Anda di halaman 1dari 3

Biografi Salahuddin Al Ayyubi (Saladin)

Salahuddin Al Ayyubi adalah seorang pejuang islam tersohor yang dilahirkan pada tahun 1137 Masehi.
Pendidikan pertama diterimanya dari ayahnya sendiri yang namanya cukup tersohor, yakni
Najamuddin al-Ayyubi. Di samping itu pamannya yang terkenal gagah berani juga memberi andil yang
tidak kecil dalam membentuk kepribadian Salahuddin, yakni Asaduddin Sherkoh. Kedua-duanya
adalah pembantu dekat Raja Syria Nuruddin Mahmud.
Sultan Nuruddin meninggal tahun 659 H/1174 M, Damaskus diserahkan kepada puteranya yang masih
kecil Sultan Salih Ismail didampingi seorang wali. Dibawah seorang wali terjadi perebutan kekuasaan
di antara putera-putera Nuruddin dan wilayah kekuasaan Nurruddin menjadi terpecah-pecah.
Shalahuddin Al-Ayyubi pergi ke Damaskus untuk membereskan keadaan, tetapi ia mendapat
perlawanan dari pengikut Nuruddin yang tidak menginginkan persatuan. Akhirnya Shalahuddin Al-
Ayyubi melawannya dan menyatakan diri sebagai raja untuk wilayah Mesir dan Syam pada tahun 571
H/1176 M dan berhasil memperluas wilayahnya hingga Mousul, Irak bagian utara.
Sultan Salahuddin Al Ayyubi, namanya telah terpateri di hati sanubari pejuang Muslim yang memiliki
jiwa patriotik dan heroik, telah terlanjur terpahat dalam sejarah perjuangan umat Islam karena telah
mampu menyapu bersih, menghancurleburkan tentara salib yang merupakan gabungan pilihan dari
seluruh benua Eropa.Jarang sekali dunia menyaksikan sikap patriotik dan heroik bergabung menyatu
dengan sifat perikemanusian seperti yang terdapat dalam diri pejuang besar itu. Rasa tanggung
jawab terhadap agama (Islam) telah ia baktikan dan buktikan dalam menghadapi serbuan tentara ke
tanah suci Palestina selama dua puluh tahun, dan akhirnya dengan kegigihan, keampuhan dan
kemampuannya dapat memukul mundur tentara Eropa di bawah pimpinan Richard Lionheart dari
Inggris. Hendaklah diingat, bahwa Perang Salib adalah peperangan yang paling panjang dan dahsyat
penuh kekejaman dan kebuasan dalam sejarah umat manusia, memakan korban ratusan ribu jiwa, di
mana topan kefanatikan membabi buta dari Kristen Eropa menyerbu secara menggebu-gebu ke
daerah Asia Barat yang Islam.

Dalam menumbuhkan wilayah kekuasaannya Shalahuddin selalu berhasil mengalahkan serbuan para
Crusader dari Eropa, terkecuali satu hal yang tercatat adalah Shalahuddin sempat mundur dari
peperangan Battle of Montgisard melawan Kingdom of Jerusalem (kerajaan singkat di Jerusalem
selama Perang Salib). Namun mundurnya Sholahuddin tersebut mengakibatkan Raynald of Chtillon
pimpinan perang dari The Holy Land Jerusalem memprovokasi muslim dengan mengganggu
perdagangan dan jalur Laut Merah yang digunakan sebagai jalur jamaah haji ke Makkah dan
Madinah. Lebih buruk lagi Raynald mengancam menyerang dua kota suci tersebut, hingga akhirnya
Shalahuddin menyerang kembali Kingdom of Jerusalem di tahun 1187 pada perang Battle of Hattin,
sekaligus mengeksekusi hukuman mati kepada Raynald dan menangkap rajanya, Guy of Lusignan.

Saat Salahuddin menjadi Sultan, kondisi ummat Islam dalam kondisi yang mengenaskan secara
rukhyah. Penyakit Wahn ( cinta dunia dan takut mati ). Penyakit hati ini menyebar dan tumbuh subur
di dalam hati sebagian besar kaum muslimin sehingga api jihad benar benar padam. Sebagaimana
kita tahu bahwa semangat jihad adalah modal tidak dimiliki oleh ummat lain. Sejarah membuktikan
bahwa semangat jihad inilah yang menurunkan keridhoan Allah atas setiap kemengan ummat Islam.
Seperti kemenangan Perang Badr, Yarmuk, Khandak, dan lainnya. Di sisi lain ukhuwah ummat muslim
sangatlah hancur. Secara politik ummat Islam terpecah pecah dalam beberapa kerajaan dan
kesultanan walaupun masih dalam satu kekhalifahan Abbasyah yang berpusat di Baghdad.

