Anda di halaman 1dari 66

Percobaan V

IDENTIFIKASI KATION CARA BASAH



Tujuan : 1. mengidentifikasi kelarutan senyawa garam dan oksidanya,
2. mengidentifikasi reaksi yang dialami beberapa kation serta mengenal bentuk dan warna hasil
reaksinya.
Hari/Tanggal : Selasa, 7 April 2009
Jurusan/Fakultas : Pendidikan Kimia/MIPA
Nama Kelompok : Putu Eka Surya Putra (0713031001)
I Wayan Sugiata (0713031002)
Luh Murniasih (0713031010)


I. PENDAHULUAN
Analisis kualitatif kebanyakan dilakukan dengan cara basah yaitu untuk zat-zat dalam bentuk
larutan. Apalagi dalam melakukan analisis suatu campuran telah ditunjukkan kesulitan-kesulitan
untuk menentukkan dengan pasti, kation-kation apa yang terdapat dalam campuran tersebut.
Cara untuk analisis suatu campuran adalah dengan memepergunakan pereaksi selektif yaitu
memisahkan segolongan kation dari yang lain. Misalnya, bila suatu pereaksi menyebabkan
sebagian kation terendapkan dan sebagian lagi tetap berada dalam larutan, maka selanjutnya
endapan disaring. Dengan demikian terdapat dua kelompok campuran yang isinya masing-
masing berkurang dari campuran sebelumnya bila kemudian larutan dan endapannya
ditambahkan pereaksi selektif lain, sehingga sebagian dari larutan akan mengendap dan sebagian
endapan semula akan melarut.
Pembuktian ada tidaknya suatu kation dilakukan melalui reaksi reaksi yang menyebabkan
terjadinya zat-zat baru yang berbeda dari zat semula yang dikenal dari perbedaan sifat fisikanya,
anatara lain: terbentuknya endapan, perubahan warna, pembentukkan gas, dan bentuk kristal
yang khas. Oleh karen itu, sangat diperlukan pengetahuan tentang sifat larut/tak larut suatu bahan
dalam air,dalam asam maupun basa, warna-warna yang terbentuk dalam suatu reaksi.
Larutnya suatu garam dalam zat cair dapat disebabkan oleh hal berikut. Apabila zat cairnya
adalah air maka garam tersebut diuraikan oleh air menghasilkan ion-ionnya. Misalnya larutan
NaCl dalam air.
NaCl(s) Na+(aq) + Cl-(aq)
Apabila dalam air sudah terlarut ion-ion yang lain, maka larutan yang dihasilkan adalah hasil
bereaksinya garam tersebut dengan ion-ion yang sebelumnya sudah ada dalam zat cair. Misalnya
larutnya CaCO3 dalam HCl encer.
HCl(aq) + H2O(l) H3O+(aq) + Cl-(aq)
CaCO3(s) + H3O+(aq) Ca2+(aq) + HCO3 -(aq)
Larutnya CaCO3 disebabkan oleh adanya ion H3O+ dalam air sehingga menghasilkan ion Ca2+
dan HCO3 -. Demikian halnya untuk suatu oksida. Larutnya dalam zat cair disebabkan oleh
bereaksinya dengan zat cair atau dengan ion-ion yang sudah ada dalam zat cair tersebut.
Misalnya CaO larut dalam air.
CaO + H2O(l) Ca2+(aq) + 2OH-(aq)
Jenis reaksi kimia yang mungkin dialami oleh kation adalah reaksi redoks dan bukan redoks.
Misalnya reaksi antara ion Cu2+ dan I- untuk reaksi redoks dan ion Zn2+ dan ion OH- bukan
redoks.
2Cu2+(aq) + 4I-(aq) Cu2I2(s) + I2(aq)
4Zn2+(aq) + 2OH-(aq) Zn(OH)2(s)
Zn2+(aq) + 4OH-(aq) {Zn(OH)4}2- (aq)
Zn2+(aq) + OH-(aq) {Zn(OH)}+ (aq)
(Selamat,2004)
Identifikasi kation dengan cara basah dilakukan dengan menggunakan zat-zat dalam larutan.
Suatu reaksi diketahui berlangsung (a) dengan terbentuknya endapan, (b) dengan pembebasan
gas, (c) dengan perubahan warna (Vogel,1979).
Untuk tujuan analisis kualitatif sistematik, kation-kation diklasifikasikan ke dalam lima golongan
berdasarkan sifat golongan tersebut terhadap beberapa reagensia. Reagensia yang dipakai untuk
klasifikasi kation yang paling umum adalah asam klorida, asam sulfida amonium sulfida dan
amonium karbonat. Klasifikasi ini didasarkan atas apakah suatu kation bereaksi dengan reagensia
ini dengan membentuk endapan atau tidak. Kelima kation golongan ini adalah:
1. Golongan I : golongan ini membentuk endapan dengan asam klorida encer. Ion golongan ini
adalah timbal, merkurium(I) dan perak.
2. Golongan II : tidak bereaksi dengan asam klorida, membentuk endapan dengan asam
sulfidadalam suasana asam mineral encer. Ion golongan ini adalah merkurium(II), tembaga,
bismut, kadmium, arsenik(III), stibium(III), stibium(V), timah(II) dan timah(III).
3. Golongan III : kation golongan ini tidak bereaksi dengan asam klorida encer ataupun dengan
asam sulfida pada asam mineral encer. Namun, kation ini membentuk endapan dengan amonium
sulfidadalam suasana netral atau amoniakal. Kation golongan ini adalah kobal(II), nikel(II),
besi(II), besi(III), kromium(III), aluminium, seng dan mangan(II).
4. Golongan IV : kation golongan ini tidak bereaksi dengan reagensia golongan I, II dan III.
Kation ini membentuk endapam dengan amonium karbonat dengan adanyaamonium klorida
dalam suasana sedikit asam atau netral. Kation golongan ini adalah kalsium, stronsium dan
barium.
5. Golongan V : kation-kation yang umum, tidak bereaksi dengan reagensia sebelumnya,
merupakan golongan kation yang terakhir yaitu magnesium, natrium, kalium, amonium, litium
dan hidrogen (Vogel, 1979)
II. ALAT DAN BAHAN

Alat Jumlah Bahan Keterangan
Kertas saring 1 buah Larutan HgCl2 0,05 M
Pipa pengalir gas 1 buah Larutan CuSO4 0,25 M
Label 4 buah Larutan Pb(NO3)2 0,25 M
Pemanas 1 buah Larutan CdSO4/Cd(NO3)2 0,25 M
Corong 1 buah Larutan SnCl2 0,25 M
Pipet tetes 5 buah Larutan AlCl3 0,1 M
Penjepit tabung 2 buah Larutan FeCl3 0,1 M
Plat tetes 1 buah Larutan CrCl3 0,25 M
Gelas kimia 100 mL 3 buah Larutan MnCl2 0,25 M
Indikator universal 5 buah Larutan NiSO4 0,25 M
Larutan CoCl2 0,25 M
Larutan ZnCl2 0,25 M
Larutan CaCl2 0,5 M
Larutan BaCl2 0,25 M
Larutan MgCl2 0,5 M
Kertas saring -



III. PROSEDUR KERJA DAN HASIL PENGAMATAN

No. Prosedur Kerja Hasil Pengamatan
1. Identifikasi ion merkuro (larutan uji Hg2(NO3)2 0,25 M)
a. Ditambahkan larutan alkali karbonat ke dalam larutan uji, maka akan terbentuk endapan putih
dari merkuro karbonat. Endapan akan berubah menjadi abu-abu karena terbentuknya HgO dan
Hg.
b. Ditambahkan larutan alkali hidroksida ke dalam larutan uji, maka akan terbentuk endapan dari
merkuro hidroksida, HgO. Selanjutnya lakukan identifikasi endapan masing-masing dengan
HNO3 dan NaOH berlebih. Amati perubahan yang terjadi.
c. Ditambahkan larutan amonia ke dalam larutan uji, maka akan terbentuk endapan dari
campuran antara Hg dan HgNH2NO3.HgO








Tidak dilakukan percobaan karena tidak tersedia larutan uji Hg(NO3)2
2. Identifikasi ion timbal (larutan uji Pb(NO3)2 0,25 M)
a. Ditambahkan larutan amonia ke dalam larutan uji, maka akan terbentuk endapan putih dari
Pb(OH)2 yang tidak larut dalam kelebihan amonia.







b. Dialirkan gas H2S ke dalam larutan uji (dalam suasana sedikit asam atau netral), maka akan
terbentuk endapan hitam dari PbS.

c. Ditambahkan larutan kalium iodida ke dalam larutan uji, maka akan terbentuk endapan kuning
dari timbal iodida. Selanjutnya lakukan penambahan KI berlebih. Amati perubahan yang terjadi.

