DISUSUN OLEH:
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Perang
Mut’ah” sesuai rencana.
Dengan ini, kami sangat berterima kasih kepada semua pihak yang telah
turut mendukung penyusunan makalah ini. Maka pada kesempatan kali ini kami
ingin berterima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Aji Effendi, S. Pd. selaku guru pengampu sekaligus guru mata
pelajaran Sirah.
2. Guru-guru yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.
3. Orang tua dan keluarga yang telah banyak memberikan semangat dan
motivasi sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami juga sadari kalau masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam
penyusunan makalah ini. Oleh sebab itu, kami mohon saran dan kritik yang
membangun agar bisa lebih baik lagi ke depannya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUIAN.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................1
1.3 Tujuan...........................................................................................................1
BAB II
PEMBAHASAN.....................................................................................................3
2.1 Sebab Terjadinya Perang Mut’ah..............................................................3
2.2 Wasiat Rasulullah Sebelum Perang Kepada Para Panglima...................5
2.3 Pelepasan Pasukan.......................................................................................5
2.4 Majelis Permusyawaratan di Mu’an..........................................................6
2.5 Pasukan Muslimin Mendekati Musuh.......................................................6
2.6 Siasat Khalid bin Walid...............................................................................8
2.7 Perang Dzatu Salasil....................................................................................9
2.8 Pasukan Abu Qatadah ke Khadirah........................................................10
2.9 Ibrah Dari Perang Mu’tah........................................................................10
2.10 Para Sahabat yang Syahid dalam Perang Mut’ah................................12
BAB III
PENUTUP.............................................................................................................14
3.1 Kesimpulan.................................................................................................14
3.2 Saran............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUIAN
1
1.3 Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui sebab terjadinya perang Mu’tah.
2. Mengetahui jalannya perang Mu’tah.
3. Mengetahui ibrah yang dapat diambil dari perang Mu’tah.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Nabi Muhammad SAW belum merasa perlu untuk segera menaklukan kota
Makkah. Beliau yakin, penaklukan kota itu hanya tinggal menunggu waktu.
Perjanjian Hudaibiyah baru setahun berjalan, sehingga beliau tidak mau
melanggar perjanjian itu. Beliau sangat setia pada janji atau apa pun yang beliau
ucapkan. Tidak ada satupun ucapan atau janji yang dilanggarnya. Karena itu,
selama beberapa bulan setelah beliau pulang dan menetap lagi di Madinah, tidak
ada lagi bentrokan, kecuali beberapa ekspedisi kecil, seperti pengiriman lima
puluh orang sahabat kepada bani Sulaim untuk mengajak mereka masuk Islam,
tetapi Bani Sulaim menolak dan menyerang para sahabat. Akibatnya, mereka
diperangi dan yang berhasil meloloskan diri hanya pemimpin mereka. Rasulullah
juga mengirimkan pasukan untuk memerangi Bani al-Laits yang pernah
menyerang kaum muslimin. Hukuman juga dijatuhkan kepada Bani Murrah akibat
penghianatan yang mereka lakukan. Lalu mengirim lima belas orang ke Dzatu
Thalh di perbatasan Syam mengajak penduduk di sana untuk memeluk Islam,
tetapi mereka menolakdan memilih perang. Para sahabat Nabi terbunuh dalam
bentrokan itu dan hanya pemimpin mereka yang berhasil menyelamatkan diri.
Selain itu, latar belakang perang ini karena Rasulullah mengutus Al-Harits
bin Umair untuk mengantar surat kepada pemimpin Bushra. Namun di perjalanan
ia dihadang oleh Syurahbil bin Amr Al-Ghassaril, pemimpin Al Balaqa yang
termasuk dalam wilayah Syam di bawah pemerintah Qaishar. Syurahbil mengikat
Al Harits dan membawanya ke hadapan Qaishar lalu ia memenggal
lehernya. Bahkan mereka mengejek-ejek Nabi Muhammad SAW. Oleh karena itu,
adalah wajar kalau kaum muslimin mengadakan pembalasan, dan tidak menelan
mentah begitu saja penghinaan yang ditimpakan kepada mereka.
