Anda di halaman 1dari 47

PANDUAN PRAKTEK PROFESI PROGRAM STUDI ILMU FISIOTERAPI

FAKULTAS KEPERAWATAN UNHAS

MANAJEMEN FT ERGONOMI

I. UMUM :
NAMA MAHASISWA : Suriani Meisi, S.Ft.
NIM : R024181050
TEMPAT PRAKTEK : Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas 1 Makassar
BAGIAN : Ergonomi
PERIODE : 06 Mei 2019 – 17 Mei 2019
PEMBIMBING : dr. Abbas Zavey Nurdin, Sp. Ok., MKK
drg. Arifa Setiani Thamrin, M.Kes.
Wahyudi Hidayat, S.Kep., Ns.
Andi Rahmaniar SP, S.Ft., Physio., M.Kes.
Melda Putri, S.Ft., Physio., M.Kes.

II. CAKUPAN KOMPETENSI ERGONOMI


1. Mampu mengelola dan mengimplementasikan IPTEK komunikasi, psikososial yang berhubungan dengan masalah gerak dan fungsinya
yang diperlukan sebagai dasar pelayanan fisioterapi ergonomi dan mampu beradaptasi dengan sumber daya yang tersedia.
2. Mampu mengelola dan mengimplementasikan anatomi, fisiologi, biomekanik, dan patofisiologi yang berhubungan dengan masalah gerak
dan fungsinya yang diperlukan sebagai dasar pelayanan dan mampu beradaptasi dengan sumber daya yang tersedia.
3. Mampu mengelola dan mengintepretasikan IPTEK hasil pemeriksaan fisik, laboratorium, biomedik dan radiologi yang berhubungan
dengan masalah gerak dan fungsinya yang diperlukan sebagai dasar pelayanan profesi fisioterapi ergonomi.
4. Mampu mengelola dan merencanakan berbagai sumber daya termasuk interpersonal education and collaboration yang berhubungan
dengan masalah gerak dan fungsi sebagai dasar pengembangan sumber layanan profesi fisioterapi ergonomi.

1
5. Mampu mengelola dan mengimplementasikan, mengevaluasi, memodifikasi dan mengembangkan tindakan teknis profesi fisioterapi
Ergonomi pada lingkup yang luas terkait dengan gangguan gerak dan fungsi serta wellness dengan melakukan analisis data berupa proses
fisioterapi meliputi assessment, penegakan diagnostik fisioterapi, menyusun program fisioterapi yang terdiri atas problem fisioterapi,
pemilihan modalitas, metode dan teknik fisioterapi, penyusunan desain dosis terapi, serta melakukan intervensi yang di akhiri dengan
dokumentasi sistem layanan Profesi fisioterapi.
6. Mampu mengolah, menganalisis dan Mangevaluasi berbagai alternatif pemecahan masalah terhadap berbagai indikasi dan kontraindikasi
dalam konteks layanan profesi Fisioterapi ergonomi.
7. Mampu mengelola dan mengevaluasi kinerja berbasis mutu dan kuantitas yang terukur sesuai dengan legislasi dan etika profesi
fisioterapi ergonomi berdasarkan kewenangannya.
8. Mampu mengelola pengaplikasian IT sebagai media informasi layanan profesi fisioterapi dan dokumentasi sebagai dasar rujukan bagi
profesi fisioterapi dalam menetapkan layanan profesi fisioterapi ergonomi.
9. Mampu menganalisis dan mengambil tindakan lebih lanjut terhadap situasi perubahan yang memperburuk kondisi pasien kepada tenaga
kesehatan yang lebih kompeten.
10. Mampu mengelola dan mengimplementasikan komunikasi terapeutik dengan klien dan memberikan informasi yang akurat kepada klien
dan/atau keluarga/pendamping/penasehat tentang rencana intervensi profesi fisioterapi ergonomi yang menjadi tanggung jawabnya.
11. Mampu mengelola dan mengevaluasi kelompok kerja yang menjadi tanggung jawab pengawasan di limgkup bidang kerjanya.
12. Mampu mengimplementasikan dan mengembangkan kegiatan promotif dan preventif kesehatan berkaitan dengan masalah gerak dan
fungsi.
13. Mampu mengelola, mengimplementasikan, mengevaluasi dan mengembangkan, pengembangan strategi organisasi dalam berkomunikasi
secara efektif dalam tim baik laporan secara individu dan kelompok, anggota terutama yang terkait dengan layanan profesi ergonomi,
secara menyeluruh, akurat dan sahih.

2
III. PELAKSANAAN PRAKTEK

Tgl/Paraf
Kompetensi Hasil belajar praktek
No. Indikator Pelaksanaan hasil belajar yang dilakukan Solusi Pembimbi
Dasar yang diharapkan
ng
1 2 3 4 5 6 7
1. Definisi, Mahasiswa mampu a. Definisi Asal kata ergonomi dari dua kata dari bahasa yunani yaitu Membaca
pendekatan menjelaskan dan ergon yang berarti kerja dan nomos yang berarti hukum atau literature terkait
dan mengimplementasikan b. Pendekat aturan. Jika disimpulkan secara sederhana, ergonomi berarti dari buku dan
aturan atau hukum yang berhubungan dengan kerja. Konsep literatur:
pengabaian definisi, pendekatan an ergonomi
ergonomi sudah ada sejak masyarakat primitif dengan membuat 1. Sokhibi,
ergonomi dan pengabaian alat tangan dari batu untuk memotong. Lalu berkembang pesat Akhmad.
ergonomi c. Pengabai ketika revolusi industri pada abad 19 oleh FW Tailor, Frank dan 2017.
an ergonomi LIlian Gilbreth yang mulai mengenalkan kata “ergonomits”. Perancanga
Mereka menganjurkan agar saat bekerja tidak menggunakan otot n Kursi
pada kedua tangan bersamaan, berposisi simetris dan bergerak Ergonomis
pelan serta mengurangi gerakan yang berlebihan agar Untuk
penggunaan tenaga lebih optimal dan efisien. Sejak 1949, Memperbaik
ergonomi menjadi ilmu interdisiplin untuk menyelesaikan i Posisi
masalah kesehatan pada masyarakat pekerja. Pada tahun1950, Kerja Pada
ergonomi diadopsi menjadi disiplin ilmu yang digunakan pada Proses
berbagai aspek (Santoso, 2004). Packaging
Menurut pusat kesehatan kerja Departemen kesehatan Jenang
Republik Indonesia, pengertian Ergonomi yaitu ilmu yang Kudus.
mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan Kudus:
pekerjaan mereka. Sasaran ilmu tersebut berkaitan dengan Universitas
peralatan dan tempat kerja serta lingkungannya atau dengan kata Muria
lain penyesuaian antara kondisi manusia dalam kaitannya Kudus.
dengan pekerjaan mereka untuk menurunkan stress akibat kerja. 2. Balitbang
Menurut pusat kesehatan RI upaya ergonomi antara lain adalah Kemenkes
penyesuaian peralatan dan tempat kerja dengan dimensi tubuh RI. 2013.
manusia, agar manusia sebagai pelaksanaan tidak mengalami Riset
cepat lelah, dapat mengatur suhu ruangan kerja, pengaturan Kesehatan
pencahayaan sesuai dengan kebutuhan kondisi dan kebutuhan Dasar;

3
manusia (Napitupulu, 2009). RISKESDAS
Ergonomi bertujuan membuat pekerjaan lebih efektif, aman . Jakarta:
dan nyaman. Oborne (1995) mengungkapkan bahwa ergonomi Balitbang
mengintegrasikan informasi untuk memaksimalkan keselamatan Kemenkes
manusia, efisiensi dan reliabilitas performa untuk membuat RI
pekerjaan lebih mudah dan meningkatkan kenyamanan dan 3. International
kepuasan. Aspek kenyamanan adalah bentuk subjektif yang juga Labour
penting dan menunjukkan perasaan menyenangkan yang sangat Organizatio
mudah dipengaruhi oleh interaksi dalam sistem. n. 2013.
Ketidaknyamanan cenderung kepada kesalahan (error) dan Keselamata
kemungkinan performa kerja menjadi kurang efisien. Risiko jika n dan
ergonomi tidak diterapkan antara lain bekerja kurang/tidak Kesehatan
nyaman, dapat menimbulkan kecelakaan dan dapat Kerja
menimbulkan penyakit. Sehingga kualitas hidup menurun, Sarana
produktivitas menurun dan biaya naik (Ariani, 2009). Untuk
World Health Organization melaporkan bahwa jumlah Produktivita
gangguan muskuloskeletal (Musculoskeletal Disorders) s: Pedoman
mencapai 4% pada tahun 2001 hingga 2014 (WHO, 2003). Pelatihan
Prevalensi gangguan muskuloskeletal di Indonesia tahun 2013 Untuk
yang didiagnosis oleh tenaga kesehatan, yaitu mencapai 24,7%, Manager
prevalensi tertinggi berdasarkan pekerjaan adalah pada petani, dan Pekerja.
nelayan, dan buruh mencapai 31,2% (Balitbang, 2013). Jakarta:
International
Labour
Office

