Anda di halaman 1dari 99

Daftar isi: I. Pemakaian Huruf ........................................................................................ A. Huruf Abjad......................................................................................... B. Huruf Vokal......................................................................................... C. Huruf Konsonan .................................................................................. D. Huruf Diftong ......................................................................................

E. Gabungan Huruf Konsonan................................................................. F. Huruf Kapital....................................................................................... G. Huruf Miring ....................................................................................... H. Huruf Tebal ......................................................................................... Penulisan Kata ............................................................................................ A. Kata Dasar ........................................................................................... B. Kata Turunan....................................................................................... C. Bentuk Ulang....................................................................................... D. Gabungan Kata .................................................................................... E. Suku Kata ............................................................................................ F. Kata Depan .......................................................................................... G. Partikel................................................................................................. H. Singkatan dan Akronim....................................................................... I. Angka dan Bilangan ............................................................................ J. Kata Ganti ku-, kau-, -ku, -mu, dan nya ............................................ K. Kata si dan sang .................................................................................. Pemakaian Tanda Baca ............................................................................... A. Tanda Titik .......................................................................................... B. Tanda Koma ........................................................................................ C. Tanda Titik Koma ............................................................................... D. Tanda Titik Dua................................................................................... E. Tanda Hubung ..................................................................................... F. Tanda Pisah ......................................................................................... G. Tanda Tanya ........................................................................................ H. Tanda Seru........................................................................................... I. Tanda Elipsis ....................................................................................... J. Tanda Petik.......................................................................................... K. Tanda Petik Tunggal ........................................................................... L. Tanda Kurung...................................................................................... M. Tanda Kurung Siku ............................................................................. N. Tanda Garis Miring ............................................................................. O. Tanda Penyingkat atau Apostrof ......................................................... Penulisan Unsur Serapan ............................................................................ Pedoman Umum Pembentukan Istilah........................................................

II.

III.

IV. V.

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA No. 0543a/U/1987 tentang Penyempurnaan "Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan"

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN, Membaca : Surat Kepala Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 6 Desember 1986 No. 5965/F8/UI.7/86

Menimbang : a. bahwa dengan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 27 Agustus 1975 No. 0196/U/1975 telah ditetapkan peresmian berlakunya "Pedomaan Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan" dan "Pedoman Umum Pembentukan Istilah". b. bahwa sesungguhnya bahasa itu senantiasa berubah dan berkembang sesuai dengan kehidupan masyarakat c. bahwa sehubungan dengan hal tersebut pada sub a dan b, dipandang perlu menetapkan penyempurnaan "Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan". Mengingat : 1. Keputusan Presiden Republik Indonesia: a. b. c. d. Nomor 44 Tahun 1974; Nomor 52 Tahun 1975; Nomor 45/M Tahun 1983; Nomor 15 Tahun 1984 sebagaimana telah diubah/ditambah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 4 Tahun 1987; e. Nomor 138/M tahun 1985; 2. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 27 Agustus 1975 No. 0196/U/1975

MEMUTUSKAN:

Menetapkan Pertama: Menyempurnakan "Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan" sebagaimana tercantum dalam Lampiran 1 Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 27 Agustus 1975 no. 0196/U/1975 menjadi sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini. Hal-hal lain yang belum diatur dalam keputusan ini akan diatur lebih lanjut dalam ketentuan tersendiri. Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta tanggal 9 September 1987 MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Kedua: Ketiga:

Fuad Hassan

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN UMUM EJAAN BAHASA INDONESIA YANG DISEMPURNAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : a. bahwa sebagai akibat perkembangan kehidupan masyarakat, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0543a/U/1987, perlu disempurnakan kembali; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan; Mengingat : 1. Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301); 2. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 20 Tahun 2008; 3. Keputusan Presiden Nomor 187/M Tahun 2004 mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 77/M Tahun 2007; MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL TENTANG PEDOMAN UMUM EJAAN BAHASA INDONESIA YANG DISEMPURNAKAN. Pasal 1 1. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, dipergunakan bagi instansi pemerintah, swasta, dan masyarakat dalam penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. 2. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini.

Pasal 2 Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini, Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0543a/U/1987 tentang Penyempurnaan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, dinyatakan tidak berlaku. Pasal 3 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 31 Juli 2009 MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, TTD BAMBANG SUDIBYO

Salinan sesuai dengan aslinya. Biro Hukum dan Organisasi Departemen Pendidikan Nasional, Kepala Biro Hukum dan Organisasi,

Dr. Andi Pangerang Moenta, S.H., M.H., DFM. NIP 196108281987031003 SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 46 TAHUN 2009 TANGGAL 31 JULI 2009

I. PEMAKAIAN HURUF

A. Huruf Abjad Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf yang berikut. Nama tiap huruf disertakan di kolom ketiga. Huruf Kapital Kecil A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z

Nama a be ce de e ef ge ha i je ka el em en o pe ki er es te u ve we eks ye zet

B. Huruf Vokal Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, i, o, dan u. Contoh Pemakaian dalam Kata Huruf Vokal Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir a api padi lusa e* enak petak sore emas kena tipe i itu simpan murni

o u

oleh ulang

kota bumi

radio ibu

Keterangan: * Untuk keperluan pelafalan kata yang benar, tanda aksen (') dapat digunakan jika ejaan kata menimbulkan keraguan. Misalnya: Anak-anak bermain di teras (tras). Upacara itu dihadiri pejabat teras Bank Indonesia. Kami menonton film seri (sri). Pertandingan itu berakhir seri. Di mana kcap itu dibuat? Coba kecap dulu makanan itu. C. Huruf Konsonan Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf huruf b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z. Contoh Pemakaian dalam Kata Huruf Konsonan Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir b bahasa sebut adab c cakap kaca d dua ada Abad f fakir kafan maaf g guna tiga gudeg h hari saham tuah j jalan manja mikraj k kami paksa politik rakyat* bapak* l lekas alas akal m maka kami diam n nama tanah daun p pasang apa siap q** Quran status quo Taufiq r raih bara putar s sampai asli tangkas t tali mata rapat v varia lava w wanita hawa x** xerox sinar-x y yakin payung z zeni lazim juz Keterangan: * Huruf k melambangkan bunyi hamzah.

** Huruf q dan x khusus dipakai untuk nama diri (seperti Taufiq dan Xerox) dan keperluan ilmu (seperti status quo dan sinar x). D. Huruf Diftong Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, dan oi. Contoh Pemakaian dalam Kata Huruf Diftong Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir ai ain malaikat pandai au aula saudara harimau oi boikot amboi E. Gabungan Huruf Konsonan Gabungan huruf konsonan kh, ng, ny, dan sy masing masing melambangkan satu bunyi konsonan. Gabungan Huruf Konsonan kh ng ny sy Contoh Pemakaian dalam Kata Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir khusus ngilu nyata syarat akhir bangun banyak isyarat tarikh senang arasy

Catatan: Nama orang, badan hukum, dan nama diri yang lain ditulis sesuai dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, kecuali jika ada pertimbangan khusus. F. Huruf Kapital 1. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat. Misalnya: Dia membaca buku. Apa maksudnya? Kita harus bekerja keras. Pekerjaan itu akan selesai dalam satu jam. 2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung. Misalnya: Adik bertanya, "Kapan kita pulang?" Orang itu menasihati anaknya, "Berhati-hatilah, Nak!" "Kemarin engkau terlambat," katanya. "Besok pagi," kata Ibu, "dia akan berangkat."

3. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam kata dan ungkapan yang berhubungan dengan agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk kata ganti untuk Tuhan. Misalnya: Islam Quran Kristen Alkitab Hindu Weda Allah Yang Mahakuasa Yang Maha Pengasih Tuhan akan menunjukkan jalan kepada hamba-Nya. Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat. 4. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang. Misalnya: Mahaputra Yamin Sultan Hasanuddin Haji Agus Salim Imam Syafii Nabi Ibrahim b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang. Misalnya: Dia baru saja diangkat menjadi sultan. Pada tahun ini dia pergi naik haji. Ilmunya belum seberapa, tetapi lagaknya sudah seperti kiai. 5. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan yang diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat yang digunakan sebagai pengganti nama orang tertentu. Misalnya: Wakil Presiden Adam Malik Perdana Menteri Nehru Profesor Supomo Laksamana Muda Udara Husein Sastranegara Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian Gubernur Jawa Tengah b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan atau nama instansi yang merujuk kepada bentuk lengkapnya. Misalnya: Sidang itu dipimpin oleh Presiden Republik Indonesia. Sidang itu dipimpin Presiden. Kegiatan itu sudah direncanakan oleh Departemen Pendidikan Nasional.

Kegiatan itu sudah direncanakan oleh Departemen. c. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak merujuk kepada nama orang, nama instansi, atau nama tempat tertentu. Misalnya: Berapa orang camat yang hadir dalam rapat itu? Devisi itu dipimpin oleh seorang mayor jenderal. Di setiap departemen terdapat seorang inspektur jenderal. 6. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur nama orang. Misalnya: Amir Hamzah Dewi Sartika Wage Rudolf Supratman Halim Perdanakusumah Ampere Catatan: (1) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama seperti pada de, van, dan der (dalam nama Belanda), von (dalam nama Jerman), atau da (dalam nama Portugal). Misalnya: J.J de Hollander J.P. van Bruggen H. van der Giessen Otto von Bismarck Vasco da Gama (2) Dalam nama orang tertentu, huruf kapital tidak dipakai untuk menuliskan huruf pertama kata bin atau binti. Misalnya: Abdul Rahman bin Zaini Ibrahim bin Adham Siti Fatimah binti Salim Zaitun binti Zainal b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama singkatan nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran. Misalnya: pascal second Pas -1 J/K atau JK joule per Kelvin N Newton c. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran. Misalnya: mesin diesel

10 volt 5 ampere 7. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa. Misalnya: bangsa Eskimo suku Sunda bahasa Indonesia b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa yang digunakan sebagai bentuk dasar kata turunan. Misalnya: pengindonesiaan kata asing keinggris-inggrisan kejawa-jawaan 8. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan hari raya. Misalnya: tahun Hijriah tarikh Masehi bulan Agustus bulan Maulid hari Jumat hari Galungan hari Lebaran hari Natal b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur nama peristiwa sejarah. Misalnya: Perang Candu Perang Dunia I Proklamasi Kemerdekaan Indonesia c. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak digunakan sebagai nama. Misalnya: Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia. Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia. 9. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur nama diri geografi. Misalnya: Banyuwangi Asia Tenggara Cirebon Amerika Serikat Eropa Jawa Barat b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur nama geografi yang diikuti nama diri geografi.

Misalnya: Bukit Barisan Dataran Tinggi Dieng Jalan Diponegoro Ngarai Sianok Selat Lombok Sungai Musi Teluk Benggala

Danau Toba Gunung Semeru Jazirah Arab Lembah Baliem Pegunungan Jayawijaya Tanjung Harapan Terusan Suez

c. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama diri atau nama diri geografi jika kata yang mendahuluinya menggambarkan kekhasan budaya. Misalnya: ukiran Jepara pempek Palembang tari Melayu sarung Mandar asinan Bogor sate Mak Ajad d. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama unsur geografi yang tidak diikuti oleh nama diri geografi. Misalnya: berlayar ke teluk mandi di sungai menyeberangi selat berenang di danau e. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama diri geografi yang digunakan sebagai penjelas nama jenis. Misalnya: nangka belanda kunci inggris petai cina pisang ambon 10. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi, kecuali kata tugas, seperti dan, oleh, atau, dan untuk. Misalnya: Republik Indonesia Departemen Keuangan Majelis Permusyawaratan Rakyat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 1972 Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi. Misalnya:

beberapa badan hukum kerja sama antara pemerintah dan rakyat menjadi sebuah republik menurut undang-undang yang berlaku Catatan: Jika yang dimaksudkan ialah nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan dokumen resmi pemerintah dari negara tertentu, misalnya Indonesia, huruf awal kata itu ditulis dengan huruf kapital. Misalnya: Pemberian gaji bulan ke 13 sudah disetujui Pemerintah. Tahun ini Departemen sedang menelaah masalah itu. Surat itu telah ditandatangani oleh Direktur. 11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dokumen resmi, dan judul karangan. Misalnya: Perserikatan Bangsa-Bangsa Rancangan Undang-Undang Kepegawaian Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial Dasar-Dasar Ilmu Pemerintahan 12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam judul buku, majalah, surat kabar, dan makalah, kecuali kata tugas seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal. Misalnya: Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma. Bacalah majalah Bahasa dan Sastra. Dia adalah agen surat kabar Sinar Pembangunan. Ia menyelesaikan makalah "Asas-Asas Hukum Perdata". 13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan yang digunakan dengan nama diri. Misalnya: Dr. doktor S.E. sarjana ekonomi S.H. sarjana hukum S.S. sarjana sastra S.Kp. sarjana keperawatan M.A. master of arts M.Hum. magister humaniora Prof. profesor

K.H. Tn. Ny. Sdr.

kiai haji tuan nyonya saudara

Catatan: Gelar akademik dan sebutan lulusan perguruan tinggi, termasuk singkatannya, diatur secara khusus dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 036/U/1993. 14. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan, seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman, yang digunakan dalam penyapaan atau pengacuan. Misalnya: Adik bertanya, "Itu apa, Bu?" Besok Paman akan datang. Surat Saudara sudah saya terima. "Kapan Bapak berangkat?" tanya Harto. "Silakan duduk, Dik!" kata orang itu. b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak digunakan dalam pengacuan atau penyapaan. Misalnya: Kita harus menghormati bapak dan ibu kita. Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga. Dia tidak mempunyai saudara yang tinggal di Jakarta. 15. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata Anda yang digunakan dalam penyapaan. Misalnya: Sudahkah Anda tahu? Siapa nama Anda? Surat Anda telah kami terima dengan baik. 16. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama pada kata, seperti keterangan, catatan, dan misalnya yang didahului oleh pernyataan lengkap dan diikuti oleh paparan yang berkaitan dengan pernyataan lengkap itu. (Lihat contoh pada I B, I C, I E, dan II F15). G. Huruf Miring 1. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan. Misalnya: Saya belum pernah membaca buku Negarakertagama karangan Prapanca. Majalah Bahasa dan Sastra diterbitkan oleh Pusat Bahasa.

Berita itu muncul dalam surat kabar Suara Merdeka. Catatan: Judul skripsi, tesis, atau disertasi yang belum diterbitkan dan dirujuk dalam tulisan tidak ditulis dengan huruf miring, tetapi diapit dengan tanda petik. 2. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata. Misalnya: Huruf pertama kata abad adalah a. Dia bukan menipu, melainkan ditipu. Bab ini tidak membicarakan pemakaian huruf kapital. Buatlah kalimat dengan menggunakan ungkapan berlepas tangan. 3. a. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata atau ungkapan yang bukan bahasa Indonesia. Misalnya: Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia mangostana. Orang tua harus bersikap tut wuri handayani terhadap anak. Politik devide et impera pernah merajalela di negeri ini. Weltanschauung dipadankan dengan 'pandangan dunia'. b. Ungkapan asing yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia penulisannya diperlakukan sebagai kata Indonesia. Misalnya: Negara itu telah mengalami empat kali kudeta. Korps diplomatik memperoleh perlakuan khusus. Catatan: Dalam tulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata yang akan dicetak miring digarisbawahi. H. Huruf Tebal 1. Huruf tebal dalam cetakan dipakai untuk menuliskan judul buku, bab, bagian bab, daftar isi, daftar tabel, daftar lambang, daftar pustaka, indeks, dan lampiran. Misalnya: Judul : HABIS GELAP TERBITLAH TERANG Bab : BAB I PENDAHULUAN Bagian bab : 1.1 Latar Belakang Masalah 1.2 Tujuan Daftar, indeks, dan lampiran: DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR LAMBANG DAFTAR PUSTAKA

INDEKS LAMPIRAN 2. Huruf tebal tidak dipakai dalam cetakan untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata; untuk keperluan itu digunakan huruf miring. Misalnya: Akhiran i tidak dipenggal pada ujung baris. Saya tidak mengambil bukumu. Gabungan kata kerja sama ditulis terpisah. Seharusnya ditulis dengan huruf miring: Akhiran i tidak dipenggal pada ujung baris. Saya tidak mengambil bukumu. Gabungan kata kerja sama ditulis terpisah. 3. Huruf tebal dalam cetakan kamus dipakai untuk menuliskan lema dan sublema serta untuk menuliskan lambang bilangan yang menyatakan polisemi. Misalnya: kalah v 1 tidak menang ...; 2 kehilangan atau merugi ...; 3 tidak lulus ...; 4 tidak menyamai mengalah v mengaku kalah mengalahkan v 1 menjadikan kalah ...; 2 menaklukkan ...; 3 menganggap kalah ... terkalahkan v dapat dikalahkan ... Catatan: Dalam tulisan tangan atau ketikan manual, huruf atau kata yang akan dicetak dengan huruf tebal diberi garis bawah ganda.

