Cidera Otak DR Pramono
Cidera Otak DR Pramono
Epidemiology
Data Penderita Cedera Otak RSU Dr. Soetomo Th. 2002 2006
S Penderita Tahun S Penderita CO COB 2002 2003 2004 2005 2005 1910 1621 1670 455 467 275 199
2006
1588
195
98
6.171
49
25.13
3
Cidera Kepala (Head Injury) Physical injuries to the skull, facial fractures or soft tissue damage to the face or head without neurological consequences
Cidera Otak (Brain Injury) Physical injuries to the face or head or others with neurological consequences
Alex B. Valad, Raj Narayan
5
Severity
COB
(GCS: 3-8)
7
Verbal
Bila ada luka jahit di VK Bila menyilang sutura fraktur diastase: bahaya robekan sinus
Fragmen tulang masuk melebihi satu tebal tulang Terbuka : cito operasi Tertutup : konservatif, kecuali bila ada: Indikasi kosmetik Kejang Defisit neurologis
CT Scan
Bone View
Brain View
Fraktur Linear
10
Fraktur impressi /depressi Depressi melebihi satu tebal tulang Harus operasi
11
12
Battle sign
13
15
16
17
Contusio cerebri
Operasi : EVD
20
Subarachnoid Hemorrhage
Nyeri kepala hebat Konservatif Tx symptomatik dan suportif Tx komplikasi : hydrocephalus VP Shunt Hati2: vasospasme
21
22
PATOFISIOLOGI
23
Impact
CK
Cedera Kepala (CK)
CO
Impact
Barrier (Stiffness)
KEPALA
CIDERA KEPALA
CIDERA OTAK
Direct Impact Acceleration Decceleration Shock waves Cavitation effect Angular force
25
IMPULSE
INJURY IMPACT BRAIN INJURY
Damage blood vessels Damage axon Damage nerve cells Damage glial cells
26
Systemic
Intracranial
ICP Brain herniation EDH, SDH, ICH Edema Hydrocephalus Vasospasme Seizures Infection Hypoxic Ischemic
27
Herniation
29
Gejala Herniasi
Sakit kepala Muntah-muntah Bingung, gelisah GCS turun Lateralisasi Febris sentral Apnea
30
31
32
Algoritma
CIDERA OTAK RINGAN
Pasien cedera otak sadar dan orientasi baik (GCS 14-15) tapi ada gangguan neurologis (yang paling ringan adalah amnesia).
33
Anamnesa
Identitas px : Nama, Umur, Sex, Suku, Agama, Pekerjaan, Alamat Mekanisma trauma Waktu trauma Pernah pingsan atau sadar setelah trauma Amnesia retrograde atau antegrade Keluhan : Nyeri kepala seberapa berat, kejang, vertigo Riwayat mabuk, alkohol, narkotika Penyakit penyerta : epilepsi, jantung, asma, pernah trepanasi
34
Pemeriksaan Umum
Dari ujung rambut sampai dengan ujung kaki Primary survey (ABCDE), dan secondary survey
36
Bila ada CT scan, indikasi Foto skull hanya jika dicurigai ada fraktur mandibula, nasal, maxilla.
