Dosen Pembimbing:
Ust. Asron Kholifh, M.Ag
Disusun Oleh :
Afriyadi Setiyawan (NIM 04.18.019)
Semester : 2 ( Dua )
Jurusan : Perbandingan Madzhab
Prodi : Sirah Nabawiyah II
SEKOLAH TINGGI ILMU SYARIAH
(STIS) AL MANAR
2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah ﷻyang telah melimpahkan rahmat dan karunia
Nya sehingga saya diberikan waktu dan kesempatan untuk menyelesaikan makalah Sirah Nabawiyah II
dengan judul “Sejarah Perang Khaibar dan Perang Mut’ah”.
Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sirah Nabawiyah II jurusan Perbandingan
Mazhab, STIS Al Manar. Saya menulis makalah ini untuk membantu mahasiswa supaya lebih memahami
mata kuliah Sirah Nabawiyah khususnya mengenai Sejarah Perang Khaibar dan Perang Mut’ah.
Terima kasih saya ucapkan kepada semua pihak termasuk dosen pembimbing yang telah
membimbing dalam perkuliahan dan teman-teman yang berpartisipasi dalam penyusunan tugas ini
sehingga memungkinkan terselesaikan makalah ini, meskipun banyak terdapat kekurangan.
Akhir kata, saya berharap mudah-mudahan makalah ini dapat memberikan sumbangan pikiran dan
bermanfaat khususnya bagi saya dan umumnya bagi pembaca. Saya menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari sempurna, mengingat keterbatasan kemampuan dan pengetahuan saya. Oleh karena itu dengan
terbuka dan senang hati saya menerima kritik dan saran dari semua pihak.
DAFTAR ISI
ii
Kata Pengantar............................................................................................................. ii
Daftar Isi........................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah........................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN
I. Perang Khaibar......................................................................................................
A. Sejarah Perang Khaibar....................................................................................... 6-7
B. Latar Belakang Perang Khaibar.......................................................................... 7
C. Jalannya Perang Khaibar..................................................................................... 8-9
D. Pasca Perang Khaibar......................................................................................... 9-12
E. Ibroh Perang Khaibar.......................................................................................... 12-15
II. Perang Mut’ah........................................................................................................
A. Sejarah Perang Mut’ah........................................................................................ 15
B. Latar Belakang Perang Mut’ah........................................................................... 15
C. Jalannya Perang Mut’ah...................................................................................... 16-17
D. Pasca Perang Mut’ah........................................................................................... 17-18
E. Ibroh Perang Mut’ah........................................................................................... 18
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................................................... 19
B. Kritik dan Saran.............................................................................................................. 19
Daftar Pustaka.............................................................................................................. 20
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pengkhianatan dan pembelotan adalah motif umum dalam narasi banyak budaya. Dalam
pandangan Islam, Perang Khaibar adalah sebuah kisah pengkhianatan dan konsekuensi
mengerikan akibat merencanakan suatu perlawanan terhadap Allah dan Nabi-Nya. Meski bisa jadi
tidak semua Yahudi Khaibar memusuhi Islam, namun dengan dominannya tokoh-tokoh dan
orang-orang yang mendukung permusuhan kepada Islam, maka peran pengkhianat diasumsikan
oleh keseluruhan kelompok Khaibar, dan bukan pada satu atau beberapa individu saja.
Dengan demikian, pengutukan terhadap suatu kelompok sebagai pengkhianat bukan berarti
menafikan sama sekali adanya orang-orang baik dari mereka. Namun karena kelompok tersebut
didominasi oleh para pengkhianat, sehingga semuanya dihukumi berdasarkan kelompok yang
dominan. Kecuali mereka yang secara terang-terangan memisahkan diri dari kelompok tersebut.
Peperangan pada masa nabi bukanlah hal yang mengherankan akan tetapi hal yang harus kita
yakini bahwa sejarah peperangan umat islam merupakan warisan sejarah dari perkembangan dan
penaklukan serta kejayaan umat islam pada masa lampau, perang yang pernah berlangsung ketika
Rasulullah sebelum wafat berjumlah banyak dan bahkan Rasulullah saw ikut dalam peperangan
tersebut.