II. PENULISAN KATA A. Kata Dasar Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan. Misalnya: Buku itu sangat menarik. Ibu sangat mengharapkan keberhasilanmu. Kantor pajak penuh sesak. Dia bertemu dengan kawannya di kantor pos. B. Kata Turunan 1. a. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya. Misalnya: berjalan dipermainkan gemetar kemauan lukisan menengok petani b. Imbuhan dirangkaikan dengan tanda hubung jika ditambahkan pada bentuk singkatan atau kata dasar yang bukan bahasa Indonesia. Misalnya: mem-PHK-kan di-PTUN-kan di-upgrade me-recall 2. Jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab III, Huruf E, Butir 5.) Misalnya: bertepuk tangan garis bawahi menganak sungai sebar luaskan 3. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai. (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab III, Huruf E, Butir 5.) Misalnya: dilipatgandakan menggarisbawahi menyebarluaskan penghancurleburan pertanggungjawaban

4. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai. Misalnya: adipati aerodinamika antarkota antibiotik anumerta audiogram awahama bikarbonat biokimia caturtunggal dasawarsa dekameter demoralisasi

dwiwarna ekawarna ekstrakurikuler infrastruktur inkonvensional kosponsor mahasiswa mancanegara monoteisme multilateral narapidana nonkolaborasi pascasarjana

paripurna poligami pramuniaga prasangka purnawirawan saptakrida semiprofesional subseksi swadaya telepon transmigrasi tritunggal ultramodern

Catatan: (1) Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya huruf kapital, tanda hubung (-) digunakan di antara kedua unsur itu. Misalnya: non-Indonesia pan-Afrikanisme pro-Barat (2) Jika kata maha sebagai unsur gabungan merujuk kepada Tuhan yang diikuti oeh kata berimbuhan, gabungan itu ditulis terpisah dan unsur unsurnya dimulai dengan huruf kapital. Misalnya: Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih. Kita berdoa kepada Tuhan Yang Maha Pengampun. (3) Jika kata maha, sebagai unsur gabungan, merujuk kepada Tuhan dan diikuti oleh kata dasar, kecuali kata esa, gabungan itu ditulis serangkai. Misalnya: Tuhan Yang Mahakuasa menentukan arah hidup kita. Mudah mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita. (4) Bentuk bentuk terikat dari bahasa asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti pro, kontra, dan anti, dapat digunakan sebagai bentuk dasar. Misalnya: Sikap masyarakat yang pro lebih banyak daripada yang kontra. Mereka memperlihatkan sikap anti terhadap kejahatan.

(5) Kata tak sebagai unsur gabungan dalam peristilahan ditulis serangkai dengan bentuk dasar yang mengikutinya, tetapi ditulis terpisah jika diikuti oleh bentuk berimbuhan. Misalnya: taklaik terbang taktembus cahaya tak bersuara tak terpisahkan C. Bentuk Ulang 1. Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung di antara unsur-unsurnya. Misalnya: anak-anak mata-mata berjalan-jalan menulis-nulis biri-biri mondar-mandir buku-buku ramah-tamah hati-hati sayur-mayur kuda-kuda serba-serbi kupu-kupu terus-menerus lauk-pauk tukar-menukar Catatan: (1) Bentuk ulang gabungan kata ditulis dengan mengulang unsur pertama saja. Misalnya: surat kabar surat-surat kabar kapal barang kapal-kapal barang rak buku rak-rak buku (2) Bentuk ulang gabungan kata yang unsur keduanya adjektiva ditulis dengan mengulang unsur pertama atau unsur keduanya dengan makna yang berbeda. Misalnya: orang besar orang-orang besar orang besar-besar gedung tinggi gedung-gedung tinggi gedung tinggi-tinggi 2. Awalan dan akhiran ditulis serangkai dengan bentuk ulang. Misalnya: kekanak-kanakan perundang-undangan melambai-lambaikan dibesar-besarkan

memata-matai (Lihat keinggris-inggrisan Bab I, Huruf F, Butir 7.) Catatan: Angka 2 dapat digunakan dalam penulisan bentuk ulang untuk keperluan khusus, seperti dalam pembuatan catatan rapat atau kuliah. Misalnya: Pemerintah sedang mempersiapkan rancangan undang2 baru. Kami mengundang orang2 yang berminat saja. Mereka me-lihat2 pameran. Yang ditampilkan dalam pameran itu adalah buku2 terbitan Jakarta. Bajunya ke-merah2-an D. Gabungan Kata 1. Unsur unsur gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk ditulis terpisah. Misalnya: duta besar model linear kambing hitam orang tua simpang empat persegi panjang mata pelajaran rumah sakit umum meja tulis kereta api cepat luar biasa 2. Gabungan kata yang dapat menimbulkan kesalahan pengertian dapat ditulis dengan menambahkan tanda hubung di antara unsur unsurnya untuk menegaskan pertalian unsur yang bersangkutan. Misalnya: anak-istri Ali anak istri-Ali ibu-bapak kami ibu bapak-kami buku-sejarah baru buku sejarah-baru 3. Gabungan kata yang dirasakan sudah padu benar ditulis serangkai. Misalnya: acapkali darmasiswa puspawarna adakalanya darmawisata radioaktif akhirulkalam dukacita saptamarga alhamdulillah halalbihalal saputangan apalagi hulubalang saripati astagfirullah kacamata sebagaimana bagaimana kasatmata sediakala barangkali kepada segitiga beasiswa kilometer sekalipun belasungkawa manakala sukacita

bilamana bismillah bumiputra daripada darmabakti E. Suku Kata

manasuka matahari padahal peribahasa perilaku

sukarela sukaria syahbandar waralaba wiraswata

1. Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut. a. Jika di tengah kata ada huruf vokal yang berurutan, pemenggalannya dilakukan di antara kedua huruf vokal itu. Misalnya: bu-ah ma-in ni-at sa-at b. Huruf diftong ai, au, dan oi tidak dipenggal. Misalnya: pan-dai au-la sau-da-ra am-boi c. Jika di tengah kata dasar ada huruf konsonan (termasuk gabungan huruf konsonan) di antara dua buah huruf vokal, pemenggalannya dilakukan sebelum huruf konsonan itu. Misalnya: ba-pak la-wan de-ngan ke-nyang mu-ta-khir mu-sya-wa-rah d. Jika di tengah kata dasar ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalannya dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu. Misalnya: Ap-ril cap-lok makh-luk man-di sang-gup som-bong swas-ta e. Jika di tengah kata dasar ada tiga huruf konsonan atau lebih yang masing-masing melambangkan satu bunyi, pemenggalannya dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua. Misalnya:

ul-tra in-fra ben-trok in-stru-men Catatan: (1) Gabungan huruf konsonan yang melambangkan satu bunyi tidak dipenggal. Misalnya: bang-krut bang-sa ba-nyak ikh-las kong-res makh-luk masy-hur sang-gup (2) Pemenggalan kata tidak boleh menyebabkan munculnya satu huruf (vokal) di awal atau akhir baris. Misalnya: itu i-tu setia se-ti-a 2. Pemenggalan kata dengan awalan, akhiran, atau partikel dilakukan di antara bentuk dasar dan imbuhan atau partikel itu. Misalnya: ber-jalan mem-bantu di-ambil ter-bawa per-buat makan-an letak-kan me-rasa-kan pergi-lah apa-kah per-buat-an ke-kuat-an Catatan: (1) Pemenggalan kata berimbuhan yang bentuk dasarnya mengalami perubahan dilakukan seperti pada kata dasar. Misalnya: me-nu-tup me-ma-kai me-nya-pu me-nge-cat pe-no-long

pe-mi-kir pe-nga-rang pe-nye-but pe-nge-tik (2) Akhiran -i tidak dipisahkan pada pergantian baris. (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab III, Huruf E, Butir 2.) (3) Pemenggalan kata bersisipan dilakukan seperti pada kata dasar. Misalnya: ge-lem-bung ge-mu-ruh ge-ri-gi si-nam-bung te-lun-juk (4) Pemenggalan tidak dilakukan pada suku kata yang terdiri atas satu vokal. Misalnya: Beberapa pendapat mengenai masalah itu telah disampaikan .... Walaupun cuma cuma, mereka tidak mau ambil makanan itu. 3. Jika sebuah kata terdiri atas dua unsur atau lebih dan salah satu unsurnya itu dapat bergabung dengan unsur lain, pemenggalannya dilakukan di antara unsur-unsur itu. Tiap-tiap unsur gabungan itu dipenggal seperti pada kata dasar. (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab III, Huruf E, Butir 2.) Misalnya: bio-grafi bi-o-gra-fi bio-data bi-o-da-ta foto-grafi fo-to-gra-fi foto-kopi fo-to-ko-pi intro-speksi in-tro-spek-si intro-jeksi in-tro-jek-si kilo-gram ki-lo-gram kilo-meter ki-lo-me-ter pasca-panen pas-ca-pa-nen pasca-sarjana pas-ca-sar-ja-na 4. Nama orang, badan hukum, atau nama diri lain yang terdiri atas dua unsur atau lebih dipenggal pada akhir baris di antara unsur-unsurnya (tanpa tanda pisah). Unsur nama yang berupa singkatan tidak dipisahkan. F. Kata Depan Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata, seperti kepada dan daripada. (Lihat juga Bab II, Huruf D, Butir 3.) Misalnya: Bermalam sajalah di sini.

Di mana dia sekarang? Kain itu disimpan di dalam lemari. Kawan-kawan bekerja di dalam gedung. Dia berjalan-jalan di luar gedung. Dia ikut terjun ke tengah kancah perjuangan. Mari kita berangkat ke kantor. Saya pergi ke sana kemari mencarinya. Ia datang dari Surabaya kemarin. Saya tidak tahu dari mana dia berasal. Cincin itu terbuat dari emas. Catatan: Kata-kata yang dicetak miring di dalam kalimat seperti di bawah ini ditulis serangkai. Misalnya: Kami percaya sepenuhnya kepadanya. Dia lebih tua daripada saya. Dia masuk, lalu keluar lagi. Bawa kemari gambar itu. Kesampingkan saja persoalan yang tidak penting itu. G. Partikel 1. Partikel lah, kah, dan tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya: Bacalah buku itu baik-baik! Apakah yang tersirat dalam surat itu? Siapakah gerangan dia? Apatah gunanya bersedih hati? 2. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya. Misalnya: Apa pun permasalahannya, dia dapat mengatasinya dengan bijaksana. Hendak pulang tengah malam pun sudah ada kendaraan. Jangankan dua kali, satu kali pun engkau belum pernah datang ke rumahku. Jika Ayah membaca di teras, Adik pun membaca di tempat itu. Catatan: Partikel pun pada gabungan yang lazim dianggap padu ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya: Adapun sebab sebabnya belum diketahui. Bagaimanapun juga, tugas itu akan diselesaikannya. Baik laki laki maupun perempuan ikut berdemonstrasi. Sekalipun belum selesai, hasil pekerjaannya dapat dijadikan pegangan. Walaupun sederhana, rumah itu tampak asri. 3. Partikel per yang berarti demi, tiap, atau mulai ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Misalnya: Mereka masuk ke dalam ruang satu per satu.

Harga kain itu Rp50.000,00 per helai. Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 Januari. Catatan: Partikel per dalam bilangan pecahan yang ditulis dengan huruf dituliskan serangkai dengan kata yang mengikutinya. (Lihat Bab II, Huruf I, Butir 7.) H. Singkatan dan Akronim 1. Singkatan ialah bentuk singkat yang terdiri atas satu huruf atau lebih. a. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik di belakang tiap-tiap singkatan itu. Misalnya: A.H. Nasution Abdul Haris Nasution H. Hamid Haji Hamid Suman Hs. Suman Hasibuan W.R. Supratman Wage Rudolf Supratman M.B.A. master of business administration M.Hum. magister humaniora M.Si. magister sains S.E. sarjana ekonomi S.Sos sarjana sosial S.Kom sarjana komunikasi S.K.M. sarjana kesehatan masyarakat Bpk. bapak Sdr. saudara Kol. Colonel b. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas gabungan huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik. Misalnya: DPR Dewan Perwakilan Rakyat PBB Perserikatan Bangsa Bangsa WHO World Health Organization PGRI Persatuan Guru Republik Indonesia PT perseroan terbatas SD sekolah dasar KTP kartu tanda penduduk c. 1) Singkatan kata yang berupa gabungan huruf diikuti dengan tanda titik. Misalnya: jml. jumlah

kpd. kepada tgl. tanggal hlm. halaman yg. yang dl. dalam No. nomor 2) Singkatan gabungan kata yang terdiri atas tiga huruf diakhiri dengan tanda titik. Misalnya: dll. dan lain lain dsb. dan sebagainya dst. dan seterusnya sda. sama dengan atas ybs. yang bersangkutan Yth. Yang terhormat Catatan: Singkatan itu dapat digunakan untuk keperluan khusus, seperti dalam pembuatan catatan rapat dan kuliah. d. Singkatan gabungan kata yang terdiri atas dua huruf (lazim digunakan dalam surat-menyurat) masing-masing diikuti oleh tanda titik. Misalnya: a.n. atas nama d.a. dengan alamat u.b. untuk beliau u.p. untuk perhatian e. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda dengan titik. Misalnya: Cu kuprum cm sentimeter kg kilogram kVA kilovolt ampere l liter Rp rupiah TNT Trinitrotoluene 2. Akronim ialah singkatan dari dua kata atau lebih yang diperlakukan sebagai sebuah kata. a. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal unsur-unsur nama diri ditulis seluruhnya dengan huruf kapital tanpa tanda titik.

Misalnya: LIPI Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LAN Lembaga Administrasi Negara PASI Persatuan Atletik Seluruh Indonesia SIM surat izin mengemudi b. Akronim nama diri yang berupa singkatan dari beberapa unsur ditulis dengan huruf awal kapital. Misalnya: Bulog Badan Urusan Logistik Bappenas Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Iwapi Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia Kowani Kongres Wanita Indonesia c. Akronim bukan nama diri yang berupa singkatan dari dua kata atau lebih ditulis dengan huruf kecil. Misalnya: pemilu pemilihan umum iptek ilmu pengetahuan dan teknologi rapim rapat pimpinan rudal peluru kendali tilang bukti pelanggaran radar radio detecting and ranging Catatan: Jika pembentukan akronim dianggap perlu, hendaknya diperhatikan syaratsyarat berikut. (1) Jumlah suku kata akronim tidak melebihi jumlah suku kata yang lazim pada kata Indonesia (tidak lebih dari tiga suku kata). (2) Akronim dibentuk dengan mengindahkan keserasian kombinasi vokal dan konsonan yang sesuai dengan pola kata bahasa Indonesia yang lazim agar mudah diucapkan dan diingat. I. Angka dan Bilangan Bilangan dapat dinyatakan dengan angka atau kata. Angka dipakai sebagai lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi. Angka Arab : 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9 Angka : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M Romawi (1.000), V (5.000), M (1.000.000) 1. Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf, kecuali jika bilangan itu dipakai secara berurutan seperti dalam perincian atau paparan. Misalnya: Mereka menonton drama itu sampai tiga kali.