37
Indikasi CT-Scan
Nyeri kepala, muntah menetap Kejang
Indikasi sosial
38
Observasi di IRD
Setidaknya selama 2 jam dicatat setiap 15 menit Keadaan vital ( T, N, R, t ) Keluhan Neurologis GCS Pupil Motorik Sensorik
39
40
Mabuk, epilepsi, pernah operasi kepala Disertai penyakit lain yang berat Umur > 50 tahun Atas permintaan keluarga
41
42
Pasien
1. Stabilisasi airway, breathing dan sirkulasi (ABC) 2. Anamnesis, fisik diagnostik 3. Pemeriksaan radiologis, sesuai indikasi 4. Pemeriksaan , labolatoris DLdan GDA + Lab sesuai indikasi 5. Tx. Simtomatik + Antibiotik sesuai indikasi 6. Lapor jaga bedah saraf Infus 0,9 NS 1,5 ml/kgBB/jam (anak < 2 tahun: D5 0.25 NS 80-100 mi/kg/hari. Puasa 6 jam Obat simptomatik IV atau supp Observasi ketat sebagai pasien cidera otak Catat keadaan vital dan neurologis bila akan dikirim ke ruangan perawatan Serah terima penderita serta informasi lengkap keadaan penderita
IRD
MRS di Intermediate
Ne ICU ( ROI )
VS. Stabil Neurologis Stabil
Cepat memburuk
KRS
NeICU/ ROI
Operasi
44
Infus 0,9 NS 1,5 ml/kgBB/jam (anak < 2 tahun: D5 0.25 NS 80-100 mi/kg/hari. Puasa 6 jam
Obat simptomatik IV atau supp Observasi ketat sebagai pasien cidera otak
Catat keadaan vital dan neurologis bila akan dikirim ke ruangan perawatan
46
Penderita
IRD
Stabilisasi airway, breathing dan sirkulasi (ABC), pasang collar brace Lapor jaga bedah saraf Atasi hipotensi dengan cairan isotonis, cari penyebabnya Pemeriksaan darah (DL, BGA, GDA, cross match) Bila tensi stabil, infus 0,9 NS 1,5 ml/kgBB/jam . Anamnesis, pemeriksaan fisik umum (B1-B6) dan neurologis Obat simptomatik IV atau supp CT scan kepala, foto leher lat, thorak foto AP bila telah stabil Pemeriksaan radiologis lain atas indikasi Pasang kateter, evaluasi produksi urine
Operatif
NeICU/ ROI
MRS di intermediate
Membaik
Ruang Perawatan
NeICU/ ROI
Operasi
47
1. Stabilisasi airway, breathing dan sirkulasi (ABC), pasang collar brace 2. Lapor jaga bedah saraf 3. Atasi hipotensi dengan cairan isotonis, cari penyebabnya 4. Pemeriksaan darah (DL, BGA, GDA, cross match) 5. Bila tensi stabil, infus 0,9 NS 1,5 ml/kgBB/jam . 6. Anamnesis, pemeriksaan fisik umum (B1-B6) dan neurologis 7. Obat simptomatik IV atau supp 8. CT scan kepala, foto leher lat, thorak foto AP bila telah stabil 9. Pemeriksaan radiologis lain atas indikasi 10.Pasang kateter, evaluasi produksi urine
48
49
Penderita
IRD
Resusitasi airway, breathing dan sirkulasi, dijamin ABC baik. Bersihkan lendir, benda asing, jawthrust bila perlu, kepala tidak boleh hiperextensi, hiperflexi atau rotasi, pasang orofaring atau nasofaring tube bila perlu. Bila ada sumbatan jalan nafas akut dilakukan cricothyrotomi dan persiapan intubasi atau tracheostomi Intubasi + kontrol ventilasi ( PCO2 35 40 mmhg,, PaO2 : 80 200 atau Spo2 >97 % ) pasang orogastric tube Pasang collar brace Lihat gerakan nafas, auskultasi, palpasi, perkusi dada. Cari tandatanda pneumothorak, hematothorak, flail chest atau fraktur costa.. Bila shock, segera atasi dengan cairan isotonis (RL, NaCl, atau koloid atau darah). Cari penyebab, atasi, pertahankan tensi > 90 mmHg. Bila ada tanda-tanda TIK meningkat dan tidak ada hipotensi atau gagal ginjal dan atau gagal jantung, diberikan