sosial dan ekonomi (Dirjen Cipta Karya Dep. Pekerjaan Umum, 2006). Keberadaan hypermarket dan pasar modern jenis lainnya ternyata mampu menyulut gejolak sosial dari pedagang pasar tradisional akibat menurunnya minat masyakat untuk berbelanja di pasar tradisional (Lukisari, 2008). Keberadaan pasar tradisional di perkotaan dari waktu ke waktu semakin terancam dengan semakin maraknya pembangunan pasar modern. Pangsa pasar dan kinerja usaha pasar tradisional menurun, sementara pada saat yang sama pasar modern mengalami peningkatan. Penelitian
Page 1

lembaga ACNielsen menemukan fakta, bahwa pada tahun 2004, kontribusi pasar tradisional sekitar 69,9%, menurun dari tahun sebelumnya yaitu 73,7% (2003), 74,8% (2002), 75,2% (2001), dan 78,1% (2000). Kondisi sebaliknya terjadi pada supermarket dan hypermarket, kontribusi mereka kian hari kian besar (bisnisIndonesia.com). Sementara penelitian SMERU Research Institute (2006) menyimpulkan, bahwa keberadaan supermarket memberikan pengaruh terhadap penurunan kontribusi dan kinerja pasar tradisional. Pusat perbelanjaan sejenis hypermarket di kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya banyak yang dibangun pada jalur lalu lintas dalam kategori padat dengan ruas jalan sempit. Kehadiran pusat perbelanjaan itu menambah kemacetan di jalur yang sudah padat tersebut. Selain itu, mengoperasikan pusat perbelanjaan juga membutuhkan daya listrik yang sangat besar. Untuk pusat perbelanjaan seluas 20.000 meter persegi, misalnya, dibutuhkan listrik sekitar 3.000.000 VA atau 3 megawatt. Apabila sebuah rumah tangga membutuhkan 1.350 VA, berarti daya listrik pusat perbelanjaan dapat digunakan untuk hampir 2.000 rumah tangga (Sudono, 2003). Hypermarket dan pusat perbelanjaan jenis lainnya juga kerap memanfaatkan air tanah untuk mendukung kelangsungan bisnis dengan jumlah yang sangat besar (OneWord Indonesia, 2008). Untuk itu perlu adanya pengawasan yang ketat agar tidak mengganggu kepentingan masyarakat sekitar dan keseimbangan lingkungan. Dampak nyata lainnya adalah meningkatnya jumlah dan luasan hypermarket di kota-kota besar di Indonesia adalah makin hilangnya daerah resapan air dan ruang terbuka hijau (RTH) (OneWord Indonesia, 2008). Surabaya Pusat misalnya, perkembangan ekonomi yang pesat khususnya sektor perdagangan dan jasa, menyebabkan proporsi penggunaan lahan yang diperuntukkan RTH masih kurang untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Dengan jumlah penduduk mencapai 354.484 jiwa dan luas wilayah 1.479,18 Ha, luas RTH yang ada hanya 20,77 Ha atau sekitar 0.014% saja dari luas wilayah Surabaya Pusat keseluruhan. Hal ini berarti penyediaan RTH di Surabaya Pusat sekitar
2

0,59 m untuk setiap penduduk. Padahal, dalam master plan Kota Surabaya tahun 2000, kebutuhan ideal RTH untuk setiap penduduk per jiwa adalah 10,03 m. Dampak lain dari keberadaan hypermarket adalah dampak lalulintas yang berkaitan dengan volume tarikan dan bangkitan lalulintas yang tinggi terutama hypermarket yang berlokasi di jalur utama perkotaan (Silaban, 2008). Hal ini terjadi karena guna lahan komersial mempunyai implikasi yang berbeda dari guna lahan yang lain seperti perumahan. Konsekuensinya adalah
Page 2

pola pergerakan dan kebutuhan parkir yang awalnya tidak menjadi masalah, sekarang menjadi masalah. Memperhatikan fenomena tersebut di atas, pada akhir tahun 2007 pemerintah melakukan intervensi kebijakan melalui Peraturan Presiden No. 112 Tahun 2007 tentang penataan dan pembinaan pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan toko modern. Lokasi pasar modern harus mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah pada daerah/kota masing-masing. Dalam hal ini pemerintah pusat menyerahkan kewenangan mengenai kewilayahan kepada pemerintah daerah. Propinsi Jawa Timur menerbitkan Peraturan Daerah Nomor 30 Tahun 2008 tentang perlindungan, pemberdayaan pasar tradisional dan penataan pasar modern di Jawa Timur. Isinya antara lain mengatur tentang lokasi pendirian pasar modern yang wajib mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota dan Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten/Kota, termasuk peraturan zonasinya. Dalam peraturan daerah ini masih belum diatur secara detail aturan zonasi. Dalam hal ini pemerintah Propinsi Jawa Timur memberi kewenangan kepada pemerintah kabupaten/kota. Seperti halnya di kota-kota besar lainnya, perkembangan pasar modern di Kota Surabaya sangat pesat. Tercatat, sampai akhir 2005, pasar modern di Surabaya sudah mencapai 228 buah. Terdiri dari 43 supermarket, 10 departement store, 27 factory outlet dan 148 minimarket (Kompas Jatim, 31 Mei 2005). Berdasarkan data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surabaya, sampai tahun 2008 telah terdapat dua belas hypermarket yang berkembang di Surabaya, yaitu group dari Giant (3 gerai), Carrefour (6 gerai), Hypermart (3 gerai), dan Indogrosir (1 gerai). Berdasarkan skala pelayanannya, maka kondisi hypermarket saat ini sudah berlebih. Pesatnya perkembangan hypermarket tampaknya tidak diimbangi dengan upaya menanggulangi dampak yang ditimbulkan baik dari aspek fisik maupun aspek nonfisik (Sulistya Rusgianto dalam Kompas, 26 Juni 2006). Hypermarket boleh berdiri di mana saja asalkan lokasinya di kawasan perdagangan dan jasa berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) (Suhur, dalam Kompas, 26 Juni 2006). Pasar modern memperoleh kemudahan memperoleh ijin lokasi akibat belum terdapatnya sebuah pengaturan perijinan lokasi dan aturan zonasi yang mengatur secara lebih spesifik kebutuhan lokasi hypermarket dalam rencana tata ruang (Suhur, dalam Kompas, 26 Juni 2006). Selain itu distribusi hypermarket tidak merata dan berkumpul bagian-bagian utama kota. Pola perdagangan hypermarket sudah berkembang menjadi pasar
Page 3

bebas, hypermarket mulai dibangun di kawasan-kawasan strategis. Jika tidak segera diatur melalui penataan zonasi hypermarket, jelas bisa menjadi dampak baik dari segi fisik, lingkungan, tata ruang maupun transportasi. Dampak-dampak diatas muncul akibat dari belum optimalnya upaya pengendalian kegiatan hypermarket berupa pengaturan zonasi kawasan perdangangan kususnya untuk kegiatan perdangan hypermarket di Kota Surabaya. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk merumuskan arahan zonasi kawasan perdagangan untuk mengatur kegiatan hypermarket di Kota Surabaya.