Koleksi perpustakaan itu mencapai dua juta buku. Di antara 72 anggota yang hadir 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju, dan 5 orang tidak memberikan suara. Kendaraan yang dipesan untuk angkutan umum terdiri atas 50 bus, 100 minibus, dan 250 sedan. 2. Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf, jika lebih dari dua kata, susunan kalimat diubah agar bilangan yang tidak dapat ditulis dengan huruf itu tidak ada pada awal kalimat. Misalnya: Lima puluh siswa kelas 6 lulus ujian. Panitia mengundang 250 orang peserta. Bukan: 250 orang peserta diundang Panitia dalam seminar itu. 3. Angka yang menunjukkan bilangan utuh besar dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca. Misalnya: Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 550 miliar rupiah. Dia mendapatkan bantuan Rp250 juta rupiah untuk mengembangkan usahanya. Proyek pemberdayaan ekonomi rakyat itu memerlukan biaya Rp10 triliun. 4. Angka digunakan untuk menyatakan (a) ukuran panjang, berat, luas, dan isi; (b) satuan waktu; (c) nilai uang; dan (d) jumlah. Misalnya: 0,5 sentimeter tahun 1928 5 kilogram 17 Agustus 1945 4 meter persegi 1 jam 20 menit 10 liter pukul 15.00 Rp5.000,00 10 persen US$3,50* 27 orang 5,10* 100 2.000 rupiah Catatan: (1) Tanda titik pada contoh bertanda bintang (*) merupakan tanda desimal. (2) Penulisan lambang mata uang, seperti Rp, US$, , dan tidak diakhiri dengan tanda titik dan tidak ada spasi antara lambang itu dan angka yang mengikutinya, kecuali di dalam tabel. 5. Angka digunakan untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar. Misalnya: Jalan Tanah Abang I No. 15

Jalan Wijaya No. 14 Apartemen No. 5 Hotel Mahameru, Kamar 169 6. Angka digunakan untuk menomori bagian karangan atau ayat kitab suci. Misalnya: Bab X, Pasal 5, halaman 252 Surah Yasin: 9 Markus 2: 3 7. Penulisan bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut. a. Bilangan utuh Misalnya: dua belas (12) tiga puluh (30) lima ribu (5000) b. Bilangan pecahan Misalnya: setengah (1/2) seperenam belas (1/16) tiga perempat (3/4) dua persepuluh (0,2) atau (2/10) tiga dua pertiga (3 2/3) satu persen (1%) satu permil (1) Catatan: (1) Pada penulisan bilangan pecahan dengan mesin tik, spasi digunakan di antara bilangan utuh dan bilangan pecahan. (2) Tanda hubung dapat digunakan dalam penulisan lambang bilangan dengan huruf yang dapat menimbulkan salah pengertian. Misalnya: 20 2/3 (dua puluh dua-pertiga) 22 30 / (dua-puluh-dua pertiga puluh) 15 20 /17 (dua puluh lima-belas pertujuh belas) 150 2/3 (seratus lima puluh dua-pertiga) 152 /3 (seratus-lima-puluh-dua pertiga) 8. Penulisan bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut. Misalnya: a. pada awal abad XX (angka Romawi kapital) dalam kehidupan pada abad ke-20 ini (huruf dan angka Arab pada awal abad kedua puluh (huruf) b. kantor di tingkat II gedung itu (angka Romawi)

di tingkat ke-2 gedung itu (huruf dan angka Arab) di tingkat kedua gedung itu (huruf) 9. Penulisan bilangan yang mendapat akhiran an mengikuti cara berikut. (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab III, Huruf E, Butir 5). Misalnya: lima lembar uang 1.000-an (lima lembar uang seribuan) tahun 1950-an (tahun seribu sembilan ratus lima puluhan) uang 5.000-an (uang lima-ribuan) 10. Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks (kecuali di dalam dokumen resmi, seperti akta dan kuitansi). Misalnya: Di lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah. Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai. Rumah itu dijual dengan harga Rp125.000.000,00. 11. Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat. Misalnya: Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp900.500,50 (sembilan ratus ribu lima ratus rupiah lima puluh sen). Bukti pembelian barang seharga Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) ke atas harus dilampirkan pada laporan pertanggungjawaban. Dia membeli uang dolar Amerika Serikat sebanyak $5,000.00 (lima ribu dolar). Catatan: (1) Angka Romawi tidak digunakan untuk menyatakan jumlah. (2) Angka Romawi digunakan untuk menyatakan penomoran bab (dalam terbitan atau produk perundang-undangan) dan nomor jalan. (3) Angka Romawi kecil digunakan untuk penomoran halaman sebelum Bab I dalam naskah dan buku. J. Kata Ganti ku-, kau-, -ku, -mu, dan -nya Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; -ku, -mu, dan -nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya: Buku ini boleh kau baca. Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan. Rumahnya sedang diperbaiki. Catatan: Kata kata ganti itu (-ku, -mu, dan -nya) dirangkaikan dengan tanda hubung apabila digabung dengan bentuk yang berupa singkatan atau kata yang diawali dengan huruf kapital.

Misalnya: KTP-mu SIM-nya STNK-ku K. Kata si dan sang Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Misalnya: Surat itu dikembalikan kepada si pengirim. Toko itu memberikan hadiah kepada si pembeli. Ibu itu membelikan sang suami sebuah laptop. Siti mematuhi nasihat sang kakak. Catatan: Huruf awal si dan sang ditulis dengan huruf kapital jika kata-kata itu diperlakukan sebagai unsur nama diri. Misalnya: Harimau itu marah sekali kepada Sang Kancil. Dalam cerita itu Si Buta dari Goa Hantu berkelahi dengan musuhnya.

III. PEMAKAIAN TANDA BACA A. Tanda Titik (.) 1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan. Misalnya: Ayahku tinggal di Solo. Biarlah mereka duduk di sana. Dia menanyakan siapa yang akan datang. Catatan: Tanda titik tidak digunakan pada akhir kalimat yang unsur akhirnya sudah bertanda titik. (Lihat juga Bab III, Huruf I.) Misalnya: Buku itu disusun oleh Drs. Sudjatmiko, M.A. Dia memerlukan meja, kursi, dsb. Dia mengatakan, "kaki saya sakit." 2. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar. Misalnya: a. III. Departemen Pendidikan Nasional A. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi B. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 1. Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini 2. ... b. 1. Patokan Umum 1.1 Isi Karangan 1.2 Ilustrasi 1.2.1 Gambar Tangan 1.2.2 Tabel 1.2.3 Grafik 2. Patokan Khusus 2.1 ... 2.2 ... Catatan: Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan atau ikhtisar jika angka atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam deretan angka atau huruf. 3. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu. Misalnya: pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik atau pukul 1, 35 menit, 20 detik)

Catatan: Penulisan waktu dengan angka dapat mengikuti salah satu cara berikut. (1) Penulisan waktu dengan angka dalam sistem 12 dapat dilengkapi dengan keterangan pagi, siang, sore, atau malam. Misalnya: pukul 9.00 pagi pukul 11.00 siang pukul 5.00 sore pukul 8.00 malam (2) Penulisan waktu dengan angka dalam sistem 24 tidak memerlukan keterangan pagi, siang, atau malam. Misalnya: pukul 00.45 pukul 07.30 pukul 11.00 pukul 17.00 pukul 22.00 4. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka waktu. Misalnya: 1.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik) 0.20.30 jam (20 menit, 30 detik) 0.0.30 jam (30 detik) 5. Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit. Misalnya: Alwi, Hasan, Soenjono Dardjowidjojo, Hans Lapoliwa, dan Anton Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltevreden: Balai Poestaka. Catatan: Urutan informasi mengenai daftar pustaka tergantung pada lembaga yang bersangkutan. 6. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang menunjukkan jumlah. Misalnya: Desa itu berpenduduk 24.200 orang. Siswa yang lulus masuk perguruan tinggi negeri 12.000 orang. Penduduk Jakarta lebih dari 11.000.000 orang. Catatan: (1) Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah. Misalnya: Dia lahir pada tahun 1956 di Bandung. Lihat halaman 2345 dan seterusnya.

Nomor gironya 5645678. (2) Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya. Misalnya: Acara Kunjungan Menteri Pendidikan Nasional Bentuk dan Kedaulatan (Bab I UUD 1945) Salah Asuhan (3) Tanda titik tidak dipakai di belakang (a) nama dan alamat penerima surat, (b) nama dan alamat pengirim surat, dan (c) di belakang tanggal surat. Misalnya: Yth. Kepala Kantor Penempatan Tenaga Jalan Cikini 71 Jakarta Yth. Sdr. Moh. Hasan Jalan Arif Rahmad 43 Palembang Adinda Jalan Diponegoro 82 Jakarta 21 April 2008 (4) Pemisahan bilangan ribuan atau kelipatannya dan desimal dilakukan sebagai berikut. Rp200.250,75 $ 50,000.50 8.750 m 8,750 m 7. Tanda titik dipakai pada penulisan singkatan (Lihat Bab II, Huruf H.)

B. Tanda Koma (,) 1. Tanda koma dipakai di antara unsur unsur dalam suatu perincian atau pembilangan. Misalnya: Saya membeli kertas, pena, dan tinta. Surat biasa, surat kilat, ataupun surat kilat khusus memerlukan prangko. Satu, dua, ... tiga! 2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului dengan kata seperti tetapi, melainkan, sedangkan, dan kecuali. Misalnya: Saya akan membeli buku-buku puisi, tetapi kau yang memilihnya. Ini bukan buku saya, melainkan buku ayah saya.

Dia senang membaca cerita pendek, sedangkan adiknya suka membaca puisi Semua mahasiswa harus hadir, kecuali yang tinggal di luar kota. 3. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya. Misalnya: Kalau ada undangan, saya akan datang. Karena tidak congkak, dia mempunyai banyak teman. Agar memiliki wawasan yang luas, kita harus banyak membaca buku. Catatan: Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya. Misalnya: Saya akan datang kalau ada undangan. Dia mempunyai banyak teman karena tidak congkak. Kita harus membaca banyak buku agar memiliki wawasan yang luas. 4. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun begitu. Misalnya: Anak itu rajin dan pandai. Oleh karena itu, dia memperoleh beasiswa belajar di luar negeri. Anak itu memang rajin membaca sejak kecil. Jadi, wajar kalau dia menjadi bintang pelajar Meskipun begitu, dia tidak pernah berlaku sombong kepada siapapun. Catatan: Ungkapan penghubung antarkalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun begitu, tidak dipakai pada awal paragraf. 5. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seru, seperti o, ya, wah, aduh, dan kasihan, atau kata-kata yang digunakan sebagai sapaan, seperti Bu, Dik, atau Mas dari kata lain yang terdapat di dalam kalimat. Misalnya: O, begitu? Wah, bukan main! Hati hati, ya, jalannya licin. Mas, kapan pulang? Mengapa kamu diam, Dik? Kue ini enak, Bu. 6. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat. (Lihat juga pemakaian tanda petik, Bab III, Huruf J dan K.)

Misalnya: Kata Ibu, "Saya gembira sekali." "Saya gembira sekali," kata Ibu, "karena lulus ujian." 7. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru. Misalnya: "Di mana Saudara tinggal?" tanya Pak Guru. "Masuk ke kelas sekarang!" perintahnya. 8. Tanda koma dipakai di antara (a) nama dan alamat, (b) bagian bagian alamat, (c) tempat dan tanggal, serta (d) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan. Misalnya: Sdr. Abdullah, Jalan Pisang Batu 1, Bogor Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Salemba Raya 6, Jakarta Surabaya, 10 Mei 1960 Tokyo, Jepang. 9. Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka. Misalnya: Gunawan, Ilham. 1984. Kamus Politik Internasional. Jakarta: Restu Agung. Halim, Amran (Ed.) 1976. Politik Bahasa Nasional. Jilid 1. Jakarta: Pusat Bahasa. Junus, H. Mahmud. 1973. Kamus Arab-Indonesia. Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penerjemah/Penafsir Alquran Sugono, Dendy. 2009. Mahir Berbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama 10. Tanda koma dipakai di antara bagian bagian dalam catatan kaki atau catatan akhir. Misalnya: Alisjahbana, S. Takdir, Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia. Jilid 2 (Jakarta: Pustaka Rakyat, 1950), hlm. 25. Hilman, Hadikusuma, Ensiklopedi Hukum Adat dan Adat Budaya Indonesia (Bandung: Alumni, 1977), hlm. 12. Poerwadarminta, W.J.S. Bahasa Indonesia untuk Karang-mengarang (Jogjakarta: UP Indonesia, 1967), hlm. 4. 11. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga. Misalnya: B. Ratulangi, S.E. Ny. Khadijah, M.A. Bambang Irawan, S.H. Siti Aminah, S.E., M.M.

Catatan: Bandingkan Siti Khadijah, M.A. dengan Siti Khadijah M.A. (Siti Khadijah Mas Agung). 12. Tanda koma dipakai di muka angka desimal atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka. Misalnya: 12,5 m 27,3 kg Rp500,50 Rp750,00 Catatan: Bandingkan dengan penggunaan tanda titik yang dimulai dengan angka desimal atau di antara dolar dan sen. 13. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi. (Lihat juga pemakaian tanda pisah, Bab III, Huruf F.) Misalnya: Guru saya, Pak Ahmad, pandai sekali. Di daerah kami, misalnya, masih banyak orang laki-laki yang makan sirih. Semua siswa, baik laki-laki maupun perempuan, mengikuti latihan paduan suara. Catatan: Bandingkan dengan keterangan pewatas yang pemakaiannya tidak diapit dengan tanda koma. Misalnya: Semua siswa yang lulus ujian akan mendapat ijazah. 14. Tanda koma dapat dipakaiuntuk menghindari salah baca/salah pengertiandi belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat. Misalnya: Dalam pengembangan bahasa, kita dapat memanfaatkan bahasa-bahasa di kawasan nusantara ini. Atas perhatian Saudara, kami ucapan terima kasih. Bandingkan dengan: Kita dapat memanfaatkan bahasa-bahasa di kawasan nusantara ini dalam pengembangan kosakata. Kami ucapkan terima kasih atas perhatian Saudara.

C. Tanda Titik Koma (;) 1. Tanda titik koma dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk setara. Misalnya: Hari sudah malam; anak anak masih membaca buku buku yang baru dibeli

ayahnya. Ayah mengurus tanaman di kebun; Ibu menulis makalah di ruang kerjanya; Adik membaca di teras depan; saya sendiri asyik memetik gitar menyanyikan puisi-puisi penyair kesayanganku. 2. Tanda titik koma digunakan untuk mengakhiri pernyataan perincian dalam kalimat yang berupa frasa atau kelompok kata. Dalam hubungan itu, sebelum perincian terakhir tidak perlu digunakan kata dan. Misalnya: Syarat syarat penerimaan pegawai negeri sipil di lembaga ini: (1) berkewarganegaraan Indonesia; (2) berijazah sarjana S1 sekurang-kurangnya; (3) berbadan sehat; (4) bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. 3. Tanda titik koma digunakan untuk memisahkan dua kalimat setara atau lebih apabila unsur-unsur setiap bagian itu dipisah oleh tanda baca dan kata hubung. Misalnya: Ibu membeli buku, pensil, dan tinta; baju, celana, dan kaos; pisang, apel, dan jeruk. Agenda rapat ini meliputi pemilihan ketua, sekretaris, dan bendahara; penyusunan anggaran dasar, anggaran rumah tangga, dan program kerja; pendataan anggota, dokumentasi, dan aset organisasi. D. Tanda Titik Dua (:) 1. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti rangkaian atau pemerian. Misalnya: Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari. Hanya ada dua pilihan bagi para pejuang kemerdekaan: hidup atau mati. Catatan: Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan. Misalnya: Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari. Fakultas itu mempunyai Jurusan Ekonomi Umum dan Jurusan Ekonomi Perusahaan. 2. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian. Misalnya: a. Ketua : Ahmad Wijaya Sekretaris : Siti Aryani Bendahara : Aulia Arimbi b. Tempat : Ruang Sidang Nusantara

Pembawa Acara Hari, tanggal Waktu

: Bambang S. : Selasa, 28 Oktober 2008 : 09.0010.30

3. Tanda titik dua dapat dipakai dalam naskah drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan. Misalnya: Ibu : "Bawa kopor ini, Nak!" Amir : "Baik, Bu." Ibu : "Jangan lupa. Letakkan baik baik!" 4. Tanda titik dua dipakai di antara (a) jilid atau nomor dan halaman, (b) bab dan ayat dalam kitab suci, (c) judul dan anak judul suatu karangan, serta (d) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan. Misalnya: Horison, XLIII, No. 8/2008: 8 Surah Yasin: 9 Dari Pemburu ke Terapeutik: Antologi Cerpen Nusantara Pedoman Umum Pembentukan Istilah Edisi Ketiga. Jakarta: Pusat Bahasa E. Tanda Hubung (-) 1. Tanda hubung menyambung suku-suku kata yang terpisah oleh pergantian baris. Misalnya: Di samping cara lama diterapkan juga cara baru .... Sebagaimana kata peribahasa, tak ada gading yang takretak. 2. Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata yang mengikutinya atau akhiran dengan bagian kata yang mendahuluinya pada pergantian baris. Misalnya: Kini ada cara yang baru untuk mengukur panas. Kukuran baru ini memudahkan kita mengukur kelapa. Senjata ini merupakan sarana pertahanan yang canggih. 3. Tanda hubung digunakan untuk menyambung unsur-unsur kata ulang. Misalnya: anak-anak berulang-ulang kemerah-merahan

4. Tanda hubung digunakan untuk menyambung bagian-bagian tanggal dan huruf dalam kata yang dieja satu-satu. Misalnya: 8-4-2008 p-a-n-i-t-i-a 5. Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas (a) hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan dan (b) penghilangan bagian frasa atau kelompok kata. Misalnya: ber-evolusi dua-puluh ribuan (20 x 1.000) tanggung-jawab-dan-kesetiakawanan sosial (tanggung jawab sosial dan kesetiakawanan sosial) Karyawan boleh mengajak anak-istri ke acara pertemuan besok. Bandingkan dengan: be-revolusi dua-puluh-ribuan (1 x 20.000) tanggung jawab dan kesetiakawanan social 6. Tanda hubung dipakai untuk merangkai: a. se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital, b. ke- dengan angka, c. angka dengan -an, d. kata atau imbuhan dengan singkatan berhuruf kapital, e. kata ganti yang berbentuk imbuhan, dan f. gabungan kata yang merupakan kesatuan. Misalnya: se-Indonesia peringkat ke-2 tahun 1950-an hari-H sinar-X mem-PHK-kan ciptaan-Nya atas rahmat-Mu Bandara Sukarno-Hatta alat pandang-dengar 7. Tanda hubung dipakai untuk merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing. Misalnya: di-smash di-mark-up pen-tackle-an

F. Tanda Pisah () 1. Tanda pisah dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun utama kalimat. Misalnya: Kemerdekaan ituhak segala bangsaharus dipertahankan. Keberhasilan itusaya yakindapat dicapai kalau kita mau berusaha keras. 2. Tanda pisah dipakai untuk menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas. Misalnya: Rangkaian temuan inievolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atomtelah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta. Gerakan Pengutamaan Bahasa Indonesiaamanat Sumpah Pemudaharus terus ditingkatkan. 3. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat dengan arti 'sampai dengan' atau 'sampai ke'. Misalnya: Tahun 19282008 Tanggal 510 April 2008 JakartaBandung Catatan: (1) Tanda pisah tunggal dapat digunakan untuk memisahkan keterangan tambahan pada akhir kalimat. Misalnya: Kita memerlukan alat tulispena, pensil, dan kertas. (Bandingkan dengan Bab III, Huruf D, kaidah 1.) (2) Dalam pengetikan, tanda pisah dinyatakan dengan dua buah tanda hubung tanpa spasi sebelum dan sesudahnya. G. Tanda Tanya (?) 1. Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya. Misalnya: Kapan dia berangkat? Saudara tahu, bukan? 2. Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya. Misalnya: Dia dilahirkan pada tahun 1963 (?). Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.

