Kecepatan Reaksi
Kecepatan Reaksi
CLARISSA AMALIA
NRP 2313030015 NRP 2313030023 NRP 2313030051 NRP 2313030079 NRP 2313030097 : 21 OKTOBER 2013 : 28 OKTOBER 2013 : Nurlaili Humaidah, S.T,M.T
2. DANIATUS SYARH HAJJ 3. APRISE MUJIARTONO 4. FANO ALFIAN ARDIANSYAH 5. KHAIRUL ANAM Tanggal Percobaan Tanggal Penyerahan Dosen Pembimbing
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2013
ABSTRAK
Tujuan praktikum kecepatan reaksi adalah untuk menghitung konstanta kecepatan reaksi dari penyabunan etil asetat dan NaOH dan menentukan nilai orde reaksi dari penyabunan etil asetat dan NaOH. Cara yang digunakan untuk menghitung konstanta kecepatan reaksi dan orde reaksi ini adalah membuat 200 ml larutan 0,03 N etila setat, 200 ml larutan 0,03 NaOH, dan 200 ml larutan 0,03 N HCl. Kemudian memasukkan 25 ml larutan 0,03 N etil asetat kedalam erlenmeyer. Kemudian menambahkan 25 ml larutan 0,03 N NaOH dan mengocoknya selama 6 menit (t1).Kemudian menambahkan 25 ml larutan 0,03 N HCl dan mengocoknya kembali selama 6 menit (t1). Lalu menambahkan indikator pp sebanyak 2 tetes kedalam campuran tersebut. Setelah itu mentitrasi campuran tersebut dengan larutan 0,03 N NaOH. Selanjutnya, mengulangi prosedur di atas sebanyak 5 kali dengan variabel waktu yang berbeda yaitu selama12 menit (t2), 18 menit (t3), 24 menit (t4), 30 menit (t5), 36 menit (t6). Setelah melakukan praktikum ini didapatkan hasil yaitu pada pengocokan minimum selama 6 menit, dibutuhkan volume titran NaOH sebanyak 3,1 ml. Sedangkan pada pengocokan maksimum selama 36 menit, dibutuhkan volume titran NaOH sebanyak 5,9 ml.
iii
DAFTAR TABEL Tabel IV.1 Hasil Penyabunan Ethyl Asetat dengan Larutan NaOH 0,03 N................... IV-1
iv
Grafik IV.2 Pengaruh waktu (t) terhadap volume titran (NaOH) ............................ IV-4 Grafik IV.3 Pengaruh waktu (t) terhadap jumlah etil asetat ...................................
IV-5
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Kecepatan reaksi atau laju reaksi adalah banyaknya mol/liter suatu zat yang dapat berubah menjadi zat lain dalam setiap satuan waktu. Reaksi kimia memiliki bermacammacam jenis, salah satunya adalah penyabunan atau saponifikasi. Penyabunan adalah reaksi pembentukan sabun, yang biasanya dengan bahan awal lemak dan basa. Nama lain reaksi penyabunan adalah reaksi penyabunan. Dalam pengertian teknis, reaksi penyabunan melibatkan basa (soda kaustik NaOH) yang menghidrolisis trigliserida. Trigliserida dapat berupa ester asam lemak membentuk garam karboksilat. Proses penyabunan bisa terjadi pada etil asetat. Etil asetat adalah senyawa organik dengan rumus CH3COOC2H5. Senyawa ini merupakan ester dari etanol dan asam asetat. Senyawa ini berwujud cairan tak berwarna, memiliki aroma khas. Senyawa ini sering disingkat EtOAc, dengan Et mewakili gugus etil dan OAc mewakili asetat. Etil asetat diproduksi dalam skala besar sebagai pelarut. Idealnya dalam melakukan percobaan penyabunan etil asetat dan NaOH, kita mengharapkan hasil yang maksimal yaitu kami dapat menentukan konstanta kecepatan reaksi serta orde reaksinya dengan mudah dan tepat. Namun, dalam kondisi sesungguhnya pasti terdapat faktor yang menghambat dalam berlangsungnya percobaan sehingga perlu waktu lebih untuk menghasilkan data yang akurat. Oleh karena itu, kami tertarik untuk melakukan percobaan penyabunan etil asetat dalam rangka mengetahui faktor apa saja yang menghambat berlangsungnya percobaan sehingga kami bisa menemukan solusi agar dapat memperoleh data yang akurat dengan mudah dan tepat. I.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dari percobaan ini yaitu : a. Bagaimana cara menghitung konstanta kecepatan reaksi dari penyabunan etil asetat dan NaOH? b. Berapakah nilai orde reaksi dari penyabunan etil asetat dan NaOH?