1.2 Rumusan Masalah 1. Apa saja faktor yang mempengaruhi penurunan produktifitas pasar pasar tradisional? 2. Apa dampak yang ditimbulkan dari menurunnya produktifitas pasar tradisional

1.3 Tujuan Pada pembahasan makalah ini mengidentifikasi menurunnya kontribusi dan kinerja pasar tradisional terhadap pasar modern. Berikut tujuan pembahasan: 1. Mengidentifikasi Faktor Penyebab Menurunnya Produktifitas Pasar tradisional 2. Menggambarkan Dampak Menurunnya Produktifitas Pasar Tradisional

1.4 Ruang Lingkup Ruang lingkup terdiri dari ruang lungkup wilayah dan ruang lingkup pembahasan 1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah

Ruang lingkup pembahasan karya tulis ini adalah mengambil studi kasus wilayah Surabaya. 1.4.2 Ruang Lingkup Pembahasan Ruang lingkup pembahasan spesifik pada pengaruh pasar modern terhadap kinerja dan kontribusi pasar tradisional.

Page 4

1.5 Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan dalam penyusunan makalah ini menggunakan dua metode yaitu : 1. Tinjauan Pustaka Data yang diperoleh diambil dari reverensi buku yang diperoleh dari perpustakaan, yang memiliki relevansi dengan pembahasan. 2. Tinjauan Media Informasi lain yang diperoleh sebagai input dalam penyusunan makalah ini diperoleh dari internet, media cetak dan media elektronik. Informasi yang diperoleh dalam tinjauan ini merupakan tambahan dari teori-teori yang menjadi acuan.

1.6 Kerangka Penulisan


PERKEMBANGAN PASAR MODERN YANG PESAT
1

'

PENURUNAN PRODUKTIFITAS DAN KINERJA PASAR TRADISIONAL


V
1

'
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENURUNAN PRODUKTIFITAS DAN KINERJA PASAR TRADISIONAL

DAMPAK PENURUNAN PRODUKTIFITAS DAN KINERJA PASAR TRADISIONAL

Gambar 1 Kerangka Penulisan

Page 5

BAB II PEMBAHASAN

2.1

Pengertian Pasar Modern dan Pasar Tradisional Secara umum pengertian pasar (open market) merupakan bentuk tertua dari tempat

berbelanja, mempunyai sederetan kios pada sebuah ruang terbuka atau tertutup. Disekelilingnya dapat dilalui oleh sirkulasi untuk umum. Tidak ada pemisahan antara pembeli dan barang dagangan. Menurut kelas mutu pelayanan dapat digolongkan menjadi Pasar Tradisional dan Pasar Modern, dan menurut sifat pendistribusinya dapat digolongkan menjadi Pasar Eceran dan Pasar Perkulakan/Grosir. Pasar dalam arti sempit adalah tempat permintaan dan penawaran bertemu, dalam hal ini lebih condong ke arah pasar tradisional. Sedangkan dalam arti luas adalah proses transaksi antara permintaan dan penawaran, dalam hal ini lebih condong ke arah pasar modern. Permintaan dan Penawaran dapat berupa Barang atau Jasa. Secara umum perbedaan antara pasar modern dan pasar tradisional dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1. Perbandingan Antara Pasar Modern dan Pasar Tradisional
Kriteria 1. Sistem pelayanan Pasar Modern Pengunjung melayani Pasar Tradisional dirinya Terjadi transaksi tawar menawar antara penjual dan pembeli

sendiri (tidak terjadi taransaksi tawar 2. Kondisi fisik menawar/harga

barang secara langsung.

berlabel) Bangunan berupa gedung Terdiri atas banyak kios yang dimiliki secara personal.

dengan kondisi lebih modern 3. Cakupan pelayanan (ber-AC,dll) Luas, bisa mencakup satu kota.

Lebih sempit, melayani maksimal satu kecamatan.

4.

Barang yang dijual

Barang dengan terjamin.

yang

dijual

beragam

Barang yang dijual lebih pada

kualitas

yang

lebih kebutuhan sehari-hari. Page 6

2.1.1 Pasar Modern Sinaga (2006) mengatakan bahwa pasar modern adalah pasar yang dikelola dengan manajemen modern, umumnya terdapat di kawasan perkotaan, sebagai penyedia barang dan jasa dengan mutu dan pelayanan yang baik kepada konsumen (umumnya anggota masyarakat kelas menengah ke atas). Pasar modern tidak banyak berbeda dari pasar tradisional, namun pasar jenis ini penjual dan pembeli tidak bertransakasi secara langsung melainkan pembeli melihat label harga yang tercantum dalam barang (barcode), berada dalam bangunan dan pelayanannya dilakukan secara mandiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga. Pasar Modern juga dapat diartikan sebagai pasar yang dibangun oleh Pemerintah atau koperasi yang dalam pengelolaannya dilaksanakan secara modern, dan mengutamakan pelayanan kenyamanan berbelanja dengan manajemen berada di satu tangan, bermodal relatif kuat, dan dilengkapi label harga yang pasti. Pasar modern ini hadir dengan berbagai kelebihan yang mampu menarik minat masyarakat seperti keberagaman komoditas barang yang dijual lebih beragam, kenyamanan dan keamanan bagi pengunjung yang datang, dan pelayanan konsumen yang memuaskan. Hal lain yang membedakan yaitu jangkauan pelayanannya yang tidak hanya terbatas pada satu lingkungan atau permukiman tertentu, tetapi semua masyarakat yang tinggal diseluruh kawasan perkotaan. Barang-barang yang dijual, selain bahan makanan makanan seperti; buah, sayuran, daging; sebagian besar barang lainnya yang dijual adalah barang yang dapat bertahan lama. Contoh dari pasar modern adalah pasar swalayan dan hypermarket, supermarket, dan minimarket. Pasar modern antara lain mall, supermarket, departement store, shopping centre, waralaba, toko mini swalayan, pasar serba ada, toko serba ada dan sebagainya. Barang yang dijual disini memiliki variasi jenis yang beragam. Selain menyediakan barang-barang lokal, pasar modern juga menyediakan barang impor. Barang yang dijual mempunyai kualitas yang relatif lebih terjamin karena melalui penyeleksian terlebih dahulu secara ketat sehingga barang yang rijek/tidak memenuhi persyaratan klasifikasi akan ditolak. Secara kuantitas, pasar modern umumnya mempunyai persediaan barang di gudang yang terukur. Dari segi harga, pasar modern

