Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PERANG UHUD
Memenuhi Tugas Mata Pelajaran Yang dibina Oleh :
Bpk. ABD. SALAM HAS, S.PdI

DISUSUN OLEH :
NAMA : MOH. SAFAKUR RAHMAN
KELAS : IX.F

YAYASAN PONDOK PESANTREN AL-HIDAYAH


MTs. AL-HIDAYAH
ARJASA KANGEAN SUMENEP
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT. atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-
baiknya.
Di dalam makalah ini, saya telah berusaha menguraikan sebaik mungkin
semua hal yang berkaitan dengan (Perang Uhud). Besar harapan saya agar
pembaca mampu memahami lebih jauh tentang berbagai hal yang berkaitan
dengan hal tersebut.
Akan tetapi, saya menyadari bahwa di dalam makalah ini, masih terdapat
banyak kekurangan yang tentunya mengakibatkan makalah ini masih dikatakan
jauh dari sempurna. Maka dari itu, saya harapkan pembaca dapat memaklumi
serta memberi kritik dan saran yang membangun demi terwujudnya makalah yang
lebih baik di masa yang akan datang.

Arjasa, 13 Januari 2018

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................3

A. LATAR BELAKANG.............................................................................3

B. RUMUSAN MASALAH.........................................................................4

C. TUJUAN...................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................6

A. PECAHNYA PERANG UHUD..............................................................6

2. JALANNYA PERANG UHUD..............................................................7

3. AKHIR PERANG UHUD.....................................................................13

B. DAMPAK PERANG UHUD TERHADAP PERKEMBANGAN


AJARAN ISLAM DI JAZIRAH ARAB.........................................................13

BAB III PENUTUP..............................................................................................15

KESIMPULAN.................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perang Uhud adalah perang kedua setelah perang Badar yang
dimenangkan oleh kaum Muslim. Dengan banyaknya tokoh Quraisy yang
meninggal dalam perang Badar mengakibatkan tersulutnya dendam dari kaum
Quraisy terhadap kaum muslim. Perang Uhud terjadi pada tahun ke-3 H.
Pertempuran ini terjadi di Madinah. Selain adanya dendam dari kaum Quraisy
terhadap kaum Muslim, ada banyak hal yang menyebabkan terpecahnya
peperangan ini. Diantaranya adalah hasrat kaum Quraisy untuk menghancurkan
islam dan membunuh Rasulullah SAW. Kedua, adanya provokasi dari Ka’ab ibn
Asyraf, seorang Yahudi yang menghasut para pemimpin Quraisy untuk
menyerang umat islam di Madinah. Dan yang terakhir adalah agar terbuka
kembali jalur perdagangan bagi kaum Quraisy menuju Syam yang harus melalui
kota Madinah.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya Perang Uhud terjadi di Madinah,
lebih tepatnya perang Uhud terjadi di dekat gunung Uhud. bukit ini terletak di
sebelah utara Madinah dengan jarak 5,5 km dari Masjid Nabawi. Dari sinilah
sejarah kemudian mencatat peperangan itu terjadi didekat bukit Uhud itu
dinamakan sebagai Perang Uhud.
Dalam peperangan ini kaum Quraisy tercatat beranggotakan 3000 tentara,
700 invantri, dan 200 ekor kuda. Selain itu juga diikutsertakan beberapa kaum
wanita dalam angkatan perang ini kira – kira berjumlah 15 orang. Sedangkan
pasukan kaum muslim hanya terdiri atas 1000 tentara pada awalnya yang
kemudian karena suatu hal menjadi sejumlah 700 tentara. Peperangan ini
dipimpin oleh Abu Sofyan dalam kubu kaum Quraisy sedangkan kaum Muslim
sendiri dipimpin oleh Rasulullah.
Setelah merasa memiliki kekuatan yang cukup dan tentara dengan jumlah
besar, kau Quraisy mulai berangkat menuju Madinah. Namun hal itu diketahui
oleh Nabi secara mendadak, yang kemudian dikumpulkannyalah beberapa perwira
– perwira, para sahabat, dan orang – orang berpengalaman lainnya untuk
bermusyawarah menyusun strategi untuk menghadapi lawan. Turut hadir pula
Abdullah bin Ubai, salah soeorang munafik dari Madinah. Yang menyarankan
untuk melakukan strategi bertahan.
Pada awalnya kaum muslim sudah akan memenangkan pertempuran
tersebut, namun dikarenakan ada diantara mereka tergoda oleh Ghonimah dan
wanita kaum Quraisy maka pertahanan mereka pun menjadi lemah. Itulah salah
satu penyebab kalahnya kaum Muslim terhadap kaum Quraisy.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang melatar belakangi terjadinya Perang Uhud?
2. Apa siasat atau strategi Nabi Muhammad melawan Kaum Qurays dalam
Perang Uhud?
3. Siapa yang memenangkan Perang Uhud tersebut?
4. Apa saja dampak yang terjadi setelah berakhirnya Perang Uhud?