manitol 20% 200 ml bolus dalam 20 menit atau 5 ml/kgBB, dilanjutkan 2 ml/ kgBB dalam 20 menit setiap 6 jam, jaga osmolalitas darah < 320 mOsm. Bila kejang : Diazepam 10 mg iv pelan, dapat ditambah hingga kejang berhenti. Awasi depresi nafas, dilanjutkan phenitoin bolus10-18 mg/kgBB encerkan dengan aqua steril 20 ml iv pelan, dilanjutkan 8 mg/kgBB Bila telah stabil Infus cairan isotonis (NaCl 0,9 %) 1,5 ml/kgBB/jam pertahankan euvolume,pemasangan CVP atas indikasi. . Pemeriksaan kimia darah (DL, BGA, GDA, cross match) Anamnesis, termasuk pemakaian obat-obatan, sedasi, narkotika, intake terakhir. Pemeriksaan fisik umum dan neurologis secara cepat Obat simptomatik IV atau supp dan antibiotika sesuai indikasi Pasang kateter, catat keadaan dan produksi urine Bila tanda vital stabil : CT scan kepala, foto leher lat, thorak fot AP, Pemeriksaan radiologis lain atas indikasi Pemeriksaan refleks batang otak. Hati-hati pada pemeriksaan reflek oculocephalik Pasang ICP monitor, pertahankan tekanan <15 mmhg.atau<22 cm H2O pada pasien yang tidak ada indikasi operasi lesi intrakranial. Bila ada lesi intrakranial indikasi operasi, ICP monitor dipasang bersamaan saat operasi emergensi
Operatif
Bila keadaan fungsi vital telah stabil Catat keadaan terakhir sebelum dikirim ke ruangan ICU Lakukan serah terima secara lengkap ( keadaan penderita, obat-obatan yang diberikan dan rencana perawatan) Perawatan Cidera Otak Berat
R. Perawatan
50
1. 2.
3. 4. 5. 6. 7.
Resusitasi airway, breathing dan sirkulasi, dijamin ABC baik. Bersihkan lendir, benda asing, jawthrust bila perlu, kepala tidak boleh hiperextensi, hiperflexi atau rotasi, pasang orofaring atau nasofaring tube bila perlu. Bila ada sumbatan jalan nafas akut dilakukan cricothyrotomi dan persiapan intubasi atau tracheostomi Intubasi + kontrol ventilasi ( PCO2 35 40 mmhg,, PaO2 : 80 200 atau Spo2 >97 % ) pasang orogastric tube Pasang collar brace Lihat gerakan nafas, auskultasi, palpasi, perkusi dada. Cari tanda-tanda pneumothorak, hematothorak, flail chest atau fraktur costa.. Bila shock, segera atasi dengan cairan isotonis (RL, NaCl, atau koloid atau darah). Cari penyebab, atasi, pertahankan tensi > 90 mmHg. Bila ada tanda-tanda TIK meningkat dan tidak ada hipotensi atau gagal ginjal dan atau gagal jantung, diberikan manitol 20% 200 ml bolus dalam 20 menit atau 5 ml/kgBB, dilanjutkan 2 ml/ kgBB dalam 20 menit setiap 6 jam, jaga osmolalitas darah < 320 mOsm. Bila kejang : Diazepam 10 mg iv pelan, dapat ditambah hingga kejang berhenti. Awasi depresi nafas, dilanjutkan phenitoin bolus10-18 mg/kgBB encerkan dengan aqua steril 20 ml iv pelan, dilanjutkan 8 mg/kgBB Bila telah stabil Infus cairan isotonis (NaCl 0,9 %) 1,5 ml/kgBB/jam pertahankan euvolume,pemasangan CVP atas indikasi. Pemeriksaan kimia darah (DL, BGA, GDA, cross match) Anamnesis, termasuk pemakaian obat-obatan, sedasi, narkotika, intake terakhir. Pemeriksaan fisik umum dan neurologis secara cepat Obat simptomatik IV atau supp dan antibiotika sesuai indikasi Pasang kateter, catat keadaan dan produksi urine Bila tanda vital stabil : CT scan kepala, foto leher lat, thorak fot AP, Pemeriksaan radiologis lain atas indikasi Pemeriksaan refleks batang otak. Hati-hati pada pemeriksaan reflek oculocephalik Pasang ICP monitor, pertahankan tekanan <15 mmhg.atau<22 cm H2O pada pasien yang tidak ada indikasi operasi lesi intrakranial. Bila ada lesi intrakranial indikasi operasi, ICP monitor dipasang bersamaan saat operasi emergensi
