Anda di halaman 1dari 11

ALBUMIN DAN HETASTARCH UNTUK RESUSITASI CAIRAN

Cairan tubuh terbagi dalam dua kompartemen atau ruang, yaitu intraselular dan
ekstraselular. Kompartemen ekstraselular terbagi lagi menjadi kompartemen
intravaskular dan kompartemen interstisial. Hipovolemia sejati, atau pengurangan
volume, dapat didefinisikan sebagai pengurangan cairan intraselular dan ekstraselular,
dengan kehilangan di luar tubuh, dan bisa terdapat bermacam-macam gangguan serta
kondisi. Hipovolemia akut yang membutuhkan resusitasi cairan dapat terjadi ketika
timbul kehilangan cairan yang cepat yang menimibulkan syok atau ancaman akan
terjadinya syok seperti perdarahan, luka bakar, bedah, atau trauma lain di mana
terdapat defisit volume vaskular. Penyebab-penyebab nontraumatik lain dari
hipovolemia akut yang membutuhkan resusitasi cairan adalah kehilangan cairan dari
saluran pencernaan yang cepat lewat muntah-muntah berat, diare, drainase tube tanpa
penggantian yang adekuat, dehidrasi yang jelas akibat kehilangan dari kulit, misalnya
keringat berlebih atau dermatosis tertentu contohnya pemfigus!, dan kehilangan
cairan dari ginjal akibat diuresis yang berat. Kadang-kadang redistribusi cairan dari
vaskular ke kompartemen interstisial tanpa keluar ke lingkungan eksternal bisa
menimbulkan hipovolemik akut yang membutuhkan resusitasi cairan. Hal ini dapat
terjadi pada pankreatitis akut, infark usus, atau syok septik. Hipovolemia redistribusi
biasanya terjadi akibat vasodilatasi dan fenomena kebocoran kapiler yang disebabkan
oleh inflamasi difus dan mediator-mediatornya.
"ejala klinis hipovolemia akut, tanpa memperhatikan penyebabnya, tergantung dari
kecepatan dan besar kehilangan volume bersamaan dengan respons sistem
kardiovaskuler terhadap reduksi volume. #bnormalitas hemodinamik yang jelas
adalah berkurangnya aliran darah balik ke jantung. Curah jantung dan tekanan darah
pada awalnya dipertahankan oleh persarafan simpatis melalui frekuensi jantung,
kontraktilitas miokard dan vasokonstriksi arteri. Hal ini secara klinis bermanifestasi
sebagai takikardi dan menurunnya tekanan nadi perbedaan antara tekanan sistolik
dan diastolik!. $espons-respons patofisiologis ini bisa mengkompensasi kehilangan
volume intravaskular hingga %&-'&(. )ika jumlah cairan hilang melebihi jumlah
tersebut, mekanisme kompensasi menjadi tidak adekuat, maka terjadi syok
hipovolemik dengan defisit perfusi.
Syok Hipovolemik
*anda-tanda syok hipovolemik adalah menurunnya tekanan darah sistolik +,&
mmHg!- takikardi yang makin meningkat- takipnu- kulit yang dingin dan lembab-
oligouria dan penurunan kesadaran. *ujuan utama penanganan awal adalah mengganti
volume sirkulasi secara efektif resusitasi cairan! untuk menunda atau mencegah
kejadian-kejadian yang berpotensi ireversibel yang mengikuti iskemia selular yang
berkepanjangan. Cedera selular akibat iskemia yang berkepanjangan menghasilkan
hilangnya integritas membran sel, inhibisi aktivitas metabolik yang luas, dan aktivasi
hidrolase seluler, yang menyebabkan cedera seluler lebih lanjut dan akhirnya
kematian sel apoptosis!. )ika penanganan terlambat, syok hipovolemik yang terjadi
biasanya fatal. Penurunan perfusi jaringan yang akut atau pergeseran volume cairan
dapat menyebabkan terjadinya sirkulasi yang berlangsung melalui saluran sekunder
tanpa kehilangan cairan, berakibat timbulnya manifestasi klinis yang mirip dengan
kehilangan cairan. Contohnya curah jantung yang menurun pada infark miokard akut
atau tamponade perikard!, peningkatan dilatasi kapiler vena pada sepsis, multiple-
organ dysfunction syndrom/ MODS) dan pergeseran cairan dari vaskular ke interstisial
contohnya pankreatitis akut, peritonitis, udem paru nonkardiogenik pada sindrom
gawat napas akut.acute respiratory distress syndrom/ARDS, hipoalbuminemia, atau
hipoproteinemia dengan defisit onkotik intravaskular. /ang menarik, syok
hipovolemik bisa mencetuskan komorbiditas pada pasien, terutama #$01, sepsis dan
2301. Peranan resusitasi cairan pada keadaan-keadaan tersebut harus
dipertimbangkan tiap pasien. 4ypass kardiopulmonal menimbulkan peningkatan
kapasitansi ekstrakorporal iatrogenik yang membutuhkan pengisian volume (pump
priming) dengan cairan yang tepat.