C. TUJUAN
1. Agar kita menjadi tahu bagaimana kronologis terjadinya Perang Uhud
mulai dari latar belakang terjadinya perang sampai berakhirnya perang.
2. Agar kita menjadi tahu strategi atau siasat yang apa yang digunakan Nabi
Muhammad dalam melawan Kaum Qurays
3. Agar kita tahu siapakah yang akan memenangkan peperangan. Nabi
Muhammah atau Kaum Qurays, jika kita melihat dari jumlah pasukan yang
dimiliki Nabi Muhammad tiga banding satu dari pasukan Kaum Qurays.
4. Agar kita tahu akibat yang ditimbulkan setelah berakhirnya Perang Uhud,
dan peristiwa – peristiwa apa saja yang terjadi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PECAHNYA PERANG UHUD
1. PERSIAPAN PERANG UHUD

Pemimpin kaum Quraisy segera mempersiapkan banyak pasukannya untuk


melawan Nabi Muhammad SAW dan pasukan kaum muslim kembali setelah
kalah dalam perang Badar. Dalam perang kali ini pasukan Quraisy menyiapkan
sejumlah 3000 tentara, diantaranya terdapat 200 pasukan berkuda dengan
persenjataan lengkap dan pasukan berkendaraan unta serta memakai baju besi.
Pasukan perang kaum Quraisy dipimpin oleh Abu Sufyan. Budak – budak Quraisy
disuruh oleh majikannya masing – masing untuk ikut serta menjadi anggota
pasukan perang yang dipimpin oleh Abu Amir ar-Rahib. Kaum wanita juga
diikutsertakan untuk menyulut api peperangan, diantaranya adalah Hindun (istri
Abu Sofyan). Ummu Hakim (Istri Ikhrimah), Barzah binti Munabbih (Istri Amr
bin Asb), dengan Himdun sebagai pemimpinnya. Dalam hal ini Hindun memiliki
seorang budak bernama Wahsyi. Disini Washyi diperintahkan untuk membunuh
Hamzah (paman Nabi Muhammad SAW). Dengan imbalan apabila dia berhasil
akan diberi hak kemerdekaan. Mengapa Hindun menyuruh Washyi membunuh
Hamzah, dikarenakan sebuah dendam karena Hamzah telah membunuh Utbah
(ayah Hindun) pada saat perang Badar (Moenawar Chalil, 2011: 101).
Sementara itu kaum muslim di Madinah tidak sedikitpun mengetahui
persiapan yang dilakukan oleh kaum Quraisy. Nabi Muhamad baru menerima
berita tersebut tiga hari sebelum pasukan Quraisy Mekkah tiba di Uhud. Nabi
mendengar berita tersebut dari pamannya yang memeluk islam namun masih
tinggal di Mekkah pada saat itu. Setelah menerima berita tersebut, Nabi segera
mengirim beberapa utusan mata – mata yaitu Anas, Munis, dan Hubab untuk
