Anda di halaman 1dari 19

Sarana Berfikir Ilmiah

 Pada dasarnya merupakan alat yg membantu


kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yg harus
ditempuh
 Tersedianya sarana berfikir ilmiah
memungkinkan dilakukannya penelaahan ilmiah
secara teratur dan cermat
 Penguasaan sarana berfikir ilmiah merupakan
suatu hal yg bersifat imperatif bagi seorang
ilmuwan
 Tanpa menguasai hal ini maka kegiatan ilmiah yg
baik tak dapat dilakukan.
Hal‐hal yg perlu diperhatikan
dlm sarana berfikir ilmiah
 Pertama, sarana ilmiah bukan merupakan
kumpulan pengetahuan yg didapatkan
berdasarkan metode ilmiah.
 Sarana berfikir ilmiah mempunyai metode
tersendiri dalam mendapatkan pengetahuannya
yg berbeda dengan metode ilmiah.
 Kedua, tujuan mempelajari sarana berfikir ilmiah
adalah untuk memungkinkan melakukan
penelaahan ilmiah secara baik, sedangkan tujuan
mempelajari ilmu untuk mendapatkan
pengetahuan yg memungkinkan kita untuk bisa
memecahkan masalah kita sehari‐hari
 Dalam hal ini maka sarana berfikir ilmiah
merupakan alat bagi cabang‐cabang
pengetahuan untuk mengembangkan materi
pengetahuannya berdasarkan metode ilmiah
 Dengan kata lain sarana berfikir ilmiah
merupakan alat bagi metode ilmiahdalam
melakukan fungsinya secara baik
 Dengan demikian maka fungsi sarana ilmiah
adalah membantu proses metode ilmiah dan
bukan merupakan ilmu itu sendiri
Sarana yg diperlukan untuk melakukan
kegiatan ilmiah
 Bahasa; alat komunikasi verbal yg dipakai dalam seluruh proses
berfikir ilmiah di mana bahasa merupakan alat berfikir dan alat
komunikasi untuk menyampaikan jalan fikiran tersebut kepada
org lain.
 Manusia dapat berfikir dengan baik karena dia mempunyai
bahasa. Tanpa bahasa maka manusia tidak akan dapat berfikir
secara rumit dan abstrak seperti apa yg kita lakukan dalam
kegiatan ilmiah.
 Tanpa bhs manusia tak dapat mengkomunikasikan
pengetahuannya kepada org lain.
 Adanya simbol bhs yg bersifat abstrak ini memungkinkan
manusia utk memikirkan sesuatu secara berlanjut, demikian
juga bhs memberikan kemampuan utk berfikir secara teratur
dan sistematis.
 Sesungguhnya bahasa mengkomunikasikan tiga
hal yakni buah fikiran, perasaan, dan sikap.
 Bahasa dalam kehidupan manusia mempunyai
fungsi simbolik, emotif, dan afektif (G.F.Kneller)
 Fungsi simbolik menonjol dlm komunikasi ilmiah
sedangkan fungsi emotif menonjol dalam
komunikasi estetik.
 Salah satu kelemahan bahasa sebagai sarana
komunikasi ilmiah adalah mempunyai
kecendrungan emosional ( J.G. Kemeny)
Apa sebenarnya bahasa?
 Bahasa dapat kita cirikan sebagai serangkaian
bunyi yg dipergunakan sebagai alat
berkomunikasi. (meskipun bisa saja
mempergunakan isyarat sebagai bahasa)
 Manusia mempergunakan bunyi sebagai alat
komunikasi yg paling utama
 Komunikasi dgn mempergunakan bunyi dikatakan
juga sebagai komunikasi verbal, dan manusia yg
bermasyarakat dengan alat kom. bunyi disebut
sebagai masyarakat verbal
 Bahasa merupakan lambang di mana rangkaian
bunyi membentuk suatu arti tertentu.
 Komunikasi ilmiah bertujuan untk
menyampaikan informasi berupa pengetahuan,
dan harus bersifat repreduktif serta terbebaskan
dari unsur‐unsur emotif.
 Berbahasa dgn jelas artinya ialah makna yg
terkandung dlm kata‐kata yg dipergunakan
diungkapkan secara tersurat (eksplisit) untuk
mencegah pemberian makna lain.
 Berbahasa dgn jelas juga berarti mengemukakan
pendapat atau pemikiran secara jelas.
 Untuk mampu mengkomunikasikan suatu
pernyataan dgn jelas maka seseorang harus
menguasai tata bahasa yg baik (baik pada
kegiatan ilmiah maupun non ilmiah).
 Penguasaan tata bahasa dengan baik merupakan
syarat mutlak bagi suatu komunikasi ilmiah yg
benar.
 Karya ilmiah pada dasarnya merupakan kumpulan
pernyataan yg mengemukakan informasi tentang
pengetahuan maupun jalan pemikiran dalam
mendapatkan pengetahuan dan pengetahuan tsb
ingin dikomunikasikan dengan org lain.
 Seorang ilmuwan harus mampu menggunakan
tatabahasa, penggunaan kata‐kata serta
format/kaidah penulisan ilmiah lainnya sehingga ybs
dapat berkomunikasi sesama ilmuwan secara benar
Kekurangan bahasa