Kemukjizatan Rasulullah tidak terlepas dari peperangan-peperangan yang terjadi pada saat
itu, selain perang Khaibar ada pula adalah peperangan melawan pasukan romawi dan berhasil
memukul mundur bangsa romawi berkat apa yang di sabdakan beliau tentang pengangkatan ke
tiga panglima perang kaum muslimin.
Perang mu’tah ini merupakah kelanjutan dari pembunuhan utusan Rasulullah kepada Raja
Bashrah yang di hadang oleh Surahbil selain itu perang ini merupakan awal pembuka dan
penaklukan negara atau kota yang di kuasai oleh bangsa romawi, nasrani, dan yahudi. Ini
membuktikan bahwa penegakan agama Allah harus melalui fase fase pemberitahuan hingga
diperangi.
4
B. RUMUSAN MASALAH
I. Perang Khaibar
5
BAB II
PEMBAHASAN
I. PERANG KHAIBAR
A. Sejarah Perang Khaibar
Perang Khaibar (bahasa Arab: )غزوة خيبرadalah salah satu perang yang diikuti oleh Nabi Muhammad
saw atau disebut juga "Ghazwah" pada tahun ke-7 H/628 M. Penyebab perang ini adalah orang-orang
Yahudi Khaibar melindungi orang-orang Yahudi yang diusir Rasulullah saw dari Madinah, terlebih setelah
adanya provokasi dari sebagian kabilah Arab. Perang Khaibar dimenangkan pihak Islam dan kaum Yahudi
Khaibar diusir dari tempat tersebut. Keberanian dan kegagahan Ali bin Abu Thalib ra yang berhasil
menaklukkan sebagian benteng Khaibar merupakan kunci penting dalam kemenangan yang dicapai kaum
muslimin.
Wilayah Khaibar saat ini berada di 165 km arah utara kota Madinah, tepatnya di ujung jalur arah ke
Syam (Jalur Tabuk). Pusat Khaibar adalah kota al-Syuraif. Wilayah Khaibar meliputi kawasan pertanian
subur yang berada di daerah bebatuan yang terletak pada ketinggian 854 meter di atas permukaan laut.
Khaibar memiliki lembah besar, air, lahan pertanian dan penduduk yang banyak. Penghasilan terbesar
daerah ini didapat dari kurma yang memang sejak dulu terkenal keunggulannya. Mayoritas penduduk
Khaibar berasal dari kabilah Anzah. Mereka tinggal di desa Surair dan daerah sekitar lembah Gharas
(keluarga) Bani Rasyid.
Pada awal bulan Muharam tahun ke-7 H/628 Rasulullah saw bertolak menuju ke Khaibar. Dan di
bulan Shafar beliau telah berhasil menguasai Khaibar, kemudian pada awal bulan Rabiul Akhir tahun ke-
7H/628M rombongan sudah kembali ke Madinah. Saat bertolak ke Khaibar Rasulullah saw mewakilkan
kepemimpinan Madinah kepada Siba’ bin Urfithah atau Abu Dzar al-Ghifari. Dalam memimpin pasukan
Rasulullah saw menugaskan Imam Ali ra untuk mengawal mereka sekaligus membawa panji perang
berwarna putih.
Para sejarawan menyebutkan, pasukan Islam dalam Perang Khaibar berjumlah 1400 orang. Ada
yang menyebutkan jumlahnya sama dengan orang yang ikut hadir di Hudaibiyah, yaitu 1500 orang dan
sebagian lain meyebutkan 1540 orang. Di antara pasukan Islam terdapat 20 orang muslimah, termasuk
Ummu Salamah, istri Nabi saw. Atas ijin Nabi saw, sebagian perempuan dari Bani Ghaffar ikut ke medan
perang untuk membantu dan merawat pasukan Islam. Selain itu ada 10 orang Yahudi Madinah dan
beberapa budak yang ikut berpihak pada Rasulullah saw.