mencari informasi tentang pasukan Quraisy Mekkah. Akhirnya diperoleh
informasi bahwa pasukan Quraisy sudah berada didekat Uhud. Pada hari Jumat 13
Syawal 3 H, Nabi Muhammad SAW, Nabi mengadakan musyawarah untuk
membahas situasi tersebut dengan para sahabat. Sejumlah sahabat sebaiknya tetap
tinggal di Madinah. Nabi Muhammad SAW setuju untuk bertahan di Madinah
karena Madinah dikelilingi oleh gunung – gunung dan bukit yang dapat dijadikan
sebagai benteng pertahanan sehingga kaum Quraisy akan mengalami kesulitan
dalam melakukan penyerangan terhadap kota Madinah. Akan tetapi sejumlah
pemuda tidak setuju dengan pendapat tersebut, mereka berpendapat untuk pergi
keluar kota Madinah dan mengadakan perang terbuka dengan Quraisy. Adanya
desakan dari kelompok pemuda tersebut membuat Nabi Muhammad SAW
berubah pendirian dan mengikuti pendapat para pemuda untuk mengikuti perang
terbuka dengan Quraisy. Setelah memperoleh keputusan Nabi Muhammad SAW
segera mengenakan baju perang dengan senjata lengka. Setelah selesai solat
Jumat, NAbi Muhammad SAW bergerak menuju bukit Uhud dengan memimpin
1000 pasukan untuk menghadapi 3000 pasukan tentara Quraisy yang bersenjata
lengkap dan yang telah merusak tanaman dan padang rumput kaum muslimin.
Pasukan Nabi Muhammad SAW bermalam tidak jauh dari kota Madinah, agar
esoknya dapat melanjutkan kembali perjalanan menuju bukit Uhud. Di tengah
perjalanan menuju Uhud, pasukan munafik yang dipimpin oleh Abdullah bin
Ubay melakukan desersi (membelot) dengan membawa 300 pasukan, sehingga
pasukan Nabi yangsemula berjumlah 1000 pasukan menjadi 700 pasukan saja.
Hal itu membuat geram kaum muslimin yang menyaksikan pada waktu itu.
Menyikapi sikap orang –orang munafik tersebut kaum muslim terpecah menjadi
dua kelompok. Kelompok yang pertama berpendapat bahwa orang – orang
munafik tersebut harus diperangi dan dibunuh karena merekamemang pantas
untuk dibunuh. Sedangkan kelompok kedua yang mayoritas dipimpin oleh Nabi
Muhammad memilih untuk tidak memerangi dan membunuh kaum munafik itu.
Sikap Nabi tersebut merupakan sikap yang bijaksana, cerdas, dan visioner karena
sangatlah tidak mungkin untuk memerangi kaum munafik tersebut ditengah
kondisi yang kritis, selain itu hal itu juga tidak memberi keuntungan kaum muslim
sendiri.

