Anda di halaman 1dari 10

Nama: Ni Kd Rintan Listiani Ekayanti

NIM: 1908551042

Kelas: A

RESUME KIMIA FARMASI

Materi: Analisis Kualitatif Senyawa Anorganik

Analisis anorganik kualitatif adalah adalah cabang atau metode analisis kimia untuk
membentuk komposisi unsur senyawa anorganik melalui penambahan reagen tertentu dan
berkaitan dengan reaksi ionic. Pedoman dari analisis kualitatif yang pertama yaitu mengetahui
atau menentukan ukuran sampel dan teknik kerja, kemudian menentukan tes pendahuluan,
kemudian hanya ada elemen-elemen yang diinginkan untuk berada dalam larutan berdasarkan
uji pendahuluan, dan yang terakhir hasil analisis harus sesuai dengan pengamatan.

Untuk melakukan pengujian terhadap senyawa anorganik dapat dilakukan dengan


beberapa metode seperti:

A. Analisis kualitatif untuk kation


Untuk mengetahui kation yang ada pada sampel yakni senyawa anorganik dapat dilakukan
dua acara yakni flame test dan menggunakan reagen untuk mengobservasi perubahan
secara kimia. Berdasarkan selektivitasnya, reagen dapat diklasifikasi menjadi tiga yaitu:
a. Reagen kelompok yaitu reagen yang digunakan untuk memisahkan kelompok kation
tertentu
b. Reagen selektif, yaitu reagen yang dalam kondisi tertentu hanya beberapa kation yang
dapat teridentifikasi, untuk mengidentifikasi satu kation diperlukan reagen yang lebih
spesifik
c. Reagen spesifik, yaitu reagen yang mampu mendeteksi satu kation dalam kondisi
tertentu
1. Ion Alumunium (Al3+)
Ion alumunium merupakan ion yang tidak memiliki warna sehingga yang dapat
digunakan untuk melihat keberadaan kation alumunium yakni sodium hidroksida
(NaOH) atau aqueous ammonia. Pada penggunaan NaOH apabila terdapat kation
alumunium dalam suatu sampel maka akan mucul endapan berwarna putih. Namun
apabila NaOH ditambahkan berlebih maka endapan tersebut akan larut dan kembali
menjadi larutan tanpa warna
Pada penggunaan aqueous ammonia apabila terdapat kation alumunium dalam
suatu sampel maka akan mucul endapan berwarna putih. Namun apabila
ditambahkan lagi aqueous ammonia berlebih endapan putih tersebut tidak larut
berbeda dengan penggunaan NaOH

2. Ion Kalsium (Ca2+)


Ion kalsium juga merupakan ion yang tidak berwarna, ion ini dapat di identifikasi
menggunakan flame test yang dicirikan dengan warna api yang berwarna brick-red
yang menandakan keberadaan ion kalsium. Selain itu ion ini juga dpaat
diidentifikasin menggunakan sodium sulfat, apabila sodium sulfat ditambahkan pada
sampel yang berisi ion kalsium maka akan muncul endapan berwarna putih dan akan
terbentuk kalsium sulfat yang larut air.

3. Ion Tembaga (Cu2+)


Ion tembaga merupakan ion yang berwarna biru, ion ini dapat diidentifikasi
menggunakan flame test, pada test ini api akan berwarna biru-hijau apabila terdapat
ion tembaga. Selain itu dapat juga digunakan larutan NaOH untuk mengidentifikasi
ion tembaga, apabila terbentuk gel berwarna biru maka mengindikasikan terdapat
ion tembaga di dalam sampel tersebut dan akan terbentuk tembaga (II) hidroksida.
Apabila digunakan test dengan aqueous ammonia akan terbentuk endapan berwarna
biru maka mengindikasikan terdapat ion tembaga di dalam sampel tersebut dan akan
terbentuk tembaga (II) hidroksida. Namun apabila ditambahkan ammonia berlebih
maka endapan akan terlarut dan larutan menjadi berwarna biru gelap, dalam reaksi
ini terbentuk tetraaminecopper (II).