Para sejarawan menyebutkan, jumlah penduduk Khaibar yang siap tempur saat itu mencapai
10.000 hingga 20.000 orang. Mereka hampir tidak percaya bagaimana mungkin Rasulullah saw berani
menghadapi pasukan yang jauh lebih besar jumlahnya dibanding pasukannya. Terlebih Yahudi Khaibar
memiliki benteng pertahanan yang sangat kokoh dan menjulang tinggi di atas gunung-gunung. Mereka
6
juga memiliki persenjataan dan orang yang sangat banyak serta menguasai persediaan air yang tak ada
habisnya. Dengan semua itu mestinya dengan mudah mereka akan mampu bertahan hingga beberapa
tahun. Sebagian Yahudi Madinah berusaha membuat pesimis kaum muslimin. Menurut mereka, pasukan
Islam tidak akan bisa menghadapi pihak Khaibar yang memiliki benteng pertahanan yang sangat kukuh
itu. Mereka bahkan mengutus seseorang pada Kinanah bin Abi Huqaiq yang ada di Khaibar untuk
memberitahukan bahwa pasukan Islam tidak memiliki banyak senjata. Pihak kafir Quraisy juga sangat
yakin Yahudi Khaibar akan menang melawan Rasulullah saw.
7
C. Jalannya Perang Khaibar
Awal Pertempuran
Di hari pertama pertempuran 50 pihak Islam mengalami luka-luka. Selama tujuh hari tujuh malam
Rasulullah saw menjadikan Raji’ sebagai pangkalannya. Setiap hari beliau selalu menyertai kaum
muslimin bertempur menghadapi Yahudi. Pada malam ke-6 seorang Yahudi bernama Samak, warga
Nuthat, menemui Rasulullah saw. Dia meminta perlindungan kepada kaum muslimin dan bersedia
menunjukkan arah menuju benteng. Menurut keterangannya, Nuthat yang merupakan gudang
penyimpanan makanan dan peralatan perang, saat itu kondisinya sedang mengkhawatirkan. Penduduknya
banyak yang meninggalkan benteng karena merasa takut dan cemas. Setelah mendapat keterangan
tersebut, paginya pasukan Islam menuju ke sana dan berhasil menaklukkan benteng Nuthat. Akhirnya
Yahudi tadi masuk Islam.
Penaklukan Benteng Na’im
Diceritakan bahwa benteng Naim merupakan benteng pertahan Khaibar pertama yang berhasil dikuasai
Rasulullah saw. Benteng ini memiliki banyak rintangan berlapis yang harus ditembus. Untuk dapat
menggempurnya Rasulullah saw menerjunkan segenap barisan pasukannya. Menghadapi itu Yahudi
menghujani kaum muslimin dengan anak panah. Guna melindungi Rasulullah saw para prajurit Islam
menjadikan diri mereka sebagai tameng. Di hari itu Rasulullah saw memberikan bendera putihnya kepada
dua orang dari pihak Muhajirin (menurut riwayat Ibnu Ishaq, mereka adalah Abu Bakar dan Umar)
kemudian kepada seorang dari pihak Anshar. Namun sayangnya masing-masing dari mereka gagal
mengemban tugas. Rasulullah saw bersabda, “Besok akan kuserahkan panji kepada seseorang yang Allah
swt dan Rasul-Nya mencintainya. Allah akan memenangkan kaum muslimin lewat tangannya…”. Pagi
harinya Rasulullah saw memanggil Imam Ali ra yang saat itu sedang sakit mata. Dengan mukjizatnya
beliau menyembuhkannya lalu meyerahkan panjinya kepadanya.
Terbunuhnya Harits Saudara Marhab
Terjunnya Harits bersama pasukannya ke medan perang membuat pasukan Islam kocar-kacir. Hanya
Imam Ali as yang tetap bertahan mengahadapinya. Imam Ali ra berhasil membunuhnya sehingga pasukan
Harits berlarian dan berlindung ke balik benteng lalu menutup gerbangnya. Mendapat kenyataan itu,
Marhab, saudara Harits yang merupakan jagoan Yahudi keluar seraya meneriakkan syair.
Terbunuhnya Marhab
Menurut sebagian riwayat, atas ijin Rasulullah saw, Muhammad bin Musallamah berduel menghadapi
Marhab hingga berhasil membunuhnya dengan pedangnya, sebagian menyebutkan dia hanya berhasil
melukainya. Kemudian pertempuran dilanjutkan oleh Imam Ali ra hingga Marhab terbunuh. Namun
banyak riwayat lain menyebutkan, sejak awal Imam Ali ra berduel dengan Marhab dan mengalahkannya
sehingga benteng dapat dikuasai.Sebagian sejarawan Ahlussunnah terkemuka lebih menerima riwayat
versi kedua.