Setelah larutan uji Pb(NO3)2 yang tidak berwarna ditambahkan amonia terbentuk endapan
putih, setelah ditambahkan amonia berlebih endapan putih Pb(OH)2 tidak larut.
Endapan putih dari Pb(OH)2



Saat dialirkan gas H2S kemudian diuji dengan mengggunakan kertas saring didapatkan warna
kertas saring menjadi hitam.

Setelah larutan uji ditambahkan larutan KI yang tak berwarna terbentuk larutan kuning dan
pada dasar tabung terdapat endapan kuning. Setelah ditambahkan KI berlebih endapan kuning
yang terbentuk semakin banyak.
Endapan kuning dari PbI2

3. Identifikasi ion merkuri (larutan uji HgCl2 0,05 M)
a. Ditambahakan larutan NaOH ke dalam larutan uji, maka terbentuk endapan merah kecoklatan
dari HgO yang tidak larut dalam NaOH berlebih tetapi larut dalam asam kuat.








b. Dialirkan gas H2S ke dalam larutan uji (dalam asam klorida encer) maka mula-mula akan
terbentuk endapan putih yang akan berubah menjadi hitam (HgS) dengan kelebihan H2S.

Setelah larutan uji HgCl2 yang tak berwarna ditambahkan NaOH terbentuk endapan merah
kecoklatan dari HgO, dan setelah ditambahkan H2SO4 terbentuk larutan tak berwarna (endapan
larut). Sedangkan apabila ditambahkan basa ( NaOH) maka endapan tidak akan melarut kembali
Endapan merah kecoklatan HgO


Terbentuk endapan putih kemudian diuji dengan kertas saring maka akan menyebabkan kertas
saring menjadi hitam.

4. Identifikasi ion kupri (larutan uji CuSO4 0,25 M)
a. Ditambahkan larutan alkali hidroksida ke dalam larutan uji, maka akan terbentuk endapan biru
kupri hidroksida dan menjadi hitam dengan pemanasan.













b. Ditambahkan larutan kalium iodida ke dalam larutan uji, maka akan terbentuk endapan putih
dari tembaga (I) iodida, tetapi larutan berwarna agak kecoklatan karena adanya I2 yang
dibebaskan.





c. Ditambahkan larutan kalium tiosianat ke dalam larutan uji, maka akan terbentuk endapan
hitam dari tembaga (II) tiosianat, selanjutnya amati perubahan warna endapan setelah beberapa
saat.













Setelah larutan uji CuSO4 yang berwarna biru ditambahkan NaOH yang tidak berwarna
terbentuk larutan berwarna biru dan endapan yang berwarna biru.
Endapan biru Cu(OH)2

Setelah dipanaskan endapan menjadi berwarna hitam.
Endapan hitam dari CuO


Setelah larutan KI ditambahkan larutan uji CuSO4 terbentuk endapan putih dari CuI
(jumlahnya sangat sedikit) tetapi larutannya berwarna kecoklatan.
larutan kecoklatan karena


Setelah larutan uji CuSO4 ditambahkan larutan KSCN yang tidak berwarna, terbentuk endapan
hitam dari Cu(SCN)2.
Endapan hitam Cu(SCN)2

Setelah beberapa saat warna larutan menjadi hijau muda setelah didiamkan.
Larutan berwarna hijau

5. Identifikasi ion kadmium (larutan uji CdSO4 0,25 M)
a. Ditambahkan larutan alkali hidroksida ke dalam larutan uji, maka terbentuk endapan putih
kadmium hidroksida yang tidak larut dengan penambahan pereaksi berlebih.







b. Ditambahkan larutan kalium iodida ke dalam larutan uji, amati perubahan yang terjadi dan
bandingkan dengan ion kupri.








c. Ditambahkan larutan kalium tiosianat ke dalam larutan uji, amati perubahan yang terjadi dan
bandingkan dengan ion kupri.

Setelah larutan uji CdSO4 yang tidak berwarna ditambahkan larutan KOH 20%,
Terbentuk larutan berwarna putih seperti koloid dan endapan putih setelah didiamkan beberapa
saat. Endapan ini tidak melarut jika ditambahkan pereaksi berlebih.
Endapan putih Cd(OH)2


Setelah larutan uji ditambahkan KI yang tidak berwarna, terbentuk 2 lapisan yakni bagian atas
larutan berwarna bening sedangkan lapisan bawah berwarna putih seperti susu.


Setelah larutan uji ditambahkan larutan KSCN yang tidak berwarna, 2 lapisan tersebut semakin
memisah.

6. Identifikasi ion stano (larutan uji SnCl2 0,25 M)
a. Ditambahkan larutan kalium hidroksida ke dalam larutan uji, maka terbentuk endapan putih
stanno hidroksida yang larut dengan pereaksi berlebih.
b. Ditambahkan larutan amonia atau alkali karbonat ke dalam larutan uji, maka akan terbentuk
endapan putih dari stanno hidroksida yang tidak larut dengan penambahan pereaksi berlebih.

Setelah larutan uji SnCl2 yang keruh ditambahkan larutan NaOH, terbentuk endapan putih
Sn(OH)2. Setelah ditambahkan NaOH berlebih endapan putih tersebut larut.
Endapan putih Sn(OH)2

Setelah larutan uji ditambahkan Na2CO3, terbentuk endapan putih dari Sn(OH)2. Setelah
ditambahkan Na2CO3 berlebih, endapan putih tersebut tidak larut.
Endapan putih Sn(OH)2

7. Identifikasi ion aluminium (larutan uji AlCl3 0,1 M)
a. Ditambahkan larutan natrium karbonat ke dalam larutan uji, maka terbentuk endapan putih
aluminium hidroksida yang larut dengan pereaksi berlebih.
b. Ditambahkan larutan NH3 ke dalam larutan uji, maka akan terbentuk koloid Al(OH)3.
Selanjutnya tambahkan garam amonium dan amati perubahannya.

Setelah larutan uji AlCl3 yang tidak berwarna ditambahkan Na2CO3 yang tidak berwarna,
terbentuk endapan putih Al(OH)3 menyerupai serabut-serabut. Setelah ditambahkan Na2CO3
berlebih endapan putih tersebut menjadi larut.
Endapan putih Al(OH)3

Setelah larutan uji ditambahkan NH3, terbentuk koloid Al(OH)3 larutan berwarna putih.
Endapan putih Al(OH)3

Setelah ditambahkan larutan NH4Cl, koloid yang terbentuk tidak larut.

8. Identifikasi ion ferri (larutan uji FeCl3 0,1 M)
a. Ditambahkan larutan NaOH ke dalam larutan uji, maka terbentuk endapan merah darah coklat
besi (III) hidroksida yang tidak larut dengan pereaksi berlebih.









b. Ditambahkan larutan amonia ke dalam larutan uji, maka terbentuk endapan merah coklat
seperti gelatin dari besi (III) hidroksida yang tidak larut dengan penambahan pereaksi berlebih
tetapi larut dalam asam.

Setelah larutan uji FeCl3 yang berwarna kuning ditambahkan larutan NaOH, terbentuk endapan
berwarna merah coklat dari Fe(OH)3. Setelah ditambahkan NaOH berlebih, endapan tersebut
tidak larut dan larutannya tidak berwarna.
Endapan merah coklat dari Fe(OH)3


Setelah larutan uji FeCl3 yang berwarna kuning ditambahkan larutan NH3, terbentuk endapan
merah coklat dari Fe(OH)3 seperti gelatin.
Setelah ditambahkan NH3 berlebih, endapan tersebut tidak larut.
Setelah ditambahkan H2SO4 pekat(17M), terbentuk larutan berwarna kekuningan dan tabung
reaksi terasa panas.
Endapan Fe(OH)3 + H2SO4 17 M

9. Identifikasi ion krom (larutan uji CrCl3 0,25 M)
a. Ditambahkan larutan amonia ke dalam larutan uji, maka akan terbentuk endapan berbentuk
gelatin berwarna hijau keabu-abuan dari Cr(OH)3 yang larut dengan penambahan pereaksi
berlebih sehingga larutan berwarna ungu.













b. Ditambahkan larutan natrium karbonat ke dalam larutan uji, maka akan terbentuk endapan
hijau keabu-abuan dari Cr(OH)3.

