Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI STERILISASI DAN MEDIA PERTUMBUHAN

Oleh: TRI OKTOVIANA LABAGAI 011 1040 005 Dosen pembimbing: DR.DANIEL LANTANG,M.KES

UNIVERSITAS CENDERAWASIH FAKULTAS KEDOKTERAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN JAYAPURA 2012

STERILISASI BAB I PENDAHULUAN

1.

Latar Belakang Salah satu hal yang terpenting dalam kegiatan yang bersinggungan dengan aktivitas mikrobiologi adalah proses sterilisasi. Tujuan utama dengan adanya adalah untuk meminimalisir atau meniadakan potensi kontaminasi dari mikroba yang tidak diinginkan. Kontaminasi yang timbul dari mikroba yang tidak diharapkan dikhawatirkan dapat menghambat aktivitas dari mikroba yang ditumbuhkan atau dapat membahayakan keselamatan dari pelaksana kegiatan tersebut. Metoda sterilisasi yang dilakukan diupayakan berlangsung secara cepat dan dapat meminimalkan atau menghilangkan potensi kontaminasi mikroba seefektif mungkin. Proses sterilisasi yang tidak sempurna dapat menyebabkan munculnya kontaminasi mikroba baik yang berasal dari peralatan tersebut atau kontaminasi mikroba dari lingkungan. Sterilisasi merupakan usaha untuk membebaskan alat dari segala bentuk kehidupan. Dalam melakukan suatu pekerjaan dalam praktek mikrobiologi sangat dipengaruhi oleh kebersihan suatu alat yang digunakan sehingga perlu dilakukan sterilisasi untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal pada saat melakukan biakan murni yaitu hanya satu spesies mikroba yang berkembang. Berdasarkan pemaparan diatas sterilisasi sangat penting dalam melakukan suatu percobaan, sehingga melatar belakangi praktikan dalam membuat laporan ini agar pengerjaan praktikan mikrobiologi selanjutnya dapat berjalan lancar sesuai dengan tujuan percobaan.

2.

Tujuan 1. Diharapkan mahasiswa mampu melakukan cara sterilisasi alat dan media. 2. Diharapkan mahasiswa mampu menggunakan autoklaf dalam mensterilisasi alat dan media.

3.

Manfaat 1. Agar mahasiswa dapat melakukan sterilisasi alat dan media 2. Agar mahasiswa dapat menggunakan autoklaf dalam mensterilisasi alat dan media.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Sterilisasi adalah suatu proses untuk membunuh semua jasad renik yang ada, sehingga jika ditumbuhkan di dalam suatu medium tidak ada lagi jasad renik yang dapat berkembang biak. Sterilisasi harus dapat membunuh jasad renik yang paling tahan panas yaitu spora bakteri (Fardiaz, 1992). Sterilisasai adalah tahap awal yang penting dari proses pengujian mikrobiologi. Sterilisasi adalah suatu proses penghancuran secara lengkap semua mikroba hidup dan sporasporanya. Ada 5 metode umum sterilisasi yaitu : Sterilisasi uap (panas lembap) Sterilisasi panas kering Sterilisasi dengan penyaringan Sterilisasi gas Metode yang paling umum digunakan untuk sterilisasi alat dan bahan pengujian mikrobiologi adalah metode sterilisasi uap (panas lembap) dan metode sterilisasi panas kering. A. Sterilisasi Uap Sterilisasi uap dilakukan dengan autoklaf menggunakan uap air dalam tekanan sebagai pensterilnya. Bila ada kelembapan (uap air) bakteri akan terkoagulasi dan dirusak pada temperature yang lebih rendah dibandingkan bila tidak ada kelembapan. Mekanisme penghancuran bakteri oleh uap air panas adalah karena terjadinya denaturasi dan koagulasi beberapa protein esensial dari organism tersebut.: Prinsip cara kerja autoklaf Seperti yang telah dijelaskan sebagian pada bab pengenalan alat, autoklaf adalah alat untuk memsterilkan berbagai macam alat & bahan yang menggunakan tekanan 15 psi (2 atm) dan suhu 1210C. Untuk cara kerja penggunaan autoklaf telah disampaikan di depan. Suhu dan tekanan tinggi yang diberikan kepada alat dan media yang disterilisasi memberikan kekuatan yang lebih besar untuk membunuh sel dibanding dengan udara panas. Biasanya untuk mesterilkan media digunakan suhu 1210C dan tekanan 15 lb/in2 (SI = 103,4 Kpa) selama 15 menit. Alasan digunakan suhu 1210C atau 249,8 0F adalah karena air mendidih pada suhu tersebut jika digunakan tekanan 15 psi. Untuk tekanan 0 psi pada ketinggian di permukaan

