Anda di halaman 1dari 55

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Persaingan yang semakin ketat antar perusahaan menuntut perusahaan
untuk memiliki keunggulan kompetitif agar dapat menang dengan perusahaan
lain. Saat ini perusahaan berusaha menjawab keinginan konsumen dengan
produk yang diinginkan, tepat waktu, sesuai tempat dengan biaya serendah
mungkin. Untuk mencapainya perusahaan harus meningkatkan kinerjanya
melalui berbagai peluang yang ditawarkan dari perkembangan teknologi dan
sekaligus melakukan hubungan atau kemitraan dengan pihak lain untuk
menjaga kinerja internal perusahaan. Untuk itu efisiensi seluruh jaringan rantai
supply internal dan eksternal menjadi hal yang sangat penting. Pemilihan
supplier menjadi salah satu kunci utama dalam pembangunan jaringan rantai
supply yang efektif (Chen,K.L et.al, 2004). Permasalahan yang terjadi adalah
kerugian biaya (lost cost) dan belum optimalnya kinerja dari sistem pengadaan
dan persediaan. Karena itu perlu dilakukan perbaikan terhadap sistem
pengadaan dan persediaan matrial bahan baku untuk mengurangi material
bahan baku yang tidak tepat waktu, tempat dan semua persyaratan sesuai
keinginan konsumen serta meningkatkan kinerja sistem pengadaan dan
persediaan bahan baku sehingga dapat meminimasi lost cost yang ditimbulkan.
Untuk menjamin bahwa material yang dipesan perusahaan memenuhi
standar kualitas, perlu dilakukan evaluasi secara periodik atau berkala. Para
pemasok/supplier ini sebaiknya dipilih berdasarkan seberapa baik para
2
supplier dalam memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu yang telah
ditetapkan (Ballou, 1992). Setiap perusahaan tentunya memiliki spesifikasi
persyaratan yang berbeda-beda dalam mempertimbangkan performansi
supplier atau pemasoknya
Karena itu departemen pengadaan bahan baku harus memiliki
kemampuan menerjemahkan strategis perusahaan ke dalam sistem evaluasi
supplier dan diharapkan dapat menciptakan kolaborasi jangka panjang dengan
supplier-supplier relevan, dan mengevaluasi supply risk.
Sebelum memutuskan untuk melakukan hubungan kerja sama dengan
perusahaan supplier, terlebih dahulu perlu dilakukan penilaian terhadap
kondisi perusahaan calon supplier tersebut sesuai dengan kriteria yang telah
ditetapkan sebelumnya. Pihak perusahaan pembeli tentunya harus mempelajari
informasi-informasi mengenai performansi perusahaan supplier yang akan
bekerja sama. Setelah dilakukannya hubungan kerja sama, perusahaan pembeli
pun harus terus-menerus mengevaluasi performansi dari supplier-supplier
yang menjadi mitra kerjanya. Setiap perusahaan tentunya memiliki spesifikasi
persyaratan yang berbeda-beda dalam mempertimbangkan performansi
supplier atau pemasoknya (C. C. Li, Y. P. Fun dan J.S. Hung, 1997:hal 753).
Supplier diharapkan dapat memberikan pasokan bahan baku yang sesuai
dengan keinginan perusahaan. Oleh karena itu, sangatlah penting bagi pihak
perusahaan untuk dapat mengevaluasi performansi supplier yang sedang
bekerjasama. Pemilihan supplier menjadi proses yang sangat komplek karena
banyak kriteria yang harus dipertimbangkan. Dengan menggunakan metoda
Standardized Unitless Rating (SUR) bisa ditentukan supplier terpilih
berdasarkan kriteria performansi kualitas (quality), harga (cost), pengiriman
3
(delivery), keluwesan (flexibility) serta respon (response). Dalam penelitian ini
pengukuran bobot dipilih menggunakan Metode Analytical Hierarchy Proces
(AHP) karena AHP dan SUR input utamanya sama yaitu persepsi manusia.
Supplier harus mampu menjawab bagaimana agar konsumen bisa
mendapatkan barang yang diinginkan pada waktu, tempat yang diinginkan dan
dengan biaya serendah mungkin (Kalakota 2001). Jika tercapai maka biaya
produksi dan gudang akan dapat ditekan.
Proses pemilihan supplier ini pada penelitian ini berada dalam proses
oprasional, dimana perusahaan sudah meliliki daftar supplier yang akan
bekerja sama tetapi tidak menutup kemungkinan supplier lain untuk
bergabung.
PT. X merupakan perusahaan yang bergerak di bidang produksi yang
membuat produk berdasarkan pesanan (make to order). Agar tidak terjadi
kekurangan dan keterlambatan pengiriman bahan baku, maka PT. X
mengupayakan lebih dari satu supplier yang dapat memasok bahan baku.
Bagian pembelian di PT. X haruslah dapat mencari dan memilih dengan teliti
supplier yang tepat, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai seperti kualitas
bahan baku yang dipasok (quality), harga (cost), pengiriman tepat waktu
(delivery), keluwesan supplier dalam pemenuhan kebutuhan bahan baku
(flexibility) serta respon supplier dalam pemenuhan kebutuhan bahan baku
(response). Perusahaan supplier juga diharapkan dapat memberikan pasokan-
pasokan bahan baku yang sesuai dengan keinginan perusahaan pembeli.
Penelitian tentang pemilihan supplier pernah dilakukan yaitu oleh : Buana, I.
Pengembangan Model Pemilihan Patner dalam Lingkup Extended Enterprise
dengan Kapasitas Produksi dan Kualitas Patner, penelitian ini
4
mengembangkan model pemilihan patner atau supplier yang mampu
mengakomodasi persyaratan yang diberikan oleh konsumen. Cakravastia,A.,
Toha,IS. Model Optimasi Pemilihan Patner dalam Rantai Suplai dengan
Memperhatikan Meterbatasan Kapasitas, penelitian ini mengembangkan
model analitis pemilihan patner 2 level untuk merancang suatu jaringan rantai
suplai dengan memperhatikan pembatas kriteria performansi, pembatas
kapasitas, dan pembatas dependensi aktifitas manufaktur dan logistic.
Chen,K.S., Chen, K.L. Supplier Selection by Testing the Process Incapability
Index, penelitian merancang model pemilihan supplier yang dengan mudah
dimengerti oleh pengguna karena modelnya tidak berupa model matematis
tetapi berupa model grafis. Lisye Fitria, Abu Bakar., Adhyta Ayu., 2005,
Evaluasi Performansi Supplier dengan Menggunakan Metode Standardized
Unitless Rating (SUR), penelitian ini memberikan bobot untuk nasing masing
kriteria penilaian supplier yaitu, kualitas, harga, pengiriman, fleksibilitas dan
respon. Dan bobot untuk masing kreteria dapat dihitung menggunakan AHP.
Wayanerna, (2005) Membagi 3 tahapan Analytical Hierachy Process (AHP)
yaitu Dekomposisi dari Masalah, Penilaian/ Pembanding Elemen dan Sintesis
dari Prioritas.
Metode SUR ini memiliki kelebihan antara lain kemudahan dalam
penggunaan dan cepatnya memperoleh solusi. Dapat diambil keputusan yang
cepat karena hanya cukup melihat posisi satu supplier relatife terhadap
supplier lainya sehingga jika posisi supplier berada di luar area diterima maka
bisa langsung dieliminasi dan tidak diikutkan dalam proses seleksi.
Kekurangan SUR terlihat dari pengambilan data primer, yaitu diperoleh dari
persepsi dari orang yang berkompeten dalam pengadaan bahan baku dalam
5
perusahaan. Maka mutlak input harus benar-benar sesuai keadaan
sesungguhnya. SUR itu sendiri sangat cocok digunakan pada perusahaan make
to order seperti PT X karena permintaan dari pelanggan yang tidak tentu
datangnya menuntut PT X harus selalu siap untuk memberikan pelayanan
terbaik yang diperoleh karena tersedianya bahan baku sesuai waktu dan
tempat, maka dari itu dengan SUR dapat diketahui supplier yang patut
dipertahankan.
Maka dari itu perlu adanya suatu alat analisis yang mampu mengevaluasi
kinerja supplier. Dengan demikian pada proposal ini judul penelitian untuk
sementara dapat dituliskan sebagai berikut : Evaluasi Performansi Supplier
Dengan Menggunakan Metode Standardized Unitless Rating (SUR) Sebagai
Pendukung Ketersediaan dan Ketepatan Kedatangan Bahan Baku. Penelitian
ini bertujuan menjamin material yang dipesan suatu perusahaan memenuhi
standar kualitas, perlu dilakukan evaluasi secara periodik atau berkala.
Kelebihan penelitian ini adalah bertujuan mengetahui efisiensi lintasan
produksi yang optimal dengan cara melakukan analisis terhadap beban kerja
untuk mendapatkan satu bentuk lintasan produksi yang seimbang.