Setelah larutan uji CrCl3 yang berwarna hijau ditambahkan NH3, terbentuk endapan berwarna
hijau keabu-abuan dan berbentuk seperti gelatin.
Endapan hijau keabu-abuan dari Cr(OH)3

Setelah ditambahkan NH3 berlebih, endapan menjadi larut dan terbentuk larutan berwarna
ungu.
Endapan Cr(OH)3 + NH3


Setelah larutan uji CrCl3 yang berwarna hijau ditambahkan Na2CO3 terbentuk endapan
berwarna hijau keabu-abuan.
10. Identifikasi ion mangan (larutan uji MnCl2 0,25 M)
a. Ditambahkan larutan natrium hidroksida ke dalam larutan uji, maka akan terbentuk endapan
putih Mn(OH)2 yang berubah menjadi coklat karena pengaruh udara.














b. Ditambahkan larutan natrium karbonat ke dalam larutan uji, maka terbentuk endapan putih
MnCO3 yang akan berubah menjadi MnO2 oleh udara luar.

Setelah larutan uji MnCl2 yang tidak berwarna ditambahkan NaOH, terbentuk endapan putih
Mn(OH)2.
Endapan putih Mn(OH)2

setelah beberapa saat berubah menjadi coklat akibat pengaruh udara.


Setelah ditambahkan Na2CO3, terbentuk endapan putih MnCO3.
Endapan putih MnCO3

Setelah beberapa saat, larutan berubah menjadi coklat (MnO2) akibat pengaruh udara luar
Endapan coklat MnO2


11. Identifikasi ion nikel (larutan uji NiSO4 0,25 M)
a. Ditambahkan larutan NaOH ke dalam larutan uji, maka terbentuk endapan hijau Ni(OH)2
yang tidak larut dengan penambahan pereaksi berlebih.






b. Alirkan gas H2S ke dalam larutan uji, maka akan terbentuk endapan hitam NiS.

Setelah larutan uji NiSO4 yang berwarna hijau muda ditambahkan NaOH, terbentuk endapan
hijau Ni(OH)2 yang tidak larut dengan penambahan pereaksi berlebih.
Endapan hijau dari Ni(OH)2


Terbentuk endapan hitam NiS yang ditunjukkan dengan warna hitam pada kertas saring.
12. Identifikasi ion kobalt (larutan uji CoSO4 0,25 M)
a. Ditambahkan larutan natrium hidroksida (dalam keadaan dingin) ke dalam larutan uji, maka
akan terbentuk endapan biru dari garam basa CoOHCl. Panaskan endapan ini dengan kelebihan
NaOH, amati perubahan yang terjadi.
















b. Ditambahkan larutan KNO2 ke dalam larutan uji, maka akan terbentuk endapan kuning dari
K3Co(NO2)63H2O.

Setelah larutan uji CoSO4 yang berwarna merah padam ditambahkan NaOH, terbentuk
endapan berwarna biru CoOHCl.
Endapan berwarna biru CoOHCl

Setelah dipanaskan dengan NaOH berlebih terbentuk endapan berwarna merah jambu dan
larutannya bening.

Endapan merah jambu dari Co(OH)2


Prosedur ini dilakukan menggunakan larutan KNO3 karena tidak tersedia larutan KNO2 di
laboratorium. Setelah ditambahkan pada larutan uji tidak menunjukkan perubahan apapun.
13. Identifikasi ion seng (larutan uji ZnCl2 0,25 M)
a. Ditambahkan larutan NaOH ke dalam larutan uji, maka terbentuk endapan gelatin putih
Zn(OH)2 yang larut dalam pereaksi berlebih, amonia dan asam.







b. Dialirkan gas H2S ke dalam larutan uji (dalam suasana netral atau alkalis), maka akan
terbentuk endapan putih dari ZnS.





Setelah larutan uji ZnCl2 ditambahkan larutan NaOH, terbentuk endapan putih Zn(OH)2.
Endapan putih ini larut dalam amonia dan H2SO4.
Endapan putih Zn(OH)2



Terbentuk endapan endapan putih ZnS dan tidak terjadi perubahan warna pada kertas saring.
14. Identifikasi ion kalsium (larutan uji CaCl2 0,5 M)
a. Ditambahkan larutan natrium hidroksida ke dalam larutan uji, amati perubahan yang terjadi.









b. Ditambahkan larutan asam sulfat encer ke dalam larutan uji, maka akan terbentuk endapan
putih Ca2C2O4 yang larut dalam asam mineral tetapi tidak larut dalam asam asetat.






c. Ditambahkan larutan K2CrO4 ke dalam larutan uji, amati perubahan yang terjadi.










d. Ditambahkan larutan ammonium karbonat ke dalam larutan uji, maka terbentuk endapan
amorf CaCO3. Didihkan endapan ini dan amati yang terjadi.

Setelah larutan uji CaCl2 yang tidak berwarna ditambahkan larutan NaOH, terbentuk endapan
putih dan larutannya keruh.
Endapan putih dari Ca(OH)2

Setelah larutan uji CaCl2 yang tidak berwarna ditambahkan larutan asam sulfat encer maka
akan terbentuk larutan koloid yang keruh dan perlahan-lahan akan terbentuk endapan putih yang
larut dalam asam mineral (H2SO4) dan tidak larut dalam asam asetat.
Endapan putih dari CaSO4


Setelah larutan uji CaCl2 yang tidak berwarna ditambahkan larutan K2CrO4 yang berwarna
kuning, terbentuk larutan berwarna kuning.


Setelah larutan uji CaCl2 yang tidak berwarna ditambahkan larutan NH4CO3, terbentuk
endapan amorf berwarna putih.
Endapan putih CaCO3

Setelah dipanaskan endapan tersebut larut dan terbentuk larutan berwarna kekuningan.
15. Identifikasi ion barium (larutan uji BaCl2 0,25 M)
a. Ditambahkan larutan NH4OH ke dalam larutan uji, amati yang terjadi.









b. Ditambahkan larutan asam sulfat encer ke dalam larutan uji, maka akan terbentuk endapan
putih dari barium sulfat, selanjutnya tambahkan asam-asam encer dan amati perubahan yang
terjadi.







Setelah larutan uji BaCl2 yang tidak berwarna ditambahkan NH4OH, terbentuk endapan yang
berwarna putih Ba(OH)2.
Endapan putih dari Ba(OH)2


Setelah larutan uji BaCl2 yang tidak berwarna ditambahkan H2SO4, terbentuk endapan putih
BaSO4 dan larutannya putih.
Endapan putih BaSO4



Setelah ditambahkan HCl 0,025 N, terbentuk endapan putih dan larutannya keruh.




16. Identifikasi ion magnesium (larutan uji MgCl2 0,5 M)
a. Ditambahkan larutan amonia ke dalam larutan uji, maka akan terbentuk endapan gelatin putih
Mg(OH)2. Tambahkan garam amonium dan amati perubahannnya.







b. Ditambahkan larutan ammonium karbonat ke dalam larutan uji, maka akan terbentuk endapan
putih dari garam basa.





Setelah larutan uji MgCl2 yang tidak berwarna ditambahkan amonia, terbentuk endapan gelatin
putih Mg(OH)2.

Endapan putih Mg(OH)2

Setelah ditambahkan garam amonium (NH4Cl) endapan yang terbentuk menjadi larut.

Setelah larutan uji MgCl2 yang tidak berwarna ditambahkan (NH4)2CO3, terbentuk endapan
putih.
Endapan putih Mg(OH)2

17. Identifikasi ion kalium (larutan uji KCl 0,25 M)
a. Ditambahkan larutan H2[PtCl6] ke dalam larutan uji, maka akan terbentuk kuning dari kalium
heksakloro platinat (IV).
b. Ditambahkan larutan asam perklorat (HclO4) ke dalam larutan uji, maka akan terbentuk
endapan kristalin putih dari KclO4 yang sedikit larut dalam air dan tidak larut dalam alkohol
75%.

Prosedur ini tidak dilakukan karena tidak tersedia reagent di laboratorium.

