Anda di halaman 1dari 33

1.

Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD)

Tarian Tradisional : Tari Seudati (Tari Kelompok), Tari Saman Meuseukat (Tari Kelompok).

Latar Belakang :Tari Seudati pada mulanya tumbuh di Desa Gigieng, Kecamatan Simpang Tiga, Kabupaten Pidie, yang dipimpin oleh Syeh Tam. Kemudian berkembang ke desa Didoh, Kecamatan Mutiara, Kabupaten Pidie yang dipimpin oleh Syeh Ali Didoh. Tari Seudati berasal dari Kabupaten Pidie. Seudati termasuk salah satu tari tradisional Aceh yang dilestarikan dan kini menjadi kesenian pembinaan hingga ke tingkat Sekolah Dasar.

Gerak, Tepukan tangan ke dada dan pinggul, hentakan kaki ke tanah dan petikan jari. Gerakan tersebut mengikuti irama dan tempo lagu yang dinyanyikan. Bebarapa gerakan tersebut cukup dinamis dan lincah dengan penuh semangat

Fungsi dan Peran Tari dalam Masyarakat, Penganjur Islam memanfaatkan tarian ini sebagai media dakwah untuk mengembangkan ajaran agama Islam. Tarian ini cukup berkembang di Aceh Utara, Pidie dan Aceh Timur. Tarian ini dibawakan dengan mengisahkan pelbagai macam masalah yang terjadi agar masyarakat tahu bagaimana memecahkan suatu persoalan secara bersama.

Kostum, Busana tarian seudati terdiri dari celana panjang dan kaos oblong lengan panjang yang ketat, keduanya berwarna putih; kain songket yang dililitkan sebatas paha dan pinggang; rencong yang disisipkan di pinggang; tangkulok (ikat kepala) yang berwarna merah yang diikatkan di kepala; dan sapu tangan yang berwarna. Busana seragam ini hanya untuk pemain utamanya, sementara aneuk syahi tidak harus berbusana seragam.

Tata rias, penari dalam tarian ini tidak menggunakan riasan melainkan penampilan hanya banyak ditekankan pada kostum dan asesoris penari.

Sikap, Sikap tarian yang disajikan dalam tarian ini meliputi sikap gerakan yang terkesan lincah berkesinambungan dan gagah yang melambangkan keberanian dan sifat ksatria.

Alur Gerak, Jenis tarian ini tidak menggunakan alat musik, tetapi hanya membawakan beberapa gerakan, seperti tepukan tangan ke dada dan pinggul, hentakan kaki ke tanah tan dan petikan jari. Gerakan tersebut mengikuti irama dan tempo lagu yang dinyanyikan. Bebarapa gerakan tersebut cukup dinamis dan lincah dengan penuh semangat. Namun, ada beberapa gerakan yang tampak kaku, tetapi sebenarnya memperlihatkan keperkasaan dan kegagahan si penarinya. Selain itu, tepukan tangan ke dada dan perut mengesankan kesombongan sekaligus sikap kesatria.

2. Provinsi Sumatera Utara (SUMUT)

Tarian Tradisional : Tari Se Serampang Dua Belas Latar Belakang, Tari Serampang Duabelas berkisah tentang cinta suci dua anak manusia yang muncul sejak pandangan pertama dan diakhiri dengan pernikahan yang direstui oleh kedua orang tua sang dara dan teruna.

Perkembangan, Tari Serampang Duabelas merupakan tarian tradisional Melayu yang berkembang di bawah Kesultanan Serdang. Tarian ini diciptakan oleh Sauti pada tahun 1940-an an dan digubah ulang oleh penciptanya antara tahun 1950 1950-1960. 1960. Sebelum bernama Serampang Duabelas, tarian ini bernama Tari Pulau Sari, sesuai dengan judul lagu yang mengiringi tarian ini, yaitu lagu Pulau Sari.

Gerak, Sedangkan Tari Serampang Duabelas memiliki gerakan bertempo cepat seperti Tari Serampang Laut. Berdasarkan hal tersebut, Tari Pulau Sari lebih tepat disebut Tari Serampang Duabelas.

Fungsi dan Peran Tari dalam Masyaraka Masyarakat, Setiap acara yang diadakan di Kota Medan, terutama jika dihadiri oleh tamu penting dari luar kota selalu terlihat sesi penyambutan dengan menggunakan tarian. Khususnya tarian Melayu. Yang paling populer adalah tari Serampang Dua Belas. Tarian tradisiona tradisional l ini dinamakan Serampang Dua Belas karena di dalamnya memiliki dua belas ragam gerakan.

Kostum, kostum yang dikenakan pada tarian ini untuk pria, menggunakan baju khas minang yakni dengan celana panjang yang dilingkupi dengan sarung adat motif minang. Untuk tuk penari wanita kostum yang digunakan adalah baju lengan panjang, rok panjang yang diberikan beberapa ornament seperti sulaman kembang atau renda. Untuk warna kostum pakaian pria dan wanita sengaja dibuat seragam.

Tata rias, pada wanita yang digunakan adalah riasan wajah serupa yang digunakan pada riasan pengantin, namun bedanya pada riasan sanggul diberikan tambahan kembang atau ornament kupu-kupu.

Sikap,sikaptarian yang nampak dominan pada tarian adalah sikap serempak dan mengikuti alur musik.

Alur Gerak, kecepatannya (2/4) digandakan, gerakan kaki yang melompat-lompat melompat dan lenggok badan serta tangan yang lincah persis seperti tarian Portugis.

Keunikan, tarian ini dilakukan dengan musik yang sangat mirip dengan musik khas eropa, ropa, yang ditandai dengan penggunaan accordion.

3. Provinsi Sumatera Barat (SUMBAR)

Tarian Tradisional : Tari Piring

Latar Belakang, Pada awalnya kegunaan tari piring di daerah Minangkabau, belum seperti kegunaan pada saat ini, yang dimana pada awalnya kegunaan tari piring ini digunakan oleh Minangkabau pada saat musim panen tiba, yang dimana tari piring ini digunakan oleh masayarakat Minangkabau pada saat itu bertujuan untuk memberikan ucapan syukur kepada dewi padi, yang dimana telah memberi hasil panen yang melimpah kepada masyarakat Minangkabau. Selain itu, pada zaman itu juga, tari piring ini digerakan atau dipentaskan oleh para pemuda-pemudi masyrakat Minangkabau.

