Anda di halaman 1dari 100

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP

REMAJA PUTRI TENTANG SADARI TERHADAP


PERILAKU SADARI DI MA KMI DINIYYAH PUTERI
PADANG PANJANG BULAN FEBRUARI 2011

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN







OLEH :
Arini Estetia Putri
NIM: 108103000028






PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2011 M
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


Jakarta, 22 September 2011

Arini Estetia Putri





LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING



HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI
TENTANG SADARI TERHADAP PERILAKU SADARI DI MA KMI
DINIYYAH PUTERI PADANG PANJANG BULAN FEBRUARI 2011


Laporan Penelitian
Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Kedokteran (S.Ked)




Oleh :
Arini Estetia Putri
NIM: 108103000028





PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/ 2011 M
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Penelitian berjudul Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Remaja
Puteri tentang SADARI terhadap Perilaku SADARI di MA KMI Diniyyah
Puteri Padang Panjang pada Bulan Februari 2011 yang diajukan oleh Arini
Estetia Putri (NIM: 108103000028), telah diujikan dalam sidang di Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
pada 22 September 2011. Laporan penelitian ini telah diterima sebagai salah satu
syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) pada Program Studi Pendidikan
Dokter.
Jakarta, 22 September 2011








KATA PENGANTAR



Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas nikmat dan karunia
yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan
baik. Shalawat serta salam penulis curahkan kepada Rasulullah SAW beserta
keluarga dan para sahabat.

Laporan Penelitian Ini Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Remaja
Putri tentang SADARI terhadap Perilaku SADARI di MA KMI Diniyyah Puteri
Padang Panjang pada Bulan Februari 2011. Dalam penyusunan laporan ini, penulis
banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menghaturkan
ucapan terima kasih dan penghargaan kepada:

1) Prof. Dr. (hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp.And, Drs. H. Achmad Ghalib, MA, dan Dra.
Farida Hamid, M.Pd selaku Dekan dan Pembantu Dekan FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
2) Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Dokter PSPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3) dr. Alyya Siddiqa Sp.FK selaku dosen pembimbing I dan dr. Afrimal Syafarudin,
Sp.B(K)Onk sebagai pembimbing II yang telah banyak menyediakan waktu,
tenaga dan pikiran untuk membimbing dan mengarahkan saya dalam penyusunan
riset ini.
4) dr. Afrimal Syafarudin, Sp.B(K)Onk, dr. Devy Ariany M. Biomed, dr. Mukhtar
Ikhsan SpP(K), MARS selaku tim penguji yang telah memberikan saran demi
menyempurnakan riset ini.
5) Silvia Nasution M.Biomed selaku penanggung jawab riset PSPD 2008 yang
selalu mengingatkan kami untuk segera menyelesaikan riset.
6) Bapak, Ibu dosen dan segenap civitas akademika UIN Syarif Hidayatullah yang
telah banyak memberikan ilmu kepada penulis.
7) Ibu Nur Ahda Daimis, S.Pd selaku Wakil Kurikulum MA KMI Diniyyah Puteri
Padang Panjang dan guru-guru serta staf karyawan MA KMI Diniyyah Puteri
Padang Panjang yang telah memberikan izin dan bantuan kepada penulis dalam
melakukan proses pengumpulan data di lokasi penelitian.
8) Ayahanda Ir. Najamuddin dan Ibunda Eko Setiyani terima kasih atas cinta, kasih
sayang, pengorbanan, doa, ridho, harapan, senyuman, pelukan, air mata serta
pelajaran kehidupan yang selama ini telah diberikan kepada penulis sejak berada
dalam kandungan sampai bisa seperti sekarang.
9) Adikku tersayang Tegar Arya Manggala dan Ali Akbar Algarri serta seluruh
keluarga besar yang selalu meberikan kasih sayang, cinta, perhatian, dan selalu
setia untuk berbagi dalam suka dan duka.
10) Muhammad Hanafi yang selama ini selalu memberikan dukungan dan motivasi,
juga setia menemani dari awal hingga akhir dari penelitian ini terselesaikan.
11) Teman-teman seangkatanku PSPD 2008, yang telah banyak membantu dan
kebersamaan selama 3 tahun ini , sahabat-sahabatku Gina AH, Hilda FF, Hilya H,
Hani H, Ira R, Karis AD, Puji P, Ade RY, Rini SY, Najmi H.
12) Teman-teman dan pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.


Jakarta, September 2011



Penulis

ABSTRAK
Arini Estetia Putri. Program Studi Pendidikan Dokter. Hubungan Tingkat
Pengetahuan dan Sikap Remaja Puteri Tentang SADARI terhadap Perilaku
SADARI di MA KMI Diniyyah Puteri Padang Panjang pada bulan Februari
2011. Tahun 2011

SADARI merupakan salah satu langkah deteksi dini untuk menemukan kanker
payudara pada stadium awal yang akan lebih efektif jika dilakukan sedini mungkin.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan sikap
remaja putri terhadap perilaku SADARI. Jenis penelitian ini bersifat penelitian
deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Pengumpulan data diperoleh
dengan pengisian kuesioner. Dari 115 responden, diperoleh hasil responden yang
memiliki pengetahuan baik (11,3%), pengetahuan sedang (35,7%), pengetahuan
kurang (53%). Sikap mereka masuk dalam kategori baik (9,6%), kategori sedang
(68,7%), kategori kurang (21,7%). Perilaku mereka termasuk dalam kategori kurang
(97,4%) sedangkan sisanya termasuk kategori sedang (2,6%). Tidak terdapat
hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku responden, p-value =0,100 dan
tidak terdapat hubungan antara sikap dengan perilaku responden, p-value = 0,476
pada 1-sided dan 1,000 pada 2-sided.
Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Perilaku, SADARI, Remaja Putri

ABSTRACT

Arini Estetia Putri. Medical Education Study Program. The relationship level of
knowledge and attitudes towards adolescent about BSE with BSE behavior in MA
KMI Diniyyah Puteri Padang Panjang in February 2011

BSE is one of methods early detection to find breast cancer on early stage which
would be more effective if done as early as possible. This study aims to determine the
relationship level of knowledge and attitudes towards the behavior of adolescent
BSE. This type of research is analytical descriptive study with cross sectional
approach. The collection of data obtained by filling the questionnaire. Of the 115
respondents, respondents who obtained results have good knowledge (11.3%),
moderate knowledge (35.7%), less of knowledge (53%). Their attitude in the category
of good (9.6%), category of moderate (68.7%), less categories (21.7%). Their
behavior is included in the category of less (97.4%) while the rest including the
category of moderate (2.6%). There is no relationship between the level of knowledge
by the respondent's behavior, p-value = 0.100 and there is no relationship between
attitudes to the behavior of respondents, p-value = 0.476 in the 1-sided and 1.000 at
2-sided
Keywords: Knowledge, Attitude, Behavior, BSE, Adolescent


DAFTAR ISI


Halaman
LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN .............................................................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................ v
ABSTRAK .......................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xi
DAFTAR BAGAN ............................................................................................. xii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 3
1.3 Hipotesis ............................................................................................. 3
1.4 Tujuan ................................................................................................ 3
1.5 Manfaat Penelitian .............................................................................. 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 5
2.1 Landasan Teori ................................................................................... 5
2.1.1 Domain Perilaku .............................................................................. 5
2.1.1.1 Pengetahuan.................................................................................. 5
2.1.1.2 Sikap ............................................................................................ 7
2.1.1.3 Perilaku ........................................................................................ 8
2.1.2 Remaja ............................................................................................ 11
2.1.2.1 Pengertian Remaja ........................................................................ 11
2.1.2.2 Perkembangan Remaja .................................................................. 11
2.1.3 Anatomi dan Fisiologi Payudara ...................................................... 14
2.1.3.1 Anatomi Payudara ........................................................................ 14
2.1.3.2 Fisiologi Payudara ........................................................................ 15
2.1.4 Kanker Payudara ............................................................................. 17
2.1.4.1 Definisi Kanker Payudara ............................................................. 17
2.1.4.2 Epidemiologi ................................................................................ 17
2.1.4.3 Etiologi dan Faktor Resiko ............................................................ 18
2.1.4.4 Manifestasi Klinis ......................................................................... 21
2.1.4.5 Klasifikasi .................................................................................... 22
2.1.4.6 Pencegahan ................................................................................... 25
2.1.4.7 Pengobatan ................................................................................... 27
2.1.5 Deteksi Dini .................................................................................... 27
2.1.6 SADARI sebagai Upaya Mendeteksi Dini Kanker Payudara ............ 29
2.1.6.1 Pengertian ..................................................................................... 29
2.1.6.2 Tujuan .......................................................................................... 29
2.1.6.3Waktu SADARI ............................................................................. 30
2.1.6.4 Cara Melakukan SADARI ............................................................ 30
2.1.6.5 Hasil Pemeriksan SADARI ........................................................... 31
2.2 Kerangka Konsep ............................................................................... 32
2.3 Definisi Operasional ........................................................................... 33
BAB 3 METODE PENELITIAN ...................................................................... 35
3.1 Desain Penelitian ............................................................................... 35
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................. 35
3.2.1 Lokasi Penelitian ............................................................................ 35
3.2.2 Waktu Penelitian ............................................................................ 35
3.3 Populasi dan Sampel .......................................................................... 35
3.3.1 Populasi dan Sampel yang Diteliti................................................... 35
3.3.2 Jumlah Sampel ............................................................................... 35
3.3.3 Cara Pengambilan Sampel .............................................................. 36
3.3.4 Kriteria Sampel ............................................................................... 36
3.3.4.1 Kriteria Inklusi ............................................................................. 36
3.3.4.2 Kriteria Eksklusi .......................................................................... 36
3.4 Cara Kerja Penelitian ......................................................................... 37
3.5 Managemen Data ............................................................................... 37
3.5.1 Pengumpulan Data .......................................................................... 37
3.5.2 Pengolahan Data ............................................................................. 39
3.5.3 Analisis Data .................................................................................. 40
3.5.3.1 Analisis Univariat ........................................................................ 40
3.5.3.2 Analisis Bivariat .......................................................................... 40
3.5.4 Penyajian Data ................................................................................ 40
3.6 Etika Penelitian.................................................................................. 40
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 41
4.1 Keterbatasan Penelitian...................................................................... 41
4.2 Distribusi Sebaran Responden ........................................................... 41
4.3 Analisis Univariat .............................................................................. 42
4.3.1 Gambaran Pengetahuan Responden terhadap SADARI ................... 42
4.3.2 Gambaran Sikap Responden terhadap SADARI .............................. 50
4.3.3 Gambaran Perilaku Responden terhadap SADARI .......................... 52
4.4 Analisis Bivariat ................................................................................ 55
4.4.1 Hubungan Tingkat Pengetahuan terhadap Perilaku SADARI .......... 55
4.4.2 Hubungan Sikap terhadap Perilaku SADARI .................................. 57
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 60
5.1 Simpulan ........................................................................................... 60
5.2 Saran ................................................................................................. 58
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 61
LAMPIRAN



DAFTAR GAMBAR



Gambar 2.1 Gambar Anatomi Payudara ............................................................... 14
Gambar 2.2 Gambar Langkah-langkah Melakukan SADARI ............................... 31


DAFTAR BAGAN



Bagan 2.1 Kerangka Konsep .................................................................................. 32
Bagan 3.1 Alur Penelitian ...................................................................................... 37
Bagan 3.2 Proses Pengolahan Data......................................................................... 40





DAFTAR TABEL



Tabel 2.1 Klasifikasi TNM Kanker Payudara ...............................................22
Tabel 2.2 Definisi Operasional .....................................................................32
Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia........................................42
Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan tentang
SADARI Dapat Dilakukan Sendiri oleh Wanita ...........................42
Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan tentang
Pengertian SADARI Pengertian SADARI .....................................43
Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan tentang
Tujuan SADARI ..........................................................................43
Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan tentang
Usia Anjuran SADARI .................................................................44
Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan tentang
Waktu Melakukan SADARI Pada Wanita Yang Belum
Menopause ...................................................................................44
Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan tentang
Wanita Menopause .......................................................................44
Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan tentang
Alat Melakukan SADARI .............................................................45
Tabel 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan tentang
Cara Melakukan SADARI ............................................................45
Tabel 4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan tentang
Posisi Melakukan SADARI .........................................................46
Tabel 4.11 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan tentang
Hal Yang Perlu Diperhatikan Saat Melakukan SADARI ..............46
Tabel 4.12 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan tentang
Posisi Tangan Untuk Melihat Adanya Penarikan Kulit pada
Waktu Melakukan SADARI ........................................................46
Tabel 4.13 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan tentang
Spesifik Bagian Tangan Yang Digunakan pada Saat Meraba
Payudara Sewaktu Melakukan SADARI ......................................47
Tabel 4.14 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan tentang
Posisi Tangan Saat Melakukan Perabaan pada Posisi Berbaring ...47
Tabel 4.15 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan tentang
Tujuan Pemeriksaan Ketiak Saat Melakukan SADARI ...............48
Tabel 4.16 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan tentang
Urutan Melakukan SADARI yang Benar .....................................48
Tabel 4.17 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan tentang
Tingkat Pengetahuan secara Keseluruhan ....................................48
Tabel 4.18 Distribusi Responden Berdasarkan Gambaran Sikap .....................50
Tabel 4.19 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkatan Sikap .....................50
Tabel 4.20 Distribusi Responden Berdasarkan Gambaran Perilaku .................52
Tabel 4.21 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkatan Perilaku ................53
Tabel 4.22 Hubungan Tingkat Pengetahuan terhadap Perilaku SADARI ........55
Tabel 4.23 Hubungan Sikap terhadap Perilaku SADARI ................................57











DAFTAR LAMPIRAN



Lampiran 1 Surat Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 2 Informed Consent
Lampiran 3 Kuesioner
Lampiran 4 Hasil Analisis Data
Lampiran 5 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Lampiran 6 Daftar Riwayat Hidup

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kanker payudara adalah kanker yang paling sering pada perempuan dan
merupakan penyebab kematian kedua akibat kanker pada wanita, setelah kanker
leher rahim.
1
Menurut WHO, diperkirakan sekitar 519.000 wanita meninggal di tahun
2004 karena kanker payudara.
2,3
Sedangkan data dari American Cancer Society,
sekitar 1,3 juta wanita terdiagnosis kanker payudara, dan tiap tahunnya di seluruh
dunia kurang lebih 465.000 wanita meninggal karena penyakit ini.
4

Insidens kanker di Indonesia masih belum diketahui secara pasti, karena
belum ada registrasi kanker berbasis populasi yang dilaksanakan.
5
Data dari
International Agency Research on Cancer (IARC) Globocan 2008, didapatkan
estimasi insidens kanker payudara di Indonesia sebesar 36 per 100.000 perempuan.
6

Sedangkan data dari Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) di Indonesia pada tahun
2007 diketahui bahwa kanker payudara menempati urutan pertama pasien rawat inap
(16,85%) dan pasien rawat jalan (21,69%) atau lebih tinggi dibandingkan dengan
kanker leher rahim (17%).
7
Jumlah yang ada di RS Kanker Dharmais juga terus
meningkat, pada tahun 2003 tercatat ada 221 kasus, lalu pada tahun 2008 naik tiga
kali lipat menjadi 657 kasus.
8

Penatalaksanaan keganasan kanker payudara telah mengalami kemajuan yang
sangat pesat, walaupun demikian angka kematian dan angka keganasan kanker
payudara masih tetap tinggi, hal ini disebabkan penderita ditemukan pada stadium
lanjut, maka dalam hal ini deteksi dini dan diagnosis keganasan memegang peranan
sangat penting untuk memperbaiki prognosis disamping faktor klinis lainnya.
9
Survei
yang dilakukan Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta pada tahun 2005 menunjukkan
80% masyarakat tidak mengerti pentingnya pemeriksaan dini payudara. Sebanyak
70% kasus kanker payudara ditemukan dalam stadium lanjut sehingga angka
kesintasannya rendah. Hal ini dikarenakan masih rendahnya kesadaran, pengertian,
dan pengetahuan masyarakat tentang kanker payudara, sementara penanganan kanker
payudara secara lintas sektoral belum mendapat prioritas dari pemerintah.
10

Prognosis kanker payudara tergantung pada tingkat pertumbuhan. Pada tumor
ukuran kecil tindakan bedah kuratif dapat diharapkan, sekalipun kemungkinan sifat
unpredictable tidak dapat diabaikan. Oleh sebab itu, penanggulangan kanker
payudara dititikberatkan pada deteksi tumor stadium dini yang biasanya berukuran
kecil.
11
SADARI merupakan salah satu langkah deteksi dini untuk menemukan
kanker payudara stadium awal yang akan lebih efektif jika dilakukan sedini
mungkin, sebab 85% kelainan di payudara justru pertama kali dikenali oleh penderita
bila tidak dilakukan penapisan secara massal.
12
SADARI sebaiknya dilakukan setiap
kali selesai menstruasi yaitu hari ke-7 sampai ke-10 terhitung hari pertama haid,
karena pada saat ini pengaruh hormonal estrogen dan progesteron sangat rendah dan
jaringan kelenjar payudara saat itu tidak membengkak sehingga lebih mudah meraba
adanya tumor ataupun kelainan pada payudara.
13

Dari hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan pada remaja puteri di
SMUN 2 Pasar Tangerang ( 2010) menunjukkan masih rendahnya remaja yang
berperilaku SADARI secara benar, dengan data yang diperoleh yaitu sebanyak 39,9%
responden yang pernah melakukan SADARI, 4,1% yang melakukan secara teratur
dan 7,8% yang melakukan SADARI secara benar (7-10 hari) setelah menstruasi.
14

Penelitian yang dilakukan pada pasien kanker payudara di 9 rumah sakit umum di
Alexandria, didapatkan hasil bahwa pasien yang melakukan SADARI memiliki
proporsi yang lebih tinggi untuk terdiagnosis pada stadium dini (stadium I&II)
(87,5%) dibanding dengan pasien yang tidak pernah melakukan SADARI (52,5%).
15

Oleh karena itu penulis melakukan penelitian tentang hubungan tingkat
pengetahuan sikap terhadap perilaku remaja putri di MA KMI Diniyyah Puteri
tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI). Sehingga diharapkan dengan
pengetahuan yang baik, terutama bagi usia remaja bisa melakukan pencegahan dan
deteksi dini kanker payudara dengan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut di atas dapat
dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :
Bagaimana hubungan tingkat pengetahuan dan sikap remaja putri tentang
SADARI terhadap perilaku SADARI di MA KMI Diniyyah Puteri Padang Panjang
pada bulan Februari 2011?

