Anda di halaman 1dari 3

PEMBAHASAN

Ester merupakan suatu senyawa yang dapat disintesis dari reaksi antara asam karboksilat dan alkohol. Ester memiliki sifat fisik yang khas yaitu memberikan aroma atau bau yang wangi. Beberapa ester dapat menghasilkan wangi buah buahan. Namun selain itu ester dapat pula menghasilkan aroma selain buah buahan. Yaitu aroma kutek yang dihasilkan oleh senyawa ester n-butil asetat. Untuk menghasilkan n-butil asetat senyawa asam karboksilat dan alkohol yang direaksikan yaitu asam asetat dan n-butanol. Reaksi yang terjadi antara senyawa karboksilat dan alkohol adalah sebagai berikut: O ll R CH2 C OH + Asam karboksilat R OH alcohol O ll R CH2 C OR + H2O ester air

Pada praktikum ini ester yang dibuat adalah etil asetat yang merupakan ester sintetis, yang biasa digunakan di industri industri adalah asam asetat glacial (CH3COOH murni). Karena alcohol dan asam karboksilatnya berantai pendek, maka ester yang dihasilkan berwujud cair pada suhu kamar. Reaksi esterifikasi berlangsung sangat lama, yang berlangsung selama berjam jam. Maka untuk mempercepat reaksi ditambahkan katalis H2SO4 pekat. Selain ditambahkan katalis, reaksi ini pun dilakukan pada suhu tinggi <70 dan >90. Karena jika suhu dinaikkan maka energi kinetik partikel akan bertambah besar dan laju reaksi akan semakin cepat. Asam karboksilat direaksikan secara berlebih. Hal ini dilakukan untuk memperbanyak ester yang dihasilkan. Sesuai dengan hukum kesetimbangan, jika perbandingan butanol dan asam karboksilat adalah 1:1, maka untuk menggeser reaksi ke arah produk (memperbanyak ester) salah satu pereaksi harus ditambah

jumlahnya. Setelah dimasukkan ke dalam reaktor, lubang lubang yang ada pada reaktor ditutup dengan menggunakan aluminium foil agar uapnya tidak tersebar/menguap, karena uap tersebut bersifat racun. Ketika proses pemanasan perlu ditambahkan batu didih ke dalam labu dasar bulat, agar ketika larutan dipanaskan tidak terjadi bumping atau timbulnya letupanletupan pada larutan karena panas. Adapun peran dari asam sulfat pekat yang juga ditambahkan pada reaksi adalah sebagai katalis yang dapat mempercepat berlangsungnya reaksi. katalis H2SO4 pekat dimasukkan perlahan lahan (setetes demi setetes),karena H2SO4 bersifat esoterm, jika dimasukkan sekaligus akan menghasilkan panas dan berasap. Ketika H2SO4 dimasukkan, larutan harus sambil diaduk secara konstan. Selain dengan penambahan katalis untuk mempercepat reaksi reaksi dilakukan pada suhu tinggi yang disesuaikan dengan titik didih reaksi campuran. Selanjutnya larutan di didihkan dengan penangas air 1000 C dan larutan mendidih dalam reaktor pada suhu 78,5oC. Pada saat merefluks diharapkan suhu dijaga jangan sampai melebihi titik didih komponen pembentuknya (etanol dan asam asetat glacial) yaitu 78,5o C. Karena itulah reaktan dipanaskan dengan menggunakan penangas air. Sementara itu reaksi dilakukan dengan refluks yaitu dengan medidihkan campuran lalu mengkondensasi uap dengan pendingin air dan kembali mencair ke labu reaksi. Suhu larutan dijaga agar tidak melebihi 910C, hal ini dilakukan, karena senyawa ester memiliki titik didih rendah dibawah 1000, yaitu antara 700C 900C. Setelah 3 jam terbentuklah n-butil asetat dan air. Hasil refluks dibiarkan hingga dingin pada suhu kamar, setelah itu di ekstrak dalam corong pisah sebanyak empat tahap untuk memisahkan n-butil asetat dengan air dan zat-zat pengotor lain. Disini harum khas dari ester (n-butil asetat) sudah tercium, baunya seperti cat kuku. Proses pemisahan menggunakan corong pisah, Metode yang digunakan adalah ekstrasi cair cair. Prinsip ekstraksi cair cair adalah berdasarkan perbedaan kelarutan. Hasil larutan yang telah direfluks dan di dinginkan dimasukkan ke dalam corong pemisah dan ditambahkan Na2CO3, lalu dikocok berulang ulang agar homogen. Setelah didiamkan terbentuk dua lapisan. Lapisan atas adalah ester dan pengotor sedangkan lapisan bawah adalah cairan yang mungkin saja masih

mengandung n-etil alcohol dan asam asetat glacial berlebih serta H2SO4 dan air sebagai hasil samping. hal ini membuktikan bahwa berat jenis air lebih tinggi dibandingkan berat jenis n-etil asetat. Sesudah dikocok akan terbentuk dua lapisan lagi, lapisan atas adalah ester dan lapisan bawah adalah Na2SO4 dan pengotor. Butanol akan mudah dipisahkan karena ia larut dalam air. Untuk menghilangkan kelebihan asam asetat produk dicuci dengan menggunakan natrium karbonat jenuh. Karena natrium karbonat ketika direaksikan dengan asam akan membentuk gas CO2 dan H2O, menurut persamaan reaksi : CH3COOH (kelebihan) + Na2CO3 CH3COONa + CO2 + H2O Dan untuk menghilangkan natrium karbonat produk dicuci kembali dengan aquadest. Natrium bikarbonat perlu dihilangkan dari produk karena dikhawatirkan akan terjadi reaksi hidrolisis jika tidak dihilangkan. Sementara itu penambahan natrium sulfat anhidrat digunakan untuk menghilangkan air dari ester, karena Na2SO4 bersifat menyerap air (dehidrator), natrium sulfat dibuat dengan cara mereaksikan antara natrium karbonat dengan asam sulfat dengan reaksi : Na2CO3 + H2SO4 Na2SO4 + H2O + CO2 .

Dari hasil perhitungan, rendemen yang didapat adalah ???????????????????????????. Jumlahnya cukup sedikit. Ini terjadi karena waktu reaksi yang hanya dilangsungkan selama satu jam. Karena saat itu kesetimbangan belum tercapai, maka masih ada reaktan yang belum bereaksi membentuk n-butil asetat. Selain itu, kehilangan ester ini disebabkan oleh pencucian, artinya masih ada ester yang terbawa oleh pelarut ketika di cuci, yang menyebabkan jumlah ester menjadi kurang dari yang seharusnya. n-butil asetat yang terbentuk diuji kemurniannya dengan cara menentukan indeks biasnya. Indeks bias n-butil asetat berdasarkan literatur adalah 1,387. Sementara itu indeks bias n-butil asetat yang dihasilkan pada praktikum memiliki nilai indeks bias ????????????????????????. Hasil yang tidak terlalu jauh. Artinya n-butil asetat yang dihasilkan pada percobaan memiliki kemurnian yang cukup baik.

Anda mungkin juga menyukai