4
2. Konsep Mahasiswa mampu Konsep Musculoskeletal Disorder (MSDs) merupakan Membaca
problem menjelaskan dan problem sekumpulan gejala/gangguan yang berkaitan dengan jaringan literature terkait
ergonomi terampil ergonomi otot, tendon, ligamen, kartilago, system saraf, struktur tulang dan dari buku dan
literatur:
(antropometri, mengimplementasikan pembuluh darah. MSDs pada awalnya menyebabkan sakit, nyeri,
1. OSHA.
kognitif, konsep problem mati rasa, kesemutan, bengkak, kekakuan, gemetaran, gangguan 2002.
muskuloskelet ergonomi tidur, dan rasa terbakar (OSHA, 2002) yang pada akhirnya Ergonomic :
al, (antropometri, kognitif, mengakibatkan ketidakmampuan seseorang untuk melakukan The Study of
kardiovascular muskuloskeletal, pergerakan dan koordinasi gerakan anggota tubuh atau work. US
, kardiovascular, ekstrimitas sehingga dapat mengakibatkan efesiensi kerja Departemen
psikomotorik) psikomotorik) berkurang dan produktivitas kerja menurun (Endang, 2010) t of Labor
Occupationa
Musculoskeletal Disorder (MSDs) adalah kelainan yang
l Safety and
disebabkan penumpukan cidera atau kerusakan-kerusakan kecil Health
pada system musculoskeletal akibat trauma berulah yang setiap Administrati
kalinya tidak bisa sembuh secara sempurna, sehingga on. OSHA
membentuk kerusakan cukup besar untuk menimbulkan rasa 3125.
sakit (Humantech, 1995 dalam Endang, 2010) 2. Bukhori,
Musculoskeletal Disorder (MSDs) pada pekerja fisik Endang.
2010.
merupakan penyebab terbesar hilangnya jam kerja akibat
Hubungan
cedera/sakit di hamper setiap jenis industri (National Safety Faktor
Council, 1995 dalam Jannah, 2008) selain itu, kasus-kasus yang Resiko
berkaitan dengan gangguan musculoskeletal pada pekerja masih Pekerjaan
sering bermunculan. dengan
Di Indonesia, dari hasil studi Departemen Kesehatan Terjadinya
Keluhan
dalam profil masalah kesehatan di Indonesia tahun 2005
Musculoskel
menunjukkan bahwa sekitar 40,5% penyakit yang diderita etal
pekerja berhubungan dengan pekerjaannya. Gangguan yang Disorder
dialami pekerja menurut penelitian yang dilakukan terhadap (MSDs)
9.482 pekerja di 12 kabupaten/kota di Indonesia umumnya pada
berupa penyakit Musculoskeletal Disordes (16%), Tukang
kardiovaskuler (8%), gangguan pernafasan (3%), dan gangguan Angkut
Beban

5
THT (1,5%) (Sumiati 2007). Penambang
Emas di
Kecamatan
Cilograng
Kabupaten
Lebak
Tahun 2010.
3. Sumiati.
2007.
Analisis
Resiko Low
Back Pain
(LBP) pada
Perawat
Unit
Darurat dan
Ruang
Operasi di
RS. Prikasih
Jakarta
Selatan.
3. Desain Tempat Mahasiswa mampu Desain Secara umum dimensi tubuh manusia akan tumbuh dan Membaca
dan Stresor menjelaskan, Tempat dan bertambah besar seiring dengan bertambahnya umur yaitu sejak literature terkait
Ergonomi di mengelola dan Stressor awal kelahirannya sampai dengan umur sekitar 20 tahunan. dari buku dan
literatur:
Lingkungan mengimplementasikan ergonomi Penelitian yang dilakukan oleh A. F. Roche dan G. H. Davila
1. Handayani,
kerja Desain Tempat dan (1972) di USA diperoleh kesimpulan bahwa laki-laki akan M. J. 2007.
Stressor Ergonomi di tumbuh dan berkembang naik sampai dengan usia 21,2 tahun, Perancanga
Lingkungan Kerja sedangkan wanita 17,3 tahun. Meskipun ada sekitar 10% yang n Ulang
masih terus bertambah tinggi sampai usia 23,5 tahun (laki-laki) Meja
dab 21,1 tahun (wanita), setelah itu tidak lagi akan terjadi Computer
pertumbuhan. Ada dua cara melakukan pengukuran, yaitu: Hideks Yang
Ergonomis
1. Antropometri statis Dengan
Antropometri statis sehubungan dengan pengukuran Pendekatan

6
keadaan dan ciri-ciri fisik manusia dalam keadaan diam atau Anthropome
dalam posisi yang dibakukan. tri Dan
2. Antropometri dinamis Biomekanik.
Skripsi.
Antropometri dinamis sehubungan dengan pengukuran
Surakarta:
keadaan dan ciri-ciri fisik manusia dalam keadaan bergerak Universitas
atau memperhatikan gerakan-gerakan yang mungkin terjadi Sebelas
saat pekerja tersebut melaksanakan kegiatannya. Maret.
(Handayani, 2007) .
Data dari hasil pengukuran, atau yang disebut dengan data
antropometri, digunakan sebagai data untuk perancangan
peralatan. Mengingat bahwa keadaan dan ciri fisik dipengaruhi
oleh banyak faktor sehingga berbeda satu sama lainnya, maka
terdapat 3 prinsip dalam pemakaian data tersebut, yaitu:
1. Perancangan fasilitas berdasarkan individu yang ekstrim.
Prinsip perancangan berdasarkan individu ekstrim
digunakan apabila kita mengharapkan agar fasilitas yang
akan dirancang tersebut dapat dipakai dengan enak dan
nyaman oleh sebagian orang yang akan memakainya.
Biasanya minimal oleh 95% pemakai.
2. Perancangan fasilitas yang bisa disesuaikan.
Prinsip ini digunakan untuk merancang suatu fasilitas
agar bisa menampung atau dipakai dengan nyaman oleh
semua orang yang mungkin memerlukannya. Kursi
pengemudi mobil yang bisa diatur maju-mundur dan
kemiringan sandarannya; tinggi kursi sekretaris atau tinggi
permukaan mejanya, merupakan contoh-contoh dari
pemakaian prinsip ini.
3. Perancangan fasilitas berdasarkan harga rata-rata para
pemakainya.
Perancangan ini hanya digunakan apabila perancangan

7
berdasarkan harga ekstrim tidak mungkin dilaksanakan dan
tidak layak jika kita menggunakan prinsip perancangan
fasilitas yang disesuaikan. Prinsip berdasarkan harga ekstrim
tidak mungkin dilaksanakan bila lebih banyak rugi daripada
untungnya, artinya hanya sebagian kecil dari orang-orang
yang merasa nyaman ketika menggunakan fasilitas tersebut.
Sedangkan jika fasilitas tersebut dirancang berdasarkan
fasilitas yang bisa disesuaikan, tidak layak karena mahal
harganya. (Handayani, 2007)
4. Kelelahan dan Mahasiswa mampu Kelelahan Tenaga manusia merupakan salah satu faktor produksi Membaca
Nyeri pada menjelaskan, dan Nyeri yang berperan di perusahaan mempunyai peran sama dengan literature terkait
setiap sikap mengelola dan pada sikap faktor produksi lain seperti dana permodalan dan alat produksi. dari buku dan
literatur:
dan posisi mengimplementasikan dan posisi Keberhasilan pembangunan juga sangat bergantung pada
1. Verawati, L.
kerja, duduk, Kelelahan dan Nyeri kerja. manusia sebagai tenaga pelaksananya. Manusia sebagai tenaga 2016.
berdiri dan pada setiap Sikap dan kerja mempunyai hak-hak tentang keselamatan kerja yang diatur Hubungan
duduk berdiri Posisi Kerja, duduk, oleh Undang- Undang R.I nomor 1 Tahun 1970 tentang hak atas Tingkat
berdiri dan duduk perlindungan dan jaminan keselamatan kerja untuk Kelelahan
berdiri. kesejahteraan dan peningkatan produktivitas (Verawati, 2016). Subjektif
Tenaga manusia memerlukan pemeliharaan dan Dengan
Produktivita
pengembangan khusus karena faktor produksi lainnya tidak akan
s Pada
berarti apa-apa tanpa adanya tenaga manusia, untuk itu perlu Tenaga
adanya upaya kesehatan kerja yaitu melindungi tenaga kerja agar Kerja
hidup sehat serta terbebas dari gangguan kesehatan dan Bagian
pengaruh buruk yang diakibatkan yang sesuai dengan Undang- Pengemasan
Undang RI No. 39 Tahun 2009 tentang kesehatan (Verawati, Di Cv
2016). Sumber
Barokah.
Salah satu gejala gangguan kesehatan pada tenaga kerja
The
yang timbul akibat pekerjaan adalah kelelahan. Kelelahan kerja Indonesian
merupakan masalah yang sering dijumpai pada tenaga kerja. Journal of
Kelelahan kerja merupakan masalah penting yang perlu Occupationa
l Safety and

