Disusun Oleh: Kelompok 2 Grace Katerina (1710003) Falsafah Agnis Ayu (17100 11) Trya Lovenia (17100 ) Mutiara Novita (1710085) 25% 25% 25% 25%
A. PENDAHULUAN
Proses pengambilan keputusan disebut juga dengan proses pemilihan, yakni proses pemilihan diantara alternatif-alternatif tindakan yang ada. Proses pemilihan tersebut menggunakan kriteria sebagai alat pembanding, yang jumlahnya dapat lebih dari satu jika masalah yang dihadapi cukup kompleks.
A.1. Dominasi
Ketentuan dari konsep ini yaitu: Bila kriteria/pertimbangan penilaian ditulis sebagai (X1, X2,........., Xn), maka: Alternatif a disebut mendominasi alternatif b jika dan hanya jika, Xi (a) Xi (b) untuk setiap i = 1,2,.......,n Sedangkan paling sedikit satu Xi (a) > Xi (b) Jadi, bila terdapat satu alternatif yang mendominasi alternatif lain, dapat dengan mudah kita pilih alternatif terbaiknya.
Berdasarkan tabel di samping, alternatif B mendominasi kedua alternatif lainnya karena 200 150 180 mempunyai nilai terbaik untuk tiap kriteria, yaitu biaya terendah, jarak 18 14 16 terdekat, dan luas area yang sama dengan A 1600 1600 1200 tetapi lebih besar dari C.
A B C
A.2. Leksikographi
Ketentuan dari konsep ini, yaitu: Alternatif a akan lebih disukai daripada alternatif b, jika: X1 (a) > X1 (b), atau Xi (a) = Xi (b), i = 1,.............., k ; dan X k+1 (a) > X k+1 (b) untuk beberapa k=1,......n-1 Jadi, alternatif a lebih disukai daripada alternatif b semata-mata hanya karena mempunyai nilai yang lebih baik pada kriteria pertama (X1), tanpa memperhatikan nilai pada kriteria lainnya.
Pada kriteria pertama, yaitu biaya, alternatif B A B C dan C sama baiknya, sedangkan alternatif A mempunyai biaya yang besar sehingga 200 150 150 lebih alternatif A tidak diperhatikan lagi. Pada kriteria kedua, yaitu 10 12 14 jarak, alternatif B mempunyai jarak yang 2000 1200 1600 lebih dekat sehingga B-lah yang dipilih.
C. FUNGSI NILAI
Suatu fungsi v yang menghubungkan suatu nilai riil v (x) untuk setiap titik x pada daerah evaluasi, disebut sebagai fungsi nilai yang mencerminkan struktur preferensi pengambilan keputusan bila : X1 x2 v (x1) = v (x2) , dan X1 x2 v (x1) v (x2) Dengan demikian karena v adalah fungsi nilai yang mencerminkan preferensi pengambilan keputusan, maka alternatip yang terbaik adalah alternatip yang dapat memberikan nilai v (x) terbesar.
Di dalam menghadapi kriteria majemuk, maka preferensi pengambilan keputusan pada dasarnya merupakan gabungan dari preferensi untuk masing-masing kriteria, jadi, bila vi (xi) menyataka fungsi nilai satu dimensi yang menggambarkan struktur preferensi pengambilan keputusan untuk kriteria Xi, maka preferensi pengambilan keputusan atas seluruh kriteria dapat dituliskan sebagai : v (x) = f Vi (xi) i = 1, ,n Bentuk penggabungan ini bisa beberapa macam, akan tetapi yang paling umum digunakan adalah penjumlahan.
Pada bentuk penjumlahan ini maka dapat kita lihat bahwa fungsi nilai komposit merupakan penjumlahan dari fungsi nilai masing-masing kriteria, vi (xi) . Hal ini hanya dapat dicapai jika dan hanya jika antar kriteria terdapat kondisi saling tak bergantungan preferensi. Artinya preferensi atas satu kriteria tidak tergantung pada nilai kriteria lain. Dengan demikian maka pengambilan keputusan dapat menyatakan struktur preferensinya atas tiap kriteria secara terpisah, tanpa perlu memperhatikan kriteria lainnya.
Teorema:
Untuk kriteria X1 , .., Xn , suatu fungsi nilai komposit dapat dinyatakan dalam bentuk penjumlahan v (x1 , .. , xn ) = vi (xi)
Dimana vi adalah fungsi tunggal ada xi , jika dan hanya antar kriteria terdapat kondisi saling tak bergantungan preferensi.
Bila v dan vi dinormalkan sehingga berinterval di antara 0 dan 1, maka bentuk fungsi penjumlahannya adalah : v (x1 , .. , xn ) = kivi (xi) Dimana : - v dan vi berskala diantara 0 hingga 1 - ki adalah konstanta skala, dimana : ki = 1 ; ki 0
Sebagai contoh, bila kriteria X1(biaya) , X2(jarak), atas X3 (luas) , maka : (x1 = 180 ,x2 = 10 , x3 = 1600) (x1 = 150, x2 = 12 , x3 = 1600 ) (x1 = 180 ,x2 = 10 , x3 = 2000) (x1 = 150, x2 = 12 , x3 = 2000 ) Dengan kata lain, kondisi (x1 = 180 ,x2 = 10) (x1 = 150, x2 = 12) akan tetap berlaku untuk nilai x3 = 1600 maupun untuk x3 = 2000 , atau utuk nilai x3 yang lain. Kondisi saling tak bergantungan preferensi antar kriteria akan terpenuhi bila tiap pasang kriteria (TBP) atas komplemennya. Dan bila kondisi ini terpenuhi maka struktur preferensi pengambilan keputusan dapat dinyatakan dalam fungsi penjumlahan .
v (x) =
kivi (xi)
Dari bentuk tersebut kita dapat melihat fungsi vi ( yang didefinisikan pada nilai kriteria xi ) sebagai komponen ke-i dari fungsi nilai tersebut, dan ki dapat dilihat sebagai bobot dari kriteria Xi.
Persoalannya kini adalah bagaimana supaya kita dapat menentukan fungsi nilai vi dan ki tersebut. Karena bila kita telah dapat memperolehnya, maka itu berarti bahwa kita telah dapat mengungkapkan struktur preferensi kita dalam menghadapi set kriteria X, yaitu yang dicerminkan dalam fungsi nilai v.