Terapi Cairan Intravaskular
1etelah diperoleh airway yang adekuat dan perdarahan eksternal yang terkontrol,
intervensi terapeutik terpenting pada pasien dengan syok hipovolemik adalah
resusitasi cairan. $esusitasi cairan yang ideal adalah5
- bebas dari materi yang bersifat antigen atau yang menimbulkan alergi
- mampu mempertahankan tekanan osmotik intravaskular
- tidak menyebabkan efek yang berlawanan sehingga harus membatasi terapi
- tidak memberikan resiko infeksius
- memiliki shelf-life yang panjang
- harga terjangkau
- mudah tersedia
1ayangnya, larutan seperti di atas tidaklah tersedia.
1aat ini, ada tiga kategori terapi cairan intravaskular, yaitu cairan pengangkut oksigen
whole blood atau paced red cells), cairan kristaloid dan cairan koloid. 0engan
pengecualian syok hemoragik yang berat, ada keadaan-keadaan tertentu di mana
whole blood digunakan untuk resusitasi cairan. Kristaloid dan.atau koloid digunakan
untuk resusitasi cairan sewaktu tidak tersedia whole blood atau keadaan klinis lain,
termasuk penanganan syok hemoragik ringan atau sedang kehilangan 67-8&( darah!
dan penanganan awal syok hemoragik masif.
Kristaloi!
9arutan kristaloid mengandung elektrolit-elektrolit yang terlarut dalam air, dengan
atau tanpa dekstrosa. Kristaloid yang umumnya digunakan secara klinis adalah &,:(
;aCl dan larutan $inger<s 9aktat mengandung ;aCl, CaCl, KCl, dan ;a-laktat!.
Keduanya isotonik terhadap plasma, bebas melintasi membran kapiler yang intak
untuk distribusi ke dalam kompartemen ekstraselular, dengan partikel yang berat
molekulnya tidak lebih besar dari 6&.&&& d. =ntuk setiap liter cairan kristaloid yang
diinfus, >7& ml memasuki kompartemen interstisial, dan hanya 87& ml tetap tinggal
dalam kompartemen vaskular. Konsekuensinya, dibutuhkan volume yang relatif besar
untuk memperbesar ruang intravaskular selama resusitasi cairan. Kristaloid tidak
mahal, mudah tersedia, dan mudah disimpan. Kristaloid hanya sedikit menyebabkan
reaksi yang berlawanan dan dengan cepat memperbaiki kebanyakan defisit volume
akut. Kristaloid merupakan cairan yang paling umum digunakan untuk resusitasi. !he
american "ollege of Surgeons "ommittee on !rauma dan #nstitutes of $ealth
merekomendasikan larutan $inger<s 9aktat sebagai kristaloid pilihan untuk resusitasi
cairan awal.