1.3 Hipotesis
Remaja putri yang mempunyai tingkat pengetahuan dan sikap yang baik
tentang SADARI, maka semakin besar kemungkinannya untuk melakukan
SADARI.

1.4 Tujuan
1.4.1 Tujuan Umum:
Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan sikap tentang SADARI
terhadap perilaku SADARI pada remaja putri di MA KMI Diniyyah Puteri
Padang Panjang.
1.4.2 Tujuan Khusus:
- Mengetahui tingkat pengetahuan remaja putri di MA KMI Diniyyah Puteri
Padang Panjang tentang SADARI.
- Mengetahui sikap remaja putri di MA KMI Diniyyah Puteri Padang Panjang
tentang SADARI.
- Mengetahui perilaku remaja putri di MA KMI Diniyyah Puteri Padang
Panjang tentang praktik SADARI sebagai usaha deteksi dini kanker payudara
secara dini.
- Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan SADARI terhadap perilaku
SADARI.
- Mengetahui hubungan sikap SADARI terhadap perilaku SADARI.

1.5 Manfaat Penelitian
- Bagi MA KMI Diniyyah Puteri Padang Panjang
Meningkatkan pengetahuan tentang SADARI agar mampu
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
- Bagi Peneliti
Sebagai salah satu prasyarat kelulusan dalam menyelesaikan program
sarjana kedokteran, menambah keterampilan bagi peneliti dalam
melakukan penelitian serta dapat menambah wawasan tentang kanker
payudara dan hubungan tingkat pengetahuan, sikap tentang SADARI
dengan perilaku SADARI pada remaja putri.

- Bagi Institusi
Mewujudkan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah sebagai
universitas riset dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan,
mengembangkan kurikulum dan meningkatkan peran pendidik dalam
menyampaikan pengetahuan kanker payudara dan SADARI bagi
mahasiswa secara lebih menarik sehingga mampu mengaplikasikan
sebagai usaha preventif.
- Bagi Profesi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi
profesi dokter agar lebih meningkatkan perhatian terhadap pendidikan
kesehatan wanita khususnya tentang kanker payudara dan tindakan
promotif serta preventif dengan SADARI.




BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori
2.1.1 Domain Perilaku
Menurut Benyamin Bloom yang didapatkan oleh Notoatmodjo (2003),
perilaku manusia dapat dibagi ke dalam tiga domain. Pengukuran domain
perilaku:
16,17,18

A) Cognitive domain, diukur dari knowledge (pengetahuan)
B) Affective domain, diukur dari attitude (sikap)
C) Psychomotor domain, diukur dari psychomotor/affective (keterampilan)
2.1.1.1 Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses sensoris khususnya
mata dan telinga terhadap objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang
sangat penting untuk terbentuknya perilaku terbuka (overt behavior). Perilaku yang
didasari pengetahuan umumnya bersifat langgeng. Proses adopsi perilaku, menurut
Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2003), sebelum seseorang mengadopsi sesuatu,
di dalam diri orang tersebut terjadi suatu proses yang berurutan yaitu:
16

A) Awareness (kesadaran), individu menyadari adanya stimulus.
B) Interest (tertarik), individu mulai tertarik kepada stimulus
C) Evaluation (menimbang-nimbang), individu menimbang-nimbang tentang
baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Pada tahap ini subjek
memiliki sikap yang lebih baik.
D) Trial (mencoba), individu sudah mulai mencoba perilaku baru.
E) Adoption, individu telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, sikap
dan kesadarannya terhadap stimulus.

Tingkatan pengetahuan di dalam domain kognitif, mencakup 6 tingkatan, yaitu:
1) Tahu (know)
Tahu dapat diperhatikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali
suatu spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari meliputi pengetahuan terhadap fakta,
konsep, definisi, nama, peristiwa, tahun, daftar, rumus, teori dan kesimpulan. Oleh
karena itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja
untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain
menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, mendatakan dan lain sebagainya.
16,17,18


2) Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek
yang diketahui dan dapat mengintepretasikan materi tersebut secara benar. Orang
yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan
contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
16,17,18


3) Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya (real). Aplikasi disini dapat diartikan
sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus, prinsip dan sebagainya dalam konteks
lain.
16,17,18


4) Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke
dalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan
masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari
penggunaan kata-kata kerja seperti dapat menggambarkan (membuat bagan),
membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
16,17,18




5) Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau
dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi-
formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan dan dapat
meringkas, dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-
rumusan yang telah ada.
16,17,18


6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu
materi atau objek, penilaian didasarkan pada kriteria tertentu.
16,17,18


2.1.1.2 Sikap
Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap suatu stimulus atau objek,
baik yang bersifat intern maupun ekstern sehingga manifestasinya tidak dapat
langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari sikap yang
tertutup tersebut. Sikap secara realitas menunjukkan adanya kesesuaian respons
terhadap stimulus tertentu. Tingkatan sikap adalah menerima, merespons, menghargai
dan bertanggung jawab. Dalam bagian lain Allport (1954) yang dikutip Notoatmodjo
(2003) menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga komponen pokok.
16,17,18

a) Kepercayaan (keyakinan),ide,konsep,terhadap suatu objek
b) Kehidupan emosional dan evaluasi terhadap suatu objek.
c) Kecendrungan untuk bertindak.

Newcomb yang dikutip Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa sikap merupakan
kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, bukan merupakan pelaksanaan motif
tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan, akan tetapi merupakan predisposisi
tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan
reaksi terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di
lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.
16,17,18


Sikap memiliki beberapa tingkatan yaitu:
16,17,18

1. Menerima (receiving)
Menerima adalah mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan.
2. Merespons (responding)
Merespon adalah memberikan jawaban jika ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan.
3. Menghargai (valuing)
Menghargai adalah mengajak orang lain untuk mengerjakan atau
mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah.
4. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala
resikonya.

2.1.1.3 Perilaku
Menurut Notoatmodjo (2003) perilaku terbuka (overt behavior) adalah respon
seseorang terhadap stimulus baik dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon
terhadap stimulus tersebut sudah dalam bentuk tindakan atau praktik (practice), yang
dengan mudah diamati atau dilihat orang lain.
16,17,18

Skinner (1983) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), merumuskan bahwa
perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (ransangan dari
luar). Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan
menjadi dua:
1) Perilaku tertutup
Respon terhadap stimulus dalam bentuk terselubung. Respon terhadap
stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan atau
kesadaran dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut
dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain
.16,17,18 ,19,20,21,22


2) Perilaku terbuka
Respon terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon
terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik
yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.
16,17,18 ,19,20,21,22


a. Bentuk Perilaku
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan
menjadi dua:
1)Perilaku tertutup
Respon terhadap stimulus dalam bentuk terselubung. Respon terhadap
stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran dan
sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut dan belum dapat
diamati secara jelas oleh orang lain.
16-22


2) Perilaku terbuka
Respon terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon
terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik yang
dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.
16-22


b. Determinan Perilaku
Diatas telah dituliskan bahwa perilaku merupakan bentuk respon dari
stimulus. Hal ini berarti meskipun bentuk stimulusnya sama namun bentuk respon
akan berbeda dari ssetiap orang. Faktor yang membedakan respon terhadap stimulus
disebut determinan perilaku. Determinan perilaku dapat dibedakan menjadi dua
yaitu:
16,17,18
a) Faktor Internal yaitu karakteristik orang bersangkutan yang bersifat given atau
bawaan misalnya: kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin dan sebagainya.
b) Faktor eksternal yaitu lingkungan, baik lingkungan fisik, ekonomi, politik dan
sebagainya. Faktor lingkungan ini sering menjadi faktor yang dominan yang
mewarnai perilaku seseorang.

c. Proses terjadinya prilaku
Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi
perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan
yaitu:
16,17,18
a) Awareness (kesadaran), individu menyadari adanya stimulus.
b) Interest (tertarik), individu mulai tertarik kepada stimulus
c) Evaluation (menimbang-nimbang), individu menimbang-nimbang tentang
baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Pada tahap ini subjek
memiliki sikap yang lebih baik.
d) Trial (mencoba), individu sudah mulai mencoba perilaku baru.
e) Adoption, individu telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, sikap
dan kesadarannya terhadap stimulus.

Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini
didasari oleh pengetahuan , kesadaran dan sikap yang positif maka perilaku tersebut
akan menjadi kebiasaan atau bersifat langgeng (long lasting). Perubahan perilaku
seseorang dapat diketahui melalui persepsi. Persepsi adalah pengalaman yang
dihasilkan melalui indra penglihatan, pendengaran, penciuman dan sebagainya. Setiap
orang memiliki persepsi berbeda, meskipun objeknya sama. Motivasi diartikan
sebagai dorongan untuk bertindak agar tercapai tujuan tertentu. Hasil dari dorongan
dan gerakan ini diwujudkan dalam bentuk prilaku.
16,17,18


Perilaku juga dapat timbul karena emosi. Aspek psikologis yang mempengaruhi
emosi berhubungan erat dengan keadaan jasmani. Sedang keadaan jasmani
merupakan hasil keturunaan (bawaan). Dalam proses pencapaian kedewasaan pada
manusia semua aspek yang berhubungan dengan keturunan dan emosi akan
berkembang sesuai dengan hukum perkembangan. Oleh karena itu, perilaku yang
timbul karena emosi merupakan perilaku bawaan.
16,17,18

Faktor yang memegang peranan di dalam pembentukan perilaku dapat
dibedakan menjadi dua yaitu faktor intern, berupa kecerdasan, persepsi, motivasi,
minat, emosi dan sebagainya untuk mengolah pengaruh dari luar. Faktor ekstern
meliputi: objek, orang, kelompok dan hasil kebudayaan yang dijadikan sasaran dalam
mewujudkan bentuk perilakunya. Kedua faktor tersebut akan dapat terpadu menjadi
perilaku yang selaras dengan lingkungan, bila perilaku yang terbentuk dapat diterima
oleh lingkungannya, dan dapat diterima oleh individu yang bersangkutan.
16,17,18

2.1.2 Remaja
2.1.2.1 Definisi Remaja
Remaja atau adolescence (Inggris), berasal dari bahasa latin adolescere
yang berarti tumbuh ke arah kematangan. Baik kematangan fisik, sosial maupun
psikologis.
23

Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.
Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12-24 tahun. Menurut Depkes RI adalah
antara 10 sampai 19 tahun dan belum menikah, jika telah menikah maka tergolong ke
dalam dewasa. Menurut BKKBN adalah usia antara 10-19 tahun.
23
Transisi
perkembangan pada masa remaja berarti sebagian perkembangan masa kanak-kanak
masih dialami namun sebagian kematangan masa dewasa sudah dicapai.
24
Bagian dari
masa kanak-kanak itu antara lain proses pertumbuhan biologis misalnya tinggi badan
masih terus bertambah. Sedangkan bagian dari masa dewasa antara lain proses
kematangan semua organ tubuh termasuk fungsi reproduksi dan kematangan kognitif
yang ditandai dengan mampu berpikir secara abstrak.
24,25


2.1.2.2 Perkembangan Remaja
Perkembangan adalah perubahan yang terjadi pada rentang kehidupan
.Perubahan itu dapat terjadi secara kuantitatif, misalnya pertambahan tinggi atau berat
tubuh dan kualitatif, misalnya perubahan cara berpikir secara konkret menjadi
abstrak. Perkembangan dalam kehidupan manusia terjadi pada aspek-aspek yang
berbeda. Ada tiga aspek perkembangan yang dikemukakan Papalia dan Olds (2001),
yaitu: (a) perkembangan fisik, (b) perkembangan kognitif, dan (c) perkembangan
kepribadian dan sosial.
25


(a)Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak, kapasitas
sensoris dan ketrampilan motorik. Perubahan pada tubuh ditandai dengan
pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, dan kematangan
organ seksual dan fungsi reproduksi. Tubuh remaja mulai beralih dari tubuh kanak-
kanak yang cirinya adalah pertumbuhan menjadi tubuh orang dewasa yang cirinya
adalah kematangan. Perubahan fisik otak sehingga strukturnya semakin sempurna
meningkatkan kemampuan kognitif.
25


(b) Perkembangan Kognitif
Menurut Piaget dalam Santrock, (2007), seorang remaja termotivasi untuk
memahami dunia karena perilaku adaptasi secara biologis mereka. Dalam pandangan
Piaget, remaja secara aktif membangun dunia kognitif mereka, dimana informasi
yang didapatkan tidak langsung diterima begitu saja ke dalam skema kognitif mereka.
Remaja sudah mampu membedakan antara hal-hal atau ide-ide yang lebih penting
dibanding ide lainnya, lalu remaja juga menghubungkan ide-ide tersebut. Seorang
remaja tidak saja mengorganisasikan apa yang dialami dan diamati, tetapi remaja
mampu mengolah cara berpikir mereka sehingga memunculkan suatu ide baru.
Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar,
memori, menalar, berpikir, dan bahasa.
26
Piaget dalam Papalia & Olds ( 2001)
mengemukakan bahwa pada masa remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu interaksi
dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas
untuk eksperimentasi memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak. Piaget menyebut
tahap perkembangan kognitif ini sebagai tahap operasi formal.
25

Tahap operasi formal adalah suatu tahap dimana seseorang sudah mampu
berpikir secara abstrak. Seorang remaja tidak lagi terbatas pada hal-hal yang aktual,
serta pengalaman yang benar-benar terjadi. Dengan mencapai tahap operasi formal
remaja dapat berpikir dengan fleksibel dan kompleks. Seorang remaja mampu
menemukan alternatif jawaban atau penjelasan tentang suatu hal. Berbeda dengan
seorang anak yang baru mencapai tahap operasi konkret yang hanya mampu
memikirkan satu penjelasan untuk suatu hal. Hal ini memungkinkan remaja berpikir
secara hipotetis. Remaja sudah mampu memikirkan suatu situasi yang masih berupa
rencana atau suatu bayangan. Remaja dapat memahami bahwa tindakan yang
dilakukan pada saat ini dapat memiliki efek pada masa yang akan datang. Dengan
demikian, seorang remaja mampu memperkirakan konsekuensi dari tindakannya,
termasuk adanya kemungkinan yang dapat membahayakan dirinya.
26


(c) Perkembangan Kepribadian dan Sosial
Perkembangan kepribadian adalah perubahan cara individu berhubungan
dengan dunia dan menyatakan emosi secara unik sedangkan perkembangan sosial
berarti perubahan dalam berhubungan dengan orang lain. Perkembangan kepribadian
yang penting pada masa remaja adalah pencarian identitas diri. Pencarian identitas
diri adalah proses menjadi seorang yang unik dengan peran yang penting dalam
hidup.
Perkembangan sosial pada masa remaja lebih melibatkan kelompok teman
sebaya dibanding orang tua. Dibanding pada masa kanak-kanak, remaja lebih banyak
melakukan kegiatan di luar rumah seperti kegiatan sekolah, ekstrakurikuler dan
bermain dengan teman . Dengan demikian, pada masa remaja peran kelompok teman
sebaya adalah besar. Pada diri remaja, pengaruh lingkungan dalam menentukan
perilaku diakui cukup kuat. Walaupun remaja telah mencapai tahap perkembangan
kognitif yang memadai untuk menentukan tindakannya sendiri, namun penentuan diri
remaja dalam berperilaku banyak dipengaruhi oleh tekanan dari kelompok teman
sebaya.
Kelompok teman sebaya diakui dapat mempengaruhi pertimbangan dan
keputusan seorang remaja tentang perilakunya Papalia & Olds (2001) mengemukakan
bahwa kelompok teman sebaya merupakan sumber referensi utama bagi remaja
dalam hal persepsi dan sikap yang berkaitan dengan gaya hidup. Bagi remaja, teman-
teman menjadi sumber informasi misalnya mengenai bagaimana cara berpakaian
yang menarik, musik atau film apa yang bagus, dan sebagainya.
25