Perkembangan, seiring dengan masuknya dan terbentuknya kerajaan-kerajaan yang terjadi pada daerah Minangkabau, seiring itu pula kegunaan dan tujuan dari tari piring ini pun berubah. Dimana pada zaman kerajaan di Minangkabau, tari piring ini digunakan oleh masyarakat Minangkabau sebagai alat untuk memberikan rasa penghormatan kepada para anggota kerajaan, terutama kepada raja yang memimpin pada saat itu. Tetapi, tari piring pada zaman ini juga digunakan pada saat tamu-tamu agung kerajaan datang. Setelah majunya dan juga telah bersatunya segala masyarakat-masyarakat yang ada di Negara ini dan terutama di daerah Minangkabau atau di zaman yang telah modern ini, tari piring ini masih juga dipergunakan oleh masyrakat Minangkabau, namun tujuan dari kegunaan tari piring ini juga pun ikut berubah walaupun fungsinya tetap sama pada zaman dulu. Dimana pada saat ini masyarakat Minangkabau mempergunakan atau mempestakan Tari Piring pada saat adanya suatu pesta pernikahan atau perkawinan yang terjadi di daerah Minangkabau (masyarakat-masyarakat keturunan minangkabau). Yang dimana pada saat ini fungsi dari Tari Piring ini tetap sama dengan fungsi dari Tari Piring sebelumnya, namun bedanya pada zaman dulu Tari Piring ini berfungsi untuk memberikan rasa pujian terhadap para raja, namun pada saat ini yang dianggap raja dalam kegunaan Tari Piring ini adalah kedua mempelai yang sedang menikah. Selain dipentaskan pada saat suatu acara pernikahan, Tari Piring pada saat ini juga dipentaskan pada saat ada suatu tamu agung yang datang ke daerah Sumatera Barat.

Gerak, gerak penari terdiri dari beberapa komponen yakni lompatan, lambaian lengan dan gerak melingkar.

Fungsi dan Peran Tari dalam Masyarakat, digunakan untuk penyambutan tamu-tamu seperti pejabat pemerintahan dan tamu warga Negara asing (Wisatawan)

Kostum,sangat angat kental akan nuansa minang, selain pakaian yang bermotifkan khas minangkabau para penari wanita pada tarian ini juga menggunakan penutup kepala yang berbentuk seperti corong di kedua ujungnya

Tata rias, baik pria maupun wanita pada tarian ini menggunakan riasan minimalis. Sikap, sikap tarian yang Nampak dominan dalam tarian ini adalah kelenturan, dan kelincahan dalam menggerakkan badan yang harus memperhatikan keseimbangan tubuh dan kestabilan piring yang sementara digenggam.

Alur Gerak,alur gerak erak yang digunakan adalah alur lompatan dan gerak yang lentur serta penuh konsentrasi

Keunikan, menggunakan instrument piring dalam tariannya dimana penari harus senantiasa menjaga keseimbangan tubuh selama melakukan tarian tarian.

4. Provinsi Riau Ibukota nya adalah Pekan Baru

Tarian Tradisional : Tari Tandak Latar Belakang :Pada awalnya puak Melayu tidak mengenal istilah 'tari' tetapi yang dikenal adalah istilah 'tandak', dimana dalam majlis keramaian di kampung mereka biasanya akan 'bertandak'. Lama Lama-lama istilah tandak menghilang diganti oleh istilah tari. Halmana juga terjadi pada puak puak-puak puak Melayu di kepulauan Nusantara lainnya, misalnya Ronggeng di Deli, Betawi dan Pasundan, 'Tayub' dan 'Joged' di Jawa dan Bali, 'Lenso' di Maluku dan Menado (Sulawe (Sulawesi Utara).

Perkembangan, Tari Tanduak (Tandak) pada dasarnya adalah suatu kesenian dan budaya melayu yang mengandung unsur yang syarat akan nuansa kebersamaan dan

kesahajaan para awalnya hanya digunakan sebagai media pergaulan para muda-mudi namun seiring perkembangannya tarian ini mulai digunakan sebagai tarian penyambutan tamu atau pejabat pemerintahan. Gerak,gerakan yang dominan dalam tarian ini adalah gerak berjalan secara melingkaroleh para penari yang berbaris membentuk suatu lingkaran Fungsi dan Peran Tari dalam Masyarakat,sebagai media pergaulan dan tarian untuk menyambut tamu dalam upacara adat. Kostum, kostum yang digunakan meliputi ikat kepala dan sarung adat bermotif khas melayu. Pada penari pria kain sarung yang digunkaan dipadukan dengan celana panjang Sikap, sikap tarian yang digunakan dalam tarian ini adalah sikap ceria dan riang, hal ini bisa dilihat dari gerakan tarian tarian didominasi oleh lompatan, gerkaan maju beriringan serta tepukan tangan. Alur Gerak, melingkar Keunikan, penari tidak melakukan gerakan yang terlalu rumit seperti pada gerakan tarian adat nusantara lainnya, melainkan hanya beberapa gerakan variasi tangan sederhana dan bergerak berjalan secara melingkar mengikuti barisan bundar.

5. Provinsi Kepulauan Riau

Tarian Tradisional, Tari melemang Latar Belakang,konon telah ada sejak zaman kerajaan Bentan. Ini artinya bahwa tarian tersebut sudah dikenal sejak abad ke-12. Konon, pada waktu itu, melemang bukan termasuk tarian konsumsi rakyat, tetapi tarian istana. Para penarinya pun bukan rakyat biasa, tetapi para dayang yang berasal dari sekitar istana, termasuk daerah yang disebut

sebagai Tanjungpisau Penaga. Tarian ini dipersembahkan ketika Sang Raja sedang beristirahat. Perkembangan,dahuku kala hanya digunakan sebagai hiburan dalam upacara pernikahan namun, sekarang jarang sekali (kalau tidak dapat dikatakan tidak pernah lagi) tampil dalam upacara itu. Biasanya, kesenian ini hanya tampil pada acara-acara tertentu (festival seni-budaya yang diselenggarakan oleh pemerintah setempat atau lembaga-lembaga yang bergerak dalam bidang kebudayaan, baik pemerintah maupun swasta). Gerak,kostum yang dikenakan adalah teluk belanga dan baju kurung yang disesuaikan dengan perannya. (pepeng) Fungsi dan Peran Tari dalam Masyarakat,sering dipertunjukkan dalam rangka memeriahkan upacara perkawinan, dan penyambutan tamu. Kostum,kostum yang dikenakan adalah teluk belanga dan baju kurung yang disesuaikan dengan perannya. (pepeng) Tata rias,menggunakan asesoris menyerupai bentuk kembang dan bungai rampai pada bagian sanggul penari wanita. Sikap, sikap tarian yang dapat diamati dari tarian ini adalah sigap dan luwes dalam setiap gerakan, hal ini bisa diketahui dari banyaknya gerak tangan yang syarat akan kelenturan dan sesuai dengan tempo music Alur Gerak,kecepatannya (1/4) digandakan, gerakan kaki yang melompat-lompat dan lenggok badan serta tangan yang lincah Keunikan,Setiap pementasan para penari mempertunjukkan kecakapannya dengan mengambil sesuatu (sapu tangan, uang receh, dan lain sebagainya) dengan cara melemang (berdiri sambil membongkokkan badan ke arah belakang). Oleh karena itu, tarian ini disebut sebagai melemang. Di Tanjungpisau tarian ini lebih dikenal dengan Melemang Penaga atau Tari Melemang Bintan Penaga.