4. Ion besi II (Fe2+)


Ion besi II merupakan ion yang berwarna hijau pucat, apabila sodium hidroksida
ditambahkan pada sampel yang berisi ion besi II maka akan muncul endapan gelatin
berwarna hijau dan akan terbentuk besi (II) hidroksida. Endapan ini juga tidak akan
larut apabila NaOH ditambahkan berlebih. Hal ini juga sama apabila diidentifikasi
menggunakan aqueous ammonia.
5. Ion Besi III (Fe3+)
Ion besi III merupakan ion yang berwarna kuning pucat, apabila sodium hidroksida
ditambahkan pada sampel yang berisi ion besi III maka akan muncul endapan gelatin
berwarna merah kecolatan dan akan terbentuk besi (III) hidroksida. Endapan ini juga
tidak akan larut apabila NaOH ditambahkan berlebih. Hal ini juga sama apabila
diidentifikasi menggunakan aqueous ammonia.

6. Ion Zink (Zn2+)


Ion zink merupakan ion yang tidak memiliki warna sehingga yang dapat digunakan
untuk melihat keberadaan kation alumunium yakni sodium hidroksida (NaOH) atau
aqueous ammonia. Pada penggunaan NaOH apabila terdapat kation alumunium
dalam suatu sampel maka akan muncul endapan gelatin berwarna putih yang
merupakan zink hidroksida. Namun apabila NaOH ditambahkan berlebih maka
endapan tersebut akan larut dan kembali menjadi larutan tanpa warna
Pada penggunaan aqueous ammonia apabila terdapat kation alumunium dalam
suatu sampel maka akan mucul endapan berwarna putih yang merupakan zink
hidroksida. Namun apabila ditambahkan lagi aqueous ammonia berlebih endapan putih
tersebut akan larut dan menjadi larutan yang tidak berwarna dan terbentuk tetraamine
zink

7. Ion Ammonia
Pada pengujian ion ammonia digunakan basa kuat seperti NaOH, NaOH
ditambahkan pada sampel kemudian dipanaskan akan terbentuk gas tak berwarna,
gas ini adalah ammonia yang akan mengubah kertas litmus merah lembab menjadi
berwarna biru
Kation golongan III tidak bereaksi dengan asam klorida encer ataupun dengan hidrogen
sulfida dalam suasana asam mineral encer. Namun,kation ini akan membentuk endapan dengan
amonium sulfida dalam suasana netral atau amonia. Kation-kation golongan ini adalah Co2+,
Ni2+, Fe2+, Fe3+, Mn2+, Al3+, Zn2+, Cr3+. Reagensia golongan yang dipakai untuk
klasifikasi kation yang paling umum adalah asam klorida, hidrogen sulfida, ammonium sulfida,
dan ammonium karbonat. Klasifkasi ini didasarkan atas reaksi kation dengan reagensia-
reagensia dapat membentuk endapan atau tidak. Sehingga dikatakan, bahwa klasifikasi kation
yang paling umum didasarkan atas perbedaan kelarutan dari klorida, sulfida, dan karbonat dari
kation tersebut