2.1.3 Anatomi dan Fisiologi Payudara
2.1.3.1 Anatomi Payudara

Sumber: http://www.newsperuvian.com/anatomy/breast-anatomy/
27


a. Struktur. Setiap payudara merupakan elevasi dari jaringan glandular dan
adiposa yang tertutup kulit pada dinding anterior dada. Payudara terletak di
atas otot pektoralis mayor dan melekat pada otot tersebut melalui selapis
jaringan ikat. Variasi ukuran payudara bergantung pada variasi jumlah
jaringan lemak dan jaringan ikat dan bukan pada jumlah jaringan glandular
aktual.
28

1. Jaringan glandular terdiri dari 15 20 lobus mayor, setiap lobus dialiri
duktus laktiferusnya sendiri yang membesar menjadi sinus laktiferus
(ampula) sebelum muncul untuk memperforasi puting dengan 15-20 mulut
(opening).
28

2. Lobus lobus dikelilingi jaringan adiposa dan dipisahkan oleh ligament
suspensorium cooper (berkas jaringan ikat fibrosa). Ligamen
suspensorium ini merentang dari fasia dalam pada otot pektoralis sampai
fasia superfisial tepat dibawah kulit.
28

3. Lobus mayor bersubdivisi menjadi 20 sampai 40 lobus, setiap lobulus
kemudian bercabang menjadi duktus-duktus kecil yang berakhir di alveoli
sekretori. Sel sel alveolar, dibawah pengaruh hormonal saat kehamilan
dan setelah kelahiran merupakan unit glandular yang mensintesis dan
mensekresi susu.
28

4. Puting. Dikelilingi oleh area kulit berpigmen dengan diameter sekitar 3
cm yang disebut dengan areola.
29
Diatas permukaan areola terdapat
beberapa kelenjar sebasea ( montgomerys tubercles) yang berguna sebaga
penghasil lubrikasi puting ketika menyususi.
30

b. Suplai darah dan aliran cairan limfatik payudara.
1. Suplai arteri ke payudara berasal terutama berasal dari cabang arteri
subclavia,yaitu : a.thoracica interna yang memperdarahi bagian medial,
a.thoracica lateral yang memperadarahi bagian lateral. Kontribusi
tambahan berasal dari arteri thoracoacromial dan arteri interkostal 2 5.
Darah dialirkan dari payudara melalui vena dalam dan superfisial yang
menuju vena subclavia dan vena brachiocephalica.
29

2. Aliran limfatik dari bagian sentral kelenjar mammae, kulit, puting, dan
areola adalah melalui sisi lateral menuju aksila. Dengan demikian limfe
dari payudara mengalir melalui nodus limfe aksilar. Hal ini secara klinis
memiliki hubungan signifikan dengan metastasis kanker payudara.
28

c. Persarafan. Kelenjar mamae dipersarafi oleh nervus interkostal T2 6.
29


2.1.3.2 Fisiologi Payudara
31

Mengenai fisiologi payudara karena kelenjar payudara merupakan satu bagian
integral dari sistem reproduksi maka perubahan fisiologis kelenjar tersebut rapat
hubungannya dengan reproduksi dalam keseluruhan yang dikendalikan oleh sistem
neuro-endokrinologi yang sama. Kita membedakan 3 macam perubahan fisiologis
kelenjar payudara, yakni
(1) Pertumbuhan dan involusi kelenjar payudara yang berhubungan rapat dengan
umur
(2) Perubahan kelenjar payudara yang berhubungan dengan haid
(3) Perubahan kelenjar payudara waktu hamil dan laktasi

Pertumbuhan dan involusi kelenjar payudara
Pada waktu lahir payudara merupakan suatu sistem saluran yang bermuara ke
mamilla. Beberapa hari sesudah lahir sebagian besar bayi-bayi dari kedua seks
menunjukkan pembesaran kelenjar payudara sedikit dan mulai bersekresi sedikit
mengeluarkan kolostrum yang menghilang sesudah kira-kira satu minggu kemudian,
kelenjar payudara kembali dalam keadaan infatil, tidak aktif.
31

Dengan permulaan pubertas antara 10-15 tahun, areola membesar dan lebih
mengandung pigmen. Payudara pun menyerupai satu cakram. Pertumbuhan
kelenjar akan berjalan terus sampai umur dewasa hingga berbentuk seperti kuncup.
Hal ini terjadi di bawah pengaruh estrogen yang kadarnya meningkat. Terutama yang
tumbuh ialah jaringan lemak dan jaringan ikat di antara 15-20 lobus payudara,
saluran-saluran lobus tidak banyak tumbuh. Biasanya payudara sudah sempurna
terbentuk setelah haid mulai.
31


Perubahan kelenjar payudara yang berhubungan dengan haid
Pada waktu haid payudara agak membesar dan tegang dan pada beberapa
wanita timbul rasa nyeri (mastodenia). Perubahan ini kiranya ada hubungan dengan
perubahan vaskular dan limfogen. Berhubung dengan itu janganlah mengambil
keputusan terhadap kelainan payudara pada waktu haid, karena mungkin kita akan
memutuskan biopsi yang sebenarnya tidak perlu dikerjakan. Apalagi dalam keadaan
ragu-ragu, lebih baik keputusan ditangguhkan sampai pemeriksaan sesudah haid
selesai.
31


Perubahan payudara pada waktu hamil dan laktasi
Beberapa minggu sesudah konsepsi timbul perubahan-perubahan pada
kelenjar payudara. Payudara jadi penuh, tegang, areola lebih banyak mengandung
pigmen dan puting sedikit membesar. Pada awal trimester kedua mulai timbul sistem
alveolar; baik duktus-duktus maupun asinus-asinus menjadi hipertrofi di bawah
pengaruh estrogen dan progesteron yang kadarnya meningkat, alveolus-alveolus
mulai terisi cairan, yakni kolostrum di bawah pengaruh prolaktin. Karena inhibisi
estrogen progesteron, kolostrum tidak tidak dikeluarkan, hanya pada bulan-bulan
terakhir dapat dikeluarkan beberapa tetes. Sesudah persalinan kolostrum keluar dalam
jumlah yang besar, dan lambat laun diganti dengan air susu, jikalau bayi disusui
dengan teratur. Biasanya sesudah 24 jam mulai dikeluarkan air susu biasa dan
sesudah 3-5 hari produksinya teratur.
31

Banyak wanita jaman sekarang tidak mau menyusui bayinya , karena menurut
mereka, menyusui membuat kelenjar payudara lembek dan menggantung. Ini tidak
benar, kelenjar payudara kalau sudah berfungsi, menyusui bayi atau tidak, akan
mengalami perubahan lambat laun. Akan tetapi satu hal harus diingat, menurut
pengalaman Hagenson, pada wanita yang menyusui bayinya kurang mendapat kanker
atau cystic disease of breast daripada mereka yang tidak menyusui.
31





2.1.4 Kanker Payudara
2.1.4.1 Definisi
Kanker yang terbentuk dalam jaringan payudara, biasanya duktus (saluran
yang membawa susu ke puting) dan lobulus (kelenjar yang menghasilkan susu).
32
Sel
kanker dikarakteristikkan dengan pembelahan sel yang tidak terkontrol dan
kemampuan sel-sel ini untuk invasi jaringan normal secara lokal atau menyebar
melalui tubuh, yang melalui prosesnya disebut metastasis.
33


2.1.4.2 Epidemiologi
Menurut WHO, diperkirakan sekitar 519.000 wanita meninggal di tahun 2004
karena kanker payudara.
2,3
Sedangkan data dari American Cancer Society, sekitar 1,3
juta wanita terdiagnosis kanker payudara, dan tiap tahunnya di seluruh dunia kurang
lebih 465.000 wanita meninggal karena penyakit ini.
4

Insidens kanker di Indonesia masih belum diketahui secara pasti, karena
belum ada registrasi kanker berbasis populasi yang dilaksanakan.
5
Data dari
International Agency Research on Cancer (IARC) Globocan 2008, didapatkan
estimasi insidens kanker payudara di Indonesia sebesar 36 per 100.000 perempuan.
6

Sedangkan data dari Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) di Indonesia pada tahun
2007 diketahui bahwa kanker payudara menempati urutan pertama pasien rawat inap
(16,85%) dan pasien rawat jalan (21,69%) atau lebih tinggi dibandingkan dengan
kanker leher rahim (17%).
7
Jumlah yang ada di RS Kanker Dharmais juga terus
meningkat, pada tahun 2003 tercatat ada 221 kasus, lalu pada tahun 2008 naik tiga
kali lipat menjadi 657 kasus.
8


2.1.4.3 Etiologi dan Faktor Resiko
Tidak seperti kanker leher rahim yang dapat diketahui etiologi dan perjalanan
penyakitnya secara jelas, penyakit kanker payudara belum dapat dijelaskan. Akan
tetapi, banyak penelitian yang menunjukkan adanya beberapa faktor yang
berhubungan dengan peningkatan faktor resiko atau kemungkinan terjadinya kanker
payudara. Faktor-faktor itu disebut faktor resiko. Perlu diingat, apabila seorang
perempuan mempunyai faktor resiko, bukan berarti perempuan tersebut pasti akan
menderita kanker payudara, tetapi faktor tersebut akan meningkatkan
kemungkinannya untuk terkena kanker payudara. Banyak perempuan yang
mempunyai satu atau beberapa faktor resiko tetapi tidak pernah menderita kanker
payudara sampai akhir hidupnya.
4

Faktor resiko yang utama berhubungan dengan keadaan hormonal (estrogen
dominan) dan genetik. Penyebab terjadinya keadaan estrogen dominan karena
beberapa faktor resiko dibawah ini dan dapat digolongkan berdasarkan :
Faktor yang berhubungan dengan diet:
4,5

Faktor resiko ini dapat dibagi dua yaitu faktor resiko yang memperberat
terjadinya kanker dan yang mengurangi terjadinya kanker.
Beberapa faktor yang memperberat seperti:
4,5

- Peningkatan berat badan yang bermakna pada saat pasca menopause
- Diet ala barat yang tinggi lemak (western style)
- Miuman beralkohol

Faktor resiko yang mempunyai dampak positif seperti:
4,5

- Peningkatan konsumsi serat
- Peningkatan konsumsi buah dan sayur

Hormon dan faktor reproduksi
- Menarche atau menstruasi pertama pada usia relatif muda (kurang dari 12
tahun)
4,34

Ketika seorang wanita mengalami menstruasi lebih awal, rentang waktu
antara perkembangan payudara dengan kehamilan cukup bulan pertama kali
biasanya lebih lama dari pada wanita yang menstruasi kemudian. Selama
waktu ini, jaringan payudara immatur, lebih aktif dan rentan terhadap
pengaruh hormon.
34

- Menopause atau mati haid pada usia relatif lebih tua (lebih dari 50 tahun)
4

- Nullipara/belum pernah melahirkan
4

- Melahirkan anak pertama pada usia relatif lebih tua/ lebih dari 30 tahun
Ketika sel payudara dibentuk ketika remaja, sel-sel tersebut immatur dan
sangat aktif hingga mengalami kehamilan cukup bulan pertama kali. Sel-sel
payudara immatur tersebut sangat berespon terhadap hormon esterogen.
Kehamilan cukup bulan pertama membuat sel-sel payudara menjadi matur dan
tumbuh lebih teratur. Inilah alasan utama mengapa kehamilan membantu
memproteksi kanker payudara. Hamil juga mereduksi jumlah total siklus
menstruasi yang mungkin alasan lain mengapa hamil lebih dini menawarkan
efek protektif.
35

- Pemakaian kontrasepsi oral( pil KB) dalam waktu lama (7 tahun)
Masih terdapat kontroversi sampai saat ini terkait peran kontrasepsi oral
dalam perkembangan kanker payudara. Namun, beberapa studi menunjukkan
bahwa kontrasepsi oral berperan dalam meningkatkan resiko kanker payudara
pada wanita pramenopause, tetapi tidak ada wanita dalam pasca menopause.
Studi cohort yang dilakukan Gabrick, melaporkan bahwa ternyata penggunaan
kontrasepsi oral berhubungan dengan peningkatan risiko kanker yang
signifikan (RR=3.3).
4

- Tidak menyusui
Menyusui dapat menurunkan resiko kanker payudara, khususnya jika wanita
menyusui lebih lama dari 1 tahun. Ini kurang menguntungkan untuk wanita
yang menyusui kurang dari satu tahun. Ada beberapa alasan mengapa
menyusui menjaga kesehatan payudara:
36

- Memproduksi susu yang akan membatasi kemampuan sel-sel payudara
untuk berproliferasi tidak terkendali
- Kebanyakan wanita memiliki siklus menstruasi yang lebih sedikit
ketika menyusui yang berefek menurunkan level esterogen
- Kebanyakan wanita berusaha untuk makan makanan yang bernutrisi
dan mengikuti gaya hidup yang lebih sehat (membatasi rokok dan
minum alkohol) ketika menyusui
Radiasi pengion pada saat pertumbuhan payudara
Pada masa pertumbuhan, perubahan organ payudara sangat cepat dan rentan
terhadap radiasi pengion.
37


Riwayat keluarga
Pada kanker payudara, telah diketahui beberapa gen yang dikenali mempunyai
kecenderungan untuk terjadinya kanker payudara, yaitu gen BRCA1, BRCA2 dan
juga pemeriksaan histopatologi faktor proliferasi p53 germline mutation.
4,38

Pada masyarakat umum yang tidak dapat memeriksakan gen dan faktor
proliferasinya, maka riwayat kanker pada keluarga merupakan salah satu faktor resiko
terjadinya penyakit.
4,5

- Tiga atau lebih keluarga (saudara ibu klien atau bibi) dari sisi keluarga yang
sama terkena kanker payudara atau ovarium
- Dua atau lebih keluarga dari sisi yang sama terkena kanker payudara atau
ovarium usia di bawah 40 tahun
- Adanya keluarga dari sisi yang sama terkena kanker payudara dan ovarium
- Adanya riwayat kanker payudara bilateral pada keluarga
- Adanya riwayat kanker payudara pada pria dalam keluarga
Riwayat adanya penyakit tumor jinak
Tumor jinak payudara diklasifikasikan menjadi proliferatif dan non-
proliferatif. Tumor non-proliferatif tidak berhubungan dengan peningkatan resiko
kanker payudara, dimana proliferative disease tanpa atipia memberikan hasil
peningkatan kecil resiko (RR 1.5-2.0). Proliferative disease dengan atypical
hyperplasia menunjukkan peningkatan resiko (RR 4.0-5.0).
38

Dengan mengetahui faktor resiko yang ada, akan memudahkan kita untuk
mengidentifikasi apakah wanita tersebut tergolong resiko tinggi atau tidak,
mengintervensi serta memodifikasi faktor resiko yang ada.
4


2.1.4.4 Manifestasi Klinis
39

Massa Tumor
Sebagian terbesar bermanifestasi sebagai massa mamma yang tidak nyeri,
seringkali ditemukan secara tak sengaja. Lokasi massa kebanyakan di kuadaran
lateral atas, umumnya lesi soliter, konsistensi agak keras, batas tidak tegas,
permukaan tidak licin, mobilitas kurang (pada stadium lanjut dapat terfiksasi ke
dinding toraks). Massa cenderung membesar bertahap, dalam beberapa bulan
bertambah besar secara jelas.
39

Perubahan Kulit
(1) Tanda lesung: ketika tumor mengenai glandula mamae, ligamen itu
memendek hingga kulit setempat menjadi cekung disebut tanda lesung.
39

(2) Perubahan kulit jeruk (peau dorange): ketika vasa limfatik subkutis tersumbat
sel kanker , hambatan drainase limfe menyebabkan udem kulit, folikel rambut
tenggelam ke bawah tampak sebagai tanda kulit jeruk.
39

(3) Nodul satelit kulit: ketika sel kanker di dalam vasa limfatik subkutis masing-
masing membentuk nodul metastasis, di sekitar lesi primer dapat muncul
banyak nodul tersebar, secara klinis disebut tanda satelit.
39

(4) Invasi, ulserasi kulit: ketika tumor menginvasi kulit, tampak perubahan
berwarna merah atau merah gelap. Bila tumor terus bertambah besar, lokasi
itu dapat menjadi iskemik, ulserasi membentuk bunga terbalik, ini disebut
tanda kembang kol.
39

(5) Perubahan inflamatorik: secara klinis disebut karsinoma mamae
inflamatorik. Tampil sebagai keseluruhan kulit mamae berwarna merah
bengkak, mirip peradangan dapat disebut tanda peradangan. Tipe ini sering
ditemukan pada kanker mamae waktu hamil atau laktasi.
39


Perubahan papilla mamae
39

(1) Retraksi, distorsi papilla mamae: umumnya akibat tumor menginvasi jaringan
subpapilar.
(2) Sekresi papilar (umumnya sanguineus): sering karena karsinoma papilar
dalam duktus besar atau tumor mengenai duktus besar.
(3) Perubahan eksematoid: merupakan manifestasi spesifik dari kanker
eksematoid (penyakit Paget). Klinis tampak areola, papilla mamae tererosi,
berkrusta, sekret, deskuamasi, sangat mirip eksim.