6. Provinsi Jambi Ibukota nya adalah Jambi

Sirih,

Tarian Tradisional : Tari Sekapur

Latar Belakang, Tari ini diciptakan

oleh Firdaus Chatab pada tahun 1962, kemudian ditata ulang oleh OK Hendri BBA pada tahun 1967. tari ini digunakan untuk menyambut tamu yang dihormati sebagai ungkapan rasa putih hati dalam menyambut tamu, dan ditarikan oleh penari remaja putri. Perkembangan, Tari Sekapur Sirih adalah tari Persembahan Jambi yang ditata oleh Firdaus Chatab 1962 namun sei seiring ring perkembangan zaman tari ini mulai digunakan untuk penyambutan tamu atau upacara pernikahan Gerak, gerak hormat dan lompat Fungsi dan Peran Tari dalam MasyarakatTarian Sekapur sirih merupakan tarian Selamat Datang . Kepada Tamu Tamu-tamu besar di Propinsi Jambi Kostum, baju kurung /adat Jambi Tata rias, penari diberi riasan wajah yang cerah agar terlihat cantik dan ceria Sikap, sikap ceria dan syukur Alur Gerak, Diagonal Keunikan, Keagungan dalam gerak yang lembut dan halus menyatu dengan iringan musik serta syair yang ditujukan bagi para tamu. Menyambut dengan hati yang putih muka yang jernih menunjukkan keramahtamahan bagi tetamu yang dihormati.

7. Provinsi Sumatera Selatan (SUMSEL)

Tarian Tradisional, Tari Tanggai Latar Belakang, Tari tradisional ini berasal dari masa kerajaan Sriwijaya. Tarian yang khas ini mencerminkan sikap tuan rumah yang ramah, gembira dan bahagia, tulus dan terbuka terhadap tamu yang istimewa itu.

Perkembangan, Tarian digelarkan 9 penari muda dan cantik cantik-cantik k yang berbusana Adat Aesan Gede, Selendang Mantri, paksangkong, Dodot dan Tanggai. Mereka merupakan penari inti yang dikawal dua penari lainnya membawa payung dan tombak. Sedang di belakang sekali adalah penyanyi Gending Sriwijaya. Namun saat ini peran penyanyi pe dan musik pengiring ini sudah lebih banyak digantikan tape recorder.

Gerak, gerakan melompat, berputar sembari diiringi gerakan tangan yang luwes mendominasi pada tarian ini

Fungsi dan Peran Tari dalam Masyarakat Masyarakat,untuk menyambut tamu Kostum, busana tradisional khas Palembang Tata rias,Tari Tanggai sering dipergunakan dalam acara pernikahan masyarakat Sumatera Selatan, acara-acara acara resmi organisasi dan pergelaran seni di sekolah-sekolah. sekolah

Sikap, Kelenturan gerak dan lentiknya jemari penari Alur Gerak, diagonal Keunikan, Perpaduan gerak gemulai penari dengan harmoni lagu pengiring yang berjudul enam bersaudara melambangkan keharmonisan hidup masyarakat Palembang. Palembang

8. Provinsi Bangka Belitung (BABEL) Ibukota nya adalahPangkal Pinang

Tarian Tradisional : Tari Campak Latar Belakang, merupakan tarian dari daerah Bangka Bangka-Belitung Belitung yang menggambarkan keceriaan bujang dan dayang di Kepulauan Bangka Belitung. Tarian ini biasanya dibawakan setelah panen padi atau sepulang dari ume (kebun).

Perkembangan, Tarian ini berkembang pada masa pendudukan bangsa Portugis di Bangka Belitung. Hal ini bisa dilihat dari beberapa ragam pada tari Campak antara lain akordion dan pakaian pada penari perempuan yang sangat kental dengan gaya Eropa.

Gerak, gerak tangan melambai dengan jemari yang lentik Fungsi dan Peran Tari dalam MasyarakatTarian ini biasanya dibawakan setelah panen padi atau sepulang dari ume (kebun).

Kostum, penari mengenakan kostum berwarna kuning dan merah serta menggunakan asesoris selendang

Tata rias, tidak menggunakan tata rias make up wajah yang meriah melainkan hanya menggunakan warna cerah pada wajah dan asesoris bunga pada rambut penari.

Sikap, sikap tarian yang terlihat adalah keceriaan yang ditandi dengan gerakan melompat yang mengikuti ti irama instrument musik

Alur Gerak, melingkar Keunikan, keunikan yang digunakan para penari tarian ini cenderung mirip dengan pakaian bangsa portugis pada saat menjajah nusantara yang membedakan cuman warna pakaian penari lebih menggunakan warna terang s seperti eperti hijau dan kuning. kuning

9. Provinsi Bengkulu

Tarian Tradisional : Tari Penyambutan Latar Belakang, Tari Penyambutan adalah Tari Kreasi Baru yang diatur sedekat mungkin dengan Tari Kejai. Terinspirasi oleh tari Kejai karena Suku Rejang sendiri jaman dahulu tidak mempunyai Tari Penyambutan, di jaman dahulu penyambutan tamu dilakukan dengan upacara adat. Tari Kejai adalah tarian sakral dan agung, sehingga sangat pantas untuk di persembahkan untuk Penyambutan Tamu, seperti Pejabat Tinggi Negara, Menteri, nteri, Bupati yang berkunjung ke Tanah Rejang, atau pada even-even even lain yang bersifat ceremonial.

Perkembangan, pada zaman dahulu digunakan sebagai penyambutan pejabat kerajaan namun dewasa ini mulai digunakan untuk upacara perkawinan serta hiburan pada festival fe adat Bengkulu.

Gerak, , Gerakan Sembah (Penghormatan) : Sembah Tari : Tangan diangkat diatas bahu Sembah Tamu : Tangan diangkat diatas dada Penyerah Siri setengah jongkok dan setengah berdiri pada saat berada diluar rumah Khusus busana yang menyerahka menyerahkan n siri ( wanita ) mengenakan pakaian / baju kurung / renda penutup dada

Fungsi dan Peran Tari dalam Masyarakat Masyarakat, sebagai pertunjukan seni dan rangkaian khusus dalam penyambutan tamu pejabat Negara.

Kostum, menggunakan baju tradisional khas bengkulu Tata rias, penari menggunakan hiasan kepala seperti mahkota berwarna keemasan

Sikap, sikappenghormatan banyak mengisi tarian ini Alur Gerak, horizontal Keunikan, keunikan terdapat pada irama music accordion yang mengiringi tarian ini dan para penari diharuskan menari sambil menjaga keseimbangan nampan yang dibawanya

10. Tari Sanghyang Jaran Bali

Tari Sanghyang Jaran ditarikan oleh seorang pria atau seorang pemangku yang mengendarai sebuah kuda-kudaan yang terbuat dari pelepah daun kelapa. Penarinya kerasukan roh kuda tunggangan dewata dari kahyangan, diiringi dengan nyanyian paduan suara yang melagukan Gending Sanghyang, berkeliling sambil memejamkan mata, berjalan dan berlarikecil dengan kaki telanjang, menginjak-injak bara api batok kelapa yang dihamparkan di tengah arena. Tari ini diselenggarakan pada saat-saat prihatin, misalnya terjadi wabah penyakit atau kejadian lain yang meresahkan masyarakat. Tari Sanghyang Jaran yang terlihat menggunakan jambot terbuat dari daun ambu.