2. JALANNYA PERANG UHUD


Setelah menghadapi persoalan penarikan diri AbdulllahbinUbay dan kaum
munafik. Nabi Muhammad beserta pasukan muslimin melanjutkan perjalanan
menuju Uhud. Nabi Muhammad SAW meminta ditunjukan suatu jalan yang tidak
dilalui oleh kaum Quraisy. Khaistamah menunjukan jalan yang dekat dan yang
dikehendaki oleh Nabi Muhammad SAW. Setelah perjalanan dilanjutkan tibalah
rombongan Nabi disebuah jalan kecil milik Marba’ bin Qaizhi yang buta matanya.
Ketika Nabi Muhammad SAW berjalan didepan rumah Marba’ bin Qaizhi, tiba –
tiba Marba’ bin Qaizhi menaburkan debu kearah muka Nabi sambil berkata,
“Kalau engkau itu pesuruh Allah, aku tidak akan menghalalkan kau jalan di
jalanku ini”. Dengan cepat Sa’ad bin Zaid memukul Marba hingga terluka
parah.sahabat – sahabat Nabi Muhammad SAW hendak membunuh Marba’ bin
Qaizhi, tetapi Nabi Muhammad SAW mencegahnya (Moenawar Chalil, 2001:
110).
Perjalanan kemudian dilanjutkan hingga sampailah kaum muslimin di
suatu tempat di bawah kaki Gunung Uhud. di sinilah Nabi Muhammad beserta
pasukannya berhenti karena melihat tentara musuh sudah beramai –ramai
menduduki tempat – tempat dekat Gunung Uhud. Pasukan kaum Quraisy
memiliki pasukan empat kali lipat dari pasukan muslim. Selain itu pasukan musuh
juga memiliki persenjataan yang lebih lengkap, selain itu juga sebagian kaum
Quraisy telah meiliki keahlian dalam berperang. Nabi Muhammad SAW segera
mengumpulkan para tentaranya lalu memilih dan menduduki tempat yang cukup
strategis letaknya. Akan tetapi, karena sebaian tempat tersebut udah dikuasai oleh
kaum Quraisy, jadi tempat yang diduduki oleh Nabi Muhammad SAW adalah
tempat yang dibelakangnya terdapat suatu jalan yang terbuka yang dapat
dipergunakan oleh musuh untuk menyerang pasukan Muslimin dari arah
belakang. Walaupun demikian, sebagai seorang pemimpin yang bijaksana. Nabi
Muhammad tetap menempatkan pasukan yang memiliki keahlian memanah dalam
tempat tersebut sejumlah 50 orang pemanah yang dipimpin oleh Abdullah bin
Jubair. Sedangkan kaum Quraisy menempatkan pasukannya pada sayap kanan
ditempatkan berupa pasukan berkuda yang dipimpin oleh Khalid bin Walid, sayap
kiri barisan berkuda yang dipimpin oleh Ikhrimah bin Abu Jahal, dan barisan
tengah dipimpin oleh Shafwan bin Umayyah beserta pahlawan Quraisy lainnya.
Semuanya telah bersiap- siap di tempat – tempat yang tidak mudah ditempuh oleh
tentara kaum Muslim. Bendera perang kaum Quraisy dipegang oleh Abu Thalhah
(Menawar Chalil, 2001: 111).
Nabi Muhammad juga mulai mengatur barisan pasukan muslim. Nabi
Muhammad SAW menempatkan Abu Bakar ash-Shidiq, Umar bin Khatab, Ali bin
Abu Thalib, Zubair bin Awwam, Abu Dujanah Sammak bin Kharsyah, Thalhah
bin Ubaidillah, Sa’ad bin Ubadah, Usaid bin Hudhair, dan Habbab bin al-Mundzir
dibarisan pertama. Kemudian Nabi Muhammad SAW menginstruksikan kepada
pasukan Muslimin yang telah berada pada posisi mereka masing – masing agar
tidak melakukan peperangan sebelum Nabi Muhammad SAW mengijinkan
mereka untuk berperang dan memerintahkan pasukan pemanah agar tidak
meninggalkan posisi mereka dalam kondisi apapun (Abu FAris, 1998: 229).
Berkaitan dengan penempatan posisi pasukan Muslimin dan perintah Nabi kepada