H. Tanda Seru (!) Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun emosi yang kuat. Misalnya: Alangkah indahnya taman laut ini! Bersihkan kamar itu sekarang juga! Sampai hati benar dia meninggalkan istrinya! Merdeka! I. Tanda Elipsis (...) 1. Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus. Misalnya: Kalau begitu ..., marilah kita laksanakan. Jika Saudara setuju dengan harga itu ..., pembayarannya akan segera kami lakukan. 2. Tanda elipsis dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan. Misalnya: Sebab-sebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut. Pengetahuan dan pengalaman kita ... masih sangat terbatas. Catatan: (1) Tanda elipsis itu didahului dan diikuti dengan spasi. (2) Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai 4 tanda titik: 3 tanda titik untuk menandai penghilangan teks dan 1 tanda titik untuk menandai akhir kalimat. (3) Tanda elipsis pada akhir kalimat tidak diikuti dengan spasi. Misalnya: Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan dengan cermat .... J. Tanda Petik (" ") 1. Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain. Misalnya: Pasal 36 UUD 1945 menyatakan, "Bahasa negara ialah bahasa Indonesia. " Ibu berkata, "Paman berangkat besok pagi. " "Saya belum siap," kata dia, "tunggu sebentar!"

2. Tanda petik dipakai untuk mengapit judul puisi, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.

Misalnya: Sajak "Pahlawanku" terdapat pada halaman 5 buku itu. Saya sedang membaca "Peningkatan Mutu Daya Ungkap Bahasa Indonesia" dalam buku Bahasa Indonesia Menuju Masyarakat Madani. Bacalah "Penggunaan Tanda Baca" dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. "Makalah "Pembentukan Insan Cerdas Kompetitif" menarik perhatian peserta seminar.

3. Tanda petik dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus. Misalnya: Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara "coba dan ralat" saja. Dia bercelana panjang yang di kalangan remaja dikenal dengan nama "cutbrai". Catatan: (1) Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung. Misalnya: Kata dia, "Saya juga minta satu." Dia bertanya, "Apakah saya boleh ikut?" (2) Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat. Misalnya: Bang Komar sering disebut "pahlawan"; ia sendiri tidak tahu sebabnya. Karena warna kulitnya, dia mendapat julukan "Si Hitam". (3) Tanda petik pembuka dan tanda petik penutup pada pasangan tanda petik itu ditulis sama tinggi di sebelah atas baris. (4) Tanda petik (") dapat digunakan sebagai pengganti idem atau sda. (sama dengan di atas) atau kelompok kata di atasnya dalam penyajian yang berbentuk daftar. Misalnya: zaman bukan jaman asas " azas plaza " plasa jadwal " jadual bus " bis K. Tanda Petik Tunggal (' ') 1. Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit petikan yang terdapat di dalam petikan lain.

Misalnya: Tanya dia, "Kaudengar bunyi 'kring kring' tadi?" "Waktu kubuka pintu depan, kudengar teriak anakku, 'Ibu, Bapak pulang', dan rasa letihku lenyap seketika," ujar Pak Hamdan. 2. Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna kata atau ungkapan. Misalnya: terpandai 'paling' pandai retina 'dinding mata sebelah dalam' mengambil langkah seribu 'lari pontang panting' 'sombong, angkuh' 3. Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna, kata atau ungkapan bahasa daerah atau bahasa asing (Lihat pemakaian tanda kurung, Bab III, Huruf M) Misalnya: feed-back 'balikan' dress rehearsal 'geladi bersih' tadulako 'panglima' L. Tanda Kurung (( )) 1. Tanda kurung dipakai untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan. Misalnya: Anak itu tidak memiliki KTP (kartu tanda penduduk). Dia tidak membawa SIM (surat izin mengemudi). Catatan: Dalam penulisan didahulukan bentuk lengkap setelah itu bentuk singkatnya. Misalnya: Saya sedang mengurus perpanjangan kartu tanda penduduk (KTP). KTP itu merupakan tanda pengenal dalam berbagai keperluan. 2. Tanda kurung dipakai untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian utama kalimat. Misalnya: Sajak Tranggono yang berjudul "Ubud" (nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962. Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan arus perkembangan baru pasar dalam negeri. 3. Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan. Misalnya: Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain(a). Pejalan kaki itu berasal dari (Kota) Surabaya.

4. Tanda kurung dipakai untuk mengapit angka atau huruf yang memerinci urutan keterangan. Misalnya: Faktor produksi menyangkut masalah (a) bahan baku, (b) biaya produksi, dan (c) tenaga kerja. Dia harus melengkapi berkas lamarannya dengan melampirkan (1) akta kelahiran, (2) ijazah terakhir, dan (3) surat keterangan kesehatan. Catatan: Tanda kurung tunggal dapat dipakai untuk mengiringi angka atau huruf yang menyatakan perincian yang disusun ke bawah. Misalnya: Kemarin kakak saya membeli 1) buku, 2) pensil, dan 3) tas sekolah. Dia senang dengan mata pelajaran a) fisika, b) biologi, dan c) kimia. M. Tanda Kurung Siku ([ ]) 1. Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli. Misalnya: Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik. Ia memberikan uang [kepada] anaknya. Ulang tahun [hari kemerdekaan] Republik Indonesia jatuh pada hari Selasa. 2. Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung. Misalnya: Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman 3538]) perlu dibentangkan di sini. N. Tanda Garis Miring (/) 1. Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat, nomor pada alamat, dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim atau tahun ajaran. Misalnya: No. 7/PK/2008 Jalan Kramat III/10 tahun ajaran 2008/2009

2. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap, dan ataupun. Misalnya: dikirimkan lewat darat/laut 'dikirimkan lewat darat atau lewat laut' harganya Rp1.500,00/lembar 'harganya Rp1.500,00 tiap lembar' tindakan penipuan dan/atau 'tindakan penipuan dan penganiayaan, penganiayaan tindakan penipuan, atau tindakan penganiayaan' Catatan: Tanda garis miring ganda (//) dapat digunakan untuk membatasi penggalanpenggalan dalam kalimat untuk memudahkan pembacaan naskah. O. Tanda Penyingkat atau Apostrof (') Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun. Dia 'kan sudah kusurati. ('kan = bukan) Malam 'lah tiba. ('lah = telah) 1 Januari '08 ('08 = 1988)

IV. PENULISAN UNSUR SERAPAN Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari pelbagai bahasa, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing, seperti Sanskerta, Arab, Portugis, Belanda, Cina, dan Inggris. Berdasarkan taraf integrasinya, unsur serapan dalam bahasa Indonesia dapat dibagi menjadi dua kelompok besar. Pertama, unsur asing yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti reshuffle, shuttle cock, dan de l'homme par l'homme. Unsur-unsur itu dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi cara pengucapan dan penulisannya masih mengikuti cara asing. Kedua, unsur asing yang penulisan dan pengucapannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal itu, diusahakan ejaannya disesuaikan dengan Pedoman Umum Pembentukan Istilah Edisi Ketiga agar bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya. Kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan itu adalah sebagai berikut. a (ain Arab dengan a) menjadi 'a 'asr sa'ah manfa'ah asar saat manfaat

' (ain Arab) di akhir suku kata menjadi k ra'yah ma'na ruku' aa (Belanda) menjadi a paal baal octaaf pal bal oktaf rakyat makna rukuk

ae tetap ae jika tidak bervariasi dengan e aerobe aerodinamics aerob aerodinamika

ae, jika bervariasi dengan e, menjadi e haemoglobin haematite ai tetap ai trailer trailer hemoglobin hematit

caisson au tetap au audiogram autotroph tautomer hydraulic caustic

kaison

audiogram autotrof tautomer hidraulik kaustik

c di muka a, u, o, dan konsonan menjadi k calomel construction cubic coup classification crystal kalomel konstruksi kubik kup klasifikasi kristal

c di muka e, i, oe, dan y menjadi s central cent cybernetics circulation cylinder coelom sentral sen sibernetika sirkulasi silinder selom

cc di muka o, u, dan konsonan menjadi k accomodation acculturation acclimatization accumulation acclamation cc di muka e dan i menjadi ks accent accessory vaccine aksen aksesori vaksin akomodasi akulturasi aklimatisasi akumulasi aklamasi

cch dan ch di muka a, o, dan konsonan menjadi k

saccharin charisma cholera chromosome technique

sakarin karisma kolera kromosom teknik

ch yang lafalnya s atau sy menjadi s echelon machine ch yang lafalnya c menjadi c chip voucher China ck menjadi k check ticket (Sanskerta) menjadi s abda astra d (Arab) menjadi d darurat fardu hadir e tetap e effect description synthesis ea tetap ea idealist habeas idealis habeas efek deskripsi sintesis darurat fardu hadir sabda sastra cek tiket cip vocer Cina eselon mesin

ee (Belanda) menjadi e stratosfeer systeem ei tetap ei eicosane eidetic einsteinium eo tetap eo stereo geometry zeolite eu tetap eu neutron eugenol europium f (Arab) menjadi f faqr mafhum saf f tetap f fanatic factor fossil gh menjadi g sorghum gue menjadi ge igue gigue h (Arab) menjadi h ige gige sorgum fanatik faktor fosil fakir mafhum saf neutron eugenol europium stereo geometri zeolit eikosan eidetik einsteinium stratosfer sistem

hakim tahmid ruh

hakim tahmid roh

i pada awal suku kata di muka vokal tetap i iambus ion iota iambus ion iota

ie (Belanda) menjadi i jika lafalnya i politiek riem ie tetap ie jika lafalnya bukan i variety patient efficient kh (Arab) tetap kh khusus akhir ng tetap ng contingent congres linguistics oe (oi Yunani) menjadi e oestrogen oenology foetus oo (Belanda) menjadi o komfoor provoost oo (Inggris) menjadi u kompor provos estrogen enologi fetus kontingen kongres linguistik khusus akhir varietas pasien efisien politik rim

cartoon proof pool oo (vokal ganda) tetap oo zoology coordination ou menjadi u jika lafalnya u gouverneur coupon contour ph menjadi f phase physiology spectograph ps tetap ps pseudo psychiatry psychic psychosomatic pt tetap pt pterosaur pteridology ptyalin q menjadi k aquarium frequency equator q (Arab) menjadi k qalbu haqiqah

kartun pruf pul

zoologi koordinasi

gubernur kupon kontur

fase fisiologi spektograf

pseudo psikiatri psikis psikosomatik

pterosaur pteridologi ptialin

akuarium frekuensi ekuator

kalbu hakikah

haqq rh menjadi r rhapsody rhombus rhythm rhetoric s (Arab) menjadi s salj asiri hadis s (Arab) menjadi s subh musibah khusus

hak

rapsodi rombus ritme retorika

salju asiri hadis

subuh musibah khusus

sc di muka a, o, u, dan konsonan menjadi sk scandium scotopia scutella sclerosis scriptie skandium skotopia skutela sklerosis skripsi

sc di muka e, i, dan y menjadi s scenography scintillation scyphistoma sch di muka vokal menjadi sk schema schizophrenia scholasticism skema skizofrenia skolastisisme senografi sintilasi sifistoma

t di muka i menjadi s jika lafalnya s ratio rasio

actie patient t (Arab) menjadi t ta'ah mutlaq Lut th menjadi t theocracy orthography thiopental thrombosis methode (Belanda) u tetap u unit nucleolus structure institute ua tetap ua dualisme aquarium ue tetap ue suede duet ui tetap ui equinox conduite uo tetap uo fluorescein quorum quota

aksi pasien

taat mutlak Lut

teokrasi ortografi tiopental trombosis metode

unit nukleolus struktur institut

dualisme akuarium

sued duet

ekuinoks konduite

fluoresein kuorum kuota

uu menjadi u prematuur vacuum v tetap v vitamin television cavalry w (Arab) tetap w jadwal marwa taqwa x pada awal kata tetap x xanthate xenon xylophone x pada posisi lain menjadi ks executive taxi exudation latex xc di muka e dan i menjadi ks exception excess excision excitation eksepsi ekses eksisi eksitasi eksekutif taksi eksudasi lateks xantat xenon xilofon jadwal marwa takwa vitamin televisi kavaleri prematur vakum

xc di muka a, o, u, dan konsonan menjadi ksk excavation excommunication excursive exclusive ekskavasi ekskomunikasi ekskursif eksklusif

y tetap y jika lafalnya y yakitori yangonin yen yuan y menjadi i jika lafalnya i yttrium dynamo propyl psychology z tetap z zenith zirconium zodiac zygote z (Arab) menjadi z zalim hafiz zalim hafiz zenit zirkonium zodiak zigot itrium dinamo propil psikologi yakitori yangonin yen yuan

Konsonan ganda menjadi tunggal, kecuali kalau dapat membingungkan. Misalnya: gabbro accu effect commission ferrum salfeggio ummat tammat Tetapi: mass massa gabro aki efek komisi ferum salfegio umat tamat

Catatan: 1. Unsur serapan yang sudah lazim dieja sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia tidak perlu lagi diubah. Misalnya: bengkel, kabar, nalar, paham, perlu, sirsak 2. Sekalipun dalam ejaan yang disempurnakan huruf q dan x diterima sebagai bagian abjad bahasa Indonesia, unsur yang mengandung kedua huruf itu diindonesiakan menurut kaidah yang dipaparkan di atas. Kedua huruf itu dipergunakan dalam penggunaan tertentu saja, seperti dalam pembedaan nama dan istilah khusus. Di samping pegangan untuk penulisan unsur serapan tersebut di atas, di bawah ini didaftarkan juga akhiran-akhiran asing serta penyesuaiannya dalam bahasa Indonesia. Akhiran itu diserap sebagai bagian kata yang utuh. Kata seperti standardisasi, efektif, dan implementasi diserap secara utuh di samping kata standar, efek, dan implemen. -aat (Belanda) menjadi -at advocaat advokat -age menjadi -ase percentage etalage persentase etalase

-al (Inggris), -eel (Belanda), -aal (Belanda) menjadi -al structural, structureel struktural formal, formeel formal normal, normaal normal -ant menjadi -an accountant informant -archy, -archie (Belanda) menjadi -arki anarchy, anarchie oligarchy, oligarchie -ary, -air (Belanda) menjadi -er complementary, complementair primary, primair secondary, secundair akuntan informan anarki oligarki komplementer primer sekunder

-(a)tion, -(a)tie (Belanda) menjadi -asi, -si action, actie aksi publication, publicatie publikasi -eel (Belanda) menjadi -el ideel materieel ideel materiel

moreel -ein tetap -ein casein protein -i (Arab) tetap -i haqiqi insani jasmani

morel kasein protein hakiki insani jasmani

-ic, -ics, -ique, -iek, -ica (Belanda) menjadi -ik, -ika logic, logica logika phonetics, phonetiek fonetik physics, physica fisika dialectics, dialektica dialektika technique, techniek teknik -ic, -isch (adjektiva Belanda) menjadi -ik electronic, elektronisch mechanic, mechanisch ballistic, ballistisch -ical, -isch (Belanda) menjadi -is economical, economisch practical, practisch logical, logisch -ile, -iel menjadi -il percentile, percentiel mobile, mobiel -ism, -isme (Belanda) menjadi -isme modernism, modernisme communism, communisme -ist menjadi -is publicist egoist -ive, -ief (Belanda) menjadi -if descriptive, descriptief demonstrative, demonstratief -iyyah, -iyyat (Arab) menjadi -iah alamiyyah aliyyah ilmiyyah -logue menjadi -log catalogue persentil mobil modernisme komunisme publisis egois deskriptif demonstratif alamiah aliah ilmiah catalog elektronik mekanik balistik ekonomis praktis logis

dialogue -logy, -logie (Belanda) menjadi -logi technology, technologie physiology, physiologie analogy, analogie -loog (Belanda) menjadi -log analoog epiloog -oid, -oide (Belanda) menjadi -oid hominoid, hominoide anthropoid, anthropoide -oir(e) menjadi -oar trotoir repertoire -or, -eur (Belanda) menjadi -ur, -ir director, directeur inspector, inspecteur amateur formateur -or tetap -or dictator corrector -ty, -teit (Belanda) menjadi -tas university, universiteit quality, kwaliteit -ure, -uur (Belanda) menjadi -ur structure, struktuur premature, prematuur

dialog teknologi fisiologi analogi analog epilog hominoid antropoid trotoar repertoar direktur inspektur amatir formatur diktator korektor universitas kualitas struktur prematur

MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, TTD BAMBANG SUDIBYO Salinan sesuai dengan aslinya Biro Hukum dan Organisasi Departemen Pendidikan Nasional, Kepala Biro Hukum dan Organisasi, Dr. Andi Pangerang Moenta, S.H., M.H., DFM. NIP 196108281987031003

V.