laut (sea level) air mendidih pada suhu 1000C, sedangkan untuk autoklaf yang diletakkan di ketinggian sama, menggunakan tekanan 15 psi maka air akan memdididh pada suhu 1210C. Ingat kejadian ini hanya berlaku untuk sea level, jika dilaboratorium terletak pada ketinggian tertentu, maka pengaturan tekanan perlu disetting ulang. Misalnya autoklaf diletakkan pada ketinggian 2700 kaki dpl, maka tekanan dinaikkan menjadi 20 psi supaya tercapai suhu 1210C untuk mendidihkan air. Semua bentuk kehidupan akan mati jika dididihkan pada suhu 1210C dan tekanan 15 psi selama 15 menit. Pada saat sumber panas dinyalakan, air dalam autoklaf lama kelamaan akan mendidih dan uap air yang terbentuk mendesak udara yang mengisi autoklaf. Setelah semua udara dalam autoklaf diganti dengan uap air, katup uap/udara ditutup sehingga tekanan udara dalam autoklaf naik. Pada saat tercapai tekanan dan suhu yang sesuai, maka proses sterilisasi dimulai dan timer mulai menghitung waktu mundur. Setelah proses sterilisasi selesai, sumber panas dimatikan dan tekanan dibiarkan turun perlahan hingga mencapai 0 psi. Autoklaf tidak boleh dibuka sebelum tekanan mencapai 0 psi. Untuk mendeteksi bahwa autoklaf bekerja dengan sempurna dapat digunakan mikroba pengguji yang bersifat termofilik dan memiliki endospora yaitu Bacillus stearothermophillus, lazimnya mikroba ini tersedia secara komersial dalam bentuk spore strip. Kertas spore strip ini dimasukkan dalam autoklaf dan disterilkan. Setelah proses sterilisai lalu ditumbuhkan pada media. Jika media tetap bening maka menunjukkan autoklaf telah bekerja dengan baik. B. Sterilisasi Panas Kering Sterilisasi panas kering biasanya dilakukan dengan menggunakan oven pensteril. Karena panas kering kurang efektif untuk membunuh mikroba dibandingkan dengan uap air panas maka metode ini memerlukan temperature yang lebih tinggi dan waktu yang lebih panjang. Sterilisasi panas kering biasanya ditetapkan pada temperature 160-170oC dengan waktu 1-2 jam. Sterilisasi panas kering umumnya digunakan untuk senyawa-senyawa yang tidak efektif untuk disterilkan dengan uap air panas, karena sifatnya yang tidak dapat ditembus atau tidak tahan dengan uap air. Senyawa-senyawa tersebut meliputi minyak lemak, gliserin (berbagai jenis minyak), dan serbuk yang tidak stabil dengan uap air. Metode ini juga efektif untuk mensterilkan alat-alat gelas dan bedah.