pasukan pemanah,telah dijelaskan di dalam Tafsir Al – Azhar Q.S Ali Imran ayat
121 (Hamka, 1983: 95).
Setelah kedua pasukan saling berhadapan dan siap bertempur, dimulailah
dengan perang tanding. Abu Thalhah al-‘Abdari keluar dengan membawa panji
kaum Quraisy lalu menantang perang tanding beberapa kali tetapi tidak seorang
pun pasukan dari kaum Muslimin yang berani maju untuk melawannya.
Kemudian Abu Talhah berkata kepada pasukan Muslimin:
“Wahai para sahabat Muhammad, kalian mengaku bahwa Allah akan
menyegerakan kami dengan pedang kalian ke neraka dan menyegerakan kalian
dengan pedang kami kesurga, tetapi adakah diantara kalian seorang yang mampu
menyegerakan aku dengan pedangnya ke neraka atau aku aka menyegerakannya
dengan pedangku kesurga. Kalian dusta demi Lata dan Uzza, seandainya kalian
mengetahui hal itu benar niscaya ada orang yang keluar menyambutku” (Abu
Faris, 1988: 233).
Setelah mendengar perkataan tersebut, akhirnya Ali Bin Abi Thalib maju
ke medan pertempuran kemudian berhasil memukul Abu Thalhah hingga patah
kakinya dan tergeletak di tanah. Kemudian Ali bin Abu Thalib mundur kembali
kebarisan Nabi Muhammad. Setelah Abu Thalah tewas tewas, pemegang panji
perang dipegang oleh saudaranya, Utsman bin Abu Thalhah yang akan
berhadapan dengan Hamzah, dan berhasil dibunuhnya. Setelah Utsman bi Abu
Thalhah tewas, panji kemudian diambil oleh saudaranya Abu Sa’id bin Abu
Thalhah yang berjadapan dengan Sa’ad bin Abi Waqash, dan berhasil dibunuhnya
juga dengan panahan. Selanjutnya panji perang diambil oleh Musafi’ bin Thalhah
bin Abu Thalhah dan berhasil dibunuh oleh Ashim bin Tsabit bin Abu Alfah.
Setelah Musafi’ tewas, panji kemudian diambil alih oleh Abdu Dar yang behasil
dibunuh oleh Ali bin Abi Thalib. Hingga akhirnya panji tergeletak kotor di tanah
hingga diambil alih oleh Amrah binti Alqamah al-Haritsiyah lalu mengangkatnya
kepada pasukan Quraisy dan mereka mengerumuninya. Demikianlah para
pahlawan kaum Muslimin berhasil menumbangkan para tokoh dan pembawa panji
Quraisy dan tidak ada lagi yang sanggup membawa panji tersebut hingga
dipungut oleh seorang wanita. Setelah para pembawa panji tersebut terbunuh
kemudian kaum Quraisy terpecah belah, semangat mereka merosot dan kekuatan
mereka pun hancur. Hal tesebut menunjukan kepiawaian Nabi Muhammad SAW
dalam bidang militer karena mampu melemahkan kemampuan perang pasukan
Quraisy sehingga mendesak pasukan Quraisy mundur dan lai meninggalkan harta
dan wanita-wanita Quraisy (Abu Faris, 1998: 233-234).
Para pemanah yang menyaksikan hal tersebut dari atas bukit mereka
mengira bahwa pertempuran sudah usai. Mereka bergegas mengumpulkan harta
yang ditinggalkan oleh kaum Quraisy. Menyaksikan hal tersebut Abdullah bij
Jubair mengingatkan akan perintah Nabi agar tidak meninggalkan bukit dalam
kondisi apapun. Sebagaian kecil pasukan mentaati perintah Nabi, namun sebagian
pasukan yang berjumlah kira – kira 40 orang mengabaikan perintah Nabi
Muhammad SAW.
Tentara berkuda dari sayap kanan yang dipimpin oleh Khalid bin Walid
menyaksikan jelas bahwa sebagian besar pasukan pemanah Musliminyang berjaga
dibukit Uhud sudah meniggalkan posisi. Oleh karena itu secara diam – diam
Khalid binWalid mengarahkan pasukannya untuk menyerang kaum Muslimin