Karena terdapat sejumlah besar kristaloid yang masuk dan tertinggal di kompartemen
interstisial, sering terjadi udem perifer pada pasien yang mendapat lebih dari 6& 9
larutan tersebut dalam 8' jam. *itik utama perdebatan kristaloid-koloid adalah resiko
timbulnya udem paru yang berhubungan dengan besarnya volume resusitasi
kristaloid.
*abel 6. E"ek Ber#a$ai %rotein %lasma ter&aap Tekanan 'nkotik Koloi
%rotein plasma Berat molekul
rata(rata )*
Konsentrasi
plasma rata(rata
)$+l*
Tekanan onkotik
koloi )mmH$*
#lbumin ,:.&&& ',7 86,?
"lobulin 6'&.&&& 8,7 ,,&
@ibrinogen '&&.&&& &,% &,8
1umber5 "uyton #C. *eAtbook of 2edical Physiology,?
th
ed. Philadelphia. Pa5B.4.1aunders Company, 6::6
1ebagai tambahan, #nstitute of $ealth mencatat adanya kemungkinan timbulnya
reaksi imunologik yang berlawanan, termasuk meningkatnya molekul-molekul adhesi,
pelepasan sitokin proinflamasi, dan apoptosis yang berhubungan dengan resusitasi
cairan dengan larutan $inger<s 9aktat.
Koloi
9arutan koloid mengandung molekul-molekul yang besar dan aktif secara onkotik
yang merupakan turunan dari produk-produk alami contohnya albumin, gelatin! atau
dari produk-produk sintetik nonprotein contohnya karbohidrat seperti dekstran atau
starch! yang terdistribusi melalui media pelarut seperti air. 0ibandingkan kristaloid,
koloid lebih impermeabel terhadap membran kapiler yang intak. *ekanan onkotik
yang dihasilkan memperbesar kompartemen vaskular dengan hanya sedikit
kehilangan ke dalam kompartemen interstisial. 0engan demikian, jumlah koloid yang
dibutuhkan untuk resusitasi cairan lebih sedikit dibandingkan kristaloid. 0engan
jumlah infus yang sama, koloid memperbesar volume plasma dua sampai empat kali
lebih besar dibandingkan kristaloid. Karena molekul-molekul besar dalam larutan
koloid tetap tinggal di intravaskular, maka koloid memiliki durasi kerja yang lebih
lama dibanding kristaloid. 9arutan koloid yang tersedia untuk penggunaan secara
klinis termasuk albumin serum manusia 7(, 8&(, dan 87(- hydroAyethyl starch ,(
HC1- hetastarch!- fraksi protein ploasma manusia plasma protein fraction.PP@! 7(-
canpuran protein dari pooled blood- fresh fro%en plasma& oAypolygelatin polimer
urea dan polipeptida yang merupakan turunan dari denaturasi gelatin d!- gelatin
polysuccinate- dan dekstran polimer 0-glukosa, dengan persiapan yang diatur sesuai
dengan berat molekul rata-ratanya, seperti dekstran '& Dberat molekul E '&.&&& dF dan
dekstran >& Dberat molekul E >&.&&& dF. #lbumin dan HC1 merupakan dua koloid
yang digunakan paling sering untuk memperbesar volume intravaskular di =.1.
Kegunaan cairan-cairan ini untuk penanganan hipovolemia akut masih merupakan
kontroversi.
*erbatasnya terapi koloid termasuk karena udem paru, koagulopati, reaksi transfusi
dan biaya. =dem paru dapat terjadi dengan resusitasi cairan menggunakan koloid dan
kristaloid. 2enggigil, urtikaria, demam dan vasodilatasi dapat terjadi pada
penggunaan albumin, seperti reaksi transfusi. Koagulopati telah dihubungkan dengan
penggunaan hetastarch. 0engan peningkatan biaya pemeliharaan kesehatan, albumin
dan hetastarch lebih mahal dibandingkan dengan kristaloid.