Karena suhunya sterilisasi yang tinggi sterilisasi panas kering tidak dapat digunakan untuk alat-alat gelas yang membutuhkan keakuratan (contoh:alat ukur) dan penutup karet atau plastik. C. Sterilisasi dengan penyaringan Sterilisasi dengan penyaringan dilakukan untuk mensterilisasi cairan yang mudah rusak jika terkena panas atu mudah menguap (volatile). Cairan yang disterilisasi dilewatkan ke suatu saringan (ditekan dengan gaya sentrifugasi atau pompa vakum) yang berpori dengan diameter yang cukup kecil untuk menyaring bakteri. Virus tidak akan tersaring dengan metode ini. D. Sterilisasi gas Sterilisasi gas digunakan dalam pemaparan gas atau uap untuk membunuh mikroorganisme dan sporanya. Meskipun gas dengan cepat berpenetrasi ke dalam pori dan serbuk padat. Sterilisasi adalah fenomena permukaan dan mikroorganisme yang terkristal akan dibunuh. Sterilisasi gas biasanya digunakan untuk bahan yang tidak bisa difiltrasi, tidak tahan panas dan tidak tahan radiasi atau cahaya.

BAB III PROSES KERJA

A.

Alat Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah : 1. Autoklaf 2. Cawan petri 3. Tabung reaksi 4. Erlenmeyer

B.

Bahan Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah : 1. Kapas 2. Kertas HVS 3. Aluminium foil

C.

Cara Kerja 1. Cawan petri seluruh permukaan cawan petri di bungkus menggunakan kertas hvs kemudian cawan petri dimasukan kedalam autoklaf 2. Tabung reaksi Sumbat mulut tabung reaksi dengan kapas Kemudian mulut tabung reaksi yang sudah disumbat dengan kapas dibungkus dengan aluminium foil. 3. Erlenmeyer Sumbat mulut Erlenmeyer dengan kapas Kemudian mulut Erlenmeyer yang sudah dibungkus dengan kapas disumbat dengan aluminium foil.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A.

Hasil

B.

Pembahasan Sterilisasi merupakan suatu proses untuk mematikan semua organisme yang teradapat pada suatu benda. Sterilisasi merupakan suatu hal yang penting dalam bidang ilmu mikrobiologi. Hal ini disebabkan karena untuk membuat kultur atau biakan murni suatu jenis mikroba, semua bahan dan peralatan harus dalam keadaan steril. Untuk melakukan sterilisasi terhadap bahan-bahanpraktikum berupa bahan cair, seperti ekstrak enzim, serum, toksin bakteri dan medium pertumbuhan dilakukan dengan proses penyaringan sterilisasi terhadap bahan-bahan berair yang tidak tahan panas ataau suhu tinggi seperti broth medium, ekstrak buah atau sayur dilakukan dengan pemanasan (uap air panas) menggunakan dandang atau disebut tyndalisasi. Untuk sterilisasi mikroba, umumnya dengan menggunakan autoklaf karena lebih praktis dan efesien. Selain itu sterilisasi dapat juga dengan mengguanakan bahan kimia seperti etilen oksida dan beta propiolakton serta dapat juga dilakukan dengan cara radiasi. Alat yang akan digunakan dalam sterilisasi kali ini adalah autoklaf yang berfungsi untuk sterilisasi dengan uap panas bertekanan. Autoklaf digunakan untuk mensterilisasi alat-alat gelas, kayu, plastik, larutan dan medium yang tidak tahan terhadap suhu tinggi. Autoklaf juga dapat digunakan untk melisiskan mikroba. Adapun bagian-bagian dari autoklaf adalah panik luar, panik dalam untuk meletakkan alat dan saluran uap, bagian penutup terdiri dari penunjuk tekanan dan saluran uap, terdapat katup dan pengunci. Untuk mematikan spora diperlukan panas basah selama 15 menit pada suhu 121oC. Ketika ingin menggunakan autoklaf, harus diisi dengan air sampai batas rang atau dasar yang berlubang-lubang tempat meletakkan alat. Alat-alat yang ingin disterilkan harus terlebih dahulu dibungkus dengan alumunium foil dan bagian mulutnya ditutup dengan kapas. Hal ini dilakukn untuk menghindari terbentuknya uap air didinding dan didalam alat-alat yang dipanaskan. Alat-alat yang ingin dipanaskan kemudian dimasukkan kedalam autoklaf, selanjutnya tutup dipasang hingga pas. Kran pengatur tempat keluar air dibiarkan terbuka sampai uap air saja dan semu udara terdesak keluar dengan demikian didalam bejana hanya terdapat tekann uap air saja. Besarnya tekanan yang digunakan tergantung pada jenis bahan atau alat yang disterilisasi. Sebelum disterilisasi menggunakan autoklaf, semua alat yang mempunyai lubang harus disumbat lubangnya dengan kapas dan dibungkus lagi dengan aluminium foil. Tujuan ditutup dengan kapas adalah agar semua alat yang disterilisasi benar-benar steril dari mikroba. Konsep kerja tyndalisasi mirip dengan mengukus. Bahan yang mengandung air