Melihat kondisi seperti itu, Salahuddin berpikir bahwa untuk melawan pasukan salib tidak hanya
membutuhkan pasukan dalam jumlah besar, melainkan juga api jihad yang berkobar-kobar dalam
setiap jiwa kaum muslimin. Salahuddin ingin membangkitkan semangat jihad dengan menghadirkan
kembali semangat juang dan kepahlawanan Rasulullah Muhammad saw. Kemudian Salahuddin
menggagas sebuah festival yang dinamai dengan Maulid Nabi Muhammad saw. Tujuan dari festival
ini adalah untuk mengembalikan semangat juang Rasulullah dengan mempelajari sirah-sirahnya. Di
festival ini, dikaji habis-habisan sirah nabawiyah (sejarah nabi) dan atsar (perkataan) sahabat,
terutama yang berkaitan dengan nilai-nilai perjuangan (jihad).

Pada awalnya, gagasan Salahuddin ini di tentang oleh para ulama, karena kegiatan ini adalah bidah (
kegiatan yang tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah ). Salahuddin menegaskan bahwa acara ini
bukanlah kegiatan ritual yang merupakan bidah yang dilarang, tetapi hanyalah kegiatan yang
menyemarakkan syiar. Kemudian Salahuddin meminta persetujuan kepada khalifah Abbasiyah, An-
Nashir di Baghdad. Dan khalifah pun setuju dengan ide Salahuddin.
Dalam hidupnya yang cuma 55 tahun, ikhtiar itulah yang tampaknya dilakukan Saladin. Meskipun tak
selamanya ia tanpa cacat, meskipun ia tak jarang memerintahkan pembunuhan, kita toh tahu,
bagaimana pemimpin pasukan Islam itu bersikap baik kepada Raja Richard Berhati Singa yang datang
dari Inggris untuk mengalahkannya. Ketika Richard sakit dalam pertempuran, Saladin mengiriminya
buah pir yang segar dingin dalam salju, dan juga seorang dokter. Lalu perdamaian pun
ditandatangani, 1 September 1192, dan pesta diadakan dengan pelbagai pertandingan, dan orang
Eropa takjub bagaimana agama Islam bisa melahirkan orang sebaik itu.

Salahuddin sendiri tidak tinggal di istana megah. Ia justru tinggal di masjid kecil bernama Al-
Khanagah di Via (jalan Do-lorossa, dekat Gereja Makam Suci. Kantornya terdiri dari dua ruangan
berpenerangan minim yang luasnya nyaris tak mampu menampung 6 orang yang duduk berkeliling.
Salahuddin sangat menghindari korupsi yang sering menghinggapi para raja pemenang perang.

Saladin meninggal pada 4 Maret 1193 di Damaskus. Para pengurus jenazahnya sempat terperangah
karena ternyata Salahuddin tidak mempunyai harta. Ia hanya mempunyai selembar kain kafan lusuh
yang selalu dibawanya dalam setiap perjalanan dan uang senilai 66 dirham Nasirian (mata uang
Suriah waktu itu) di dalam kotak besinya. Untuk mengurus penguburan panglima alim tersebut,
mereka harus berhutang terlebih dahulu.
KATA-KATA HIKMAH SALAHUDIN AL-AYUBI
Saya meminta KEKUATAN dan Allah memberi saya KESULITAN untuk membuatkan saya KUAT.
Saya bertanya tentang KEBIJAKSANAAN dan Allah memberikan saya MASALAH untuk
DISELESAIKAN.
Saya meminta untuk KEMAKMURAN dan Allah memberikan saya FAKULTI dan TENAGA untuk
BEKERJA.
Saya meminta KEBERANIAN dan Dia memberi saya BAHAYA untuk DIATASI.
Saya meminta CINTA dan Dia memberi saya orang-orang yang BERMASALAH untuk DIBANTU.
Saya meminta NIKMAT dan Dia memberikan saya PELUANG.
Saya TIDAK MINTA apa-apa untuk DIRI SAYA, tetapi saya MENERIMA semua yang saya PERLUKAN.

Anda mungkin juga menyukai