I-1
I-2 BAB I Pendahuluan I.2 Tujuan Percobaan Tujuan dari percobaan yang dilakukan yaitu : a. Menghitung konstanta kecepatan reaksi dari penyabunan etil asetat dan NaOH. b. Menentukan nilai orde reaksi dari penyabunan etil asetat dan NaOH.
Jumlah molekul pereaksi yang konsentrasinya menetukan kecepatan reaksi disebut tingkat reaksi. Untuk reaksi : n1A + n2B + n3C Rate = hasil-hasil.
n n n 3
dC dt
kCA 1C B 2 CC
Bertingkat n1 + n2 + n3 = n Molekularitas dan tingkat reaksi tidak selalu sama, sebab tingkat reaksi
tergantung dari mekanisme reaksinya. Disamping itu perlu diketahui bahwa molekularitas selalu merupakan bilangan bulat, sedangkan tingkat reaksi dapat pecahan, bukan nol (Soekarjo, 1985). Nilai k hanya dapat diperoleh melalui analisis data eksperimen, tidak berdasarkan stoikiometri maupun koefisien reaksi. Tetapan k yang muncul disebut II-1
II-2 BAB II Tinjauan Pustaka juga sebagai tetapan laju atau koefisien laju. Untuk reaksi yang dipercaya elementer, k biasanya disebut tetapan laju. Dan untuk reaksi yang terjadi dengan lebih dari satu tahap, k disebut koefisien laju (Mulyani, 2004:160). Dalam metode initial rate, kita menggunakan kurun waktu yang dibutuhkan untuk reaktan mulai tepat bereaksi. Pada metode ini dapat C0 dan t0 yang dapat langsung dimasukkan ke dalam persamaan umum orde reaksi. A + B Produk
dx k (a x)(b x) dt
dx kdt 2 0 (a x) 0
1 ax
x 0
k .t
t 0
x = a.k.t ax
(Maron & Lando, 1958)
II.1.2 Orde Reaksi II.1.2.1 Reaksi Orde Nol Reaksi orde ke nol (Chang, 2005) : A produk Hukum lajunya adalah laju = k [A] Laju dari orde ini adalah sama dengan konstantanya, tidak tergantung pada konsentrasi reaktan karena laju reaksi dari orde ini tetap, maka grafik sebagai fungsi dari waktunya adalah suatu garis lurus. (Chang, 2005 ; Pertucci, 1987). II.1.2.2 Reaksi Orde Pertama Reaksi orde pertama merupakan laju reaksi yang bergantung pada konsentrasi
Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS
II-3 BAB II Tinjauan Pustaka reaktannya yang dipangkatkan 1. Reaksinya (Chang, 2005) : A produk Hukum lajunya adalah laju = k [A] Sehingga menjadi : ln = kt Dimana ln adalah logaritma natural. Konsentrasi awal (t=0) tidak selalu pada awal percobaan, namun kapan saja waktu yang kita pilih untuk memantau percobaan dalam konsentrasi A (Chang, 2005). II.1.2.3 Reaksi Orde Kedua Suatu reaksi dikatakan berorde dua terhadap salah satu pereaksi jika laju reaksi merupakan pangkat dua dari konsentrasi pereaksi itu. Hukum lajunya adalah (Chang, 2005) : Laju = k Sehingga persamaannya menjadi : ln = + kt