8
ditanggulangi dengan baik sebab dapat menyebabkan berbagai Health, 5(1):
masalah seperti kehilangan efisiensi dalam bekerja, penurunan 51–60.
produktivitas dan kapasitas kerja serta kemampuan kesehatan
dan kemampuan bertahan tubuh yang menyebabkan kecelakaan
kerja. Kelelahan juga merupakan penyebab utama terjadinya
kecelakaan kerja dan akan berpengaruh terhadap produktivitas
(Verawati, 2016).
Penelitian yang dilakukan oleh Setyowati (2014),
menyebutkan bahwa kelelahan secara langsung dipengaruhi oleh
stres kerja, konflik kerja, lingkungan fisik serta kapasitas kerja.
Budiono (2008), mengatakan bahwa kelelahan ditandai dengan
melemahnya tenaga kerja dalam melakukan pekerjaan atau
kegiatan sehingga akan meningkatkan kesalahan dalam
melakukan pekerjaan dan akibat fatalnya yaitu terjadinya
kecelakaan kerja (Verawati, 2016).
Data dari International Labour Organitation (2013),
menyebutkan sebanyak dua juta pekerja menjadi korban setiap
tahun karena kecelakaan kerja akibat faktor kelelahan. Penelitian
yang dilakukan International Labour Organitation (2013),
menjelaskan bahwa sebanyak 58.118 sampel dari 18.828 sampel
(32,8%) di antaranya mengalami kelelahan dan berpengaruh
pada produktivitas kerja (Verawati, 2016).
5. Stress Fisik Mahasiswa mampu VDT Visual Display Terminal (VDT) atau yang biasa disebut Membaca
terkait dengan menjelaskan, Stress Fisik dengan monitor. Salah satu fungsi monitor ini adalah sebagai literature terkait
Visual Display mengelola dan media output dari informasi yang disampaikan oleh komputer. dari buku dan
literatur:
Terminal mengimplementasikan Sehingga membuat manusia tidak bisa lepas dari menggunakan
1. Giahi, Omit.
stress fisik terkait komputer sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan manusia 2014. Daily
dengan visual display dalam bekerja dan menyebabkan manusia terus menggunakan Visual
terminal VDT sebagai media untuk membaca (Wardani, 2015). Namun Display
VDT juga dapat menciptakan beberapa bahaya kesehatan atau Terminal
Use And

9
hazard, termasuk musculoskeletal disorder (Giahi, 2014). Musculoskel
Saat membaca dengan menggunakan monitor, tanpa etal
disadari manusia tidak sadar akan perubahan kondisi Disorders
Among
pencahayaan ruangan kerja mereka. Hampir sebagian besar
Iranian
pekerjaan manusia yang berkaitan dengan monitor dilakukan di Bank
dalam ruangan, sehingga ruangan tersebut harus memiliki Tellers.
sumber pencahayaan yang baik. Hal tersebut dilakukan agar Journal of
pengguna monitor dapat mengurangi kelelahan mata mereka. Advances in
Bangor dalam Rahmadi (2011) menyatakan, terdapat sekitar Envoronme
50% pengguna VDT terkena visual fatigue (Wardani, 2015). ntal Health
Research.
Gangguan kesehatan pada pengguna komputer antara
2(1): 1-6.
lain kelelahan mata karena terus-menerus memandang monitor 2. Pujadi, Tri.
atauvisual display terminal (VDT).Kumpulan gejala kelelahan 2008.
pada mata ini disebut computer vision syndrome (CVS). Sekitar Faktor
88 – 90 % pengguna komputer mengalami CVS (Wardani, Manusia
2015). Selain gangguan CVS, gangguan kesehatan yang lain Dan
berupa musculoskeletal disorders yang biasa berupa nyeri leher Ergonomis
Penggunaan
dan bahu, nyeri pinggang, serta nyeri pergelangan tangan
Komputer
dikarenakan posisi yang statis dan melakukan pekerjaan Untuk
berkecepatan tinggi untuk mengetik secara berulang- ulang Meningkatk
(Pujadi, 2008). an
Kesehatan
Dan
Keselamata
n Kerja
(K3).
Skripsi.
Jakarta
barat:
Universitas
Bina
Nusantara.

10
3. Wardani,
Ayu
Pramudita.
2015. Visual
Display
Terminal
(VDT) Pada
PC Dan
Laptop.

6. Biomechanic Mahasiswa mampu Lifting Manual material handling (MMH) adalah semua Membaca
Lifting, menjelaskan, Pushing pekerjaan pengangkatan beban (meliputi aktivitas memutar, literature terkait
Pushing, dan mengelola dan Pulling membengkokkan, meraih, menurunkan, mendorong, menarik, dari buku dan
literatur:
Pulling mengimplementasikan membawa dan membalik) yang dilakukan oleh pekerja dengan
1. Santiasi, I.
Biomechanic lifting, tujuan untuk memindahkan beban tersebut dari suatu lokasi asal
2013.
pushing, pulling menuju suatu lokasi tujuan tertentu. Alasan digunakan cara kerja Kajian
manual dengan tenaga manusia dalam kegiatan pemindahan Manual
material/ beban ini adalah karena adanya beberapa keuntungan Material
yang dapat diperoleh yaitu lebih fleksibel dalam gerakan Handling
pemindahan material di lokasi kerja yang tidak teratur/ tidak rapi Terhadap
serta lebih murah dan mudah dilakukan untuk beban ringan Kejadian
Low Back
(Santiasi, 2013). Pain Pada
Pengangkatan dan pemindahan beban secara manual Pekerja
apabila tidak dilakukan secara benar akan menimbulkan Tekstil.
kecelakaan dalam industri. Jika tubuh manusia mengangkat Jurnal
suatu beban, maka seluruh tubuh akan mengalami semacam Teknik
ketegangan. Otot tubuh pada dasarnya berfungsi untuk Industry
UNDIP,
menegakkan tubuh manusia dan jika otot ini diberi beban
8(1): 21-26.
tambahan maka otot tubuh akan menegang dan pembuluh darah
mengecil, akibatnya orang tersebut akan merasa letih. Jika hal
ini dibiarkan akan mengakibatkan kecelakaan kerja yang
membahayakan keselamatan dan kesehatan pekerja. Ketegangan

11
yang diderita otot tubuh akan semakin berat jika beban yang
diterima semakin berat dan terjadi berulang (repetitive) serta
cara pengangkatan yang tidak benar (Santiasi, 2013).
7. Penilaian dan Mahasiswa mampu a. Nordic Nordic body map (NBM) merupakan salah satu metode Membaca
Pengukuran menjelaskan, Body pengukuran subjektif untuk mengukur rasa sakit otot para literature terkait
Beban Kerja: mengelola dan Map pekerja. Keluhan subjektif ini dipilih karena berdasarkan dari buku dan
literatur:
Nordic Body terampil penelitian oleh The National Institute for Occupational Safety
1. Budhiman,
Map, RULA, mengimplementasikan and Health (1997) yang menyatakan bahwa keluhan subjektif A. M. 2015.
REBA, ROSA, Penilaian dan menjadi pilihan yang baik untuk melihat keluhan work-related Analisis
Brief Survei Pengukuran Beban musculoskleletal disorder (Budhiman, 2015). Dalam Nordic Penilaian
dan Survei Kerja: Nordic Body terdapat bagian tubuh utama yaitu: leher, bahu, siku, Tingkat
Kelelahan Map, RULA, REBA, pergelangan tangan/ tangan, punggung bagian atas, punggung Resiko
Fisik di ROSA, Brief Survey bagian bawah, pinggang, lutut dan tumit/ kaki. Kuesioner NBM Ergonomik
Pada
Lingkungan dan Survei Kelelahan memiliki 28 titik atau pertanyaan dimulai dari 0 hingga 27 titik
Pekerja
Kerja Fisik di Lingkungan nomor yang dinilai menggunakan skala likert untuk melihat Konstruksi
Kerja tingkatan keluhan MSDs secara objektif. Semua dikelompokkan Proyek
menjadi tiga bagian, yaitu leher, upper limb (bahu, siku, tangan, Ruko Graha
dan pergelangan tangan), lower limb (pinggul, paha, lutut, Depok
pergelangan kaki dan kaki) dan low back (punggung atas dan Tahun
punggung bawah) (Budhiman, 2015). 2015..
b. RULA/R 2. Akshinta ,
EBA/RO Pendekatan RULA merupakan pendekatan yang sesuai
P. Y., &
SA dengan keluhan operator pada tubuh bagian atas. RULA (Rapid Susanty, A.
Upper Limb Assessment) adalah sebuah metode untuk menilai 2017.
postur, gaya dan gerakan suatu aktivitas kerja yang berkaitan Analisis
dengan anggota tubuh bagian atas. Metode RULA merupakan Rula (Rapid
metode paling kompleks yang dikembangkan oleh beberapa Upper Limb
Assessment)
pakar untuk menilai potensi cedera kerja (Susihono, 2016).
Dalam
RULA dikembangkan oleh Dr. Lynn Mc Attamney dan Dr. Menentukan
Nigel Corlett yang merupakan ergonom dari universitas di Perbaikan
Nottingham (University’s Nottingham Institute of Occupational Postur
Pekerja Las