Para ahli sejarah masih berbeda pendapat mengenai penyebab utama
terjadinya perang Mu’tah. Sebagian mereka berpendapat bahwa dibunuhnya
sahabat Nabi di Dzatu Thalh itulah yang mendorong Nabi menyerang mereka
untuk memberi hukuman atas pengkhianatan mereka. Sebagian lain berpendapat
bahwa ketika Nabi mengirim seorang utusan kepada gubernur Heraklius di
Bushra, utusan itu dibunuh oleh orang Badhwi dari Bani Ghassan atas nama
Heraklius.
4
2.2 Wasiat Rasulullah Sebelum Perang Kepada Para Panglima
Setelah Rasulullah SAW mengutus dan menyeru kaum muslimin agar
berangkat menuju Syam, dengan serta merta berkumpullah sebanyak 3000 tentara
kaum muslimin yang siap berangkat ke Mu’tah. Rasulullah tidak ikut serta
bersama mereka. Dengan demikian perang ini bukanlah “Ghazwah”, melainkan
hanya “Sariyah”. Akan tetapi, hampir semua ulama Sirah menamakan “Ghazwah”
karena banyaknya kaum muslimin yang berangkat dan arti penting di dalamnya.
Rasulullah berpesan kepada mereka, “Yang bertindak sebagai amir (panglima
perang) adalah Zaid bin Haritsah. Jika Zaid gugur, Ja’far bin Abu Thalib
penggantinya. Bila Ja’far gugur Abdullah bin Rawahah penggantinya. Jika
Abdullah bin Rawahah gugur hendaklah kaum muslimin memilih penggantinya.”
Selanjutnya Nabi mewasiatkan kepada mereka agar sesampainya di sana mereka
menyerang dan meminta pertolongan kepada Allah SWT.
7
2.6 Siasat Khalid bin Walid
Di malam itulah Khalid bin Walid menyusun siasat perangnya. Ia membagi-
bagi pasukannya ke dalam beberapa unit yang lebih kecil, lalu mereka semua
diatur dalam barisan yang memanjang. Lalu saat fajar menjelang, semua pasukan
itu bergerak maju dari barisan terdepan hingga barisan belakang. Saat pagi datang,
ketika pasukan musuh terbangun, mereka mendengar kegaduhan dan hiruk piruk
dari markas pasukan kaum muslimin seakan-akan tengah menyambut datangnya
bala bantuan. Teriakan dan kegempitaan kaum muslimin di pagi hari itu benar-
benar mengguncangkan mental pasukan musuh. Jika pasukan yang jumlahnya
hanya 3000 orang saja membuat mereka kerepotan, pikir pasukan Romawi,
sehingga banyak di antara mereka yang terbunuh, apalagi sekarang ditambah
datangnya bala bantuan dari Madinah. Sementara itu, mereka sama sekali tidak
tahu, berapa besar kekuatan bantuan yang baru datang itu.
Akhirnya pasukan romawi mengambil langkah taktis untuk menghindari
serangan Khalid dan mereka akan merasa senang jika Khalid tidak sampai
menyerang mereka. Akan tetapi sebenarnya Khalid lebih senang lagi karena ia
akan bisa menarik mundur pasukan muslim kembali ke Madinah. Keputusan
itulah yang diambil Khalid bin Walid untuk menyelamatkan kaum muslimin dari
pembantaian. Memang mereka tidak memerangi peperangan itu, tetapi juga tidak
memberikan kemenangan kepada musuh mereka.
Ketika Khalid bin Walid dan pasukannya telah mendekati Madinah,
Rasulullah SAW dan kaum muslimin yang lain sudah bersiap-siap menyambut
mereka. Atas permintaan Rasulullah, Abdullah bin Ja’far dibawa dan diangkatnya
di depannya. Orang ramai dan menaburkan tanah mengejek pasukan seraya
berkata “Wahai para pelarian! Sungguh kalian telah lari dari jalan Allah”.