Perubahan kelenjar limfe regional
39

Pembesaran kelenjar limfe aksilar ipsilateral dapat soliter atau multipel. Pada
awalnya mobile, kemudian dapat berkoalesensi atau adhesi dengan jaringan
sekitarnya. Dengan perkembangan penyakit, kelenjar limfe klavikular juga dapat
menyusul membesar. Yang perlu diperhatikan adalah ada sebagian sangat kecil
pasien kanker mamae hanya tampil dengan limfadenopati aksilar tapi tak teraba
massa mamae, kami menyebutnya karsinoma mamae tipe tersembunyi.
39


2.1.4.5 Klasifikasi
Berdasarkan data PERABOI (Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia)
didapatkan data rata-rata prognosis harapan hidup penderita kanker payudara
(survival rate) per stadium sebagai berikut:
4,,5

1. Stadium 0 : 10-years survival rate 98% (non breast cancer yang
terdeteksi oleh mammografi atau USG)
2. Stadium I : 5-years survival rate 85%
3. Stadium II : 5-years survival rate 60-70%
4. Stadium III : 5-years survival rate 30-50%
5. Stadium IV : 5-years survival rate 15%






Sistem Staging TNM

Tabel 2.1 Klasifikasi TNM Kanker payudara berdasarkan AJCC Cancer Staging
Manual, 6
th
edition
38 ,40

Klasifikasi Definisi
Tumor Primer (T)
Tx
To
Tis
Tis (DCIS)
Tis (LCIS)
Tis (Paget)
T1
T1mic
T1a
T1b
T1c
T2
T3
T4

T4a
T4b
T4c
T4d

Tumor primer tidak didapatkan
Tidak bukti adanya tumor primer
Karsinoma Insitu
Duktal Karsinoma Insitu
Lobular Karsinoma Insitu
Pagets Disease tanpa adanya tumor
Ukuran Tumor <2 cm
Mikroinvasif >0,1 cm
Tumor >0,1 cm - <0,5 cm
Tumor >0,5 cm - <0,1 cm
Tumor >1cm - <2 cm
Tumor >2cm - <5 cm
Tumor >5cm
Tumor dengan segala ukuran disertai perlekatan pada
dinding toraks atau kulit
Melekat pada dinding dada, tidak termasuk
M.pectoralis Mayor
Edema (termasuk peau dorange) atau ulserasi kulit
Gabungan antara T4a dan T4b
Inflamatory carcinoma



lanjutan
Kelenjar Limfe (N)
Nx
No
N1

N2

N3

Kelenjar limfe regional tidak didapatkan
Tidak ada metastasis pada kelenjar limfe
Metastasis pada kelenjar aksila ipsilateral, bersifat
mobile
Metastasis pada kelenjar limfe aksila ipsilateral,
tidak dapat digerakkan
Metastasis pada kelenjar limfe infraclavicular, atau
mengenai kelenjar mamma interna ,atau kelenjar
limfe supraclavicular
Metastasis (M)
Mx
Mo
M1

Metastasis jauh tidak didapatkan
Tidak ada bukti adanya metastasis
Metastasis jauh

Stadium:Error! Bookmark not defined.
- Stage 0: tahap sel kanker payudara tetap di dalam kelenjar payudara, tanpa
invasi ke dalam jaringan payudara normal yang berdekatan.
- Stage I: adalah 2 cm atau kurang dan batas yang jelas (kelenjar getah bening
normal).
- Stage IIA: tumor tidak ditemukan pada payudara tapi sel-sel kanker
ditemukan di kelenjar getah bening ketiak, ATAU tumor dengan ukuran 2 cm
atau kurang dan telah menyebar ke kelenjar getah beningketiak/aksiler,
ATAU tumor yang lebih besar dari 2 tapi tidak lebih besar dari 5 cm dan
belum menyebar ke kelenjar getah bening ketiak.
- Stage IIB: tumor yang lebih besar dari 2 cm, tetapi tidak ada yang lebih besar
dari 5 cm dan telah menyebar ke kelenjar getah bening yang berhubungan
dengan ketiak, ATAU tumor yang lebih besar dari 5cm tapi belum menyebar
ke kelenjar getah bening ketiak.
- Stage IIIA: tidak ditemukan tumor di payudara. Kanker ditemukan di kelenjar
getah bening ketiak yang melekat bersama atau dengan struktur lainnya, atau
kanker ditemukan di kelenjar getah bening di dekat tulang dada, ATAU tumor
dengan ukuran berapa pun dimana kanker telah menyebar ke kelenjar getah
bening ketiak, terjadi perlekatan dengan struktur lainnya, atau kanker
ditemukan di kelenjar getah bening di dekat tulang dada.
- Stage IIIB: tumor dengan ukuran tertentu dan telah menyebar ke dinding dada
dan/atau kulit payudara dan mungkin telah menyebar ke kelenjar getah bening
ketiak yang berlengketan dengan struktur lainnya, atau kanker mungkin telah
menyebar ke kelenjar getah bening di dekat tulang dada. Kanker payudara
inflamatorik (berinflamasi) dipertimbangkan paling tidak pada tahap IIIB.
- Stage IIIC: ada atau tidak tanda kanker di payudara atau mungkin telah
menyebar ke dinding dada dan/atau kulit payudara dan kanker telah menyebar
ke kelenjar getah bening baik di atas atau di bawah tulang belakang dan
kanker mungkin telah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak atau ke
kelenjar getah bening di dekat tulang dada.
- Stage IV: kanker telah menyebar atau metastase ke bagian lain dari tubuh.

2.1.4.6 Pencegahan
4,5

Kanker payudara dapat menyebar secara signifikan dan sering menimbulkan
gejala yang berarti. Pada saat terdiagnosis sebagai kanker payudara, 5-15% pasien
telah terjadi metastasis dan hampir 40% telah terjadi penyebaran secara regional.
Karena pengobatan terkadang tidak memberikan hasil yang baik atau terlambat
dalam memberikan terapinya, maka pencegahan merupakan langkah yang diperlukan.
Pencegahan yang aman dan efektif lebih dipilih daripada menjalani terapi dengan
menggunakan radiasi dari agen sitotoksik yang meskipun efektif menimbulkan
berbagai efek samping.
Program Pengendalian Kanker Payudara
Pencegahan Primer:
4,5

- Promosi dan edukasi pola hidup sehat
- Menghindari faktor resiko (riwayat keluarga, tidak punya anak, tidak
menyusui, riwayat tumor jinak sebelumnya, obesitas, kebiasaan makan tinggi
lemak, kurang serat, perokok aktif dan pasif, pemakaian obat hormonal >5
tahun)

Pencegahan Sekunder:
4,5

- SADARI
- Pemeriksaan Klinis Payudara (CBE/Clinical Breast Examination), untuk
menemukan ukuran benjolan kurang dari 1 cm
- USG, untuk mengetahui batas-bats tumor dan jenis tumor
- Mammografi, menemukan adanya kelainan sebelum adanya gejala tumor dan
adanya keganasan

Pencegahan Tersier:
4,5

- Diagnosis dan Terapi
Diagnosis kanker payudara membutuhkan kombinasi antara kajian klinis dan
investigasi diagnostik. Sekali diagnosis ditegakkan harus dapat ditentukan
stadiumnya agar dapat mengevaluasi besaran penyakit dan melakukan terapi
yang tepat. Tujuan dari pengobatan adalah menyembuhkan, memperpanjang
harapan hidup, dan meningkatkan kualitas hidup. Prioritas pengobatan harus
ditujukan pada kanker dengan stadium awal dan yang lebih berpotensial untuk
sembuh. Standar pengobatan kanker meliputi: operasi, radiasi, kemoterapi,
dan hormonal yang disesuaikan dengan indikasi patologi. Pengobatan harus
terpadu meliputi psikososial, rehabilitasi dan terkoordinasi dengan pelayanan
paliatif untuk memastikan peningkatan kualitas hidup pasien kanker.
- Pelayanan Paliatif
Hampir di seluruh dunia pasien kanker terdiagnosis dalam stadium lanjut dan
pengobatan harus terpadu termasuk pendekatan psikososial, rehabilitasi, dan
terkoordinasi dengan pelayanan paliatif untuk memastikan peningkatan
kualitas hidup pasien kanker. Untuk kasus seperti ini pengobatan yang
realistis adalah mengurangi nyeri dengan pelayanan paliatif. Diyakini,
pelayanan paliatif yang baik dapat meningkatkan kualitas hidup pasien kanker
payudara.

2.1.4.7 Pengobatan
13

Pada stadium I, II, IIIa (stadium operabel), sifat pengobatan adalah kuratif.
Pengobatannya yaitu operasi(primer) dan terapi yang bersifat adjuvan.
1. Stadium I pengobatannya adalah radikal mastektomi atau modified radikal
mastektomi dengan atau tanpa radiasi dan kemoterapi.
2. Stadium II pengobatannya adalah radikal mastektomi atau modified radikal
mastektomi dengan atau tanpa radiasi dan kemoterapi.
3. Stadium IIIa adalah dengan simple mastektomi dengan radiasi dan
kemoterapi.
4. Stadium IIIb dan IV, sifat pengobatannya adalah paliasi, yaitu terutama
untuk mengurangi penderitaan penderita dan memperbaiki kualitas hidup.
Dengan pengobatan radiasi, kemoterapi dan hormonal.
5. Stadium IV pengobatan yang primer adalah yang bersifat sistemik yaitu
kemoterapi dan hormonal.

2.1.5 Deteksi Dini
Upaya deteksi dini kanker adalah usaha untuk menemukan adanya kanker yang
masih dapat disembuhkan, yaitu kanker yang belum lama tumbuh, masih kecil, masih
lokal, belum menimbulkan kerusakan berarti, pada golongan masyarakat tertentu dan
waktu tertentu.
41

Upaya ini sangat penting, sebab apabila kanker payudara dapat dideteksi pada
stadium dini dan diterapi secara tepat maka tingkat kesembuhan yang cukup tinggi
(80-90%).
4,5

Penapisan pada negara maju seperti Amerika, Inggris, dan Belanda dilakukan
dengan menggunakan pemeriksaan ultrasonografi dan mamografi, karena sumber
daya di Negara-negara itu cukup memadai untuk melakukan program tesebut,
sedangkan di negara berkembang seperti Indonesia, penapisan secara massal dengan
USG dan mammografi belum memungkinkan untuk dilakukan. Oleh karena itu
pemeriksaan klinis payudara oleh tenaga kesehatan terlatih yang diikuti dengan
promosi dan edukasi tentang pengobatan yang baik kepada masyarakat (bahwa
kanker payudara apabila ditemukan pada stadium awal dan dilakukan operasi akan
meningkatkan kemungkinan untuk sembuh dan waktu untuk bertahan hidup lebih
lama) sehingga pada akhirnya akan meningkatkan pencapaian tujuan dari penapisan
yaitu menurunkan angka kematian dan meningkatkan kualitas hidup penderita kanker
payudara.
4,5

Selain penapisan, penemuan dini merupakan strategi lain yang penting untuk
menemukan kanker stadium dini. Penemuan dini dimulai dengan peningkatan
kesadaran masyarakat tentang perubahan bentuk atau adanya kelainan di payudara
mereka sendiri, dengan cara memasyarakatkan program SADARI bagi semua
perempuan dimulai sejak usia subur, sejak 85% kelainan di payudara justru pertama
kali dikenali oleh penderita bila tidak dilakukan penapisan missal.
4,5
SADARI sebaiknya dilakukan setiap kali selesai menstruasi (hari ke-7 sampai
ke-10, terhitung hari pertama haid ). Pemeriksaan dilakukan setiap bulan sejak umur
20 tahun.
42
Sensitivitas pemeriksaan ini adalah 20-30%.
43,44
Sensitivitas juga
dipengaruhi oleh cara melakukan SADARI dan variasi berdasarkan ukuran, lokasi,
bentuk, komposisi dari massa yang terpalpasi, akan tetapi lebih tergantung kepada
ukuran dan tipe tumor.
45

Menurut rekomendasi American Cancer Society penapisan pada kanker
payudara yang dilakukan oleh petugas kesehatan dapat dilakukan dengan berbagai
cara:
46

a. Pemeriksaan Klinis Payudara oleh Tenaga Medis Terlatih (Clinical Breast
Examination)
1. Pada perempuan sejak pertama mengalami haid dianjurkan
melaksanakan SADARI, sedangkan umur 20-30 tahun dianjurkan CBE
dilakukan setiap tiga tahun sekali. Untuk perempuan yang
mendapatkan kelainan pada saat SADARI dianjurkan dilaksanakan
CBE sehingga dapat lebih dipastikan apakah ada kemungkinan
keganasan.
2. Pada perempuan berusia di atas 40 tahun, dilakukan CBE setiap tahun.

b. Pemeriksaan Ultrasonography (USG)
1. Apabila pada pemeriksaan CBE terdapat benjolan dibutuhkan
pemeriksaan lanjutan dengan USG maupun mammografi.
2. USG dilakukan terutama untuk membuktikan adanya massa kistik dan
solid / padat yang mengarah pada keganasan, dan pada perempuan di
bawah usia 40 tahun.

c. Pemeriksaan Penapisan Mammografi
1. Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan berkala, setiap satu tahun
sekali pada perempuan di atas 40 tahun.
2. Dilakukan pada perempuan yang bergejala maupun pada perempuan
yang tidak bergejala (opportunistic screening dan organized
screening).

2.1.6 SADARI Sebagai Salah Satu Upaya Mendeteksi Dini Kanker Payudara
2.1.6.1 Pengertian
47

Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) adalah suatu teknik pemeriksaan
dimana seorang wanita memeriksa payudaranya sendiri dengan melihat dan
merasakan dengan jari untuk mendeteksi apakah ada benjolan atau tidak pada
payudaranya.

2.1.6.2 Tujuan
47

1. Untuk meningkatkan pemahaman terhadap payudara
2. Untuk mendeteksi adanya benjolan pada stadium awal
3. Untuk melihat adanya perubahan abnormal pada payudara
2.1.6.3 Waktu SADARI
47

- 7-10 hari setelah menstruasi dimana payudara saat itu tidak bengkak dan
tidak nyeri bila ditekan.
- Untuk wanita yang tidak lagi menstruasi (menopause), maka dipilih tanggal
yang sama setiap bulannya.
2.1.6.4 Cara melakukan SADARI
Cara melakukan SADARI :
5,48

1. Perhatikan dan amati :
a.Perhatikan dengan teliti payudara anda dimuka cermin tanpa berpakaian sambil
berdiri tegak, dengan kedua lengan lurus kebawah disamping badan. Melihat
perubahan bentuk dan besarnya payudara, perubahan puting susu, serta kulit payudara
di depan kaca. Perhatikan juga bila ada benjolan di payudara. Amati dengan teliti.
b. Angkatlah kedua lengan lurus keatas dan ulangi periksa. Mengangkat kedua lengan
dimaksud untuk melihat retraksi kulit atau perlekatan tumor terhadap otot atau fascia
di bawahnya.
c. Dengan kedua siku mengarah kesamping tekanlah telapak tangan anda di pinggang.
Cara ini akan menegangkan otot-otot dada dan axilla agar perubahan-perubahan,
misalnya cekungan (dekok) dan benjolan akan lebih kelihatan.

2. Tindakan berikutnya lakuakan perabaan payudara dalam posisi berbaring dengan
cara :
a. Rabalah dengan tiga ujung jari tengah yang dirapatkan.
b. Lakukan gerakan memutar dengan tekanan lembut tetapi mantap dimulai dari
pinggir dengan mengkuti arah putaran jarum jam. Memeriksa seluruh bagian
payudara dengan cara sirkuler atau radier.
c.Lakukan perabaan pada payudara kanan dengan cara berbaring dengan tangan
kanan dibawah kepala dan letakkanlah bantal kecil dibawah punggung kanan. Raba
seluruh permukaan payudara kanan dengan gerakan pada memutar dari luar ke dalam
atau radier.
d.Lakukan hal yang sama seperti di atas tetapi dengan tangan kiri di bawah kepala,
sedang tangan kanan meraba payudara kiri.
e.Perhatikan bila ada benjolan yang mencurigakan.
f.Pencetlah pelan-pelan daerah sekitar putting dan amatilah apakah keluar cairan yang
tidak normal (tidak biasa).
g.Pemeriksaan ketiak. Bagilah payudara menjadi 4 bagian, atas dekat axilla. Beri
perhatian khusus karena ditempat tersebut sering ditemukan tumor payudara serta
lakukan juga pemeriksaan ketiak. Letakkan tangan kanan Anda ke samping dan
rasakan ketiak Anda dengan teliti, apakah teraba benjolan abnormal atau tidak.