1.2. Rumusan Masalah
Berdasar latar belakang yang telah diungkapkan maka timbul permasalahan
sebagai berikut :
1. Bagaimana urutan supplier sesuai dengan masing-masing
performansinya ?
2. Manakah supplier yang akan menjadi prioritas atau direkomendasikan
bagi PT. X ?
6
3. Apa saja peningkatan performansi yang diharapkan dari masing-
masing supplier oleh PT. X ?
1.3 Batasan Masalah
Agar pembahasan yang dilakukan tidak menyimpang dari tujuan yang
diinginkan, maka diperlukan pembatasan masalah sebagai berikut :
1. Lokasi pengambilan sample data dan informasi hanya dilakukan di PT. X
2. Penelitian dilakukan dengan menganalisa penilaian performansi supplier
yang dilakukan oleh pihak perusahaan, khususnya oleh bagian
procurement di PT. X. Kondisi masing-masing supplier dengan masing-
masing kategorinya harus diuraikan secara lengkap.
3. Data diperoleh dengan melakukan survey langsung atau wawancara
dengan pihak terkait dilingkungan perusahaan sehingga semua data yang
diperoleh diasumsikan benar.

1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Pihak perusahaan mampu melakukan evaluasi performansi supplier
secara terus-menerus. Sehingga perusahaan dapat memperoleh acuan
untuk dapat menilai kualitas pelayanan supplier dalam rangka
pencapaian tujuan perusahaan.
2. Melalui metode Standardized Unitless Rating (SUR) ini, perusahaan
dapat menentukan urutan prioritas supplier dan membuat keputusan
untuk memilih supplier-supplier tertentu dalam memasok bahan baku.
3. Peningkatan performansi oleh supplier menjadi tujuan akhir dari
penelitian ini untuk perusahaan yang mengacu untuk mendapatkan satu
7
bentuk lintasan produksi yang seimbang, yang akan berdampak pada
meminimalkan kerugian biaya.
1.5 Manfaat Penelitian
Diharapkan dari penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai
berikut :
1. Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi
oleh PT. X dalam rangka usaha meningkatkan produktifitas
perusahaan. Selain itu kriteria performansi yang akan diukur bisa
dikembangkan lebih dalam lagi sesuai dengan performansi yang
dibutuhkan oleh perusahaan pembeli
2. Pengembangan khasanah ilmu pengetahuan mengebai Evaluasi
Performansi Supplier, khususnya dalam halm penentuan urutan
prioritas supplier.

1.6 Sistematika Penulisan.
Pada tugas akhir ini akan disusun sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB II LANDASAN TEORI
Berisi tentang konsep dan prinsip dasar yang diperlukan untuk
memecahkan masalah penelitian di samping itu juga memuat uraian
tentang hasil penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya oleh
peneliti lain yang ada hubungannya dengan penelitian yang dilakukan.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Mengandung uraian tentang kerangka dan bagan alir penelitian, teknik
yang dilakukan, model yang dipakai, pembangunan dan pengembangan
8
model, bahan atau materi, alat, tata cara penelitian dan data yang akan
dikaji serta cara analisis yang dipakai.

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN HASIL PENELITIAN
Pada sub bab ini berisi tentang data yang diperoleh selama penelitian
dan bagaimana menganalisa data tersebut. Hasil pengolahan data
ditampilkan baik dalam bentuk tabel maupun grafik. Yang dimaksud
dengan pengolahan data juga termasuk analisa yang dilakukan terhadap
hasil yang diperoleh. Pada sub bab ini merupakan acuan untuk
pembahasan hasil yang akan ditulis pada sub Bab V yaitu pembahasan
hasil.

BAB V PEMBAHASAN
Melakukan pembahasan hasil yang diperoleh dalam penelitian, dan
kesesuaian hasil dengan tujuan penelitian sehingga dapat menghasilkan
sebuah rekomendasi.

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Berisi tentang kesimpulan terhadap analisa yang dibuat dan
rekomendasi atau saran saran atas hasil yang dicapai dan
permasalahan yang ditemukan selama penelitian, sehingga perlu
dilakukan rekomendasi untuk dikaji pada penelitian lanjutan.



9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian pengambilan Keputusan
Organisasi yang bergerak di bidang produksi maupun jasa, tidak lepas
dari problematika manajemen pada umumnya. Perubahan struktur pasar,
produk, teknologi produksi, organisasi, dan lainya terus terjadi sehingga
berpangaruh pada kebijaksanaan manjemen yang dijalankan. Salah satu kiat
untuk menyiasati problemetika tersebut adalah dengan mengembangkan serta
meningkatkan potensi sumberdaya yang tersedia.
Oleh karena itu, penempatan dan pemanfaatan sumberdaya pada posisi
yang tepat mutlak diperlukan. Dalam hal ini, pengelolaan dan pendayagunaan
sumberdaya secara tepat sangat berperan karena merupakan pendekatan
strategis terhadap peningkatan kinerja organisasi. Untuk itu sangat diperlukan
sebuah sistem pendukung keputusan yang efektif, yang tidak memisahkan
antara manusia, sarana atau prasarana, dan sistem manajemen secara
keseluruhan agar dapat mencapai tujuan organisasi.
Persoalaan pengambilan keputusan, pada dasarnya adalah bentuk
pemilihan dari berbagai alternatif tindakan yang mungkin dipilih yang
prosesnya melalui mekanisme tertentu, dengan harapan akan menghasilkan
sebuah keputusan yang menarik. Penyusunan model keputusan adalah suatu
cara untuk mengembangkan hubungan-hubungan logis yang mendasari
persoalan keputusan kedalam suatu model matematis, yang mencerminkan
hubungan yang terjadi diantara faktor-faktor yang terlibat.
10
Pada umumnya para penulis sependapat bahwa kata kepuasan
(decision) berarti pilihan (choice), yaitu pilihan dari dua atau lebih
kemungkinan. Pengambilan keputusan hampir tidak tidak merupakan pilihan
antara yang benar dan yang salah, tetapi justru yang sering terjadi ialah pilihan
antara yang hampir benar dan yang mungkin salah. Keputusan yang
diambil biasanya dilakukan berdasarkan pertimbangan situasional, bahwa
keputusan tersebut adalah keputusan terbaik. Walaupun keputusan biasa
dikatakan sama dengan pilihan, ada perbedaan penting diantara keduanya.
Sementara para pakar melihat bahwa keputusan adalah pilihan nyata karena
pilihan diartikan sebagai pilihan tentang tujuan termasuk pemlihan cara untuk
mencapai tujuan itu, baik pada tingkat perorangan maupun pada tingkat
kolektif. Selain itu, keputusan dapat dilihat pada kaitanya dengan proses, yaitu
bahwa suatu keputusan ialah keadaan akhir dari suatu proses yang lebih
dinamis yang diberi label pengambilan keputusan. Keputusan dipandang
sebagai proses karena terdiri atas satu seri aktifitas yang berkaitan dan tidak
hanya dianggap sebagai tindakan bijaksana. Dengan kata lain, yang dimaksud
dengan pertimbangan ialah menganalisis beberapa kemungkinan atau
alternatif, lalu memilih satu diantaranya.
Simon (dalam Saaty, 1993) mengajukan model yang menggambarkan
proses pengambilan keputusan. Proses ini terdiri dari tiga fase, yaitu:
a. Intelligence
Tahap ini merupakan proses penelusuran dan pendeteksian dari lingkup
problematika serta proses pengenalan masalah. Data masukan
diperoleh, diproses dan diuji dalam rangka mengidentifikasi masa

11
b. Design
Tahap ini merupakan proses menemukan, mengembangkan dan
menganalisis alternatif tindakan yang bisa dilakukan. Tahap ini
meliputi proses untuk mengerti masalah, menurunkan solusi dan
menguji kelayakan solusi.
c. Choice
Pada tahap ini dilakukan proses pemilihan diantara berbagai alternatif
tindakan yang mungkin dijalankan. Hasil pemilihan tersebut kemudian
diimplementasikan dalam proses pengambilan keputusan.

2.2 Pengertian Bahan Baku
Bahan baku dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu bahan baku
(bahan langsung) dan bahan pembantu (bahan tidak langsung). Bahan baku
adalah bahan yang digunakan untuk produksi yang dapat diidentifikasikan ke
produk sedangkan bahan pembantu meliputi semua bahan yang bukan
merupakan bahan baku.
Pembelian bahan baku merupakan tanggung jawab bagian pembelian,
untuk pengadaan bahan baku dengan harga murah, berkualitas baik, dan
tersedia tepat waktu. Sistem pembelian bahan baku melibatkan beberapa
bagian yaitu bagian produksi, bagian gudang, bagian pembelian, bagian
penerimaan barang, dan bagian akuntansi. Prosedur yang membentuk sistem
pembelian bahan baku adalah prosedur permintaan pembelian, prosedur order
pembelian, prosedur penerimaan barang, dan prosedur pencatatan pembelian.
Dalam membeli bahan baku perusahaan dapat menentukan dari mana
atau kepada siapa dia akan membeli. Disini perusahaan dapat memilih
12
pemasok bahan baku yang sesuai dengan kriteria diantaranya adalah harga
yang sesuai, kualitas yang baik serta tersedia tepat waktu.