11. Tari Topeng DKI Jakarta

w.L. Ritter dan E. Hardouin dalam buku-bukunya yang dicetak tahun 1872 menyebut bahwa di Jakarta dan sekitarnya (Batavia en Ommelanden) ada suatu permainan yang popular yang disebut "Klein Maskerspel" yaitu suatu straatvertoningen (tontonan jalanan ) yang diduga berasal dari Topeng Babakan Cirebon.

11. Tari Ronggeng buyung Maluku

Ronggeng buyung sebenarnya masih dalam koridor terminologi ronggeng secara umum, yakni sebuah bentuk kesenian tradisional dengan tampilan seorang atau lebih penari. Biasanya dilengkapi dengan gamelan dan nyanyian atau kawih pengiring. Penari utamanya adalah seorang perempuan yang dilengkapi dengan sebuah selendang. Fungsi selendang, selain untuk kelengkapan dalam menari, juga dapat digunakan untuk "menggaet" lawan (biasanya laki-laki) untuk menari bersama dengan cara mengalungkan ke lehernya. 12. Tari klana raja yogyakarta

Salah satu tari tunggal Gaya Yogyakarta yang lahir di lingkungan istana, sering ditampilkan sebagai seni pertunjukan tersendiri yang klasik. Disebut Klana Raja karena figur Raja adalah manifestasi penguasaan mayapada dan alam astral yang hadir. Sebutan Klana adalah bagi tokoh besar pengelana yang datang dari luar, yang dapat pula berkonotasi pada manusia-manusia yang suka mengikuti imajinasi terhadap hal-hal yang besar, cita-cita tinggi,yang kadang-kadang berasosiasi pada romantisme suatu ke gandrungan yang tidak mesti bersifat erotis atau cenderung seks, melainkan pada idealisme yang estetis. Ada suatu kegagahan dalam pengejawantahan. Motif hiasan kepada klana Raja adalahtropong, seperti yang dipakai oleh Prabu Baladewa- Suteja yang terasa paling agung di antara hiasan kepala raja jenis lainnya, seperti songkok Duryudana yang masih dimungkinkan dipakai. Sedangkan ketu Narpati Basukarna, keling Wibisana kurang lazim dikenakan. Berbeda dengan wayang pada

umumnya, penari klana menam menambah bah sampurnya melingkar di leher, yang banyak berfungsi dibandingkan dengan penggunaan sampur pinggang. 16. JAMBI ( Tari Selampir Delapan )

Tari selampit delapan merupakan tari tradisional yang berasal dari Provinsi Jambi. Tari ini pertama kali diperkenalkan oleh M. Ceylon ketika bertugas pada Dinas Kebudayaan Provinsi Jambi pada tahun 1970 1970-an. an. Pria kelahiran Padang Sidempuan 7 Juli 1941 ini memiliki bakat yang lu luar ar biasa dalam bidang kesenian, terutama seni tari. Sebagai pribadi yang baik, ramah, dan enerjik membuat dia mudah beradaptasi dengan budaya dan lingkungan setempat. Aktivitasnya yang lebih banyak bergulat dalam bidang kebudayaan menjadikan dirinya berhas berhasil il menangkap pesan terdalam dari pergaulan masyarakat yang kemudian diolah menjadi sebuah karya seni bernama Tari Selampit Delapan. Dalam perkembangannya, tari tersebut kemudian ditetapkan menjadi salah satu tarian khas Provinsi Jambi. 17. KEP. BANGKA BELITUNG (Tarian Campak)

Tari Campak,Tari Keceriaan Bujang Dayang Bangka | Budaya Bangka Tari campak merupakan tarian dari daerah bangka belitung yang mengambarkan keceriaan bujang dan dayang di kepulauan bangka belitung, tarian ini biasanya dibawakan setelah panen padi atau sepulang dari ume (kebun) Tari ini digunakan juga sebagai hiburan dalam berbagai kegiatan seperti penyambutan tamu atau pada pesta pernikahan di Bangka Belitung. Tarian ini berkembang pada masa pendudukan bangsa Portugis di Bangka Belitung. Hal ini bisa dilihat dari beberapa ragam pada tari Campak antara lain akordion dan pakaian pada penari perempuan yang sangat kental dengan gaya eropa, Tari Campak,Tari Keceriaan Bujang Dayang Bangka | Budaya Bangka Walaupun mendapat pengaruh dari budaya Eropa, tari campak Bangka Belitung tetap merupakan tari tradisional karena memiliki nilai-nilai budaya lokal yang dipertahankan. Tari campak biasanya dibawakan untuk merayakan waktu musim panen padi. Selain itu tari yang penuh keceriaan sering dibawakan para muda mudi sepulangnya dari ume atau kebun. Dalam perkembangannya tari campak juga dipertunjukan dalam pesta-pesta adat seperti penyambutan tamu dan pernikahan.

18. KEP. RIAU (Tarian Melemang (Kepri))

Tarian melemang konon telah ada sejak zaman kerajaan Bentan. Ini artinya bahwa tarian tersebut sudah dikenal sejak abad ke-12. Konon, pada waktu itu, melemang bukan termasuk tarian konsumsi rakyat, tetapi tarian istana. Para penarinya pun bukan rakyat biasa, tetapi para dayang yang berasal dari sekitar istana, termasuk daerah yang disebut sebagai Tanjungpisau Penaga. Tarian ini dipersembahkan ketika Sang Raja sedang beristirahat. Setiap pementasan para penari mempertunjukkan kecakapannya dengan mengambil sesuatu (sapu tangan, uang receh, dan lain sebagainya) dengan cara melemang (berdiri sambil membongkokkan badan ke arah belakang). Oleh karena itu, tarian ini disebut sebagai melemang. Di Tanjung pisau tarian ini lebih dikenal dengan Melemang Penaga atau Tari Melemang Bintan Penaga. Sesuai dengan tujuannya yang tidak lain adalah menghibur raja, maka kesenian yang memadukan unsur tari, musik dan nyanyi ini mengisahkan tentang kehidupan seorang raja di sebuah kerajaan. Oleh karena itu, ada yang berperan sebagai raja, permaisuri, puteri, dayang-dayang dan lain sebagainya. Kerajaan yang disebut sebagai Bentan memang sudah lama runtuh. Namun demikian, tarian yang pernah hidup di zamannya bukan berarti terkubur bersamanya. Tarian itu kini masih tetap hidup di Tanjungpisau Penaga (Bintan) dan malahan menyebar ke Daik-Lingga. Dengan kata lain, tarian yang pada mulanya hanya berada di lingkungan istana ini, dewasa ini telah menjadi milik rakyat kebanyakan, dengan durasi pementasan sekitar satu jam. Pada masa lampau, tarian ini sering dipertunjukkan dalam rangka memeriahkan upacara perkawinan. Namun, sekarang jarang sekali (kalau tidak dapat dikatakan tidak pernah lagi) tampil dalam upacara itu. Biasanya, kesenian ini hanya tampil pada acara-acara tertentu (festival seni-budaya yang diselenggarakan oleh pemerintah setempat atau lembaga-lembaga yang bergerak dalam bidang kebudayaan, baik pemerintah maupun swasta).