dan tidak tahan tekanan atau suhu tinggi lebih tepat disterilkan dengan metode ini. Misalnya susu yang disterilkan dengan suhu tinggi akan mengalami koagulasi dan bahan yang berpati disterilkan pada suhu bertekanan pada kondisi pH asam akan terhidrolisis.

BAB V PENUTUP

A.

Kesimpulan 1. Sterilisasi merupakan suatu proses atau kegiatan membebaskan benda atau bahan dari semua kehidupan. 2. Terdapat 5 metode umum sterilisasi yaitu sterilisasi uap, sterilisasi panas kering, sterilisasi dengan penyaringan, sterilisasi gas dan sterilisasi dengan radiasi. 3. Metode sterilisasi uap digunakan untuk sterilisasi sediaan farmasi dan bahan-bahan lainnya yang tahan terhadap temperature yang digunakan dan tahan terhadap penembusan uap air.

B.

Saran 1. Diharapkan mahasiswa dapat menggunakan autoklaf seteliti mungkin, karna dapat berakibat fatal jika salah penggunaan. 2. Diharapkan mahasiswa dapat mengerti proses sterilisasi, karna akan sangat berguna dalam penelitian tentang mikroorganisme.

DAFTAR PUSTAKA

Widyawati, rini.2011.laporan praktikum mikrobiologi.(online) http://ml.scribd.com/doc/51036697/LAPORAN-PRAKTIKUM-2. Diakses 2 oktober 2012 Abigail, dresta.2011.laporan praktikum mikrobiologi sterilisasi.(online) http://ndesdres.blogspot.com/2011/05/laporan-praktikum-mikrobiologi.html Diakses 2 oktober 2012 Iputh.2012. laporan praktikum mikrobiologi.(online) http://iputhbiozone.blogspot.com/2012/01/laporan-praktikum-mikrobiologi_06.html Diakses 2 oktober 2012 Alroza, hafiz.2009. sterilisasi.(online) http://ml.scribd.com/doc/51036697/LAPORANPRAKTIKUM-2 Diakses 2 oktober 2012

MEDIA PERTUMBUHAN BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Untuk menelaah mikroorganisme di laboratorium, kita harus dapat menumbuhkan mereka. Mikroorganisme dapat berkembang biak dengan alami atau dengan bantuan manusia. Mikroorganisme yang dikembangkan oleh manusia diantaranya melalui substrat yang disebut media. Untuk melakukan hal ini, haruslah dimengerti jenis-jenis nutrien yang diisyaratkan oleh bakteri dan juga macam lingkungan fisik yang menyediakan kondisi optimum bagi pertumbuhannya . Mikroorganisme yang kita isolasi harus kita ketahui jenis media yang disukai sehingga dapat tumbuh dengan baik pada media. Dalam hal ini media ini akan digunakan oleh mikroorganisme sebagai sumber energi untuk melakukan