2.3 Pengertian Supplier
Pemasok adalah sumber yang menyediakan bahan pertama, dimana
mata rantai penyaluran barang akan mulai (Indrajit dan Djokopranoto, 2002).
Bahan pertama itu bisa berbentuk bahan baku, bahan mentah, bahan penolong,
bahan dagangan, suku cadang dan sebagainya. Jumlah dari pemasok bisa
banyak dan sedikit, itu tergantung dari kebutuhan dan kebijakan dari
perusahaan.
Pemasok merupakan elemen penting pertama sebagai sumber input
bahan baku dalam produksi. Apabila suplai terlambat maka akan
mengakibatkan stock out dan lamanya lead time. Oleh karena itu perusahaan
harus menjaga agar pasokan bahan baku berjalan dengan lancar. Ini dapat
dilakukan apabila perusahaan memiliki pemasok yang handal.
2.4 Hubungan dengan Pemasok (Supplier I nterfaces)
Perlu diketahui bahwa definisi pemasok tidak hanya menyangkut
pemasok material dari luar, tetapi termasuk yang berada dalam pabrik yang
memasok produk work in process. Dengan demikian, hubungan pemasok
dapat dibagi menjadi hubungan eksternal (external relationship), hubungan
internal (intracompany relationship) dan hubungan antar pabrik (interplant
relationship) (Tomo, 2008).
2.4.1 Hubungan Eksternal (External Relationship)
Pemasok dari luar (external supplier) dapat dipandang sebagi perluasan
pabrik itu sendiri. Oleh karena itu, diperlukan suatu kerja sama yang baik yang
13
bertujuan untuk meningkatkan pelayanan terhadap pelanggan, meminimumkan
investasi inventori dan meningkatkan efisiensi operasi manufaktur.
2.4.2 Hubungan Internal (I nternal Relationship)
Komunikasi dalam perusahaan diantara orang-orang manufakturing
dengan memperlihatkan keterkaitan dalam hubungan rantai pemasok-pembuat-
pelanggan (supplier-producer-customer chain relationship) adalah hal yang
sangat penting. Hubungan rantai pemasok-pembuat-pelanggan merupakan
konsep modern yang telah banyak diterapkan olah perusahaan industri
manufaktur modern.
2.4.3 Hubungan Antar Pabrik (I nterplant Relationship)
Beberapa lokasi manufaktur mungkin memasok satu sama lain atau
menghasilkan produk-produk yang serupa untuk beberapa gudang-gudang
(warehouse).

2.4 Pemilihan Supplier
Proses pemilihan supplier menjadi masalah sangat kritis dalam
pembentukan rantai supply karena performansi jaringan rantai supply
tergantung pada performansi supplier terpilih (Cakravastia dan Toha, 2000).
Proses pemilihan supplier berada pada tahap awal dalam kategori kualitas
dalam integrasi rantai supply yang artinya supplier yang terpilih sangat
menentukan kualitas dari rantai supply yang terbentuk (Murphy, 2002).
Adapun permasalahan dalam proses pemilihan supplier adalah :
1. Kurangnya informasi tentang supplier sehingga perusahaan
tidak memiliki gambaran yang jelas tentang suppliernya ketika
14
akan memilih supplier terpilih. Seringkali pemilihan dilakukan
sangat subyekstif.
2. Banyaknya kriteria yang dipertimbankan dalam memilih
supplier. Sebagian dari kriteria ini tidak dapat di
kuantifikasikan, yang menyebabkan akan kesulitan ketika
mengambil keputusan.

2.5 Metode Standardized Unitless Rating
Tidak adanya sistem perusahaan dalam mengevaluasi supplier-supplier
yang memiliki variasi performansi mengakibatkan adanya beberapa
permasalahan yang sering dihadapi pihak perusahaan, seperti kualitas yang
kurang baik dari bahan baku yang dipasok, pengiriman bahan baku yang tidak
tepat waktu, jumlah bahan baku yang dikirim oleh pihak supplier tidak sesuai
dengan yang telah disepakati sebelumnya mengakibatkan pihak perusahaan
harus melakukan evaluasi performansi supplier secara terus-menerus. Oleh
karena itu, sangatlah penting bagi pihak perusahaan pembeli untuk
mengevaluasi performansi supplier yang akan dipilih untuk melakukan kerja
sama.
Untuk melakukan penilaian terhadap kinerja supplier digunakan
metode Standardized Unitless Rating (SUR). Melalui metode ini, perusahaan
dapat menentukan urutan prioritas supplier dan membuat keputusan untuk
memilih supplier-supplier tertentu dalam memasok bahan baku.
Metode SUR ini memiliki kelebihan antara lain kemudahan dalam
penggunaan dan cepatnya memperoleh solusi. Dapat diambil keputusan yang
cepat karena hanya cukup melihat posisi satu supplier relatife terhadap
15
supplier lainya sehingga jika posisi supplier berada di luar area diterima maka
bisa langsung dieliminasi dan tidak diikutkan dalam proses seleksi.
Kekurangan SUR terlihat dari pengambilan data primer, yaitu diperoleh dari
persepsi dari orang yang berkompeten dalam pengadaan bahan baku dalam
perusahaan. Maka mutlak input harus benar-benar sesuai keadaan
sesungguhnya. SUR itu sendiri sangat cocok digunakan pada perusahaan make
to order seperti CV. Prima Gravika karena permintaan dari pelanggan yang
tidak tentu datangnya menuntut CV. Prima Gravika harus selalu siap untuk
memberikan pelayanan terbaik yang diperoleh karena tersedianya bahan baku
sesuai waktu dan tempat, maka dari itu dengan SUR dapat diketahui supplier
yang patut dipertahankan.
Metode Standardized Unitless Rating (SUR) ini memperhitungkan
human psychological blindness dalam pengukuran performansi supplier.
Berdasarkan pada metode Standardized Unitless Rating (SUR), maka kriteria
pengukuran performansi supplier adalah Kualitas/Quality (Q), Harga/Cost (C),
Pengiriman/Delivery (D), Fleksibilitas/Flexibility (F), Respon/Response (R)
(Lisye Fitria, Abu Bakar., Adhyta Ayu., 2005)
Supplier yang akan dianalisa adalah supplier-supplier dari masing-
masing kategori bahan baku berdasarkan pembelian bahan baku yang
terbanyak dari setiap kategorinya.
Penelitian ini akan menggunakan daftar pertanyaan atau kuesioner
untuk mengumpulkan data primer yang diperlukan dalam penelitian.


16
Data yang diperlukan untuk penyelesaian masalah adalah sebagai
berikut:

1. Bobot Relatif
Penentuan bobot untuk masing-masing kriteria penilaian
performansi supplier ditentukan oleh pihak perusahaan.
Penentuan bobot ini dilakukan untuk mengukur besarnya
pengaruh masing-masing kriteria penilaian performansi supplier
ini terhadap penyediaan bahan baku yang dibutuhkan di
perusahaan. Pada penelitian ini bobot relative akan dihitung
menggunakan AHP (Analytical Hierarchy Process).
2. Data Kebutuhan Jenis Bahan Baku
3. Pembelian Bahan Baku
4. Data-Data Supplier
Supplier yang akan dianalisa adalah supplier-supplier dari masing-
masing kategori bahan baku berdasarkan pembelian bahan baku yang
terbanyak dari setiap kategorinya.

2.5.1 Bobot Relatif
Penentuan bobot untuk masing-masing kriteria penilaian performansi
supplier ditentukan oleh pihak perusahaan, dalam hal ini adalah departemen
procurement (departemen pengadaan barang bahan baku) PT. X yang
berhubungan secara langsung dengan setiap supplier.
Dalam mencantumkan penilaian pada tiap kriteria perusahaan harus
menyertakan alasannya. Dibawah ini ditampilkan contoh alasan pemberian
17
bobot yang diberikan pihak perusahaan PT. Sinar Terang Logamjaya (Lisye
Fitria, Abu Bakar., Adhyta Ayu., 2005) untuk setiap kriteria performansi, yaitu:

1. Kualitas/Quality (Q)
Pihak perusahaan menganggap kualitas bahan baku yang dipasok oleh
supplier merupakan faktor yang sangat penting dalam penilaian
performansi supplier karena kualitas bahan baku merupakan faktor
penentu dalam menghasilkan kualitas produk spare part yang baik.
2. Harga/Cost (C)
Pihak perusahaan menganggap harga bahan baku dikeluarkan untuk
membeli bahan baku tentunya juga akan berpengaruh dalam
memutuskan apakah akan bekerja sama dengan supplier tersebut atau
tidak. Tetapi bila kualitas bahan baku dinilai sangat baik oleh pihak
perusahaan, namun harga mahal maka pihak perusahaan pun tidak
terlalu mempermasalahkan harganya.
3. Pengiriman/Delivery (D)
Pihak perusahaan menganggap ketepatan waktu dalam pengiriman
bahan baku tentunya sangatlah penting karena dengan adanya
keterlambatan pengiriman dapat mengakibatkan terhambatnya kegiatan
produksi perusahaan dan tentunya menimbulkan kerugian bagi pihak
perusahaan.
4. Fleksibilitas/Flexibility (F)
Pihak perusahaan menganggap keluwesan supplier dalam memenuhi
kebutuhan bahan baku juga memiliki peranan karena bahan baku yang
18
dibutuhkan oleh perusahaan terkadang mengalami penambahan sesuai
dengan order spare part yang dipesan oleh konsumen.
5. Respon/Response (R)
Pihak perusahaan menganggap respon supplier terhadap hubungan
kerja sama dengan pihak perusahaan dan penanganan keluhan juga
berpengaruh dalam penilaian performansi supplier.

