Anda di halaman 1dari 29

OBSTRUKSI HIDUNG

A. Kelainan kongenital pada hidung


1. Manifestasi hidung dari labio dan palatoskis

Anatomi bibir dan hidung dekat, prekursor embrionik yang sama dari bibir. Anak yang lahir dengan labio dan/atau palatoskisis juga mengalami deformitas pada hidung. Deformitas hidung defleksi septum sumbatan hidung Tindakan bedah rekonstruksif dapat mmperbaiki deformitas fungsional maupun estetik.

2. Kista dermoid hidung


Kista yang terdapat pada hidung yang mengandung semua unsur kulit ( folikel rambut, rambut, kelenjar keringat, kel. Sebaseus dan jaringan ikat ) Biasanya sudah ada pada saat lahir tapi tidak diketahui sampai masa kanak-kanak/ dewasa Teori : berasal dari unsur ektodermal dari septum triliminar pada janin yang gagal berdegenerasi

Kista ini tidak dapat ditekan dan tidak berdenyut Tampak sebagai suatu lubang pada dorsum nasi dengan sekelompok rambut dan terkadang mengeluarkan sekret purulen Pemeriksaan penunjang : CT-scan Terapi : eksisi lengkap merupakan satu-satunya terapi yang efektif Usia optimum untuk pembedahan usia hingga 5-6 tahun

3. Glioma hidung dan ensefalokel


Glioma hidung dan ensefalokel : jarang dan keduanya hampir serupa dalam hal embriogenesis dan tingkat histologis karena terbentuk dari jaringan glia ekstradural Glioma : biasanya padat, merupakan massa yang tidak dapat ditekan, tak berdenyut, berwarna abu-abu atau keunguan, Ensefalokel : sering disertai cacat fusi garis tengah seperti labio atau palatoskisis berwarna kebiruan, dapat ditekan, berdenyut,

Pemeriksaan penunjang : CT-Scan, foto polos dalam tiga bidang Terapi : eksisi

4. Atresia koana
Teori : akibat dari kegagalan embrionik dari membrana bukonasal untuk membelah sebelum kelahiran Ini menyebabkan persistensi dari lemeng tulang ( 90 % ) atau membran ( 10 % ) Obstruksi unilateral mungkin tidak menimbulkan gejala waktu kelahiran tapi menyebabkan drainase nasal kronis unilateral pada masa anakanak Obstruksi bilateral menyebabkan keadaan darurat pada waktu kelahiran

Pengobatan keadaan darurat : memasukkan saluran udara plastik kedalam mulut bayi Jika keadaan bayi stabil : dibawah anastesi umum dan menggunakan mikroskop operasi, flap mukosa diangkat dan lempeng tulang dikuretasi secara hati-hati Pipa silastik dimasukkan selama 4 minggu untuk mempertahankan lubang tersebut sampai daerah sekitar sembuh

Manifestasi sistemik

hidung

dari

penyakit

1. Granulomatosis wegner
: vaskulitis spesifik yang berpotensi fatal dengan etiologi yang tidak diketahui Dicirikan oleh : 1. lesi granulomatosa, nekrotisasi fokal pada saluran napas atas atau bawah 2. nekrosis fokal vaskular sistemik 3. glomerulitis nekrotisasi fokal

Pasien datng dengan keluhan :


Flu yang berlangsung lama Sinusitis berulang Epistaksis Sumbatan hidung progresif Otitis media kronik Tuli yang tidak berespon dengan pengobatan

Tidak ada uji laboratorium yang spesifik yang bersifat diagnosa Biasanya terdapat anemia ringan dengan laju endap darah Diagnosis berdasrkan biopsi jaringan : ditemuakn granuloma nekrotisasi dan vaskulitis yang luas. Terapi : - kasus akut : pemberian kortikosteroid dan siklofosfamid

Sarkoidosis
Umumnya menyertai manifestasi paru Penyakit granulomatosa generalisata yang terutama menyerang dewasa muda Temuan hidung berupa pembentukan krusta dan penebalan mukosa pada konka inferior dan septum Tanda sistemik : hipergamaglobulinemia dan penurunan albumin serum Terapi - simtomatik : steroid oral atau topikal - lokal : irigasi dan obat-obatan pelembab

c. Tumor pada hidung


1. Polip nasi adalah massa lunak yang mengandung banyak cairan di dalam rongga hidung, berwarna putih keabu-abuan, yang terjadi akibat inflamasi mukosa ETIOLOGI Predisposisi : rhinitis alergi (penyakit atopi) 81% dari hidung pasien polip memiliki hasil tes positif makanan intradermal, dibandingkan dengan 11% dari kontrol

Faktor predisposisi:
Alergi terutama rinitis alergi. Sinusitis kronik. Iritasi. jamur Sumbatan hidung oleh kelainan anatomi seperti deviasi septum dan hipertrofi konka.

