Anda di halaman 1dari 3

PENGARUH ION KALSIUM 1. Catat 10 kerutan usus sebagai kontrol 2.

Hentikan tromol dan gantilah larutan locke dalam tabung perfusi dengan larutan locke tanpa Ca yang bersubu 35C (disediakan) 3. Jelankan kembali romol dan catatlah terus sampai pengaruh kekurangan ion Ca terlihat jelas 4. Tanpa menghentikan tromol, teteskan CaCl2 1% ke dalam cairan perfusi. Beri tanda saat penetesan. 5. Teruskan dengan pencatatan, sampai terjadi pemulihan. Bila pemulihan tidak sempurna, gantikanlah cairan dalam tabung perfusi dengan cairan locke baru yang bersuhu 35C. Apa pengaruh kekurangan ion Ca terhadap kerutan usus?

PEMBAHASAN

Tujuan utama percobaan ini ialah untuk melihat factor-faktor yang mempengaruhi pengerutan usus halus, seperti proses yang berlaku didalam tubuh. Cairan Locke ialah cairan fisiologis bagi usus kelinci. Pergerakan usus halus juga disebut sebagai motilitas dalam istilah system digestivus.

Motilitas merujuk kepada kontraksi otot yang bertujuan untuk mencampur dan menolak kandungan GIT kehadapan. Otot polos GIT juga mengekalkan tahap kontaksi berterusan yang rendah, disebut sebagai tonus. Pergerakan propulsif akan menolak makanan untuk terus bergerak didalam saluran cerna. Pergerakan mencampur pula akan memastikan agar makanan akan dicerna dengan baik, seterusnya juga memudahkan absorbsi zat makanan. Terdapat 4 faktor utama yang mempengaruhi motilitas daripada otot polos dalam system pencernaan, iaitu: 1) Fungsi otonom otot polos 2) Plexus nervus intrinsic 3) Nervus extrinsic 4) Hormon gastrointestinalis Otot polos GIT mempunyai aktifitas listik yang unik, tidak seperti otot lain pada tubuh kita. Aktifitas listrik ini terbagi kepada 2, iaitu: 1) Slow waves 2) Spikes Selain itu, voltage potensial membrane istirehat bagi otot polos ini juga bisa berubah, seperti apabila distimulasi oleh neurotransmitter misalnya. Slow waves ini bukanlah suatu potensial aksi, tetapi merupakan perubahan potensial membrane secara perlahan. Intensitasnya biasanya bervariasi antara 5-15mV, dan frekuensinya pula berbeda mengikut bagian daripada GIT. Di lambung, frekuensinya ialah kurang lebih 3/menit, di duodenum 12/menit manakala di ileum terminalis sebanyak 89/menit. Walaupun sebab utama ianya berlaku masih belum diketahui, tetapi ianya melibatkan interaksi antara otot polos dengan Sel Interstitial Cajal, yang bertindak sebagai pacemaker bagi otot polos. Sel ini tidak mengalami kontraksi, tetapi menghasilkan listrik sendiri, dikatakan bersifat myogenic. Namun, apa yang mengakibatkan kontraksi otot sebenarnya ialah spike potential. Spike potential berlaku apabila potensial membrane otot polos menjadi lebih positif daripada 40mV iaitu lebih positif daripada potensial membran istirahat normal dalam -56mV. Semakin tinggi slow waves potential, semakin tinggi frekuensi spike potential. Inilah kesan yang kita bisa lihat dalam percobaan ini karena slow waves potential ini bisa dipengaruhi oleh efek dari saraf simpatis dan parasimpatis. Kecepayan aktivitas kontraktil ritmis pencernaan misalnya peristalsis di lambung, segmentasi di usus halus, dan haustrasi di usus besar, bergantung pada kecepatan inheren yang diciptakan oleh sel-sel pemacu yang bersangkutan. Intensitas kontraksi bergantung pada jumlah potensial aksi yang terjadi pada saat potansial gelombang

lambat mencapai ambang, yang pada gilirannya bergantung pada berapa lama ambang dipertahankan. Semakin besar jumlah potensial aksi, semakin besar konsantrasi Ca+ sitosol, semakin besar aktivitas jembatan silang, dan semakin kuat kontraksi. Dengan demikian tingkat kontraktilitas dapat berkisar dari tonus tingkat rendah sampai gerakan mencampur dan mendorong yang sangat kuat akibat perubahan konsentrasi Ca+ sitosol. Hasil praktikum pada percobaan pengaruh ion kalsium membuktikan bahwa betapa Ca+ mempengaruhi kontraktilitas otot polos pencernaan. Penambahan CaCl2 yang mengandung Ca+ telah menyebabkan aktivitas kontraktil kerutan usus meningkat jika dibandingkan aktivitas kontraktilitasnya sewaktu dimasukkan ke dalam larutan locke tanpa Ca. Seterusnya, kita akan membahas factor yang menyebabkan perubahan pada frekuensi kontraksi otot polos frekuensi kontraksi disebabkan oleh perubahan pada voltage potensial membran istirehat. Apabila potensial menjadi kurang negative, disebut depolarisasi. Apabila potensial menjadi lebih negative, disebut hiperpolarisasi. Faktor yang mendepolarisasi membrane, menyebabkan lebih mudah dieksitasi: 1) Stretching pada otot polos 2) Stimulasi oleh asetilkolin 3) Stimulasi oleh nervus parasimpatis 4) Stimulasi oleh hormone GIT yang spesifik Faktor yang mengurangkan eksitabilitas membrane melalui hiperpolarisasi: 1) Epinefrin dan norepinefrin 2) Stimulasi pada nervus simpatis Kesan ini terbukti melalui percobaan kita yang mendapati bahawa apabila epinefrin ditambah pada usus kelinci, frekuensi kontraksi usus halus itu mengurang secara mendadak malah bisa berhenti. Manakala, dengan penambahan pilokarpin yang bersifat agonis bagi asetilkolin. Ini menyebabkan ia bisa berikatan dengan reseptor muskarinik asetilkolin untuk member kesan parasimpatis.

KESIMPULAN Melalui percobaan di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan penggunaan epinefrin, Larutan Locke tanpa Ca, dan pada suhu 35C, terjadi penurunan pada tonus, frekuensi, dan amplitude. Hal tersebut dapat diketahui melalui pencatatan gambaran melalui kimograf.

Anda mungkin juga menyukai