Page 7

memiliki label harga yang pasti (tercantum harga sebelum dan setelah dikenakan pajak). Pasar modern juga memberikan pelayanan yang baik dengan adanya pendingin udara.

2.1.2

Pasar Tradisional Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai

dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung dan biasanya ada proses tawarmenawar, bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar. Selain itu, Pasar Tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Swasta, Koperasi atau Swadaya Masyarakat dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh Pedagang Kecil dan Menengah dan Koperasi, dengan usaha skala kecil dan modal kecil, dan dengan proses jual beli melalui tawar menawar. Keberadaan pasar tradisional memiliki jangkauan pelayanan yang tidak terlalu luas. Untuk jangkauan pelayanan pasar tradisional adalah penduduk yang tinggal tidak lebih dari 5 km dari lokasi pasar tersebut.

Gambar 2. Perbedaan pasar modern dan pasar tradisional

Kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan makanan berupa ikan, buah, sayur-sayuran, telur, daging, kain, pakaian barang elektronik, jasa dan lain-lain. Selain itu, ada pula yang menjual kue-kue dan barang-barang lainnya. Pasar seperti ini masih banyak ditemukan di Indonesia, dan umumnya terletak dekat kawasan perumahan agar memudahkan pembeli untuk mencapai pasar. Beberapa pasar tradisional yang "legendaris" antara lain adalah
Page 8

pasar Beringharjo di Jogja, pasar Klewer di Solo, pasar Johar di Semarang. Pasar tradisional di seluruh Indonesia terus mencoba bertahan menghadapi serangan dari pasar modern. Berdasarkan Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Surabaya Nomor 2 Tahun 1999 tentang pengurusan pasar di kotamadya daerah tingkat II Surabaya., pasar daerah(Tradisional) dibedakan menjadi beberapa klasifikasi, yaitu : 1) Berdasarkan sifat kegiatan a. Pasar induk Pasar induk adalah pasar yang berfungsi sebagai tempat pengumpulan, pelelangan, penyimpanan, penyaluran barang sehari-hari anatara lain pasar induk sayur, buah-buahan dan beras. b. Pasar grosir Pasar grosir adalah pasar yang menjual berbagai jenis barang dalam jumlah besar misalnya perkwintal, perton, pergros, perlosin, dan lain-lain. c. Pasar eceran Pasar eceran adalah pasar yang menjual berbagai jenis barang dalam jumlah kecil misalnya : perbuah, perbatang, per kilogram dan lain-lain. d. Pasar khusus Pasar yang memperjualbelikan jenis barang tertentu miasalnya : suku cadang, alatalat tehnik, ikan, ayam, burung, bungan, dan lain-lain. 2) Berdasarkan ruang lingkup pelayanan a. Pasar regional Pasar regional adalah pasar yang ruang lingkup pelayanannya meliputi kawasan kota Surabaya dan daerah di luar wilayah kota Surabaya. b. Pasar kota Pasar yang ruang lingkup pelayanan meliputi seluruh wilayah kota dan tempat barang-barang yang diperdagangkan lebih lengkap. c. Pasar wilayah Pasar wilayah adalah pasar yang ruang lingkup pelayanannya meliputi beberapa lingkungan pemukiman dan barang yang diperdagangkan lebih besar dari pada pasar lingkungan. d. Pasar lingkungan Pasar lingkungan adalah pasar yang ruang lingkup pelayanannya meliputi satu lingkungan pemukiman di sekitar pasar tersebut (melayani 10.000 s/d 15.000 penduduk) terutama kebutuhan sehari-hari.

Page 9

2.2 Faktor Penyebab Menurunnya Produktivitas Pasar Tradisional Saat ini perkembangan pasar modern semakin berkembang sehingga keadaan pasar tradisional semakin terhimpit sehingga perlu upaya untuk meningkatkan kembali kegiatan perekonomian di pasar tradisional . Salah satu upaya yang ditempuh pemerintah untuk menggairahkan kembali kegiatan perekonomian di pasar tradisional adalah dengan melakukan revitalisasi pasar tradisional. Wacana revitalisasi pasar tradisional hampir selalu diwarnai oleh pro kontra. Upaya pemerintah untuk merevitalisasi pasar tradisional tidak terlepas dari pertimbangan bahwa perkembangan pasar tradisional di Indonesia dalam beberapa tahun belakangan ini sangat mengkhawatirkan. Survei yang dilakukan oleh AC Nielsen menyebutkan bahwa jumlah pasar tradisional di Indonesia saat ini mencapai 1,7 juta unit atau mengambil porsi 73% dari keseluruhan jumlah pasar yang ada. Dari survei tersebut diketahui bahwa pasar tradisional masih mendominasi pasar di Indonesia. Namun dari segi pertumbuhan, laju pertumbuhan pasar tradisional tidak sebanding dengan pasar modern. Pertumbuhan pasar tradisonal yang hanya mencapai 5% per tahun. Sedangkan pertumbuhan pasar modern jauh lebih tinggi yaitu 16% per tahun (Sindo, 21/01/2008). Menjamurnya pasar modern hingga ke pelosok pemukiman penduduk, membuat minat masyarakat untuk berbelanja ke pasar tradisonal semakin berkurang. Pada tahun 2005 AC Nielsen mengadakan survei terkait minat masyarakat untuk belanja di pasar tradisional. Hasil survei menunjukkan bahwa rasio keinginan masyarakat untuk belanja di pasar tradisional cederung mengalami penurunan. Pada tahun 1999 minat masyarakat untuk belanja di pasar tradisional mencapai 65%, sedangkan pada tahun 2004 turun menjadi 53%. Sebaliknya untuk kasus pasar modern, rasio itu meningkat dari 35% (di tahun 1999) menjadi 47% (di tahun 2004). Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) menyebutkan bahwa sekitar 400 los pasar tradisional tutup tiap tahunnya (Suara Merdeka, 01/05/2007). Dari hasil survei diatas menunjukkan bahwa keberadaan pasar tradisional semakin terhimpit oleh pasar modern atau istilah kata mati segan hiduppun tak mau. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yang menyebabkan matinya pasar modern, yaitu :