Penaklukan Benteng Qamush
8
Dikabarkan, benteng Qamush merupakan benteng terbesar, terkokoh, dan terkuat di Khaibar.
Rasulullah saw telah menyerahkan panji kemenangan kepada Imam Ali ra. Begitu Imam Ali ra berhasil
membunuh Marhab, dengan mudah benteng tersebut berhasil dikuasai.
Menurut riwayat Abu Rafi’, Imam Ali ra diserang seseorang di dekat gerbang benteng hingga tameng
beliau terjatuh. Sebagai ganti tamengnya Imam Ali ra segera menjebol gerbang yang ada di dekatnya.
Dengan tameng baru itu Imam melanjutkan pertempurannya hingga berhasil merobohkan pertahanan
benteng. Setelah benteng berhasil ditaklukkan, Imam segera mengirimkan kabar tersebut kepada
Rasulullah saw.
Menurut riwayat, orang yang menyerang Imam Ali ra itu adalah Marhab. Dikatakan, karena begitu
besar dan beratnya, setelah pertempuran selesai, gerbang yang digunakan Imam Ali ra sebagai tameng tadi
hanya mampu diangkat oleh 40 atau 70 orang. Para perawi sepakat bahwa penaklukan Khaibar yang
dilakukan Imam Ali ra merupakan satu dari sekian banyak keutamaan dan jasa besar beliau. Begitu para
jagoan Yahudi dan pasukan penjaga benteng Nai’m berhasil disingkirkan maka jalan untuk menaklukkan
seluruh Khaibar menjadi mudah.
Pengepungan dan Penaklukan Benteng Nuthat
Di Nuthat juga terdapat benteng Sha’ab bin Mu’adz. Di dalamnya terdapat persediaan bahan makanan,
ternak, barang-barang kebutuhan dan 500 prajurit. Kaum muslimin mengepung benteng Nuthat dan
bertempur selama 10 hari. Ketika mereka, terlebih orang-orang dari kabilah Bani Aslam, menjadi lemah
karena lapar, Rasulullah saw memohon kepada Allah swt supaya menganugerahkan kemenangan atas
benteng terbesar dan terkaya itu kepada kaum muslimin. Setelah melewati pertempuran sengit selama dua
hari, atas pertolongan Allah swt, paginya di hari ketiga benteng Sha’ab bin Mu’adz berhasil ditaklukkan.
Orang-orang Yahudi lari meninggalkan benteng Na’im, Nuthat dan Sha’ab bin Mu’adz menuju benteng
Zubair yang merupakan benteng sangat kokoh dan tinggi.
Benteng ini juga dikepung selama 3 hari. Hingga seorang Yahudi menemui Rasulullah saw untuk
meminta perlindungan dan bersedia menunjukkan jalan untuk menguasai benteng. Setelah bertempur
hebat, kaum muslimin berhasil menaklukkan benteng terakhir yang ada di Nuthat.
Ketenangan Kaum Muslimin dan Perpindahan Pangkalan
Penduduk Nuthat merupakan Yahudi paling berani di Khaibar. Setelah menaklukkan benteng Nuthat,
pihak Islam lebih merasa tenang dalam menghadapi peperangan dan gerilya dari pihak Yahudi. Rasulullah
saw memerintahkan untuk memindahkan pangkalan militer yang ada di Raji’ ke tenpat semula yaitu
Manzilah. Setelah itu rombongan berangkat ke benteng Syaqq yang memiliki beberapa lapis benteng.
Setelah melalui pertempuran yang berat, pihak Islam berhasil menaklukkan benteng Sumran dan disusul
benteng Nizar serta menawan penghuninya.