B. Analisis kualitatif untuk anion


1. Ion Klorida (Cl- )
Cl- (aq) + AgNO3 (aq) → AgCl (s)
(Endapan putih perak klorida yang tidak larut air)
Jika ditambahkan dengan NH3 berlebih:
AgCl (s) + 2NH3 (aq) → [Ag(NH3)2] + (aq) + Cl- (aq)
(Terbentuk ion perak (I) diamin yang larut dalam air)
(Larutan jernih tidak berwarna)
Jika endapan terpapar sinar matahari, akan terjadi perubahan warna menjadi abuabu
dengan cepat.
2. Ion Bromida (Br- ) Br- (aq) + AgNO3 (aq) → AgBr (s)
(Endapan keruh perak bromida yang tidak larut air)
Jika ditambahkan dengan NH3 berlebih :
AgBr (s) + 2NH3 (aq) → [Ag(NH3)2] + (aq) + Br- (aq)
(Terbentuk ion perak (I) diamin yang larut dalam air)
(Larutan jernih tidak berwarna)
Jika endapan terpapar sinar matahari, akan terjadi perubahan warna menjadi abu - abu
dengan lambat
3. Ion Iodida (I- ) I - (aq) + AgNO3 (aq) → AgI (s)
(Endapan kuning pucat perak iodida yang tidak larut air)
Jika ditambahkan dengan NH3 berlebih, endapan tersebut tidak akan larut. Jika
endapan terpapar sinar matahari, tidak akan terjadi perubahan warna.
Biasanya ion halida dapat diidentifikasi dengan air klorin dan pelarut organik.
Ditambahkan air klorin ke sampel diikuti dengan penambahan pelarut organik. Setelah
itu dikocok larutan dan diamati apa yang terjadi (Cl2 → oksidasi kuat)
• Jika sampelnya adalah ion klorida, maka tidak akan terjadi perubahan Cl- (aq) + Cl2
(aq) → tidak bereaksi.
• Jika sampelnya adalah ion bromida, maka fase organiknya akan berubah warna
menjadi orange. Hal ini disebabkan karena ion bromida dioksidasi menjadi bromin oleh
air klorin. Bromin larut dalam pelarut organik untuk menghasilkan larutan berwarna
ungu
Br- (aq) + Cl2 (aq) → Br2 (aq) + Cl- (aq)
Br2 (aq) + heksana → Br2 (heksana)
Bromin (larutan orange)
• Jika sampelnya adalah ion iodida, maka fase organiknya akan berubah warna menjadi
ungu. Hal ini disebabkan karena ion iodida dioksidasi menjadi iodin oleh air klorin.
Iodin larut dalam pelarut organik untuk menghasilkan larutan berwarna ungu
I - (aq) + Cl2 (aq) → I2 (aq) + Cl- (aq)
I2 (aq) + heksana → I2 (heksana)
Iodin (larutan ungu)
4. Ion Karbonat (CO3 2- )
CO3 2- (aq) + 2H3O+ (aq) → CO2 (g) + 3H2O (l)
Jika gelembung CO2 (g) dilewatkan pada air kapur
CO2 (g) + Ca(OH)2 (aq) → CaCO3 (s) + H2O (l)
Ion karbonat dapat diidentifikasi dengan penambahan asam seperti asam hidroklorik
encer atau asam nitrat encer ke larutan sampel. Jika sampel mengandung ion karbonat,
maka akan terbentuk gas tidak berwarna yaitu CO2 (karbon dioksida). Jika gas tersebut
dimasukkan ke air kapur, maka air kapur tersebut akan berubah warna menjadi putih
susu.
5. Ion Hipoklorit (ClO- )
• Ion hipoklorit merupakan basa yang bersifat sebagai bleaching (pemutih) → ditandai
dengan memutihkan kertas lakmus
• Teteskan larutan hipoklorit di kertas lakmus merah. Akan terjadi perubahan warna
biru, lama-kelamaan akan menjadi warna putih
• ClO- bersifat sangat oksidatif kuat dan biasanya digunakan untuk identifikasi
kualitatif
6. Ion sulfida (SO3 2- )
• Ion sulfida memiliki sifat mereduksi
• Ion sulfida akan bereaksi dengan oksidator kuat
• Reaksi :
a. 2SO3 2- (aq) + Cr2O7 2- (aq) + 8H+ (aq) → 3SO4 2- (aq) + 2Cr3+ (aq) + 4H2O (l)
→ perubahan warna menjadi hijau
b. 5SO3 2- (aq) + 2MnO4 - (aq) + 6H+ (aq) → 5SO4 2- (aq) + 2Mn2+ (aq) + 3H2O (l)
→ permanganat menjadi bening ( perubahan warna ungu menjadi tidak berwarna)
c. SO3 2- (aq) + Br2 (aq) + H2O (l) 🡪 SO4 2- (aq) + 2Br- (aq) + 2H+ (aq) (Bromida
menjadi bening (perubahan warna orange menjadi bening)