II.1.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Laju Reaksi Kecepatan reaksi dari suatu zat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : 1. Suhu Secara umum reaksi kimia akan berlangsung semakin cepat jika suhu dinaikkan. Pada umumnya pada penambahan suhu sebesar 10oC maka kecepatan reaksinya akan menjadi dua kali lebih cepat dari kecepatan reaksi semula. 2. Konsentrasi Reaktan Semakin besar konsentrasi dari reaktan maka semakin besar pula kecepatan reaksinya. Hal ini disebabkan karena jumlah molekul yang berinteraksi bertambah besar seiring dengan besarnya konsentrasi larutan. 3. Sifat Zat yang Bereaksi Cepat atau lambatnya reaksi kimia sangat ditentukan oleh sifat zat yang bereaksi. Ada zat yang sangat reaktif, sehingga reaksinya sangat cepat, misalnya reaksi antara logam natrium dengan air, ada juga reaksi yang berlangsung sangat lambat. Larutan polar dan non polar juga mempengaruhi kecepatan reaksi zat.
II-4 BAB II Tinjauan Pustaka 4. Luas Permukaan Semakin besar luas permukaan dari molekul reaktan, semakin besar pula 5. Katalis kecepatan reaksi. 5. Katalis Katalis merupakan zat yang ditambahkan dalam suatu reaksi kimia dengan tujuan untuk mempercepat ataupun memperlambat reaksi kimia, tetapi tidak ikut bereaksi (Maron & lando, 1958 ).
II.1.4 Hukum Laju dan Energi Aktivasi Hukum laju adalah persamaan yang menyatakan laju reaksi sebagai fungsi dari konsentrasi semua spesies yang ada, termasuk produk. Dalam metode laju awal, yang sering digunakan bersama-sama dengan metode isolasi, laju diukur pada awal reaksi untuk beberapa reaktan dengan konsentrasi awal yang berbeda-beda. Hukum laju awal untuk reaksi yang terisolasi adalah (Atkins, 1996) :
Vo = k [A]o
Energi aktivasi adalah energi yang menerangkan panas maksimal yang harus dimiliki molekul-molekul sebelum bereaksi. Energi (kal/mol) digunakan untuk menyusun kembali elektron bila molekul bereaksi bertumbukan. Persamaan Arrhenius menyatakan: k = A e
E E
RT
RT
. Laju
reaksi akan lebih cepat jika puncak energi aktivitasnya lebih rendah. Hal ini berarti reaksi akan lebih mudah terjadi. Total energi reaktan dan produk tidak dipengaruhi oleh katalis. Katalis dapat menurunkan energi aktivasi reaksi dengan satu dari dua cara berikut: 1. Memberikan permukaan dan orientasi. Terjadi pada katalis heterogen. Katalis ini hanya mengikat 1 molekul pada permukaan sambil memberikan orientasi yang sesuai untuk memudahkan jalannya reaksi. Katalis heterogen adalah katalis yang berada pada fase yang berbeda dengan
Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS
II-5 BAB II Tinjauan Pustaka reaktan. Katalis ini umumnya merupakan logam padat yang terbagi dengan halus atau oksida logam sedangkan reaktannya adalah gas atau cairan. Katalis heterogen cenderung menarik 1 bagian dari molekul reaktan karena adanya interaksi yang cukup kompleks yang belum sepenuhnya di pahami. Setelah reaksi terjadi, gaya yang mengikat molekul ke permukaan katalis tidak ada lagi, sehingga produk terlepas dari permukaan katalis. Katalis dapat siap melakukannya lagi. 2. Mekanisme alternatif Terjadi pada katalis homogen, yaitu katalis yang mempunyai fase sama dengan reaktannya. Katalis ini memberikan mekanisme alternatif atau jalur reaksi yang memiliki energi aktivasi yang lebih rendah dari reaksi aslinya. Dengan demikian, reaksi dapat berlangsung dalam waktu yang lebih singkat.