19.

BANTEN (Tari Cokek )

Tari Cokek adalah seni pertunjukan yang berkembang pada abad ke 19 M di Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten. Tarian ini dimainkan oleh sepuluh orang penari wanita, dan tujuh orang laki-laki laki pemegang gamang kromong, alat musik yang mengiringinya. Alunan musik gamang kromong merupakan hasil kombinasi suara yang ditimbulkan oleh rebab dua dawai, suling, kempul, gong, kendang dan kecrek. Sejarah munculnya Tari Cokek berawal dari adanya pentas hiburan yang diadakan oleh para tuan tanah Tionghoa yang tinggal di Tangerang. Dalam pentas seni itu, Tan Sio Kek, yang merupakan salah satu tuan tanah di Tangerang, mempersembahkan tiga orang penari sebagai wujud partisipasinya dalam pesta hiburan rakyat itu. Pada awalnya, dia menyisipkan tarian para gadis cantik tersebut sebagai pertunjukan tambahan. Namun, berawal dari pertunjukan tambahan itulah, kemudian para penari ini menjadi terkenal dan berdiri sendiri sebagai kelompok penari yang kemudian tariannya dinamakan Tari Cokek. Kata cokek diambil dari tuan tanah yang be bernama rnama Tan Sio Kek, orang pertama yang mengilhami pertunjukan tarian ini.

20. NTB (TARI GENDANG BELEQ)

Tari Gendang Beleq adalah salah satu tarian dari Lombok, dinamakan demikian karena memakai gendang yang sangat besar. Pada zaman dahulu tarian ini dipertunjukan untuk mengiringi atau menyambut tentara yang pergi atau pulang dari medan perang. Tarian ini sering dipakai untuk menyambut tamu-tamu penting sebagai suatu seni, pertunjukan tarian ini juga disebut Tari Oncer 21. NTT (Tari Bidu )

Tarian Bidu merupakan tarian peninggalan nenek moyang Belu yang pada mulanya digunakan sebagai media perkenalan bagi pemuda dan pemudi. Tarian ini dilaksanakan atas rencana pemuda-pemudi atas persetujuan orang tua masing-masing.

Sebelumnya pihak pemuda merencanaan dan membuat perjanjian bersama dalam bahasa adat disebut hameno bidu. Perjanjian ini kemudian ditepati dan mereka pun berduyun-duyun menuju lokasi yang telah ditentukan, yang ditonton oleh masyarakat sekitar. Para penari Bidu yang terdiri dari pemuda dan pemudi ini pun segera masuk arena untuk menari. Apabila sang pemuda telah menemukan gadis idamannya, maka dalam menari si pemuda mengelilingi si gadis idamannya. Sang gadis pun tahu kalau si pemuda sudah menaruh hati, maka si gadis pura-pura jual mahal. Pada tahap berikutnya sang pemuda sambil menari melambai-lambaikan sapu tangannya ke wajah si gadis dan berusaha meletakkan sapu tangannya ke bahu si gadis. Jika si gadis itu menyetujuinya, maka sapu tangan itu akan diterimanya dengan baik. Selanjutnya menjelang tarian usai diadakan janji untuk hanimak (suatu proses saling mengenal yang sangat etis, romantis dan berbobot, karena masih dalam pengendalian). Apabila dialog perjanjian itu belum selesai, akan dilaksanakan setelah tarian usai. Dialog-dialog itu dengan bahasa bersyair, dan bisanya pemudalah yang memulainya. Setelah proses perjanjian, si pemuda lalu pulang dan mencari teman yang dapat dipercaya untuk kemudian diutus sebagai jembatan untuk menghubungi orang tua gadis dengan kata-kata pemberitahuan bahwa si pemuda mau bertandang ke rumah si gadis. Bila orang tua gadis setuju, maka si pemuda mulai berdandan dan segera pergi ke rumah si gadis dengan membawa sirih pinang. Kemudian terjadi dialog antara pemuda dan si gadis. Setelah proses hanimak atau bertandang, pulanglah si pemuda dengan seizin gadis dan orang tuanya. Selanjutnya apabila ada kecocokan, maka hanimak berlanjt terus pada malam-malam berikutnya, dan pada gilirannya terjadilah proses binor yang berarti saling menyimpan barang (tempat sirih, kain selimut, pakaian, foto-foto dan lainnya). Setelah terjadinya binor, maka orang tua kedua belah pihak bermusyawarah untuk menentukan waktu meminang atau memasukan sirih pinang. Pada saat meminang, pihak laki-laki membawa sirih pinang, sopi (tuak) satu botol, dan ayam satu ekor serta satu ringgit perak dan kain putih kurang lebih satu meter. Barang-barang tersebut

dinamakan Mama Lulik (sirih pinang pamali). Kemudian menyusul lagi tahap adat yang disebut Mama Tebes. Dalam acara ini dibahas tentang j jadwal adwal perkawinan di gereja.

22.

Sulawesi Utara (Tari Maengket )

Adalah tari tradisional , seni budaya Minahasa Sulawesi Utara yang dari Zaman dulu kala sampai saat ini terus dikembang. Tari Maengket sudah ada ditanah Minahasa sejak rakyat Minahasa mengenal pertanian. Tari maengket dilakukan pada saat sedang panen hasil pertanian dengan gerak gerakan-gerakan gerakan sederhana. Sekarang tarian Maengket telah berkembang teristimewa bentuk dan tarinya tanpa meninggalkan keasliannya. Tari Maengket terdiri dari 3 babak yaitu : Maowey Kamberu, Marambak, Lalayaan Maowey Kamberu adalah suatu tarian yang dibawakan p pada ada acara pengucapan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa, dimana hasil pertanian terutama tanaman padi yang berlipat ganda/banyak. Marambak adalah tarian dengan semangat kegotong kegotong-royongan, royongan, rakyat Minahasa Bantu membantu membuat rumah yang baru. Selesai rumah dibangun maka diadakan pesta naik rumah baru atau dalam bahasa daerah disebut rumambak atau menguji kekuatan rumah baru dan semua masy masyarakat arakat kampong diundang dalam pengucapan syukur.

Lalayaan adalah tari yang melambangkan bagaimana pemuda pemuda-pemudi pemudi Minahasa pada zaman dahulu akan mencari jodoh mereka. Tari ini juga disebut tari pergaulan muda-mudi mudi zaman dahulu kala di Minahasa

23.