Namun, Rasulullah menegur dan berkata “Mereka bukan pelarian. Akan
tetapi mereka adalah orang yang akan tampil kembali, insya Allah.”
Meskipun Rasulullah terus berusaha menghibur dan menenangkan pasukan
yang baru pulang dari Mu’tah itu, kaum muslimin belum bisa memaafkan mereka
karena mereka mundur dari medan perang. Bahkan Salman ibn Hisyam tidak mau
ikut shalat bersama-sama kaum muslim, khawatir masih mendengar ejekan orang
8
bila melihatnya : “Wahai para pelarian! Sungguh kalian telah lari dari jalan
Allah”.
Jumlah korban yang gugur dalam peperangan ini dalam pihak dari pasukan
muslim ada 12 orang. Sedangkan dari pasukan Romawi tidak bisa diketahui.
Hanya saja dalam melihat rincian jalannya perang ini, mestinya korban dipihak
mereka jauh lebih banyak.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perang Mu’tah ini terjadi karena Rasulullah mengutus utusan untuk
mengirim beberapa surat kepada raja-raja dan pemimpin-pemimpin. Dalam surat
itu Rasulullah mengajak mereka untuk masuk Islam, tetapi mereka menolak dan
membunuh utusan dan juga menghina Rasulullah.
Rasulullah mengirim pasukan sebanyak 3000 orang di bawah pimpinan Zaid
bin Haritsah. Untuk menanti umat Islam Romawi bergabung dengan bani Ghassan
yang jadi sekutunya.
Peperangan terjadi dan Zaid bin Haritsah gugur dan diganti oleh Ja’far bin
Abu Thalib dan gugur kemusian diganti dengan Abdulah bin Rawabah yang
sempat ragu dan ia juga gugur, kemudian diganti oleh Khalid bin Al-Walid.
Dengan strategi yang jitu akhirnya perang berakhir dengan keberhasilan Khalid
menyelamatkan kaum muslimin dan Romawi pergi meninggalkan peperangan.
Ketika Khalid bin Walid dan pasukannya telah mendekati madinah,
Rasulullah dan kaum muslimin yang lain sudah bersiap-siap menyambut mereka.
atas permintaan Rasulullah, Abdullah bin Ja’far dibawa dan diangkatnya di
depannya. Orang ramai dan menaburkan tanah mengejek pasukan seraya berkata
“wahai para pelarian! Sungguh kalian telah lari dari jalan Allah”.
Namun, Rasulullah menegur dan berkata “Mereka bukan pelarian. Akan
tetapi mereka adalah orang yang akan tampil kembali, insya Allah.”.
Meskipun Rasulullah terus berusaha menghibur dan menenangkan pasukan
yang baru pulang dari Mu’tah itu, kaum muslim belum bisa memaafkan mereka
karena mereka mundur dari medan perang. Bahkan Salman Ibn Hisyam tidak mau
ikut shalat bersama-sama kaum muslim, khawatir masih mendengar ejekan orang
bila melihatnya: “Wahai para pelarian! Sungguh kalian telah lari dari jalan Allah”.
Jumlah korban yang gugur dalam peperangan ini dalam pihak dari pasukan
muslim ada dua belas orang. Sedangkan dari pasukan Romawi tidak bisa
14
diketahui. Hanya saja dalam melihat rincian jalannya perang ini, mestinya korban
di pihak mereka jauh lebih banyak.
3.2 Saran
Kami berharap kepada pembaca agar bisa mengetahui, memahami, dan
mengerti bagaimana peperangan yang terjadi pada zaman Rasulullah, yang salah
satunya adalah perang Mu’tah ini dengan baik. Dan kami berharap kepada
pembaca agar dapat mengambil ibrah dari adanya perang Mu’tah.
15
DAFTAR PUSTAKA
16