Pedoman Umum Pembentukan Istilah

PEDOMAN UMUM PEMBENTUKAN ISTILAH

Edisi Ketiga Cetakan Keempat

PUSAT BAHASA DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 2007

KATA PENGANTAR EDISI KETIGA Sejak dikumandangkan sebagai bahasa persatuan bangsa Indonesia, penggunaan bahasa Indonesia makin luas ke berbagai bidang kehidupan, bahkan berpeluang menjadi bahasa ilmu pengetahuan. Peluang itu makin nyata setelah bahasa Indonesia diangkat sebagai bahasa Negara (UUD 1945, Pasal 36) yang menepatkan bahasa itu sebagai bahasa resmi dalam penyelenggaraan pemerintahan dan bahasa pengantar pendidikan serta bahasa dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk itulah, diprlukan pengembangan perisfilahan bahasa Indonesia dalam berbagai bidang ilmu, terutama untuk kepentingan pendidikan anak-anak bangsa. Kekayaan peristilahan suatu bahasa dapat menjadi indikasi kemajuan peradaban bangsa pemilik bahasa itu karena kosakata, termasuk istilah, merupakan sarana pengungkap ilmu dan teknologi serta seni. Sejalan dengn perkembangan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat Indonesia dari waktu ke waktu, perkembangan kosakata/istilah trus menunjukkan kemajuan. Ke majuan itu makin dipacu ketika kerja sama pengembangan bahasa kebangsaan bersama Malaysia diarahkan pada pengembangan perisfilahan. Dalam upaya member panduan dalam pengembangan peristilahan itulah disusun Pedoman Umum Pembentukan Istilah yang pertama terbit tahun 1975. Setelah digunakan sekitar 14 tahun, pedoman itu disempurnakan kembali dan diterbitkan sebagai edisi kedua dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0389/0/1988 tanggal 11 Agustus 1988. Di dalam prakata Pedoman Umum Pembentukan Istilah edisi pertama berdasarkan pada Lembaran UNESCO: ISO/TC 32, International Organization for Standardization, Draft ISO Recommendation, No. 781, l/ocabulary of Terminology. Dalam edisi ini perlu dikemukakan bahwa yang menangani peristilahan internasional bukan ISO/TC 32, melainkan ISO/TC 37. Perubahan tatanan kehidupan dunia yang baru, globalisasi, telah mengubah pola pikir dan perilaku masyarakat. Seluruh sendi kehidupan masyarakat mengalami perubahan, terutama mengarah pada persiapan memasuki tatanan baru tersebut. Penggunaan bahasa asing, terutama bahasa Inggris, memasuki berbagai sendi kehidupan, terutama dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perubahan itu mewarnai perkembangan kosakata/isfilah bahasa Indonesia. Kosakata/istilah bahasa asing masuk ke dalam bahasa Indonesia bersama masuknya ilmu pengetahuan dan teknologi bahkan kebudayaan ke dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Berbagai perubahan itu perlu ditampung dalam proses pengalihan kosakata, khususnya istilah bahasa asing, ke dalam bahasa Indonesia. Untuk itu, pedoman pembentukan istilah yang telah digunakan selama 30 tahun perlu difinjau kembali agar menampung berbagai perubahan tersebut. Dalam merealisasikan peninjauan kernbali oedoman tersebut, pihak Indonesia membentuk tim yang terdiri atas Prof. Dr. Anton M. Moeliono, Prof. Dr. Mien A. Rifai, dan Drs. Fairul Zabadi (sekretaris) dengan penanggung jawab Dr. Dendy Sugono (Kepala Pusat Bahasa) yang bertugas menyiapkan bahan penyempurnaan Pedoman Umum Pembentukan Istilah yang dipaparkan dalam siding ke-15 Pakar Majelis Bahasa Brunei Darussalam-IndonesiaMalaysia (Mabbim) yang diselenggarakan tanggal 10--14 September di Denpasar. Ihwal peninjauan kernbali pedoman tersebut dibahas dalam Sidang ke-41 Mabbim yang diadakn di Makassar pada tanggal 13--15 Maret 2002 dan pihak Mabbim Indonesia diberi kepercayaan untuk melakukan revisi pedoman tersebut. atas dasar itu, pihak Indonesia melanjutkan pembahasan hasil revisi pedoman tersebut dalam rapat-rapat khusus di Pusat Bahasa Jakarta.

hasil revisi pihak Indonesia itu dibahas dalam sidang ke-42 Mabbim di Brunei Darussalam. Pedoman Umum Pembentukan Istilah yang telah dibahas tersebut disempurnakan kernbali oleh pihak Indonesia berdasarkan hasil pembahasan dalam sidang tersebut dan selanjutnya dibahas dalam Musyawarah Sekretariat Mabbim di Jakarta dengan wakil ketiga Negara anggota Mabbim, yaitu Dr. Dendy Sugono, Prof. Dr. Anton M. Moeliono, Prof. Dr. Mien A. Rifai (Indonesia), Prof. Dr. DAto Hajah Asmah Haji Omar (Malaysia), dan Dr. Mataim bin Bakar (Brunei Darussalam). Pembahasan terutama ditekankan pada bagan prosedur pembentukan istilah dan masing-masing negara anggota menyempurnakan pedoman tersebut. hasil penyempurnaan pedoman itu dibahas oleh Kelompok Khusus yang dihadiri oleh wakil keiga negara anggota tersebut dalam Sidang Ke-17 Pakar Mabbim di pulau Langkawi, Malaysia pada tanggal 8--12 September 2003, Indonesia diwakili oleh Prof. Dr. Anton M. Moeliono. Akhirnya, hasil penyempurnaan pedoman tersebut diterima sebagai hasil putusan Sidang Ke-43 Mabbim di Kuala Lumpur, Malaysia pada tanggal 9--11 Maret 2004 untuk diberlakukan di negara anggota Mabbinm dan diterbitkan sesuai dengan gaya dan tata cara penerbitan yang berlaku di Negara masing-masing. Pihak Mabbim Indonesia telah menerbitkan hasil putusan Mabbim tersebut sebagai Pedoman Umum Pembentukan Istilah Edisi Ketiga dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 146/U/2004 dan diluncurkan pada acara pembukaan Sidang Ke-44 Mabbim di Mataram, Indonesia pada tanggal 7 Maret 2005. Untuk itu, kepada anggota tim revisi dan semua pihak yang membantu penyempumaan dan penerbitan pedoman edisi kefiga ini saya menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tulus. Penerbitan Pedoman Umum Pembentukan Istilah ini diharapkan dapat mempercepat laju perkembangan istilaj bahasa Indonesia karena masyarakat dapat menciptakan istilah sendiri berdasarkan tata cara pembentukan istilah yang dimuat dalam buku pedoman ini. Jakarta, 28 Oktober 2005 Dendy Sugono Kepala Pusat Bahasa

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA No. 146/U/2004

TENTANG PENYEMPURNAAN PEDOMAN UMUM PEMBENTUKAN ISTILAH

MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL Menimbang: a. bahwa dengan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional dan Kebudayaan Nomor 0389/U/ 1988 tanggal 11 Agustus 1988 telah ditetapka peresmian berlakunya Pedoman Umum Pembentukan Istilah Edisi Kedua; b. bahwa sebagai akibat perkembangan kehidupan masyarakat, dipandang perlu menetapkan kembali Keputusan Menteri Pendidikan Nasional tentang Penyempumaan Pedoman Umum Pembentukan Istilah; Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301); 2. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 102 Tahun 2000 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Departemen, sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2004; 3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 177 Tahun 2000 tentang Susunan Organisasi dan Tugas Departemen, sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001;

4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 187/M Tahun 2004 mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu. MEMUTUSKAN Menetapkan: Pertama: Menyempumakan Pedoman Umum Pembentukan Istilah, sebagaimana ditetapkan dengn Keputusan Menteri P endidikan dan Kebudayaan Nomor 0389/U/1988, menjadi sebagimana tercantum dalam lampiran keputusan ini. Kedua: Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 12 November 2004

MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL ttd Bambang Sudibyo

PRAKATA EDISI PERTAMA Kerja sama dan komunikasi di antara para ahli dan sarjana di lapangan pengetahuan dan teknologi tambah lama perlu untuk menjamin kemajuan hidup yang dewasa ini dicirikan oleh besarnya pengaruh ilmu dan teknologi di segala kehidupan dan kegiatan manusia. Agar pertukaran informasi memperoleh hasil yang baik, istilah khusus, yang merupakan sendi penting di dalam sistem ilmu pengetahuan, harus mempunyai makna yang sama bagi semua orang yang menggunakannya. Kesepakatan umum tentang makna nama dan istilah khusus serta penggunaannya secara konsisten akan menghasilkan keseragaman suatu kosakata khusus yang memuat konsep, isfilah, dan definisinya yang baku. Pembakuan tata nama dan tata istilah khusus itu akan mempermudah pemahaman bersama dan memperlancar komunikasi ilmiah, baik pada taraf nasional maupun pada taraf intemasional, serta mengurangi kekacauan, kemaknagandaan, dan kesalahpahaman. Di dalam pedoman umum ini, yang berdasar pada lembaran UNESCO: ISO/TC 32, International for Standardization, Draft ISO Recommendation, No. 781, Vocabulary of Terminology, diberikan sekumpulan patokan dan saran yang dapat dipakai sebagai penuntun dalam usaha pembentukan istilah. Pedoman khusus yang isfimewa berlaku bagi suatu cabang ilmu atau bidang tertentu sebaiknya dijabarkan dari pedoman umum ini dan diperlengkapi dengan peraturan tambahan yang perlu diterapkan. Konsep pedoman ini disusun oleh Profesor H. Johannes dan Anton M. Moeliono. Naskahnya kemudian dibahas lebih lanjut di dalam Sanggar Kerja Peristilahan (Jakarta, 29--30 Juni 1973) yang dihadiri oleh empat puluh ahli terkemuka dari berbagai bidang ilmu. Naskah yang direvisi, setelah itu, berulang-ulang diolah oleh Komisi Tata Istilah, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia ( Profesor Andi Hakim Nasution, Ketua) dan Majelis Bahasa IndonesiaMalaysia (Amran Halim dan Haji Suja bin Rahiman, Ketua). Penyusunan Pedoman Umum Pembentukan Istilah ini telah dimungkinkan oleh tersedianya biaya Pelita II yang disalurkan melalui Proyek Pengembangan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (S. W. Rujiati Mulyadi, Ketua). Kepada segenap instansi, kalangan masyarakat, dan perorangan yang telah memungkinkan tersusunnya Pedoman Umum ini disampaikan penghargaan dan terima kasih. Jakarta, Agustus 1975 Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

DAFTAR SINGKATAN K : konsonan V : vocal D : dasar

DAFTAR ISI

1 I. Ketentuan Umum o 1.1 I.1 Istilah dan Tata Istilah o 1.2 I.2 Istilah Umum dan Istilah Khusus o 1.3 I.3 Persyaratan Istilah yang Baik o 1.4 I.4 Nama dan Tata Nama 2 II. Proses Pembentukan Istilah o 2.1 II.1 Konsep Ilmu Pengetahuan dan Peristilahannya o 2.2 II.2 Bahan Baku Istilah Indonesia o 2.3 II.3 Pemantapan Istilah Nusantara o 2.4 II.4 Pemadanan Istilah 2.4.1 II.4.1 Penerjemahan 2.4.1.1 II.4.1.1 Penerjemahan Langsung 2.4.1.2 II.4.1.2 Penerjemahan dengan Perekaan 2.4.2 II.4.2 Penyerapan 2.4.2.1 II.4.2.1 Penyerapan Istilah 2.4.2.2 II.4.2.2 Penyerapan Afiks dan Bentuk Terikat Istilah Asing 2.4.2.2.1 a. Penyesuaian Ejaan Prefiks dan Bentuk Terikat 2.4.2.2.2 b. Penyesuaian Ejaan Sufiks 2.4.3 II.4.3 Gabungan Penerjemahan dan Penyerapan o 2.5 II.5 Perekaciptaan Istilah o 2.6 II.6 Pembakuan dan Kodifikasi Istilah o 2.7 II.7 Bagan Prosedur Pembakuan Istilah 3 III. Aspek Tata Bahasa Peristilahan o 3.1 III.1 Istilah Bentuk Dasar o 3.2 III.2 Istilah Bentuk Berafiks 3.2.1 III.2.1 Paradigma Bentuk Berafiks ber 3.2.2 III.2.2 Paradigma Bentuk Berafiks meng 3.2.3 III.2.3 Paradigma Bentuk Berkonfiks kean 3.2.4 III.2.4 Paradigma Bentuk Berinfiks er-, -el-, -em-, ino 3.3 III.3 Istilah Bentuk Ulang 3.3.1 III.3.1 Bentuk Ulang Utuh 3.3.2 III.3.2 Bentuk Ulang Suku Awal 3.3.3 III.3.3 Bentuk Ulang Berafiks 3.3.4 III.3.4 Bentuk Ulang Salin Suara o 3.4 III.4 Istilah Bentuk Majemuk 3.4.1 III.4.1 Gabungan Bentuk Bebas 3.4.2 III.4.2 Gabungan Bentuk Bebas dengan Bentuk Terikat 3.4.3 III.4.3 Gabungan Bentuk Terikat

3.5 III.5 Istilah Bentuk Analogi 3.6 III.6 Istilah Hasil Metanalisis 3.7 III.7 Istilah Bentuk Singkatan 3.8 III.8 Istilah Bentuk Akronim 3.9 III.9 Lambang Huruf 3.10 III.10 Gambar Lambang 3.11 III.11 Satuan Dasar Sistem Internasional (SI) 3.12 III.12 Kelipatan dan Fraksi Satuan Dasar 3.13 III.13 Sistem Bilangan Besar 3.14 III.14 Tanda Desimal 4 IV. Aspek Semantik Peristilahan o 4.1 IV.1 Pemberian Makna Baru 4.1.1 IV.1.1 Penyempitan Makna 4.1.2 IV.1.2 Perluasan Makna o 4.2 IV.2 Istilah Sinonim o 4.3 IV.3 Istilah Homonim 4.3.1 IV.3.1 Homograf 4.3.2 IV.3.2 Homofon o 4.4 IV.4 Istilah Polisem o 4.5 IV.5 Istilah Hiponim o 4.6 IV.6 Istilah Taksonim o 4.7 IV.7 Istilah Meronim
o o o o o o o o o o

I. Ketentuan Umum
I.1 Istilah dan Tata Istilah
Istilah adalah kata atau frasa yang dipakai sebagai nama atau lambang dan yang dengan cermat mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Tata istilah (terminologi) adalah perangkat asas dan ketentuan pembentukan istilah serta kumpulan istilah yang dihasilkannya. Misalnya:

Anabolisme Demokrasi Laik terbang pasar modal pemerataan perangkap elektron

I.2 Istilah Umum dan Istilah Khusus


Istilah umum adalah istilah yang berasal dari bidang tertentu, yang karena dipakai secara luas, menjadi unsur kosakata umum. Misalnya:

Anggaran belanja Daya Nikah penilaian radio takwa

Istilah khusus adalah istilah yang maknanya terbatas pada bidang tertentu saja. Misalnya:

Apendektomi Bipatride kurtosis pleistosen

I.3 Persyaratan Istilah yang Baik


Dalam pembentukan istilah perlu diperhatikan persyaratan dalam pemanfaatan kosakata bahasa Indonesia yang berikut.
1. Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang paling tepat untuk mengungkapkan konsep termaksud dan yang tidak menyimpang dari makna itu, 2. Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang paling singkat di antara pilihan yang tersedia yang mempunyai rujukan sama.

3. Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang bernilai rasa (konotasi) baik. 4. Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang sedap didengar (eufonik). 5. Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang bentuknya seturut kaidah bahasa Indonesia.