2.5.2 Perhitungan Bobot Relative Menggunakan AHP
Dalam menyelesaikan persoalan AHP, ada beberapa prinsip yang harus
dipahami. Diantaranya adalah decomposition, comparative judgment, synthesis
of priority, dan logical consistency.
a. Decomposition
Setelah persoalan teridentifikasi maka perlu dilakukan decomposition,
yaitu memecah persoalan yang utuh menjadi unsur-unsurnya. Jika ingin
mendapatkan hasil yang lebih akurat, pemecahan juga dilakukan terhadap
unsur-unsurnya sampai tidak mungkin dilakukan pemecahan lebih lanjut,
sehingga didapatkan beberapa tingkatan dari persoalan tadi. Karena alasan ini,
maka proses analisa ini dinamakan hirarki (hierarchy). Ada dua jenis hiraki
yaitu hirarki lengkap dan hirarki tidak lengkap. Dalam hirarki lengkap, semua
eleman pada suatu tingkat memiliki semua elemen yang ada pada tingkat
berikutnya. Jika tidak demikian maka dinamakan hirarki tidak lengkap.

b. Comparative J udgement
Prinsip ini berarti membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua
elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitanya dengan tingkat diatasnya.
19
Penilaian ini merupakan inti dari AHP, karena itu akan berpengaruh terhadap
prioritas elemen-elemen. Hasil dari penilaian ini biasanya disajikan dalam
bentuk matriks yang disebut pairwise comparison. Dalam menyusun skala
kepentingan ini, Saaty (1993) menetapkan skala kualitatif satu sampai dengan
sembilan untuk menilai perbandingan tingkat kepentingan suatu elemen
terhadap elemen lain.

Tabel 2.1 Skala Penilaian Relatif
Tingkat
Kepentingan
Definisi Keterangan
1 Kedua elemen sama
penting
Pendapat pada sebuah elemen
dibandingkan elemen yang lain
adalah sama
3 Elemen yang satu sedikit
lebih penting dibanding
elemen lainnya
Pendapat sedikit memihak pada
sebuah elemen dibandingkan
dengan elemen lainya
5 Elemen yang satu
esensial atau sangat
penting dibanding
elemen yang lainnya
Pendapat secara kuat memihak
pada sebuah elemen dibandingkan
dengan elemen yang lain
7 Elemen yang satu benar-
benar lebih penting dari
lainnya
Sebuah elemen secara kuat
disukai dan dominasinya tampak
dalam praktek
9 Elemen yang satu mutlak
lebih penting dibanding
elemen yang lainnya
Bukti bahwa satu elemen lebih
penting dari pada elemen lainya
sangat jelas
2,4,6,8 Nilai tengah diantara dua
penilaian berurutan
Nilai yang diberikan bila
diperlukan suatu kompromi

Dalam penilaian kepentingan relatif dua elemen berlaku aksioma
reciprocal artinya jika elemen I dinilai 3 kali lebih penting dibandingkan j,
maka elemen j harus sama dengan 1/3 kali pentingnya dibanding elemen i.
disamping itu, pembanding dua elemen dua elemen yang sama akan
menghasilkan angka 1 yang berarti sama penting. Jika terdapat n elemen, maka
akan diperoleh matriks pairwise comparison berukuran n x n. Banyaknya
20
penilaian yang diperlukan dalam menyusun matriks ini adalah n(n-1)/2 karena
matriksnya reciprocal dan elemen diagonal sama dengan 1.
c. Synthesis of Priority
Dalam setiap matriks pairwise comparison kemudian dicari eigen
vektornya untuk mendapatkan local priority. Karena matriks pairwise
comparison terdapat pada setiap tingkat, maka untuk mendapatkan global
priority harus dilakukan sintesa diantara local priority. Prosedur melakukan
sintesa berbeda menurut bentuk hirarki. Pengurutan elemen-elemen menurut
kepentingan relatif melalui prosedur sintesa dinamakan priority setting.
d. Logical Consistency
Konsistensi memiliki dua makna. Yang pertama adalah objek-objek
yang serupa dapat dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan
relevansinya. Contohnya bulan dan bola dapat dikelompokkan dalam
himpunan yang seragam apabila bulat merupakan kriterianya, tetapi tidak
dapat apabila ukuran sebagai kriterianya. Arti kedua adalah menyangkut
tingkat hubungan antara objek-objek yang didasarkan pada kriteria tertentu.
Contohnya jika manis merupakan kriteria dan madu dinilai 5 kali lebih manis
dibanding dengan gula, dan gula 2 kali lebih manis dibanding dengan sirup,
maka seharusnya madu dinilai 10 kali lebih manis dibanding dengan sirup.
Jika madu hanya dinilai 4 kali manisnya dibanding sirup, maka penilaian itu
tidak konsisten dan proses harus diulang jika ingin memperoleh penilaian yang
lebih tepat.



21
2.5.3 Perbandingan Berpasangan (Pairwise Comparison)
Pada dasarnya formulasi matematis pada model AHP dilakukan dengan
menggunakan suatu matriks. Misalkan, dalam suatu subsistem operasi terdapat
n elemen operasi, yaitu elemen-elemen operasi A
1
, A
2
, A
n
, maka hasi
perbandingan secara berpasangan dimulai dari tingkat hierarki paling tinggi,
dimana suatu kriteria digunakan sebagai dasar pembuatan perbandingan.
Selanjutnya perhatikan elemen yang akan dibandingkan.
Tabel 2.2 Matriks Perbandingan Berpasangan
A
1
A
2
A
n

A
1
a
11
a
12
a
1n

A
2
a
21
a
22
a
2n

. . . . .
. . . . .
. . . . .
A
n
A
n1
A
n2
a
nn


Matrik A
n
x
n
merupakan matriks resiprokal, dan diasumsikan terdapat
n elemen, yaitu w
1
, w
2
, , w
n
yang akan dinilai secara perbandingan. Dalam
hal ini matriks perbandingan adalah matrik A dengan unsur- unsurnya adalah
a
ij
dengan i,j = 1,2,, n. Unsur-unsur matrik tersebut diperoleh dengan
membandingkan satu elemen operasi terhadap elemen operasi lainnya untuk
tingkat hierarki yang sama. Misalnya unsur a
11
adalah perbandingan
kepentingan elemen operasi A
1
dengan elemen-elemen operasi A
1
sendiri,
sehingga dengan sendirinya nilai unsur a
11
adalah sama dengan 1. Dengan cara
yang sama maka diperoleh semua unsur diagonal matriks perbandingan sama
dengan 1. Nilai unsur a
12
adalah perbandingan kepentingan elemen operasi A
1

terhadap elemen operasi A
2
. Besarnya nilai a
21
adalah 1/a
12
, yang menyatakan
tingkat intensitas kepentingan elemen operasi A
2
terhadap elemen operasi A
1
.
22
Untuk mengisi matriks perbandingan berpasangan, maka digunakan
bilangan untuk menggambarkan relatif pentingnya suatu elemen atas elemen
lainya berkenaan dengan suatu sifat atau kriteria. Pada Tabel 2.2 dapat dilihat
sekala perbandingan berpasangan, yang digunakan unuk pengujian kuantitatif
yang mana skala tersebut unuk mengetahui besarnya bobot dari masing-
masing kriteria. Skala penilaian relatif yang dibuat oleh Saaty (1993) untuk
mendefinisikan dan menjelaskan nilai 1 sampai 9 yang ditetapkan sebagai
pertimbangan untuk membandingkan elemen sejenis di tiap tingkat hierarki.
2.5.4 Hubungan Prioritas Sebagai Eigenvector Terhadap Konsistensi
a. Eigenvector
Kondisi awal dalam matriks perbandingan berpasangan adalah
Aw =
maks
w atau (A-
maks
1)w = 0, suatu sistem homogen dalam matriks A-1.
Solusi nol mengimplementasikan determinan, akan tetapi determinan ini
merupakan polynomial derajat ke-n dalam persamaan yang didapat dengan
mengatur determinannya sama dengan nol dan disebut persamaan karakteristik
dari A. akar ini disebut dengan eigenvalue dari matriks A. untuk mendapatkan
pendekatan yang lebih baik terhadap proiritas adalah dengan mengalikan
setiap elemen baris secara bersamaan dan menarik akar ke-n-nya, dimana n
adalah umlah elemen. Selanjutnya normalisasi angka dengan membagi
masing-masing entri dengan semua jumlah entri.