pertumbuhan dan perkembangbiakan maka hendaknya harus sesuai dengan komposisi bahan media. Berdasarkan hal tersebut di atas maka dilakukanlah praktikum ini untuk mempelajari macam- macam medium, cara- cara pembuatan dari beberapa medium dan sekaligus mengetahui bahan- bahan yang digunakan serta komposisi juga fungsi dari masing- masing bahan tersebut dalam membantu pertumbuhan mikroorganisme tersebut. Sehingga nantinya diharapkan dapat menumbuhkan, mengisolasi dan menguji sifat fisiologi atau perhitungan mikroorganisme tertentu. Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat makanan atau nutrisi yang diperlukan oleh mikroorganisme untuk pertumbuhannya. Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi di dalam media berupa molekul-molekul kecil yang dirakit untuk menyusun komponen sel. Dengan media, pertumbuhan dapat dilakukan dengan isolasi mikroorganisme menjadi kultur murni dan juga memanipulasi komposisi media pertumbuhannya. Bahan dasar adalah air (H2O) sebagai pelarut dari agar-agar (rumput laut) dimana agar-agar tersebut berfungsi sebagai pemadat media. Media dapat diklasifikasikan berdasar atas susunan kimia, konsistensi, dan fungsinya. Klasifikasi medium berdasarkan susunan kimianya, yakni, media organik, yaitu media yang tersusun dari bahan-bahan organik, media anorganik, yaitu media yang tersusun dari bahan-bahan anorganik, medium sintetik, yaitu medium yang

sususan kimiawinya dapat diketahui dengan pasti, dan medium non-sintetik, yaitu media yang susunan kimiawinya dapat diketahui dengan pasti. B. Tujuan Adapun tujuan dari percobaan ini adalah : 1. Untuk mengetahui macam- macam media baik berdasarkan susunan kimianya maupun berdasarkan konsistensinya. 2. Untuk mengetahui cara pembuatan komposisi medium dan fungsi dari medium semi alamiah C. Manfaat 1. Agar mahasiswa mengetahui macam-macam media baik berdasarkan susunan kimianya maupun berdasarkan knsistensinya. 2. Agar mehasiswa mengetahui cara pembuatan komposisi media dan fungsi dari media semi ilmiah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat makanan (nutrisi) yang diperlukan mikroorganisme untuk pertumbuhannya. Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi media berupa molekul-molekul kecil yang dirakit untuk menyusun komponen sel. Dengan media pertumbuhan dapat dilakukan isolat mikroorganisme menjadi kultur murni dan juga memanipulasi komposisi media pertumbuhannya. Mikroba dapat tumbuh dengan baik jika dalam suatu media tersebut memenuhi syaratsyarat yaitu : harus mengandung semua zat hara yang mudah digunakan oleh mikroba, harus mempunyai tekanan osmosa, tegangan permukaan, dan pH yang sesuai dengan kebutuhan mikroba yang ditumbuhkan tidak mengandung zat-zat yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba, dan harus berada dalam kondisi steril sebelum digunakan Akan tetapi yang terpenting medium harus mengandung nutrien yang merupakan substansi dengan berat molekul rendah dan mudah larut dalam air. Nutrien ini adalah degradasi dari nutrien dengan molekul yang kompleks. Nutrien dalam medium harus memenuhi kebutuhan dasar makhluk hidup, yang meliputi air, karbon, energi, mineral dan faktor tumbuh. Pada proses pembuatan media, baik medium NA maupun media PDA menggunakan magnetik stirrer untuk menghomogenkan agar dengan aquades selama pemasakan agar. Menurut Hadiotomo (1993: 53), magnetik stirrer berfungsi sebagai alat penghomogenan atau pemercepat pelarutan, dan juga mengaduk medium selama sedang dipanaskan agar tidak terjadi penggumpalan pada saat dipanaskan. Selain itu, hot plate digunakan untuk memanaskan medium hingga masak dan mempercepat reaksi yang terjadi pada medium hingga mendidih. Autoklaf berfungsi untuk mensterilkan bahan-bahan dan alat-alat yang tahan terhadap panas dan tekanan yang tinggi. Pada waktu tertentu, jarum ose digunakan untuk memindahkan biakan dari satu medium ke medium yang lainnya. Dalam pertumbuhan mikroorganisme tergantung dari nutrien media yang dibuat. Kebanyakan mikroorganisme membutuhkan air. Menurut Anonimb (2011: 1), bahan-bahan yang terlarut di dalam air yang digunakan mikroorganisme untuk membentuk badan sel dan memperoleh energi yang berasal dari bahan makanan. Perbedaan antara medium NA dan medium PDA yaitu terdapat pada nutrien penyusunnya. Pada medium NA, nutrien utama