I.4 Nama dan Tata Nama


Nama adalah kata atau frasa yang berdasarkan kesepakatan menjadi tanda pengenal benda, orang, hewan, tumbuhan, tempat, atau hal. Tata nama (nomenklatur) adalah perangkat peraturan penamaan dalam bidang ilmu tertentu, seperti kimia dan biologi, beserta kumpulan nama yang dihasilkannya. Misalnya:

aldehida natrium klorida Primat oryza sativa

II. Proses Pembentukan Istilah


II.1 Konsep Ilmu Pengetahuan dan Peristilahannya
Upaya kecendikiaan ilmuan (scientist) dan pandit (scholar) telah dan terus menghasilkan konsep ilmiah, yang pengungkapannya dituangkan dalam perangkat peristilahan. Ada istilah yang sudah mapan dan ada pula istilah yang masih perlu diciptakan. Konsep ilmiah yang sudah dihasilkan ilmuwan dan pandit Indonesia dengan sendirinya mempunyai istilah yang mapan. Akan tetapi, sebagian besar konsep ilmu pengetahuan modern yang dipelajari, digunakan, dan dikembangkan oleh pelaku ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia datang dari luar negeri dan sudah dilambangkan dengan istilah bahasa asing. Di samping itu, ada kemungkinan bahwa kegiatan ilmuwan dan pandit Indonesia akan mencetuskan konsep ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang sama sekali baru sehingga akan diperlukan penciptaan istilah baru.

II.2 Bahan Baku Istilah Indonesia


Tidak ada satu bahasa pun yang sudah memiliki kosakata yang lengkap dan tidak memerlukan ungkapan untuk gagasan, temuan, atau rekacipya yang baru. bahasa Inggris yang kini dianggap bahasa internasional utama, misalnya, pernah menyerap kata dan ungkapan dari bahasa Yunani, Latin, Prancis, dan bahasa lain, yang jumlahnya hampir tiga perlima dari seluruh kosakatanya. Sejalan dengan itu, bahan istilah Indonesia diambil dari berbagai sumber, terutama dari tiga golongan bahasa yang penting, yakni (1) bahasa Indonesia, termasuk unsur serapannya, dan bahasa Melayu, (2) bahasa Nusantara yang serumpun, termasuk bahasa Jawa Kuno, dan (3) bahasa asing, seperti bahasa Inggris dan bahasa Arab.

II.3 Pemantapan Istilah Nusantara


Istilah yang mengungkapkan konsep hasil galian ilmuwan dan pandit Indonesia, seperti bhinneka tunggal ika, batik, banjar, sawer, gunungan, dan pamor, telah lama diterima secara luas sehingga dapat dimantapkan dan hasilnya dikodifikasi.

II.4 Pemadanan Istilah


Pemadanan istilah asing ke dalam bahasa Indonesia, dan jika perlu ke salah satu bahasa serumpun, dilakukan lewat penerjemahan, penyerapan, atau gabungan penerjemahan dan penyerapan. Demi keseragaman, sumber rujukan yang diutamakan ialah istilah Inggris yang pemakaiannya bersifat internasional karena sudah dilazimkan oleh para ahli dalam bidangnya. Penulisan istilah serapan itu dilakukan dengan atau tanpa penyesuaian ejaannya berdasarkan kaidah fonotaktik, yakni hubungan urutan bunyi yang diizinkan dalam bahasa Indonesia.
II.4.1 Penerjemahan
II.4.1.1 Penerjemahan Langsung

Istilah Indonesia dapat dibentuk lewat penerjemahan berdasarkan kesesuaian makna tetapi bentuknya tidak sepadan. Misalnya:

Supermarket - pasar swalayan Merger - gabungan usaha

Penerjemahan dapat pula dilakukan berdasarkan kesesuaian bentuk dan makna. Misalnya:

Bonded zone - kawasan berikat Skyscraper - pencakar langit

Penerjemahan istilah asing memiliki beberapa keuntungan. Selain memperkaya kosakata Indonesia dengan sinonim, istilah terjemahan juga meningkatkan daya ungkap bahasa Indonesia. Jika timbul kesulitan dalam penyerapan istilah asing yang bercorak Anglo-Sakson karena perbedaan antara lafal dan ejaannya, penerjemahan merupakan jalan keluar terbaik. Dalam pembentukan istilah lewat penerjemahan perlu diperhatikan pedoman berikut.
1. Penerjemahan tidak harus berasas satu kata diterjemahkan dengan satu kata. Misalnya: o Psychologist - ahli psikologi o Medical practitioner - dokter 2. Istilah asing dalam bentuk positif diterjemahkan ke dalam istilah Indonesia bentuk positif, sedangkan istilah dalam bentuk negatif diterjemahkan ke dalam istilah Indonesia bentuk negatif pula. Misalnya: o Bound form - bentuk terikat (bukan bentuk takbebas) o Illiterate - niraksara o Inorganic - takorganik 3. Kelas kata istilah asing dalam penerjemahan sedapat-dapatnya dipertahankan pada istilah terjemahannya. Misalnya: o Merger (nomina) - gabung usaha (nomina) o Transparent (adjektiva) - bening (adjektiva) o (to) filter (verba) - menapis (verba) 4. Dalam penerjemahan istilah asing dengan bentuk plural, pemarkah kejamakannya ditanggalkan pada istilah Indonesia. Misalnya:

o o o

Alumni - lulusan Master of ceremonies - pengatur acara Charge d'affaires - kuasa usaha

II.4.1.2 Penerjemahan dengan Perekaan

Adakalanya upaya pemadanan istilah asing perlu dilakukan dengan menciptakan istilah baru. Istilah factoring, misalnya, sulit diterjemahkan atau diserap secara utuh. Dalam khazanah kosakata bahasa Indonesia/Melayu terdapat bentuk anjak dan piutang yang menggambarkan pengalihan hak menagih utang. Lalu, direka istilah anjak piu-tang sebagai padanan istilah factoring. Begitu pula pemadanan catering menjadi jasa boga dan invention menjadi rekacipta diperoleh lewat perekaan.
II.4.2 Penyerapan
II.4.2.1 Penyerapan Istilah

Penyerapan istilah asing untuk menjadi istilah Indonesia dilakukan berdasarkan hal-hal berikut.
1. Istilah asing yang akan diserap meningkatkan ketersalinan bahasa asing dan bahasa Indonesia secara timbal balik (intertranslatability) mengingat keperluan masa depan. 2. Istilah asing yang akan diserap mempermudah pemahaman teks asing oleh pembaca Indonesia karena dikenal lebih dahulu. 3. Istilah asing yang akan diserap lebih ringkas jika dibandingkan dengan terjemahan Indonesianya. 4. Istilah asing yang akan diserap mempermudah kesepakatan antarpakar jika padanan terjemahannya terlalu banyak sinonimnya. 5. Istilah asing yang akan diserap lebih cocok dan tepat karena tidak mengandung konotasi buruk.

Proses penyerapn istilah asing, dengan mengutamakan bentuk visualnya, dilakukan dengan cara yang berikut.
1. Penyerapan dengan penyesuaian ejaan dan lafal Misalnya: o Camera - kamera o Microphone - mikrofon o System - sistem 2. Penyerapan dengan penyesuaian ejaan tanpa penyesuaian lafal Misalnya: o Design - desain o File - fail o Science - sains 3. Penyerapan tanpa penyesuaian ejaan, tetapi dengan penyesuaian lafal Misalnya: o Bias - bias o Nasal - nasal o Radar (radio detecting and ranging) - radar 4. Penyerapan tanpa penyesuaian ejaan dan lafal 1. Penyerapan istilah asing tanpa penyesuaian ejaan dan lafal dilakukan jika ejaan dan lafal istilah asing itu tidak berubah dalam banyak bahasa modern, istilah itu dicetak dengan huruf miring. Misalnya: Allegro moderato

Aufklarung Status quo Esprit de corps divide et impera dulce et utile in vitro vis--vis 2. Penyerapan istilah tanpa penyesuaian ejaan dan lafal dilakukan jika istilah itu juga dipakai secara luas dalam kosakata umum, istilah itu tidak ditulis dengan huruf miring (dicetak dengan huruf tegak). Misalnya: Golf - golf Internet - internet Lift - lift Orbit - orbit Sonar (sound navigation and ranging)- sonar

II.4.2.2 Penyerapan Afiks dan Bentuk Terikat Istilah Asing

a. Penyesuaian Ejaan Prefiks dan Bentuk Terikat

Prefiks asing yang bersumber pada bahasa Indo-Eropa dapat dipertimbangkan pemakaiannya di dalam peristilahan Indonesia setelah disesuaikan ejaannya. Prefiks asing itu, antara lain, ialah sebagai berikut. a-, ab-, abs- ('dari', 'menyimpang dari', 'menjauhkan dari') tetap a-, ab-, absamoral abnormal abstract - amoral abnormal abstrak

a-, an- 'tidak, bukan, tanpa' tetap a-, an


anemia aphasia aneurysm - anemia afasia aneurisme

ad-, ac- 'ke', 'berdekatan dengan', 'melekat pada', menjadi ad-, akadhesion acculturation - adhesi akulturasi

am-, amb- 'sekeliling', 'keduanya' tetap am-, ambambivalence amputation - ambivalensi amputasi

ana-, an- 'ke atas', 'ke belakang', 'terbalik' tetap ana-, ananabolism anatropous - anabolisme anatrop

ante- 'sebelum', 'depan' tetap anteantediluvian anterior - antediluvian anterior

anti-, ant- 'bertentangan dengan' tetap anti-, antanticatalyst anticlinal antacid - antikatalis antiklinal antacid

apo- 'lepas, terpisah', 'berhubungan dengan' tetap apoapochromatic apomorphine - apokromatik apomorfin

aut-, auto- 'sendiri', 'bertindak sendiri' tetap aut-, autoautarky autostrada - autarki autostrada

bi- 'pada kedua sisi', 'dua' tetap bibiconvex bisexual - bikonveks biseksual

cata- 'bawah', 'sesuai dengan' menjadi katacataclysm catalyst - kataklisme katalis

co-, com-, con- 'dengan', 'bersama-sama', 'berhubungan dengan' menjadi ko-, kom-, koncoordination commission concentrate - komisi konsentrat koordinasi

contra- 'menentang', 'berlawanan' menjadi kontracontradiction contraindication - kontradiksi kontraindikasi

de- 'memindahkan', 'mengurangi' tetap dedehydration devaluation - dehidrasi devaluasi

di- 'dua kali', 'mengandung dua' tetap didichloride diklorida - dichromatic dikromatik

dia- 'melalui', 'melintas' tetap diadiagonal diapositive - diagonal diapositif

dis- 'ketiadaan', 'tidak' tetap disdisequilibrium disharmony - disekuilibrium disharmoni

eco- 'lingkungan' menjadi ekoecology ecospecies - ekologi ekospesies

em-, en- 'dalam', 'di dalam' tetap em-, enempathy encenphalitis - empati ensenfalitis

endo- 'di dalam' tetap endo-

endoskeleton endothermal - endoskeleton endotermal

epi- 'di atas', 'sesudah' tetap epiepigone epiphyte - epigon epifit

ex- 'sebelah luar' menjadi eksexclave exclusive - eksklave eksklusif

exo-, ex- 'sebelah luar', 'mengeluarkan' menjadi eksoeksexoergic exogamy - eksoergik eksogami

extra- 'di luar' menjadi ekstraextradition extraterrestrial - ekstradisi ekstraterestrial

hemi- 'separuh', 'setengah' tetap hemihemihedral hemisphere - hemihedral hemisfer hemo- 'darah' tetap hemohemoglobin hemolysis - hemoglobin hemolisis

hepta- 'tujuh', 'mengandung tujuh' tetap heptaheptameter heptarchy - heptameter heptarki

hetero- 'lain', 'berada' tetap heteroheterodox heterophyllous heterodoks heterofil

hexa- 'enam', 'mengandung enam' menjadi heksahexachloride hexagon - heksaklorida heksagon

hyper- 'di atas', 'lewat', 'super' menjadi hiperhyperemia hypersensitive - hiperemia hipersensitif

hypo- 'bawah', 'di bawah' menjadi hipohipoblast hypochondria - hipoblas hipokondria

im-, in-, il- 'tidak', 'di dalam', 'ke dalam' tetap im-, in-, ilimmigration induction illegal induksi ilegal imigrasi

infra- 'bawah', 'di bawah', 'di dalam' tetap infrainfrasonic infraspecific - infrasonik infraspesifik

inter- 'antara', 'saling' tetap interinterference international - interferensi internasional

intra- 'di dalam', 'di antara' tetap intraintradermal intracell - intradermal intrasel

intro- 'dalam', 'ke dalam' tetap introintrojections introvert - introjeksi introvert

iso- 'sama' tetap isoisoagglutinin isoenzyme - isoaglutinin isoenzim

meta- 'sesudah', 'berubah', 'perubahan' tetap metametamorphosis metanephros - metamorfosis metanefros

mono- 'tunggal', 'mengandung satu' tetap monomonodrama monoxide - monodrama monoksida

pan-, pant/panto- 'semua', 'keseluruhan' tetap pan-, pant-, pantopanacea pantisocracy pantograph - panasea pantisokrasi pantograf

para- 'di samping', 'erat berhubungan dengan', 'hampir' tetap paraparaldehyde parathyroid - paraldehida paratiroid

penta- 'lima', 'mengandung lima' tetap pentapentahedron pentane - pentahedron pentane

peri- 'sekeliling', 'dekat', 'melingkupi' tetap periperihelion perineurium - perihelion perineurium

poly- 'banyak', 'berkelebihan' menjadi polipolyglotism polyphagia - poliglotisme polifagia

pre- 'sebelum', 'sebelumnya', 'di muka' tetap pre-

preabdomen premature - preabdomen prematur pro- 'sebelum', 'di depan' tetap proprothalamion prothorax - protalamion protoraks

proto- 'pertama', 'mula-mula' tetap protoprotolithic prototype - protolitik prototipe

pseu-, pseudo- 'palsu' tetap pseu-, pseudopseudomorph pseudepigraphy - pseudomorf pseudepigrafi

quasi- 'seolah-olah', 'kira-kira' menjadi kuasiquasi-historical quasi-legislative - kuasihistoris kuasilegislatif

re- 'lagi', 'kembali' tetap rereflection rehabilitation - refleksi rehabilitasi

retro- 'ke belakang', 'terletak di belakang' tetap retroretroflex retroperitoneal - retrofleks retroperitoneal

semi- 'separuhnya', 'sedikit banyak', 'sebagian' tetap semisemifinal semipermanent - semifinal semipermanen

sub- 'bawah', 'di bawah', 'agak', 'hampir' tetap subsubfossil submucosa - subfosil submukosa

super-, sur- 'lebih dari', 'berada di atas' tetap super-, sursuperlunar supersonic surrealism - superlunar supersonik surealisme

supra- 'unggul', 'melebihi' tetap suprasupramolecular suprasegmental - supramolekular suprasegmental

syn- 'dengan', 'bersama-sama', 'pada waktu' menjadi sinsyndesmosis synesthesia - sindesmosis sinestesia

tele- 'jauh', 'melewati', 'jarak' tetap teletelepathy telescope - telepati teleskop

trans- 'ke/di seberang', 'lewat', 'mengalihkan' tetap transtranscontinental transliteration - transkontinental transliterasi

tri- 'tiga' tetap tritrichromat tricuspid - trikromat tricuspid

ultra- 'melebihi', 'super' tetap ultraultramodern ultraviolet - ultramodern ultraviolet

uni- 'satu', 'tunggal' tetap uniunicellular unilateral - uniseluler unilateral

b. Penyesuaian Ejaan Sufiks

Sufiks asing dalam bahasa Indonesia diserap sebagai bagian kata berafiks yang utuh. Kata seperti standardisasi, implementasi, dan objektif diserap secara utuh di samping kata standar, implemen, dan objek. Berikut daftar kata bersufiks tersebut. -aat (Belanda) menjadi -at
Advocaat Plaat Tractaat - advokat pelat traktat

-able, -ble (Inggris) menjadi -bel


Variable Flexible - variabel flexible

-ac (Inggris) menjadi -ak


Maniac Cardiac Almanac - maniak kardiak almanac

-age (Inggris) menjadi -ase


Sabotage Arbitrage Percentage - sabotase arbitrase persentase

-air (Belanda), -ary (Inggris) menjadi -er


Complementair, complementary Primair, primary Secundair, secondary - komplementer primer sekunder

-al (Inggris) menjadi -al


Credential Minimal Mational - kredensial minimal nasional

-ance, -ence (Inggris) menjadi ans, -ens

Ambulance Conductance Termophosphorescence konduktans termosfosforensens termoluminesens

Thermoluminescence

- ambulans

-ancy, -ency (Inggris) menjadi ansi, -ensi


Efficiency Frequency Relevancy - efisiensi frekuensi relevansi

-anda, -end, -andum, -endum (Belanda, Inggris) menjadi anda, -en, -andum, -endum
Propaganda Divindend Memorandum Referendum - propaganda dividen memorandum referendum