12
Ergonomics). Pertama kali dijelaskan dalam bentuk jurnal Listrik Pada
aplikasi ergonomi pada tahun 1993. RULA diperuntukkan dan Bengkel Las
dipakai pada bidang ergonomi dengan bidang cakupan yang luas Listrik Nur
Untuk
(Akshinta dan Susanty, 2017).
Mengurangi
Metode REBA diperkenalkan oleh Sue Hignett dan Resiko
Lynn Mc Atamney dan diterbitkan dalam jurnal Applied Musculoskel
Ergonomics tahun 2000. Metode ini merupakan hasil kerja etal
kolaboratif oleh tim ergonomis, fisioterapi, ahli okupasi dan para Disorders.
perawat yang mengidentifikasi sekitar 600 posisi di industry Industrial
manufacturing (Romadona, 2016). Menurut Tarwaka (2010) Engineering
Online
dalam Romadona (2016), metode REBA merupakan suatu alat
Journal,
analisis postural yang sangat sensitif terhadap pekerjaan yang 6(1): 1-10.
melibatkan perubahan mendadak dalam posisi, biasanya sebagai 3. Romadona,
akibat dari penanganan kontainer yang tidak stabil atau tidak S. R. 2016.
terduga. Penerapan metode ini ditujukan untuk mencegah Analisis
terjadinya risiko cedera yang berkaitan dengan posisi, terutama Resiko
pada otot-otot skeletal. Oleh karena itu, metode ini dapat Postur
Kerja Pada
berguna untuk melakukan pencegahan risiko dan dapat
Pekerja Di
digunakan sebagai peringatan bahwa terjadi kondisi kerja yang Bagian
tidak tepat ditempat kerja. Pemilahan
c. Brief BRIEF Survey adalah sebuah metode yang digunakan Dan
Survei untuk menilai tingkat risiko ergonomi di tempat kerja yang dapat Penimbanga
menimbulkan Cummulative Trauma Disorders (CTD). Faktor- n Linen
Kotor RS X.
faktor risiko yang dinilai dalam metode ini yaitu postur
Journal of
pergelangan tangan, bahu, siku, leher, punggung, dan kaki. Industrial
Selain menialai bagian postur kerja juga menilai faktor beban, Hygiene and
durasi, dan frekuensi yang dialami oleh masing-masing postur Occupationa
yang diukur (Nurkhasanah, 2017). Dalam BRIEF Survey l Health,
terdapat empat faktor risiko ergonomil yang perlu diketahui 1(1): 39-51.
(Dewi, 2008): 4. Nurkhasana
h. 2017.

13
1. Postur: sikap anggota tubuh janggal waktu menjalankan Evaluasi
pekerjaan. Musculoskel
etal
2. Gaya: beban yang harus ditanggung oleh anggota tubuh saat
Disorders
melakukan postur janggal dan melampaui batas kemampuan Pada
tubuh. Aktivitas
3. Lama: lama waktu yang digunakan untuk melakukan Pembatikan
gerakan pekerjaan dengan postur janggal. Menggunak
4. Frekuensi: jumlah postur janggal yang berulang dalam an Metode
Brief
satuan waktu.
Survey.
Publikasi
ilmiah.
Surakarta:.
5. Dewi, N. F.
2008.
Tinjauan
Risiko
Ergonomi
Musculoskel
etal
Disorders
(Msds)
Pada
Aktifitas
Perawat Igd
Rumah Sakit
Tria Dipa
Tahun
2008..
8. Cumulative Mahasiswa mampu Anatomi, A. Anatomi Otot Membaca
Traumatic menjelaskan dan fisiologi dan Otot merupakan jaringan peka rangsang literature terkait
Disease mengimplementasikan biomekanik (eksitabilitas) yang dapat dirangsang secara kimia, listrik anatomi dan
dan mekanik untuk menimbulkan suatu aksi potensial. fisiologi dari
konsep Cumulative
Secara umum otot dibagi menjadi tiga jenis, yaitu otot buku dan

14
Traumatic Disease skeletal, otot jantung dan otot polos. Fungsi utama jaringan literatur:
otot adalah untuk menghasilkan gerakan lewat 1. Jones, O.
kemampuannya berkontraksi dan membangun ketegangan. 2018. The
Otot manusia diikatkan pada tulang oleh tendon. Pada waktu shoulder
berkontraksi, otot membangun ketegangan yang kemudian Joint
diteruskan pada tulang melalui tendon, kemudian terjadilah (https://teac
suatu gerakan. Jadi, suatu gerakan sebenarnya merupakan hmeanatom
hasil interaksi antara sistem jaringan otot dan sistem jaringan y.info
rangka (Fathinita, 2015). diakses
1. Otot Trapezius pada
Otot trapezius adalah otot terbesar dan terletak tanggal 5
superfisial pada daerah punggung atas. Otot trapezius April 2019
meliputi bagian leher, tepatnya di posterolateral occiput pukul 12.46
memanjang ke arah lateral melewati scapula dan WITA).
berujung pada bagian superior dari otot latissimus dorsi. 2. Kisner, C,
Otot ini di inervasi oleh akar saraf C5-T1. Menurut arah Lynn, C.,
serabutnya, otot trapezius dibagi menjadi tiga bagian, John, D.B.,
yaitu : upper fiber, middle fiber, dan lower fiber 2017. The
(Cael,2010). Shoulder
Adapun fungsi dari otot upper trapezius adalah and
pada saat gerakan elevasi dan abduksi scapula. Pada saat Shoulder
otot ini melakukan kontraksi konsentrik bersama dengan Girdle. F.A.
otot levator scapula akan terjadi gerak elevasi scapula. Davis.
Apabila otot upper trapezius berkontraksi secara 3. Lippert, L.
unilateral maka akan terjadi gerakan lateral flexi neck, S. 2011.
sedangkan bila dilakukan bilateral maka akan Clinical
menghasilkan gerakan ekstensi kepala (Vizniak, 2010). Kinesiology
and
Anatomy.
Phyladelpia
: F.A.Darvis
Company.

Berdiskusi
dengan CE/CI

15
terkait anatomi
dan fisiologi
otot

Gambar 2.1. Anatomi Trapezius Muscle


Sumber: Lipper (2011)
2. Otot Rhomboid
Otot-otot rhomboid adalah dua otot yang membentuk
seperti berlian korset bahu. Keduanya membentang dari
tulang belakang ke medial scapula. Otot ini berada di
bawah otot trapezius. Otot rhomboid terbagi menjadi 2
yaitu:
a. Otot rhomboid major yaitu otot yang memiliki origo
yang terletak di prosessus spinosus vertebra thoracal
ke 2 sampai ke 5. Insersio terletak di border medial
di bagian bawah scapula.
b. Otot rhomboid minor yaitu otot yang memiliki origo
yang terletak di prosessus spinosus vertebra cervical
ke 7 dan thoracal pertama. Insersionya terletak di
border medial pada bagian atas scapula.
Biasanya ada ruang kecil antara kedua otot rhomboid.
Namun, dalam beberapa kasus orang dapat menemukan
satu otot tunggal dicampur sebagai gantinya. Persarafan
dari otot ini dilakukan oleh saraf dorsal scapular (C4-
C5) yang merupakan cabang dari plexus brachialis.

16
Kedua otot rhomboid melakukan gerakan yang sama
seperti serat-serat ototnya yang berjalan secara parallel
menuju arah yang sama. Kontraksinya menyebabkan
gerakan cranio medial scapula (adduksi dan elevasi).
Fungsi lain dari otot-otot rhomboid adalah stabilisasi
scapula selama istirahat dan gerakan lengan.
Serupa dengan semua otot-otot bahu, otot-otot rhomboid
rentan terhadap rasa sakit dan gangguan fungsional
karena sikap tubuh yang buruk. Penyebab umum adalah
posisi head forward di tempat kerja. Gejalanya meliputi
nyeri kronis di bagian medial scapula, kelemahan dan
gangguan koordinasi bahu hingga kemiringan medial
tulang scapula.

Gambar 2.1. Anatomi Rhomboid Major dan Minor


Sumber: Netter, 2011

3. Jenis Otot
Dalam tubuh manusia terdapat 3 jenis otot yaitu 1) otot
rangka 2) otot jantung dan 3) otot polos. Terdapat

17
beberapa perbedaan antara ketiga jenis otot ini antara
lain :
a. Otot Rangka: memiliki inti yang banyak,
berkontraksi di bawah kesadaran (saraf somatik),
retikulum sarkoplasma berkembang dengan baik
sehingga menyimpan ion kalsium yang banyak,
tidak tergantung pada ion kalsium ekstrasel, protein
kontraktilnya antara lain: aktin, miosin, troponin dan
tropomyosin, mekanisme kontraksirelaksasi
utamanya berbasis aktifitas saraf (excitation-
contraction coupling), batas antara sel-sel otot
berupa tight junction sehingga kontraksi tidak dapat
menyebar ke otot lainnya. Otot rangka biasa
digolongkan sebagai alat gerak aktif sementara
tulang tempat otot melekat disebut alat gerak pasif.
Beberapa otot bekerja secara sinergistik untuk
menghasilkan aktifitas yg sama sementara yg lain
bekerja antagonistik. Beberapa otot yang bekerja
bersama disebut otot sinergis sementara beberapa yg
bekerja saling berlawanan disebut otot antagonis.
Sistim saraf mengatur aktifitas otot ini dengan
sangat cermat sehingga gerakan menjadi normal dan
tidak terpatah-patah. Suatu gerakan sesungguhnya
merupakan rangsangan bersama baik pada otot
sinergis dan otot antagonis akan tetapi sistim saraf
akan mengatur otot yang mana yang dieksitasi dan
otot mana yang diinhibisi.
b. Otot Jantung: Memiliki inti yang banyak,
berkontraksi di luar kesadaran (saraf otonom),
retikulum sarkoplasma tidak berkembang baik,
sehingga ion kalsium sediki, tergantung pada ion
kalsium ekstrasel, protein kontraktilnya antara lain:
aktin, miosin, troponin dan tropomiosin, mekanisme
kontraksirelaksasi utamanya berbasis aktifitas saraf
(excitation-contraction coupling), batas antara sel-