II.1.5 Persamaan Laju Mengingat pada reaksi kimia pereaksi A terurai menghasilkan produk B dan C. Selama terjadi reaksi konsentrasi A berkurang dan pada saat itu konsentrasi B dan C meningkat.
AB+C
Beberapa laju dihasilkan oleh perubahan pada pengukuran kuantitas dengan waktu dan laju pada reaksi kimia digambarkan dalam hal perubahan konsentrasi pereaksi yang dihasilkan dengan waktu tertentu.
Laju =
d [C ] d [ A] d [ B] = = dt dt dt
Laju reaksi kimia digambarkan sebagai laju perairan atau hilangnya reaksi atau laju pembentukan produk. Laju pada saat maksimum ditunjukkan sebagai berkurangnya proses reaksi. Pada saat itu didapatkan laju reaksi tergantung pada konsentrasi pereaksi, itu dapat dianggap konsentrasi A pada reaksi di atas berkurang. Sehinngga, laju OC [ A] dimana n adalah konstanta dikenal sebagai orde reaksi. Hubungan antara laju dan konsentrasi persamaan laju dan bentuk yang dapat dibuat
n
d [ A] = kr dt
[ A]
II-6 BAB II Tinjauan Pustaka disebut sebagai tetapan laju. Persamaan laju menyatakan bagaimana laju yg berbeda pada tahap-tahap dasar dengan konsentrasi pereaksi. Konsentrasi produk tidak melibatkan tanda.
II.1.6 Menentukan Laju Reaksi Laju reaksi dapat ditentukan melalui percobaan yaitu dengan mengukur konsentrasi salah pereaksi atau salah satu produk. Dengan selang waktu tertentu selama reaksi berlangsung untuk reaksi yang berlangsung lambat, hal itu dapat dilakukan dengan mengeluarkan sampel dari campuran reaksi lalu menganalisanya. Misalnya reaksi hidrolisis etil asetat berikut ini: CH3COOC2H5 + H2O CH3COOH + C2H5OH Reaksi itu berlangsung lambat sehingga konsentrasi asam yang terbentuk dengan mudah di tentukan dengan suatu larutan basah. Cara yang lebih umum ialah menggunakan suatu alat yang dapat menunjukkan secara kontinu salah satu perubahan fisus yang menyertai reaksi, misalnya untuk reaksi yang membebaskan gas, alat dirancang agar dapat mencatat volume gas yang terbentuk untuk reaksi yang disertai perubahan warna alat dirancang agar dapat mengukur perubahan intensitas warna, untuk reaksi gas yang disertai perubahan jumlah mol, alat dirancang agar dapat mengukur perubahan tekanan gas.
