Anda di halaman 1dari 9

BAB I

KAJIAN TEORI
A. Pengertian Faradic
Arus faradic adalah arus listrik bolak-balik yang tidak simetris yang
mempunyai durasi 0,01 – 1 ms dengan frekuensi 50 – 100 cy/det. Istilah
faradic mula-mula digunakan untuk arus yang keluar dari faradic coil. Arus
ini merupakan arus bolak-balik yang tidak simetris, tiap cycle terdiri dari dua
fase yang tidak sama. Fase pertama dengan intensitas rendah dan durasi
panjang, sedang fase kedua intensitas tinggi dan durasi pendek. Berfrekuensi
sekitar 50 cycle/detik, durasi fase kedua sekitar 1 milli second (0,001 detik).
Arus faradic pada umumnya dimodifikasi ke dalam bentuk surged atau
interupted (terputus-putus). Bentuk surged faradic dapat diperoleh dari mesin-
mesin modern. Pengontrol durasi surged sebaiknya terpisah dengan
pengontrol interval sehingga diperoleh kontraksi yang efektif dari masing-
masing penderita. Bentuk-bentuk surged juga bermacam-macam antara lain
trapezoid, trianguler, saw booth, recta anguler dan depolarized.
Jaringan tubuh dapat menghantarkan arus listrik karena cairan tubuh
mengandung ion-ion dan karena itu merupakan suatu elektrolit. Dengan
demikian arus-arus yang mengalir dalam tubuh merupakan convection
current, terdiri dari dua arah gerakan ion-ion. Konduktivitas jaringan tidak
sama tergantung jumlah cairan tubuh yang dikandung. Jaringan otot banyak
mengandung suplay darah sehingga merupakan konduktor yang baik,
sedangkan lemak merupakan konduktor yang jelek. Arus akan cenderung
melalui jaringan yang bertahanan rendah, meskipun tidak selalu mungkin
bahwa arus dapat menghindari jaringan yang bertahanan tinggi. Epidermis
bernilai tahanan 1000 ohm, karena sedikit mengandung cairan dan tidak cepat
menyerap kelembaban. Arus yang masuk tubuh harus melalui epidermis,
sehingga perlu adanya usaha-usaha untuk mengurangi tahanan tersebut.
Convention current dalam tubuh dapat menimbulkan perubahan-perubahan
kimia yang dapat menjurus ke arah adanya bahaya-bahaya.
B. Efek Arus Faradik
1. Efek fisiologis
Efek fisiologis yang ditimbulkan arus faradic adalah sebagai berikut :
a. Stimulasi saraf sensoris
Apabila arus faradic dialirkan ke dalam tubuh timbul perasaan
tertusuk-tusuk halus, ini disebabkan oleh stimulasi pada saraf sensoris.
Tusuk-tusuk halus ini hanya ringan karena durasinya pendek.
Stimulasi pada saraf sensoris mengakibatkan vasodilatasi pembuluh
darah superficial sehingga kulit nampak kemerah-merahan
(erythema).
b. Stimulasi saraf motoris
Arus faradic dapat merangsang saraf motoris. Apabila intensitas
cukup besar akan menimbulkan kontraksi otot yang dipersarafi oleh
saraf yang distimulasi. Oleh karena stimulasi berfrekuensi 50
cycle/detik maka kontraksinya tetanic. Apabila kontraksi tadi
dibiarkan cukup lama, otot akan kelelahan sehingga arus faradic pada
umumnya diputus-putus atau disurged untuk memberikan kesempatan
otot beristirahat.
c. Efek kontraksi
Apabila suatu otot-otot berkontraksi akibat stimulasi, peristiwa-
peristiwa yang terjadi di dalam otot sama halnya pada kontraksi
voluntary. Terjadi penambahan metabolisme yang menyebabkan
kenaikan kebutuhan, oksigen dan sari-sari makanan serta penambahan
metabolit. Metabolisme menyebabkan vasodilatasi kapiler dan
anterior sehingga suplay darah ke otot bertambah. Semakin otot
berkontraksi dan relaxasi, timbul efek pemompaan darah vena dan
lympe di dalam dan sekitar otot. Apabila kontraksi otot cukup kuat
sehingga menimbulkan gerak sendi, hal ini juga memberikan efek
pemompaan yang memperlancar peredaran darah vena dan lympe.
d. Efek pada otot inervated
Intensitas yang diperlukan untuk menghasilkan kontraksi otot
inervated dengan durasi 1 milli second biasanya terlalu melebihi
toleransi. Oleh karena itu arus faradic dapat digunakan untuk
merangsang otot inervated.