1. Pada hakikatnya terletak pada peranan bahasa itu


sendiri yg bersifat multifungsi sebagai sarana
komunikasi emotif, afektif, dan simbolik.
Meniadakan salah satunya tidak mungkin sebab
bahasa verbal mau tak mau tetap mengandung
ketiga sifat tersebut (semestinya bhs ilmiah bersifat
obyektif saja!)
2. Kekurangan kedua terletak pada arti yg tidak jelas
eksak yg terkandung oleh kata‐kata yg
membangun bahasa (contoh definisi ilmu saja!
Bagaimana? )
3. Bahasa mempunyai beberapa kata yg memberikan
kemiripan arti (arti yg sama)
Cat semuanya…? Kacanya mbok ya
ojo toh mas!
Eeedaaan..!
Mate aku!
Tugas sesuai
perintah..!
Di suruh ambil hatinya?
Hatinya
sudah saya
ambil ..
ayahanda

bung Tomo.FLV
Matematika sebagai bahasa

 Untuk mengatasi kekurangan pada bahasa maka


org perpaling pada matematika
 Matematika adalah bahasa yg melambangkan
serangkaian makna dari pernyataan yg ingin kita
sampaikan, bahasa yg berusaha menghilangkan
sifat kabur, majemuk dan emosional bahasa
verbal
 Lambang‐lambang matematika bersifat
“artifisial” yg baru mempunyai arti setelah
sebuah makna diberikan padanya. Tanpa itu
semua matematika hanya merupakan kumpulan
rumus‐rumus yg mati
Sifat kuantitatif matematika