yang sedang sibuk mengumpulkan harta rampasan. Pasukan muslim yan
dikejutkan oleh serangkaian serangan pedang dananak panah dari arah belakang
membuat terbunuhnya sebagian dari mereka. Serangan secara mendadak itu
membuat kaum muslimin terguncang dan ketakutan, sehungga membuat mereka
terpencar dan tercerai – berai.
Setelah Nabi Muhammad SAW melihat keadaan yang semakin kacau,
Nabi menyadari bahwa tentaranya sedang terancam oleh bahaya yang besar dari
pihak musuh. Oleh karena itu, Nabi Muhammad SAW segera memilih salah satu
dari dua alternative yaitu melindungi diri sendiri ditempat yang tersembunyi atau
maju berperang ditengah medan pertempuran yang sedang berkobar untuk
membela barisan tentara yang sedang berantakan yang terkepung oleh pihak
musuh. Seketika itu juga Nabi mengambil keputusan yaitu untuk sementara Nabi
menyembunyikan diri sambil berseru memanggik sebagian tentaranya agar segera
lari mengelilingi tempat Nabi bersembunyi.
Mush’ab bin Umair yang saat itu memegang bendera tentara islam, selalu
melindungi Nabi Muhammad SAW dari ancaman tentara kaum Quraisy yang
menginginkan Nabi untuk dibunuh. Samapi suatu hal, karena ingin sekali
melindungi Nabi Muhammad SAW Mush’ab terbunuh oleh Ibnu Qam’ah karena
disangkanya adalah Nabi Muhammad. Dikarenakan Mush’ab bin Umair
memeilikiwajah yang mirip dengan Nabi Muhammad. Ibnu Qam’ah berteriak
metainkan bahwa Nabi Muhammad telah terbunuh. Hal itu membuat pasukan
Muslimin terpecah menjadi tiga golongan, yaitu sebagian melarikan dirimenuju
tempat dekat Madinah, tetapi tidak berani pulang ke Madinah dikarenakan malu.
Diantara pasukan muslim yang melarikan diri adalah Utsman bin Affan, Waid bin
Uqbah, Kharijah bin Zaid, dan Rifa’ah bin Ma’la (Moenawar Chali, 2001: 122)
Sedangkan golongan kedua tetap bertempur dengan pantang menyerah karena
mereka telah mendengarucapan Nabi Muhammad SAW telah terbunuh. Salah
seorang tentara Muslimin, Tsabit bin Dahdah, memperingatkan kawan-
kawannya,”Hai para kawanku Anshar! Jika benar Nabi Muhammad SAW telah
mati terbunuh biarlah ia mati, karena hanya Allah yang tidak mati selama –
lamanya! Karena itu, berpeganglah kamu kepada agamamu dengan kokoh dan
kuat! Allah sendirilah yang akan menolong dan memberikan kemenangan
kepadamu!”. Dari situlah kemudian pasukan muslimin mneyerahkan diri hanya
pada Allah dan terus berjuang tanpa rasa takut. Dan yang terakhiradalah golongan
ketiga sebanyak 14 orang mengelilingi Nabi Muhammad SAW dan mereka
berusaha melindungi Nabi Muhammad SAW dari serangan kaum Quraisy.
Mereka terdiri dari 7 sahabat Anshar dan 7 sahabat Muhajirin.
Sampai pada suatu waktu Ka’ab bin Malik berteriak bahwa Nabi
Muhammad masih hidup. Pasukan kaumQuraisy semakin mendesak untuk
menerobos pertahanan para sahabat NAbi Muhammad SAW. Terlebih ketika
mengetahui yang bertahan hanya sekitar 30 orang saja. Tentara Quraisy semakin
mendesak pertahanan sahabat Nabi sambil melepaskan anak panah kepada 30
orang yang sedang melindungi Nadi tetap bertahan dan menangkis serangan dari
pasukan Quraisy. Pasukan Quraisy berusaha mencari celah untuk menerjang dan
menerobos pertahanan mereka. Akan tetapi pasukan kaum Quraisy tidak berhasil
menerobos karena ketatnya pertahanan yang dibuat oleh para sahabat Nabi. Ketika