e. Efek kimia
Suatu efek kimia akan terjadi pada elektroda, apabila arus searah
mengalir melalui elektrolit. Jika efek kimia tadi menyentuh kulit, kulit
tersebut akan terbakar, tetapi apabila arus bolak-balik ion-ion bergerak
ke suatu arah pada fase berikutnya. Tetapi bila grafik tidak simetris,
efek kimia tidak seluruhnya dinetralisir sehingga akan kemungkinan
burn meskipun ringan. Kemungkinan ini dapat diperkecil apabila
durasinya pendek.
2. Efek teraupetik arus faradic
Efek teraupetik yang dihasilkan arus faradic terutama digunakan
untuk menimbulkan kontraksi inervated. Arus biasanya di surged
sehingga otot berkontraksi secara meningkat, begitu pula relaxasinya.
Kontraksi yang ditimbulkan hampir mirip dengan kontraksi voluntary.
a. Fasilitasi kontraksi otot
Apabila penderita mengalami kesulitan untuk mengadakan
kontraksi, arus faradic dapat membantunya. Efek ini nampak sekali
apabila kontraksi otot telah terhambat oleh nyeri atau injury yang baru
di masa stimulasi dapat memberikan fasilitasi lewat mekanisme
muscle spindle.
Apabila terjadi kontraksi otot, impuls timbul dari gamma neuron
menuju ke serabut-serabut saraf intrafusal yang menyebabkan serabut
saraf tersebut berkontraksi. Kontraksi menimbulkan ketegangan yang
mengaktifkan organ-organ receptor dalam muscle spindle untuk
selanjutnya impuls diteruskan ke medula spinalis. Kesemuanya ini
mengakibatkan kenaikan exitabilitas alpa neuron sehingga fasilitasi
pada transmisi impuls ke serabut-serabut extrafusal dari motor unit
yang bersangkutan, yang kemudian berkontraksi. Pada waktu yang
sama impuls dan muscle spindle menyebabkan inhibisi pada alpha
neuron sehingga menghambat impuls dan motor unit. Apabila serabut-
serabut saraf afferen dan muscle spindle dirangsang secara elektris,
hal ini mengurangi inhibisi sehingga mempermudah jalannya impuls
ke otot dan juga memberikan relaxasi pada otot antagonis.
b. Mendidik kembali fungsi kerja otot
Ketidakmampuan penderita untuk mengkontraksikan otot secara
volunter dapat disebabkan oleh salah fungsi yang cukup lama. Pada
kontraksi tersebut stimulasi faradicdapat diberikan untuk mendapatkan
kontraksi dan membantu dalam memperbaiki perasaan gerak. Otak
akan mengenal gerak, bukan kerja otot, sehingga stimulasi diberikan
sedemikian sehingga menimbulkan gerak yang normal. Pada waktu
yang sama penderita harus coba menggerakkan stimulasi ini
permulaan latihan-latihan aktif, apabila kontraksi aktif telah diperoleh
stimulasi harus segera dihentikan.
c. Mendidik fungsi otot yang baru
Setelah tendon transfer ataupun operasi-operasi yang pernah
dilakukan, suatu otot berbeda fungsinya dari fungsi semula, untuk itu
suatu pola gerakan yang baru perlu dikembangkan. Otot yang
bersangkutan dirangsang dengan arus faradic sehingga timbul gerak
yang baru, sementara penderita memusatkan ke arah gerak tersebut
dan berusaha menggerakkan secara volunter. Dengan demikian fungsi
otot yang baru dapat dilatih meskipun memerlukan waktu yang cukup
lama.
d. Melatih otot yang paralisis
Pada kerusakan saraf perifer, misalnya neuropraxia, impuls dari
otak tidak sampai pada otot yang disarafi, akibatnya kontraksi
voluntary hilang. Apabila saraf tidak mengalami degenerasi, stimulasi
dengan arus faradic di sebelah distal kerusakan akan menimbulkan
kontraksi. Dengan demikian stimulasi dengan arus faradic dapat
digunakan untuk melatih otot-otot yang paralisis.