-ant (Belanda, Inggris) menjadi -an


Accountant Informant Dominant - akuntan informan dominan

-ar (Inggris) menjadi ar, -er


Curricular Solar - kurikuler solar

-archie (Belanda), -archy (Inggris) menjadi -arki


Anarchie, anarchy Monarchie, monarchy - anarki monarki

-ase, -ose (Inggris) menjadi -ase, -osa


Amylase Dextrose - amilase dekstrosa

-asme (Belanda), asm (Inggris) menjadi -asme


Sarcasm, sarcasm Pleonasme, pleonasm - sarkasme pleonasme

-ate (Inggris) menjadi -at


Emirate Private - emirat privat

-atie (Belanda), -(a)tion (Inggris) menjadi -(a)si


Actie, action Publicatie, publication - aksi publikasi

-cy (Inggris) menjadi -asi, -si


Accountancy Accuracy - akuntansi akurasi

-eel (Belanda) yang tidak ada padanan dalam bahasa Inggris menjadi -el
Materieel Moreel Principieel - materiel morel prinsipiel

-eel, aal (Belanda), -al (Inggris) menjadi -al

Formeel, formal Ideaal, ideal Materiaal, material - formal ideal material

-et, ette (Inggris) menjadi -et


Duet Cabinet Cassette - duet kabinet kaset

-eur (Belanda), -or (Inggris) menjadi -ir


Amateur Importeur - amatir importir

-eur (Belanda) menjadi -ur


Conducteur, conductor Directeur, director Inspecteur, inspector - kondektur direktur inspektur

-eus (Belanda) menjadi -us


Mesterieus Serieus misterius serius

-ficatie (Belanda), -fication (Inggris) menjadi -fikasi


Specificatie, specification Unificatie, unification - spesifikasi unifikasi

-fiek (Belanda), -fic (Inggris) menjadi -fik


Specifiek, specific Honofifiek, honorific - spesifik honorific

-iek (Belanda), -ic, -ique (Inggris) menjadi -ik


Perodiek, periodic Numeriek, numeric Uniek, unique Techniek, technique - periodik numerik unik teknik

-isch (Belanda), -ic, -ical (Inggris) menjadi -is


Optimistisch, optimistic Allergisch, allergic Symbolisch, symbolical Practisch, practical optimistis alergis simbolis praktis

-icle (Inggris) menjadi -ikel


Article Particle - artikel partikel

-ica (Belanda), -ics (Inggris) menjadi ika, -ik


Mechanica, mechanics Phonetics - mekanika fonetik

-id, -ide (Inggris) menjadi id, -ida


Chrysalid Oxide Chloride - krisalid oksida klorida

-ief (Belanda), -ive (Inggris) menjadi -if

Demonstratief, demonstrative Descriptief, descriptive Depressief, depressive - demonstratif deskriptif depresif

-iel (Belanda), -ile, -le (Inggris) menjadi -il


Kawrtiel, quartile Percentile, percentile Stabile, stable - kuartil persentil stabil

-iet (Belanda), -ite (Inggris) menjadi -it


Favorite, favorite Dolomite, dolomite Stalactite, stalactite - favorit dolomit stalaktit

-in (Inggris) menjadi -in


Penicillin Insulin Protein - penisilin insulin protein

-ine (Inggris) menjadi in, -ina


Cocaine Quarantine - kokain karantina

-isatie (Belanda), -ization (Inggris) menjadi -isasi


Naturalisatie, naturalization Socialisatie, socialization - naturalisasi sosialisasi

-isme (Belanda), -ism (Inggris) menjadi -isme


Expressionism, expressionism Modernism, modernism - ekspresionisme modernism

-ist (Belanda, Inggris) menjadi -is


Extremist Receptionist - ekstremisme resepsionis

-iteit (Belanda), -ity (Inggris) menjadi -itas


Faciliteit, facility Realiteit, reality - fasilitas realitas

-logie (Belanda), -logy (Inggris) menjadi -logi


Analogie, analogy Technologie, technology - analogi teknologi

-loog (Belanda), -logue (Inggris) menjadi -log


Catalog, catalogue Dialog, dialogue - katalog dialog

-lyse (Belanda), -lysis (Inggris) menjadi -lisis


Analyse, analysis - analisis

Paralyse, paralysis - paralisis -oide (Belanda), -oid (Inggris) menjadi -oid

Anthropoide, anthropoid Metalloide, metalloid - antropoid metaloid

-oir(e) (Belanda) menjadi -oar


Repertoire Trottoir - repertoar trotoar

-or (Inggris) menjadi -or


Corrector Dictator - korektor dictator

-ous (Inggris) ditinggalkan


Amorphous Polysemous - amorf polisem

-se (Belanda), -sis (Inggris) menjadi -sis


Synthese, synthesis Anamnese, anamnesis - sintesis anamnesis

-teit (Belanda), -ty (Inggris) menjadi -tas


Qualiteit, quality Universiteit, university - kualitas universitas

-ter (Belanda), -tre (Inggris) menjadi -ter


Diameter, diameter Theater, theatre - diameter teater

-uur (Belanda), -ure (Inggris) menjadi -ur


Proceduur, procedure Structuur, structure - prosedur struktur

-y (Inggris) menjadi -i
Monarchy philosophy - monarki filosofi

II.4.3 Gabungan Penerjemahan dan Penyerapan

Istilah bahasa Indonesia dapat dibentuk dengan menerjemahkan dan menyerap istilah asing sekaligus. Misalnya:

Bound morpheme - morfem terikat Clay colloid - koloid lempung Subdivision - subbagian

II.5 Perekaciptaan Istilah


Kegiatan ilmuwan, budayawan dan seniman yang bergerak di baris terdepan ilmu, teknologi, dan seni dapat mencetuskan konsep yang belum ada selama ini. Istilah baru untuk mengungkapkan konsep itu dapat direkacipta sesuai dengan lingkungan dan corak bidang

kegiatannya. Misalnya, rekacipta istilah fondasi cakar ayam, penyangga sosrobahu, plasma inti rakyat, dan tebang pilih Indonesia telah masuk ke dalam khazanah peristilahan.

II.6 Pembakuan dan Kodifikasi Istilah


Istilah yang diseleksi lewat pemantapan, penerjemahan, penyerapan, dan perekaciptaan dibakukan lewat kodifikasi yang mengusahakan keteraturan bentuk seturut kaidah dan adat pemakaian bahasa. Kodifikasi itu tercapai dengan tersusunnya sistem ejaan, buku tata bahasa, dan kamus yang merekam dan menetapkan bentuk bakunya.

II.7 Bagan Prosedur Pembakuan Istilah


Prosedur pembakuan istilah dapat dilihat pada bagan berikut

III. Aspek Tata Bahasa Peristilahan


Istilah dapat berupa (1) bentuk dasar, (2) bentuk berafiks, (3) bentuk ulang, (4) bentuk majemuk, (5) bentuk analogi, (6) hasil metanalisis, (7) singkatan, (8) akronim.

III.1 Istilah Bentuk Dasar


Istilah bentuk dasar dipilih di antara kelas kata utama, seperti nomina, verba, adjektiva, dan numeralia. Misalnya : Nomina:

kaidah - rule busur - bow cahaya - light

Verba:

keluar - out Uji - test Tekan - press

Adjektiva:

kenyal - elastic Acak - random Cemas - anxious

Numeralia:

gaya empat - four force (pukulan) satu-dua - one-two (bus) dua tingkat - double decker

III.2 Istilah Bentuk Berafiks


Istilah bentuk berafiks disusun dari bentuk dasar dengan penambahan prefiks, infiks, sufiks, dan konfiks seturut kaidah pementukan kata bahasa Indonesia, misalnya dari bentuk pirsa menjadi pemirsa, bukan pirsawan ; dari hantar menjadi keterhantaran, bukan kehantaran. Istilah bentuk berafiks menunjukkan pertalian yang teratur antara bentuk dan maknanya. Istilah bentuk berafiks tersebut mengikuti paradigm berikut, yang unsur-unsurnya demi kejelasan dimasukkan dalam berbagai kotak.
III.2.1 Paradigma Bentuk Berafiks ber

ber-tani bertani petani pertanian bel-ajar belajar pelajar pelajaran ber-ubah berubah peubah perubahan

Istilah berafiks petani, pelajar, peubah yang mengacu kepada pelaku atau alat, dan pertanian, pelajaran, perubahan yang mengacu ke hal, keadaan, atau tempat dibentuk dari verba bertani, belajar, berubah yang berasal dari bentuk dasar tani, ajar, dan ubah.
III.2.2 Paradigma Bentuk Berafiks meng

men-tulis menulis penulis penulisan tulisan meng-ubah mengubah pengubah pengubahan ubahan mem-besarkan membesarkan pembesar pembesaran besaran meng-ajari mengajari pengajar pengajaran ajaran

Istilah berafiks penulis, pengubah, pembesar, pengajar, yang mengacu kepada pelaku atau alat, dan penulisan, pngubahan, pengajaran yang mengacu ke proses atau perbuatan serta

tulisan, ubahan, besaran, ajaran yang mengacu ke hasil dijabarkan dari verba menulis, mengubah, membesarkan, mengajar yang berasal dari bentuk dasar tulis, ubah, besar, dan ajar.

mem-berdayakan memberdayakan pemberdaya pemberdayaan mem-berhentikan memberhentikan pemberhenti pemberhentian mem-belajarkan membelajarkan pembelajar pembelajaran

Istilah berafiks pemberdaya, pemberhenti, pembelajar yang mengacu kepada pelaku dan pemberdayaan, pemberhentian, pembelajaran yang mengacu ke perbuatan dibentuk dari verba memberdayakan, memberhentikan, membelajarkan yang dibentuk dari berdaya, berhenti, belajar yang berasal dari bentuk dasar daya, henti, dan ajar.

mem-persatukan persatuan mempersatukan pemersatu pemersatuan

Istilah berafiks pemersatu, pemeroleh, pemelajar yang mengacu kepada pelaku dan pemersatuan, pemerolehan, pemelajaran yang mengacu ke perbuatan atau proses serta persatuan, perolehan, pelajaran yang mengacu ke hasil dibentuk dari verba mempersatukan, memperoleh, mempelajari yang dibentuk dari bersatu, beroleh, belajar yang berasal dari bentuk dasar satu, oleh, ajar.
III.2.3 Paradigma Bentuk Berkonfiks kean

kean saksi kesaksian kean bermakna kebermaknaan kean terpuruk keterpurukan kean seragam keseragaman

Istilah berkonfiks kean yang mengacu ke hal atau keadaan dibentuk dari pangkal yang berupa bentuk dasar atau bentuk yang berprefiks ber-, ter-, se-, seperti saksi, bermakna, terpuruk,dan seragam.
III.2.4 Paradigma Bentuk Berinfiks er-, -el-, -em-, in

Sabut - serabut Tunjuk - telunjuk Kelut - kemelut Kerja - kinerja gigi - gerigi gembung - gelembung getar - gemetar sambung - sinambung

Istilah berinfiks er-, -el-, -em-, -in- seperti serabut, gerigi, telunjuk, gelembung, kemelut, gemetar, kinerja, sinambung yang mengacu ke jumlah, kemiripan, atau hasil dibentuk dari dasar sabut, gigi, tunjuk, gembung, kelut, getar, kerja dan sambung.

III.3 Istilah Bentuk Ulang

Istilah bentuk ulang dapat berupa ulangan bentuk dasar seutuhnya atau sebagiannya dengan atau tanpa pengimbuhan dan pengubahan bunyi.
III.3.1 Bentuk Ulang Utuh

Istilah bentuk ulang utuh yag mengacu ke kemiripan dapat dilihat pada contoh berikut

Ubur-ubur paru-paru anal-anal kunang-kunang Undur-undur kanak-kanak langit-langit kuda-kuda

III.3.2 Bentuk Ulang Suku Awal

Istilah bentuk ulang suku awal (dwipurwa) yang dibentuk melalui pengulangan konsonan awal dengan penambahan pepet dapat dilihat pada contoh berikut:

Laki - lelaki Tangga - tetangga Jaring - jejaring buku - bebuku rata - merata tikus - tetikus

III.3.3 Bentuk Ulang Berafiks

Istilah bentuk ulang dengan afiksasi dibentuk melalui paradigma berikut:


Daun - dedaunan Pohon - pepohonan Rumput - rerumputan

Istilah bentuk ulang dedaunan, pepohonan, rerumputan yang mengacu ke berbagai macam, keanekaan dibentuk dari dasar daun, pohon, dan rumput yang mengalami perulangan.
III.3.4 Bentuk Ulang Salin Suara

Istilah bentuk ulang salin suara dibentuk melalui pengulangan dengan perubahan bunyi. Perhatikan contoh berikut.

Sayur - sayur-mayur Beras - beras-petas Serta - serta-merta warna - warna-warni teka - teka-teki balik - bolak-balik

Dari segi makna, perulangan dengan cara itu mengandung makna bermacam-macam.

III.4 Istilah Bentuk Majemuk


Istilah bentuk majemuk atau kompositum merupakan hasil penggabungan dua bentuk atau lebih, yang menjadi satuan leksikal baru. Gabungan kata itu berupa (1) gabungan bentuk bebas dengan bentuk bebas, (2) bentuk bebas dengan bentuk terikat, atau (3) bentuk terikat dengan bentuk terikat.
III.4.1 Gabungan Bentuk Bebas

Istilah majemuk bentuk bebas merupakan penggabungan dua unsur atau lebih, yang unsurunsurnya dapat berdiri sendiri sebagai bentuk bebas. Gabungan bentuk bebas meliputi gabungan (a) bentuk dasar dengan bentuk dasar, (b) bentuk dasar dengan bentuk berafiks atau sebaliknya, dan (c) bentuk berafiks dengan bentuk berafiks. III.4.1.1 Gabungan Bentuk Dasar Istilah majemuk gabungan bentuk dasar merupakan penggabungan dua bentuk dasar atau lebih.

Garis lintang Masa depan Rawat jalan kereta api listrik rumah sangat sederhana

III.4.1.2 Gabungan Bentuk Dasar dan Bentuk Berafiks Istilah majemuk bentuk gabungan ini merupakan penggabungan bentuk berafiks dan bentuk berafiks atau sebaliknya.

Proses berdaur Sistem pencernaan menembak jatuh tertangkap tangan

III.4.1.3 Gabungan Bentuk Berafiks dan Bentuk Berafiks Istilah majemuk bentuk gabungan ini merupakan penggabungan bentuk berafiks dan bentuk berafiks. Misalnya:

Kesehatan lingkungan Perawatan kecelakaan Pembangunan berkelanjutan

III.4.2 Gabungan Bentuk Bebas dengan Bentuk Terikat

Istilah majemuk bentuk gabungan ini merupakan penggabungan dua bentuk, atau lebih, yang salah satu unsurnya tidak dapat berdiri sendiri. Ada sejumlah bentuk terikat yang dapat

digunakan dalam pembentukan istilah yang berasal dari bahasa Jawa Kuno dan Melayu. Misalnya: adi

adikarya - masterpiece adikuasa - superpower

aneka

anekabahasa - multilingual anekawarna - multicolored

antar

antarkota - intercity antarbangsa - international

awa

awaair - dewater awalengas - dehumidity

catur

caturwulan - quarter caturlarik - quatrain

dasa

dasawarsa - decade dasalomba - decathlon

dur

durhaka - rebellious dursila - unethical

dwi

dwimingguan - biweekly dwibahasa - bilingual

eka

ekamatra - unidimension ekasuku - monosyllable

lajak-

lajaklaku - overaction lajakaktif - overactive

lewah

lewahumur - overage lewahbanyak - abundant

lir

lirintan - diamondike lirruang - spacelike

maha

mahatahu - omniscient maharatu - empress Mahakuasa - omnipotent

nir

nirlaba - non-profit nirgelar - nondegree

panca

pancamuka - multifaceted pancaragam - variegated

pasca

pascapanen - postharvest pascasarjana - postgraduate

pra

prasejarah - prehistory prasangka - prejudice

pramu

pramugari - stewardess pramuniaga - salesperson pramuwisata - touristguide

purba

purbawisesa - absolute power purbakalawan - archeologist

purna

purnawaktu - full-time purnabakti - retirement

su

sujana - man of good character susila - good morals

swa

swasembada - self-reliance swalayan - self-service

tak

taksa - ambiguous takadil - unjust

tan

tansuara - soundless tanwarna - colorless

tri

trilipat - threefold triunsur - triadic

tuna

tunahargadiri - inferiority tunakarya - unemployed

Sementara itu, bentuk terikat yang berasal dari bahasa asing Barat, dengan beberapa perkecualian, langsung diserap bersama-sama dengan kata lain yang mengikutinya. Contoh gabungan bentuk asing Barat dengan kata Melayu-Indonesia adalah sebagai berikut:

Globalization - globalisasi Modernization - modernisasi

Gabungan bentuk bebas dan bentuk terikat seperti wan dan wati dapat dilihat pada contih berikut:

Ilmuwan - scientist Seniwati - woman artist

III.4.3 Gabungan Bentuk Terikat

Istilah majemuk bentuk gabungan ini merupakan penggabungan bentuk terikat, dan bentuk terikat unsur itu ditulis serangkai, tidak diberi tanda hubung. Misalnya:

Dasawarsa - decade Swatantra - selfgovernment

III.5 Istilah Bentuk Analogi


Istilah bentuk analogi bertolak dari pola bentuk istilah yang sudah ada, seperti berdasarkan pola bentuk pegulat, tata bahasa, juru tulis, pramugari, dengan pola analogi pada istilah tersebut dibentuk berbagai istilah lain. Misalnya:

Pegolf (golfer) Tata graha (housekeeping) Juru masak (cook) Pramuniaga (salesperson) peselancar (surfer) tata kelola (governance) juru bicara (spokesman) pramusiwi (baby-sitter)

III.6 Istilah Hasil Metanalisis


Istilah hasil metanalisis terbentuk melalui analisis unsur yang keliru. Misalnya:

Kata mupakat (mufakat) diuraikan menjadi mu + pakat; lalu ada kata sepakat. Kata dasar perinci disangka terdiri atas pe + rinci sehingga muncul istilah rinci dan rincian.