Page 10

Gambar 3. Gambaran Umum Faktor yang Mempengaruhi Menurunnya Kontribusi dan Kinerja Pasar Tradisional terhadap Pasar Modern Pertumbuhan pasar modern yang begitu cepat dan tersebar diberbagai kecamatan dan pelosok Pertumbuhan pasar modern yang begitu cepat dan tersebar diberbagai kecamatan dan pelosok di Kota Surabaya sehingga pelayanannya sudah melebihi yang seharusnya. Menurunnya kinerja pasar tradisional disebakan kompetisi antara pasar tradisional dan pasar modern yang pada akhirnya pasar modern lebih banyak menarik minat pengunjung. Hal ini berarti semakin tergusurnya pasar tradisional yang berdampak pada beberapa faktor. Misalnya saja dari segi sosial perkembangan pasar modern akan menimbulkan sifat individualis pada masyarakat. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa pasar tradisional terdapat proses tawar menawar sehingga adanya interaksi, namun sebaliknya pada pasar modern harga jual sudah ditetapkan sehingga tidak ada transaksi jual beli.sehingga pelayanannya sudah melebihi yang seharusnya. Menurunnya kinerja pasar tradisional disebakan kompetisi antara pasar tradisional dan pasar modern yang pada akhirnya pasar modern lebih banyak menarik minat pengunjung. Berikut Faktor-Faktor secara umum yang menyebabkan menurunnya kinerja dan kontribusi pasar tradisional.
Page 11

> Pertama, pasar rakyat/tradisional yang tidak mampu bersaing; Ketidak berdayaan pasar tradisional rakyat itu dikarenakan keterbatasan modal, rantai distibusi barang yang terlampau panjang sehingga harganya menjadi mahal. Kondisi fisik pasar tradisional yang tidak nyaman, dan kualitas barang dagangan yang ada di pasar rakyat/tradisional tidak lebih baik dari pasar modern. Keempat hal itulah yang menyatu menjadi fenomena sosial ketidakberdayaan. > Kedua, etika bisnis dimana persaingan tak wajar antar pesaing terus terjadi. Para pengusaha di pasar moredn sering kali melakukan politik dumping. Mereka menjual barang yang lebih rendah dari harga pasar. Hal itu mereka lakukan karena mereka mendapatkan barang tidak melalui jalur distribusi yang panjang. Selain itu, jarak yang berdekatan antara pasar tradisional dan pasar modern seringkali menjadi alasan menurunnya produktifitas pasar tradisional. > Ketiga, kurang berpihaknya/kelalaian pemerintah. Dalam hal ini yang dimaksud adalah kelalaian pemerintah dalam kebijakan regulasi operasionalisasi pasar modern dan pasar tradisional yang telah ditetapkan pemerintah lebih memihak pada pemilik modal besar. Selain itu, pemerintah juga cenderung mengikuti pasar dan tidak melakukan tidakan atau kebijakan sesuai dengan yang telah direncanakan sebelumnya. Padahal,seharusnya regulasi pada awalnya untuk menjamin kepentingan masing-masing pengusaha, baik pengusaha besar maupun pengusaha kecil. Hal ini juga disebabkan oleh system perekonomian kita yang saat ini bersifat ekonomi liberal. Pemerintah cenderung mementingkan proyek yang menguntungkan golongan berduit dari pada rakyat kecil. Jika ada keberpihakan kepada rakyat kecil, semestinya pemerintah memperbaiki pasar rakyat/tradisional tanpa menghilangkan pedagang kecil yang ada di sana. Kurangnya perhatian pemerintah ini terbukti dengan tidak adanya kebijakan yang tegas, melindungi pasar tradisonal ataupun pembatasan kuota jumlah pasar modern di suatu wilayah yang implementasinya benar-benar dijamin pemerintah. > Keempat, ekonomi kapitalisme; Sistem ekonomi kapitalisme adalah sistem ekonomi yang berpihak pada kalangan bermodal. Pada akhirnya, uang hanya akan berputar di kalangan bermodal saja. Adanya akumulasi modal inilah yang menyebabkan terjadinya kesenjangan ekonomi. Terlihat dengan jelas, pada kasus banyaknya ditemukan pasar modern berarti telah terjadi perputaran uang pada sebagian kecil orang saja. Padahal,
Page 12

pedagang pasar tradisional merupakan salah satu tulang punggung perekonomian nasional, sebab melibatkan jutaan pedagang. Merebaknya pasar-pasar modern, dalam bentuk hipermarket dan retail-retail berpengaruh terhadap perkembangan pasar tradisional. Menurut data dari AC Nielsen, pada tahun 2005 pertumbuhan pasar modern melaju pesat, karena semua retail besar melakukan ekspansi. Tahun 2003 saja di indonesia terdapat 367 department store, 683 supermarket, 972 minimarket dan 34 hipermarket dan angka ini diperkirakan terus meningkat. Berikut peringkat pasar modern di indonesia.