b. Consistency I ndex (CI ) dan Consitency Ratio (CR)
Penyimpangan hubungan matriks sering terjadi dan mengakibatkan
matriks tidak konsisten lagi. Hal ini karena ketidak konsistennya preferensi
23
seseorang (partisipan). Salah satu keistimewaan dari metode AHP adalah dapat
menghitung perbandingan konsistensi terhadap pertimbangan. Menurut Saaty
(1993), berbagai hasil penelitian yang diterima adalah matriks yang
mempunyai perbandingan konsistensi lebih kecil atau sama dengan 10%. Jika
lebih besar dari 10% berarti penilaian mungkin dilakukan secara acak dan
mungkin perlu diperbaiki. Untuk menghitung penyimpangan konsistensi atau
consistency index (CI) digunakan rumus:
1

=
n
n
CI
maks

(2.1)

Dimana:

maks
= nilai eigen value terbesar
n = ukuran matriks
Untuk mengetahui apakah CI dengan besaran tertentu cukup baik atau
tidak, perlu diketahui rasio yang dianggp baik, yaitu apabila CR < 0,1. Rumus
Consistency Ratio (CR) adalah:

RI
CI
CR = (2.2)
Dimana :
CI = Consistency Index
RI = Ratio Index


24
Nilai RI merupakan nilai random indeks yang dikeluarkan oleh
Oarkridge Laboratory yang berupa tabel sebagai berikut:
Tabel 2.3 Nilai Random Indeks
N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
RI 0.00 0.00 0.58 0.9 1.12 1.24 1.32 1.41 1.49 1.51 1.48 1.56

2.6.4 Penilaian Perbandingan Beberapa Partisipan
Dalam menggunakan metode AHP, dimungkinkan untuk memperoleh
penilaian yang berdasarkan dengan menggunakan kuisioner. Ada beberapa hal
yang harus diperhatikan, yaitu:
a. Jika suatu kelompok ikut berpartisipasi dalam proses penilaian, seluruh
anggota kelompok tersebut sedapat mungkin diusahakan untuk dapat mencapai
konsesus dalam penilaianya.
b. Dilakukan penilaian geometric mean, karena ciri reciprocality dari
matriks yang digunakan dalam proses analisa hierarki ini harus tetap
dipertahankan.
Geometric mean ini dapat digunakan untuk menghitung rata-rata
penilaian perbandingan pasangan dengan tetap mempertahankan ciri-ciri
reciprocality dari matriks tadi. Penilaian dilakukan oleh banyak partisipan
akan menghasilkan pendapat yang berbeda satu dengan lainya. Sedangkan,
AHP hanya membutuhkan satu jawaban untuk satu matriks perbandingan. Dan
untuk mewakili satu jawaban tersebut maka semua jawaban dari semua
partisipan yang konsisten harus dirata-ratakan. Untuk mengatasi hal tersebut,
maka digunakan sebuah model perataan, yaitu dengan menggunakan
geometric mean.
25
Teori geometric mean menyatakan jika terdapat n partisipan yang
melakukan perbandingan berpasangan, maka akan terdapat n jawaban untuk
setiap pasangan. Untuk mendapatkan suatu nilai tertentu dari semua nilai
tersebut, maka masing-masing nilai harus dikalikan satu sama lain. Kemudian
hasil perkalian dipangkatkan dengan 1/n. secara matematis dapat dituliskan
sebagai berikut:
( )n
n i
z z z z a
1
3 2 1
,..., , , = .. (2.3)
Dimana:
a
i
= nilai rata-rata perbandingan antara kriteria A
i
dengan A
j
untuk n
partisipan.
z
i
= nilai perbandingan antara kriteria Ai dengan A
j
untuk partisipan ke-i.
i = 1, 2, , n
n = jumlah partisipan

Adapun rumus geometric mean tersebut, yaitu:
( )n
n
x x x x
1
3 2 1
,..., , , GM = (2.4)
Dimana:
x
1
, x
2
, , x
n
= bobot penilaian ke-1, 2, , n


26
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Obyek Penelitian
Pada penelitian ini akan dibahas mengenai Evaluasi Performansi
Supplier dengan menggunakan Metode Standardized Unitless Rating (SUR)
sebagai pendukung ketersediaan dan ketepatan kedatangan bahan baku.
Penelitian ini bertujuan menjamin material yang dipesan suatu perusahaan
memenuhi standar kualitas, perlu dilakukan evaluasi secara periodik atau
berkala.
3.2 Tahapan penelitian
Tahapan penelitian merupakan langkah-langkah yang harus dilakukan
dalam penelitian dari mulai sampai dengan selesainya penelitian. Adapun
tahapan penelitiannya sebagai berikut:
a. Studi Literatur
Dalam tahap ini dilakukan upaya pencarian informasi-informasi baik
dari penelitian terdahulu maupun dari kepustakaan yang mendukung kerangka
berpikir termasuk dalam upaya penyelesaian masalah.
b. Perumusan Masalah
Tahap ini merumuskan dari mulai identifikasi masalah sampai dengan
tata cara bagaimana cara menyelesaikan masalah. Merupakan dasar dari
kerangka berpikir untuk kemudian dikembangkan termasuk disini upaya
27
mempertimbangkan seluruh aspek yang mendukung maupun yang akan
menjadi kendala dalam penelitian.
c. Penetapan Tujuan
Setelah masalah dirumuskan dan pencarian informasi telah dilakukan
maka langkah selanjutnya adalah menetapkan tujuan dari penelitian itu sendiri
sehingga dapat bermanfaat nantinya.
d. Pengumpulan Data
Sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah :
1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber dapat berupa:
a. Interview, merupakan metode wawancara langsung selama penelitian
bisa dari karyawan, staff, maupun operator.
b. Observasi, merupakan metode yang dilakukan dengan cara pengamatan
secara langsung di lapangan untuk memperoleh data secara aktual.
2. Data Sekunder, merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung
dari sumber-sumber yang berhubungan dengan penelitian. Data ini bisa
berbentuk file atau dokumen yang telah tersusun sebelumnya.
Adapun data-data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data
umum perusahaan serta data perumusan formulasi strategi pemasaran
perusahaan.


28
e. Pengolahan data
Setelah dirasa cukup dalam pengumpulan data maka langkah
berikutnya adalah pengolahan data. Adapun pengolahan data ini terdiri dari :

a. Pembobotan Kriteria SUR
Pembobotan kriteria SUR dilakukan dengan metode AHP. Secara
sederhana langkah-langkah untuk menentukan bobot pada setiap kreteria
dalam penentuan keputusan adalah sebagai berikut:
1. Menentukan geometric mean, dengan formulasi:

=
=
n
i
i
x n MG
1
..... (3.1)
Dimana :
MG = geometric mean
X
i
= alternatif ke i
n = jumlah data

2. Melakukan proses Normalisasi dengan membuat proporsi
geometric mean, dengan formulasi:

=
=
n
i
i
i
i
MG
MG
P
1
...................................................................................(3.2)

Dimana :
P
i
= proporsi alternatif ke-i
MG
i
= geometric mean data ke-i
29
n = jumlah data
3. Menentukan bobot nilai tiap alternatif terhadap kriteria, dengan
formulasi:

=
=
n
i
i i i
xW P V
1
.. (3.3)


Dimana :
P
i
= proporsi alternatif ke-i
V
i
= bobot nilai alternatif ke -i
W
i
= bobot kriteria ke-i

4. Perhitungan Konsistensi
Kenyataannya, preferensi seseorang sering mengalami ketidak-
konsistenan. Hal tersebut menyebabkan hubungan pada matriks berpasangan
menyimpang dari keadaan yang sebenarnya, sehingga matriks tersebut tidak
konsisten sempurna.
Penyimpangan tersebut dapat diilustrasikan dengan apabila dalam
suatu matriks A terdapat penyimpangan kecil pada elemen a
ij
, maka hal
max .
Penyimpangan tersebut dinyatakan dengan Consistency Index (CI),
yang diformulasikan sebagai berikut:
n
n
C
maks
i
) 1 (
=

.(3.4)
Dimana :
30

max
= eigen value maksimum
n = ukuran matrik
Untuk mengetahui konsistensi penilaian yang dilakukan oleh pihak
manajemen, maka perlu dilakukan perhitungan Consistency Ratio (CR).
Formulasi yang digunakan adalah sebagai berikut:
RI
CI
CR =
.. (3.5)
Dimana :
CR = consistency ratio
CI = consistency index
RI = ratio index

c. Pengukuran dan Evaluasi Performansi Supplier
Setelah dilakukan penilaian terhadap performansi supplier pada formulir
evaluasi, maka sebelum melakukan perhitungan (SUR), untuk menunjukkan
nilai rata-rata kepuasan, maka digunakanlah rumus sebagai berikut:

2 / ) ( y x a + =
(3.6)
Untuk menunjukkan tingkat keragu-raguan (blindness) terhadap hasil
penilaian, maka digunakanlah rumus sebagai berikut:
y x r = .............................................................................. (3.7)
31
Andaikan ada m supplier dan n kriteria performansi dan
ij ij
r a ,
, i = 1, 2, , m
dan j = 1,2, , n maka indeks Standardized Unitless Rating (SUR) untuk
setiap supplier dirumuskan sebagai berikut:

=
i
SUR
| |
(
(

(
(

=
=
n
j
j
ij
n
j j j
j ij
w
w
x r x
a a
a a
j
1
1 min max
1
(3.8)

Dimana
j
a
,
j
a
max
,
j
a
min
adalah mean/rata-rata, masing-masing adalah nilai
maksimum dan minimum dari
ij
a
.
a. Untuk bagian
(
(

j j
j ij
a a
a a
min max
merupakan penetapan rata-rata nilai standar
kepuasan atau penetapan pengukuran aktual untuk i supplier dengan j kriteria
performansi.
b. Untuk bagian | |
ij
r 1 adalah untuk mengukur human psychological
blindness.
c. Untuk bagian
(
(

=
n
j
j
w
w
j
1
adalah kepentingan relatif dari kriteria j.

f. Analisis dan Pembahasan
Melakukan analisis untuk memperolah hasil. Analisa data dilakukan untuk
mencapai tujuan penelitian dengan pembahasan terhadap hasil yang diperoleh.

32
g. Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan berisi uraian atau pernyataan singkat dari seluruh rangkaian
analisa dan interpretasi dari hasil pengolahan data. Saran memuat suatu
pendapat, masukan atau rekomendasi dari suatu usulan perbaikan berdasarkan
hasil penelitian yang telah dilakukan, serta berbagai kemungkinan
pengembangan penelitian lebih lanjut.













33
3.3 Diagaram Alir Penelitian
Adapun tahapan penelitian pada tugas akhir ini dapat digambarkan dalam
diagram alir sebagai berikut:
Mulai
Kajian Pustaka
Deduktif & Induktif
Identifikasi Masalah
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Perancangan Penelitian
- Menentukan Metode Penyelesaian
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
Selesai
Data Cukup?
Ya
Tidak

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian

34
BAB IV
Pengumpulan dan Pengolahan Data
4.1 Gambaran Umum Perusahaan
Penerbit dan percetakan Prima Grafika adalah suatu badan usaha yang
berbentuk CV dan beralamat di Jl. Mayor Kusmanto No. 25, Klaten. CV.
Prima Grafika juga mempunyai kantor perwakilan di Yogyakarta yang
beralamat di Jl. Kemasan No. 1 Kota Gede. Didirikan oleh bapak H. Sumanto
pada tahun 1996, dan untuk permodalan pendirian, Prima Grafika didirikan
dengan permodalan indifidu atau bisa dikatakan usaha keluarga. Awal
mulanya usaha ini hanya memfokuskan pada bisnis percetakan, kemudian pada
langkah selanjutnya pihak manajemen berusaha melebarkan sayap usahanya
dengan menjadikan Prima Grafika sebagai pusat penerbit dan perdagangan
umum.
4.1.1 Struktur Organisasi Perusahaan
Organisasi CV. Prima Grafika secara fundamental telah disesuaikan dan
diarahkan pada konsepsi yang lebih terfokus pada maksimasi fungsi dari setiap
lini yang ada. Secara terstruktur kepengurusan organisasi CV. Prima Grafika
seperti pada Gambar 4.1.

35

36
Keterangan
a. Direktur Utama, berperan sebagai pemilik modal usaha dan sebagai
pimpinan dari perusahaan yang mempunyai hak akses untuk melakukan
komunikasi staf secara overall.
b. Wakil Direktur, bertanggung jawab secara keseluruhan di lapanngan,
dalam berbagai hal bisa dikatakan sebagai pemegang kendali yang
bertanggung jawab terhadap Direktur Utama.
c. Kabag Pemasaran, bertanggung jawab atas semua yang berkaitan dengan
pengadaan barang dan segala macam prosedur pengadaanya.
d. Kabag produksi, bertanggung jawab atas semua yang berkaitan dengan
proses produksi, mulai dari perencanaan jadwal produksi sampai dengan
proses produksi.
e. Kabag Administrasi, bertangung jawab atas semua pembukuan yang ada
diperusahaan dan atas semua pelayanan yang ditujukan terhadap konsumen
beserta complain.
f. Kabag Gudang, bertanggung jawab atas kebijaksanaan didalam system
gudang, yang mana hal ini secara garis besar bertanggung jawab terhadap
keluar masuknya barang ke gudang.
4.1.3 Data Pemasok
CV. Prima Grafika mempunyai beberapa bahan baku utama untuk proses
produksinya, antara lain kertas, tinta serta peralatan untuk mesin produksi.
37
Pada penelitian ini, pemilihan pemasok yang dilakukan adalah pemilihan
pemasok kertas. Berikut adalah nama masing-masing pemasok:
1. CV. Cipta Dian Abadhi
2. UD. Margono
3. UD. Hana
4. Toko Champion
4.2.2 Penetapan Kriteria Evaluasi dan Seleksi Pemasok
Kriteria evaluasi dan seleksi pemasok yang digunakan dalam penelitian
ini adalah multi kriteria (finansial dan non finansial) yang mengacu pada
model QCDFR, dimana terdapat lima kriteria yaitu: quality, cost, delivery,
flexibility dan responsiveness.
a. Quality (Q)
Kualitas tinta yang dipasok oleh pemasok merupakan faktor yang sangat
penting dalam penilaian performansi pemasok, karena kualitas bahan baku
merupakan faktor penentu dalam menghasilkan kualitas produk yang baik.
Adapun dimensi kualitas tinta adalah :
- Kesesuaian barang dengan standar spesifikasi yang telah ditetapkan
- Penyediaan barang tanpa cacad
- Fisik tinta
b. Cost (C)
Harga bahan baku dikeluarkan untuk membeli bahan baku tentunya juga akan
berpengaruh dalam memutuskan apakah akan bekerja sama dengan pemasok
tersebut atau tidak. Tetapi bila kualitas bahan baku dinilai sangat baik oleh
pihak perusahaan, namun harga mahal maka pihak perusahaan pun tidak
terlalu mempermasalahkan harganya. Adapun dimensi harga tinta adalah :
38
- Harga bahan baku
- Kebijakan diskon
- Konsistensi harga
c. Delivery. (D)
Ketepatan waktu dalam pengiriman tinta tentunya sangatlah penting karena
dengan adanya keterlambatan pengiriman dapat mengakibatkan terhambatnya
kegiatan produksi perusahaan dan tentunya menimbulkan kerugian bagi pihak
perusahaan. Adapun dimensi pengiriman adalah :
- Pengiriman tepat waktu
- Kemampuan penanganan system transportasi
- Biaya pengiriman
d. Flexibility (F)
Pihak perusahaan menganggap keluwesan pemasok dalam memenuhi
kebutuhan bahan baku juga memiliki peranan karena bahan baku yang
dibutuhkan oleh perusahaan terkadang mengalami penambahan sesuai dengan
order spare part yang dipesan oleh konsumen. Adapun dimensi dari
fleksilibilitas adalah :
- Dipenuhinya fleksilibilitas kebijakan pembayaran
- Dipenuhinya perubahan kuantitas bahan baku
- Dipenuhinya permintaan perubahan waktu pengiriman
e. Responsiveness (R)
Respon pemasok terhadap hubungan kerja sama dengan pihak perusahaan dan
penanganan keluhan juga berpengaruh dalam penilaian performansi pemasok.
Adapun dimensi dari daya respon adalah :
- Prosentase supplier merespon masalah
- Kemudahan supplier dihubungi
- Prosentase supplier merespon permintaan perubahan jenis tinta.
39
4.3 Pembobotan Kriteria Supplier dengan Menggunakan AHP.
Responden untuk kriteria ini sebagai evaluator adalah Kepala Produksi,
Kepala Gudang, Kepala Pemasaran dan Kepala Administrasi.
Tabulasi perhitungan responden dengan metode AHP maka diperoleh
hasil sebagai berikut:
a. Rekapitulasi Perbandingan Berpasangan Antar Kriteria Responden 1

- Matriks jawaban
Tabel 4.1 Matrik Jawaban
Atribut Quality Cost Delivery Flexibility Responsiveness
Quality 1 1 3 3 3
Cost 1 1 5 5 5
Delivery 0.3333 0.2 1 1 3
Flexibility 0.3333 0.2 1 1 1
Responsiveness 0.3333 0.2 0.3333 1 1
Jumlah 3 2.6 10.3333 11 13