penyusunnya yakni adalah sepotong kaldu sedangkan medium PDA nutrien utama penyusunnya terdapat pada kentang. Karena itu nutrient ini dinamakan Potato Dextrose Agar. Pada dasarnya media pertumbuhan dapat dikelompokan menjadi 5 kelompok besar yaitu medium cair, medium kental, medium yang diperkaya, medium kering dan media sinergik. Medium cair yang sering digunakan diantaranya peptone. Peptone ialah protein yang terdapat pada daging, air susu, kedelai, putih telur. Medium kental biasa terdapat unsur agar-agar yang berfungsi untuk memperkental tidak untuk merbuah kandungan nutrisi media tersebut. Menurut Waluyo (2010: 134), berdasarkan bentuk fisiknya, media pertumbuhan dapat dikelompokkan menjadi media padat, setengah padat dan cair. Media padat adalah media yang mengandung 15% agar sehingga mudah mengeras. Media setengah padat yaitu media yang mengandung agar 0,3-0,4% sehingga menjadi sedikit kenyal, tidak padat, tidak begitu cair. Media semi solid dibuat dengan tujuan supaya pertumbuhan mikroba dapat menyebar ke seluruh media tetapi tidak mengalami percampuran sempurna jika tergoyang. Medium cair yaitu media yang tidak mengandung agar, contohnya adalah NB (Nutrient Broth), LB (Lactose Broth).

BAB III PROSES KERJA

A. Alat 1. Beaker glass 2. Gelas ukur 3. Labu Erlenmeyer 4. Autoklaf 5. Spatula 6. pH Indikator Universal 7. timbang analitik B. Bahan 1. NA 1.169 gr 2. Aquades 42 ml 3. Aluminium foil C. Cara Kerja 1. Sterilkan labu Erlenmeyer dalam autoklaf selama 20 menit. 2. Timbang media pada timbangan analtik sebesar 1.169 gr. 3. Isi aquades pada gelas ukur sebanyak 42 ml. 4. Lalu campurkan media NA dengan aquades. 5. Ukur tingkat keasaman dengan menggunakan pH Indikator Universal 6. Setelah itu pindahkan campuran NA dan aquades kedalam labu Erlenmeyer yang telah disterilisasi.. 7. Mulut dari labu Erlenmeyer disumbat dengan kapas dan aluminium foil. 8. Kemudian media disterilisasi selama 15 menit pada autoklaf. 9. Media siap digunakan untuk media pertumbuhan bakteri.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A.

Hasil Pada percobaan kali ini media yang digunakan adalah NA 1.169 gr dan aquades 42 ml.Dari campuran keduanya didapat warna kuning muda, dengan pH 7, hal ini membuktikan bahwa komposisi dari NA dan aquades sudah benar. Setelah itu media disterilisasi selama 15 menit dalam autoklaf agar media bebas dari mikroba lainnya.

B.