IV. PEMBAHASAN
Untuk tujuan analisis kualitatif sistematik kation-kation diklasifikasikan ke dalam lima golongan
berdasarkan sifat-sifat kation itu terhadap beberapa reagensia. Dengan reagensia golongan kation
secara sistematik dapat kita tentukan ada tidaknya golongan-golongan kation dan dapat juga
memisahkan golongan-golongan ini untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Dalam praktikum ini dilakukan identifikasi kation secara basah yang tujuannya sebagai tahap
pembelajaran atau langkah pengenalan untuk mengetahui ada tidaknya suatu golongan kation
berdasarkan reagensia yang spesifik terhadap kation tersebut. Reagensia golongan yang dipakai
untuk klasifikasi kation yang paling umum, adalah asam klorida, hidrogen sulfida, amonium
sulfida, dan amonium karbonat. Klasifikasi ini didasarkan atas kemampuan suatu kation untuk
bereaksi dengan reagensia-reagensia untuk membentuk endapan atau tidak. Jadi dapat dikatakan
klasifikasi kation yang paling umum didasarkan atas perbedaan kelarutan dari klorida, sulfida,
dan karbonat dari kation tersebut.

1. Identifikasi ion merkuro (larutan uji Hg(NO3)2 0,25 M)
a. Percobaan identifikasi ion merkuro ini tidak dilakukan karena tidak tersedia larutan uji
Hg(NO3)2 di laboratorium. Namun secara teoritis pada saat larutan uji Hg(NO3)2 yang tidak
berwarna ditambahkan Na2CO3 terbentuk larutan dan endapan berwarna putih dari merkuri
karbonat yang lama-kelamaan akan berubah menjadi abu-abu karena terbentuknya HgO dan Hg.
Berdasarkan reaksi sebagai berikut :
Hg22+(aq) + CO32-(aq) Hg2CO3(s)
Endapan akan berubah menjadi abu-abu kehitaman ketika merkurium (II) oksida dan merkurium
terbentuk.
Hg2CO3(s) HgO(s) + Hg(l) + CO2(g)
b. Secara teoritis, ketika larutan NaOH yang tidak berwarna ditambahkan ke dalam larutan uji
dan terbentuk larutan dan endapan berwarna kuning. Endapan kuning ini merupakan merkurium
(II) oksida. Adapun reaksinya yaitu:
Hg2+(aq) + 2 OH-(aq) HgO(s) + H2O(l)
Endapan yang berwarna kuning menunjukkan bahwa penambahan larutan NaOH yang
stoikiometri dengan larutan uji Hg(NO3)2. Selanjutnya ke dalam endapan yang terbentuk
dilakukan penambahan NaOH berlebih dan asam nitrat, endapan tidak larut dalam NaOH
berlebih, tetapi larut dalam asam nitrat.
c. Berdasarkan teori, penambahan larutan amonia ke dalam larutan uji Hg(NO3)2, membentuk
endapan putih dan larutan tidak berwarna setelah didiamkan beberapa saat didapatkan endapan
yang berwarna putih yang berasal dari campuran antara logam merkurium dan merkurium (II)
amidonitrat. Adapun reaksinya yaitu:
2 Hg2+(aq) + NO3-(aq) + 4 NH3(aq) + H2O(l) HgO.Hg(NH2)NO3(s) +
3 NH4+(aq)
2. Identifikasi ion timbal (larutan uji Pb(NO3)2 0,25 M)
a. Pada tahap ini larutan uji Pb(NO3)2 yang tidak berwarna ditambahkan amonia sehingga
terbentuk endapan putih dari Pb(OH)2. Setelah ditambahkan NH3 secara berlebih endapan tetap
tidak larut. Adapun reaksinya yaitu :
Pb2+(aq) + 2 NH3(aq) + 2 H2O(l) Pb(OH)2(s) + 2 NH4+(aq)
Pb(OH)2(s) + NH3(aq) tidak ada reaksi
Endapan timbal hidroksida ini memiliki sifat amfoter. Uji ini dapat digunakan untuk uji
identifikasi senyawa yang mengandung ion timbal, yang positif bila menghasilkan endapan
putih.
b. Percobaan ini dilakukan menggunakan gas H2S pengaliran gas H2S pada larutan uji akan
menghasilkan endapan hitam dari timbal sulfida. Endapan hitam ini dapat dilihat pada kertas
saring yang menyebabkan kertas saring berubah warna menjadi hitam. Adapun reaksinya adalah
sebagai berikut:
Pb2+(aq)+ H2S(g) PbS(s) + 2 H+(aq)
Pengendapan tidak sempurna, jika ada asam mineral kuat dengan konsentrasi lebih dari 2M.
c. Ketika larutan uji Pb(NO3)2 yang tidak berwarna ditambahkan larutan KI (tak berwarna)
terbentuk endapan kuning dan larutan yang berwarna kuning. Setelah ditambahkan KI berlebih
endapan yang terbentuk semakin banyak atau tingkat kelarutannya semakin kecil. Adapun
reaksinya yaitu:
Pb2+(aq) + 2 I-(aq) PbI2(s)
Larutan reagen yang agak pekat dalam jumlah yang berlebih akan melarutkan endapan dan
terbentuk ion tetraiodoplumbat(II):
PbI2(s) + 2I-(aq) [PbI4]2-(aq)

3. Identifikasi ion merkuri (larutan uji HgCl2 0,05 M)
a. Ketika larutan uji HgCl2 yang tidak berwarna ditambahkan larutan NaOH (tidak berwarna)
terbentuk endapan berwarna merah kecoklatan dari HgO dan ketika ditambahkan NaOH secara
berlebih endapan tersebut tidak larut. Namun ketika ditambahkan H2SO4 terbentuk larutan tidak
berwarna. Ini mengindikasikan bahwa endapan HgO ini tidak larut dalam basa kuat tetapi larut
dalam asam kuat. Adapun reaksi yang terjadi adalah :
Hg2+(aq) + 2 OH-(aq) HgO(s) + H2O(l)
b. Prosedur ini dilakukan menggunakan gas H2S. Pada saat gas H2S dialirkan ke dalam larutan
uji, maka akan terbentuk endapan hitam yang merupakan campuran dari merkuri (II) sulfida dan
logam merkuri. Dengan reaksi sebagai berikut.
Hg22+(aq) + H2S(s) Hg(l) + HgS(s) + 2 H+(aq)
3Hg2+ (aq)+ 2Cl-(aq) + 2H2S(g) Hg3S2Cl2(s) + 4H+(aq)
Hg3S2Cl2(aq) + H2S(g) 3HgS(s) + 2H+(aq) + 2Cl-(aq)

4. Identifikasi ion kupri (larutan uji CuSO4 0,25 M)
a. Ketika larutan uji CuSO4 yang berwarna biru ditambahkan larutan NaOH (tak berwarna)
terbentuk larutan yang berwarna biru dan endapan biru dari Cu(OH)2. Reaksi yang terjadi adalah
Cu2+(aq) + 2OH-(aq) Cu(OH)2(s)
Dan setelah dipanaskan terbentuk endapan hitam dari CuO. Adapun reaksinya yaitu:
Cu(OH)2(s) CuO(s) + H2O(l)
b. Ketika larutan uji ditambahkan larutan KI (tak berwarna) terbentuk endapan putih (CuI) yang
jumlahnya sedikit dan larutan yang berwarna kecoklatan. Reaksi yang terjadi adalah
2Cu2+(aq) + 5 I-(aq) 2 CuI(s) + I3-(aq)
Putih coklat
Terbentuknya larutan yang berwarna kecoklatan karena adanya ion-ion triiodida (I3-). Ion ini
tidak stabil dan mudah terurai menjadi ion I- dan I2. Larutan I2-lah yang menyebabkan larutan
berwarna coklat.
I3-(aq) I-(aq) + I2(aq)
coklat
Secara teori dengan menambahkan natrium tiosulfat secara berlebih pada larutan tersebut, ion
triiodida akan direduksi menjadi ion iodida yang tidak berwarna dan warna putih dari endapan
CuI akan terlihat dengan jelas.reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
I3-(aq) + 2S2O32-(aq) 3I-(aq) + S4O62-(aq)
Reaksi ini dapat dipakai dalam analisis kuantitatif untuk penentuan tembaga secara iodometri.
c. Setelah larutan uji ditambahkan KSCN yang tidak berwarna terbentuk endapan hitam dan
setelah beberapa saat larutan berwarna hijau. Adapun reaksinya adalah sebagai berikut :
Cu2+(aq) + 2 SCN-(aq) Cu(SCN)2(s)
Selanjutnya didiamkan beberapa saat endapan terurai perlahan-lahan membentuk tembaga (I)
tiosianat putih, dan terbentuk tiosianogen.
2Cu(SCN)2(s) 2 CuSCN(s) + (SCN)2(s)