9
Permohonan Damai dari Pihak Yahudi
Benteng Nizar adalah tempat terakhir berlangsungnya pertempuran di Khaibar. Begitu benteng ini
dikuasai pihak Islam, semua pengungsi Yahudi yang berasal dari benteng Nuthat dan Syaqq kembali
melarikan diri ke benteng lainnya, di antaranya ke benteng Qamush, Wathih, dan Salalim. Mereka
menutup seluruh gerbang yang ada. Melihat itu Rasulullah saw memutuskan untuk menggunakan ketapel
besar. Setelah terkepung selama 14 hari, akhirnya pihak Yahudi merasa putus harapan. Mereka
mengajukan perdamaian kepada Rasulullah saw. Kinanah bin Abi Huqaiq, pimpinan benteng Salalim,
meski sangat mahir memanah, dia memerintahkan anak buahnya untuk tidak membidikkan anak panah.
Sejenak kemudian dia bersama beberapa orang Yahudi dari benteng Kutaibah (yang berjumlah lebih dari
2000 orang termasuk anak-anak dan wanita) mengadakan perdamaian dengan Rasulullah saw. Rasulullah
saw menerimanya dan menjamin keselamatan mereka, sedangkan mereka menyerahkan harta, emas, perak
dan baju perang mereka kepada pihak Nabi saw. Wathih dan Salalim adalah benteng Khaibar terakhir yang
berhasil ditaklukkan.
Isi Perjanjian Damai
Dalam kesepakatan perjanjian damai antara kedua belah pihak ditetapkan, para prajurit Yahudi yang
ada di dalam benteng akan dibiarkan selamat. Mereka bersama istri dan anak-anak harus meninggalkan
wilayah Khaibar dan menyerahkan harta, tanah, senjata, baju dan peralatan perang kepada Rasulullah.
Penemuan Harta Karun
Ketika Rasulullah saw menemukan harta dan perhiasan yang disembunyikan Kinanah dan saudaranya
di benteng Kutaibah, mereka menngakuinya. Beliau lalu memberikan harta itu kepada dua orang Islam
sebagai dana kisas atas terbunuhnya keluarga mereka. Di samping itu, karena pihak Yahudi tadi
mengkhianati perjanjian, sesuai kesepakatan, maka harta mereka akan disita. Adapun istri dan anak-anak
mereka akan ditawan.
Durasi Perang Khaibar
Tidak seperti yang dibayangkan, Yahudi Khaibar akhirnya berhasil dikalahkan dan menyerah kepada
Rasulullah saw. Ini merupakan kekalahan kedua bagi pihak Yahudi setelah mengalami pertempuran dan
pengepungan kurang lebih sebulan. Karenanya, tahun ke-7 H/628 dinamakan tahun al-Istighlab
(kemenangan).
Rasulullah saw dan Para Sahabatnya Diracun
Sebagian pendapat menyebutkan, setelah penaklukkan Khaibar, Zainab binti Harits (istri Sallam bin
Misykam, tokoh Yahudi) ingin membalas dendam kepada Rasulullah saw dan muslimin atas terbunuhnya
ayah, paman dan suaminya. Dia berpura-pura baik dengan memberikan hadiah daging (beracun) kepada
Rasulullah saw. Beliau dan sebagian sahabatnya, di antarnya Basyar bin Barra’, sempat makan beberapa
suap daging itu. Tiba-tiba Rasulullah saw menyuruh mereka menghentikan makan. Basyar meninggal
keracunan pada saat itu juga (atau setahun kemudian). Sedangkan Rasulullah saw akhirnya meninggal
karena daging beracun tersebut.
10
Jumlah Yang Terbunuh
Dalam pertempuran Khaibar di pihak Islam ada 15 atau 18 orang yang mati syahid. Sedangkan di
pihak Yahudi 93 orang yang terbunuh.
Penambahan Kekuatan Militer Islam
Kemenangan pihak Rasulullah saw di Khaibar otomatis menambah kekuatan Islam di segi militer dan
pendanaan. Hal itu sekaligus melemahkan kekuatan kafir Quraisy dan sekutunya.
