Anda di halaman 1dari 8

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Dalam buku The Fifth Discipline : The Art & Practice of Learning
Organization, disebutkan kemampuan penguasaan pribadi (personal
mastery) adalah salah satu landasan utama Organisasi Belajar.
Kemampuan penguasaan pribadi (personal mastery) didefinisikan oleh
Senge sebagai disiplin pembelajaran dan pengembangan pribadi.
1

Dalam disiplin ini visi pribadi diperjelas dan diperdalam secara
berkesinambungan disertai pemfokusan energi, pengembangan
kesabaran dan pelatihan sudut pandang menghadapi dunia.
Kemampuan penguasaan pribadi dibutuhkan hadir pada setiap
individu organisasi. Dalam konteks ini, seseorang tahu siapa dirinya, apa
hasratnya, apa kekurangan dan kelebihannya, termasuk mengelola
emosi disertai dengan komitmen tinggi. Kemampuan menguasai diri
tersebut kemudian digunakan untuk belajar hingga tercapai kinerja yang
lebih baik dalam organisasi.

1
Peter Senge, The Fifth Discipline : The Art and Practice of The Learning Organization, (New York :
Random House Book, 1990), p.141.
1


2


Sekolah merupakan satu bentuk organisasi yang bergerak di bidang
pendidikan. Sama halnya seperti organisasi pada umumnya, sekolah
sebagai sebuah lembaga yang berperan mendidik manusia, harus
mampu mengembangkan diri apabila tidak mau tertinggal. Tuntutan
tujuan pendidikan nasional, sebagaimana tertuang dalam UU Sisdiknas
No. 20 Tahun 2003 yang menyebutkan, Pendidikan nasional ...
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
2
harus
dipenuhi. Sekolah membutuhkan integritas dari komponen-komponennya
yang saling bekerja sama untuk dapat mencapai tujuan tersebut.
Guru merupakan SDM dari organisasi sekolah. SDM ini dapat
menentukan baik buruknya sebuah sekolah. Satu ciri sekolah dengan
mutu baik, yaitu dengan profesionalisme guru yang tinggi. Guru
profesional memiliki empat kompetensi, yaitu kompetensi pedagogis,
kognitif, kepribadian, dan sosial. Selain terampil mengajar, seorang guru
juga memiliki pengetahuan yang luas, bijak, dan dapat bersosialisasi
dengan baik. Mereka harus memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan

2
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional, 2011, http://www.inherent-dikti.net, diunduh pada tanggal 10 Maret 2011
3


idealisme.
3
Guru sejati adalah guru yang membelajarkan dengan hati,
tidak sekadar mengajar. Karakteristik tersebut tercermin dalam
penguasaan pribadi (personal mastery) seorang guru.
Sekolah maupun organisasi lain berperan menumbuhkembangkan
disiplin penguasaan pribadi (personal mastery), melalui pengaturan
konteks dimana semua pihak mempunyai waktu melakukan refleksi atas
visi mereka, dengan membangun komitmen terhadap kepercayaan di
saat apapun, dan dengan menghindari pengambilan posisi mengenai apa
yang orang lain inginkan atau bagaimana seharusnya mereka
memandang dunia.
4
Penguasaan pribadi (personal mastery) lebih dari
sekadar pengembangan kompetensi seseorang. Disiplin ini mampu
memberikan perancangan masa depan seseorang. Ketika seseorang
menerapkan disiplin penguasaan pribadi (personal mastery), ia turut
mengembangkan kecerdasan emosional di dalam dirinya. Kecerdasan
emosi tersebut mampu mendorong diri orang tersebut untuk membuat
keputusan yang tepat untuk masa depan. Oleh karena itu, guru sebagai
ujung tombak perubahan sepatutnya memiliki disiplin penguasaan pribadi
(personal mastery) yang mengakar kuat di dalam diri mereka.

3
Nasrul Azwar, Artikel Upaya Meningkatkan Profesionalisme Guru, 2011
http://id.shvoong.com/social-sciences/1785829-upaya-meningkatkan-profesionalisme-guru/,
diunduh pada tanggal 10 Maret 2011
4
Peter Senge, Schools That Learn, (New York : Crown Business, 2000), p.60
4


SMA N 111 Jakarta adalah sebuah sekolah di daerah pinggiran
Jakarta Utara. Lingkungan sekolah merupakan komplek persekolahan di
sekitar kawasan kumuh dan padat penduduk. Sekolah ini dibangun
dengan tujuan memenuhi kebutuhan pendidikan masyarakat sekitar
sekolah. Tidak mengherankan jika para siswa mayoritas bukan berasal
dari golongan keluarga berada. Hanya segelintir dari mereka yang
mempunyai taraf penghidupan layak.
Mengingat hal tersebut, guru mempunyai peran penting dalam
membimbing dan memotivasi siswa terus belajar. Sukirman mengutip
Sakirdi menyebutkan bahwa peran guru terhadap murid-muridnya
merupakan peran vital dari sekian peran yang harus dijalani, memberikan
keteladanan, pengalaman serta ilmu pengetahuan kepada mereka.
5

