Pada praktikum kerja Otot Polos (Lambung ) pada Katak dilakukan percobaan dari
visceral smooth muscle untuk mengetahui pengaruh adrenergic dan cholinergic terhadap
gambaran kontraksi otot polos visceral secara in-vitro
Visceral smooth muscle merupakan sel-sel otot yang terletak berhimpitan satu sama
lain, dimana membrane antara sel-sel berdekatan saling berlekatan seluruhnya atau
sebagian, oleh karenanya tipe ini disebut unitary smooth muscle. Contohnya Dinding alat
pencernaan makanan, saluran empedu, Ureter, Uterus.
Potensi aksi pada visceral smooth muscle aksi dapat terjadi akibat pengaruh :
hormon, neurotransmitter dan spontan.
Ritme gelombang lambat ( slow wave rhytm ) sering mengawali terjadinya potensial
aksi pada otot polos ini.Slow wave itu sendiri bukan suatu potensial aksi. Apabila slow wave
ini mampu mencapai nilai ambang (kira-kira 35 milivolt), maka timbulah potensial aksi yang
selanjutnya akan menyebar ke seluruh visceral smooth muscle yang akhirnya akan disusul
kemudian terjadi kontraksi. Mengingat karakter slow wave seperti itu, slow waves sering
disebut pula sebagai gelombang pace maker.
Keadaan Normal
Pada keadaan normal dapat terlihat adanya sifat-sifat otot polos sebagai berikut :
a) Rhytmicity yaitu terjadinya kontraksi secara ritmis dari otot polos tanpa rangsangan
dari luar
b) Tonik kontraksi yaitu otot polos mempunyai tonus tertentu, baik dalam keadaan
relaksasi maupun kontraksi. Tapi sewaktu-waktu tonus dapat meningkat dan
beberapa lama menurun lagi tanpa adanya rangsangan dari luar.
c) Plasticity, sifat ini terutama pada otot visceral. Pada panjang yang berbeda tegangan
otot polos bisa sama maupun sebaliknya, pada panjang yang sama bisa mempunytai
tonus yang berbeda
Penambahan Asetilkolin
Penambahan Adrenalin
Atropin sulfat mempunyai fungsi yang sama dengan adrenalin yang menaikkan
potensial membran sehingga permeabilitas membrane menurun. Atropin sulfat merupakan
parasympatolitic agent yang menghambat asetilkolin agar tidak dapat bekerja pada
membran, akibatnya frekuensi, amplitude, dan tonus yang didapatkan dari percobaan lebih
rendah dari kontrolnya.
Kesimpulannya
1. Otot polos dapat berkontraksi seara ritmis tanpa adanya rangsangan dari luar.
2. Adrenalin dan Pilokarpin dapat menyebabkan peningkatan kontraksi otot polos.
Keduanya meningkatkan frekuensi, amplitudo, dan tonus otot sehingga dapat
digolongkan obat para symphatonimetikum.
3. Asetilkolin dan Atropin Sulfat dapat menyebabkan penurunan frekuensi, amplitudo,
dan tonus sehingga dapat digolongkan sebagai obat symphatonimetikum
Referensi
Ganong, W.F. 1999. Fisiologi Kedokteran ed 17. EGC: Jakarta
Guyton, Arthur C. 1997 : Buku Ajar Fisiologi Kedokteran ed 9. EGC : Jakarta