Rampasan Perang
Rasulullah saw menugaskan Farwah bin Amr al-Bayadhi untuk menjaga harta rampasan perang
(ghanimah) Khaibar yang didapat dari benteng Syaq, Nuthat dan Kutaibah. Beliau berpesan, sekalipun jika
ada yang mengambil benang dan jarum harus segera mengembalikannya. Rasulullah saw membagi
ghanimah itu menjadi lima bagian. Satu bagian (Allah swt yang disebut Khumus) beliau sisihkan untuk
diberikan kepada istri-istri beliau, Ahlulbait (Ali as dan Fatimah sa), anak keturunan Abdul Muththalib bin
Hasyim bin Abdu Manaf, keturunan Muthallib bin Abdu Manaf, sebagian sahabat, anak-anak yatim dan
fakir miskin. Sementara empat bagian lainnya beliau jual. Sedangkan harta yang diperoleh dari Khaibar
daerah lain, seperti dari Wathih dan Salalim, karena diperoleh tanpa terjadi pertempuran (Fai’), khusus
dimiliki Rasulullah saw.
Pihak Penerima Ghanimah
Setelah memisahkan hak Allah swt dari Harta rampasan dari perang di Khaibar (ghanimah), Rasulullah
saw bagikan sisa harta itu kapada orang-orang yang dulu ikut serta dalam Peristiwa Hudaibiyah, baik yang
kemudian ikut dalam perang Khaibar atau tidak. Namun menurut pandangan Waqidi, pendapat yang
paling tepat adalah Rasulullah saw memberikan hak kepada sekelompok orang yang andil dalam Perang
Khaibar mekipun sebelumnya mereka tidak ikut dalam Perang Hudaibiyah. Mereka juga mendapat hak
dari hasil penjualan barang-barang rampasan. Jumlah seluruh saham ada 1800, lalu dibagi lagi menjadi 18
bagian, dan tiap sahamnya dikelola oleh petugas.
Setelah seluruh Khaibar berhasil ditaklukkan, sekelompok orang dari kabilah Daus bersama Abu
Hurairah dan Thufail bin Amr dan sejumlah orang dari Kabilah Asyja’ datang ke Khaibar. Rasulullah saw
juga memberikan bagian kepada mereka. Selain itu Rasulullah saw juga memberikan hak kepada orang-
orang Yahudi, budak, dan para wanita yang ikut mendukung beliau di Perang Khaibar.
Permohonan Yahudi untuk Bertani di Khaibar
Setelah penaklukan Khaibar, Yahudi Khaibar memohon pada Rasulullah saw supaya tetap
mengijinkan mereka untuk bertani kurma di tanah Khaibar. Rasul saw mengijinkannya, namun mereka
harus menyerahkan setengah dari hasil pertanian Khaibar. Dengan terbentuknya kesepakatan itu
Rasulullah saw berjanji akan menjamin keselamatan harta, tanah dan jiwa meraka.
Pernikahan Rasulullah saw dengan Shafiah
11
Di Khaibar atau di perjalanan pulang dari Khaibar ke Madinah, tepatnya di daerah bernama Shahba’,
Rasulullah saw mengajak Shafiyah binti Huyay bin Akhtab (salah seorang tawanan) untuk memeluk Islam.
Shafiyah bersedia memeluk Islam. Rasulullah saw pun memerdekannya dan menikahinnya.
Tafsir Sebagian Ayat Tentang Perang Khaibar
Dikatakan bahwa kabar gembira bagi kaum muslimin yang terdapat dalam ayat yang berbunyi “…
kemenangan yang dekat”, maksudnya adalah penaklukan Khaibar beserta harta rampasannya yang banyak.
Sebagian mufasir juga meyakini bahwa maksud ayat 1-15 surah Al-Fath dan ayat “…dan (begitu pula)
tanah yang belum pernah kamu injak” adalah Perang Khaibar.
“ Orang-orang yang menyakini bahwa mereka akan menemui Allah berkata, “Berapa banyak
terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah? Dan
Allah beserta orang-orang yang sabar”. (Al-Baqarah 2:249) ”
Para ulama sejarah tidak bersepakat pada satu kata mengenai jumlah syuhada Mu’tah. Namun,
yang jelas jumlah mereka tidak banyak. Hanya berkisar pada angka belasan, menurut hitungan yang
terbanyak. Padahal, peperangan Mu’tah sangat sengit. Ini dapat dibuktikan bahwa Khalid bin Walid
rahimahullah menghabiskan 9 pucuk pedang dalam perang tersebut. Hanya satu pedang yang tersisa, hasil
buatan Yaman.
Khalid rahimahullah berkata, “Telah patah Sembilan pedang ditanganku, tidak tersisa kecuali
pedang buatan Yaman.