II.1.7 Penyabunan Sabun adalah salah satu senyawa kimia tertua yang pernah dikenal. Sabun sendiri tidak pernah secara aktual di temukan, namun berasal dari pengembangan campuran antara senyawa alkali dan lemak/minyak. Bahan pembuatan sabun terdiri dari dua jenis, yaitu bahan baku dan bahan pendukung. Sabun dibuat dari proses hidrolisis basa terhadap lemak dan minyak yang disebut saponifikasi. Fungsi sabun dalam keanekaragaman cara adalah sebagai bahan pembersih. Sabun menurunkan tegangan permukaan air, sehingga memungkinkan air untuk membasahi bahan yang di cuci dengan lebih efektif. Sabun bertindak sebagai suatu zat pengemulsi untuk mendispersikan minyak dan sabun teradsorpsi pada butiran kotoran. Reaksi pembuatan sabun menghasilkan sabun sebagai produk utama dan
Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS
II-7 BAB II Tinjauan Pustaka gliserin sebagai produk samping. Gliserin sebagai produk samping juga memiliki nilai jual. Sabun memiliki kelarutan yang tinggi dalam air tapi tidak larut menjadi partikel yang lebih kecil. Sabun pada umumnya dikenal dalam dua wujud, sabun cair dan padat. Perbedaan utama dari kedua wujud sabun ini adalah alakali yang digunakan dalam reaksi pembuatan sabun. Sabun padat menggunakan Natrium Hidroksida atau soda kaustik (NaOH), sedangkan sabun cair menggunakan kalium hidroksida (KOH), sebagai alkali. Selain itu, jenis minyak yang digunakan juga mempengaruhi wujud sabun yang dihasilka. Minyak kelapa akan menghasilkan sabun yang lebih keras daripada minyak kedelai, minyak kacang dan minyak biji katun. Hasil mula-mula dari penyabunan adalah karboksilat karena campurannya bersifat basa. Setelah campuran di asamkan, karboksilat berubah menjadi asam karboksilat. Produknya, sabun yang terdiri dari garam asam-asam lemak. Fungsi sabun dalam keanekaragaman cara adalah sebagai bahan pembersih. Sabun menurunkan tegangan permukaan air, sehingga memungkinkan air untuk membasahi bahan yang dicuci dengan lebih efektif. Sabun bertindak sebagai suatu zat pengemulsi untuk mendispersikan minyak dan sabun teradsorpsi pada butiran kotoran.
menit, dan 36 menit c. Respon III.2 Alat 1. Baker Glass 2. Buret : Banyaknya volume titran (NaOH)
10. Sarung Tangan 11. Statif 12. Timbangan Elektrik III.3 Bahan 1. 2. 3. 4. Larutan PP Larutan NaOH 0,03 N Larutan HCL 0,03 N Larutan Etil Asetat 0,03 N
III.4 Prosedur Percobaan 1. 2. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan Membuat 200 ml larutan 0,03 N etil asetat, 200 ml larutan 0,03 N NaOH, dan 200 ml larutan 0,03 N HCl. 3. Memasukkan 25 ml larutan 0,03 N NaOH ke dalam erlenmeyer III-1
III-2 BAB III Metodologi Percobaan 4. 5. Menambahkan 25 ml larutan 0,03 N etil asetat dan mengocoknya selama 6 menit. Menghentikan proses pengocokan setelah 6 menit kemudian menambahkan 25 ml larutan 0.03 N HCl dan mengocoknya kembali selama 6 menit. 6. 7. 8. Menambahkan indikator PP sebanyak 2 tetes kedalam 75 ml campuran. Mentitrasi campuran tersebut dengan larutan 0,03 N NaOH. Mengulangi prosedur a sampai f sebanyak 5 kali dengan variabel waktu yang berbeda yaitu selama 12 menit, 18 menit, 24 menit, 30 menit, 36 menit.