18
sel otot berupa gap junction sehingga kontraksi
dapat memyebar ke otot lainnya (sesama atrium atau
sesama ventrikel).
c. Otot Polos: Memilikinti hanya satu inti, berkontraksi
di luar kesadaran (saraf otonom), retikulum
sarkoplasma tidak berkembang baik, sehingga ion
kalsium sedikit, tergantung pada ion kalsium
ekstrasel, protein kontraktilnya antara lain: aktin,
miosin, calmodulin dan tropomiosin, mekanisme
kontraksirelaksasi terutama berbasis aktifitas enzim
(miosin kinase dan miosin fosfatase), batas antara
sel-sel otot berupa gap junction sehingga kontraksi
dapat menyebar ke otot lainnya (khususnya pada
otot polos saluran cerna, saluran ekskretoris-single
unit smooth muscles)
4. Fascia
Fascia merupakan bahasa latin yang berarti “pita” atau
“perban”, fascia merupakan jaringan paling luas yang
terdapat didalam tubuh terdapat diseluruh tubuh. Fascia
tidak hanya memberikan bentuk pada tubuh luar maupun
di dalam, tetapi merupakan perantara dari semua sistem
yang ada pada tubuh, seperti pada sistem sirkulasi,
sistem saraf, dan sistem limfatik (Clay dan Pounds,
2008).
Fascia memiliki tiga lapisan, yaitu: superficial fascia,
deep fascia, dan subserous fascia. Superficial fascia
terletak langsung di bawah lapisan dermis dari kulit.
Fascia superficial akan melekat pada jaringan
dibawahnya serta beberapa organ tubuh. (Cael, 2010).
Deep fascia dibentuk dari lapisan yang mengelilingi otot
dan struktur internal berfungsi untuk membantu
pergerakan otot, menyediakan jalan untuk saraf dan
pembuluh darah, menyediakan tempat tambahan untuk
otot, dan sebagai lapisan bantalan otot. Lapisan deep
fascia terbuat dari dense connective tissue. Lapisan

19
ketiga yaitu subserous fascia yaitu sebagai lapisan yang
memisahkan deep fascia dari membran yang membatasi
thoracic dan abdominal cavities pada tubuh (Cael,
2010).
Adapun fungsi dari jaringan Fascia seperti yang
dijelaskan Langevine (2009) adalah:
a. Superficial Fascia
Superficial Fascia atau dengan istilah lain fascia
superficialis, tela subcutanea, hypoderm,
hypodermis, stratum subcutaneous, subcutis,
panniculus adiposus adalah lapisan pembungkus
tepat dibawah kulit dimana terdapat jaringan otot
didalamnya dan berguna untuk mencontohkan
gerakan seperti halnya ekspresi pada wajah,
bagaimana arah gerakan untuk tersenyum dan
tertawa.
b. Deep Fascia
Deep fascia atau lapisan yang terapat di level bawah
berupa lembaran yang tidak beraturan berguna untuk
menjaga struktur dasar misalnya otot tetap pada
posisinya. Lapisan ini membutuhkan tensile strength
untuk mempertahankan bentuknya pada lapisan
tubuh dan juga mempertahankan konturnya.
Terdapat hubungan erat antara lapisan deep fascia
dengan jaringan otot dengan seperti lapisan deep
fascia yang selalu mengikuti aktifitas serabut otot
dan mempertahankan hubungan antar otot.

20
Gambar 2.4 lapisan fascia leher dan bahu
(Sumber: www.faithmountainwellness.com)
B. Fisiologi Otot Rangka
Myofibril adalah unit penting otot rangka sebab
mengandung elemen protein kontraktil yang
menyebabkan otot berkontraksi. Terdapat ratusan
sampai ribuan myofibril pada setiap serabut otot,
sementara setiap myofibril terdiri atas 1500 myosin dan
3000 aktin. Dibawah mikroskop myosin yg merupakan
filamen tebal akan tampak gelap (A-band), sementara
aktin yang merupakan filamen tipis terlihat terang (I-
band). Aktin selalu terhubung dengan protein lainnya
membentuk kompleks aktin-troponin-tropomyosin yang
saat kontraksi terjadi akan berikatan dengan protein
myosin. Bagian akhir aktin melekat pada suatu protein
lain yang disebut Z disk, dan daerah antara dua Z disk
disebut sarkomer, yang merupakan suatu unit kontraksi
otot. Bila otot berkontraksi ukuran sarkomer sekitar 2
mikrometer.
Terdapat 3 jenis otot rangka yaitu 1) otot slow oxidative
2) otot fast oxidative dan 3) otot fast glycolitik. Otot
slow oksidative adalah otot yang lambat bekerja sebab

21
membutuhkan oksigen dalam jumlah banyak dalam
memasok energi dan biasanya dibutuhkan pada aktifitas
otot yang lama. Otot fast oxidative adalah otot yang
cepat bekerja sebab energi yang digunakan telah tersedia
dalam otot berupa fosfokreatin dan tidak membutuhkan
oksigen untuk memasoknya, hanya jumlahnya
fosfokreatin terbatas di otot sehingga otot ini bekerja
singkat. Sedang otot fast glycolitik adalah otot yang
bekerja cepat dengan mendapatkan energi tanpa bantuan
oksigen, tetapi dari perubahan asam pyruvat menjadi
asam laktat akibat tidak adanya oksigen. Proses
pemasokan energi cukup singkat, tetapi juga terbatas
dan hanya digunakan dalam waktu singkat sebab
mudahnya terjadi kelelahan akibat produksi asam laktat
yang meningkat.
Gerakan yang cepat dan singkat khususnya pada
olahraga tertentu seperti sprint biasanya dilakukan oleh
otot fast oxidative dan otot fast glycolitik. Otot fast
glycolitik dilaporkan sedikit lebih lama dan lebih lambat
dibandingkan otot fast oksidative. Sebaliknya pada
olahraga endurance yang membutuhkan ketahan kerja
otot dalam waktu yang lama seperti lari marathon
dilakukan oleh otot slow oxidative. Beberapa olahraga
tentunya membutuhkan ketiga macam otot ini sebab
gerakan yang dilakukan terkadang gerakan cepat, agak
cepat dan gerakan lambat tetapi harus konstan.
Perbedaan ketiga jenis otot rangka antara lain:

22
Karakteristik Slow Fast Fast
oxidative oxidative glycolitic
fiber fiber fiber
Sumber energi Fosforilasi Fosforilasi Glikolisis
Mitokondria oksidatif oksidatif Sedikit
Kapiler darah Banyak Banyak Sedikit (otot
Kandungan Banyak (otot Banyak (otot putih) Sedikit
myoglobin merah) merah) Banyak
Aktifitas Banyak Banyak
enzim Sedikit Intermediate Banyak
glikolitik Tinggi
Kandungan Sedikit Intermediate
glikogen Rendah Tinggi Tinggi
Aktifitas Besar
myosin Rendah Tinggi Besar
ATPase Kecil Intermediate Besar
Kecepatan Kecil Intermediate
kontraksi Kecil Intermediate
Diameter
serabut Ukuran
motor unit
Ukuran serabut
saraf yang
inervasi otot

23
A. Definisi Membaca
Patologi Sindrom nyeri myofascial adalah sebuah kondisi
literature terkait
cumulative nyeri otot ataupun fascia, akut maupun kronik, menyangkut
patofisiologi
traumatic fungsi sensorik, motorik, ataupun otonom, yang berhubungan
pada myofascial
disease dengan myofascial trigger points (MTr Ps).1 Gejala motorik
pain syndrome
dapat berupa disfungsi motorik atau kelemahan otot akibat
dari buku dan
inhibisi motorik, terbatasnya gerakan dan kekakuan otot.
literatur:
Gejala sensorik dapat berupa nyeri tekan, nyeri alih,
1. Kalley, J.M,
hiperalgesia, ataupun alodinia.2 Gejala otonom dapat seperti
berkeringat, aktivitas pilomotor, perubahan suhu kulit, Shaffer,
lakrimasi, dan salivasi. Aktivitas sistem saraf simpatis akan M.A, Kuhn,
meningkatkan aktivitas motorik dan menyebabkan nyeri.3 J.E,
Myofascial trigger points adalah suatu titik/ tempat Michener,
hiperiritabel berlokasi di struktur otot atau fascia yang L.A, Seitz,
menegang, jika ditekan dapat menyebabkan nyeri lokal atau A.L, Uhl,
menjalar.4 MTrPs sering ditemukan di sekitar daerah leher
T.L,
dan punggung.
Nyeri myofascial masih sering tidak terdiagnosis, Godges, J.J,
padahal merupakan penyebab utama disabilitas kerja dan Mcclure,
penyebab kedua terbanyak disabilitas di AS.1 Ada pendapat P.W. 2013.
bahwa istilah sindrom pada nyeri myofascial tidak tepat Shoulder
karena sebetulnya merupakan suatu penyakit.5 Pain and
Myofascial pain syndrome disebut juga fibrosistic Mobility
nodul sering terjadi pada daerah yang memiliki sistem
Deficit:
transportasi metabolism kurang baik seperti pada otot
rhomboideus dan upper trapezius. Daerah tersebuta Adhesive
merupakan titik-titik nyeri yang mudah terangsang oleh sisa Capsulitis.
metabolism. Nyeri myofascial dapat menyebabkan muscle Clinical
tightness dan spasme, collagen contracture, adhesion, Practice
abnormal cross-link dan myosin serta penurunan sirkulasi Guidelines
darah pada daerah tersebut. Pada kondisi itu ditemui juga taur
Linked to
band dan trigger point yang apabila tidak segera ditangani
dengan tepat akan meluas ke seluruh otot yang disebut The