Sulawesi Tengah (Tari Tari Torompio )

Torompio adalah ungkapan dalam bahasa Pamona, Sulawesi Tengah. Ungkapan ini terdiri atas dua kata, yakni toro yang berarti berpu berputar tar dan pio yang berarti angin. Jadi, torompio berarti angin berputar. Makna yang terkandung dalam ungkapan tersebut adalah gelora cinta kasih yang dilambangkan oleh tarian yang dinamis dengan gerakan berputar berputar-putar bagaikan insan yang sedang dilanda landa cinta kasih, sehingga tarian ini disebut torompio. Pengertian gelora cinta kasih sebenarnya bukan hanya untuk sepasang kekasih yang sedang dimabuk cinta, melainkan juga untuk semua kehidupan, seperti: cinta tanah air, cinta sesama umat, cinta kepada tamu-tamu (menghargai tamu-tamu) tamu) dan lain sebagainya. Namun, yang lebih menonjol ialah cinta kasih antarsesama remaja atau muda muda-mudi, mudi, sehingga tarian ini lebih dikenal sebagai tarian muda-mudi. mudi. Torompio dalam penampilannya sangat ditentukan oleh syair lagu pengiring yang dinyanyikan oleh penari dan pengiring tari. Tarian ini dahulu ditarikan secara spontan oleh para remaja dengan jumlah yang tidak terbatas dan dipergelarkan di tempat terbuka, seperti halaman rumah atau tempat tertentu yang agak luas. Para p penontonnya muda-mudi mudi yang berdiri dan membentuk lingkaran, karena tari ini didominasi oleh komposisi lingkaran dan berbaris.

Peralatan dan Busana Peralatan musik yang digunakan untuk mengiringi tari torompio diantaranya adalah: (1) ganda (gendang); (2) nonggi (gong); (3) karatu (gendang duduk); dan gitar. Sedangkan, busana yang dikenakan oleh penari perempuan adalah: (1) lemba (blus berlengan pendek yang berhiaskan manik-manik); (2) topi mombulu (rok bersusun); (3) tali bonto (ikat kepala yang terbuat dai teras bambu dibungkus dengan kain merah sebesar 2 sampai 3 jari dan dihias dengan manik-manik; dan (4) kalung yang terbuat dari sejenis tumbuhan siropu atau dari batu. Sedangkan busana dan perlengkapan pada penari laki-laki adalah: (1) baju banjara (baju seperti teluk belanga yang diberi hiasan dari manik-manik); (2) salana (celana panjang yang berhias manik-manik); (3) siga atau destar; dan (4) salempa (kain untuk selempang). Selain peralatan musik dan busana bagi penarinya, tarian ini diiringi oleh beberapa buah lagu. Salah satu lagu yang dahulu biasa dinyanyikan pada masa Orde Baru adalah lagu Wati Ndagia. Lagu ini berisi pesan pemerintah untuk menggiatkan pembangunan. Berikut ini adalah terjemahan dari beberapa syair yang dilantunkan: Tumpah darahku yang kucintai tempat ibu bapaku dan aku dilahirkan. Poso Sulawesi Tengah sangat subur indah permai. Danaunya yang elok indah menawan yang takan kulupakan. Inilah kami anak-anak dari seberang akan bermain khas daerah kami. Pada pertemuan ini begitu indah kita bernyanyi, bersyair dengan rasa yang sesungguhnya. Pembangunan negara kita ini telah dirasakan sampai ke pedesaan. Wahai teman-teman, kita seirama dalam pembangunan ini. Serasi selaras pertemuan kita ini melambangkan persatuan kita. Budaya yang datang dari luar datang di negeri kita dan filter bagi bangsa kita adalah Pancasila. Ingat wahai kawan, tahun depan adalah pesta nasional kita perlihara keamanannya. Repelita adalah perjuangan bangsa sama kita laksanakan. Hapuskan rongrongan baik dari luar maupun dari dalam. Masyarakat adil dan makmur yang diimpikan bersama, bersatulah dalam perjuangan agar tercapai tujuan ini. Kekuatan adil dan makmur yang diimpikan bersama, bersatulah dalam perjuangan agar tercapai tujuan ini. Kekuatan

harapan bangsa melalui kerja keras jeli dalam tindakan agar nyata dan tercapai cita-cita bangsa. Dengan selesainya permainan ini kami mohon diri sebab pertemuan yang begitu indah membuat kesan yang tak terlupakan. Kalung kenangan akan kutinggalkan sebagai lambang persatuan kita. Selamat tinggal wahai kawan, jangan lupa pesan pemerintah, sukseskan pembangunan di segala bidang, (baik siang dan malam). 24. Sulawesi Selatan TARI PADUPPA

Dahulu sering ditarikan pada setiap acara penting untuk menjamu raja dengan suguhan kue kue sebanyak dua kasera.Juga ditarikan saat menyambut tamu agung, pesta adat dan pesta perkawinan.Tarian ini mengambarkan bahwa orang Bugis jika kedatangan tamu senantiasa menghidangkan bosara, sebagai tanda kesyukuran dan kehormatan. Orang Makassar menyebut kata bosara tentu tidak terlepas dari kue-kue tradisional sebagai sesuatu yang saling melengkapi. Bosara merupakan piring khas suku Bugis-Makassar di Sulawesi Selatan (Sulsel). Bosara biasanya diletakkan di meja dalam rangkaian acara tertentu, khususnya acara yang bersifat tradisional dan yang sarat dengan nilai-nilai budaya. Bahan dasar bosara berasal dari besi dan dilengkapi dengan penutup khas seperti kobokan besar, yang dibalut kain berwarna terang, seperti warna merah, biru, hijau atau kuning, yang diberi ornamen kembang keemasan di sekelilingnya. Menyebut bosara sebenarnya meliputi satu kesatuan utuh yang terdiri dari piring, yang di atasnya diberi alas kain rajutan dari wol, lalu diletakkan piring di atasnya sebagai tempat kue dan tutup bosara. Adapun kue-kue yang biasanya disajikan dengan