Sumber: http://www.breastcancer.org/symptoms/testing/types/self_exam/bse_steps.jsp
49

2.1.6.5 Hasil pemeriksaan SADARI
5,48

Melihat sendiri perubahan payudara
a. Terjadi pigmentasi kulit payudara (perubahan warna, bertambah hitam
atau menjadi putih).
b. Perubahan letak puting susu (retraksi puting susu).
c. Perubahan kulit payudara menjadi keriput.
d. Puting susu mengeluarkan cairan darah.
e. Pergerakan payudara terbatas, artinya saat menggerakkan tangan
payudara tidak ikut bergerak.
f. Terdapat luka atau ulkus pada payudara
Pada waktu melihat payudara dapat menggunakan cermin sehingga mudah
terlihat perubahan.
b. Terdapat benjolan
Meraba payudara untuk mengetahui benjolan adalah sebagai berikut :
a. Di bagian mana terdapat benjolan
b. Berapa jumlah benjolan
c. Bagaimana bentuk benjolan lunak atau keras
d. Berapa kira-kira ukurannya
e. Bagaimana pergerakan benjolan dengan sekitarnya
f. Saat meraba apakah terasa nyeri

2.2 Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen




Bagan 2.1 Kerangka Konsep
2.3 Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan penjelasan semua variabel dan istilah yang
akan digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga akhirnya
mempermudah pembaca dalam mengartikan makna penelitian.


Tabel 2.2 Definisi Operasional
No Variabel Definisi
Cara
Ukur dan
Alat ukur
Skala Hasil Ukur
1 Pengetahua
n
Hasil tahu yang terjadi
setelah seseorang
Pengisian
kuesioner
ordina
l
Total skor : 24
1.Baik : jika
Pengetahuan
Sikap
Perilaku
melakukan pengindraan
terhadap suatu objek
tertentu.

Yang ingin diteliti
adalah pengetahuan
responden mengenai
pemeriksaan payudara
sendiri


jawaban yang
benar > 80%
(total skor >19 )
2.Sedang : jika
jawaban yag
benar antara 60-
80%
(total skor 14 - 19
)
3.Kurang : jika
jawaban yang
benar < 60%
(total skor <14 )
2 Sikap
Reaksi atau respon
seseorang yang masih
tertutup terhadapa suatu
stimulus atau objek.
Yang ingin diteliti
adalah sikap responden
mengenai pemeriksaan
payudara sendiri
Pengisian
kuesioner
ordinal Total skor :
10
1. Baik :
jika
jawaban
yang benar
> 80%
(total skor
>8 )
2.Sedang :
jika jawaban
yag benar
antara 60-
80% (total
skor 6-8 )
3. Kurang :
jika
jawaban
yang benar
< 60%
(total skor
< 6

















lanjutan

3

Perilaku

Hal-hal yang telah
dilakukan responden
berkenaan dengan
pengetahuan yang telah
didapat.
Yang ingin diteliti
adalah perilaku
responden mengenai
pemeriksaan payudara
sendiri.

Pengisian
kuesioner

Ordinal

Total skor :
30
1.Baik : jika
jawaban
yang benar >
80% (total
skor >24 )
2.Sedang :
jika jawaban
yag benar
antara 60-
80%
(total skor
18-24 )
3. Kurang :
jika
jawaban
yang benar
< 60%(total
skor < 18
)








BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Desain penelitian
Jenis penelitian ini adalah survey yang bersifat analitik kategorik tidak
berpasangan dengan menggunakan desain cross sectional
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi
Penelitian dilaksanakan di MA KMI Diniyyah Puteri Padang Panjang
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dari bulan Januari September 2011

3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi dan Sampel yang diteliti
- Populasi target adalah seluruh remaja putri
- Populasi terjangkau adalah seluruh remaja putri yang sekolah di MA KMI
Diniyyah Puteri Padang Panjang
- Sampel adalah seluruh populasi terjangkau
3.3.2 Jumlah sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah total population
yang berjumlah 115 orang. Alasan peneliti mengambil sampel secara total
population dikarenakan jumlah siswi di tempat tersebut sedikit.
Untuk mengetahui apakah penelitian relevan untuk dilakukan di
tempat tersebut, dilakukan perhitungan minimal sampel sebagai berikut:

n =
| |
) (
) 1 ( ) 1 ( ) 1 ( 2
2 1
2
2 2 1 1
P P
P P P P Z P P Z

+ +
| o

Keterangan :
N = Jumlah sampel yang dibutuhkan
o
Z
= Deviat baku alfa pada derajat kepercayaan 95% yaitu sebesar
1,96
|
Z
= Deviat baku beta pada derajat kepercayaan 80% yaitu sebesar
0,84
P = Proporsi rata-rata ((P
1
-P
2
)/2)
P
1
= Proporsi pada kelompok yang nilainya merupakan judgemen
peneliti
P
2
= Proporsi pada kelompok responden yang sudah diketahui
nilainya. [ a/(a+b) ] yaitu sebesar 0,5
P
1
-P
2
= Selisih proporsi minimal yang dianggap bermakna yaitu
sebesar 0,2
(Nilai P
2
berasal dari skripsi Angesti, 2010)
Dari hasil perhitungan di atas diperoleh jumlah sampel minimal yang
diperlukan sebanyak 94 orang.

3.3.3. Cara pengambilan sampel
Pengambilan data berasal dari kuesioner pada remaja putri di MA KMI
Diniyyah Puteri Padang Panjang pada bulan Februari 2011 yang diambil
secara total population
3.3.4. Kriteria sampel
3.3.4.1 Kriteria Inklusi
- Remaja putri di MA KMI Diniyyah Puteri yang setuju menjadi sampel
dan mengisi lembar persetujuan penelitian
- Hadir pada saat pengambilan data dilakukan

3.3.4.2 Kriteria Eksklusi
- Remaja putri di MA KMI Diniyyah Puteri yang tidak mengisi
kuesioner dengan lengkap


3.4. Cara Kerja Penelitian























Bagan 3.1 Alur kerja Penelitian

3.5. Managemen data
3.5.1 Pengumpulan data
- Data primer
Siswi MA KMI Diniyyah Puteri Padang Panjang yang
ditetapkan menjadi sampel
Informed consent
Ya
Tidak
Pengisian kuesioner

Pengumpulan dan pengolahan data dengan
SPSS for Windows
Skoring
Sikap
Baik
Sedang Kurang
Perilaku Pengetahuan
Data primer diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner yang dibagikan
pada pada siswi MA KMI Diniyyah Puteri Padang Panjang yang
memenuhi kriteria inklusi.
- Alat Pengumpulan data
Instrumen penelitian yang digunakan berupa kuesioner

Sebelum dilakukan pengambilan data dengan kuesioner, maka terlebih dahulu
dilakukan uji validitas dan reliabilitas sebagai berikut:

1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan
dan kesahihan suatu instrumen. Dalam penelitian ini teknik yang digunakan untuk
mencari validitas kuesioner adalah dengan rumus korelasi Product Moment yaitu :


Keterangan:
r xy = koefisien korelasi antara variabel x dan y
X = skor masing-masing item
Y = skor total
XY = jumlah perkalian
X2 = jumlah kuadrat X
Y2 = jumlah kuadrat Y
N = jumlah subjek

Setelah diperoleh harga rxy melalui uji validitas kuesioner pada Siswi MAN
Bangko sejumlah 30 orang, selanjutnya dikonsultasikan dengan harga kritik r product
moment. Hasil validitas dari 15 item pernyataan mengenai pengetahuan tentang
SADARI, 5 item pertanyaan sikap dan 9 item pertanyaan perilaku SADARI
menunjukkan bahwa rxy > rtabel sehingga dapat dikatakan item pernyataan pada
kuesioner tersebut valid. Perhitungan validitas kuesioner dilakukan dengan
menggunakan program komputer SPSS for Windows.

2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan sejauhma hasil
pengukuran tetap konsisten. Dalam penelitian ini rumus yang digunakan untuk
mencari reliabilitas instrument adalah rumus Alpha. Rumus Alpha adalah sebagai
berikut :

Keterangan:
ri = reliabilitas instrumen yang dicari
k = banyaknya butir pertanyaan
ob2 = jumlah varian butir soal
o2 t = varians total

Setelah dilakukan uji reliabilitas, hasil perhitungan juga harus dibandingkan
dengan angka kritik tabel korelasi nilai r. Hasil dari uji reliabilitas item pernyataan
mengenai pengetahuan tentang SADARI menunjukkan nilai 0,896. Hasil uji
reliabilitas pertanyaan mengenai sikap SADARI menunjukkan nilai 0,742 dan hasil
uji reliabilitas pertanyaan mengenai perilaku SADARI menunjukkan nilai 0,876.
Angket atau kuesioner dikatakan reliabel apabila nilai r total > r tabel atau dengan nilai
reliabilitas > 0,6 sehingga kuesioner mengenai pengetahuan tentang SADARI dan
perilaku SADARI dapat dikatakan reliabel. Perhitungan reliabilitas kuesioner
dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS for Windows.

3.5.2 Pengolahan Data
Semua data dicatat dalam status penelitian, dikumpulkan dan kemudian diolah
dengan menggunakan program SPSS for windows. Setelah data terkumpul, tahap
selanjutnya adalah melakukan proses editing yaitu memeriksa data hasil pengisian
kuesioner oleh responden. Setelah proses editing selesai, tahap selanjutnya adalah
proses coding yaitu pemberian nilai kepada setiap jawaban dari responden dan tahap
berikutnya adalah meng-entry data ke perangkat lunak komputer serta dilakukan
proses cleaning data untuk membersihkan kesalahan data yang dimasukkan. Setelah
data benar-benar bersih, baru dilakukan analisa lebih lanjut terhadap data dengan
menggunakan perangkat lunak pengolah data. Berikut bagan yang menjelaskan
proses pengolahan data :




Bagan 3.2 Proses Pengolahan Data

3.5.3 Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan dua tahapan yaitu analisis univariat dan
analisis bivariat.

3.5.3.1 Analisis Univariat
Analisa univariat digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik dari variabel
independen dan dependen. Keseluruhan data yang ada dalam kuesioner diolah dan
disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

3.5.3.2 Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk melihat kemungkinan hubungan antara
variabel independen dan variabel dependen. Untuk melihat apakah ada hubungan
antara pengetahuan, sikap tentang SADARI dengan perilaku SADARI.
Data Editing
Data
Entry Data ke
Komputer
Cleaning
Data
Coding
Data
Melalui uji statistik akan diperoleh nilai p, dimana dalam penelitian ini
digunakan tingkat kemaknaan sebesar 0,05. Penelitian antara dua variabel dikatakan
bermakna jika mempunyai nilai p 0,05 yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima dan
dikatakan tidak bermakna jika mempunyai nilai p > 0,05 yang berarti Ho diterima dan
Ha ditolak.

3.5.4 Penyajian Data
Hasil penelitian disajikan dalam bentuk tekstular dan tabular.

3.6 Etika Penelitian
Jenis Penelitian ini tidak melewati kaji etik tapi dalam pelaksanaannya telah
melewati informed consent.

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan pada siswi MA KMI Diniyyah Puteri Padang Panjang
pada bulan Februari 2011. Besar sampel yang dikumpulkan dalam kurun waktu
tersebut sebanyak 115 responden.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan,
sikap tentang SADARI terhadap perilaku SADARI pada siswi MA KMI Diniyyah
Puteri Padang Panjang melalui kuesioner. Penelitian serupa belum pernah dilakukan
sebelumnya di MA KMI Diniyyah Puteri Padang Panjang
4.1 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini mempunyai keterbatasan-keterbatasan yang dapat
mempengaruhi hasil penelitian. Keterbatasan-keterbatasan tersebut, yaitu: penelitian
ini menggunakan desain studi cross sectional atau desain potong
lintang yang hanya menggambarkan variabel yang diteliti, baik independen maupun
dependen pada waktu yang sama, sehingga tidak bisa untuk melihat adanya hubungan
sebab akibat.
Proses pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara
pengisian kuesioner kepada responden. Selama proses pengumpulan data ada
beberapa kendala yang dialami oleh peneliti, yaitu penerimaan yang kurang
bersahabat dari beberapa responden saat pengisian kuesioner sehingga jawaban yang
diberikan cenderung sekedarnya saja. Hal ini bisa menyebabkan bias informasi.

4.2 Distribusi Sebaran Responden
Hasil penelitian mengenai sebaran responden berdasarkan usia siswi MA KMI
Diniyyah Puteri Padang Panjang pada tabel 4.1. data yang dikumpulkan dari 115
responden pada penelitian ini, diperoleh data responden yang berusia 15-16 adalah
sebanyak 53,9% dan responden yang berusia 17-18 adalah sebanyak 46,1%.



Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia
Variabel Kategori Persentase
Usia 1.15-16 53,9
2. 17-18 46,1

4.3 Analisis Univariat
Pada analisis univariat ini ditampilkan distribusi frekuensi dari masing-
masing variabel yang diteliti, baik variabel independen maupun dependen.
Selanjutnya hasil analisis univariat akan dijelaskan pada sub-bab berikut:

4.3.1 Gambaran Pengetahuan Responden terhadap SADARI

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Tentang SADARI
Dapat Dilakukan Sendiri Oleh Wanita
Pilihan Jawaban Jumlah Persentase
Ya 87 75,7
Tidak 22 19,1
Tidak Tahu 6 5,2
Total 115 100

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan hasil bahwa sebagian besar responden
menjawab benar mengenai pertanyaan tentang SADARI dapat dilakukan sendiri
oleh wanita yaitu sebanyak 87 responden (75,7%) menjawab Ya.
Tabel 4.3 Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan terhadap
Pengertian SADARI
Pilihan Jawaban Jumlah Persentase
Upaya untuk menetapkan adanya tumor atau
tidak yang dilakukan sendiri dengan perabaan
77 67
Upaya untuk menetapkan adanya tumor atau
tidak dalam payudara yang dilakukan oleh dokter
12 10,4
Periksa USG Payudara 3 2,6
Tidak Tahu 23 20
Total 115 100

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan hasil bahwa sebagian besar responden
menjawab benar mengenai pertanyaan tentang pengertian SADARI yaitu sebanyak 77
responden (67%) menjawab upaya untuk menetapkan adanya tumor atau tidak yang
dilakukan sendiri dengan perabaan.
Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan terhadap
Tujuan SADARI
Pilihan Jawaban Jumlah Persentase
Untuk mencegah kanker payudara 20 17,4
Sebagai deteksi dini kanker payudara
(penyakit keganasan)
74 64,3
Untuk mengobati kanker payudara 0 0
Tidak Tahu 21 18,3
Total 115 100

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan hasil bahwa sebagian besar responden
menjawab benar pertanyaan tentang pengertian SADARI yaitu sebanyak 74
responden (64,3%) menjawab sebagai deteksi dini kanker payudara (penyakit
keganasan).


Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Terhadap
Usia Anjuran SADARI
Pilihan Jawaban Jumlah Persentase
20 tahun 49 42,6
30 tahun 0 0
40 tahun 0 0
Tidak Tahu 66 57,4
Total 115 100

Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan hasil bahwa 66 responden (57,4%)
menjawab tidak tahu pertanyaan usia anjuran SADARI. Ini menunjukkan responden
tidak mengetahui usia anjuran untuk melakukan SADARI.



Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Terhadap
Waktu Melakukan SADARI Pada Wanita Yang Belum Menopause
Pilihan Jawaban Jumlah Persentase
Setelah menstruasi setiap bulan 33 28,7
Satu minggu setelah menstruasi
setiap bulan
14 12,2
Pada masa menstruasi 0 0
Tidak Tahu 68 59,1
Total 115 100

Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak
mengetahui waktu melakukan SADARI pada wanita yang belum menopause, yaitu
sebanyak 68 responden (59,1%) menjawab tidak tahu yaitu.
Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan terhadap
Waktu Melakukan SADARI Pada Wanita Menopause
Pilihan Jawaban Jumlah Persentase
Satu bulan sekali,pada tanggal
yang sama
26 22,6
Seminggu sekali 9 7,8
Sebulan sekali 6 5,2
Tidak Tahu 74 64,3
Total 115 100

Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak
mengetahui waktu melakukan SADARI wanita yang telah menopause, yaitu
sebanyak 74 responden (64,3%) menjawab tidak tahu.
Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan terhadap Alat
Melakukan SADARI

Pilihan Jawaban Jumlah Persentase
Alat pendeteksi yang dibeli di apotik 0 0
Secara manual dengan menggunakan
tangan
82 71,3
Dengan USG 6 5,2
Tidak Tahu 27 23,5
Total 115 100

Berdasarkan tabel 4.8 menunjukkan hasil bahwa 82 responden (71,3%)
menjawab benar pertanyaan alat melakukan SADARI , dengan menjawab secara
manual dengan menggunakan tangan.