24
dengan myosis. International
Classificatio
B. Epidemiologi n of
Sindrom nyeri miofasial merupakan masalah Functioning,
kesehatan yang signifikan, dimana 85% populasi umum Disability,
pernah mengalami nyeri miofasial pada satu waktu dalam
hidupnya dengan prevalensi per tahun sekitar 46%. Insiden and Health
antara laki-laki dan perempuan hampir sama, yaitu 54% From The
terjadi pada perempuan dan 45% laki-laki. Salah satu studi Orthopedic
menemukan bahwa TrPs merupakan sumber nyeri pada 30% Section Of
pasien yang datang dengan keluhan nyeri menuju layanan The
primer, dan menjadi penyebab 85% pasien dengan keluhan American
nyeri mengunjungi layanan tersier. Sindrom nyeri miofasial
Physical
juga didiagnosis pada 21% pasien yang datang ke klinik
ortopedi dan 30% pasien yang mengunjungi dokter penyakit Therapy
dalam. Studi sebelumnya menemukan bahwa sindrom nyeri Association,
miofasial sebagai penyebab nyeri yang paling umum di Journal of
populasi klinik, dan bertanggung jawab atas 54,6% nyeri orthopedics
kepala dan leher kronis, 85% pada nyeri punggung. Studi and sports
lainnya menunjukkan MTrPs berhubungan dengan beberapa physical
kondisi nyeri, seperti migren, tension-type headache,
therapy.
gangguan temporomandibular, nyeri leher, nyeri bahu,
epicondylalgia, carpal tunnel syndrome, low back pain, nyeri 2. Margaretha,
pelvis, dan sindrom whiplash. 7 Sindrom nyeri miofasial S., dan
terutama terjadi pada rentang usia 30-60 tahun,2 dan lebih Peer, Z.
banyak terjadi pada individu yang kurang beraktivitas.6
2014.
C. Etiologi
1. Taut Band Manageme
Penyebab titik pemicu adalah masalah spekulasi. nt of
Tampaknya terlihat dari pemeriksaan klinis bahwa titik Frozen
pemicu terbentuk sebagai titik pemicu laten terlebih Shoulder.
dahulu dan kemudian menjadi nyeri saat otot
digerakkan. Urutan kejadian ini diasumsikan karena titik Orthopedic
pemicu laten ada tanpa rasa sakit spontan. Selanjutnya, Research
titik pemicu nyeri tidak terjadi kecuali di daerah

25
kekerasan otot, namun daerah kekerasan otot terjadi and
tanpa rasa sakit lokal atau yang dirujuk. Oleh karena itu, Reviews. 6
disimpulkan bahwa kekerasan otot atau pita tegang yang
terjadi tanpa rasa sakit adalah kelainan pertama, dan titik : 81-90
pemicu aktif adalah tahap yang lebih aktif atau sekunder 3. .Imron, Ali,
dari titik pemicu. dkk. 2017.
2. Iskemik Lokal Panduan
Iskemia lokal dikaitkan dengan perkembangan akut titik
pemicu dan dengan pemeliharaannya. Iskemia lokal
praktek
merupakan kompresi kapiler yang dihasilkan dari gaya klinis
yang dihasilkan di dalam pita yang kencang. Pada fisioterapi.
gilirannya, pelepasan zat vasodilatasi seperti CGRP dan Jakarta:
zat P menyebabkan edema non inflamasi lokal yang
selanjutnya mengkompres kapiler dan berkontribusi
Ikatan
pada iskemia yang sedang berlangsung. Fisioterapi
3. Neuromuskular Junction Indonesia
Peran Junction Neuromuskular dalam Formasi Trigger Berdiskusi
Point Trigger point pain tidak terjadi tanpa adanya taut dengan CE/CI
band, seperti yang dinyatakan di atas. Mekanisme nyeri terkait
lokal dan rujuk dipahami dengan baik sebagai fenomena patofisiologi
umum, berdasarkan pelepasan neurotransmitter lokal, myofascial pain
ion hidrogen, ion kalium, dan sitokin perifer, dan syndrome
aktivasi neuron nociceptive di tanduk dorsal secara
terpusat. Penyebaran aktivasi neuronal nociceptive
secara segmental juga merupakan fenomena yang
digambarkan dengan baik, terlepas dari jaringan asalnya.
Namun, perubahan awal otot yang terkait dengan titik
pemicu nampaknya merupakan kelainan motorik,
perkembangan band yang kencang. Mekanisme
pengembangan band yang tegang tetap menjadi masalah
spekulasi, dan belum terbukti. Peran modulasi simpatik
SEA adalah konsep yang paling penting, karena peran
penting yang dimainkan oleh sistem saraf simpatik
dalam menjaga aktivitas listrik abnormal di titik pemicu.
Sebuah postsynaptic disfungsi otot yang meningkatkan

26
konsentrasi kalsium intraselular melalui saluran kalsium
reseptor Ryanodine yang bocor pada membran retikulum
sarkoplasma, atau melalui sistem messenger kedua yang
dimediasi adrenergik yang melibatkan protein kinase C
dan siklik-AMP, yang memulai interaksi aktin myosin,
juga dapat menyebabkan kontraksi otot, Dan merupakan
pertimbangan tambahan untuk pengembangan kontraksi
yang terus-menerus. Daerah endapan otot dari
persimpangan neuromuskular dianggap sebagai domain
disfungsi fisiologis yang menyebabkan perkembangan
titik pemicu.
4. Faktor Mekanik
Postural otot upper trapezius yang berfungsi sebagai
fiksator leher dan sebagai fiksator scapula ketika
lengan beraktivitas, maka kesalahan postur berupaya
forward head akan menyebabkan kerja statis yang terus
menerus pada saat aktifitas dalam posisi duduk atau
berdiri. Pada lateral head posture maka posisi kepala
yang miring ke salah satu sisi juga akan menyebabkan
overload work pada otot upper trapezius. Kerja statis
yang terus menerus dan overload work menyebabkan
trigger points dan taut band pada otot. Ergonomi yang
meliputi poor body mechanics, penggunaan otot dalam
kondisi statis lama, kompresi pada otot dan mekanisme
kerja yang buruk pada leher dan bahu menggambarkan
beban kerja otot upper trapezius lebih berat,
digambarkan seperti pada posisi mengetik dengan layar
terlalu tinggi atau posisi bekerja yang menyebabkan
kepala miring atau menoleh terus menerus (Widodo,
2011).
D. Patofisiologi
Otot upper trapezius merupakan otot tipe I (slow
twitch) yang berfungsi sebagai fiksator scapula ketika lengan
beraktivitas dan sebagai fiksator leher, termasuk
mempertahankan postur kepala yang cenderung jatuh ke

27
depan karena kekuatan gravitasi dan berat kepala itu sendiri.
Kerja otot ini akan semakin meningkat jika otot mengalami
trauma, degenerasi otot dan faktor mekanik yang meliputi
poor body mechanics, penggunaan otot dalam kondisi statis
lama, kompresi pada otot dan mekanisme kerja yang buruk
pada leher dan bahu. Akibatnya, otot tersebut sering
mengalami gangguan berupa spasme, pemendekan otot
(tightness) dan disabilitas fungsi leher.
Kerja otot akan bertambah berat dengan adanya
postur yang jelek, mikro dan makro trauma. Trauma makro
akibat kontraksi otot yang cepat dan kuat akan menimbulkan
kerobekan jaringan otot demikian pula trauma repelitip
secara komulatif akan menimbulkan kerobekan jaringan otot.
Penyebab ini akan terjadi proses inflamasi dan regenerasi
sebagai berikut: cedera jaringan akan mengeluarkan zat kimia
algogen seperti serotonin, prostaglandin, istamin, bradikinin.
Zat algogen akan menimbulkan reaksi delatasi kapiler,
sensitasi saraf nosi sensoris sehingga timbul sensasi nyeri
lokal. Akibat sensitasi tersebut akan dibawa ke ganglion
spinalis dan merangsang produksi “ P “ substance yang
kemudian di transport ke perifer dan menimbulkan delatasi
kapiler yang lebih luas, sementara di area ke medulla spinalis
akan menimbulkan sensitasi dan ketraktus spirotalaminikus
untuk selanjutnya ke pusat nyeri di otak. Proses inflamasi,
diikuti proses regenerasi jaringan kolagen.
Proses penyembuhan jaringan terjadi mekanisme
penumpukkan kolagen (jaringan fibrous) yang akan
menimbulkan perlengketan antara myofibril dan fasia.
Ambang rangsang nosi sensoris rendah akan menimbulkan
tender point yaitu pada jaringan tersebut di provokasi akan
terjadi nyeri lokal. Bila ambang rangsang nosi sensorik
menjadi nol akan terjadi trigger point dan taut band.
Disabilitas umumnya pasien enggan menggerakan
bagian tersebut, sehingga berada pada posisi immobilisasi
akibatnya otot akan menjadi kontraktur, terbentuk taut band

