Anda di halaman 1dari 4

Sejarah Kisah Nabi Muhammad Saw Oleh: Ajang Indra Mahasiswa Teknik Kimia Universitas Indonesia 2009 Tulisan

ini merupakan sebuah ulasan mengenai kisah agung seorang Nabi terakhir yang diutus untuk membawa keterangan nyata dari tuhan alam semesta. Tulisan ini berisi ringkasan satu episode perjalanan Nabi Muhammad beserta pelajarannya yang dapat diambil. Butuh berlembar-lembar jika ingin menuliskan seluruh kehidupannya yang menyejarah. Oleh karena itu, tulisan ini hanya akan fokus pada pembahasan mengenai satu kejadian besar yang menjadi tulang punggung berdirinya agama Islam. Dalam beberapa sirah tentang Nabi Muhammad yang ditulis oleh para sejarawan baik dari kalangan muslim maupun non-muslim, mereka tidak pernah melewatkan kajian tentang beberapa aspek penting dalam perjalanan sang Nabi. Diantara bagian sejarah kehidupan Nabi yang selalu diceritakan dan mengandung makna besar akan berdirinya agama Islam adalah peristiwa perang Badar, perang Uhud, Hijrah, shulhul Hudaibiyah (perjanjian Hudaibiyah), dan Fathu Makkah. Peristiwa-peristiwa tersebut secara umum dapat menggambarkan proses awal berdirinya agama Islam hingga menjadi bagian sejarah yang tak akan hilang. Ada satu buah kisah menarik yang tak pernah lekang dimakan zaman, kisah ini terdapat pada catatan perjalanan Nabi Muhammad saw ketika menyebarkan risalah Islam kepada semua umat manusia empat belas abad yang lalu. Peristiwa ini berkenaan dengan sebuah peperangan yang pertama kali terjadi semenjak Islam hadir di tengah-tengah bangsa arab. Karena begitu istimewanya peristiwa yang terjadi, para sejarawan selalu membahas peristiwa bersejarah ini dalam satu bahasan khusus dalam buku-buku shirah/sejarah mereka. Peristiwa bersejarah ini dikenal sebagai Perang Badar. Jika dipelajari lebih mendalam, catatan peristiwa bersejarah Badar memiliki pelajaran penting dan berharga untuk diketahui oleh semua umat Islam. Nilai sejarah yang terkandung di dalamnya mengisyaratkan kebenaran cahaya Islam yang dibawakan oleh umat Islam. Tetapi tidak hanya itu, catatan sejarah Badar

merupakan catatan universal yang dapat dipelajari oleh semua umat manusia, baik yang muslim maupun bukan. Di mana pelajaran yang terkandung di dalamnya sarat akan makna spiritual, keberanian, ketaatan, humanisme, dan juga keteladanan. Kandungan sejarah memang sejatinya tidak hanya menjadi tinta emas penghias rak-rak buku atau perpustakaan semata, atau juga hanya menjadi pengetahuan umum tanpa ada tindakan nyata sebagai bukti keluhuran budi pemerhati sejarah. Karena sejatinya seorang pemerhati sejarah adalah mereka yang tidak hanya puas dengan mengetahui seluk-beluk peristiwa sejarah, tetapi juga mereka dapat memutuskan untuk menjadi bagian dari pengambil kebijaksanaan sejarah dengan mengambil spirit atau semangat dari peristiwa sejarah dan mampu mengaplikasikannya ke dalam bentuk yang paling nyata dalam kehidupannya seharihari. Peristiwa Badar mengisyaratkan kepada kita beberapa hal penting yang sepatutnya dimiliki oleh seorang muslim. Perang Islam yang pertama ini menjadi titik penting di mana keberlangsungan agama baru, yaitu Islam, dipertaruhkan. Dalam salah satu fragmen, dikisahkan bahwa Nabi Muhammad, dalam doanya sempat menyebutkan bahwa jika Allah tidak menjadikan kemengan bagi orang Muslim di perang ini, maka Islam setelah itu tidak akan pernah ada, Nabi Muhammad bahkan menambahkan bahwa jika pada saat itu umat Islam dikalahkan, maka tidak akan ada lagi yang menyembah Allah swt. Ini semua mengisyaratkan betapa pentingnya kemenangan umat Islam di perang Badar sehingga perang ini merupakan titik fundamental kejayaan Islam beberapa tahun setelahnya. Setidaknya ada beberapa poin penting dari peristiwa Badar yang bisa kita jadikan sebagai pelajaran untuk kita semua. Di samping itu peristiwa ini mengandung beberapa mukjijat besar berkenaan dengan dukungan dan pertolongan Allah kepada kaum Muslimin yang berpegang teguh kepada prinsipprinsip keimanan mereka dan keikhlasan dalam melaksanakan tanggung jawab mereka.