5. Identifikasi ion kadmium (larutan uji CdCl2 0,25 M)
a. Pada percobaan ini larutan uji CdSO4 setelah NaOH ditambahkan ke dalam larutan uji,
terbentuk endapan putih dari Cd(OH)2, dan ketika ditambahkan NaOH secara berlebih endapan
putih tersebut tidak larut. Reaksi yang terjadi adalah :
Cd2+(aq) + 2 OH-(aq) Cd(OH)2(s)
Reaksi yang terjadi merupakan reaksi kesetimbangan, dimana apabila dilakukan penambahan
asam encer menyebabkan endapan putih kadmium (II) hidroksida menjadi larut sehingga
kesetimbangan bergeser ke kiri.
b. Setelah larutan uji ditambahkan KI yang tidak berwarna, terbentuk larutan yang putih susu
pada bagian atas dan berwarna tidak berwarna pada bagian bawah namun tidak terbentuk
endapan. Hal inilah yang membedakannya dengan ion kupri. Penambahan larutan kalium iodida
ke dalam larutan yang mengandung ion kupri akan membentuk endapan putih dari tembaga (I)
iodida. Jika dibandingkan dengan ion kupri, maka reaksi antara ion Cd2+ dengan I- tidak dapat
membentuk ion-ion triiodida seperti yang terjadi pada reaksi antara ion kupri dengan I-.
c. Setelah larutan uji ditambahkan KSCN, terbentuk larutan yang tidak berwarna pada bagian
atas dan berwarna putih susu pada bagian bawah kedua larutan semakin memisah. Jika
dibandingkan dengan ion kupri, dimana ion kupri yang direaksikan dengan KSCN dapat
membentuk endapan hitam Cu(SCN)2 sedangkan ion kadmium jika direaksikan dengan ion
tiosianat tidak dapat membentuk endapan (uji ini dapat digunakan untuk membedakan ion Cu2+
dengan ion Cd2+).

6. Identifikasi ion stano (larutan uji SnCl2 0,25 M)
a. setelah larutan uji SnCl2 yang agak keruh ditambahkan NaOH terbentuk endapan putih dari
stanno hidroksida (Sn(OH)2). Adapun reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Sn2+(aq) + 2 OH-(aq) Sn(OH)2(s)
Ketika ditambahkan NaOH berlebih endapan putih tersebut menjadi larut membentuk ion
kompleks tetrahidroksostanat atau ion stanit. Reaksi yang terjadi pada tahap ini adalah :
Sn(OH)2(s) + 2 OH-(aq) [Sn(OH)4]2-(aq)
b. Setelah (NH4)2CO3 yang tidak berwarna ditambahkan ke dalam larutan uji terbentuk endapan
putih dari stano hidroksida. Adapaun reaksi yang terjadi :
Sn2+(aq) + CO32-(aq) SnCO3(s)
Ketika ditambahkan reagensia secara berlebih endapan putih tersebut tidak larut.

7. Identifikasi ion aluminium (larutan uji AlCl3 0,1 M)
a. Ketika larutan uji AlCl3 yang tidak berwarna ditambahkan Na2CO3 terbentuk endapan putih
Aluminium hidroksida berupa serabut-serabut putih dengan reaksi sebagai berikut :
Al3+(aq) + 3 H2O(l) Al(OH)3(s) + 3 H+(aq)
CO32-(aq) + 2 H+(aq) H2CO3(aq) H2O(l) + CO2(aq)
Penambahan reagensia berlebih pada endapan menyebabkan endapan melarut. Adapun reaksinya
yaitu:
Al(OH)3(s) + CO32-(aq) + H2O(l) [Al(OH)4]-(aq) + HCO3-(aq)
Endapan putih aluminium hidroksida terbentuk karena natrium karbonat menetralkan asam yang
dibebaskan pada hidrolisis aluminium dengan melepaskan gas karbon dioksida. Endapan
aluminium hidrolsida dengan penambahan reagen berlebih akan melarut membentuk kompleks
[Al(OH)4]- menurut reaksi:
Al(OH)3(s) + CO32-(aq) + H2O(l) [Al(OH)4]-(aq) + HCO3-(aq)

b. Setelah larutan uji ditambahkan amoniak terbentuk koloid Al(OH)3. Reaksi yang terjadi
adalah :
Al3+(aq) + 3 NH3(aq) + 3 H2O(l) Al(OH)3(s) + 3 NH4+(aq)
Ketika ditambahkan larutan NH4Cl yang tidak berwarna, koloid yang terbentuk tidak larut. Hal
ini disebabkan karena berkurangnya kelarutan dengan adanya garam amonium,
NH4C2O4 (efek ion sejenis). Dimana sebagian kecil endapan masuk ke dalam larutan sebagai
koloid aluminium hidroksida (sol). Sol ini berkoagulasi pada pendidihan atau pada penambahan
garam-garam yang larut, misalnya amonium oksalat.

8. Identifikasi ion ferri (larutan uji FeCl3 0,1 M)
a. Setelah larutan uji FeCl3 yang berwarna kuning ditambahkan NaOH terbentuk endapan merah
coklat dari besi (III) hidroksida. Reaksi pembentukkannya adalah sebagai berikut :
Fe3+(aq) + 3 OH-(aq) Fe(OH)3(s)
Setelah ditambahkan NaOH berlebih endapan tersebut tidak larut dan larutannya tidak berwarna.
b. Setelah larutan uji ditambahkan NH3 terbentuk endapan merah dari besi (III) hodroksida.
Reaksi yang terjadi adalah :
Fe3+(aq) + 3 NH3(aq) + 3 H2O(l) Fe(OH)3(s) + 3 NH4+(aq)
Ketika ditambahkan NH3 secara berlebih endapan merah tersebut tidak larut tetapi setelah
ditambahkan H2SO4 17 M terbentuk larutan berwarna kekuningan. Dari penmambahan asam
tersebut maka ion Fe3+ akan direduksi menjadi ion Fe2+ yang berwarna kuning.

9. Identifikasi ion krom (larutan uji CrCl3 0,25 M)
a. Setelah larutan uji CrCl3 yang berwarna hijau ditambahkan NH3 terbentuk endapan berwarna
hijau keabuan dari Cr(OH)3 dan berbentuk seperti gelatin. Reaksi yang terjadi adalah
Cr3+(aq) + 3 NH3(aq) + 3 H2O(l) Cr(OH)3(s) + 3 NH4+(aq)
Ketika ditambahkan NH3 secara berlebih, endapan menjadi larut dan terbentuk larutan berwarna
ungu yang mengandung ion kompleks heksaaminakromat (III).
Reaksi yang terjadi sebagai berikut :
Cr(OH)3(s) + 6 NH3(aq) [Cr(NH3)6]3+(aq) + 3 OH-(aq)
b. Setelah larutan uji ditambahkan Na2CO3 terbentuk endapan berwarna hijau keabu-abuan.
Reaksi yang terjadi yaitu :
2 Cr3+(aq) + 3 CO32-(aq) + 3 H2O(aq) 2 Cr(OH)3(s) + 3 CO2(g)

10. Identifikasi ion mangan (larutan uji MnCl2 0,25 M)
a. Pada saat larutan uji MnCl2 yang tidak berwarna ditambahkan NaOH terbentuk endapan putih
dari Mn(OH)2. Adapun reaksi yang terjadi adalah :
Mn2+(aq) + 2 OH-(aq) Mn(OH)2(s)
Setelah didiamkan beberapa saat, endapan putih berubah menjadi coklat. Hal ini terjadi karena
endapan mangan (II) hidroksida mudah teroksidasi bila terkena udara luar. Ketika terbentuk
mangan dioksida berhidrat, MnO(OH)2. Reaksi pembentukannya sebagai berikut :
Mn(OH)2(s) + O2(g) + H2O(l) MnO(OH)2(s) + 2 OH-(aq)
b. Ketika larutan uji ditambahkan Na2CO3 terbentuk endapan putih dari MnCO3. Reaksi yang
terjadi adalah :
Mn2+(aq) + CO32- (aq) MnCO3(s)
Setelah beberapa saat larutan berubah menjadi kuning coklat. Hal ini terjadi karena MnCO3 yang
telah terbentuk mudah teroksidasi jika terkena udara luar membentuk endapan MnO2 yang
berwarnakuning kecoklatan.