Dalam melakukan peran tersebut, bukan hanya kemampuan kompetensi
pedagogis dan kognitif guru saja, namun kemampuan kepribadian dan
sosial yang terefleksi dalam kemampuan penguasaan pribadi (personal
mastery) pun penting dimunculkan dalam pribadi guru. Sayang, belum
semua guru mempunyai kemampuan tersebut.
Hasrat guru untuk berubah harus ditumbuhkan. Seperti dikatakan
Sarwono yang dikutip Napitupulu dalam artikel Potensi Guru Indonesia

5
Sukirman,
Peranan Bimbingan Guru Dan Motivasi Belajar Dalam Rangka Meningkatkan Prestasi
Belajar Peserta Didik SMA Negeri 1 Metro Tahun 2010, 2012,
http://www.ummetro.ac.id/file_jurnal/Sukirman.pdf, diunduh pada tanggal 27 Juli 2012
5


Masih Tertidur, Kunci perubahan dalam pendidikan terletak pada guru
dan kepala sekolah yang menghadapi siswa secara langsung.
6
Jika sisi
kualitas guru diabaikan, hal itu akan berdampak pada siswa. Siswa akan
berhasil jika diberi lingkungan sekolah yang baik. Maka pengembangan
penguasaan pribadi (personal mastery) guru layak mendapat perhatian.
Perlu adanya intervensi dalam mengembangkan penguasaan pribadi
(personal mastery). Intervensi sebagai solusi dalam menjawab
permasalahan yang ditemukan. Intervensi yang dikenal dapat berupa
intervensi pembelajaran ataupun intervensi nonpembelajaran. Intervensi
pembelajaran diberikan apabila target sasaran mempunyai masalah
kesenjangan di bidang pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Intervensi
yang ditawarkan terkait dengan kegiatan pembelajaran, seperti pelatihan
atau kursus. Sedangkan intervensi nonpembelajaran tepat digunakan
untuk menyelesaikan masalah di luar bidang pembelajaran, misalnya
masalah di bidang manajemen.
Intervensi ini tidak dapat ditentukan secara sembarang jika ingin
didapat hasil tepat guna. Agar dapat mengembangkan penguasaan
pribadi (personal mastery) yang sesuai kebutuhan, perlu dilakukan
penelusuran lebih lanjut melalui analisis kebutuhan. Analisis sebagai
jantung dari rangkaian proses pengembangan. Dari analisis, akan

6
Ester Lince Napitupulu, Potensi Guru Indonesia Masih Tertidur, 2011, http://edukasi.kompas.com,
diunduh pada tanggal 10 Maret 2011
6


terdeteksi akar masalah secara lebih gamblang, sehingga diperoleh
solusi tepat dalam merancang intervensi.

B. Identifikasi Masalah
Berdasar pada latar belakang masalah yang diuraikan di awal,
masalah-masalah yang teridentifikasi, antara lain :
1. Apakah kaitan kemampuan penguasaan pribadi (personal mastery)
dengan profesionalisme guru?
2. Seberapa penting kemampuan penguasaan pribadi (personal
mastery) dimiliki oleh guru?
3. Bagaimana mengembangkan kemampuan penguasaan pribadi
(personal mastery) bagi para guru?
4. Intervensi apa yang tepat digunakan dalam mengembangkan
kemampuan penguasaan pribadi (personal mastery) guru?
5. Kebutuhan-kebutuhan apa saja yang muncul dalam menentukan
intervensi untuk pengembangan kemampuan penguasaan pribadi
(personal mastery) guru?

C. Pembatasan Masalah
Mengingat keterbatasan waktu, biaya, dan tenaga, peneliti
memfokuskan penelitian pada penentuan intervensi yang tepat untuk
mengembangkan kemampuan personal mastery guru. Adapun tempat
7


penelitian yang dipilih adalah SMA N 111 Jakarta, berdasarkan
pertimbangan penyebaran kemampuan penguasaan pribadi (personal
mastery) yang tidak merata di antara para guru di sekolah tersebut.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, identifikasi masalah, serta
pembatasan masalah yang disebutkan di muka, maka rumusan masalah
penelitian adalah kebutuhan-kebutuhan apa saja yang muncul dalam
menentukan intervensi untuk pengembangan kemampuan penguasaan
pribadi (personal mastery) bagi guru di SMA N 111 Jakarta?

E. Tujuan Penelitian
Penelitian dilakukan dengan tujuan mendeskripsikan secara jelas
kebutuhan untuk mengembangkan kemampuan penguasaan pribadi
(personal mastery) pada guru di SMA N 111 Jakarta.

F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
a. Penelitian sebagai referensi dan sumber bacaan bagi peneliti dan
peneliti-peneliti lain dalam melakukan penelitian di masa
mendatang.
8


b. Diharapkan dapat dijadikan sebagai tambahan referensi dan
sumber bacaan di bidang Teknologi Pendidikan, khususnya
peminatan Teknologi Kinerja.

2. Manfaat Praktis
a. Bagi peneliti, kegiatan penelitian memberikan pengalaman nyata
sehingga meningkatkan kemampuan peneliti di bidang penelitian.
b. Bagi guru SMA N 111 Jakarta, penelitian dijadikan masukan bagi
guru dalam mengembangkan diri sehingga mampu memenuhi
tuntutan tujuan pendidikan nasional.
c. Bagi mahasiswa Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
Universitas Negeri Jakarta, penelitian dapat digunakan untuk
menambah wawasan mahasiswa Teknologi Pendidikan peminatan
Teknologi Kinerja.

Anda mungkin juga menyukai