28
dan trigger point. Serabut saraf terjadi peningkatan
mekanisme refleks segmental dan supra segmental seperti
adanya spasme otot, hiperaktivitas vasomotor dan glandular,
penurunan ambang rangsang nyeri dan peningkatan
kecepatan konduksi saraf serta terjebaknya reseptor saraf tipe
Aδ dan C akibat tekanan jaringan fibrous sehingga
menimbulkan tenderness lokal dan nyeri rujukan.
Jaringan miofasial dalam keadaan immobilisasi,
maka terjadi perubahan substansi dan serabut kolagen,
protein dan karbohidrat kompleks dalam substansia dasar
akan mengikat air dan menjadikan banyak gel tak terbentuk
yang dikenal sebagai glikoaminoglikan.
Immobilisasi viskositas matrix akan berkurang dan
bagian terbesar dari substansia dasar akan menurun.
Akibatnya serabut kolagen saling berdempetan, ketika jarak
dari satu molekul kolagen ke molekul kolagen lain menurun
hingga pada ambang kritis, yang terjadi adalah molekul mulai
membentuk ikatan menyilang (cross binding). Jaringan ikat
juga menjadi kurang elastis karena serabut kolagen dan
lapisan fascia kehilangan pelumas, menyebabkan molekul
dari lembaran fascia ternyata terikat bersama-sama.
Keadaan immobilisasi dari jaringan miofasial ini
banyak disebabkan oleh ergonomik kerja yang jelek, dimana
keadaan ini akan mencetuskan timbunan fibroblast dan
banyak kolagen membuat ikatan tali (cross link). Cross link
kolagen secara fisiologis timbul perlahan-lahan pula akan
menyebabkan tekanan dalam jaringan, akibatnya menurunkan
jarak kritis pada area ini. Disamping itu aliran darah pada
area akan menurun bahkan hingga tingkat iskemia sehingga
mencetuskan timbulnya distabilitas fungsi leher.

E. Manifestasi Klinik
Pasien dengan nyeri miofasial biasanya datang dengan
keluhan nyeri yang meluas dan tidak dapat dilokalisir pada
otot dan persendian. Selain itu terdapat keluhan sensoris

29
seperti mati rasa. Manifestasi klinis lain yang dikeluhkan
oleh pasien yaitu:9
1. Secara khas trigger point dapat meningkatkan terjadinya
nyeri ketika terstimulasi.
2. Durasi dari terjadinya reffered pain bervariasi, dalam
hitungan detik, jam ataupun hari.
3. Dipersepsikan sebagai nyeri yang dirasakan dalam, sakit dan
membakar walaupun kadang-kadang dirasakan sebagai nyeri
superfisial.
4. Nyeri dapat dirasakan menyebar ke arah kaudal maupun
kranial.
5. Intensitas dan luas area nyeri yang dirasakan berkaitan erat
dengan tingkat aktivitas (iritabilitas) dari trigger point.
F. Diagnosis Banding
Nyeri miofasial didefinisikan sebagai keluhan sensorik,
motorik dan otonom, yang disebabkan oleh adanya titik
pemicu atau Trigger Point (TrP). Sedangkan pada
fibromialgia dapat ditegakkan dengan anamnesis berdasarkan
rasa sakit umum dan rasa sakit pada minimal 11 dari 18 titik
nyeri yang dapat ditentukan lokasinya secara tepat. Pasien
dengan fibromialgia bisa disertai dengan keluhan-keluhan
lainnya yang sangat tidak spesifik. Membedakan nyeri
miofasial dengan gangguan otot lainnya hanya dapat
dilakukan dengan melakukan palpasi pada trigger point.
Pemeriksaan Anamnesis Umum: Berdiskusi
dan dengan CE/CI
Nama : Ny. T
penegakkan terkait
Umur : 53 Tahun pemeriksaan
diagnosis
serta exercise
fisioterapi Pekerjaan : Bagian Pembuatan Dokumen
therapy yang
terkait kasus Jenis Kelamin : Perempuan dapat diberikan
cumulative pada gangguan
Alamat : Makassar
traumatic myofascial pain
disease Agama : Islam syndromedan
mencatat

30
Pemeriksaan Fisioterapi (Model CHARTS) seluruh
C: Nyeri pada bahu kanan informasi dan
perubahan
H: patologis yang
terjadi pada
1) Pasien mulai merasakan sudah hampir 2 tahun yang lalu. pasien.
2) Tidak ada riwayat jatuh.
Membaca
3) Pasien belum ke dokter dantidak konsumsi obat anti literatur dari
n.yeri, hanya mengoleskan salep pada bagian yang nyeri. buku Aras, D.
2011. Proses
4) Aktivitas sehari-hari seperti BAB, BAK, tidak dan Pengukuran
Fisioterapi.
terganggu.
Bagian
5) Pasien sering kali membiarkan sakitnya karena Fisioterapi
Fakultas
kesibukannya. Keperawatan
6) Kesulitan mengikat rambut dan memasang tali bra Universitas
Hasanuddin,
karena sakit. Makassar.
7) Riwayat penyakit :
Membaca
a) Gula darah (-) literatur terkait
terapi latihan
b) Kolesterol (-)
dari buku
c) Asam urat (-) Kisnes C, Colby
L.A. 2013.
d) Hipertensi (-) Therapeutic
e) Jantung (-) Exercise
Foundation and
f) Ginjal (-) Techniques,
sixth edition.
A: Philadelphia:
1) Inspeksi Statis F.A Davis

31
a) Wajah tampak cemas Company.
b) Postur tubuh normal
2) Inspeksi Dinamis
a) Saat diminta untuk mengangkat tangan terbatas
karena nyeri.
b) Saat diminta untuk membawa tangannya ke
belakang pungggung teratas karena nyeri yang
dirasakan.
3) Palpasi
a) Suhu : normal
b) Oedem : (-)
c) Kontur kulit : normal
d) Tenderness : (+) nyeri tekann pada tendon
bicipital dan tendon rotator cuff, m. Upper
Trapezius
4) PFGD
Tabel 4.1. Peeriksaan Fungsi Gerak Dasar

Regio Gerakan Aktif Pasif TIMT


Dalam Dalam
Cervical Fleksi batas batas Mampu
normal, normal,

32
tidak tidak
nyeri nyeri, dan
elastic end
feel
Dalam Dalam
batas
batas
normal,
Ekstensi normal, tidak Mampu
nyeri, dan
tidak
elastic end
nyeri feel
Dalam Dalam
batas
batas
Lateral normal,
normal, tidak Mampu
Fleksi nyeri, dan
tidak
elastic end
nyeri feel
Dalam Dalam
batas
batas
normal,
Rotasi normal, tidak Mampu
nyeri, dan
tidak
elastic end
nyeri feel
Shoulder Terbatas Terbatas, Tidak
Fleksi mampu
Dextra dan nyeri nyeri, firm
karena

33
end feel nyeri
Dalam Dalam
batas
batas
normal,
Ekstensi normal, tidak Mampu
nyeri, dan
tidak
elastic end
nyeri feel
Terbatas, Tidak
Terbatas
Abduksi nyeri, firm mampu
dan nyeri karena
end feel nyeri
Dalam Dalam
batas
batas
normal,
Adduksi normal, tidak Mampu
nyeri, dan
tidak
elastic end
nyeri feel
Terbatas, Tidak
Endorota Terbatas
nyeri, firm mampu
si dan nyeri karena
end feel nyeri
Terbatas, Tidak
Eksorota Terbatas
nyeri, firm mampu
si dan nyeri karena
end feel nyeri

34
R:
1) Range of motion (ROM) : Terbatas pada gerakan fleksi,
abduksi, eksorotasi dan endorotasi shoulder.
2) Activity Daily Living (ADL) : dressing, self care.
3) Pekerjaan : merasa terganggu
karena nyeri yang dirasakan.
4) Rekreasi : (-)
T:
1) Musculotendinogen : tendon bisipital dan tendon
rotator cuff.
2) Osteoartrogen : Adhesive capsulitis.
3) Neurogen : (-)
4) Psikogenik : kecemasan
S:
a. Pemeriksaan Nyeri
Pemeriksaan nyeri pada regio ankle terhadap pasien
Ny.M menggunakan Visual Analog Scale (VAS)
dengan hasil dan interpretasi sebagai berikut:
Tabel 4.2. Pemeriksaan Nyeri

Pemeriksaan Hasil Interpretasi


Nyeri Diam 0 Tidak nyeri
Nyeri Tekan 5 Nyeri sedang

Nyeri Gerak 6 Nyeri sedang

35
Kriteria penilaian (Rumus Bourjone):
0 : Tidak Nyeri
1-3 : Nyeri Ringan
4-6 : Nyeri Sedang
7-9 : Nyeri Berat
10 : Nyeri Sangat Berat
b. Pengkuran ROM
Tabel 4.3. Hasil Pengukuran ROM Shoulder Dextra

Pemeriksaan Hasil Interpretasi


Fleksi-Ekstensi S. 50o. 0o. 110o Terbatas
o o o
Abduksi - Adduksi F. 40 . 0 . 90 Terbatas
Eksorotasi dan T. 35o. 0o. 45o Terbatas
Endorotasi

c. Pola Kapsuler
Hasil : Eksorotasi> Abduksi > Endorotasi
IP : Kemungkinan Frozen shoulder
d. Empty Can Test
Hasil : (+) nyeri pada bagian depan shoulder
IP : Ada kemungkinan lesi pada m. supraspinatus
e. Apley’s Inferior Stratch Test
Hasil : (+) nyeri
IP : Ada kemungkinan lesi pada m. subscapularis