Mulai
Membuat Larutan NaOH 0,03 N etil asetat 0,03 N dan HCl 0,03 N
Mengulangi prosedur percobaan sebanyak 3 kali dengan variabel waktu yang berbeda yaitu selama 12 menit, 18 menit, 24 menit, 30 menit, 36 menit
Selesai
Beaker Glass
Buret
Erlenmeyer
Gelas Ukur
Klem
Labu Ukur
Statif
Pipet Tetes
Pipet Volume
Timbangan Elektrik
Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS
IV.1 Hasil Percobaan Penyabunan Etil Asetat dan NaOH Setelah melakukan percobaan penyabunan etil asetat, didapatkan volume NaOH yang digunakan untuk titrasi sebagai berikut : Tabel IV.1 Hasil Percobaan Penyabunan Etil Asetat Dan NaOH Volume Etil No Perlakuan Asetat (0,03 N) 1. 2. 3. Titrasi 4. 5. 6. 25 ml 25 ml 25 ml 25 ml 25 ml 25 ml 25 ml 25 ml 25 ml 24 30 36 5 ml 5,3 ml 5,9 ml 25 ml 25 ml 25 ml Volume NaOH (0,03 N) 25 ml 25 ml 25 ml Volume HCl (0,03 N) 25 ml 25 ml 25 ml 6 12 18 t (menit) Volume Titran NaOH (0,03 N) 3,1 ml 4,5 ml 4,8 ml
IV.2 Pembahasan IV.2.1 Menentukan Konstanta Reaksi dari Penyabunan Etil Asetat dengan NaOH. Dalam percobaan yang dilakukan, penentuan konstanta dan orde kecepatan reaksi menggunakan metode reaksi penyabunan yaitu antara CH3COOC2H5 dan NaOH. Dalam percobaan ini terjadi reaksi dengan mekanisme sebagai berikut : CH3COOC2H5(aq) + NaOH(aq) C 2 H 5 OH(aq) + CH3COONa(aq)
Reaksi senyawa tersebut dibantu dengan proses pengocokan yang dilakukan selama t menit. Setelah t menit, penambahan HCl pada campuran larutan IV-1
IV-2
BAB IV Hasil dan Pembahasan CH3COOC2H5 dan NaOH. Penambahan HCl dilakukan untuk mempercepat reaksi atau disebut juga sebagai katalisator, sehingga terjadi reaksi : NaOH sisa (aq) + HCl(aq) NaCl(s) + H2O(l)
Pada reaksi ini, NaOH bertindak sebagai reaktan pembatas (limiting reaktan) sehingga berdasarkan reaksi ini konsentrasi etil asetat yang bereaksi dapat ditentukan. Untuk menentukan jumlah HCl sisa reaksi, maka dilakukan titrasi HCL oleh NaOH : HCl sisa (aq) + NaOH(aq) NaCl(s) + H 2 O(l)
Sehingga jumlah mol etil asetat yang bereaksi dapat diketahui dengan mengetahui jumlah mol NaOH yang diperlukan untuk titrasi. Selanjutnya, konstanta reaksi dari reaksi penyabunan etil persamaan yang berasal dari grafik antara dari :
x = a.k.t ax
x terhadap t ax
IV-3
0. Sehingga dari percobaan didapatkan grafik IV.1 Dari kurva didapatkan slope a.k dimana a merupakan konsentrasi mula-mula sehingga konstanta reaksi dapat dicari dengan membagi harga slope dengan a yang diketahui nilainya. Setelah kita memperoleh persamaan garis y = 0,01x, maka kita mensubsitusikannya ke dalam rumus diperoleh persamaan sebagai berikut : y = 0,01x
x = a.k.t ax
x = a.k.t , sehingga ax
0,01x = a.k.t Berdasarkan persamaan sehingga didapatkan k = 0,33 M-1s-1 . Berdasarkan literatur disebutkan bahwa konstanta laju reaksi untuk penyabunan etil asetat dengan NaOH berkisar 0,057 M-1s-1( Glasstone, 1946 ). Hasil percobaan yang didapatkan berbeda dengan literatur. Hal ini disebabkan karena ketika proses penimbangan NaOH, timbangan yang digunakan kurang valid, sehingga mempengaruhi konsentrasi larutan NaOH yang dibuat. Selain itu, pada saat pengamatan perubahan larutan menjadi merah muda (pink) sulit untuk memberi batasan warna saat awal mulai terjadinya perubahan warna menjadi merah muda (pink) yang sama pada setiap perbedaan lamanya waktu yang diperoleh dalam proses pengocokan. Hal ini menyebabkan perbedaan volume NaOH yang digunakan untuk mentitrasi larutan sehingga hal itu dapat berpengaruh terhadap data yang didapatkan. IV.2.2 Pengaruh Waktu Pengocokan (t) terhadap Volume Titran (NaOH) yang Bereaksi. Dalam percobaan kecepatan reaksi dilakukan proses pengocokan terhadap larutan etil asetat dan NaOH serta pada saat setelah penambahan
Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS
IV-4
BAB IV Hasil dan Pembahasan HCl. Berdesarkan percobaan yang telah dilakukan diperoleh hubungan antara lama waktu pengocokan terhadap volume titran yang dibutuhkan untuk mencapai titik ekivalennya.