PATOFISIOLOGI peradangan kronis hidung dan membran mukosa sinus hiperplasia reaktif dari membran mukosa intranasal, pembentukan polip

Bernstein peradangan atau aliran udara yang berturbulensi, prolaps submukosa, reepitelisasi dan pembentukan kelenjar baru, peningkatan penyerapan natrium oleh permukaan sel epitel, retensi air, terbentuk polip

Diagnosis
Anamnesis hidung rasa tersumbat rinore hiposmia atau anosmia. bersin-bersin, rasa nyeri di hidung disertai sakit kepala di daerah frontal post nasal drip dan rinore purulen

bernafas melalui mulut suara sengau Halitosis gangguan tidur dan penurunan kualitas hidup. batuk kronik dan mengi riwayat rinitis alergi, asma, intoleransi aspirin dan alergi

Pemeriksaan Fisik
Deformitas hidung luar Rinoskopi anterior : polip nampak sebagai masa yang berwarna pucat yang berasal dari meatus medius dan mudah digerakkan Stadium polip : Polip masih terbatas di meatus medius Polip sudah keluar dari meatus medius, tampak di rongga hidung tapi belum memenuhi rongga hidung Polip yang masif

Pemeriksaan Penunjang
Naso-endoskopi Radiologi

PENATALAKSANAAN kombinasi terapi medis dan bedah Tujuan utama : menghilangkan keluhankeluhan, mencegah komplikasi dan mencegah rekurensi

Polip edematosa : kortikosteroid: Oral : prednison 50 mg/hari atau deksametason selama 10 hari, kemudian tappering off Suntikan intrapolip : triamsinolon asetonid atau prednisolon 0,5 cc, tiap 5 7 hari sekali Obat semprot hidung yang mengandung kortikosteroid Kombinasi topikal dan sistemik pada kasus berat

Pembedahan Diindikasikan pada pasien dengan penatalaksanaan medikamentosa yang gagal atau yang memiliki komplikasi Ektraksi polip (polipektomi) dengan menggunakan senar polip Bila sinusitis: drainase sinus Pada kasus berulang : etmoidektomi

Tumor hidung dan sinonasal


Epidemologi dan etiologi - 10- 15 % dari seluruh tumor ganas THT - laki-laki : perempuan 2 : 1 - etiologi pasti belum diketahui tetapi diduga zat kimia atau bahan industri ( nikel, debu kayu, kulit, formaldehid, kromium, minyak isopropil, dll ) - alkohol, asap rokok, makanan yang diasin atau diasap diduga meningkatkan kemungkkinan terjadi keganasan

Gejala dan tanda


1. Gejala nasal
- obstruksi hidung unilateral dan rinorea - sekretnya sering bercampur darah atau terjadi epistaksis -tumor yang besar dapat mendesak hidung sehingga terjadi deformitas - khas pada tumor ganas ingusnya berbau

2. Gejala orbital - diplopia, proptosis, atau penonjolan bola mata, oftalmoplegia, gangguan visus dan epifora 3. Gejala oral - penonjolan atau ulkus di palatum atau di prosesus alveolaris - pasien mengeluh gigi palsunya tidak pas lagi atau gigi geligi goyah

4.Gejala fasial - penonjolan pipi disertai nyeri, anastesia atau parestesia muka jika mengenai nervus trigeminus 5. Gejala intrakranial - sakit kepala hebat, oftalmoplegia dan gangguan viisus. Dapat disertai likuorea yaitu cairan otak y;ang keluar dari hidung

Diagnosa
Ditemukan massa di kavum nasi - jika permukaan licin, pertanda tumor jinak - jika permukaan berbenjol-benjol, rapuh dan mudah berdarah, pertanda tumoor ganas - jika dinding lateral kavum nasi terdorong ke medial berarti tumor berada di sinus maksila Pemeriksaan penunjang - foto polos sinus paranasal - CT- Scan - MRI

Terapi
Pembedahan atau lebih sering bersama dengan modalitas terapi lainnya seperti radiasi dan kemoterapi Untuk tumor ganas, tindakan operasi harus seradikal mungkin. - maksilektomi medial, total atau radikal

Anda mungkin juga menyukai