 Kelebihan matematika dibandingkan bahasa verbal


adalah kemampuannya mengembangkan bahasa
numerik yg memungkinkan kita melakukan
pengukuran secara kuantitatif.
 Kita sudah pasti tahu bahwa gajah lebih besar dari
kucing. Tetapi seberapa besar gajah dan kucing
tersebut? Dengan bahasa verbal kita tak dapat
mengatakannya.
 Dikarenakan bahasa verbal hanya mampu
mengemukakan pernyataan secara kualitatif maka
matematika berusaha untuk mengatasinya dengan
jalan mengembangkan konsep pengukuran.
Sifat kuantitatif matematika
 Sifat kuantitatif ini menigkatkan daya prediktif dan
kontrol ilmu, dgn demikian ilmu mampu
memberikan jawaban yg lebih bersifat eksak yg
memungkinkan pemecahan masalah secara lebih
cermat dan tepat.
 Dengan bhs matematika memungkinkan ilmu
mengalami perkembangan dari tahap kualitatif ke
kuantitatif
 Pada dasarnya semua disiplin ilmu memerlukan
matematika untuk meningkatkan prediksi dan
kontrol dari ilmu tersebut, dan akhir‐akhir ini
perkembangan yg cukup menggembirakan dimana
ilmu‐ilmu sosial telah memasuki tahapan yg bersifat
kuantitatif
 Matematika merupakan sarana berfikir Deduktif
Statistik sarana berfikir
ilmiah
 Statistik merupakan sarana berfikir yg
diperlukan utk memproses pengetahuan secara
ilmiah
 Sebagai bagian dari perangkat metode ilmiah
maka statistik membantu manusia untuk
melakukan generalisasi dan menyimpulkan
karakteristik suatu kejadian secara lebih pasti
dan bukan terjadi secara kebetulan.
 Statistik merupakan pengetahuan yg
memungkinkan kita untuk menarik kesimpulan
secara induktif berdasarkan peluang tersebut,
dan dasar teori statistik adalah teori peluang.
Statistik sarana berfikir ilmiah
 Penarikan kesimpulan induktif berbeda dgn
penarikan kesimpulan secara deduktif. Penalaran
deduktif benar jika premis‐premis yg dipergunakan
adalh benar dan prosedur penarikan kesimpulannya
adalh sah.
 Sedangkan pada penarikan induktif meskipun
premis‐premisnya benar dan prosedurnya
penarikannya kesimpulannya juga sah maka
kesimpulan itu belum tentu benar.
 Yg dapat kita katakan bahwa kesimpulan itu
mempunyai peluang untuk benar.
 Dan statistika merupakan pengetahuan yg
memungkinkan kita untuk menghitung tingkat
peluang ini dgn eksak!
Statistik sarana berfikir ilmiah
 Penarikan kesimpulan induktif menghadapkan kita
pada sebuah permasalahn mengenai banyaknya
kasus yg harus kita amati sampai pada suatu
kesimpulan yg bersifat umum
 Statistik memberikan cara untuk menarik
kesimpulan yg bersifat umum dgn jalan mengamati
hanya sebagian dari populasi yg ada (menggunakan
sample)
 Statistik mampu memberikan secara kuantitatif
tingkat ketelitiandari kesimpulan yg ditarik tersebut,
yg pada pokonya didasarkan pd azas yg sangat
sederhana, yakni makin besar contoh (sample) yg
diambil maka makin tinggi pula tingkat ketelitian
kesimpulan yg akan teperoleh, begitu pula
sebaliknya.
Statistik sarana berfikir ilmiah
 Statitik memberikan kemampuan untuk mengetahui
suatu hubungan kausalitas antara dua faktor atau
lebih bersifat kebetulan atau memang benar‐benar
terkait dalam suatu hubungan yg bersifat empiris.
 Dalam penarikan kesimpulan secara induktif
kekeliruan (sangat) mungkin saja terjadi, hal ini
disebabkan diantaranya dlm kegiatan pengumpulan
data baik sarana maupun ketelitian pengamatan
indra manusia.
 Di atas semua ini statistik memberikan sifat yg
pragmatis kepada penelahaan keilmuan; di mana
dalam kesadaran bahwa suatu kebenaran absolut
tidak mungkin dapat dicapai, hanya saja kita sampai
kepada suatu pendirian bahwa kebenaran yg
diperoleh tersebut dapat dipertanggungjawabkan
“Memang betul angkamu naik 50% sedang
teman2‐mu cuma 12,5%, tetapi angkamu naik
dari 4 ke 6 sedangkan teman2‐mu dari 8 ke 9

 Namun meskipun
demikian penarikan
kesimpulan secara
statistik
memungkinkan kita
untuk melakukan
kegiatan ilmiah secara
ekonomis dan tanpa
statitik hal tersbut
tidak mungkin dapat
dilakukan

Anda mungkin juga menyukai