Pembahasan Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat makanan (nutrisi) yang diperlukan mikroorganisme untuk pertumbuhannya. Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi media berupa molekulmolekul kecil yang dirakit untuk menyusun komponen sel. Dengan media pertumbuhan dapat dilakukan isolat mikroorganisme menjadi kultur murni dan juga memanipulasi komposisi media pertumbuhannya. Mikroba dapat tumbuh dengan baik jika dalam suatu media tersebut memenuhi syarat-syarat yaitu : harus mengandung semua zat hara yang mudah digunakan oleh mikroba, harus mempunyai tekanan osmosa, tegangan permukaan, dan pH yang sesuai dengan kebutuhan mikroba yang ditumbuhkan tidak mengandung zat-zat yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba, dan harus berada dalam kondisi steril sebelum digunakan Berdasarkan komposisi kimiawi medium dikenal medium sintetik, medium semi sintetis dan medium non sintetik atau komplek. Komposisi kimiawi medium sintetik diketahui dengan pasti dan biasanya dibuat dari bahan-bahan kimia yang kemurniannya tinggi dan ditentukan dengan tepat. Medium semacam ini dapat diulangi pembuatannya kapan saja dan akan diperoleh hasil yang sama. Medium semi sintesis komposisi zat kimianya hanya diketahui sebagian saja. Sedangkan komposisi medium non- sintetik tidak diketahui dengan pasti komposisinya. Nutrien agar digunakan untuk pertumbuhan mayoritas dari mikroorganisme yang tidak selektif, dalam artian mikroorganisme heterotrof. NA merupakan salah satu

media yang umum digunakan dalam prosedur bakteriologi seperti uji biasa dari air, sewage, produk pangan, untuk membawa stok kultur, untuk pertumbuhan sampel pada uji bakteri, dan untuk mengisolasi organisme dalam kultur murni. Medium yang dibuat dalam praktikum ini adalah medium nutrient agar, nutrient agar memiliki komposisi utama yaitu beef extract dan pepton yang dilarutkan bersama aquades sampai homogeny. Pembuatan medium nutrient agar dilakukan dengan melarutkan nutrient agar sebanyak 1,169 gram kedalam 42 ml aquades. Larutan ini berwarna kuning keruh namun belum homogen, sehingga perlu dihomogenkan dengan menggunakan magnetic stirrer. Kemudian dipanaskan diatas hot plate. Diatur antara kecepatan pengadukan dan kenaikan suhu sampai mendidih, diangkat dan didinginkan hingga terlihat perubahan

warna larutan medium menjadi kuning bening. Selanjutnya, dilakukan sterilisasi dengan menggunakan autoklaf bertekanan 15 psi selama 15 menit suhu 121C. Meskipun bahan utama agar-agar adalah gelatin, yaitu suatu kompleks karbohidrat yang diekstraksi dari alga marin genus Gelidium, namun sebagian besar mikroorganisme tidak dapat menggunakannya sebagai makanan sehingga agar-agar dapat berlaku hanya sebagai pemadat. Pembuatan media harus diperhatikan bahwa bahan-bahan yang dipergunakan merupakan bahan baku standar. Hal ini dilakukan agar hasil yang diperoleh dari pengujian mikroba tidak dipengaruhi oleh bahan-bahan yang digunakan, sehingga di manapun percobaan tersebut dilakukan akan memperoleh hasil yang sama.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan 1. Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat makanan (nutrisi) yang diperlukan mikroorganisme untuk pertumbuhannya. 2. Media nutrient memiliki komposisi utama yaitu beef extract dan pepton yang dilarutkan bersama aquades sampai homogeny. 3. NA merupakan salah satu media yang umum digunakan dalam prosedur bakteriologi seperti uji biasa dari air, sewage, produk pangan, untuk membawa stok kultur, untuk pertumbuhan sampel pada uji bakteri, dan untuk mengisolasi organisme dalam kultur murni.

B. Saran 1. Mahasiswa dapat memperhatikan praktikum sebaik mungkin, agar dapat mengerti cara pembuatan media. 2. Mahasiswa dapat belajar menggunakan autoklaf dan timbangan analtik.

DAFTAR PUSTAKA

Iputh. 2012.laporan praktikum mikrobiologi.(online) http://iputhbiozone.blogspot.com/2012/01/laporan-praktikum-mikrobiologi.html Diakses 2 oktober 2012

Widyawati, rini.2011.laporan praktikum mikrobiologi.(online) http://ml.scribd.com/doc/51036697/LAPORAN-PRAKTIKUM-2. Diakses 2 oktober 2012

Indah, dwi.2011.media pertumbuhan.(online) http://biologipedia.blogspot.com/2011/01/media-pertumbuhan.html diakses 2 oktober 2012

Anda mungkin juga menyukai