Tabel 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Terhadap
Cara Melakukan SADARI
Pilihan Jawaban Jumlah Persentase
Memperhatikan 0 0
Meraba 21 18,3
Memperhatikan dan meraba 79 68,7
Tidak Tahu 15 13
Total 115 100

Berdasarkan tabel 4.9 menunjukkan hasil sebanyak 79 responden (68,7%)
menjawab benar pertanyaan cara melakukan SADARI. Jawaban yang paling banyak
dipilih responden adalah memperhatikan dan meraba.

Tabel 4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan terhadap
Posisi Melakukan SADARI
Pilihan Jawaban Jumlah Persentase
Berdiri 10 8,7
Berdiri & Berbaring 32 27,8
Berdiri,berbaring & duduk 38 33
Tidak tahu 35 30,4
Total 115 100

Berdasarkan tabel 4.10 menunjukkan hasil sebanyak 38 responden (33%)
menjawab benar pertanyaan posisi melakukan SADARI, dengan menjawab berdiri,
berbaring dan duduk.

Tabel 4.11 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan terhadap Hal
yang Perlu Diperhatikan Saat Melakukan SADARI
Pilihan Jawaban Jumlah Persentase
Bentuk,ukuran & kulit payudara 28 24,3
Bentuk payudara 16 13,9
Keseimbangan payudara 31 27
Tidak Tahu 40 34,8
Total 115 100

Berdasarkan tabel 4.11 menunjukkan hasil sebanyak 40 responden (34,8%)
tidak mengetahui hal yang perlu diperhatikan saat melakukan SADARI, dengan
menjawab tidak tahu.

Tabel 4.12 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Terhadap
Posisi Tangan Untuk Melihat Adanya Penarikan Kulit Karena
Adanya Sel Tumor Yang Tumbuh Di Payudara Sewaktu
Melakukan SADARI Pada Posisi Berdiri
Pilihan Jawaban Jumlah Persentase
Dilipat didepan dada 8 7
Diangkat di atas kepala 42 36,5
Lurus ke bawah 3 2,6
Tidak tahu 62 53,9
Total 115 100

Berdasarkan tabel 4.12 menunjukkan hasil sebanyak 62 responden (53,9%)
tidak mengetahui posisi tangan untuk melihat adanya penarikan kulit karena adanya
sel tumor, dengan menjawab tidak tahu.





Tabel 4.13 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Terhadap
Spesifik Bagian Tangan Yang Digunakan Pada Saat Meraba
Sewaktu Melakukan SADARI
Pilihan Jawaban Jumlah Persentase
Ujung jari 29 25,2
Telapak tangan 19 16,5
Telapak jari 18 15,7
Tidak tahu 49 42,6
Total 115 100

Berdasarkan tabel 4.13 menunjukkan hasil sebanyak 49 responden (42,6%)
tidak mengetahui spesifik bagian tangan yang digunakan pada saat meraba payudara
sewaktu melakukan SADARI, dengan menjawab tidak tahu.

Tabel 4.14 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Terhadap
Posisi Tangan Saat Melakukan Perabaan Pada Posisi Berbaring

Pilihan Jawaban Jumlah Persentase
Bawah kepala 18 15,7
Samping badan 16 13,9
Pinggang 2 1,7
Tidak Tahu 79 68,7
Total 115 100

Berdasarkan tabel 4.14 menunjukkan hasil sebanyak 79 responden (68,7%)
tidak mengetahui posisi tangan saat melakukan perabaan pada posisi berbaring,
dengan menjawab tidak tahu.
Tabel 4.15 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Terhadap
Tujuan Pemeriksaan Ketiak Saat Melakukan SADARI
Pilihan Jawaban Jumlah Persentase
Adanya kotoran pada ketiak 6 5,2
Radang pada ketiak 2 1,7
Kanker telah metastasis (menyebar) 49 42,6
Tidak tahu 58 50,4
Total 115 100

Berdasarkan tabel 4.15 menunjukkan hasil sebanyak 58 responden (50,4%)
tidak mengetahui tujuan pemeriksaan ketiak saat melakukan SADARI, dengan
menjawab tidak tahu.

Tabel 4.16 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan terhadap
Urutan Melakukan SADARI yang Benar

Pilihan Jawaban Jumlah Persentase
Melihat payudara-meraba payudara-
meraba ketiak
41 35,7
Meraba payudara-melihat payudara-
meraba ketiak
11 9,6
Meraba ketiak-meraba payudara-
melihat payudara
10 8,7
Tidak tahu 53 46,1
Total 115 100

Berdasarkan tabel 4.16 menunjukkan hasil sebanyak 53 responden (46,1%)
tidak mengetahui urutan melakukan SADARI yang benar, dengan menjawab tidak
tahu.

Tabel 4.17 Distribusi responden berdasarkan Pengetahuan secara keseluruhan:
Kategori pengetahuan Jumlah Persentase
Baik 13 11,3
Sedang 41 35,7
Kurang 61 53
Total 115 100

Tabel 4.17 tentang distribusi pengetahuan responden secara keseluruhan,
menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang kurang
tentang SADARI sebanyak 61 responden (53%). Sedangkan responden yang
memiliki pengtahuan yang sedang sebanyak 41 responden (35,7%) dan responden
yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 13 responden (11,3%).

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya perilaku seseorang. Dilihat dari hasil penelitian ini secara keseluruhan
responden memiliki pengetahuan yang kurang tentang SADARI yaitu sebanyak 61
responden (53%). Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa hal diantaranya adalah faktor
latar belakang pendidikan sebagai siswi SMU yang belum mendapatkan informasi
atau pengetahuan tentang SADARI, pengalaman yang mempengaruhi pengetahuan
seseorang dan kurangnya media informasi.
Hal ini sejalan dengan penelitian Sri (2008) pada remaja puteri di SMUN 5 Jambi
menunjukkan responden yang berpengetahuan kurang tentang SADARI sebanyak
72,6%.
50
Penelitian Lorna (2008) pada mahasiswi Fakultas Sastra USU
menunjukkan hasil serupa, sebanyak 50% responden berpengetahuan kurang
mengenai SADARI.
51
Bahkan penelitian Nina (2009) menunjukkan sebanyak 95%
responden berpengetahuan kurang.
52
Survei yang dilakukan Yayasan Kesehatan
Payudara Jakarta pada tahun 2005 menunjukkan 80% masyarakat tidak mengerti
pentingnya pemeriksaan dini payudara. Sebanyak 70% kasus kanker payudara
ditemukan dalam stadium lanjut (III dan IV) sehingga angka kesintasannya rendah.
Hal ini dikarenakan masih rendahnya kesadaran, pengertian, dan pengetahuan
masyarakat tentang kanker payudara.
10

Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Angesti (2010) pada
mahasiswi DIV Kebidanan FK UNS menunjukkan hasil sebagian besar responden
(57%) berpengetahuan baik mengenai SADARI.
53
Perbedaan hasil tersebut dapat
disebabkan oleh faktor subjek penelitian dengan latar pendidikan yang berbeda.
Subjek penelitian yang digunakan Angesti adalah mahasiswi DIV Kebidanan FK
UNS yang telah mendapatkan pengetahuan atau informasi tentang kanker payudara
dan SADARI. Sedangkan peneliti menggunakan subjek siswi SMA yang belum
mendapatkan pengetahuan tentang SADARI.

4.3.2 Gambaran Sikap Responden terhadap SADARI

Tabel 4.18 Data Sikap Responden tentang SADARI
No Pernyataan
Setuju Tidak Setuju TidakTahu
% % %
1 Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)
penting untuk wanita sebagai deteksi dini
kanker payudara
109 94,8 0 0 6 5,2
2 SADARI mudah dan murah untuk dilakukan
karena dilaksanakan tanpa menggunakan alat
90 78,3 6 5,2 19 16,5
3 SADARI sebaiknya dilakukan sebulan sekali
pada masa haid
54 47 13 11,3 48 41,7
4 Perabaan dengan menggunakan ujung jari
dianjurkan dalam melakukan SADARI
60 52,2 5 4,3 50 43,5
5 Dengan deteksi lebih dini, diharapkan
prognosis (harapan sembuh) kanker
payudara akan lebih baik
85 73,9 9 7,8 21 18,3


Berdasarkan tabel 4.18 menunjukkan sebanyak 109 responden (94,8%)
menjawab setuju terhadap pernyataan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)
penting untuk wanita sebagai deteksi dini kanker payudara. Responden paling
banyak menjawab tidak tahu terhadap pernyataan Perabaan dengan menggunakan
ujung jari dianjurkan dalam melakukan SADARI, yaitu sebanyak 50 responden
(43,5%).

Tabel 4.19 Distribusi responden berdasarakan sikap secara keseluruhan:
Kategori Sikap Jumlah Persentase
Baik 11 9,6
Sedang 79 68,7
Kurang 25 21,7
Total 115 100

Berdasarkan tabel 4.19 tentang distribusi sikap responden secara
keseluruhan, menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki sikap yang
sedang tentang SADARI sebanyak 79 responden (68,7%). Sedangkan responden
yang memiliki sikap yang baik sebanyak 11 responden (9,6%) dan responden yang
memiliki sikap kurang sebanyak 25 responden (21,7%).

Menurut Newcomb yang dikutip Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa
sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, bukan merupakan
pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan, akan tetapi
merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi
tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi
terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.
16


Dari hasil penelitian ini menunjukkan 68,7% responden memiliki sikap yang
sedang terhadap SADARI. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nisa (2010)
pada karyawati di kantor Dinas Pendidikan Sumatra Utara sebanyak 65,5%
responden memiliki sikap yang sedang.
54


Penelitian ini berbeda dengan penelitian Fuji (2010) pada mahasiswi FK USU
angkatan 2005. Pada penelitian ini diperoleh hasil sebanyak 97,1% responden
memiliki sikap yang baik terhadap SADARI.
55


Perbedaan hasil tersebut dapat disebabkan oleh faktor subjek penelitian
dengan latar pendidikan yang berbeda. Subjek penelitian yang digunakan Fuji
adalah mahasiswi FK USU. Sedangkan peneliti menggunakan subjek siswi SMA.








4.3.3 Gambaran Perilaku Responden terhadap SADARI

Tabel 4.20 Data Perilaku Responden terhadap SADARI
No Pertanyaan
Selalu Sering Kadang Pernah Tidak
Pernah
% % % %
1 Apakah Anda
melakukan SADARI
untuk mendeteksi
kanker payudara?
0 0 0 0 20 17,4 41 35,7 54 47
2 Apakah Anda
melakukan SADARI
dengan cara
memperhatikan dan
meraba?
2 1,7 8 7 21 18,3 37 32,2 47 40,9
3 Apakah Anda
melakukan SADARI
minimal satu bulan
sekali seminggu
setelah haid secara
teratur?
0 0 1 0,9 27 23,5 5 4,3 82 71,3
4 Apakah Anda
melakukan SADARI
di depan cermin
untuk memeriksa
payudara?
2 1,7 2 1,7 15 13 6 5,2 90 78,3
5 Apakah Anda
mengangkat tangan
ketika melakukan
SADARI?
10 8,7 9 7,8 13 11,3 29 25,2 54 47
6 Apakah Anda melihat
bentuk payudara
ketika melakukan
SADARI?
5 4,3 9 7,8 25 21,7 15 13 61 53

7 Apakah Anda
menggunakan telapak
jari pada saat
melakukan perabaan?
10 8,7 4 3,5 22 19,1 24 20,9 55 47,8
8 Apakah Anda melihat
warna kulit payudara
Anda ketika
melakukan SADARI?
0 0 1 0,9 10 8,7 9 2,8 5 82,6
9 Apakah Anda
memijat sampai ke
puting untuk
mengetahui adanya
cairan yang keluar
melalui putting?
4 3,5 1 0,9 7 6,1 11 9,6 92 80

Berdasarkan Tabel 4.20 tentang perilaku responden terhadap SADARI
menunjukkan 10 responden (8,7%) selalu mengangkat tangan ketika melakukan
SADARI, 9 responden (7,8%) sering mengangkat tangan dan memperhatikan bentuk
payudara ketika melakukan SADARI, 25 responden (21,7%) kadang
memperhatikan bentuk payudara saat melakukan SADARI, 41 responden (35,7%)
pernah melakukan SADARI untuk mendeteksi kanker payudara dan 92 responden
(80%) tidak pernah memijat hingga ke puting untuk mengetahui adanya cairan yang
keluar melalui puting.

Tabel 4.21 Distribusi responden berdasarakan Perilaku secara keseluruhan:
Kategori Perilaku Jumlah Persentase
Baik 0 0
Sedang 3 2,6
Kurang 112 97,4
Total 115 100

Berdasarkan tabel 4.21 tentang distribusi perilaku responden secara
keseluruhan, menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki perilaku yang
lanjutan
kurang terhadap pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) sebanyak 112 resonden
(97,4%), responden yang memiliki perilaku sedag sebanyak 3 responden (2,6%), dan
tidak ada responden yang memiliki perilaku yang baik.

Menurut Suryaningsih (2009) SADARI merupakan salah satu cara yang lebih
mudah dan efisien untuk dapat mendeteksi kelainan payudara oleh diri sendiri.
56
Dari
hasil penelitian menunjukkan perilaku yang kurang untuk melakukan pemeriksaan
payudara sendiri (SADARI) yaitu sebanyak 112 responden (97,4%) hal ini bisa
dikarenakan responden mempunyai pengetahuan dan sikap yang kurang, sehingga
perilaku responden juga kurang. Dalam tinjauan teori disebutkan bahwa tingginya
angka kematian karena kanker payudara disebabkan sebagian besar penderita datang
setelah stadium lanjut. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah
penderita tidak tahu atau kurang mengerti tentang kanker payudara, kurang
memperhatikan payudara, rasa takut akan operasi, percaya dukun atau tradisional dan
rasa malas serta malu memperlihatkan payudara.
57
Dari hasil penelitian Angesti
(2010) sebagian besar responden (64,1%) kadang merasa malas untuk melakukan
SADARI.
53

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2008)
sebanyak 97,8% responden berperilaku salah tentang SADARI,
58
penelitian Sri
(2008) sebanyak 50,7% berperilaku tidak baik
50
dan penelitian Nisa (2010)
berperilaku kurang sebanyak 68,1%.
54

SADARI sebaiknya dilakukan setiap kali selesai menstruasi yaitu hari ke-7
sampai ke-10 terhitung hari pertama haid, karena pada saat ini pengaruh hormonal
estrogen dan progesteron sangat rendah dan jaringan kelenjar payudara saat itu tidak
membengkak sehingga lebih mudah meraba adanya tumor ataupun kelainan pada
payudara.
13
Dari hasil penelitian ini sebanyak 82 (71,3%) tidak pernah melakukan
SADARI sesuai dengan frekuensi dan waktu yang ditentukan. Hal ini juga sejalan
dengan penelitian Auvyka (2010) sebanyak (4,1%) responden yang melakukan
secara teratur dan (7,8%) yang melakukan SADARI secara benar (7-10 hari) setelah
menstruasi.
59


4.4 Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variabel
independen dan variabel dependen dengan menggunakan analisis uji chi square.
Melalui uji statistic chi square akan diperoleh nilai p, dimana dalam penelitian ini
digunakan tingkat kemaknaan sebesar 0,05. Penelitian antara dua variabel dikatakan
bermakna jika mempunyai nilai p 0,05 yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima
dan dikatakan tidak bermakna jika mempunyai nilai p> 0,05 yang berarti Ho
diterima dan Ha ditolak.
60
Selanjutnya hasil analisis bivariat akan dijelaskan pada
sub-bab berikut:

4.4.1 Hubungan antara Tingkat pengetahuan dengan Perilaku Responden
Tentang SADARI

Tabel 4.22 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku
Responden Tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri


Tingkat
Penge-
tahuan

Total
P value
Kurang Sedang
% % %
Kurang 61 54,5 0 0 61 53
0,100
Sedang
+ Baik
51 45,5 3 100 54 47
Total 112 100 3 100 115 100

Pada tabel 3x3 Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku responden
tentang SADARI, didapatkan nilai expected yang kurang dari 5 ada 50% jumlah sel.
Oleh sebab itu dilakukan penggabungan sel, karena pada tabel 3x3 tersebut tidak
layak untuk diuji dengan chi-square. Kemudian pada tabel 2x2 ini karena sel yang
memiliki nilai expected kurang dari 5 ada 50% jumlah sel, maka table 2x2 ini tidak
layak untuk di uji dengan uji chi-square. Oleh karena itu uji yang dipakai adalah uji
alternative uji chi-square yaitu uji fisher.
60