- Tabulasi
Tabel 4.2 Matrik Prioritas

atribut quality cost delivery flexibility responsiveness jumlah e. vector
quality 0.333344 0.384615 0.290324 0.272727 0.230769 1.51178 0.302356
cost 0.333344 0.384615 0.483873 0.454545 0.384615 2.040993 0.408199
delivery 0.111104 0.076923 0.096775 0.090909 0.230769 0.60648 0.121296
flexibility 0.111104 0.076923 0.096775 0.090909 0.076923 0.452633 0.090527
respon 0.111104 0.076923 0.032255 0.090909 0.076923 0.388114 0.077623
jumlah 1 1 1 1 1 5 1


- Langkah 1 (Matriks awal x Eigenvektor)
1 1 3 3 3

0.3024

1.5789
1 1 5 5 5

0.4082

2.1578
0.3333 0.2 1 1 3 x 0.1213 = 0.6271
0.3333 0.2 1 1 1

0.0905

0.4719
0.3333 0.2 0.3333 1 1

0.0776

0.3910
40

- Langkah 2


- Langkah 3
Maks Eigenvector =
- Langkah 4

- Langkah 5
n = 5, RI = 1.12
- Langkah 6

Evaluator dinyatakan konsisten karena mempunyai CR < 0.1

b. Rekapitulasi Perbandingan Antar Kriteria Berpasangan Responden 2

- Matrik Jawaban
Tabel 4.3 Matrik Jawaban
Atribut Q C D F R
Q 1.0000 1.0000 1.0000 3.0000 3.0000
C 1.0000 1.0000 5.0000 5.0000 5.0000
D 1.0000 0.2000 1.0000 1.0000 3.0000
F 0.3333 0.2000 1.0000 1.0000 3.0000
R 0.3333 0.2000 0.3333 0.3333 1.0000
Jumlah 3.6667 2.6000 8.3333 10.3333 15.0000

(
(
(
(
(
(

=
|
|
.
|

\
|
=
0372 , 5
2125 , 5
1701 , 5
2862 , 5
2220 , 5
1
r eugenvecto
vektor
D
1856 , 5
2
=

n
vektor
0464 , 0
1
.
=


=
n
n r eigenvecto Maks
CI
0414 , 0
12 , 1
0464 , 0
= = =
RI
CI
CR
41
- Tabulasi
Tabel 4.4 Matrik Prioritas
atribut quality cost delivery flexibility responsiveness jumlah e. vector
quality 0.2727 0.3846 0.1200 0.2903 0.2000 1.2677 0.2535
cost 0.2727 0.3846 0.6000 0.4839 0.3333 2.0745 0.4149
delivery 0.2727 0.0769 0.1200 0.0968 0.2000 0.7664 0.1533
flexibility 0.0909 0.0769 0.1200 0.0968 0.2000 0.5846 0.1169
respon 0.0909 0.0769 0.0400 0.0323 0.0667 0.3068 0.0614
jumlah 1 1 1 1 1 5 1


- Langkah 1 (Matriks awal x Eigenvektor)

1 1 1 3 3

0.2535

1.3566
1 1 5 5 5

0.4149

2.3264
1 0.2 1 1 3 x 0.1533 . = 0.79088
0.3333 0.2 1 1 3

0.1169

0.621872
0.3333 0.2 0.3333 0.3333 1

0.0614

0.318929


- Langkah 2
(

)
[




- Langkah 3

5.326325

- Langkah 4





- Langkah 5

n = 5, RI = 1.12

42
- Langkah 6




Evaluator dinyatakan konsisten karena mempunyai CR < 0.1


c. Rekapitulasi Perbandingan Antar Kriteria Berpasangan Responden 3

- Matik Jawaban
Tabel 4.5 Matrik Jawaban

Atribut Q C D F R
Q 1.0000 1.0000 5.0000 7.0000 7.0000
C 1.0000 1.0000 7.0000 5.0000 5.0000
D 0.2000 0.1429 1.0000 1.0000 3.0000
F 0.1429 0.2000 1.0000 1.0000 0.3333
R 0.1429 0.2000 0.3333 3.0000 1.0000
Jumlah 2.4857 2.5429 14.3333 17.0000 16.3333

- Tabulasi
Tabel 4.6 Matrik Prioritas
Atribut Q C D F R Jumlah
E.
Vector
Q 0.4023 0.3933 0.3488 0.4118 0.4286 1.9847 0.3969
C 0.4023 0.3933 0.4884 0.2941 0.3061 1.8842 0.3768
D 0.0805 0.0562 0.0698 0.0588 0.1837 0.4489 0.0898
F 0.0575 0.0787 0.0698 0.0588 0.0204 0.2851 0.057
R 0.0575 0.0787 0.0233 0.1765 0.0612 0.3971 0.0794
Jumlah 1 1 1 1 1 5 1

- Langkah 1 (Matriks awal x Eigenvektor)

1 1 5 7 7

0.3969

2.1775
1 1 7 5 5

0.3768

2.0843
0.2 0.1429 1 1 3 x 0.0898 .= 0.518225
0.1429 0.2 1 1 0.3333

0.057

0.305341
0.1429 0.2 0.3333 3 1

0.0794

0.412407

43
- Langkah 2
(

)
[





- Langkah 3



- Langkah 4





- Langkah 5

n = 5, RI = 1.12

- Langkah 6



Evaluator dinyatakan tidak konsisten karena mempunyai CR > 0.1


d. Geometrik Mean
Dalam AHP, ketika dalam pengambilan kuisioner menggunakan lebih
dari 1 responden maka dilanjutkan pada perhitungan geometric mean. Berikut
adalah langkah perhitungan geometric mean :
1. Menentukan geometric mean, dengan formulasi:

=
=
n
i
i
x n MG
1
..... (3.1)

44
Dimana :
MG = geometric mean
X
i
= alternatif ke i
n = jumlah data
Tabel 4.7 Matrik Geometrik Mean
Atribut Q C D F R
Q 1 1 1.73205 3 3
C 1 1 5 5 5
D 0.6892 0.2 1 1 3
F 0.3333 0.2 1 1 3
R 0.3333 0.2 0.3333 0.3333 1
Jumlah 3.3558 2.6 9.06535 10.3333 14

Dan selanjutnya perhitungan seperti langkah AHP.

- Tabulasi
Tabel 4.8 Matrik Prioritas
Atribut Q C D F R Jumlah
E.
Vector
Q 0.29799 0.38462 0.19106 0.29032 0.21429 1.37828 0.27566
C 0.29799 0.38462 0.55155 0.48387 0.35714 2.07517 0.41503
D 0.20538 0.07692 0.11031 0.09677 0.21429 0.70367 0.14073
F 0.09932 0.07692 0.11031 0.09677 0.21429 0.59761 0.11952
R 0.09932 0.07692 0.03677 0.03225 0.07143 0.31669 0.06334
Jumlah 1 1 1 1 1 5 1

- Langkah 1 (Matriks awal x Eigenvektor)
1 1 1.73205 3 3

0.275656

1.483033
1 1 5 5 5

0.415035

2.173745
0.6892 0.2 1 1 3 x 0.140734 .= 0.723262
0.3333 0.2 1 1 3

0.119523

0.625156
0.3333 0.2 0.3333 0.3333 1

0.063339

0.324965

45
- Langkah 2

(

)
[


- Langkah 3



- Langkah 4






- Langkah 5
n = 5, RI = 1.12

- Langkah 6



Evaluator dinyatakan tidak konsisten karena mempunyai CR > 0.1

Jadi bobot untuk masing masing kriteria adalah :
Tabel 4.9 Bobot Relativ Masing Masing Kriteria
Kriteria Kualitas Harga Pengiriman Fleksilibilitas Respon
Bobot 0.27566 0.41503 0.14073 0.11952 0.06334





46
4.2.3 Perhitungan SUR (Standardized Unitless Rating )
Nama Supplier Tinta :
1. CV. Cipta Dhian Abadhi
2. UD. Margono
3. UD. Hana
4. Toko Champion

Tabel 4.10 Skala Penilaian Supplier
Nilai Ketidakpuasan (x) Kepuasan (y)
0.10 0.20 Sangat Tidak Puas Sedikit Puas
0.21 0.40 Kurang dari Tidak Puas Cukup Puas
0.41 0.60 Tidak Puas Puas
0.61 0.80 Cukup Tidak Puas Lebih dari Puas
0.81 0.90 Sedikit Tidak Puas Sangat Puas












47

Tabel 4.11 Kriteria Performansi



Supplier ke
(i)

Kriteria Performansi (j)
Kualitas Harga Pengiriman Fleksilibilita Respon
0.27566 0.41503 0.14073 0.11952 0.06334
X Y X Y X Y X Y X Y