36
f. Apley’s Superior Stratch Test
Hasil : (+) nyeri
IP : Ada kemungkinan lesi pada m. Infraspinatus
g. Neer Test
Hasil : (-)
IP : Tidak ada subacromial impignement
h. Pemeriksaan Resiko Cedera Kerja :
a) Nordic Body Map Physiotherapy
Hasil : nyeri pada bahu kanan dengan VAS 5
dan pegal-pegal pada leher belakang dengan VAS 4.
IP : ada masalah muskuloskeletal pada
cervical dan bahu kanan
b) ROSA (Rapid Office StrainAssesment)
Hasil :7
IP : Resiko tinggi dan lingkungan kerja
harus dinilai lebih lanjut.
c) Brief Survei
1) Tangan dan pergelangan tangan
a. Regio dextra
Hasil :3
IP : Faktor resiko cedera kategori
high.
b. Regio sinistra

37
Hasil :3
IP : Faktor resiko cedera kategori
high.
2) Siku
a. Regio dextra
Hasil :3
IP : Faktor resiko cedera kategori
high.
b. Regio sinistra
Hasil :3
IP : Faktor resiko cedera kategori
high.
3) Bahu
a. Regio dextra
Hasil :3
IP : Faktor resiko cedera kategori
high.
b. Regio sinistra
Hasil :3
IP : Faktor resiko cedera kategori
high.
4) Leher
Hasil :3

38
IP : Faktor resiko cedera kategori high.
5) Punggung
Hasil :3
IP : Faktor resiko cedera kategori high.
6) Kaki
Hasil :0
IP : Faktor resiko cedera kategori low.
7) Kelelahan Subyektif
Hasil : 50
IP : Belum perlu tindakan perbaikan
8) Diagnosis Okupasi
a) Diagnosis Klinis : Nyeri pada bahu kanan
dan pada leher belakang
b) Pajanan Dilingkungan Kerja : terdapat
pajanan di lingkungan kerja karna pekerja
selalu dalam keadaan statis dan melakukan
gerakan yang sama secara berulang,
memeriksa dokumen dan membuat
dokumen dalam waktu yang lama.
c) Apakah ada hubungan antara pajanan
dengan dignosis klinis : Ada, membuat
dokumen dalam waktu yang lama dengan
posisi yang statis akan menimbulkan rasa

39
nyeri pada leher beslakang dan selain itu
bahu yang sakit juga karena pekerja sudah
lama bekerja, ditambah faktor usia dan
lengannya jarang untuk di angkat tinggi
karena kebanyakan bekerja di depan
komputer maka bisa menyebabkan nyeri
dan kaku pada bahu.
d) Apakah pajanan yang dialami cukup besar :
Ya
e) Adakah faktor-faktor individu yang
berperan : Ada, dari segi usia
f) Adakah faktor diluar pekerjaan : Tidak ada
g) Diagnosis: Penyakit Akibat Kerja (PAK)
i. Antropometri
1) Tinggi Badan : 150 cm
2) Berat Badan : 52 kg
3) Shoulder-Elbow : 27 cm
4) Elbow- Wrist : 23 cm
5) Panjang Lengan Atas : 50 cm
6) Panjang Tungkai : 77 cm
7) Hip-Knee : 45 cm
8) Knee-Ankle : 38cm
9) Panjang Punggung : 40 cm

40
10) Lebar Bahu : 36 cm
11) Lebar Pinggul : 41 cm
Diagnosis Fisioterapi
Adapun diagnosis fisioterapi yang dapat ditegakkan
dari hasil proses pengukuran dan pemeriksaan tersebut,
yaitu: “Gangguan aktivitas fungsional regio shoulder
berupa nyeri, keterbatasan ROM, spasme dan gangguan
ADL et causa frozen shoulder sejak 2 tahun yang lalu”
Penyusunan Problem, Planning, dan Program Fisioterapi Berdiskusi
program Adapun problem dan planning fisioterapi yang dapat dengan CE/CI
intervensi terkait
diuraikanberdasarkan hasil proses pengukuran dan pemeriksaan pemeriksaan
(problematik
tersebut, yaitu: serta exercise
fisioterapi, therapy yang
pemilihan 1. Problematik Fisioterapi dapat diberikan
modalitas a. Problem Primer : Nyeri pada gangguan
terpilih dan sistem neuro
desain dosis), b. Problem Sekunder : Kecemasan, Spasme otot, pada spinal cord
modifikasi Limitasi ROM injury dan
mencatat
dan
c. Problem Kompleks : Gangguan ADL seluruh
pengembang informasi dan
an terkait 2. Tujuan Fisioterapi
perubahan
kasus a. Tujuan jangka panjang : Mengembalikan fungsi patologis yang
cumulative terjadi pada
ADL pasien.
traumatic
disease. b. Tujuan jangka pendek : Mengurangi kecemasan,
Membaca
Mengurangi nyeri, Mengatasi spasme m. literatur dari
uppertrapeziusdan Menambah ROM buku Aras, D.
2011. Proses

41
3. Program dan Intervensi Fisoterapi dan Pengukuran
Fisioterapi.
Tabel 4.4. Intervensi Fisioterapi
Bagian
No. Problem Fisioterapi Modalitas Dosis Fisioterapi
Fakultas
1. Cemas Komunikasi F: 1xsehari Keperawatan
Terapeutik I: Selama pasien Universitas
Hasanuddin,
fokus
Makassar.
T:Intrapersonalap
proach Membaca
literatur terkait
T: selama teri terapi latihan
dari buku
2. Metabolicstressreact Electro therapy F: 1x sehari
Kisnes C, Colby
L.A. 2013.
ion (IRR) I: 30 cm di atas Therapeutic
permukaan kulit Exercise
Foundation and
T: lokal
Techniques,
T: 10 menit sixth edition.
3. Nyeri Electro therapy F: 1 x sehari Philadelphia:
F.A Davis
I : 60 mA Company.
T: kontraplanar
interferensi
T: 5 menit
Manual Terapi F: 1 x sehari
I: 30 sirkuler
T: friction
T: 2 menit
4. Adhesive Capsulitis Manual Terapi F:1 x sehari

42
I:5x
repetisi/gerakan
T: traksi translasi
T: 3 menit
5. Limitasi ROM Exercise F:1 x sehari
Therapy I : 3 rep/ gerakan
T: PROMEX
T: 3 menit
6 Spasme otot Manual Terapi F:1 x sehari
I : 30 sirkuler
T:friction
T: 2 menit
7 Gangguan ADL Exercise F:1 x sehari
Therapy I :10 x
rep/gerakan
T:Pendulum
exercise
T: 5 menit

Evaluasi, Modifikasi dan Home Programe Fisioterapi


Adapun hasil evaluasi dan modifikasi terhadap
program fisioterapi yang telah diberikan pada klien
tersebut, adalah sebagai berikut:

43
1. Evaluasi Fisioterapi
Tabel 4.5. Evaluasi Fisioterapi
No Proble Parame Intervensi Ket.
matik ter
Sebelum Sesudah
Fisioter
api

1 Nyeri Visual Nyeri Diam Nyeri Diam Nyeri


Analog 0 0
menurun
ue
Nyeri Gerak Nyeri Gerak
Scale
5 4

Nyeri Tekan Nyeri Tekan


5 5

2 Limitasi Gonio S. 50o. 0o. S. 50o. 0o. ROM


o o
ROM meter 110 115 meningk
o o o o
F. 40 . 0 . F. 40 . 0 . at
90o 95o
T. 35o. 0o. T. 45o. 0o.
45o 50o

2. Modifikasi
Modifikasi Program disesuaikan dengan hasil
evaluasi yang didapatkan dari perkembangan hasil terapi

44
yang dicapai oleh pasien. Modifikasi dapat berupa
peningkatan dosis atau modifikasi jenis latihan.
3. Home Program
Untuk tetap mempertahankan dan meningkatkan
kesembuhan pasien, diberikan latihan – latihan yang
dapat dilakukan dirumah dan di kantor seperti:Self
stretching setiap 2 jam saat bekerja dan mengubah posisi
duduk saat bekerja sesering mungkin, selain itu juga di
rumah bisa dilakukan gerkan pendulum seperti yang
telah di ajarkan sebanyak 10 kali repetisi setiap gerakan
selain itu diajarkan juga gerakan finger leader di
tembok.

45
Clinical Instructor Clinical Instructor Clinical Instructor

dr. Abbas Zavey Nurdin, Sp.Ok., MKK drg. Arifa Setiani Thamrin, M.Kes. Wahyudi Hidayat, S.Kep., Ns.

Clinical Instructor
Clinical Educator Clinical Educator

Akbar Hapid, S.Farm Andi Rahmaniar SP, S.Ft., Physio., M.Kes. Melda Putri, S.Ft., Physio., M.Kes.

46
LAPORAN KEPANITERAAN
MANAJEMEN FT ERGONOMI
KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS I MAKASSAR

SURIANI MEISI, S.FT


R 024 181 050

PROGRAM STUDI PROFESI FISIOTERAPI


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2019

47

Anda mungkin juga menyukai