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji alternatif chi-square
yaitu uji tentang hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap responden
tentang kanker payudara dan SADARI pada tabel 4.22, diperoleh hasil bahwa dari
115 responden, sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang kurang
tentang SADARI dengan perilaku yang kurang juga tentang SADARI, yaitu
sebanyak 61 orang (100%). Sedangkan responden yang memilki pengetahuan
kurang dengan perilaku yang sedang tentang SADARI tidak ada (0%). Responden
yang memilki pengetahuan yang sedang dan baik dengan perilaku yang kurang
tentang SADARI adalah sebanyak 51 orang (94,4%) sedangkan responden yang
memilki pengetahuan yang sedang dan baik dengan perilaku yang sedang SADARI
sebanyak 3 responden (5,6%). Hasil uji statistik diperoleh nilai P value sebesar
0,100, nilai P value lebih besar dari 5% (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa
tidak ada hubungan antara pengetahuan tentang SADARI terhadap Perilaku
SADARI.
Menurut Bloom (1908) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003) pengetahuan
adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui
indra yang dimilikinya.
16
Dari penelitian ini tidak ada hubungan yang signifikan
antara tingkat pengetahuan tentang SADARI dengan perilaku SADARI. Hasil uji
statistik diperoleh nilai P value sebesar 0,100. Nilai P value lebih besar dari 5%
(0,05). Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian sebelumnya yang berjudul
Hubungan Pengetahuan Sikap Remaja Putri Terhadap perilaku SADARI di SMUN 2
Pasar Kemis Kabupaten Tangerang Tahun 2010 dengan menggunakan desain
penelitian cross sectional, yaitu tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat
pengetahuan tentang SADARI dengan perilaku SADARI dengan p=1,000
14

Sejalan dengan hasil studi yang dilakukan WHO dan para ahli pendidikan
kesehatan, terungkap memang benar bahwa pengetahun masyarakat tentang
kesehatan sudah tinggi, tetapi praktik mereka masih rendah. Hal ini berarti bahwa
perubahan atau peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan sudah tinggi,
tetapi prilakunya masih rendah. Hal ini berarti bahwa perubahan atau peningkatan
pengetahuan masyarakat tentang kesehatan tidak diimbangi dengan prilakunya. Hasil
penelitian diatas ternyata tidak sesuai dengan tinjauan teori yang menyebutkan
bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada
perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
17

Dari hasil penelitian ini juga terdapat perbedaan dengan penelitian
sebelumnya, karya Angesti (2010) dengan judul Hubungan antara Tingkat
Pengetahuan tentang SADARI dengan Perilaku SADARI sebagai deteksi dini kanker
payudara pada mahasiswi DIV Kebidanan FK UNS. Hasil analisis pada penelitian
tersebut diperoleh nilai = 0,404 dengan tingkat signifikansi 0,00 (P < 0,05)
menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan
tentang SADARI dengan perilaku SADARI dengan tingkat korelasi sedang.
53

Perbedaan hasil analisis tersebut dapat disebabkan oleh faktor subjek
penelitian dengan latar pendidikan yang berbeda. Subjek penelitian yang digunakan
Angesti adalah mahasiswi DIV Kebidanan FK UNS sedangkan peneliti disini
menggunakan subjek penelitian dari siswi MA KMI Diniyyah Puteri Padang Panjang.
4.4.2 Hubungan antara Sikap Responden Tentang SADARI dengan Perilaku
SADARI
Tabel 4.23 Distribusi Responden Menurut Sikap terhadap Perilaku SADARI


Sikap
Perilaku
Total
P value
Kurang Sedang
% % % 2-sided 1-sided
Kurang 25 22,3 0 0 25 21,7
1,000

0,476
Sedang
+ Baik
87 77,7 3 100 91 78,3
Total 112 100 3 100 115 100

Pada tabel 3x3 Hubungan Sikap dengan Perilaku responden tentang
SADARI, didapatkan nilai expected yang kurang dari 5 ada 50% jumlah sel. Oleh
sebab itu dilakukan penggabungan sel, karena pada table 3x3 tersebut tidak layak
untuk diuji dengan chi-square. Kemudian pada tabel 2x2 ini karena sel yang
memiliki nilai expected kurang dari 5 ada 50% jumlah sel, maka tabel 2x2 ini tidak
layak untuk di uji dengan uji chi-square. Oleh karena itu uji yang dipakai adalah uji
alternative uji chi-square yaitu uji fisher.
60
Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan alternatif uji chi-square yaitu
uji Fisher tentang hubungan antara sikap responden terhadap SADARI dengan
perilaku SADARI pada tabel 4.23, diperoleh hasil bahwa dari 115 responden,
sebagian besar responden memiliki sikap yang sedang dan baik terhadap SADARI
dengan perilaku yang kurang untuk melakukan SADARI, yaitu sebanyak 87
responden (77,7%). Sedangkan responden yang memilki sikap yang kurang dengan
perilaku SADARI yang kurang adalah sebanyak 25 responden (22,3%). Responden
yang memilki sikap yang sedang dan baik dengan perilaku yang sedang untuk
melakukan SADARI adalah sebanyak 3 responden (100%) dan tidak ada responden
yang memilki sikap kurang dengan perilaku SADARI yang sedang. Hasil uji statistik
diperoleh nilai P value sebesar 1,000 pada 2-sided (two tail) dan 0,476 pada 1-sided
(one tail). Nilai P value lebih besar dari 5% (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa
tidak ada perbedaan perilaku SADARI antara responden yang memilki sikap yang
kurang dengan responden yang memilki sikap sedang dan baik.
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap
suatu stimulus atau objek.
16
Dari penelitian ini tidak ada hubungan yang signifikan
antara tingkat pengetahuan tentang SADARI dengan perilaku SADARI. P value
sebesar 1,000 pada 2-sided (two tail) dan 0,476 pada 1-sided (one tail). Nilai P value
lebih besar dari 5% (0,05). Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Novi
(2008) pada anak wanita penderita kanker payudara dengan desain cross sectional,
yaitu ada hubungan antara sikap dan tindakan SADARI dengan p=0,09.
59

Perbedaan hasil analisis tersebut dapat disebabkan oleh factor subjek
penelitian yang berbeda. Subjek penelitian yang digunakan Novi adalah anak
penderita kanker payudara sedangkan peneliti disini menggunakan subjek penelitian
dari siswi MA KMI Diniyyah Puteri Padang Panjang.
Pembentukan sikap menurut Azwar (2005) dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu salah satunya pengalaman pribadi, haruslah meninggalkan kesan yang kuat.
Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut
terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.
61
Hal ini mungkin menjadi
sebab adanya hubungan antara sikap dan perilaku SADARI pada penelitian yang
dilakukan oleh Novi (2008) pada anak penderita kanker payudara dimana responden
memiliki pengalaman pribadi dan faktor emosional yang kuat terhadap kanker
payudara karena ibunya pernah menderita kanker payudara sehingga mereka menjadi
lebih waspada dengan melakukan deteksi dini dengan cara SADARI.

BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
1. Secara keseluruhan responden memiliki pengetahuan yang kurang tentang
SADARI yaitu 61 responden (53%)
2. Secara keseluruhan responden memiliki sikap yang sedang tentang SADARI
yaitu 79 responden (68,7%)
3. Secara keseluruhan responden memiliki perilaku kurang untuk melakukan
SADARI yaitu 112 responden (97,4%)
4. Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan responden terhadap perilaku
responden p value= 0,100
5. Tidak ada hubungan antara sikap responden terhadap perilaku responden p
value= 0,476
5. 1. Saran
Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka perlu diadakan pemberian informasi
yang edukatif yaitu salah satunya dengan penyuluhan tentang SADARI agar siswi
tersebut dapat melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) secara rutin dan
teratur setiap bulan pada waktu seminggu setelah haid,sehingga dengan pemeriksaan
tersebut maka kemungkinan adanya kanker payudara diharapkan bisa di deteksi
secara dini dan prognosisnya akan lebih baik lagi jika dilakukan pengobatan lebih
awal.






DAFTAR PUSTAKA

1. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit
ed.6. Jakarta: EGC; 2007.
2. The Global Burden of Disease 2004 Update [Online]. 2008 [cited 2011 April
25]; Available from
URL:http://www.who.int/healthinfo/global_burden_disease/GBD_report_200
4update_full.pdf
3. WHO (World Health Organization). Breast Cancer : Prevention and
control[Online]. 2011 [cited 2011 April 25]; Available from: URL:
http://www.who.int/cancer/detection/breastcancer/en/index1.html
4. Rasjidi I. Deteksi dini dan pencegahan kanker pada wanita. Jakarta: CV
Sagung Seto; 2009.
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
796/Menkes/SK/VII/2010 Tentang Pedoman Teknis Pengendalian Kanker
Payudara dan Kanker Leher Rahim
6. GLOBOCAN 2008 Cancer Fact Sheet : Breast cancer incidence and mortality
worldwide in 2008 Summary [Online]. 2010 [cited 2011 Jul 8]. Available
from: URL: http://globocan.iarc.fr/factsheets/cancers/breast.asp
7. http://www.depkes.go.id/profil kesehatan 2007/ [cited 2011 Mar 3]
8. http://www.dharmais.co.id/index.php/cance-statistic.html [cited 2011 Apr 25]
9. Supit N. Deteksi dini keganasan payudara. Dalam: Deteksi dini kanker.
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2005.
10. Rasjidi I. Epidemiologi kanker pada wanita. Jakarta: Sagung Seto; 2010.
11. Tambunan G. Diagnosis dan tata laksana sepuluh jenis kanker terbanyak di
Indonesia. Jakarta: EGC; 1993.
12. Rasjidi I. 100 questions & answers kanker pada wanita. Jakarta: PT Elex
Media Komputindo; 2010.
13. Staf Pengajar FKUI. Buku ajar ilmu bedah. Jakarta: Binapura Aksara; 2008.
14. Imeldyanti A. Hubungan pengetahuan sikap remaja putri terhadap perilaku
SADARI di SMUN 2 Pasar Kemis Kabupaten Tangerang Tahun 2010.
Jakarta: Skripsi FKM UI; 2010.
15. Abdel-Fattah M, Zaki A, Bassili A, El-Shazly M, Tagnoni G. Breast self
examination and its impact on breast cancer diagnosis in Alexandria,Egypt.
Eastern Mediteranean Health Journal [serial online] 2000. [cited 2011 jul 8 ];
6(1):34-40 Available from:
URL:http:www.emro.who.int/publications/emhj/0601/t0503.gif.
16. Notoatmodjo S. Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta;
2003.
17. Notoatmodjo S. Promosi kesehatan & ilmu perilaku. Jakarta: Rineka Cipta;
2007.
18. Notoatmodjo S. Konsep perilaku kesehatan. Dalam: Promosi kesehatan teori
& aplikasi edisi revisi 2010. Jakarta: Rineka Cipta; 2010.
19. Maulana HDJ. Promosi kesehatan. Jakarta: EGC; 2009.
20. Machfoedz I, Suryani E, Pendidikan kesehatan bagian dari promosi
kesehatan.Yogyakarta: Fitramaya; 2007.
21. Mubarak WI. Promosi kesehatan sebuah pengantar proses belajar mengajar
dalam pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu; 2007.
22. Machfoedz I, Suryani E. Pendidikan kesehatan bagian dari promosi kesehatan.
Yogyakarta: Fitramaya; 2007.
23. Widyastuti Y, Rahmawati A, Purnamaningrum YE. Kesehatan reproduksi.
Yogyakarta: Fitramaya; 2009.
24. Hurlock EB. Psikologi perkembangan, edisi ke 5. Jakarta: PT Gelora Aksara
Pratama; 1999.
25. Papalia DE, Olds SW, Feldman RD. Human development 8th ed. Boston:
McGraw-Hill; 2001.
26. Santrock, JW. Remaja ed.11 jilid 1. Jakarta: Erlangga; 2007.
27 .http://www.newsperuvian.com/wp-content/uploads/2011/05/breast-anatomy-
7.jpg [cited 2011 Aug 13]
28. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC; 2003.
29. Monkhouse S. Clinical anatomy. 2nd ed. China: Churchill Livingstone
Elsevier; 2007.
30. Ross and Wilson. Anatomy and physiology in health and illness. 9
th
ed. Spain:
Churchill Livingstone Elsevier; 2001.
31. Prawirohardjo S. Ilmu kandungan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2009.
32. National Cancer Institute. Breast cancer [Online]. [cited 2011 Aug 12] ;
Available from: URL:http://www.cancer.gov/cancertopics/types/breast
33. http://medical-dictionary.thefreedictionary.com/breast+cancer [cited 2011
Aug 12]
34. Breast Cancer Organization. Pregnancy history.In:Breast cancer risk factor
[Online]. 2011 [cited 2011 Jan 30]; Available from:
URL:http://www.breastcancer.org/risk/factors/menstrual_hist.jsp
35. Breast Cancer Organization. Pregnancy history.In:Breast cancer risk factor
[Online]. 2011 [cited 2011 Jan 30]; Available from:
URL:http://www.breastcancer.org/risk/factors/pregnancy_hist.jsp
36. Breast Cancer Organization. Breastfeeding history.In:Breast cancer risk
factor [Online]. 2011 [ 2011 Jan 30] Available from:
URL:http://www.breastcancer.org/risk/factors/breastfeed_hist.jsp
37. Breast Cancer Organization. Radiation for chest or face before age
30.In:Breast cancer risk factor [Online]. 2011 [cited 2011 Jan 30] Available
from: URL:http://www.breastcancer.org/risk/factors/radiation.jsp
38. Burstein HJ, Harris JR, Morrow M. Malignant tumors of the breast. In:
Devita, Hellman, Rosenbergs Cancer: Principle & practice of oncology 8th
ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2008.
39. Buku ajar onkologi klinis Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Indonesia; 2008.
40. Zager JS, Solorzano CC, Thomas E, Beig FW, Babiera GV. Invasive breast
cancer. In: The MD Anderson surgical oncology handbook 4
th
ed. Texas:
M.D Anderson Cancer Center Department of Surgical Oncology; 2006.
41. Sukardja IDG. Onkologi klinik. Surabaya: Airlangga University Press; 2000.
42. Buku saku pencegahan kanker payudara & kanker leher rahim. Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI Direktorat Jenderal PP & PL Direktorat
Pengendalian Penyakit Tidak Menular; 2010.
43. Sinclair C. Buku saku kebidanan. Jakarta: EGC; 2009.
44. Screening for breast cancer with breast self examination [serial online].
JAMA. 1987 [cited 2011 Jul 8]; 257(16):2196-2203. Available from: URL:
http://jama.ama-assn.org/content/257/16/2196.short
45. Kearney N, Richardson A. Nursing patients with cancer: Principles and
practices [Online]. 2006. Available from:
URL:http://books.google.co.id/books?id=_RHhiV-
PNzYC&pg=PA173&lpg=PA173&dq=sensitivity+of+BSE+influenced+by+p
alpation&source=bl&ots=C6wHD8gm7F&sig=-
coh_WpIEQYLwsIo4iXfy0XGyU8&hl=id&ei=XKRFTuuyCYf0mAXdiLXV
Bg&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=1&sqi=2&ved=0CBUQ6AE
wAA#v=onepage&q=sensitivity%20of%20BSE%20influenced%20by%20pal
pation&f=false Churchill LivingStone;Elsevier [cited 2011 Aug 13]
46. Smith RA, Saslow D, Sawyer KA, Burke W, Costanza ME, Evans WP.
American Cancer Society Guidelines for Breast Cancer Screening: Update
2003. CA A Cancer Journal for Clinician [serial online] 2003 [cited 2011 Jan
29]; 53:141 sec 4. Available from:
URL:http://caonline.amcancersoc.org/cgi/content/full/53/3/141
47. The Center for Advanced Breast Cancer. Breast self examination [Online].
2005 [cited 2011 Aug 18]; Available from:
URL:http://www.advancedbreastcare.net/brestself.htm
48. Panduan pencegahan kanker leher rahim dan payudara untuk fasilitas dengan
sumberdaya terbatas. Jakarta:Depkes;2007
49. Breast Cancer Organization. The five steps of breast self-exam [Online]. 2011
[cited 2011 Sept 19]; Available from:
URL:http://www.breastcancer.org/symptoms/testing/types/self_exam/bsesteps
.jsp
50. Utama SY. Gambaran pengetahuan sikap dan perilaku remaja puteri terhadap
SADARI. Jambi; 2008.
51. Ni LTK. Tingkat pengetahuan mahasiswi tentang SADARI sebagai salah satu
cara untuk mendeteksi dini kanker payudara Fakultas Sastra USU Medan
angkatan 2008 [skripsi]. Medan: FK USU; 2010.
52. Damanik NM. Hubungan tingkat pendidikan dengan tingkat pengetahuan
wanita usia 20-40 tahun di Kelurahan Polonia Kecamatan Medan Polonia
tentang SADARI sebagai salah satu cara untuk mendeteksi dini kanker
payudara [skripsi]. Medan: FK USU; 2009.
53. Nugraheni A. Hubungan tingkat pengetahuan tentang SADARI dengan
perilaku SADARI sebagai deteksi dini kanker payudara pada mahasiswi DIV
Kebidanan FK UNS [skripsi]. Solo: FK UNS; 2010.
54. Harahap NH. Perilaku karyawati di kantor Dinas Pendidikan Sumatera Utara
mengenai metode SADARI sebagai deteksi dini kanker payudara [skripsi].
Medan: FK USU; 2010.
55. Khairunnisa F. Gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan mahasiswi
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2005 terhadap
Pemeriksaan Payudara Sadari (SADARI) [skripsi]. Medan: FK USU; 2010.
56. Suryaningsih E. Kupas tuntas kanker payudara. Yogyakarta: Paradigma
Indonesia; 2009.
57. Sutjipto. Permasalahan deteksi dini dan pengobatan kanker payudara [Online].
2007 [cited 2011 Jan 29]; Available from: URL:http//www.dharmais.co.id
58. Handayani DS. Hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap dengan
perilaku para wanita dewasa awal dalam melakukan Pemeriksaan Payudara
Sendiri di Kelurahan Kalangan Kecamatan Pedan Klaten [skripsi]. Semarang:
FK UNDIP; 2008.
59. Anjarwati ND. Hubungan pengetahuan SADARI dan sikap SADARI
responden dengan tindakan SADARI pada anak wanita penderita kanker
payudara tahun 2008. Depok: Skripsi FKM UI; 2010.[abstrak]
60. Dahlan MS. Statistik untuk kedokteran dan kesehatan. Jakarta: Salaemba
Medika; 2009.