CV. Dian
Abadhi
0.61 0.80 0.81 0.90 0.61 0.80 0.61 0.80 0.81 0.90
=
0.705
r =
0.19
a =
0.855
r =
0.09
a =
0.705
r =
0.19
a =
0.705
r =
0.19
a =
0.855
r = 0.09
UD.
Margono
0.81 0.90 0.81 0.90 0.81 0.90 0.61 0.80 0.61 0.80
a =
0.855
r =
0.09
a =
0.855
r =
0.09
a =
0.855
r =
0.09
a =
0.705
r =
0.19
a =
0.705
r = 0.19
UD. Hana 0.21 0.40 0.61 0.80 0.61 0.80 0.61 0.80 0.61 0.80
a =
0.305
r =
0.19
a =
0.705
r =
0.19
a=
0.705
r =
0.19
a =
0.705
r =
0.19
a =
0.705
r = 0.19
Champion 0.41 0.60 0.41 0.60 0.41 0.60 0.61 0.80 0.61 0.80

a =
0.505
r =
0.19
a =
0.505
r =
0.19
a =
0.505
r =
0.19
a =
0.705
r =
0.19
a =
0.705
r = 0.19
aMax 0.855 0.855 0.855 0.705 0.855
aMin 0.305 0.505 0.505 0.705 0.705
Aj rata 2.37 0.592 2.92 0.73 2.77 0.692 2.82 0.705 2.97 0.7425







48
Perhitungan
=
i
SUR | |
(
(

(
(

=
=
n
j
j
ij
n
j j j
j ij
w
w
x r x
a a
a a
j
1
1 min max
1

- CV. Dhian Abadhi
a) Dimensi Kualitas

[


] [ ] [

]


b) Dimensi Harga

[


] [ ] [

]

c) Dimensi Pengiriman


[


] [ ] [

]

d) Dimensi Fleksilibilitas


[


] [ ] [

]

e) Dimensi Respon

[


] [ ] [

]

Jadi total nilai SUR CV. Dhian Abadhi adalah :
0.05131+0.13488+0.0048+0.0+0.0242 = 0.21519





49
- UD, Margono
a) Dimensi Kualitas
[


] [ ] [

]

b) Dimensi Harga

[


] [ ] [

]

c) Dimensi Pengiriman

[


] [ ] [

]

d) Dimensi Fleksilibilitas

[


] [ ] [

]

e) Dimensi Respon

[


] [ ] [

]


Jadi total nilai SUR UD. Margono adalah :
0.1197+0.057+0.596+0-0.01265 = 0.7600

- UD. Hana
a) Dimensi Kualitas

[


] [ ] [

]

b) Dimensi Harga

[


] [ ] [

]





50
c) Dimensi Pengiriman

[


] [ ] [

]

d) Dimensi Fleksilibilitas

[


] [ ] [

]

e) Dimensi Respon

[


] [ ] [

]



Jadi total nilai SUR UD. Hana adalah : -0.01167-
0.024+0.00226+0-0.01266 = -0.04607

- Toko Champion
a) Dimensi Kualitas
[


] [ ] [

]

b) Dimensi Harga

[


] [ ] [

]

c) Dimensi Pengiriman

[


] [ ] [

]

d) Dimensi Fleksilibilitas

[


] [ ] [

]

e) Dimensi Respon

[


] [ ] [

]

51
Jadi total nilai SUR Toko Champion adalah : -0.0355-0.2161-
0.0609+0.0-0.02166 = 0.33416































52
BAB V
PEMBAHASAN


5.1 Analisis Hasil Perhitungan Bobot Relatif
Perhitungan bobot relative ini didapat dari kuisioner yang diberikan
pada beberapa karyawan CV. Prima Gravika yang berkompeten.
Dari pengolahan data didapat hasil sebagai berikut :
Tabel 5.1 Bobot Relatif
Kriteria Kualitas Harga Pengiriman Fleksilibilitas Respon
Bobot 0.27566 0.41503 0.14073 0.11952 0.06334

Dari tabel 5.1 dapat dilihat bahwa skor kriteria harga paling besar. Ini
menunjukan CV. Prima Gravika menempatkan kriteria harga sebagai faktor
terpenting dalam memilih supplier dibanding dengan kriteria kualitas,
pengiriman, fleksilibilitas, dan respon.

5.2 Analisis Hasil Perhitungan Nilai SUR
5.2.1 Analisis Nilai SUR CV. Dhian Abadhi
Tabel 5.2 Nilai SUR CV. Dhian Abadhi
Kriteria Kualitas Harga Pengiriman Fleksilibilitas Respon
Nilai SUR 0.04567 0.12488 0.0043 0 0.0242

Nilai SUR kriteria terbesar hingga terkecil adalah harga, kualitas,
pengiriman, respon, dan fleksilibilitas. Ini menunjukan bahwa harga yang
diberikan oleh CV. Dhian Abadhi dapat diterima oleh CV. Prima Gravika.
Harga menjadi alasan CV. Prima Gravika untuk memilih CV. Dhian Abadhi
sebagai supplier dengan sedikit mengesampingkan kriteria yang lainya.

5.2.2 Analisis Nilai SUR UD. Margono
Tabel 5.3 Nilai SUR UD. Margono
Kriteria Kualitas Harga Pengiriman Fleksilibilitas Respon
Nilai SUR 0.1197 0.057 0.0596 0 -0.01265
53

Nilai SUR kriteria terbesar hingga terkecil adalah kualitas, pengiriman,
harga, fleksilibilitas, dan respon. Ini menunjukan bahwa kualitas tinta yang
diberikan oleh UD. Margono dapat diterima dan memenuhi standar. Dengan
kata lain CV. Prima Gravika memilih UD. Margono sebagai supplier karena
tinta berkualitas baik dengan sedikit mengesampingkan kriteria yang lain.

5.2.3 Analisis Nilai SUR UD. Hana
Tabel 5.4 Nilai SUR UD. Hana
Kriteria Kualitas Harga Pengiriman Fleksilibilitas Respon
Nilai SUR -0.116 -0.0240 0.00226 0 -0.0355

Nilai SUR kriteria terbesar hingga terkecil adalah pengiriman,
fleksilibilitas, harga, dan kualitas. Terlihat harga dan kualitas berada paling
akhir, dapat disimpulkan bahwa harga dan kualitas yang diberikan oleh UD.
Hana tidak memenuhi standar CV. Prima Gravika.

5.2.4 Analisis Nilai SUR Toko Champion
Tabel 5.5 Nilai SUR UD. Hana
Kriteria Kualitas Harga Pengiriman Fleksilibilitas Respon
Nilai SUR -0.0355 -0.2161 -0.0609 0 -0.01266

Nilai SUR kriteria terbesar hingga terkecil adalah fleksilibilitas, respon,
harga, kualitas, dan pengiriman. UD. Hana memiliki nilai SUR terbesar pada
fleksilibilitas, dan terkecil dapa pengiriman. Hal ini dapat di artikan bahwa
kualitas dan harga yang diberikan oleh UD. Hana tidak memenuhi standar CV.
Prima Gravika.






54
5.2.5 Analisis Nilai SUR Total

Tabel 5.6 Nilai SUR Total
Supplier CV.Dhian
Abadhi
UD.
Margono
UD. Hana Toko
Champion
Nilai SUR 0.21519 0.7600 -0.04607 -0.01266

Jadi urutan supplier adalah, UD. Margono, CV. Dhian Abadhi, Toko
Champion dan terakhir UD. Hana. Dan rekomendasi supplier dan peningkatan
performansi yang diharapkan supplier tinta adalah :
Tabel 5.7 Rekomendasi Supplier
Nama
Supplier
Nilai
SUR
Rekomendasi
Supplier
Peningkatan Performansi
UD.
Margono
0.7600 ya
a. Menepati jumlah bahan baku yang dikirim
b. Siap memberikan bantuan dalam keadaan
darurat
c.

CV. Dhian
Abadhi

0.21519 ya
a. Menepati jumlah bahan baku yang
dikirim
b. Harga tinta dinilai agak mahal dibanding
CV. Dhian Abadhi. Perlunya ada negosiasi
harga
c.

UD. Hana -0.04607 tidak

Toko
Champion
-0.01266 tidak




55
BAB VI
KESIMPULAN

6.1 Kesimpulan
Dari pengolahan data dan analisis pembahasan yang telah disampaikan
pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulan bahwa pemasok yang terpilih
yang menjadi prioritas pertama adalah UD. Margono dengan nilai SUR
0.7600, pemasok yang menempati prioritas kedua adalah CV. Dhian Abadhi
dengan nilai SUR 0.21519, pemasok yang menempati prioritas ketiga adalah
UD. Hana dengan nilai SUR -0.04607, dan pemasok yang menempati prioritas
terakhir adalah Toko Champion dengan nilai SUR -0.01266.

6.2 Saran
a. Jika CV. Prima Gravika memerlukan pemasok tambahan, maka yang
direkomendasikan adalah UD. Margono karena memiliki nilai skor
tertinggi ke dua setelah CV. Dhian Abadhi.
b. Karena kriteria cost memiliki bobot yang paling besar, maka maing-
masing pemasok harus memperbaiki dan meningkatkan kinerjanya.

Anda mungkin juga menyukai