Menurut Imam Ibnu Ishaq seorang Imam dalam ilmu sejarah Islam, syuhada perang Mu’tah hanya
berjumlah 8 Sahabat saja. Secara terperinci yaitu Ja’far bin Abi Thalib, dan mantan budak Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wassalam Zaid bin Haritsah al-Kalbi, Mas’ud bin al-Aswad bin Haritsah bin Nadhlah
al-‘Adawi, Wahb bin Sa’d bin Abi Sarh radhiyallahu ‘anhum.
17
Sementara dari kalangan kaum anshar, ‘Abdullah bin Rawahah, ‘Abbad bin Qais al-Khozarjayyan,
al-Harits bin an-Nu’man bin Isaf bin Nadhlah an-Najjari, Suraqah bin ‘Amr bin Athiyyah bin Khansa al-
Mazini radhiyallahu ‘anhum.
Di sisi lain, Imam Ibnu Hisyam rahimahullah dengan berlandaskan keterangan az-Zuhri
rahimahullah, menambahkan empat nama dalam deretan Sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang
gugur di medan perang Mu’tah. Yakni, Abu Kulaib dan Jabir. Dua orang ini saudara sekandung. Ditambah
‘Amr bin ‘Amir putra Sa’d bin Tsa’labah bi Malik bin Afsha. Mereka juga berasal dari kaum anshar.
Dengan ini, jumlah syuhada bertambah menjadi 12 jiwa.
18
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dengan uraian diatas dapat disimpulkan pertempuran Khaibar terjadi pada bulan Shafar tahun ke 7
H/628 M. Berlangsung di kawasan Khaibar. Pihak yang terlibat adalah kaum muslimin yang dipimpin
Nabi Muhammad shallahu ‘alaihi wa salam yang berjumlah ±1.500 pasukan, melawan pihak yahudi dari
Khaibar Bani Nadhir yang dipimpin oleh Al Harits bin Abu Zainab yang berjumlah ±10.000 pasukan.
Korban yang jatuh dari pihak muslim ±15-17 orang yang syahid, sedangkan dari pihak yahudi ±93 orang
yang terbunuh. Pertempuran ini berakhir dengan kemenangan kaum muslimin.
Sedangkan perang Mut’ah padabulan Jumadil Awal (tanggal 8) tahun 8 H/629 M. Berlangsung di
sebelah timur sungai Yordan dan Al Karak. Pihak yang terlibat adalah kaum muslimin yang di komandoi
Zaid bin Haritsah, Ja'far bin Abu Thalib, dan Abdullah bin Rawahah yang berjumlah ±3.000 pasukan,
melawan Kekaisaran Romawi Timur (Bizantium) dan Arab Kristen yang dipimpin oleh Heraclius,
Theodorus, Syurahbil bin ‘Amr al-Ghassani, dan Malik bin Zafilah yang berjumlah ±200.000 pasukan.
Korban yang jatuh dari pihak muslim ±12 orang yang syahid, dan dari pihak Romawi dan Arab Kristen
±20.000 korban jiwa. Perang inipun berakhir dengan kemenangan kaum muslimin.
Demikian makalah yang dapat saya selesaikan. Saya berharap agar makalah yang saya susun ini
menjadi bermanfaat bagi penulis maupun pembaca dan menambah wawasan dalam sirah nabawiyah,
khusunya tentang sejarah perang Khaibar dan perang Mut’ah.
Namun, dalam penyusunan makalah ini, saya sadari terdapat banyak kekurangan, Karena saya pun
masih dalam tahap belajar. Maka dari itu kritik dan saran yang konstruktif saya butuhkan dari para
pembaca dan pembimbing agar dalam pembuatan makalah selanjutnya bisa menjadi lebih baik.
19
Daftar Pustaka :
http://id.wikishia.net/view/Perang_Khaibar
https://id.wikipedia.org/wiki/Pertempuran_Khaibar
https://alquranmulia.wordpress.com/2014/08/24/beberapa-ibrah-perang-khaibar/
http://riyanmuhamad.blogspot.com/2015/05/makalah-perang-mutah.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Pertempuran_Mu%27tah
http://mustanir.net/kisah-sejarah-dan-hikmah-perang-mutah/
20