11. Identifikasi ion nikel (larutan uji NiSO4 0,25 M)
a. Pada saat larutan uji NiSO4 yang berwarna hijau muda, ditambahkan NaOH terbentuk
endapan hijau dari Ni(OH)2. Endapan hijau ini terbentuk akibat adanya reaksi antara NiSO4 dan
NaOH sesuai denagn persamaan reaksi berikut :
Ni2+(aq) + 2 OH-(aq) Ni(OH)2(s)
Setelah ditambahkan NaOH berlebih endapan hijau tersebut tidak larut.
b. Prosedur ini dilakukan dengan menggunakan gas H2S. Ketika gas H2S dialirkan ke dalam
larutan uji hanya sebagian dari nikel mengendap secara perlahan sebagai nikel sulfida dari
larutan netral, tidak terjadi endapan dari larutan yang mengandung asam mineral atau banyak
asam asetat. Namun, pengendapan sempurna terjadi dari larutan yang dijadikan basa dengan
larutan amonium, atau dari larutan yang mengandung asetat alkali berlebih yang sedikit
diasamkan dengan asam asetat. Selain itu, saat gas H2S dialirkan kemudian diidentifikasi
menggunakan kertas saring maka tidak terjadi perubahan apapun pada kertas saring termasuk
perubahan warna.

12. Identifikasi ion kobalt (larutan uji CoCl2 0,25 M)
a. Pada percobaan ini larutan uji CoCl2 ditambahkan NaOH, terbentuk endapan berwarna biru
dari Co(OH)Cl dengan persamaan reaksi sebagai berikut :
Co2+(aq) + OH-(aq) + Cl-(aq) Co(OH)Cl(s)
Setelah dipanaskan dengan kelebihan NaOH terbentuk endapan berwarna coklat yang semakin
memudar seperti merah jambu dan larutannya berwarna bening. Endapan merah jambu ini
merupakan endapan Co(OH)2 yang terbentuk dari reaksi sebagai berikut :
CoOHCl(s) + OH-(aq) Co(OH)2(s) + Cl-(aq)
b. Prosedur ini tidak dilakukan karena tidak tersedia KNO2 di laboratorium. Namun secara teori,
bila larutan uji ditambahkan larutan KNO2 akan terbentuk endapan kuning dari senyawa
kompleks kalium heksanitritokobaltat (III), K3[Co(NO2)6]. 3 H2O. Adapun reaksinya yaitu:
Co2+(aq) + 7 NO2-(aq) + 2 H+(aq) + 3 K+(aq) K3[Co(NO2)6](s) + NO(g)
+ H2O(l)
Dalam reaksi ini terjadi dua tahapan reaksi, yaitu:
* Mula-mula, nitrit mengoksidasikan kobalt (II) menjadi kobalt (III):
Co2+(aq) + NO2-(aq) + 2 H+(aq) Co3+(aq) + NO(g) + H2O(l)
* Selanjutnya ion kobalt (III)bereaksi dengan ion nitrit dan kalium:
Co3+(aq) + 6 NO2-(aq) +3 K+(aq) K3[Co(NO2)6](s)
Oleh karena itu, pada percobaan ini digunakan KNO3 dan setelah penambahan maka terbentuk
larutan yang berwarna merah jambu dengan kata lain tidak terjadi perubahan apapun.

13. Identifikasi ion seng (larutan uji ZnCl2 0,25 M)
a. Pada saat larutan uji ZnCl2 yang tidak berwarna ditambahkan NaOH terbentuk endapan
gelatin putih dari Zn(OH)2 dengan reaksi sebagai berikut :
Zn2+(aq) + 2 OH-(aq) Zn(OH)2(s)
Endapan Zn(OH)2 ketika terus ditambahkan NaOH berlebih endapan tersebut menjadi larut dan
larutannya menjadi bening. Reaksi yang terjadi adalah :
Zn(OH)2(s) + 2 OH-(aq) [Zn(OH)4]2-(aq)
Ketika endapan putih tersebut ditambahkan amonia , endapan tersebut menjadi larut dan
terbentuk larutan yang tidak berwarna. Adapun reaksi yang terjadi adalah:
Zn(OH)2(s) + 4NH3(aq) [Zn(NH3)4]2+(aq) + 2OH-(aq)
Dan ketika asam sulfat ditambahkan ke dalam endapan putih tersebut , endapannya menjadi larut
dan terbentuk larutan yang tidak berwarna. Adapun reaksi yang terjadi adalah :
Zn(OH)2(s) + 2 H+(aq) Zn2+(aq) + 2 H2O(l)

b. Prosedur ini dilakukan dengan menggunakan gas H2S. Bila larutan ZnCl2 dialiri gas H2S
maka terbentuk endapan putih dari ZnS. Reaksinya yaitu:
Zn2+ + H2S ZnS + 2H+
Selain itu, tidak terjadi perubahan warna yang ditunjukkan oleh kertas saring. Hal ini diakibatkan
oleh warna endapan yang sama dengan warna kertas saring sehingga sulit mengamati endapan
yang terbentuk.

14. Identifikasi ion kalsium (larutan uji CaCl2 0,5 M)
a. Pada saat larutan uji CaCl2 yang tidak berwarna ditambahkan NaOH terbentuk endapan putih
dari Ca(OH)2 dan larutannya keruh. Reaksi yang terjadi sebagai berikut :
Ca2+(aq) + 2 OH-(aq) Ca(OH)2(s)

b. Pada saat larutan uji ditambahkan larutan asam sulfat encer ( H2SO4 2 M) terbentuk larutan
berwarna putih dan keruh seperti larutan koloid. Dan jika didiamkan beberapa saat maka akan
terbentuk endapan berwarna putih. Endapan ini larut dalam asam mineral misalnya HCl, HNO3
dan tidak larut dalam asam asetat. Adapun reaksinya yaitu:
Ca2+(aq) + SO4 2-(aq) CaSO4(s)
Endapan yang terbentuk larut dalam asam klorida pekat tetapi tidak larut dalam asam asetat.
Adapun reaksinya yaitu:
CaSO4(s) + 2 H+(aq) Ca2+(aq) + H2SO4 (aq)
Pada saat larutan uji ditambahkan K2CrO4 yang berwarna kuning terbentuk larutan yang
berwarna kuning dari CaCrO4 dengan reaksi sebagai berikut :
Ca2+(aq) + CrO42-(aq) CaCrO4(s)
c. Pada saat larutan uji ditambahkan dengan Na2CO3 (seharusnya digunakan amonium karbonat
yang tidak berwarna terbentuk endapan amorf berwarna putih keunguan dari CaCO3 dengan
reaksi sebagai berikut :
Ca2+(aq) + CO32-(aq) CaCO3(s)
Setelah endapan putih tersebut dipanaskan endapan menjadi larut dan terbentuk larutan yang
berwarna kuning keemasan Secara teoritis, apabila endapan CaCO3 yang dididihkan akan
terbentuk kristal, tetapi pada percobaan ini tidaak terbentuk kristal karena endapan hanya
dipanaskan (tidak sampai mendidih).

15. Identifikasi ion barium (larutan uji BaCl2 0,25 M)
a. Pada saat larutan uji BaCl2 yang tidak berwarna ditambahkan NH4OH (tidak berwarna)
terbentuk endapan putih dari Ba(OH)2. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Ba2+(aq) + 2OH-(aq) Ba(OH)2(s)
2NH4OH(aq) + CO2(g) (NH4)2CO3(aq) + H2O(l)
BaCl2(aq) + (NH4)2CO3(aq) BaCO3(s) + 2NH4Cl(aq)
b. Setelah larutan uji BaCl2 ditambahkan H2SO4 terbentuk endapan putih dari BaSO4 dan
larutannya juga berwarna putih. Reaksinya adalah :
Ba2+(aq) + SO42-(aq) BaSO4(s)
Setelah endapan putih ditambahkan HCl 0,025 N terbentuk endapan putih dan larutannya keruh.
Hal ini terjadi karena adanya penambahan asam menyebabkan endapan yang terbentuk lebih
banyak (larutan putih menjadi keruh karena sebagian zat dalam larutan telah mengendap).