III.7 Istilah Bentuk Singkatan


Istilah bentuk singkatan ialah bentuk yang penulisannya dipendekkan menurut tiga cara berikut.
1. Istilah yang bentuk tulisannya terdiri atas satu huruf atau lebih yang dilisankan sesuai dengan bentuk istilah lengkapnya. Misalnya: o cm yang dilisankan sentimeter o l yang dilisankan liter o sin yang dilisankan sinus o tg yang dilisankan tangen 2. Istilah yang bentuk tulisannya terdiri atas satu huruf atau lebih yang lazim dilisankan huruf demi huruf. Misalnya: o DDT (diklorodifeniltrikloroetana) yang dilisankan de-de-te o KVA(kilovolt-ampere) yang dilisankan ka-ve-a o TL (tube luminescent) yang dilisankan te-el 3. Istilah yang sebagian unsurnya ditanggalkan. Misalnya: o Ekspres yang berasal dari kereta api ekpres o Kawat yang berasal dari surat kawat o Harian yang berasal dari surat kabar harian

o o o o

Lab yang berasal dari laboratorium Info yang berasal dari informasi Demo yang berasal dari demonstrasi Promo yang berasal dari promosi

III.8 Istilah Bentuk Akronim


Istilah bentuk akronim ialah istilah pemendekan bentuk majemuk yang berupa gabungan huruf awal suku kata, gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf awal dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata. Misalnya:

Air susu ibu - asi Bukti pelanggaran - tilang Pengawasan melekat - waskat Peluru kendali (guided missile) - rudal Cairan alir (lotion) - calir

III.9 Lambang Huruf


Lambang huruf ialah satu huruf atau lebih yang melambangkan konsep dasar ilmiah seperti kuantitas dan nama unsur. Lambang huruf tidak diikuti tanda titik. Misalnya:

F - gaya N - nitrogen Hg - raksa (kimia) m - meter NaCl - natrium klorida Rp - rupiah $ - dolar

III.10 Gambar Lambang


Gambar lambang ialah gambar atau tanda lain yang melambangkan konsep ilmiah menurut konvensi bidang ilmu yang bersangkutan. Misalnya:

- kongruen (matematika) - identik (matematika) - jumlah beruntun (matematika) ~ - setara (matematika) - jantan (biologi) - betina (biologi) - disilangkan dengan; hibrida (biologi) - menunjukkan endapan zat (kimia) - cincin benzena (kimia) - bintang (astronomi) - matahari; Ahad (atau) bulan; Senin (astronomi) - dram; 3.887 gram (farmasi) f - folio (ukuran kertas) 4 - kuarto (ukuran kertas) U - pon (dagang)

& - dan (dagang) pp - pianissimo, sangat lembut (musik) f - forte, nyaring (musik) * - asterisk, takgramatikal, bentuk rekonstruksi (linguistik) < - dijabarkan dari (linguistik)

III.11 Satuan Dasar Sistem Internasional (SI)


Satuan dasar sistem Internasional (Systme Internasional d'Units) yang diperjanjikan secara internasional dinyatakan dengan huruf lambang.
Besaran Dasar Lambang Satuan Dasar arus listrik/elektrik A ampere intensitas cahaya cd kandela kuantitas zat mol mol massa kg kilogram panjang m meter suhu termodinamika K kelvin waktu s sekon, detik Satuan Suplementer Lambang Besar Dasar sudut datar rad radian

Lambang satuan yang didasarkan pada nama orang dinyatakan dengan huruf kapital. Bentuk lengkap satuan ini ditulis dengan huruf kecil untuk membedakannya dengan nama pribadi orang. Misalnya:
5A arus 5 ampere hukum Ampere 3C muatan 3 coulomb hukum Coulomb 6N gaya 6 newton hukum Newton 293 K suhu 293 kelvin skala suhu Kelvin 8Ci aktivitas 8 curie suhu curie

III.12 Kelipatan dan Fraksi Satuan Dasar


Untuk menyatakan kelipatan dan fraksi satuan dasar atau turunan digunakan nama dan lambang bentuk terikat berikut.
Faktor Lambang Bentuk Terikat Contoh 12 10 T teraterahertz 9 10 G gigagigawatt 6 10 M megamegaton 3 10 k kilokiloliter 2 10 h hektohektoliter 1 10 da dekadekaliter -1 10 d desidesigram

10-2 10-3 10-6 10-9 10-12 10-15 10-18

c m n p f a

sentimilimikronanopikofemtoato-

sentimeter milivolt mikrometer nanogram pikofarad femtoampere atogram

III.13 Sistem Bilangan Besar


Sistem bilangan besar di atas satu juta yang dianjurkan adalah sebagai berikut.
109 biliun jumlah nol 9 12 10 triliun jumlah nol 12 15 10 kuadriliun jumlah nol 15 1018 kuintiliun jumlah nol 18 1021 sekstiliun jumlah nol 21 1024 septiliun jumlah nol 24 1027 oktiliun jumlah nol 27 1030 noniliun jumlah nol 30 1033 desiliun jumlah nol 33

Sistem yang tersebut di atas antara lain juga digunakan di Amerika Serikat, Rusia, dan Prancis. Di samping itu, masih ada sistem bilangan besar yang berlaku di Inggris, Jerman, dan Belanda seperti dibawah ini.
109 miliar jumlah nol 9 12 10 biliun jumlah nol 12 18 10 triliun jumlah nol 18 24 10 kuadriliun jumlah nol 24 1030 kuintiliun jumlah nol 30

III.14 Tanda Desimal


Sistem Satuan Internasional menentukan bahwa tanda desimal boleh dinyatakan dengan koma atau titik. Dewasa ini beberapa negeri, termasuk Belanda dan Indonesia, masih menggunakan tanda koma desimal. Misalnya
3,52 atau 3.52 123,45 atau 123.45 15,000,000,00 atau 15.000.000,00

Bilangan desimal tidak dimulai dengan tanda desimal, tetapi selalu dimulai dengan angka. Misalnya:

0,52 bukan ,52 0.52 bukan .52

Jika perlu, bilangan desimal di dalam daftar atau senarai dapat dikecualikan dari peraturan tersebut di atas. Misalnya:
,550 234 atau .550 234 ,552 76 atau .552 76 ,554 051 atau .554 051 ,556 1 atau .556 1

Bilangan yang hanya berupa angka yang dituliskan dalam tabel atau daftar dibagi menjadi kelompok-kelompok tiga angka yang dipisahkan oleh spasi tanpa penggunaan tanda desimal. Misalnya:
3 105 724 bukan 3,105,724 atau 3.105.724 5 075 442 bukan 5,075,442 atau 5.075.442 17 081 500 bukan 17,081,500 atau 17.081.500 158 777 543 bukan 158,777,543 atau 158.777.543 666 123 bukan 666,123 atau 666.123

Catatan: dengan mengingat kemungkinan bahwa tanda desimal dapat dinyatakan dengan tanda koma atau titik, penulis karangan hendaknya memberikan catatan cara mana yang diikutinya.

IV. Aspek Semantik Peristilahan


IV.1 Pemberian Makna Baru
Istilah baru dapat dibentuk lewat penyempitan dan peluasan makna kata yang lazim dan yang tidak lazim. Artinya, kata itu dikurangi atau ditambah jangkauan maknanya sehingga penerapannya menjadi lebih sempit atau lebih luas.
IV.1.1 Penyempitan Makna

Kata gaya yang mempunyai makna 'kekuatan' dipersempit maknanya menjadi 'dorongan atau tarikan yang akan menggerakkan benda bebas (tak terikat)' dan menjadi istilah baru untuk padanan istilah inggris force. Kata kendala yang mempunyai makna 'penghalang', 'perintang' dipersempit maknanya menjadi 'pembatas keleluasaan gerak', yang tidak perlu menghalangi atau merintangi, untuk dijadikan istilah baru bidang fisika sebagai padanan istilah Inggris constraint. Kata tenaga yang mempunyai makna 'kekuatan untuk menggerakkan sesuatu' dipersempit maknanya untuk dijadikan istlah baru sebagai padanan istilah energy dan kata daya menjadi padanan istilah power. Kata ranah dalam bahasa Minang, yang mempunyai makna 'tanah rata, dataran rendah' dipersempit maknanya menjadi 'lingkungan yang memungkinkan terjadinya percakapan yang merupakan kombinasi antara partisipan, topic, dan tempat' sebagai padanan istilah domain.

IV.1.2 Perluasan Makna

Kata garam yang semula bermakna 'garam dapur' (NaCl) diperluas maknanya sehingga mencakupi semua jenis senyawaan dalam bidang kimia. Kata canggih yang semula bermakna 'banyak cakap, bawel, ceretwet' diperluas maknanyauntuk dipakai di bidang teknik, yang berarti 'kehilangan kesedarhanaan asli (seperti sangat rumit, ruwet, atau terkembang)'. Kata pesawat yang semula bermakna 'alat, perkakas, mesin' diperluas maknanya di bidang teknik menjadi 'kapal terbang'. Kata luah yang berasal dari bahasa Minang, dengan makna '(1) rasa mual; (2) tumpah atau limpah (tentang barang cair)', mengalami perluasan makna menjadi 'volume zat cair yang mengalir melalui permukaan per tahun waktu'. Kata pamer yang semula dalam bahasa Jawa bermakna 'beraga, berlagak' bergeser maknanya dalam bahasa Indonesia menjadi 'menunjukkan (mendemonstrasi) sesuatu yang dimiliki kepada orang banyak dengan maksud memperlihatkan kelebihan atau keunggulan'.

IV.2 Istilah Sinonim


Dua istilah atau lebih yang maknanya sama atau mirip, tetapi bentuknya berlainan, disebut sinonim. Di antara istilah sinonim itu salah satunya ditentukan sebagai istilah baku atau yang diutamakan. Misalnya:

gulma sebagai padanan weed lebih baik daripada tumbuhan pengganggu hutan bakau sebagai padanan mangrove forest lebih baik daripada hutan payau mikro- sebagai padanan micro- dalam hal tertentu lebih baik daripada renik partikel sebagai padanan particle lebih baik daripada bagian kecil atau zarah

Meskipun begitu, istilah sinonim dapat dipakai di samping istilah baku yang diutamakan. Misalnya:
Istilah asing Istilah yang diutamakan Istilah sinonim absorb serap absorb acceleration percepatan akselerasi diameter garis tengah diameter frequency frekuensi kekerapan relative relatif nisbi temperature suhu temperatur

Berikut kelompok istilah sinonim yang menyalahi asas penamaan dan pengistilahan Misalnya:

zat lemas dihindarkan karena ada nitrogen saran diri dihindarkan karena ada autosugesti ilmu pisah dihindarkan karena ada ilmu kimia ilmu pasti dihindarkan karena ada matematika

Sinonim asing yang benar-benar sama diterjemahkan dengan satu istilah Indonesia. Misalnya:

average, mean - rata-rata (rerata, purata) grounding, earthing - pengetanahan

Sinonim asing yang hampir bersamaan sedapat-dapatnya diterjemahkan dengan istilah yang berlainan. Misalnya:

axiom - aksioma law - hukum postulate - postulat rule - kaidah

IV.3 Istilah Homonim


Istilah homonim berupa dua istilah, atau lebih, yang sama ejaan dan lafalnya, tetapi maknanya berbeda, karena asalnya berlainan. Istilah homonim dapat dibedakan menjadi homograf dan homofon.
IV.3.1 Homograf

Istilah homograf ialah istilah yang sama ejaannya, tetapi berbeda lafalnya. Misalnya:

pedologi paedo - ilmu tentang hidup dan perkembangan anak pedologi pedon - ilmu tentang tanah teras - inti teras - lantai datar di muka rumah

IV.3.2 Homofon

Istilah homofon ialah istilah yang sama lafalnya, tetapi berbeda ejaannya. Misalnya:

bank dengan bang massa dengan masa sanksi dengan sangsi

IV.4 Istilah Polisem


Istilah polisem ialah bentuk yang memiliki makna ganda yang bertalian. Misalnya, kata kepala (orang) 'bagian teratas' dipakai dalam kepala (jawatan), kepala (sarung). Bentuk asing yang sifatnya polisem diterjemahkan sesuai dengan arti dalam konteksnya. Karena medan makna yang berbeda, suatu istilah asing tidak selalu berpadanan dengan kata Indonesia yang sama. Misalnya

(cushion) head - topi (tiang pancang) head (gate) - (pintu air) atas (nuclear) head - hulu (nuklir) (velocity) head - tinggi (tenaga kecepatan) (detonating) fuse - sumbu (ledak) fuse - sekering to fuse - melebur, berpadu, melakur, terbakar.

IV.5 Istilah Hiponim


Istilah hiponim ialah bentuk yang maknanya terangkum dalam hiperonim, atau subordinatnya, atau superordinatnya, yang mempunyai makna yang lebih luas. Kata mawar, melati, cempaka, misalnya, masing-masing disebut hiponim terhadap kata bunga yang menjadi hiperonim atau superordinatnya. Di dalam terjemahan, hiperonim atau superordinat pada umumnya tidak disalin dengan salah satu hiponimnya, kecuali jika dalam bahasa Indonesia tidak terdapat istilah superordinatnya. Kata poultry, misalnya diterjemahkan dengan unggas, dan tidak dengan ayam atau bebek. Jika tidak ada pasangan istilah hiperonimnya dalam bahasa Indonesia, konteks situasi atau ikatan kalimat suatu superordinat asing akan menentukan hiponim Indonesia mana yang harus dipilih. Kata rice, misalnya, dapat diterjemahkan dengan padi, gabah, beras, atau nasi, bergantung pada konteksnya.

IV.6 Istilah Taksonim


Istilah taksonim ialah hiponim dalam sistem klasifikasi konsep bawahan dan konsep atasan yang bertingkat-tingkat. Kumpulan taksonim membangun taksonimi sebagaimana takson membangun taksonomi. Berikut ini adalah bagan taksonomi makhluk. Makhluk

Bakteri hewan
o

mamalia anjing

pudel herder

sapi unggas

burung

itik ayam

manuk

ikan

teri tongkol o serangga semut capung tumbuhan

yang dimaksud dengan hubungan antara kelas atasan dan kelas bawahan dalam bagan di atas ialah hubungan makhluk dengan bakteri, hewan, damn tumbuhan atau hubungan hewan dengan mamalia, burung, ikan, dan serangga. Sementara itu, hubungan kelas bawahan dan kelas atasan ialah hubungan bakteri, hewan dan tumbuhan dengan makhluk, atau hubungan mamalia, burung, ikan, dan serangga dengan hewan.

IV.7 Istilah Meronim

Istilah Meronim ialah istilah yang maujud (entity) yang ditunjuknya merupakan bagian dari maujud lain yang menyeluruh. Istilah yang menyeluruh itu disebut holonim. Berikut ini adalah bagan meronimi tubuh. Tubuh

kepala
o o o o o o

rambu dahi mata hidung telinga mulut


lidah gigi bibir


bibir atas bibir bawah

leher dada lengan tungkai

bagan di atas memperlihatkan kata yang mengandung makna keseluruhan yang memiliki kedudukan lebih tinggi daripada kata bagiannya atau makna keseluruhan dianggap meliputi makna bagian. Kata tubuh mengandung makna keseluruhan yang mencakupi makna dada, lengan, dan tungkai. Hubungan antara tubuh dan bagiannya disebut hubungan kemeroniman. Hubungan kemeroniman dibedakan atas hubungan tubuh dengan bagiannya, hubungan kumpulan dengan anggotanya, serta hubungan antara massa dengan unsurnya tubuh adalah keseluruhan yang terjadi dari keutuhan seluruh bagiannya; kumpulan adalah keseluruhan yang terjadi dari gabungan seluruh anggotanya; massa merupakan keseluruhan yang terjadi dari peleburan seluruh unsurnya.

Anda mungkin juga menyukai