Tabel 2. Peringkat Pasar Modern Berdasarkan Penjualan Rata-rata

let

Out

Ranki ng Indon esia

Rankin g RAP*

Tipeout let

Merek

Perusahaan Retailing

Penjualan(Rp milliar)

Area Penjual an(m2)

Penjuala nper m2

147

Hyperm arket

CARREFOU R RAMAYAN A

Carrefour Indonesia Ramayana Lestari Sentosa

24

7,228 168,000

43,021,4 27

195

Dept Store

89

4,850 456,900

10,615,0 14

233

Hyperm arket

HYPERMA RKET INDOMAR ET

MatahariPutra Prima IndomarcoPris matama SumberAlfaria Trijaya

28

3,528 140,000

25,200,0 01

254

C-Store

180 0 147 5

3,035 237,180

12,797,6 23

263

C-Store

ALFAMART

2,849 184,380

15,453,1 94

313

Superm arket

ALFA SUPERMA RKET

Alfa Supermarket

34

1,993

70,600

28,206,1 97

320

Superm arket

SUPER INDO HERO

Lion Superindo Hero

49

1,878

62,230

30,175,6 38

352

Superm

93

1,593 133,920

11,895,7

Page 13

arket 9 354 Dept Store SOGO, JAVA, DEBENHA MS

Supermarket MitraAdiPerka sa 17 1,583 162,540

59 9,739,14 1

10

369

Book Store Hardlin e Dept Store Health & Beauty Hardlin e

GRAMEDIA GramediaAsri Media ELECTRONI GrahaSudirma C CITY nCentre TOSERBA YOGYA KIMIA FARMA AkurPratama

63

1,487

79,380

18,729,0 25 20,381,0 52 6,931,61 2 26,422,6 59

11

414

1,170

57,420

12

453

48

956

137,890

13

458

Kimia FarmaApotek

325

945

35,750

14

492

ACE HARDWAR E

Ace

20

804

80,000

10,043,9 99

Selain itu terdapat faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi matinya pasar tradisional karena pengaruh pasar modern, yaitu : > Faktor Eksternal Disebut faktor eksternal karena faktor tersebut berasal dari lingkungan luar pasar tradisional, seperti kebijakan-kebijakan pemerintah yang dikeluarkan. Faktor eksternal tersebut anatara lain : Pedagang-pedagang dengan modal yang besar akan memberikan insentif yang lebih besar kepada pemerintah daerah daripada pemerintah daerah tetap mempertahankan pedagang-pedagang yang lemah secara modal di pasar tradisional. Sudut pandang yang digunakan oleh pemerintah daerah (terutama timur Indonesia) hanya berorientasikan kepada perwujudan surplus transaksi konsumen, yang berdampak pada pemberian keleluasaan yang besar bagi retail eceran modern untuk memperluas usaha.

Page 14

Aturan formal yang diformulasikan oleh pemerintah (daerah), misalnya Perda tentang pasar, secara tidak langsung telah meminggirkan pedagang - pedagang kecil yang syarat dengan nilai-nilai kearifan lokal dari pedagang-pedagang dengan modal besar. Pola peminggiran inilah yang akhirnya memperlihatkan bahwa pemiskinan itu merupakan sesuatu yang terjadi secara alamiah.

Perkembangan pasar retail modern di Indonesia, terutama pedagang pengecer telah merambah wilayah-wilayah perdesaan. Tidak sedikit wilayah perdesaan di Indonesia yang telah menjadi ladang usaha bagi pedagang eceran modern. Preferensi masyarakat desa yaitu selain lebih mudah untuk menjangkau kebutuhan sehari - hari juga keinginan masyarakat desa untuk turut merasakan imbas modernisasi.

Pergeseran pola perdagangan eceran di Indonesia, dari berbelanja di pedagang eceran tradisional kepada retail modern, tidak dapat dilepaskan dari kebijakan perdagangan internasional Indonesia yang sangat lunak, sehingga Indonesia yang memiliki potensi pasar yang sangat besar hanya dimanfaatkan oleh korporasi retail asing dalam rangka menggandakan keuntungan. Lebih jauh, realitas itu juga menampakkan Indonesia tidak dapat mengakses keuntungan dari potensi globalisasi justru dikarenakan berbagai regulasi yang digunakan sendiri di dalam negeri.

> Faktor Internal Disebut faktor internal karena faktor berasal dari dalam pengelolaan pasar itu sendiri, seperti manajemen pengelolaan pasar tradisional. Berikut factor-faktor internal yang mempengaruhi : Manajemen yang buruk pada pasar tradisional Dalam manajemen pengolaan pasar tradisional saat ini sangat kurang jika dibanding dengan manajemen pasar modern yang sangat lengkap. Hal ini dapat dilihat dari manajemen pengelolaan keamanan dan kebersihan pasar tradisional yang tidak terkontrol sehingga tingkat keamanan dan kebersihan sangat kurang. Kurangnya infrastruktur pada pasar tradisional, Kondisi pasar tradisional yang kumuh, becek, semrawut karena dijejali oleh pedagang kaki lima (PK-5) kian memperburuk citra pasar tradisional. Bila kondisi ini tidak segera dibenahi, maka bukan mustahil pasar tradisional akan semakin terpinggirkan . Selain itu

Page 15

fasilitas-fasilitas pendukung yang kurang memadai seperti toilet, mushola, tempat penitipan barang, dan lain-lain. Ketidak beragaman jenis komoditas yang ditawarkan pada pasar tradisional, Saat ini pasar tradisional tidak dapat menyaingi pasar modern terutama dalam hal keberagaman komoditas yang dijual,apalagi saat ini di pasar modern juga menjual barang yang dijual di pasar tradisional seperti sayur-mayur, daging, dan buah-buahan. Jika pasar tradisional tetap tidak dapat bersaing dengan pasar modern dalam hal komoditas keberagaman jenis barang maka keberadaan pasar tradisional akan semakin tergeser. Dana Operasional yang minim Faktor lain yang cukup penting, adanya masalah kurangnya dana operasional yang digunakan untuk mendukung perbaikan dan penambahan infrastruktur bagi pasar tradisional. Faktor-faktor tersebut mempengaruhi keberadaan pasar modern yang semakin hari semakin berhimpit. Matinya pasar modern bagi beberapa orang tidak berpengaruh terhadap perekonomian atau menjadi banyaknya pengangguran karena mereka beranggapan bahwa dengan adanya pasar modern tersebut banyak menyerap tenaga kerja. Sesungguhnya anggapan bahwa pasar modern menyerap banyak tenaga kerja, hal itu tidaklah sebanding dengan bangkrutnya usaha dan hilangnya pangsa pasar jutaan pedagang di pasar tradisional. Masih dalam pandangan ekonomi kapitalis, tidak ada batasan kepemilikan. Sehingga, setiap orang memiliki akses terhadap apapun, asalkan memiliki modal untuk memilikinya. Kapitalis memandang bahwa pasar rakyat/tradisional dapat dimiliki oleh individu. Tidaklah aneh jika para pengelola pasar rakyat/tradisonal adalah pihak swasta. Keterlibatan pemerintah dalam hal ini sangat minim sekali. Pemerintah cenderung mengikuti trend yang ada di pasar tanpa mengendalikan keinginan pasar. Hal ini terbukti dari semakin menjamurnya pasar modern yang mulai menggeser kinerja dan produktifitas pasar tradisional. Dapat dilihat pada peta di bawah ini jangkauan pelayanan pasar modern yang sudah menjangkau semua wilayah perkotaan.