16. Identifikasi ion magnesium (larutan uji MgCl2 0,5 M)
a. Pada saat larutan uji MgCl2 yang tidak berwarna ditambahkan amonia terbentuk endapan
gelatin yang berwarna putih dari Mg(OH)2. Adapun reaksinya yaitu:
Mg2+(aq) + 2 NH3(aq) + 2 H2O(l) Mg(OH)2(s) + 2 NH4+(aq)
Endapan yang terbentuk ditambahkan larutan NH4Cl, endapan larut dalam amonium klorida. Hal
ini terjadi karena konsentrasi garam amonium menyebabkan konsentrasi ion hidroksil berkurang
sehingga hasil kali kelarutan Mg(OH)2 tidak terlampaui. Dengan demikian magnesium tidak
dapat diendapkan dengan adanya amonium klorida.
b. Pada saat larutan uji ditambahkan karbona amonium karbonat tidak terbentuk endapan putih
dari MgCO3. Dengan kata lain hasilnya negatif. Menurut teori, jika larutan uji ditambahkan
karbona amonium karbonat maka akan terbentuk endapan putih dari garam basa sesuai
persamaan reaksi berikut:
5Mg2(aq) + 6 CO32-(aq) + 7 H2O(l) 4 MgCO3 . Mg(OH)2 .5 H2O(s) +
2 HCO3-(aq)


17. Identifikasi ion kalium (larutan uji KCl 0,25 M)
Prosedur ini tidak dilakukan karena larutan kompleks [H2(PtCl6)] dan asam perklorat tidak
tersedia. Namun secara teori
a. Setelah larutan uji ditambahkan [H2(PtCl6)] terbentuk endapan kuning dari kalium
heksakloroplatinat (IV). Adapun reaksinya yaitu:
2 K+(aq) + [PtCl6]2-(aq) K2[PtCl6](s)
b. Larutan KCl ditambahkan dengan larutan HClO4, terbentuk endapan putih dari KClO4.
Adapun reaksinya yaitu:
K+(aq) + ClO4-(aq) KClO4(s)
Endapan yang terbentuk sedikit larut dalam air dan tidak larut dalam alkohol 75%.

V. SIMPULAN
berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut :
1. Identifikasi kelarutan senyawa garam dan oksidanya secara basah dapat dilakukan dengan
menambahkannya ke dalam air, atau pelarut asam dan basa.
2. Identifikasi reaksi yang dialami beberapa kation dapat dikenali dari bentuk endapan serta
warna dari hasil reaksinya.
3. Beberapa endapan senyawa garam melarut kembali dengan penambahan pereaksi berlebih,
dan ada yang melarut dalam beberapa asam kuat.

JAWABAN PERTANYAAN
1. Endapan yang terbentuk pada beberapa reaksi di atas dapat larut kembali karena penambahan
pereaksi secara berlebih akan menyebabkan terbentuknya kompleks. Contohnya:
Pada identifikasi ion seng (Zn2+) :
Ketika endapan putih Zn(OH)2 ditambahkan larutan NaOH berlebih maka Zn(OH)2 akan
melarut membentuk kompleks dengan persamaan reaksi sebagai berikut :
Zn(OH)2 + 2 OH- [Zn(OH)4]2-
Pada identifikasi ion krom (Cr3+):
Ketika endapan putih dari Cr(OH)3 ditambahkan dengan Nh3 berlebih endapan menjadi larut
dan terbentuk kompleks [Cr(NH3)6] yang berwarna ungu dengan reaksi sebagai berikut :
Cr3+ + 3 NH3 + 3 H2O Cr(OH)3 + 3 NH4+
Cr(OH)3 + 6 NH3 [Cr(NH3)6] + 3 OH-
2. Beberapa reaksi untuk prosedur di atas adalah :
Pada identifikasi ion seng:
Zn2+ + 2 OH- Zn(OH)2
Pada identifikasi ion kalsium:
Ca2+ + 2 OH- Ca(OH)2
Pada identifikasi ion aluminium:
Al3+ + 3 OH- Al(OH)3 + 3 OH+
CO32- + 2 H+ H2CO3 H2O + CO2

3. Langkah yang dapat ditempuh untuk meyakinkan identifikasi yang menghasilkan gas tidak
berwarna yaitu:
a. Menangkap gas dengan menggunakan kertas saring yang telah dibasahi dengan reagen tertentu
yang bereaksi dengan gas yang dihasilkan.
b. Mengalirkan gas yang dihasilkan denagn menggunakan pengalir gas ke dalam larutan yang
dapat bereaksi dengan gas yang dihasilkan. Misalnya gas CO2 yang dialirkan ke dalam larutan
Ca(OH)2 dimana larutan akan berubah menjadi keruh ketika dialirkan gas ini.

DAFTAR PUSTAKA







SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BAKTI TUNAS HUSADA
TASIKMALAYA
PRODI S1 FARMASI
2011
A. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk mengidentifikasi ion-ion penyusun senyawa organic, garam, logam organic yang sering
digunakan dalam dunia kefarmasian baik sebagai zat berkhasiat atau sebagai bahan pembantu.
Memisahkan dan Mengidentifikasi sejumlah unsur.

B. DASAR TEORI
Kimia Analitik Kualitatif yaitu kimia analisa yang hanya membahas tentang identifikasi ada atau
tidak adanya unsur atau suatu zat didalam suatu bahan.
Dalam melakukan analisa kualitatif digunakan sifat-sifat fisik sampel tersebut seperti warna, bau,
indeks bias, titik didih, massa jenis serta kelarutan dan sebagainya. Untuk sampel padat, analisis
pendahuluan meliputi : warna, bau, kelarutan serta keasaman.
Uji warna, bau, serta bentuk/wujud sampel.
Merah : Pb3O4, HgI2, K3[Fe(CN)6]
Merah Jingga : Dikromat
Merah Jambu : Garam-garam dari mangan dan kobalt yang berhidrat
Kuning : K4[Fe(CN)6].3H2O, FeCl3 dan Kromat
Hijau : Garam-garam besi(II), garam-garam nikel dan CuCl2
Biru : Garam-garam kobal anhidrat, garam-garam tembaga(II) behidrat
Cokelat : Fe3O4
Hitam : MnO2
Untuk uji reaksi nyala metode yang sering dilakukan adalah
1. Reaksi nyala dengan kawat nikrom : Sedikit zat dilarutkan kedalam HCL P. Diatas kaca arloji
kemudian dicelupkan kedalamnya, kawat nikrom yang bermata kecil yang telah bersih kemudian
dibakar diatas nyala oksidasi .
2. Reaksi nyala beilstein : Kawat tembaga yang telah bersih dipijarkan diatas nyala oksida
sampai nyala hijau hilang. Apabila ada halogen maka nyala yang terjadi berwarna hijau.
3. Reaksi nyala untuk borat : Dengan cawan porselin sedikit zat padat ditambahkan asam sulfat
pekat dan beberapa tetes methanol, kemudian dinyalakan ditempat gelap. Apabila ada borat akan
timbul warna hijau.
C. ALAT DAN BAHAN
Kaca arloji H2I
Mortir Br2
Stemper Cl2
Plat tetes I2
Pipet tetes NO2
Kawat tembaga HCl
NaCl HF
H2SO4 CIO2
SO2 HNO3
CO2

D. PROSEDUR
1. Pemeriksaan Organoleptik, meliputi :
Warna Zat
Beberapa ion dalam bentuk larutannya memberikan warna-warna tertentu, misalnya :
ZAT WARNA
Cu(II), Co(II)
Fe(III), PbO2, FeS, CdO
Ni(II), Fe(II), Cr(III)
Senyawa oksida logam dan garam logam sulfide
Fe(III), CdS, HgO, K2FeN6, KCrO4
HGI2, K3FeCN6, K2Cr2O7
Mn(II)
Banyak senyawa anorganik yang berwana putih

Sifat Higroskopis
Beberapa zat dapat menarik air dari udara.
Misalnya : FeCl3, KOH, NaOH, MgCl2, dll
Bau Zat
Beberapa zat dapat diidentifikasi dari bau nya, misalnya :
ZAT BAU
Garam-garam asetat Bau Cuka
Garam-garam sulfida Bau Telor Busuk
Garam-garam amoniak Bau amoniak
Arsen Bau Bawang
Garam-garam halogenida Bau Halogen

Sifat Keasaman dan Kebasaan
Kadang-kadang sifat keasaman dan kebasaan ini dapat menunjang pada analisis. Pemeriksaan
dilakukan dengan cara larutan zat didalam air diperiksa dengan lakmus biru dan lakmus merah.