Apabila suatu saraf terpotong, axon akan mengalami degenerasi,
sehingga stimulasifaradic akan dapat menimbulkan kontraksi. Proses
ini membutuhkan waktu beberapa lama. Hari pertama sesudah injury,
saraf masih dapat dirangsang dengan faradic. Pada saat demikian
faradic dapat digunakan.
e. Mencegah dan melepaskan perlengketan jaringan
Apabila terjadi efusi ke dalam jaringan, maka perlengketan
jaringan akan mudah terjadi.Perlengketan tersebut dapat dicegah
dengan selalu menggerakkan struktur-struktur di daerah tersebut. Jika
latihan-latihan aktif tidak memungkinkan,stimulasi dengan
arus faradic dapat diberikan. Perlengketan yang telah terjadi dapat
dibebaskan dan diulur dengan kontraksi otot.
C. Indikasi Dan Kontra Indikasi Arus Faradisasi
1. 1ndikasi
a. Keluhan nyeri
b. Hiper tonik atau spastic
c. Kelumpuhan/kelemahan
d. Gangguan vegetative
2. Kontra indikasi
a. Penyakit arteri
b. Pembentukan thrombus
c. Infeksi akut
d. Gangguan sensibilitas
BAB II
PROSES PEMERIKSAAN
A. Persiapan Pasien
1. Perkenalkan diri anda pada pasien.
2. Jelaskan prosedur dan alasannya dilakukan tindakan tersebut.
3. Pasien diposisikan dalam keadaan senyaman mungkin, rilex dan stabil.
4. Instruksikan kepada pasien untuk tidak bergerak selama terapi.
5. Bagian badan atau anggota yang akan diterapi, kulitnya dicuci dengan
sabun sampai bersih dan keringkan.
6. Bebaskan dari pakaian pada anggota badan yang ingin diterapi.
7. Lakukan tes sensibilitas.
8. Selalu perhatikan kondisi pasien saat diterapi.
B. Persiapan Alat
1. Siapkan modalitas dan aksesorisnya yang ingin digunakan untuk terapi.
2. Panaskan alat tersebut kurang lebih 5 menit.
3. Coba alat tersebut terlebih dahulu untuk mengetahui apakah masih
berfungsi dengan baik atau tidak.
4. Lakukan pemasangan elektroda sesuai kebutuhan.
5. Tingkatkan intensitas secara bertahap untuk menghasilkan respon yang
diinginkan.
6. Jika selesai sesi terapi, jangan mengangkat elektroda aktif dari kulit tanpa
mengubah intensitas ke nol.
C. Penentuan Dosis
1. Frekuensi : Umumnya 1 X sehari
2. Intensitas : 2 – 60 mA
3. Time : Tiap satu motor point pada otot perlu 30 – 90 kali rangsangan,
dengan waktu 1 – 3 menit.
4. Teknik / Metode
a. Stimulasi secara motor point
Pada metode ini, otot dirangsang dengan meletakkan
pad/electode ditiap titik motor point otot. Setiap titik motor point
otot yang dirangsang biasanya tiga puluh kali ( 30 X ) kontraksi dan
dapat diulang 3 x setiap motor point setelah itu dipindahkan ke titik
motor point yang lain. Lama terapi biasanya 15 menit. Kerugian dari
metode ini jika banyak otot yang akan dirangang, sulit untuk
mendapatkan jumlah kontraksi yang cukup dari masing- masing
otot.
Keuntungan dari metode ini adalah bahwa masing-masing otot
berkontraksi sendiri-sendiri dan kontraksinya maksimal. Kerugian
dari metode ini adalah jika banyak otot yang akan dirangsang, sulit
untuk mendapatkanjumlah kontraksi yang cukup untuk masing-
masing otot.
b. lesi secara group
Pada metode ini, semua otot dari suatu group otot berkontraksi
bersama, menggunakan dua electode yang difixir. Satu electode
dapat dirangsang pada nervetrunk atau pada daerah origo, sedang
electode yang satu lagi dipasang pada daerah motor point. Semua
otot dari group otot berkontraksi bersama sehingga sangat efektif
untuk mendidik otot yang bekerja secara group. Metode ini juga
memungkinkan otot untuk berkontraksi lebih banyak dibanding pada
metode motor point. Kerugiannya ada beberapa otot dari group itu
tidak berkontraksi dengan baik karena letaknya lebih dalam.
Arus galvanik adalah istilah untuk arus searah konstan, dinamai Luigi Galvani
dari Bologna pada tahun 1889, yang digunakan dalam terapi sejak akhir abad ke-
19 setelah baterai untuk itu dibangun berhasil. Hari ini kita mendapatkan arus
galvanik dari arus bolak-balik dari 50 pulsa per detik dan frekuensi 220 tegangan.