Al#umin
#lbumin merupakan protein predominan di plasma manusia, terdiri dari 7>7 asam
amino dengan berat molekul sekitar ,:.&&& d. 4erat albumin merupakan sekitar ,&(
protein plasma, dan sekitar >7-?&( tekanan onkotik koloid normal. *ekanan onkotik
ini lebih ditentukan oleh jumlah molekul dalam cairan daripada beratnya Ta#el ,!.
1ebagai hasil aktivitas onkotik albumin, 6 g albumin menarik sekitar 6? m9 air,
tergantung pada pH plasma dan konsentrasi protein, dari kompartemen interstisial ke
kompartemen vaskular. 1ebagai contoh, ketika diberikan infus 87 g albumin, volume
intravaskular bertambah sekitar '7& m9 pada sekitar %&-,& menit berikutnya. Baktu
paruh albumin dalam plasma biasanya berkisar antara 68-6, jam tapi waktu tersebut
lebih pendek pada pasien dengan syok atau sepsis.
Kegunaan teoritis albumin5 sebagai tambahan dari perannya mengatur volume plasma
dan keseimbangan cairan, albumin mengikat bilirubin, lemak, metabolit, hormon,
enGim dan obat-obatan. #lbumin juga mempunyai manfaat efek biologis seperti
aktivitasnya sebagai antioksidan dan ikatan dengan lemak membran, yang bisa
memberikan efek protektif pada keadaan klinis di mana terdapat peningkatan tekanan
onkotik koloid yang membutuhkan resusitasi cairan.
/ang penting dari resusitasi cairan adalah dihasilkannya radikal bebas yang
diturunkan dari oksigen selama reperfusi iskemi jaringan sebelumnya. Hal ini bisa
mengaktivasi kaskade proses peradangan dan menimbulkan cedera seluler yang jelas.
*erdapat laporan bahwa albumin bertindak sebagai pembersih radikal bebas sampai
membatasi peroksidasi lemak. Huinlan dkk mengamati bahwa pemberian albumin
pada pasien dengan sindrom sepsis, yang diketahui telah mengalami stres oksidatif,
yang mengarah pada dipertahankannnya peningkatan tiol plasma, yang mempunyai
beberapa fungsi antioksidan. 1oejima dkk menunjukkan bahwa albumin serum bisa
menghambat peroksidasi lipid membran eritrosit, yang merusak sel secara oksidatif
pada pasien yang mengalami hemodialisis kronis. /ang terbaru, $hee dkk
menentukan bahwa aktivasi neutrofil dan ekspresi molekul adhesi neutrofil, yang
merupakan mediator patogenetik dari cedera sel, secara jelas meningkat oleh
kristaloid dan beberapa koloid tertentu contoh HC1 dan dekstran!, bukan oleh
albumin.
Persiapan komersil5 albumin dipersiapkan secara komersil dari pooled donor plasma.
=ntuk menghilangkan resiko transmisi infeksi virus, plasma donor diskrining untuk
hepatitis 4, hepatitis C, HIJ, sifilis, dan marker enGim untuk penyakit hati.
Kriopresipitat, konsentrasi faktor JIII, dan kompleks faktor IK dipisahkan dari
pooled plasma, dan sisanya difraksinasi menjadi albumin, imunoglobulin dan faktor-
faktor lain. @raksi pooled albumin kemudian dipanaskan selama 6& jam pada ,&
o
C
pasturisasi!.
#lbumin manusia! =1P tersedia pada larutan 7(, 8&( dan 87( contohnya secara
berturutan 7 g, 8& g, dan 87 g albumin per 6&& m9! dengan berbagai merek dagang.
9arutan 7( isotonik dan isoosmotik terhadap plasma, sementara larutan 8&( dan
87( isotonik tetapi hiperosmotik dibandingkan plasma. Pada suhu yang dianjurkan
yaitu tidak lebih dari %&
o
C, albumin dapat disimpan selama % tahun.