Analisis kualitatif menggunakan dua jenis tes yakni tes kering (dry test) dan
reaksi basah (wet test). Dry test berlaku untuk zat padat, sedangkan wet berlaku untuk
larutan.
1. Dry Test
Pada tes kering dilakukan pemanasan pada sampel yang dilakukan dengan
ditempatkan bahan di tabung pengapian kecil (bulb tube), disiapkan dari tabung
kaca lembut, dan dipanaskan dalam nyala Bunsen, perlahan-lahan pertama dan
kemudian lebih kuat. Tabung reaksi kecil, 60-70 mm x 7-8 mm, yang tersedia dan
murah, juga dapat digunakan.
Sublimasi dapat terjadi, atau bahan dapat meleleh atau dapat terurai dengan
perubahan warna yang menyertai, atau gas dapat berevolusi yang dapat dikenali
oleh sifat karakteristik tertentu. Perubahan warna dapat terjadi, biasanya
menunjukkan dekomposisi. Perubahan yang paling umum dikaitkan dengan
penghilangan air kristalisasi.
Gas yang dihasilkan mungkin tidak berwarna atau berwarna, kadang-kadang
dengan bau khas. Mereka dapat diidentifikasi dengan reagen yang sesuai, seperti
yang dijelaskan diatas yakni reaksi kation dan anion. Karbon dioksida dapat
terbentuk jika terdapat karbonat atau bahan organik tertentu. Sulfur dioksida dapat
terjadi saat memanaskan sulfit, tiosulfat, atau sulfida. Klorin terjadi jika klorida
tertentu (misalnya magnesium klorida) dipanaskan, sedangkan brom atau yodium
dapat terbentuk saat memanaskan bromida atau iodide di hadapan agen
pengoksidasi. Nitrat menghasilkan nitrogen dioksida; format dan oksalat, karbon
monoksida. Pemanasan sianida menghasilkan sianogen. Saat memanaskan garam
amonium yang dicampur dengan alkali, amonia dapat terjadi. Oksigen diperoleh
jika terdapat perklorat, bromat, atau iodat dipanaskan. (Vogel, 1996)

2. Wet Test
Reaksi basah dilakukan untuk zat yang terlarut. Reaksi seperti itu biasanya
dilakukan untuk:
(a) pembentukan endapan;
(b) evolusi gas; atau
(c) perubahan warna.
Mayoritas reaksi dalam analisis kualitatif adalah dilakukan dalam larutan. Pada
metode test basah ini biasanya terjadi pengendapan atau presipitasi. Presipitasi bila
kelebihan reagen akan digunakan dalam pembentukan endapan, ini tidak berarti
bahwa jumlah yang berlebihan harus selalu digunakan. Dalam kebanyakan kasus,
kecuali dinyatakan secara khusus, jumlah lebih dari yang dibutuhkan untuk
menghasilkan reaksi diperlukan. Ini biasanya paling baik dideteksi dengan
menyaring sedikit campuran dan menguji filtrat dengan reagen. Harus selalu
diingat bahwa kelebihan zat pereaksi yang besar dapat menyebabkan pembentukan
ion kompleks dan larutan parsial akibat dari endapan; lebih lanjut kelebihan reagen
yang tidak perlu akan sia-sia dan dapat menyebabkan komplikasi pada tahap
analisis selanjutnya. Saat mempelajari reaksi ion konsentrasi reagen diketahui dan
memang benar mungkin untuk menilai volume reagen yang dibutuhkan dengan
cepat (Vogel, 1996).
DAFTAR PUSTAKA
Vogel. 1996. Vogel’s Qualitative Inorganic Analysis. 7th Edition. Singapore:
Longman Singapore Publisher. 4-6, 15-16.

Anda mungkin juga menyukai