menggunakan bosara adalah kue-kue tradisional, baik kue basah maupun kue kering. Kue basah misalnya cucur, bolu peca, brongko, biji nangka, kue lapis, kue sala dan sebagainya, yang umumnya terbuat dari tepung beras. Sedangkan kue-kue tradisional yang kering di antaranya baruasa, cucur madingki, bannang-bannang, umba-umba, kue sero-sero, rokoroko unti dan berbagai jenis putu seperti putu cangkiri, putu labu, dan putu mayang. Kue-kue tersebut umumnya disajikan pada acara-acara adat ataupun pesta pengantin yang masih menggunakan adat tradisional. Peninggalan Budaya Bosara merupakan peninggalan budaya khas Sulawesi Selatan dari zaman kerajaan dulu, khususnya kerajaan Gowa yang beretnis Makassar dan Kerajaan Bone yang beretnis Bugis. Bosara selain digunakan sebagai salah satu alat yang digunakan para penari tarian daerah, juga umumnya menjadi tempat sajian aneka kue tradisional yang diletakkan di meja pada acara resmi pemerintahan sebagai simbol adat Sulsel, khususnya pada acara-acara sakral seperti pesta pernikahan adat. Bosara yang digunakan sebagai wadah kue tradisional maupun lauk, dijejer rapih di atas meja berkaki pendekbiasanya disebut meja Oshinkhusus untuk orang yang duduk di lantai layaknya orang Jepang. Untuk melengkapi sajian dalam wadah bosara itu, diletakkan baki kecil yang di atasnya dilapisi kain senada dengan warna bosara dan meja. Di atas baki kecil tersebut, diletakkan alas dan piring ceper berukuran kecil, kemudian cangkir serta tutupnya, ditambah gelas untuk air putih. Bagi tetamu yang menghadiri acara tertentu dan mendapat sajian yang menggunakan bosara, piring ceper kecil digunakan untuk meletakkan kue tradisional yang diambil dari bosara. Cangkir yang terletak di atas baki kecil digunakan untuk minuman teh. Bagi mereka yang tidak meminum teh, biasanya akan memilih gelas saja untuk air putih. Karena itu, tidak mengherankan, setiap pesta pernikahan adat Bugis-Makassar sangat lekat dengan bosara, bahkan ini mentradisi hingga sekarang. Seiring dengan perkembangan zaman, warna tutup bosara kini lebih bervariasi, tidak hanya warna mencolok tapi juga warna emas, perak, atau pastel. Kendati demikian, fungsi bosara dinilai tetap sakral, walaupun warnanya telah dimodifikasi sesuai dengan keinginan pembuat atau pemesannya.

25.

Sulawesi Tenggara (Tari Lumense)

Tarian ini menampilkan sejumlah simbol perilaku sosial masyarakat tradisional di Kabaena, salah satu pulau besar setelah Buton dan Muna di Provinsi Sulawesi Tenggara. Klimaks dari tarian ini adalah sebagian penari menghunus parang tajam, sysyek, lalu batang-batang batang pisang pun rebah ke tanah! Seperti kebanyakan seni tari tradisional yang masih orisinal, tarian lumense kurang mengeksplorasi tubuh melalui gerakan gerakan-gerakan gerakan yang dapat lebih mengekspresikan simbolsimbol simbol keseharian masyarakat pen pendukung kesenian tersebut. Gerak para penari hanya mengandalkan gerakan dasar dengan dukungan irama musik dari tetabuhan gendang dan bunyi gong besar (tawa (tawa-tawa) tawa) dan gong kecil (ndengu(ndengu ndengu). Namun, secara artistik, gerak tari lumense tetap memenuhi krite kriteria ria tontonan. Dung dung dung, dung du du du dung du du! Tam tam dung du du Tiga penabuh gendang, tawa-tawa, tawa, dan ndengu ndengu-ndengu ndengu beraksi membunyikan instrumennya. Sebaris penari bergerak ke panggung. Sementara di lantai panggung telah didudukkan anakan pohon n pisang dalam jarak tertentu. Jumlah pohon disesuaikan dengan jumlah pemain putra.

Kelompok penari lumense biasanya berjumlah 12 wanita muda: enam berperan sebagai pemain putra, dan sisanya sebagai putri. Semua pemain menggunakan busana adat Kabaena dengan rok berwarna merah maron. Baju atasnya hitam. Baju ini disebut taincombo, yang bagian bawah mirip ikan duyung. Khusus para penari lumense, taincombo dipadu dengan selendang merah. Kelompok putra ditandai adanya korobi (sarung parang dari kayu) yang disandang di pinggang sebelah kiri. Parang atau ta-owu yang disarungkan di korobi dibuat khusus oleh pandai besi lokal dan selalu diasah agar matanya tetap tajam. Tarian ini diawali gerakan-gerakan maju mundur, bertukar tempat, kemudian saling mencari pasangan. Gerakan mengalir terus hingga membuat konfigurasi leter Z, lalu diubah lagi menjadi leter S. Pada tahap ini ditampilkan gerakan lebih dinamis yang disebut momaani (ibing). Pada saat itu tarian ini akan terasa amat menegangkan. Pasalnya, parang telah dicabut dari sarungnya dan diarahkan ke kepala penari putri sambil masih terus momaani. Dalam sekejap parang itu kemudian ditetakkan (ditebaskan) ke batang pisang. Dalam sekali ayun semua pohon pisang rebah bersamaan. Tarian lumense ditutup dengan sebuah konfigurasi berbentuk setengah lingkaran. Pada episode ini para penari membuat gerakan tari lulo, di mana jari tangan mereka saling mengait sedemikian rupa sehingga telapak tangan masing-masing saling bertaut, lalu secara bersama digerakkan turun-naik untuk mengimbangi ayunan kaki yang mundur-maju. Sekadar diketahui, tari lulo adalah tari pergaulan masyarakat Sultra di zaman modern ini. Tari yang dimainkan secara massal itu adalah tari tradisional masyarakat Tolaki di daratan jazirah Sultra, juga masyarakat Kabaena dengan perbedaan pola atau versi gerakan yang tipis.

26. GORONTALO (Tari Tari Saronde Gorontalo)

Tari Saronde dalam bahasa Gorontalo adalah sarana molihe huali yang berarti menengok atau mengintip calon istri. Setelah melalui serangkaian prosesi adat, calon mempelai pria kemudian mulai menari Saronde bersama ayah atau wali. Tarian Saronde dilakukan dengan menggunakan pakaian adat dileng dilengkapi kapi dengan selendang. Saronde sendiri terdiri dari musik dan tari dalam bentuk penyajiannya. Rebana adalah alat musik yang digunakan untuk mengiringi tarian ini dengan dan di iringi nyanyian vokal, Tarian Saronde dimulai dengan ditandai pemukulan rebana diiringi dengan lagu Tulunani yang disusun syair syair-syairnya syairnya dalam bahasa Arab yang juga merupakan lantunan doa doa untuk keselamatan. Keunikan dari tarian ini yaitu p pada ada tempo musik yang dimainkan, yang diawali dengan tempo lambat yang semakin lama semakin cepat. Iringan rebana yang sederhana merupakan bentuk musik yang sangat akrab bagi masyarakat Gorontalo yang kental dengan nuansa religius.

Cerita dalam Tarian Sar Saronde. Tari Saronde adalah tarian asli masyarakat Gorontalo yang merupakan tarian pergaulan atau keakraban dalam sebuah acara resmi pertunangan di Gorontalo. Tarian ini i diangkat dari tari adat malam pertunangan pada upacara adat perkawinan daerah Gorontalo. Tarian ini dilakukan oleh calon mempelai pria bersama walinya di rumah calon mempelai wanita. Untuk menjenguk atau mengintip calon pasangan hidupnya. Dimana mempelai i pria mencuri mencuri-curi pandang untuk melihat calonnya.