61. Azwar S. Sikap manusia: Teori dan pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka
Belajar; 2005.



Lampiran 1
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth.
Siswi MA KMI Diniyyah Puteri
Di Padang Panjang
Dengan hormat,
Saya Arini Estetia Putri, mahasiswi Program Studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bermaksud
mengadakan penelitian untuk memperoleh gambaran tentang Hubungan Tingkat
Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri tentang SADARI terhadap Perilaku SADARI di
MA KMI Diniyyah Puteri Padang Panjang Bulan Februari 2011. Penelitian ini
dilakukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana
Kedokteran.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka saya mohon kesediaan adik-adik untuk
memberikan jawaban atas pertanyaan yang diberikan dalam bentuk kuesioner.
Keikutsertaan adik-adik dalam mengisi kuesioner bersifat sukarela dan tidak
berpengaruh pada nilai apapun. Jawaban yang telah adik-adik berikan akan dijamin
kerahasiaannya serta hanya digunakan untuk kepentingan penelitian saja.
Semoga amal ibadah adik-adik mendapat balasan dari Allah SWT. Amin.


Padang Panjang, 2011

Pemohon


Arini Estetia Putri


Lampiran 2
FORMULIR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN
(INFORMED CONSENT)
Program Studi Pendidikan Dokter
FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
SURAT PERSETUJUAN
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
Umur : tahun
Setelah mendapatkan keterangan secukupnya serta menyadari manfaat dari penelitian
tersebut di bawah ini yang berjudul :
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI
TENTANG SADARI TERHADAP PERILAKU SADARI DI MA KMI
DINIYYAH PUTERI PADANG PANJANG BULAN FEBRUARI 2011

dengan sukarela menyetujui diikutsertakan dalam penelitian di atas dengan catatan
bila suatu waktu merasa dirugikan dalam bentuk apapun, berhak membatalkan
persetujuan ini serta berhak untuk mengundurkan diri.
Padang Panjang, 2011
Mengetahui


Yang menyetujui Penanggung jawab penelitian




( ) ( )
Lampiran 3
Kuesioner
Pilihlah salah satu jawaban a,b,c atau d pada jawaban yang anda anggap paling
benar dengan menyilangnya (X)
Perlu diketahui, SADARI yang dimaksud disini adalah pemerikSAan payuDAra
sendiRI
Pengetahuan SADARI (Pemeriksaan payudara Sendiri)
1. Apakah pemeriksaan payudara dengan cara SADARI untuk mendeteksi
benjolan di payudara dapat dilakukan sendiri oleh setiap wanita?
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak Tahu
2. Pengertian SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) adalah
a. Upaya untuk menetapkan adanya benjolan atau tidak dalam payudara
yang dilakukan sendiri dengan perabaan
b. Upaya untuk menetapkan adanya benjolan atau tidak dalam payudara
yang dilakukan oleh dokter
c. Periksa USG payudara
d. Tidak tahu
3. Mengapa SADARI perlu dilakukan?
a. Untuk mencegah kanker payudara
b. Sebagai deteksi dini kanker payudara (penyakit keganasan)
c. Untuk mengobati kanker payudara
d. Tidak tahu
4. SADARI dianjurkan untuk dilakukan mulai usia..
a. 20 tahun
b. 30 tahun
c. 40 tahun
d. Tidak tahu
5. Kapan sebaiknya pemeriksaan SADARI secara teratur perlu dilakukan?
a. Setelah haid setiap bulan
b. Satu minggu setelah haid setiap bulan
c. Pada masa haid
d. Tidak tahu
6. Bagi wanita yang telah menopause, SADARI sebaiknya dilakukan .
a. Satu bulan sekali, pada tanggal yang sama
b. Seminggu sekali
c. Setahun sekali
d. Tidak tahu
7. SADARI dilakukan dengan menggunakan ..
a. Alat pendeteksi yang dibeli di apotik
b. Secara manual dengan menggunakan tangan
c. Dengan USG
d. Tidak Tahu
8. Pemeriksaan payudara dapat dilakukan dengan..
a. Memperhatikan
b. Meraba
c. Memperhatikan dan meraba
d. Tidak tahu
9. Pemeriksaan payudara dapat dilakukan dengan posisi.
a. Berdiri
b. Berdiri dan berbaring
c. Berdiri, berbaring dan duduk
d. Tidak Tahu
10. Saat berdiri di depan cermin, dengan posisi kedua tangan lurus ke bawah di
samping badan, maka yang akan perlu diperhatikan adalah
a. Bentuk, ukuran dan kulit payudara
b. Bentuk payudara
c. Keseimbangan payudara
d. Tidak tahu
11. Untuk melihat adanya retraksi (penarikan ) kulit atau perlekatan tumor
terhadap otot ,maka tangan seharusnya.
a. Dilipat di depan dada
b. Diangkat di atas kepala
c. Lurus ke bawah
d. Tidak tahu
12. Bagian tangan yang digunakan untuk meraba payudara adalah.
a. Ujung jari
b. Telapak tangan
c. Telapak jari
lanjutan
d. Tidak tahu
13. Jika ingin meraba payudara kanan pada saat berbaring maka tangan kanan
terletak di.
a. Bawah kepala
b. Samping badan
c. Pinggang
d. Tidak tahu
14. Pemeriksaan ketiak pada SADARI, juga perlu dilakukan untuk
mengetahui..
a. Adanya kotoran pada ketiak
b. Radang pada ketiak
c. Kanker telah metastasis (menyebar)
d. Tidak tahu
15. Tahapan pemeriksaan lengkap payudara sendiri terdiri dari.
a. Melihat payudara-meraba payudara- meraba ketiak
b. Meraba payudara-melihat payudara- meraba ketiak
c. Meraba ketiak- meraba payudara melihat payudara
d. Tidak tahu

Sikap SADARI
No. Pernyataan Setuju Tidak Setuju Tidak Tahu
1. Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) penting
untuk wanita sebagai deteksi dini kanker payudara

2. SADARI mudah dan murah untuk dilakukan karena
dilaksanakan tanpa menggunakan alat

3. SADARI sebaiknya dilakukan sebulan sekali pada
masa haid

4. Perabaan dengan menggunakan ujung jari
dianjurkan dalam melakukan SADARI

5. Dengan deteksi lebih dini, diharapkan prognosis
(harapan sembuh) kanker payudara akan lebih baik




lanjutan
Perilaku SADARI
No Pertanyaan Pernah Sering Selalu Kadang-
kadang
TidakPernah
1. Apakah Anda melakukan
SADARI untuk memeriksa
kanker payudara?

2. Apakah Anda melakukan
SADARI dengan cara
memperhatikan dan meraba?

3. Apakah Anda melakukan
SADARI minimal satu bulan
sekali seminggu setelah haid
secara teratur?

4. Apakah Anda melakukan
SADARI di depan cermin
untuk memeriksa payudara?

5. Apakah Anda mengangkat
tangan ketika melakukan
SADARI?

6. Apakah Anda melihat bentuk
payudara ketika melakukan
SADARI?

7. Apakah Anda menggunakan
telapak jari pada saat
melakukan perabaan?

8. Apakah Anda melihat warna
kulit payudara Anda ketika
melakukan SADARI?

9. Apakah Anda memijat
sampai ke puting untuk
mengetahui adanya cairan
yang keluar melalui putting?



Jawaban Pengetahuan
No Jawaban yang diharapkan Skor
1 A 1= benar (A)
0= salah (B), tidak tahu (C)
2 A 2= benar (A)
1= mendekati benar (B)
0= salah (C), tidak tahu (D)
3 B 1= benar (B)
0= salah (A,C) , tidak tahu (D)
4 A 1= benar (A)
0= salah (B,C,D) , tidak tahu (D)
5 B 2= benar (B)
1= mendekati benar (A)
0= salah (C) , tidak tahu (D)
6 A 1= benar (A)
0= salah (B,C,) , tidak tahu (D)
7 B 1= benar (B)
0= salah (A,C) , tidak tahu (D)
8 C 2= benar (C)
1= mendekati benar (A,B)
0= tidak tahu (D)
9 C 3= benar (C)
2= mendekati benar (B)
1= hampir mendekati benar (A)
0= tidakk tahu (D)
10 A 2= benar (A)
1= mendekati benar (B,C)
0= tidak tahu (D)
11 B 1= benar
0= salah (A,C) , tidak tahu (D)
12 C 1= benar (C)
0= salah (A,B) , tidak tahu (D)
13 A 1= benar (A)
0= salah (B,C) , tidak tahu (D)
14 C 2= benar (C)
1= mendekati benar (B)
0= salah (A) , tidak tahu (D)
15 A 2= benar (A)
1= mendekati benar (B,C)
0= tidak tahu (D)

Jawaban Sikap
No. Jawaban yang diharapkan Skor
1 Setuju 2= Setuju
1= Tidak setuju
0= Tidak tahu
2 Setuju 2= Setuju
1= Tidak setuju
0= Tidak tahu
3 Tidak Setuju 2= Tidak setuju
1= Setuju
0= Tidak tahu
4 Tidak Setuju 2= Tidak Setuuju
1= Setuju
0= Tidak tahu
5 Setuju 2= Setuju
1= Tidak setuju
0= Tidak tahu












lanjutan
Jawaban Perilaku
No. Jawaban yang diharapkan Skor
1 Selalu 4= selalu
3= sering
2= kadang-kadang
1= pernah
0= tidak pernah
2 Selalu 4= selalu
3= sering
2= kadang-kadang
1= pernah
0= tidak pernah
3 Selalu 4= selalu
3= sering
2= kadang-kadang
1= pernah
0= tidak pernah
4 Selalu 4= selalu
3= sering
2= kadang-kadang
1= pernah
0= tidak pernah
5 Selalu 4= selalu
3= sering
2= kadang-kadang
1= pernah
0= tidak pernah
6 Selalu 4= selalu
3= sering
2= kadang-kadang
1= pernah
0= tidak pernah
7 Selalu 4= selalu
3= sering
2= kadang-kadang
1= pernah
0= tidak pernah
8 Selalu 4= selalu
3= sering
2= kadang-kadang
1= pernah
0= tidak pernah
9 Selalu 4= selalu
3= sering
2= kadang-kadang
1= pernah
0= tidak pernah








lanjutan
Lampiran 4
Hasil Analisis Data
A. Analisis Univariat

a. Tingkat Pengetahuan
tingkat_pengetahuan1

Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid rendah 61 53.0 53.0 53.0
sedang 41 35.7 35.7 88.7
tinggi 13 11.3 11.3 100.0
Total 115 100.0 100.0

b. Sikap
tingkat_sikap1

Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid rendah 25 21.7 21.7 21.7
sedang 79 68.7 68.7 90.4
Baik 11 9.6 9.6 100.0
Total 115 100.0 100.0

c. Perilaku
tingkat perilaku1


Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid
rendah 112 97.4 97.4 97.4
sedang 3 2.6 2.6 100.0
Total 115 100.0 100.0



B. Analisis Bivariat

a. Hubungan Tingkat Pengetahuan terhadap Perilaku
Chi-Square Tests

Value Df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 3.787
a
2 .151
Likelihood Ratio 4.766 2 .092
Linear-by-Linear Association 3.667 1 .055
N of Valid Cases 115
a. 3 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is .34.


Chi-Square Tests

Value Df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 3.480
a
1 .062
Continuity Correction
b
1.637 1 .201
Likelihood Ratio 4.627 1 .031
Fisher's Exact Test .100 .100
Linear-by-Linear Association 3.449 1 .063
N of Valid Cases
b
115
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.41.
b. Computed only for a 2x2 table



b. Hubungan Sikap terhadap Perilaku

Chi-Square Tests

Value Df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 11.731
a
2 .003
Likelihood Ratio 6.642 2 .036
Linear-by-Linear Association 6.365 1 .012
N of Valid Cases 115
a. 3 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is .29.

Chi-Square Tests

Value Df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square .856
a
1 .355
Continuity Correction
b
.047 1 .829
Likelihood Ratio 1.493 1 .222
Fisher's Exact Test 1.000 .476
Linear-by-Linear Association .848 1 .357
N of Valid Cases
b
115
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .65.
b. Computed only for a 2x2 table


Lampiran 5

Hasil Uji Validitas & Reliabilitas

a. Uji Validitas dan reliabilitas pengetahuan

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.896 15

Item-Total Statistics

Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
SADARI dapat dilakukan
sendiri
41.70 95.045 .438 .894
pengertian SADARI 41.23 85.495 .574 .890
tujuan SADARI 40.63 90.654 .523 .891
usia anjuran SADARI 40.53 85.499 .466 .898
waktu SADARI 39.83 86.557 .615 .887
waktu SADARI wanita
menopause
39.83 83.178 .725 .882
alat SADARI 40.43 87.013 .688 .885
SADARI dengan cara 40.23 95.426 .395 .895
posisi SADARI 40.27 88.754 .587 .889
yang perlu diperhatikan 39.97 94.309 .615 .891
retraksi kulit 39.90 88.093 .685 .885
bagian tangan 40.80 86.234 .593 .888
posisi tangan 39.90 85.541 .776 .881
pemeriksaan ketiak 39.77 87.978 .680 .885
tahapan SADARI 40.23 87.220 .484 .894



b. Uji validitas dan reliabilitas sikap

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.742 5

Item-Total Statistics

Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
SADARI penting 3.70 4.976 .562 .684
SADARI mudah dan murah 4.20 4.166 .502 .707
SADARI sebulan sekali 5.00 5.241 .500 .706
Perabaan dengan ujung jari 4.97 5.206 .445 .719
Prognosis kanker akan lebih
baik
4.13 3.844 .598 .663
















c. Uji validitas dan reliabilitas perilaku

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.876 9



Item-Total Statistics

Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
melakukan sadari 3.90 26.645 .593 .867
memperhatikan dan meraba 3.57 23.220 .739 .851
satu bulan sekali seminggu
setelah haid
4.00 26.690 .553 .869
di depan cermin 4.07 26.478 .616 .866
mengangkat tangan 3.70 23.045 .647 .862
memperhatikan bentuk
payudara
3.57 22.392 .772 .848
telapak jari 3.60 23.007 .663 .860
warna kulit 4.13 28.257 .407 .879
memijat hingga ke puting 3.87 22.947 .656 .861



Lampiran 6
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Arini Estetia Putri
Tempat Tanggal Lahir : Benoa, 1 Mei 1990
Alamat : Jl. Prof. M.Yamin SH, No85 Simp.Harapan Ps.Atas
Bangko 37312
Email : arin.sweety@yahoo.co.id
No.Telpon : 085789214819
Riwayat Pendidikan
- TK Bhakti Puspitek Tangerang (1994-1996)
- SDN Batan Indah Cisawuk Tangerang (1996-1999)
- SD No.2/VI Bangko (1999-2002)
- MTs DMP Diniyyah Puteri Padang Panjang (2002-2005)
- MA KMI Diniyyah Puteri Padang Panjang (2005-2008)
- FKIK Prodi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2008-
Sekarang)

Anda mungkin juga menyukai