Grafik IV.2 Pengaruh waktu (t) pengocokan terhadap volume titran (NaOH) yang diperlukan
Dari grafik IV.2 Pengaruh waktu (t) pengocokan terhadap volume titran (NaOH)
yang diperlukan dapat diketahui bahwa semakin lama waktu pengocokan yang
diberikan pada campuran larutan etil asetat dan NaOH serta setelah penambahan HCl, maka semakin besar pula volume titran NaOH yang dibutuhkan untuk titrasi. Yaitu pada waktu 36 menit dibutuhkan volume titran NaOH sebanyak 5,9 ml. Perubahan warna yang terjadi adalah larutan yang awalnya bening berubah menjadi pink(merah muda). IV.2.3 Pengaruh Waktu Pengocokan (t) terhadap Etil asetat (CH3COOC2H5) yang Bereaksi. Dalam percobaan kecepatan reaksi yang telah dilakukan, salah satu prosedur percobaannya yaitu melakukan proses pengocokan larutan etil asetat dan NaOH serta pada saat setelah penambahan HCl. Berdesarkan percobaan yang telah dilakukan diperoleh hubungan antara lama waktu pengocokan terhadap volume titran yang dibutuhkan untuk mencapai titik ekivalennya.
Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS
IV-5
Grafik IV.3 Pengaruh waktu (t) pengocokan terhadap jumlah etil asetat yang bereaksi
Dari grafik IV.3 Pengaruh waktu (t) pengocokan terhadap etil asetat yang
bereaksi dapat diketahui bahwa semakin lama waktu pengocokan yang
diberikan jumlah (mol) etil asetat yang bereaksi semakin bertambah. Hal ini dapat terjadi karena semakin lama proses pengocokan berlangsung semakin banyak permukaan partikel yang bereaksi, karena adanya tumbukan antara partikel satu dengan partikel lainnya. Hal ini bisa terlihat pada saat dilakukan pengocokan selama 36 menit, maka jumlah etil asetat yang bereaksi semakin besar pula, yaitu sebesar 0,177 mol. IV.2.4 Menetukan Besarnya Konstanta Kecepatan Reaksi Penyabunan Etil Asetat Pada penentuan orde reaksi penyabunan etil asetat kita dapat menggunakan persamaan yang terjadi antara etil asetat dan NaOH. Berdasarkan teori yang ada yaitu :
A+B hasil
Rate = k2 . CA . CB Karena konsentrasi yang digunakan dalam penyabunan antara etil asetat dan NaOH sama, maka A = B, sehingga menjadi : Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS
IV-6
Dari reaksi yang terjadi antara etil asetat dan NaOH mempunyai molaritas sama yaitu 0,03 N. Sehingga, dengan menggunakan dasar teori persamaan tersebut, maka orde reaksi penyabunan etil asetat dan NaOH merupakan orde reaksi tingkat dua.
BAB V KESIMPULAN
Setelah melakukan praktikum, didapat : 1. Konstanta kecepatan reaksi dari penyabunan etil asetat dan NaOH sebesar 0,33 M-1s-1. 2. Nilai orde reaksi dari penyabunan etil asetat dan NaOH adalah orde reaksi tingkat dua. 3. Pada pengocokan minimum selama 6 menit, dibutuhkan volume titran NaOH sebanyak 3,1 ml. Sedangkan pada pengocokan maksimum selama 36 menit, dibutuhkan volume titran NaOH sebanyak 5,9 ml.