Perangkat untuk transformasi ini memiliki beberapa tabung elektronik yang
melaluinya arus bolak mengalir melalui satu arah (dari katoda ke anoda). Hal ini
memberikan kita denyutan gelombang penuh arus searah yang berubah menjadi
konstan setelah penyaringan, digunakan dalam terapi.
Arus galvanik digunakan melalui dua elektroda, satu positif (+, biasanya merah),
dan negatif lainnya (-, biasanya hitam).
BAGAIMANA KAMI MENGGUNAKAN ARUS Galvanic?
Dalam terapi praktis, arus galvanik digunakan dalam beberapa cara:
• galvanisasi kering melalui elektroda lembab
• bentuk khusus di bagian tubuh tertentu
• Moist galvanisasi
1. galvanization KERING
Galvanisasi kering dapat diterapkan dalam beberapa cara:
• transversal atau transregional galvanisasi - set melintang pada bagian tubuh
tertentu. Dengan cara aliran yang sama ini jaringan antara elektroda dicapai.
• galvanisasi Longitudinal - elektroda diatur pada ketinggian yang berbeda
ekstremitas (di ujung) - misalnya satu elektroda di bahu, dan yang lainnya di
telapak tangan. Dengan cara ini kita mencapai aliran permukaan. Galvanisasi
longitudinal dapat turun (katoda ditempatkan distal) atau naik (katoda
ditempatkan proksimal).
• galvanisasi bertitik - diterapkan melalui dua elektroda, satu aktif (mobile,
diterapkan di tempat nyeri), yang aktif yang lain dan jauh lebih besar.
Jika pasien mengalami neuralgia trigeminal, galvanization diterapkan melalui
semi-mask (Bergoni) elektroda khusus. Mask berbentuk elektroda katodik terpaku
di sisi neuralgis, sedangkan elektroda tidak aktif ditempatkan pada sternum atau
antara tulang belikat.
CARA MENEMPATKAN elektroda?
Elektroda tidak pernah ditempatkan langsung pada kulit - mereka harus memiliki
kain hidrofilik dilipat di atasnya. Paling sering kita gunakan spons dibasahi
dengan air. Elektroda siap biasanya tertuju dengan perban elastis atau kantong
pasir
PENSKALAAN DAN MASA PENGOBATAN YANG
Pada saat skala arus galvanik kita perlu memperhatikan dua hal. Pertama adalah
perasaan subjektif pasien - perasaan kesemutan harus ada, tapi tidak sakit atau
terbakar. Saat Galvanic harus secara bertahap diterapkan dengan penilaian
konstan perasaan pasien.
Parameter kedua adalah kerapatan arus di permukaan elektroda (mA / cm2). Perlu
dalam keterbatasan sensitivitas fisiologis (0,1 sampai 0,5 mA / cm2). Salah satu
aplikasi berlangsung antara 10 dan 20 menit.
PENGARUH FISIOLOGIS ARUS GALVANIK
Saat Galvanic mempengaruhi ujung saraf yang bertanggung jawab untuk transfer
nyeri sehingga rasa sakit berkurang atau dihapus sepenuhnya. Katoda
meningkatkan stimulasi ness dan konduktivitas saraf, sementara anoda
mengurangi itu.
Vasodilatasi (perluasan pembuluh darah) yang terjadi di bawah pengaruh arus
galvanik, menyebabkan hiperemi, penimbunan darah yang berlebihan di bagian
tubuh. Kulit di bawah elektroda menjadi lebih hangat, merah, dan kelembaban,
dalam jangka waktu hingga 30 menit.
SAAT BERLAKU ARUS Galvanic?
• penyakit rematik, kecuali dalam fase aktif atau akut mereka
• paresis dan kelumpuhan - galvanis di sini digunakan sebagai pengantar untuk
electrostimulation (resistensi kulit arus galvanik berkurang melalui hiperemi,
sehingga kita bisa mencapai kontraksi otot yang kuat dengan stimulasi sedikit)
• penyakit pembuluh darah dan gangguan sirkulasi
KAPAN TIDAK UNTUK MENGGUNAKAN ARUS Galvanic?
• radang akut, seperti aktif sendi dan organ lainnya TBC
• Penyakit ganas
• penyakit yang mempengaruhi perkembangan cachexia
• kondisi jantung dekompensasi
• pendarahan atau rawan pendarahan
• logam dalam jaringan (setelah cedera, endoprosthetics, atau osteosynthesis)

Anda mungkin juga menyukai