#lbumin digunakan sebagai infus intravena. $ekomendasi dosis yang tertera berbeda-
beda tergantung konsentrasi larutan albumin dan indikasi penggunaan spesifik, dan
juga berbeda untuk tiap merek dagang untuk konsentrasi ekivalen dan volume
albumin. Para pembaca penting untukbharus sebelumnya berkonsultasi terlebih dulu
mengenai informasi kerja dari dosis dari produk cairan tertentu. #lbumin relatif aman,
dengan efek yang berlawanan yang terbatas pada reaksi hipersensitivitas atau
berlebihnya protein akibat dosis tinggi atau pemberian berulang pada pasien dengan
low cardiac reser'e(
Keterbatasan albumin5 dengan albumin, resiko terjadinya reaksi anafilaktoid adalah
&,&66( 6.? dari resiko dengan hetastarch!. $eaksi transfusi lainnya termasuk
menggigil, urtikaria, demam, dan vasodilatasi. #lbumin dapat diberikan tanpa
memprovokasi reaksi imunologis, tanpa memandang golongan darah atau faktor
$hesus pasien. Komplikasi yang mungkin terjadi pada pasien yang mendapat terapi
albumin 87( adalah berkurangnnya laju filtrasi glomerulus.
2eskipun produk-produk albumin dengan konsentrasi ekivalen diperkirakan ekivalen
secara terapeutik, indikasi yang tertera berbeda-beda untuk tiap merek dagang dan
kadang-kadang saling bertentangan. Karenanya para pembaca sekali lagi diharuskan
untuk mengkonsultasikan tiap produk untuk indikasi tertentu. Ta#el - meringkas
indikasi yang tertera untuk albumin 7(, 8&(, dan 87( dan hetastarch ,(, dan
ketersediaan produk.
Petunjuk penggunaan5 masih terdapat perdebatan kristaloid-koloid mengenai terapi
yang optimal untuk resusitasi cairan, dan petunjuk konsensus seperti petunjuk
institusional untuk penggunaan secara klinis resusitasi cairan telah dibentuk. !he
)ni'ersity $ospital "onsortium ()$"), yang merupakan gabungan dari ,7 pusat
medis akademik, melengkapi model petunjuk untuk penggunaan albumin, koloid
nonprotein dan solusi kristaloid yang tepat dan efektif pada tahun 6::%
dipublikasikan pada tahun 6::7!. =ntuk mengembangkan petunjuk tersebut, sebuah
grup dengan 8' peserta dari 8, anggota institusi merujuk pada literatur dari tahun
6:>> sampai 6::%. $espons mereka terhadap pertanyaan-pertanyaan mengenai
penggunaan klinis larutan-larutan tersebut secara statistik dianalisa secara sistematik
dalam proses pengembangan-konsensus metode 0elphi!. 2aka disusun 7 ronde
kuesionari untuk mendapatkan kriteria penggantian cairan untuk 68 indikasi klinis.
Kesimpulan secara keseluruhan adalah bahwa kristaloid harus dipertimbangkan
sebagai cairan pilihan atau cairan anjuran untuk semua indikasi klinis penting
contohnya syok hemoragik, syok nonhemoragik, reseksi hepar, cedera termal, iskemi
serebral, bedah jantung, dan sirosis serta parasentesis!. Konsorsium tersebut
menentukan, bagaimanapun juga, bahwa penggunaan albumin harus dijamin pada
keadaan klinis tertentu seperti syok hemoragik, syok nonhemoragik, reseksi hepar,
cedera termal, intervensi nutrisi, bedah jantung, hiperbilirubinemia pada neonatus,
sirosis dan parasentesis, sindrom nefrotik, transplantasi organ, dan plasmaforesis!.
*abel 8. Inikasi+Kontrainikasi .DA untuk Al#umin an Hetastar/&0 serta
Keterseiaan %rouk
Al#umin Hetastar/&
Inikasi 1yok
*erbakar
Hipoproteinemia
#$01
4ypass kardiopulmonal
"agal hepar akut dengan atau
tanpa koma
Pemberian cairan kaya
protein
$esuspensi eritrosit
;efrosis akut
0ialisis ginjal
Hiperbilirubinemia dan
eritroblastosis fetalis
1yok
9eukaferesis
Kontrainikasi #nemia berat
"agal jantung berat
hipersensitivitas
"angguan perdarahan
berat
"agal jantung kongestif
berat
"agal ginjal dengan
oligouri atau anuri
%reparat yan$
terseia
Konsentras
i
Jolume
m9!