serangan kaum Quraisy semakin hebat,Nabi Muhammad SAW terkena lemparan
batu dari pihak musuh yang membuat Nabi terluka. Pada saat itu juga Hamzah bi
Abdul Muthalib juga terbunuth di tengah – tengan pertempuran oleh seorang
tentara musuh, yaitu Wahsyi salah sorang budak dari Hindun dengan
menggunakan tombak. Hamzah gugur setelah berhasil membunuh 31 orang dari
pihak musuh. Mendengar berita tersebut Nabi Muhammad SAW merasa sangat
sedi, karena Hamzah adalah paman Nabi yang memiliki jasa yang sangat besar
kepada Nabi Muhammad SAW. Pasukan kaum Quraisy merasa tidak puas apabila
belum membunuh Nabi Muhammad pada saat perang Uhud. Pasukan kaum
Quraisy beranggapan dengan membunuh Nabi Muhammad maka kaum Mulsim
akan hancur (Moenawar Chalil, 2001: 124).
Selain terkena lemparan batu, Nabi Muhammad juga terkena lemparan
potongan bisi dan lemparan batu. Hal itu membuat Nabi Muhammad terluka pada
dahi, dan gigi. Selain itu Nabi juga terkena lempaan berupa potongan besi lagi
dari Abu Qam’ah yang menembus kebagian dalam pipi Nabi Muhammad SAW.
Melihat keadan demikian Malik bin Sinan membersihkan darah yang mengalir di
muka Nabi Muhammad SAW. Dalam keadaan seperti itu serangan kaum Quraisy
masih terus dilancarkan dengan gencar terhadap Nabi Muhammad SAW.
Kemudian datang Ubay bin Khalaf dari kaum Quraisy dengan menunggangi kuda
yang bernama Ud menuju pertahanan Nabi Muhammad SAW dengan berniat
membunuh Nabi Muhammad SAW. Namun pada akhirnya Ubay bin Khalaf dapat
dibunuh juga oleh Nabi Muhammad SAW dengan menggunakan sebilah tombak.
Saat ingin berjalan menuju tempat Nabi berada Nabi Muhammad SAW terperosok
jatuh kesebuah lubang yang digali oleh pihak musuh, yaitu Amir ar –Rahib.
Akibatnya kedua lutut Nabi Muhammad terluka. Kondisi tersebut membuat Nabi
Muhammad SAW semakin tidak bertenaga dan akhirnya pingsan, yang kemudian
ditoleong oleh Ali bin ABi Thalib dan Thalhah bin Ubaidillah.
3. AKHIR PERANG UHUD
Semangat para kaum Muslim masih tetap menggelora dalam menumpas
kaum Quraisy. Meskipun kaum Muslim banyak mengalami penderitaan yang
sangat berat. Ketika Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya tengah
beristirahat di atas bukit sambil mengobati luka – luka, tiba – tiba Khalid bin
Walid dan pasukannya datang untuk kembali menyerang kaum Muslimin. Umar
Ibnu Khathab menghadang pasukan tersebut, dan akhirnya membuat Khalid bin
Walid mengurungkan niatnya untuk menyerang kaum Muslimin. Dengan
pertimbangan itu, Khalid bin Walid mulai mengatur pasukannya untuk mudur.
Mundurnya pasukannya Khalid bin Walid menandai bahwa perang Uhud telah
berakhir.
Meskipun perang Uhud telah berakhir, tetapi Nabi Muhammad SAW
masih merasa curiga dengan mundurnya kaum Quraisy. Oleh karena itu Nabi
Muhammad SAW menyuruh Ali bin Abi Thalib untuk menyelidiki dan
mengawasi gerak – gerik kaum Quraisy. Ali segera menghadap Nabi Muhammad
SAW dan melaporkan hasil penyelidikan bahwa pasukan Quraisy sedang menuju
arah selatan. Nabi Muhammad yakin bahwa mereka akan kembali ke Mekkah.
Sebelum kaum Quraisy kembali ke Mekah, mereka terlebih dahulu menguburkan
teman-temannya yang tewas dalam perang Uhud. Oleh karena itu, pasukan
Quraisy belum bisa dikatakan menang dalam perang Uhud.