Page 16

Gambar 4. Peta Pasar Tradisional Yang Berada Dekat Dengan Spot Hypermarket (Surabaya) Legenda : Hypermarket : 1. Giant 2. Hypermarket Royal 3. Hypermarket Prapen 4. Hypermarket SP 5. Carrefour Gocci

6. Carrefour Bj 7. Carrefour ITC

Arteri Primer Arteri Sekunder Kdektor Primer Kdektor Sekunder Terminal Sub-Terminal Stasii_n Kereta Api Rel Kereta Api Spot Hypermarket Spot Pasar Tradisional SITNP Kota Surabaya

2.3

Dampak Menjamurnya Pasar Modern

Kehadiran pasar modern telah mengancam eksistensi pasar tradisional. Fakta ini antara lain diungkap dalam penelitian AC Nielson yang menyatakan bahwa pasar modern telah tumbuh sebesar 31,4%. Bersamaan dengan itu, pasar tradisional telah tumbuh secara negatif sebesar 8%. Berdasarkan kenyataan ini maka pasar tradisional akan habis dalam kurun waktu sekitar 12 tahun yang akan datang, sehingga perlu adanya langkah preventif untuk menjaga kelangsungan pasar tradisional. Dalam hal penurunan omzet penjualan. Yaitu berdasarkan penelitian jurnlah pengkajian koperasi dan ukm nomor 1 tahun 2006, penelitian dilakukan dengan menggunakan uji beda pada taraf signifikansi a = 0,05, hasil analisis menunjukkan bahwa dari 3 variabel yang diteliti, variable omzet penjualan pasar tradisional menunjukkan perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah hadirnya pasar modern dimana omzet setelah ada pasar modern lebih rendah dibandingkan sebelum hadirnya pasar modern. Sedangkan variabel lainnya, yaitu jumlah tenaga kerja dan harga jual barang tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Merugikan elemen-elemen yang ada di pasar tradisional. Setiap satu mall beroperasi, maka pedagang kecil, warung dan pasar di sekitar mall akan bangrut. Yaitu dengan perbandingan satu mall berdiri maka 100 pedagang dan warung akan gulung tikar. Dan secara langsung menurunkan pendapatan dan keuntungan bagi para pedagang pasar tradisional. Namun dibalik semua dampak dari keberadaan pasar modern yang sepertinya secara keseluruhan berdampak negative, masih ada beberapa dampak positif dengan adanya pasar modern. Berikut dampak yang dapat ditimbulkan:

Dampak Negatif > Dampak negatif dari munculnya pasar modern yakni pertama, munculnya ketidakadilan dalam persaingan. Dengan hadirnya pasar modern yang sangat gencar semakin memperparah kondisi pasar rakyat/tradisonal. Akhirnya, pasar rakyat/tradisonal semakin termajinalkan. Pedagang-pedagang kecil yang tidak mampu bertahan akhirnya gulung tikar di tengah perjalanan usahanya.Ruang bersaing pedagang di pasar rakyat/tradisional kini mulai terbatas. Jika selama ini pasar rakyat/tradisional dianggap unggul dalam memberikan harga relatif lebih rendah untuk banyak komoditas, dengan fasilitas berbelanja yang lebih baik. Faktanya, skala ekonomis pengecer pada pasar modern yang cukup luas dan akses langsung terhadap produsen dapat menurunkan harga pokok penjualan mereka, sehingga mereka mampu menawarkan harga yang lebih rendah. Sebaliknya, para pedagang di pasar rakyat/tradisional, mereka umumnya mempunyai

skala yang kecil dan menghadapi rantai pemasaran yang cukup panjang untuk membeli barang yang akan dijualnya. Keunggulan biaya rendah pedagang rakyat kini mulai terkikis bahkan nyaris lenyap, digantikan keunggulan bersaing pengecer berduit di pasar modern. > Omzet pada pasar rakyat/tradisional semakin menurun. Pada tahun 70-an sampai 80-an, seluruh pembeli, kelas bawah hingga atas, belanja di pasar rakyat/tradisional. Pertengahan 80-an sampai awal 90-an, mulai muncul pasar modern, seperti Golden Trully, Hero, Ramayana, Matahari. Sebagian pembeli beralih dari pasar tradisional ke pasar modern. Tahun 90-an merupakasn booming pasar modern. Masyarakat pun berbondong-bondong ke pasar modern. Tahun 2000-an, pasar rakyat/tradisonal makin meredup. Apalagi dengan makin menjamurnya hipermarket. Sekitar50-60 persen pangsa pasar rakyat/tradisonal terambil oleh pasar modern. Sisa yang 40 persen itulah yang saat ini masih diraih oleh pedagang pada pasar rakyat/tradisional. Bahkan, saat ini keberadaan pasar rakyat/tradisional makin terpukul. Logislah jika omzet pasar tradisional menurun tajam. > Menyebabkan terjadinya perubahan secara signifikan atas tenaga kerja di pasar tradisional sehingga menimbulkan pengangguran pada masyarakat marginal akibat uang dikuasai oleh kaum kapitalis. Hal ini memicu terjadinya kriminalitas, permukiman kumuh, peningkatan pengemis dsb. Realitas tersebut dapat terjadi karena untuk menarik para konsumen dari pasar tradisional, pasar modern menggunakan strategi diskon, sehingga keuntungan yang didapatkan tidak mengalami peningkatan yang besar. Tapi untuk beberapa waktu mendatang realitas ini sangat mungkin untuk berubah, dimana intinya pendapatan dan keuntungan pasar modern yang dikuasai oleh segelintir pemilik akan terus meningkat. Tingkat pengangguran menjadi momok menakutkan ekonomi kota. Tingginya angka pengangguran di masa krisis ekonomi telah membalikkan bandul kekuatan ekonomi rakyat dari sektor formal ke informal. Pangsa pekerja sektor formal berkurang menjadi 35,1%. Peran sektor informal menjadi terasa penting dalam periode krisis ekonomi. Sektor informal yang diwakili oleh usaha kecil dan menengah (UKM) kendati sumbangannya dalam output nasional (PDRB) hanya 56,7 persen dan dalam ekspor non-migas hanya 15 persen, namun UKM memberi kontribusi 99,6 persen dalam penyerapan tenaga kerja. Dan secara relatip memiliki daya dukung dalam mengurangi
Page 19

