Anda di halaman 1dari 2

Korelasi Antara Grafologi dengan Analisa Sidik Jari Oleh: Andrian Benny Hidayat *

Grafologi sebagai instrumen untuk mengetahui karakter seseorang sudah lama dikenal dan diakui di kalangan ilmuwan psikologi. Kendati hingga saat ini masih tetap terjadi perbincangan seputar validitas dan reliabilitasnya, namun penggunaannya sudah sangat meluas dan lebih mudah diterima karena efektifitasnya dalam membantu proses konseling. Beberapa kalangan bahkan menilai bahwa grafologi terasa lebih efektif dan prosesnya juga lebih praktis. Beberapa tahun belakangan ini, mencuat hadir alat baru untuk penelusur potensi yakni Analisa Sidik Jari. Kendati sebenarnya analisa sidik jari sudah lama dikenal, namun pengemasan ulang dari analisa sidik jari yang mengkaitkan dengan fungsi kerja otak dan teori kecerdasan majemuk membuat Analisa Sidik Jari terlihat mutakhir, apalagi dengan dukungan teknologi biometrik yang canggih. Namun, walaupun antusiasme di kalangan masyarakat cukup tinggi, instrumen ini tidak semulus Grafologi dalam penerimaannya terutama di kalangan ilmuwan dan psikolog. Kontroversi lebih menyorot pada persoalan akurasi, validitas dan reliabilitas dari instrumen ini, serta masalah etika dalam menerapkan analisa sidik jari ini di dunia pendidikan dan psikologi. Uniknya, secara intuitif tidak sedikit kalangan ilmuwan dan psikolog yang mempercayai analisa sidik jari. Namun bisa dipahami demi menjaga kemurnian metodologi sains, mereka membangun sebuah skeptisisme ketika berhadapan dengan sesuatu yang baru yang belum bisa dibuktikan secara ilmiah. Kendati sebenarnya mereka percaya, dikarenakan mereka tahu bahwa sidik jari adalah tanda genetis yang pasti memiliki hubungan syaraf menuju otak, namun hal tersebut belum bisa membuktikan apaapa karena ilmu kedokteran syaraf belum memvalidasi hal ini. Juga, dianggap terlalu jauh untuk bisa menginterpretasikan guratan sidik jari ini ke arah kepribadian manusia apalagi kecerdasan. Fenomena yang terjadi saat ini adalah, bahwa kalangan ilmuwan dan psikolog cenderung menghindar untuk menggunakan alat analisa sidik jari ini karena masih berada pada area abu-abu. Tidak bermaksud untuk menyoal mengapa grafologi yang juga sebenarnya memiliki kelemahan dalam hal validitas dan reliabilitas ini bisa diterima, tapi mengapa analisa sidik jari justru cenderung tidak mendapatkan kedudukan perlakuan yang sama. Namun dalam bahasan ini, akan disampaikan bahwa sesungguhnya jika seseorang bisa memahami prinsip kerja analisa dalam grafologi, maka seharusnya bisa lebih mudah dalam memahami analisa sidik jari, karena keduanya ternyata memiliki korelasi yang kuat. Dengan melihat korelasi ini maka harapannya adalah analisa sidik jari ini bisa mendapatkan kedudukan yang lebih positif dan sama-sama bisa digunakan sebagai pendukung dalam dunia konseling. Berikut ini adalah beberapa hal yang bisa ditemukan dalam korelasi antara grafologi dan analisa sidik jari: 1. Grafologi dan Analisa Sidik Jari sama-sama menggunakan data biometrik. 2. Baik Grafologi dan Analisa Sidik Jari, keduanya bersumber dari tangan manusia. Grafologi adaah analisa dari gerakan tangan manusia ketika menulis, sementara Analisa Sidik Jari

3.

4.

5.

6. 7. 8. 9. 10.

melihat guratan yang ada di tangan manusia. Keduanya melihat ada yang istimewa pada tangan manusia dalam menginterpretasikan sesuatu. Dalam Grafologi, lebih dituju adalah hasil dari pemikiran bawah sadar seseorang. Ketika seseorang menulis, pikiran sadar memang memikirkan content dari tulisan yang dibuat, namun yang mengatur gerakan ketika menulis adalah otak bawah sadar manusia. Analisa Sidik Jari juga memiliki sudut pandang yang sama, bahwa guratan-guratan sidik jari di tangan, mencerminkan dorongan-dorongan bawah sadar dari kerja otak, yang akan mempengaruhi perilaku manusia. Grafologi melihat bahwa apa yang diinterpretasikan dari bentuk tulisan tangan adalah sebuah blind spot, artinya grafologi membantu klien untuk menemukan potensi-potensi tersembunyi yang saat ini tidak disadari oleh klien tersebut. Analisa sidik jari juga melihat apa-apa yang diinterpretasikan dari guratan-guratan sidik jari lebih kepada potensi yang bersifat genetis, yang tidak selalu muncul ke permukaan sebagai perilaku sadar. Kendati bentuk tulisan banyak yang yakin bisa diubah dan dilatih, namun dalam Grafologi, kecenderungan bentuk tulisan adalah tetap. Ketika seseorang berusaha untuk mengubahubah bentuk tulisannya, justru yang terlihat adalah inkonsistensi. Dalam Analisa Sidik Jari, guratan sidik jari adalah bersifat permanen. Analisa Sidik Jari menganggap bahwa potensi gaya bekerja otak pada dasarnya adalah tidak pernah berubah. Kesamaan konstruk dalam grafologi dan analisa sidik jari. Melihat landasan utama dari sisi upper zone, middle zone, dan lower zone. Kesamaan traits dalam grafologi, bentuk huruf, kemiringan, margin, spasi dan lain-lain. Kesamaan landasan teknologi yang digunakan, yakni teknologi verifikasi dan autentifikasi. Baik grafologi maupun analisa sidik jari, bisa menggunakan metode analisa gestalt maupun atomic. Baik grafologi maupun analisa sidik jari, pada dasarnya tidak mampu mengungkap / mengukur kecerdasan seseorang.

Dengan melihat adanya beberapa korelasi antara Grafologi dan Analisa Sidik Jari, maka sesungguhnya analisa sidik jari sangat menarik untuk dikembangkan lebih lanjut. Analisa Sidik Jari pada dasarnya memiliki landasan-landasan logis mengenai bagaimana interpretasi dari guratan sidik jari ini memiliki hubungan dengan fungsi kerja otak. Memang sebagai sesuatu yang baru, analisa sidik jari masih membutuhkan perjalanan waktu yang lebih panjang untuk bisa diakui secara ilmiah. Namun dari efektifitas penggunaannya, Analisa Sidik Jari bisa diharapkan untuk memberikan kontribusi dalam dunia pendidikan dan konseling psikologi. Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah, melihat bahwa lahirnya analisa sidik jari ini sebenarnya menambah kekayaan perbendaharaan alat penelusur potensi, disamping alat yang sudah ada termasuk grafologi. Kehadiran analisa sidik jari adalah sebagai pelengkap, bukan dimaksudkan untuk menggantikan kedudukan instrumen yang telah ada.
*Penulis adalah praktisi biometrik Sidik Jari, Founder Talents Spectrum, penulis buku Dahysatnya Sidik Jari dan pernah belajar grafologi di Authentic School.

Anda mungkin juga menyukai