4erat g! Konsentras
i
Jolume
m9!
4erat
g!
7(
8&(
87(
7&
87&
7&&
6&&&
7&
6&&
8&
7&
6&&
8,7
68,7
87
7&
6&
8&
7
68,7
87
,( 7&& %&
Petunjuk =HC revisi diharapkan dirilis tahun 8&&& yang mencakup dampak meta-
analisis albumin mengenai petunjuk terapeutik.
Petunjuk =HC dipublikasikan pertama kali tahun 6::7 dan dicetak ulang secara
keseluruhan di =.1.Pharmacist pada 0esember 6::? dan tidak akan ditulis kembali di
sini. 0engan menitikberatkan pada syok hemoragik, petunjuk tahun 6::7 tersebut
menyatakan bahwa kristaloid harus dipertimbangkan sebagai resusitasi cairan awal
pilihan. Koloid tepat sebagai resusitasi cairan bila digabung dengan kristaloid saat
produk-produk darah tidak tersedia dengan segera. 0engan pertimbangan efektivitas L
biaya, koloid nonprotein lebih disukai dibandingkan albumin, kecuali pada kasus-
kasus berikut5 6! jika koloid nonprotein merupakan kontraindikasi, dianjurkan
penggunaan albumin 7(, dan 8! jika dibutuhkan restriksi natrium, dianjurkan
penggunaan albumin 87( yang diencerkan menjadi 7( dengan larutan dekstrosa 7(.
;ormal salin merupakan pengencer tepat kecuali dibutuhkan restriksi natrium, tetapi
air steril tidak boleh digunakan untuk mengencerkan albumin 87(, karena akan
menyebabkan larutan hipoosmolar yang menimbulkan hemolisis berat. Kontraindikasi
relatif untuk penggunaan koloid nonprotein termasuk, tetapi tidak terbatas pada,
berikut ini5 6! riwayat hipersensitivitas terhadap komponen larutan, 8! gangguan
perdarahan yang sedang berlangsung, %! resiko perdarahan intrakranial, dan '! gagal
ginjal dengan oligouri atau anuri. 9arutan kristaloid dan koloid tidak boleh
dipertimbangkan sebagai pengganti darah atau komponen darah saat kapasitas
pengangkutan-oksigen berkurang dan.atau ketika dibutuhkan penambahan faktor
pembekuan atau trombosit.
4anyak tersedia petunjuk mengenai penggunaan albumin. 1ebagai contoh, Drug
*acts and "omparisons memasukkan syok dan luka bakar sebagai indikasi tepat
untuk larutan albumin 7(, tetapi penggunaan albumin sebagai nutrisi pada pasien
dengan hipoproteinemia tidaklah dianjurkan. Hipoproteinemia dengan atau tanpa
udem, luka bakar, syok, resuspensi eritrosit, nefrosis akut, dialisis ginjal dan
hiperbilirubinemia serta eritroblastosis fetalis dimasukkan sebagai indikasi tepat untuk
larutan albumin 87(.
Petunjuk institusional untuk albumin juga telah diumumkan. Pada tahun 6::>
petunjuk dari pusat medis =1C di 9os #ngeles untuk bedah trauma dan critical care
memasukkan indikasi penggunaan albumin dan hetastarch. 2enurut petunjuk
tersebut, sebelum diberikan albumin, harus ditentukan tujuan klinis dan kadar albumin
serum awal pasien harus diukur- jika kadar awal lebih tinggi dari 8,8 g.d9, albumin
tidak boleh diberikan.
Pasien yang membutuhkan pemberian onkotik dan penggantian cairan harus diberikan
albumin 7( dan pasien yang harus diminimalisir intake cairan dan sodium harus
mendapat albumin 87(. #lbumin tidak boleh diberikan terus-menerus seperti
Malbumin 7( 7&&m9 tiap , jamM.