pengangguran sekaligus kemiskinan. Sektor informal tersebut berhulu sekaligus bermuara di pasar tradisional. Dengan demikian wajar bila dikatakan pasar tradisional merupakan salah satu tulang punggung perekonomian nasional. > Tingkat pengangguran menjadi momok menakutkan ekonomi kota. Tingginya angka pengangguran di masa krisis ekonomi telah membalikkan bandul kekuatan ekonomi rakyat dari sektor formal ke informal. Pangsa pekerja sektor formal berkurang menjadi 35,1%. Peran sektor informal menjadi terasa penting dalam periode krisis ekonomi. Sektor informal yang diwakili oleh usaha kecil dan menengah (UKM) kendati sumbangannya dalam output nasional (PDRB) hanya 56,7 persen dan dalam ekspor nonmigas hanya 15 persen, namun UKM memberi kontribusi 99,6 persen dalam penyerapan tenaga kerja. Dan secara relatip memiliki daya dukung dalam mengurangi pengangguran sekaligus kemiskinan. Sektor informal tersebut berhulu sekaligus bermuara di pasar tradisional. Dengan demikian wajar bila dikatakan pasar tradisional merupakan salah satu tulang punggung perekonomian nasional. > Matinya pasar tradisional.Hal tersebut bisa terjadi karena pasar tradisional dan kios yang tutup setiap tahun karena kalah bersaing dengan hypermarket. Keberadaan hypermarket dan pasar modern jenis lainnya mampu menyulut gejolak sosial dari pedagang pasar tradisional akibat menurunnya minat masyarakat lebih memilih pasar

modern.Keberadaan pasar tradisional di perkotaan dari waktu ke waktu semakin terancam dengan semakin maraknya pembangunan pasar modern. Pangsa pasar dan kinerja usaha pasar tradisional menurun, sementara pada saat yang sama pasar modern mengalami peningkatan.Kontribusi pasar menurun, kondisi sebaliknya terjadi pada supermarket dan hypermarket, kontribusi mereka kian hari kian besar > Dampaknya bagi pasar tradisional, karena dipasar inilah sesungguhnya perputaran ekonomi masyarakat terjadi. Disini uang beredar dibanyak tangan, tertuju dan tersimpan dibanyak saku, rantai perpindahannya lebih panjang, sehingga kelipatan perputaran yang panjang itu berdampak pada pergerakan perekonomian bagi kota dan daerah. Berbeda dengan pasar modern besar, semua uang yang dibelanjakan tersedot pada hanya segelintir penerima yang disebut dengan kasir dan efeknya bagi perputaran ekonomi lebih pendek, karena itu sesungguhnya tidak terlalu membawa dampak pada perputaran sektor lain diluar dirinya. Teori ini merupakan teori ekonomi makro sederhana, dimana bila uang
Page 20

disatu daerah rantai perpindahannya lebih panjang, maka uang tersebut akan mampu membawa perputaran ekonomi lebih tinggi bagi daerah tersebut, sebaliknya bila rantai perputarannya pendek maka tidak akan banyak memberi dampak kemajuan ekonomi. Keberadaan hypermarket dan pasar modern jenis lainnya mampu menyulut gejolak sosial dari pedagang pasar tradisional akibat menurunnya minat masyarakat lebih memilih pasar modern (pola pikir konsumen/modern minded)

Dampak positif Keberadaan pasar modern memberi keuntungan pajak yang lebih. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya pasar modern yang mampu memberi jumlah pajak yang jauh lebih banyak. Jika dilihat dari pungutan pajak Pajak Pasar Modern sepererti Tunjungan Plaza 10 us $ tiap meter/bln, Royal, ITC,PTC : Rp. 60.000 tiap meter/bln sementara Pasar Tradisional Keuntungan untuk pemkot berkisar Rp. 575.000.000 ( 2004 ) dan Rp. 1.700.000.000 ( 2005 ) dengan pungutan/setoran pedagang : Rp. 17.500/bulan (contoh kasus PD.Surya) dari data ini kontribusi pajak pasar modern terhadap pemasukan kota terlihat lebih besar dibading kontribusi pasar tradisional. Pasar modern membuka lapangan pekerjaan tambahan. Lapangan pekerjaan disini dapat dikatakan khususnya bagi tenaga kerja yang berskill ( Skill labour). Untuk dapat membangun sebuah pasar modern, diperlukan banyak sekali tenaga kerja dengan berbagai macam skill agar pasar tersebut dapat berjalan, contohnya seperti sebuah hypermarket memerlukan tenaga khusus yang mengatur manajeman toko, system pendingin ruang, operator untuk alat-alat khusus yang tidak dapat digunakan oleh sembarang orang.

2.4 Fakta Empiri Pengaruh Pasar Moderen terhadap pasar tradisional di Kota Surabaya Pertumbuhan pasar modern pada 2009 begitu luar biasa, berbanding terbalik dengan kondisi pasar tradisional. Per 2009 ini, telah tercatat lebih dari 210 minimarket tersebar di 31 kecamatan di Surabaya ini. Artinya, rata-rata di setiap kecamatan terdapat tujuh minimarket. Jumlah tersebut belum termasuk super/hyper-market yang mencapai 10 gerai. Pada 2010, jumlah