V-1
DAFTAR PUSTAKA
Maron, H. Samuel and Jerome B. Lando. 1944. Fundamentals of Physical Chemistry.London: Collier Macmillan Publisher Sukardjo. 1997. Kimia Fisika 1. Jakarta: Rineka Cipta Siklusrantai.2011. Laporan Praktikum Kimia Laju Reaksi. Diakses di
(http://Siklusrantai.blogspot.com/2011/10/laporan-praktikum-kimia-lajureaksi_11.html?m=1) pada tanggal 23 September 2013 Wikipedia. Laju Reaksi. Diakses di (id.m.wikipedia.org/wiki/Laju_reaksi) pada tanggal 23 September 2013
vi
DAFTAR NOTASI
Simbol N t M V gr BM
Keterangan Normalitas Waktu yang diperlukan molaritas volume Massa jenis massa Berat Molekul
vii
APPENDIKS
1.
Perhitungan pembuatan 200 ml 0,03 N etil asetat (CH3COOC2H5) Tersedia = Etil asetat 99,5%
Mr
= 99,5 x 10 x 0,897
88
= 10,1422 M Pengenceran : M1 x V1 10,1422x V1 V1 V1 2. = M2 x V 2 = 0,03 x 200 = 0,59 ml = 0,6 ml Perhitungan pembuatan 200 ml 0,03 N HCL = HCL 32% =1,18 gram/ml
36,5
Pengenceran : M1 x V1 10,3452 x V1 V1 = 0,5799 ml = M2 x V2 =0,03 x 200 = 0,6 ml
3.
M =
massa
Mr x Volume
4.
Penyabunan CH3COOC2H5 oleh NaOH Untuk t = 6 menit CH3COOC2H5 awal NaOH awal HCl awal = 0,03 N = 0,03 N = 0,03 N
mol CH3COOC2H5 awal = 0,03 x 25 = 0,75 mmol mol NaOH awal = 0,03 x 25 = 0,75 mmol mol HCl Volume NaOH titrasi mol NaOH titrasi = 0,03 x 25 = 0,75 mmol = 3,1 ml = 0,03 x 3,1 = 0,093 mmol
Reaksi (1) CH3COOC2H5 + NaOH Awal Bereaksi Sisa 0,75 x 0,75-x 0,75 x 0,75-x C2H5OH + CH3COONa x x
Reaksi (2) NaOH sisa Awal Bereaksi Sisa 0,75-x 0,75-x 0 + HCl 0,75 0,75-x x NaCl 0,75-x + H2 O 0,75-x
Reaksi (3) NaOH+ Awal Bereaksi Sisa 0,093 0,093 0 HCl sisa x x 0 NaCl x + H2O x
Pada reaksi (3) mol NaOH titrasi = 0,093mmol mol HCl titrasi mol HCl x = x mmol = mol NaOH = 0,093mmol
Untuk perhitungan t selanjutnya dengan cara yang sama. Perhitungan pembuatan grafik x = CH3COOC2H5 yang bereaksi = 0,00372M a = CH3COOC2H5 mula-mula
x ax
= 0,03 N =0,03 M
Tabel 1.1 Hasil Perhitungan Penyabunan Etil Asetat dengan NaOH T (menit) 6 12 18 24 30 36 V NaOH (ml) 3,1 4,5 4,8 5 5,3 5,9 a (N) 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 x (N)
0,00372 0,0054 0,00576 0,006 0,00636 0,00708
x (a x)
0,1415 0,2195 0,2376 0,25 0,269 0,3089
Dari data pada tabel 1.1, dibuat plot antara Persamaan : y = 0,01x Dimana persamaan reaksi orde 2 : k = 0,01/ 0,03 = 0,33 M-1menit-1
x = a.k.t ax