Musikalisasi Puisi "Masa Tanpa Ulang" dan Caulil Ipeh melukis di atas kanvas. penafsiran berdasarkan suasana hatinya ubah Oleh Sholahuddin Wama-warn pewarna itu berbuah tentang penggundulan hutan dan bun-ii Hingga aku menjadi penguasa gambar pohon yang tak tuntas. yang gersang. panorama DI antara rancakmusikperkusi itu ada Kemudian merekamemberikanbebe- Andai saja bumf dapat ber suami Bait puisi itu terucap dari mulut rapa kalimat dalam lukisan tersebut. Maka beranakpinaklah bwni Gepeng Nugroho, mencoba memper- syair-syair indah mengungkapkan kere- sahan seorang insan manusia yang telah Suasana Hati Hingga tak terbatas lahan. tanyakan clam semesta. Mengandai- Entah apa maksudnya, yang jelas Seandainya aku laminating jagad andai hukum alam itu telah berubah, alam jenuh hidup di alam semesta yang meng- kedua pelukis bermaksud memberikan Pasti batas pandangku tak kan ber- semesta keluar dari kodratnya, membelah alami kerusakan. Begitulah setidaknya prolog musikalisasi puisi "Masa tanpa diri, dan beranak. Ulang", di Auditorium Kampus I Sebuah khalayan yang tak mungkin terjadi. Tapi bisa saja itu terjadi ketika Universitas Muhammadiyah Magelang (UMM), dalam peringatan Hari Bumi bumi ini membelah diri, bukan proses ge- nerasi tetapi terbelah karena kehancuran. Sedunia, bate-baize ini. Kemerdekaan mengartikan bumi Pementasan itu dibawakan dalam kolaborasi tiga komunitas antara lain menjadi bagian yang tak terpisahkan dan musikalisasi puisi itu. Melontarkan kali- Alam Raya Institut, Teater Fajar UMM, mat-kalimat keresahan dan kemudian dis- dan RupadatuPercution. Kemudian didu- ambung dengan ungkapan falsafah kung instalasi Hery Selot dan Ipeh. Keresahan-keresahan yang diungkap- penyikapan fenomena itu. kan dalam bait-bait indah dibalut musik Balutan musik digital dan percusi dari Institut Alam Raya menjadikan terasa meringankan para penonton untuk mencema kalimat-kalimat yang berat itu. penonton terlelap dalam bayangan kon- disi alam sekarang ini. Anak-anak digam- Bahkan kemasan itu menjadikan pertun- jukan semakin indah dinikmati. barkan kehilangan halamannya ketika pembangunan di negeri ini terns mengikis Menurut Gepeng, apa yang diper- sembahkan itu adalah sebuah ungkapan habis potensi alam. Kemudian dipertegas dengan instalasi SM/Sholahuddin al-Ahmed keresahan melihat fenomena lingkungan sekarang ini. Ketika manusia dihadapkan di sisi kanan panggung. Ada sebuah MUSIKALISASI PUISI: Pementasan musikalisasi puisi dalam berbagai persoalan lingkungan maka pohon yang daunnya terlepas dan ranting peringatan Hari Bumi Sedunia di Auditorium Kampus I Universitas hares menggunakan logika dan pikiran- dan sebagian pohon itu berdaun sandal jepit. Takjauh dari tempat itu Hery Selot MuhammadiyahMagelang (UMM), baru-baru ini. (70) nya untuk menyelamatkan. (70)