Page 21

tersebut akan terus bertambah seiring semakin gencarnya pembangunan mal-mal baru di Surabaya. Perlu juga dicermati pola sebaran minimarket dan supermarket tersebut sangat tampak tidak terkendali. Di kawasan Surabaya Selatan, misalnya, berdiri 48 persen di antara keseluruhan pasar modern di Surabaya. Hal itu mengindikasikan bahwa tidak ada regulasi yang mengatur sebaran pasar modern agar terdistribusi secara berimbang. Dengan kata lain, pertumbuhan pasar modern di Surabaya bergerak begitu tidak terkendali. Sebagai entitas yang merepresentasikan kekuatan ekonomi kapitalis, tidak ada yang salah pada fenomena tersebut. Hal tersebut justru menjadi tujuan mereka. Modal yang besar menjadi kekuatan inti mereka, selain kelihaian untuk membangun sebuah jaringan/kerajaan bisnis seluas dan sebanyak mungkin hingga ke pelosok-pelosok pedesaan sekalipun. Bandingkan dengan pasar tradisional. Nyaris tidak ada yang berubah dengan pasar tradisional. Tetap kumuh, becek, bau tak sedap, bangkai tikus, asap pembakaran, sampah, pengelolaan asal-asalan, sempit, dan seterusnya. Belum termasuk para pedagang yang seenaknya membuka kios di pasar. Pasar-pasar tradisional yang sering disebut-sebut bahkan disanjungsanjung menjelang pemilu ini menjadi lawan yang tak sepadan bagi pasar modern yang secara terbuka menjual barang-barang/produk yang sama. Konsumen yang sama serta harga yang relatif sama, bahkan lebih murah. Jumlah pasar tradisional di Surabaya saat ini tercatat 81 pasar. Hampir semua pasar tersebut pada 15 tahun terakhir tidak tersentuh pembenahan fisik sama sekali. Karena itu, tidak aneh bila kondisinya sangat memprihatinkan. Jumlah pedagang dan pembeli relatif terus menurun. Alihalih mengembangkan pasar tradisional, PD Surya justru sibuk dengan konflik internal yang jauh dari kepentingan pasar tradisional. Melihat kenyataan tersebut, pasar modern dan pasar tradisional tidak layak disebut sebuah persaingan, tapi lebih pada praktik dominasi pasar modern terhadap pasar tradisional. Kalaupun dua jenis pasar tersebut tetap dianggap sebagai persaingan, persaingan tersebut persaingan yang tidak sehat. Berikut terlihat bahwa hingga tahun 2004 pertumbuhan minimarket dan supermarket (pasar modern) semakin meningkat berbanding terbalik dengan pertumbuhan pasar tradisional yang cenderung menurun tiap tahunnya.

Page 22

Sumber: AC Nielsen (2005) Gambar 5. Estimate: 2% per year drop in market share of traditional retail

Page 23

BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil adalah Menjamurnya keberadaan pasar modern saat ini sangat mempengaruhi keberadaan pasar tradisional yang semakin lama semakin terhimpit. Meskipun pada hakikatnya pasar modern dan pasar tradisional mempunyai kelebihan masing-masing dimana segmentasi pasar yang berbeda satu sama lainnya namun tetap saja keberadaan pasar modern membuat pasar tradisional semakin terhimpit. Di pasar tradisional masih terjadi proses tawar-menawar harga yang memungkinkan terjadinya kedekatan personal dan emosional antar penjual dan pembeli yang tidak mungkin didapatkan ketika berbelanjanya di pasar modern, dikarenakan harga di pasar modern sudah pasti dan ditetapkan dengan lebel harga. Pasar tradisional yang tidak mampu bersaing, Etika bisnis yang buruk sehingga terdapat persaingan tak wajar antar pesaing terus terjadi, Kurang berpihaknya pemerintah karena pemerintah cenderung mementingkan proyek yang menguntungkan golongan berduit dari pada rakyat kecil, Regulasi bagi operasionalisasi pasar modern dan pasar tradisional yang telah ditetapkan pemerintah, tidak terlaksana dengan baik tetap saja regulasi tersebut bagi golongan pemilik modal, Adanya ekonomi kapitalis yang menguntungkan pemilik modal sehingga perputaran terdapat pada kalangan pemilik modal yang membuat terjadinya kesenjangan ekonomi. Selain faktor-faktor tersebut terdapat faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi matinya pasar modern, yaitu Faktor eksternal dan internal dimana faktor eksternal o Pedagang-pedagang dengan modal yang besar akan memberikan insentif yang lebih besar kepada pemerintah daerah daripada pemerintah daerah tetap mempertahankan pedagangpedagang yang lemah secara modal di pasar tradisional. o Aturan formal yang diformulasikan oleh pemerintah (daerah), misalnya Perda tentang pasar, secara tidak langsung telah meminggirkan pedagang - pedagang kecil yang syarat dengan nilai-nilai kearifan lokal dari pedagang-pedagang dengan modal besar. o Perkembangan pasar retail modern di Indonesia, terutama pedagang pengecer telah merambah wilayah-wilayah perdesaan.
Page 24

o Sudut pandang yang digunakan oleh pemerintah daerah (terutama timur Indonesia) hanya berorientasikan kepada perwujudan surplus transaksi konsumen, yang berdampak pada pemberian keleluasaan yang besar bagi retail eceran modern untuk memperluas usaha. o Pergeseran pola perdagangan eceran di Indonesia, dari berbelanja di pedagang eceran tradisional kepada retail modern. Sementara itu faktor Internal adalah: Manajemen yang buruk, Rusaknya infrastruktur dan Ketidak beragaman jenis komoditas yang ditawarkan, Pertumbuhan pasar modern yang semakin berkembang memberikan dampak yang sangat signifikan terhadap keberadaan pasar tradisional, yaitu : Dampak negatif dari munculnya pasar modern yakni pertama, munculnya ketidakadilan dalam persaingan. Dengan hadirnya hipermarket dan supermarket yang sangat gencar semakin memperparah kondisi pasar rakyat/tradisonal. Akhirnya, pasar rakyat/tradisonal semakin termajinalkan. Omzet pada pasar rakyat/tradisional semakin menurun. Menyebabkan terjadinya perubahan secara signifikan atas tenaga kerja di pasar tradisional. Realitas tersebut dapat terjadi karena untuk menarik para konsumen dari pasar tradisional, pasar modern menggunakan strategi diskon, sehingga keuntungan yang didapatkan tidak mengalami peningkatan yang besar. Tingkat pengangguran menjadi momok menakutkan ekonomi kota. Tingginya angka pengangguran di masa krisis ekonomi telah membalikkan bandul kekuatan ekonomi rakyat dari sektor formal ke informal. Matinya pasar tradisional .Hal tersebut bisa terjadi karena pasar tradisional dan kios yang tutup setiap tahun karena kalah bersaing dengan hypermarket. Keberadaan hypermarket dan pasar modern jenis lainnya mampu menyulut gejolak sosial dari pedagang pasar tradisional akibat menurunnya minat masyarakat lebih memilih pasar modern.

Page 25

Anda mungkin juga menyukai