#nalisis-meta pada penelitian klinis5 telah diusulkan pemberian albumin pada
keadaan di mana kebocoran kapiler yang persisten dapat meningkatkan pergerakan
cairan dari vaskular ke kompartemen interstisial, memperparah hipotensi akibat
perdarahan. =ntuk mengatasi hal ini dan masalah lain seputar penggunaan larutan
kristaloid dan koloid untuk resusitasi cairan, 1chierhout dan $oberts dan the
"ochrane #n+uries ,roup Albumin Re'iewers pada tahun 6::? menerbitkan analisis-
meta dengan randomi%ed controlled trials yang membandingkan albumin atau PP@
tanpa terapi cairan atau pemberian kristaloid pada pasien gawat dengan hipovolemia.
1chierhout dan $oberts berkesimpulan bahwa dibandingkan dengan resusitasi cairan
dengan kristaloid, resusitasi cairan dengan larutan koloid berhubungan dengan
peningkatan absolut resiko kematian. "rup Cochrane berkesimpulan bahwa
pemberian albumin tidak mengurangi kematian pada pasien gawat dengan
hipovolemia, luka bakar, atau hipoalbuminemia, dan dibandingkan dengan pemberian
kristaloid, malah meningkatkan angka kematian.
#nalisis meta tersebut dikritik karena hanya berdasarkan pada sedikitnya jumlah
pasien dan pasien dengan penyakit yang berbeda-beda, dan penggunaan kematian
sebagai satu-satunya titik berat. Hal ini mencetuskan respons dari beberapa ahli yang
tidak setuju dengan penemuan tersebut. Contohnya 4apat dan $aine yang
menemukan bahwa meskipun dekstran >& dihubungkan dengan angka kematian yang
lebih besar dari kristaloid, perbedaan antara koloid lain dan kristaloid tidaklah jauh.
2ereka mengamati bahwa Msatu-satunya interpretasi yang bisa didapatkan dari
penelitian ini hanyalah penggunaan dekstran >& untuk resusitasi cairan berhubungan
dengan angka kematian yang lebih tinggi daripada penggunaan koloid lain.M Byncoll
dkk menemukan bahwa kesimpulan 1chierhout dan $oberts adalah salah dan tidak
didukung dengan analisis-meta yang sebenarnya, karena kelompok sampel yang
terlalu heterogen untuk bisa diambil perbandingan yang bermakna. 4ell
mempertanyakan reliabilitas bukti-bukti yang mendukung efek pemberian albumin
pada pasien gawat, yang menimbulkan pertanyaan-pertanyaan tentang metode terbaik
untuk mengkomunikasikan penemuan-penemuan di masa yang akan datang.
Batts menyatakan bahwa penelitian lain baru-baru ini oleh Hankeln dan 4eeG,
menemukan kesimpulan yang bertolak belakang dari analisis meta, terutama bahwa
koloid lebih efektif dibandingkan kristaloid dalam mengoptimalkan variabel fisiologis
yang berkaitan dengan aliran darah pada pasien gawat. Para peneliti tersebut
menemukan bahwa kristaloid kurang efekktif dibandingkan koloid dalam
memperbaiki curah jantung dan pengantaran oksigen dan dalam mendegah defek
perfusi jaringan. 2c#nulty dan "rounds menyatakan bahwa hanya lima penelitian
yang dimasukkan dalam analisis meta tersebut yang memperbandingkan cairan-cairan
resusitasi yang umum digunakan, dan dalam empat di antaranya angka kematian lebih
rendah pada koloid dibandingkan dengan kristaloid.
Hyro1yet&yl Star/&
Hetastarch merupakan koloid sintetik turunan dari karbohidrat yang sebagian besar
terdiri atas amilopektin, yaitu poliglukosa yang berantai cabang dan mirip dengan
glikogen. Kelompok hidroksietil

Anda mungkin juga menyukai