Pertama, sebab awal terjadinya peperangan Badar adalah dilatarbelakangi oleh tujuan umat Islam untuk merampas harta dagangan kaum Quraisy, yaitu kafilah Abu Sufyan, sebagai ganti dari harta umat Islam yang sebelumnya pernah dirampas di Mekah. Namun, ternyata Allah menakdirkan kafilah dagang Quraisy lepas dan mempertemukan umat Islam dengan pasukan yang lebih besar dan siap dengan segala persenjataan perang. Dari sini, seorang muslim dituntut untuk selalu bersiap siaga dengan segala kemungkinan yang ada. Selama tujuan utama dari yang dilakukan adalah dakwah, maka apapun harus siap dihadapi, bahkan perang sekaligus meskipun terjadi perbedaan jumlah pasukan dan peralatan perang antara dua pasukan. Keteguhan dalam ketaatan kepada perintah Allah adalah hal yang paling utama untuk memperoleh kemenangan di jalan Allah. Kedua, ketika perang akan berlangsung, diceritakan bahwa Nabi Muhammad memerintahkan pasukannya untuk bersiap siaga dan mendirikan tenda tepat dibelakang mata air Badar. Namun ketika itu ada salah seorang dari sahabat Nabi yang mempertanyakan apakah keputusan yang diambil oleh Nabi merupakan wahyu yang turun langsung dari Allah atau hanya sebatas pendapat Nabi Muhammad. Setelah Nabi Muhammad memberikan keterangan bahwa itu merupakan pendapatnya, akhirnya sahabat tadi memberikan saran dan masukan untuk bersiap siaga di depan mata air yang langsung berhadapan dengan pasukan musuh, hal ini bertujuan untuk memonopoli keberadaan mata air sebagai sumber air minum. Apa yang disampaikan oleh seorang sahabat tadi merupakan salah satu strategi perang agar pasukan kaum Muslimin berada di posisi yang menguntungkan. Dari sini kita dapat mengambil pelajaran bahwa dalam majelis syuro/rapat, ruangruang pendapat dibuka lebar dengan tujuan untuk menghasilkan pendapat yang terbaik demi kemaslahatan bersama. Sikap demokratis yang dicontohkan Nabi merupakan pelajaran penting bagi para pemimpin maupun yang dipimpin. Kisah di atas mengajarkan kepada para pemimpin untuk senantiasa terbuka terhadap masukan, saran, bahkan kritik yang disampaikan oleh bawahannya. Bagi mereka

yang dipimpin, ada pelajaran untuk senantiasa bersikap sopan dalam menyampaikan pendapat kepada seorang pemimpin, juga untuk senantiasa memiliki jiwa kontribusi sekecil apapun, meskipun hanya pendapat dari proses analisis pribadinya sendiri. Ketiga, peristiwa Badar mengajarkan kepada kita bahwa kemenangan itu tidak ditentukan oleh banyaknya pasukan yang ada, atau ditentukan oleh lengkapnya persenjataan. Dalam peristiwa Badar Allah ingin menunjukkan bahwa yang paling berperan penting dalam proses menuju kemenangan adalah kekuatan iman, ruhiyah, keyakinan kepada janji dan pahala dari Allah. Kekuatan iman itulah yang kemudian mendatangkan pertolongan Allah berupa pasukan tak terlihat yang merupakan malaikat-Nya. Selain itu, kekuatan tertinggi dari spirit umat Muslim pada saat itu terletak dari pemahaman akan kemenangan yang sebenarnya. Bagi umat Muslim, kematian bisa jadi merupakan kemenangan yang ditunggu-tunggu, karena kematian bagi mereka hanya satu langkah lebih cepat mengantarkan mereka ke surga Allah sebagai orang-orang yang syahid. Hidup atau mati bagi seorang muslim adalah sederhana ketika keduanya ditujukan hanya untuk mendapatkan keridloan Allah. Pelajaran-pelajaran yang dapat diambil dari peristiwa Badar sejatinya sangat banyak. Dalam setiap momen sejarah perjalanan Islam, terkandung makna yang sangat berharga untuk dipelajari oleh semua umat manusia. Namun demikian, sejarah akan tetap menjadi sejarah hanya jika kita memandangnya dari salah satu sudut cerita saja. Sejarah diciptakan sebagai bagian dari rangkaian penopang terwujudnya sejarah saat ini maupun di masa mendatang. Artinya sejarah diciptakan untuk menciptakan sejarah pula. Hal ini bisa terjadi ketika kita sebagai pemerhati dan pembelajar sejarah mampu menarik benang merah dari intisari nilai sejarah untuk kemudian dijadikan pedoman untuk mencetak sejarah berikutnya. Pada akhirnya, ketika kita mampu menjadi bagian dari pengambil kebijaksanaan sejarah, kita pula yang akan menjadi bagian dari sejarah. Edited, 16 September 2012

Anda mungkin juga menyukai