B. DAMPAK PERANG UHUD TERHADAP PERKEMBANGAN


AJARAN ISLAM DI JAZIRAH ARAB
Perang Uhud telah memberikan banyak pelajaran bagi kaum Muslimin.
Melalui kekalahan kaum Muslimin dalam perang Uhud, Allah ingin menguji
keimanan mereka. Perang Uhud telah memberikan pelajaran agar tidak
meninggalkan perintah Nabi Muhammad dalam situasi apapun (Majid ‘Ali Khan,
1985: 153-154). Selain itu, perang Uhud juga merupakan pembeda antara orang
Kafir.
Setelah perang Uhud Nabi Muhammad SAW banyak melakukan berbagai
pembaharuan. Nabi Muhammad berhasil membentuk suatu pemerintahan
kesatuan yang berpusat di Madinah. Sperti yang kita ketahui bahwa pada saat itu
Bangsa Arab masih mengalami krisis kepercayaan. Banyak diantara mereka yang
masih menyembah berhala dan meyakini segala macam tahayul. Dengan hadirnya
Nabi Muhammad SAW berhasillah menghapuskan seluruh bentuk kesesatan yang
berkembang kala itu. Bangsa Arab mulai meninggalkan kesesatan dan mulai
menyembah Allah SWT. Nabi Muhammad SAW dapat mengubah kekafiran dan
kemusyrikan bangsa Arab menjadi bangsa yang religious sesuai ajran islam yang
dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.
Upaya pembaharuan lainnya yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW
adalah penghapusan kasta sosial. Nabi Muhammad SAW menghilangkan jurang
pemisah antara sesame anggota masyarakat yang hanya didasarkan pada harta
kekayaan, jabatan, bahkan keturunan, dan warna kulit. Nabi mengajarkan kita
bahwa sesungguhnya kedudukan manusia itu sama. Nabi Muhammad SAW juga
menghapuskan system perbudakan yang merupakan bagian integral dari system
peradaban Arab.
Aspek lain berkaitan dengan kedudukan sosial wanita. Sebelum islam
tumbuh di Jazirah Arab, wanita diperlakukan secara hina. Diseluruh penjuru
dunia, wanita hanya dijadikan sebagai pelayan bagi kaum laki – laki. Bahkan
dalam bangsa Athena (Yunani), bangsa kuno yang paling berbudaya, seorang istri
diperlakukan sperti budak. Melihat kondisi demikian Islam mulai menetapkan
sejunlah hak dan keistimewaan bagi wanita. Dalam ajaran Islam, wanita memiliki
kedudukan yang sama dengan laki – laki.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan berupa:
1. Perang Uhud diawali oleh adanya keinginan kaum quraisy untuk
melakukan balas dendam terhadap Nabi Muhammad SAW beserta kaumnyadi
Madinah. Perang Uhud terjadi pada tanggal 15 Syawal tahu 3H atau 625M. pihak
Quraisy mempersiapkan 3000 pasukan tentara, yang terdiri atas 700 pasukan
infantry, 200 pasukan berkuda, dan 17 wanita. Salah seorang wanita yang ikut
berperang adalah Hindun bin Utbah, istri Abu Sufyan. Hindun turut serta dalam
perang karena ingin membalas dendam kematian ayahnnya Uthbah yang tewas
dalm perang Badar dibunuh oleh Hamzah, paman Nabi Muhammad SAW.
2. Kekalahan yang dialami oleh kaum muslimin banyak sekali memberikan
pelajaran berharga bagi kaum muslimin bahwa setiap perkataan dan perintah Nabi
Muhammad SAW merupakan suatu kebenaran yang harus dipatuhi. Setelah
perang Uhud, Nabi Muhammad SAW mulai melakukan berbagai pembaharuan.
Diantaranya membentuk suatu pemerintahan yang berpusat di Madinah,
menghapuskan system budak dan system kasta, dan yang paling utama adalah
berhasil mengubah kekafiran dan kemusyrikan bangsa Arab menjadi bangsa yang
relisius sesuai dengan ajaran Islam yang di bawa oleh Nabi Muhammad SAW.
DAFTAR PUSTAKA

Moenawar, Chalil. 2001. Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad Jilid 2. Jakarta:


Gema Insani Press.

Majid, ‘Ali Khan. 1985. Muhammad SAW Rasul Terakhir. Bandung: Pustaka

Abu Faris. 1988. Analisis Aktual Perang Badar dan Uhud di Bawah Naungan
Sirah Nabawiyah. Jakarta: Robbani Press

Anda mungkin juga menyukai