Sementara calon mempelai wanita berada di dalam kamar dan memperhatikan pujaan hatinya dari kejauhan atau dari kamar. Sesekali menampakkan dirinya agar calon mempelai pria tahu bahwa ia mendapat perhatian perhatian. . Begitu juga dengan pasangan pria yang berusaha mencuri pandang ke arah calon mempelai wanita. Dalam penyajiannya, pengantin diharuskan menari, demikian juga dengan orang yang diminta untuk menari ketika dikalungkan selendang oleh pengantin dan para penar penari.

27.

Sulawesi Barat (Tari Tari Patuddu) Tari patuddu merupakan tarian tradisional suku Mandar, yakni suku yang sebagian besar mendiami provinsi Sulawesi Barat. Tarian ini dimainkan untuk menyambut para tamu- tamu kehormatan yang datang baik dari dalam negeri maupun luar negeri.

Tradisi penyambutan tamu kehormatan di Sulawesi Barat ini agak berbeda dengan daerah-daerah daerah lainnya. Para tamu kehormatan tidak hanya disambut dengan pagar ayu atau pengalungan bunga, tetapi juga dengan Tari Patuddu. Dahulu tarian ini i dimainkan oleh orang dewasa, namun pada saat ini tari Patuddu dimainkan oleh anak- anak Sekolah Dasar. Mereka menari dengan iringan irama gendang sambil membawa tombak dan pedang. Karena tarian ini menggunakan tombak dan pedang, tarian ini juga disebut t tari perang.

Disebut tari perang karena sejarah tarian ini memang untuk menyambut balatentara Kerajaan Balanipa yang baru saja pulang dari berperang. Balanipa dulu merupakan salah satu kerajaan yang berdiri di daerah provinsi Sulawesi Barat. Menurut sebagian besar masyarakat Suku Mandar, Tari Patuddu lahir karena dahulu sering terjadi huru huru-hara hara dan peperangan antara balatentara Kerajaan Balanipa dan Kerajaan Passokorang, dua kerjaan yang dulu berada di Sulawesi Barat. Setiap kali pasukan perang pulang pulang, , warga kerajaan tersebut selalu melakukan penyambutan dengan tarian Patuddu. Tarian ini memiliki makna, bahwa telah datang para pejuang dan pahlawan negeri. Tari Patuddu cocok dipentaskan untuk menyambut para tamu istimewa hingga saat ini.

28. Maluku Utara (Bambu Gila, Tarian Unik dari Ternate)

Di antara tarian-tarian tarian Maluku, ada satu yang paling unik dan beraroma mistis yaitu tari bambu gila. Tarian ini berasal dari Ternate, Maluku Utara, tepatnya di daerah hutan bambu di kaki gunung Gamalama. Awal tarian ini digunakan untuk memindahkan kapal kayu yang telah selesai dikerjakan di atas gunung ke pantai. Selain itu, juga dipakai untuk memindahkan kapal yang telah kandas di laut. Bahkan oleh para raja raja-raja, raja, tari bambu gila ini sering digunakan untuk melawan musuh suh yang menyerang. Namun seiring waktu berjalan, tarian ini hanya merupakan sekadar hiburan di saat masyarakat mengadakan pesta. Pada tarian ini, batang bambu yang dipilih haruslah berukuran sekitar 10-15 10 meter. Sebelum tarian bambu gila dimulai, pawang a akan kan membakar kemenyan atau dupa sambil

membacakan doa agar diberikan keselamatan hingga akhir acara. Setelah itu bambu akan terguncang-guncang. guncang. Mulanya perlahan, namun lama lama-lama lama akan semakin kencang. Enam orang pria bertubuh besar yang memegangi bambu ini akan terbawa beputar mengelilingi lapangan, mengikuti arah gerakan si bambu. Bambu tersebut seolah-olah seolah memiliki berat berton-ton ton sehingga enam pria yang membawanya tak kuasa menahannya. Setelah lebih kurang tiga puluh menit, semua pria tadi akan kelelahan sampai bersimbah keringat. Di akhir tarian, pawang akan membakar selembar kertas lalu dimakan. Setelah, itu barulah sang bambu kan jinak dan kembali seperti semula. 29. PAPUA (Tarian Tarian Iyaphae Oophae (Babrongko Sentani))

Papua, memilki tiga ratus duabelas suku, yang memilki tradisi dalam kehidupan sehari-hari, hari, salah satu tradisi tersebut adalah proses pembangunan rumah kepala suku atau ondoafi. Untuk membangun rumah kepala suku di perlukan, tiang penyangga yang dalam bahasa Sentani di sebut bombei. Kayu bom bombei bei yang di gunakan, harus diukir terlebih dahulu dengan motif ukiran buaya. Ukiran tersebut melambangkan bahwa suku tersebut berasal dari kampong Babrongko di Danau Sentani. Untuk melestarikan dan menceritakan budaya mengukir tersebut, suku Babrongko yang berada di pinggir Danau Sentani, membuatnya dalam bentuk Mande.

Sedangkan tarian Iyaphae Oophae adalah proses mengantar kayu yanag telah di ukir, tarian ini akan diiringi dengan nyanyian yang menggunakan alat musik wahkku atau tifa. Dalam tarian tersebut, penari membawakan kayu yang di gunakan untuk membuat rumah, dengan menggangkat salah seorang yang dianggap tokoh untuk dapat memberikan komando kepada penari. (Andy Tagihuma)

30.

Provinsi Jawa Tengah (JATENG)

Tarian Tradisional :Tari Tari Bambangan Cakil Latar Belakang, merupakan salah satu tari klasik yang ada di Jawa khususnya Jawa Tengah. Tari ini sebenarnya diadopsi dari salah satu adegan yang ada dalam pementasan Wayang Kulit yaitu adegan Perang Kembang. Tari ini menceritakan perang antara ksatria melawan raksasa. Ksatria adalah tokoh yang bersifat halus dan lemah lembut, sedangkan Raksasa menggambarkan tokoh yang kasar dan bringas. Didalam pementasan wayang Kulit, adegan perang kembang ini biasanya keluar tengah tengah-tengah tengah atau di Pathet Sanga.Perang antara Ksatria atria (Bambangan) melawan raksasa ini sangat atraktif, dalam adegan ini juga bisa digunakan sebagai tempat penilaian seorang dalang dalam menggerakkan wayang.

31.

Provinsi Kalimantan Barat ( (Tari Perang) Tarian ini menceritakan tentang seorang pahlawan Da Dayak yak Kenyah berperang melawan musuhnya. Gerakan tarian ini sangat lincah, gesit, penuh semangat dan kadangkadang kadang diikuti oleh pekikan si penari. Dalam tari Kancet Pepatay, penari mempergunakan

pakaian tradisionil suku Dayak Kenyah dilengkapi dengan perlat perlatan an perang seperti mandau, perisai dan baju perang. Tari ini diiringi dengan lagu Sak Paku dan hanya menggunakan alat musik Sampe.

Anda mungkin juga menyukai