51
Prinsip Tatalaksana: 1. Diagnosa dan terapi yg cepat dan tepat 2. Observasi ketat
52
Pra Hospital
17-20% kematian pada fase ini Brain shock Tindakan :
Deteksi dini cepat ABC Collar brace
53
Di IRD
1. Bila kejang atasi 2. Collar brace : sampai ada foto cervical 3. Head up 30 4. ABC Lab : DL, BGA Faal vital : T, N, RR 5. Sonde lambung besar dekompresi 6. Kateter 7. Evaluasi kedua : lebih teliti 8. Foto : Foto skull Foto servikal CT scan kepala 9. Jahit luka 10. Operasi
54
Di Ruang Perawatan
1. GCS
55
56
57
4. Posisi
Head up 30 drajat Posisi kepala dan leher airway Mika miki Duduk- jalan bertahap
58
5. Cairan nutrisi
COR MSS bila > 6 jam, tidak muntah, tetap stabil COS COB : puasa 1 2 hari
Infus D5 NS : Volume ~ BB Bayi : kadar gula elektrolit disesuaikan Alasan D5% NS ?
59
6. Suhu
Harus rektal Kenaikan 1 berarti
Metabolisme meningkat 10% Kebutuhan air meningkat 10 % Edema otak Resiko kejang meningkat
60
7. Gelisah
Gelisah meningkatkan metabolisme otak edema otak Cari penyebab : atasi ! Kemungkinan penyebab: Kandung kemih penuh Ngompol, sprei basah Panas Dll.
61
8. Kejang
Dosis phenitoin:
Bolus : 15 mg/kgBB/kali Pemeliharaan : 3 8 mg/kgbb/ kali
62
9. BAK BAB
BAK Kondom kateter Nelaton kateter Indwelling kateter BAB *Kapan mulai dibantu? *Metode?
- Laxatif :
Bedak
64
Mata
GCS menurun Lesi N. VII tidak bisa berkedip mata terbuka keratitis Cegah keratitis dengan : Zalf mata Kompres PZ Plester Tarsoraphy
65
66
12. Drug
Dosis Waktu pemberian Efek samping
67
13. Fisioterapi
Segera setelah fungsi vital stabil Miring kiri kanan Duduk bertahap Exercise pasif / aktif Fisioterapi napas Vibrasi, infrared
68
70
71
72
73
75
Atasi cedera otak primer, cegah cedera Otak sekunder Hilangkan Intracranial Secondary Insult dan Systemic Secondary insult Prompt diagnosis and treatment Close Observation
76
Referensi
1. Bullock MR and Gugliotta M, 2009, Pathophysiology, In : Jallo J and Loftus CM, Neurotrauma and critical care of the brain, Thieme, New York, pp.23-38. 2. Brain T Andrews: Neurosurgical Intensive Care McGraw Hill companies, inc. 3. Corrigan, JD, Selassie, AW and Orman,JA, 2010, The Epidemiology of TraumaticBrain Injury, J Head Trauma Rehabil,Vol. 25, No. 2, pp.7280. 4. Japardi I, 2004, Cidera kepala, memahami aspek-aspek penting dalam pengelolaa penderita cidera kepala, PT Buana Ilmu Populer, Kelompok Gramedia, Jakarta. 5. Lindsay KW, Bone I and Callander R, 2004, Neurology and neurosurgery illustrated, 4th edn, Churchill Livingstone, Edinburg, pp.217-30. 6. Raj K Narayan, James Wilberger Jr, John T Povlishock: Neurotrauma McGraw Hill Companies,inc. 1996 7. Peter Reilly, Ross Bullock: Head Injury Pathophysiology and Management of Severe Close Injury Chapman and Hall Medical. 1997 8. Wahyuhadi J, Suryaningtyas W and Indarto R, 2007, Guidelines of neurotrauma, Departemen Bedah Saraf, FK Unair/RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
77
78