2. Reaksi Nyala
Dengan Kawat Ni-Cr

Sedikit zat dilarutkan dalam HCl pekat.



Amati nyala yang timbul pada kawat Ni-Cr



Reaksi Nyala Belstein
Panaskan kawat
Celupkan pada zat yang diperiksa
Amati nyala yang terjadi

Reaksi Nyala untuk Borat
Zat padat + asam sulfat pekat + methanol beberapa tetes
Nyalakan pada tempat yang gelap !


Reaksi dengan Asam Sulfat
1. Reaksi dengan H2SO4 2N
A. Terbentuk gas yang tidak berwarna

a. SO2 + H2SO4
b. CO2+ H2SO4
c. H2S+ H2SO4
d. Hac + H2SO4
B. Terbentuk gas yang berwarna
a. Br2 + H2SO4
b. Cl2 + H2SO4
c. I2 + H2SO4
d. NO2 + H2SO4

2. Reaksi dengan H2SO4 pekat

a. HCl + H2SO4
b. Cl2 + H2SO4
c. CO2 + H2SO4
d. H2S + H2SO4
e. HF + H2SO4
f. HBr + H2SO4
g. Br2 + H2SO4
h. I2 + H2SO4
i. CIO2 + H2SO4
j. NO2 + H2SO4
k. HNO3 + H2SO4
3. Reaksi dengan NaOH
Masukkan NH4CL + NaOH
Didihkan air !
Tutup ujung corong dengan lakmus merah !
Tunggu sampai lakmus berubah.
Amati yang terjadi !



4. Reaksi dengan KHSO4 pekat
Gerus sedikit zat padat + KHSO4
Tetesi air suling !











E. DATA DAN HASIL PENGAMATAN

1. Pemeriksaan Organoleptik
NO NAMA ZAT WARNA BENTUK
1 FeS Padatan
2 HgI2 Serbuk
3 CuSO4 Serbuk Granul
4 FeCl3 Granul
5 NaOH Padatan Higroskopis
6 MgCl2 Padatan
7 Natrium asetat Kristal
8 Natrium tetra borat Serbuk Kristal
9 Fe(III) Cl Cair(Setengah Padat)
10 Iodiun Padat Lengket
11 Mhetanol Cair
12 Natrii Chloridum Serbuk Kristal
13 NH4Cl2 Serbuk
14 Asam Oksalat Serbuk Kristal
15 Sodium Padat Berair
16 Kalium Dikromat Serbuk
17 CaCl2 Padatan Higroskopis


1. Reaksi Nyala untuk borat
NO Reaksi Warna Nyala
1 H2SO4 + borat + Na2B4O3
2 H2SO4 + borat + CH3OH

2. Reaksi dengan KHSO4 pekat
NO Reaksi Bau
1 KHSO4 + NaCOOH Asam Cuka

3. Reaksi Nyala
A. Dengan Kawat Ni-Cr
Nama Zat R.Kimia Wujud Bau Nyala Ada/tidak (gas)
Natrium Na Serbuk Coklat Menyengat T.Hijau Ada
Kalsium Klorida CaCl Serbuk Putih Menyengat T.Hijau Ada
Kalsium Karbonat K Serbuk Kuning T.Menyengat T.Hijau Ada
Tembaga(II)Sulfat CuSO4 Serbuk Biru T.Menyengat Hijau Ada
Barium Klorida BaCl2 Serbuk Putih T.Menyengat Hijau Ada
Magnesium Klorida MgCl2 Cair Kuning T.Menyengat Hijau Ada


4. Reaksi dengan NaOH 1N
NO Reaksi Warna Lakmus Asap
1 NaOH + NH4Cl Berasap

5. Reaksi dengan KHSO4 pekat
NO Reaksi Bau
1 KHSO4 + NaCOOH Asam Cuka










F. PEMBAHASAN
Dalam percobaan analisa kualitatif kali ini, kita melakukan pemeriksaan organoleptik pada
beberapa bahan yang ada d laboratorium. Yang pertama yaitu melakukan pemeriksaan
organoleptik meliputi warna, bau dan bentuk.
Beberapa zat yang dilakukan pemeriksaan organoleptik, meliputi :
Merah : HgI2 (Serbuk)
Putih : CaCl2 (Padatan Higroskopis), Asam Oksalat (Serbuk Kristal), NH4Cl2 (Serbuk), Natrii
Chloridum (Serbuk Kristal), Natrium Tetra Borat (Serbuk Kristal), Natrium Asetat (Kristal),
NaOH (Padatan Higroskopis).
Hitam : FeS (Padatan), Iodium (Padat Lengket).
Cokelat : FeCl3 (Granul), Fe(III) Cl (Setengah Padat),
Biru : CuSO4 (Serbuk Granul)
Kuning : Kalium Dikromat (Serbuk)

Dalam percobaan Reaksi Nyala, untuk melihat warna nyala larutan CaCl , BaCl2, K, Na dapat
dilakukandengan menggunakan kawat nikrom dengan meimasukkan kawat ke dalam zat yang
diperlukan setelah itu kawat dibakar dan akan terjadi perubahan / terbentuk warna pada api.
Warna yang terlihat itulah warna dari zat tersebut. Pada percobaan yang dilakukan didapatkan
bahwa CaCl memiliki warna nyala tidak hijau dan memiliki bau menyengat dari buku panduan
tertulis bahwa CaCl memiliki warna merah kuning.
Hasil percobaan uji nyala terhadap BaCl2 didapatkan warna hijau dan memiliki bau yang tidak
menyengat. BaCl2 yaitu berwujud serbuk putih.
Hasil percobaan uji nyala terhadap Na didapatkan warna bukan hijau, Na adalah zat berupa
serbuk berwarna cokelat. Bau nya menyengat.
Hasil percobaan uji nyala terhadap CuSO4 didapatkan warna nyala hijau, itu berarti percobaan
yang dilakukan berhasil karena warna yang diharapkan pada percobaan didapatkan. CuSO4
merupakan serbuk berwarna biru dan memiliki bau yang tidak menyengat.
Hasil percobaan yang dilakukan pada MgCl2 didapatkan warna nyala hijau, dan merupakan
cairan berwarna kuning.
Hasil percobaan yang dilakukan pada Kalium karbonat didapatkan warna nyala tidak hijau, zat
ini merupakan serbuk kuning dan mempunyai bau yang tidak menyengat.
Dalam percobaan reaksi nyala untuk borat dilakukan pada H2SO4 + Borat + Na2B4O3 , warna
yang dihasilkan yaitu warna cokelat. Sedangkan hasil yang didapatkan dari H2SO4 + Borat +
CH3OH terdapat nyala hijau.
Dalam percobaan reaksi nyala dengan menggunakan pereaksi NaOH 1N yang dilakukan pada
NaOH dengan NH4Cl merubah warna lakmus merah menjadi warna lakmus biru, Karena basa-
basa lemah yang ada seperti NH3 mendesak keluar.
Sedangkan dalam reaksi dengan KHSO4 + NaCOOH didapatkan hasil bau asam cuka.

G. KESIMPULAN
Dari percobaan yang dilakukan, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1. Dalam percobaan analisa kualitatif kali ini, kita melakukan pemeriksaan organoleptik pada
beberapa bahan yang ada d laboratorium. Yang pertama yaitu melakukan pemeriksaan
organoleptik meliputi warna, bau dan bentuk.
2. Dalam percobaan Reaksi Nyala, untuk melihat warna nyala larutan CaCl , BaCl2, K, Na dapat
dilakukandengan menggunakan kawat nikrom dengan memasukkan kawat ke dalam zat yang
diperlukan setelah itu kawat dibakar dan akan terjadi perubahan / terbentuk warna pada api.
Warna yang terlihat itulah warna dari zat tersebut.







H. DAFTAR PUSTAKA
Ibnu, Sodiq. 2005. Kimia Analitik I. Malang: UM Press.
Nugroho, Rachmad. 2008. Diktat Analisis Kualitatif. Malang: FMIPA UM
Nugroho, Rachmad. 2008. Teori Penunjang Analisis Kuantitatif. Malang: FMIPA UM
Vogel. 1990. Buku teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta: PT
Kalman Media Pustaka.
Widarti, Hayuni Retno, dkk. 2008. Petunjuk Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik. Malang:
FMIPA UM.
Diposkan oleh Ira Andira Aroraba di 19:24

Anda mungkin juga menyukai