Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Embrio adalah tahapan awal dari pertumbuhan vertebrata (hewan bertulang punggung). Pada
embrio pratikum III kami mengamati proses perkembangan embrio ayam. Ayam termasuk
merupakan hewan yang termasuk jenis unggas, yang perkembangbiakannya dilakukan dengan
bertelur. Perkembangan embrio ayam terjadi diluar tubuh induknya. Selama berkembang, embrio
memperoleh makanan dan perlindungan dari telur berupa kuning telur, albumen dan kerabang
telur. Itulah penyebab telur unggas relatif besar. Perkembangan embrio ayam tidak dapat
seluruhnya dilihat.
Dalam perkembangannya, embrio dibantu kantung oleh kuning telur, amnion dan alantois. Pola
dasar perkembangan embrio ayam yaitu melalui tahapan pembelahan, morula, blastula,gastrula

TINJAUAN PUSTAKA

Ovarium adalah tempat sintesis hormon steroid seksual, gametogenesis, dan perkembangan serta
pemasakan kuning telur (folikel). Oviduk adalah tempat menerima kuning telur masak, sekresi
putih telur, dan pembentukan kerabang telur. Pada unggas umumnya dan pada ayam khususnya,
hanya ovarium kiri yang berkembang dan berfungsi, sedangkan yang bagian kanan mengalami
rudimenter (Anonim, 2010).

Ovarium pada ayam dinamakan juga folikel. Bentuk ovarium seperti buah anggur dan terletak
pada rongga perut berdekatan dengan ginjal kiri dan bergantung pada ligamentum meso-
ovarium. Besar ovarium pada saat ayam menetas 0,3 g kemudian mencapai panjang 1,5 cm pada
ayam betina umur 12 minggu dan mempunyai berat 60 g pada tiga minggu sebelum dewasa
kelamin. Ovarium terbagi dalam dua bagian, yaitu cortex pada bagian luar dan medulla pada
bagian dalam. Cortex mengandung folikel dan pada folikel terdapat sel-sel telur. Jumlah sel telur
dapat mencapai lebih dari 12.000 buah. Namun, sel telur yang mampu masak hanya beberapa
buah saja (pada ayam dara dapat mencapai jutaan buah). Folikel akan masak pada 9-10 hari
sebelum ovulasi. Karena pengaruh karotenoid pakan ataupun karotenoid yang tersimpan di tubuh
ayam yang tidak homogen maka penimbunan materi penyusun folikel menjadikan lapisan
konsentris tidak seragam. Proses pembentukan ovum dinamakan vitelogeni (vitelogenesis), yang
merupakan sintesis asam lemak di hati yang dikontrol oleh hormon estrogen, kemudian oleh
darah diakumulasikan di ovarium sebagai volikel atau ovum yang dinamakan yolk (kuning
telur) (Anonim, 2010).

Dikenal tiga fase perkembangan yolk, yaitu fase cepat antara 4-7 hari sebelum ovulasi dan fase
lambat pada 10-8 hari sebelum ovulasi, serta pada 1-2 hari sebelum ovulasi. Akibat
perkembangan cepat tersebut maka akan terbentuk gambaran konsentris pada kuning telur. Hal
ini disebabkan oleh perbedaan kadar xantofil dan karotenoid pada pakan yang dibelah oleh
latebra yang menghubungkan antara inti yolk dan diskus germinalis. Folikel dikelilingi oleh
pembuluh darah, kecuali pada bagian stigma. Apabila ovum masak, stigma akan robek sehingga
terjadi ovulasi. Robeknya stigma ini dikontrol oleh hormon LH. Melalui pembuluh darah ini,
ovarium mendapat suplai makanan dari aorta dorsalis. Material kimiawi yang diangkut melalui
sistem vaskularisasi ke dalam ovarium harus melalui beberapa lapisan, antara lain theca layer
yang merupakan lapisan terluar yang bersifat permeabel sehingga memungkinkan cairan plasma
dalam menembus ke jaringan di sekelilingnya. Lapisan kedua berupa lamina basalis yang
berfungsi sebagai filter untuk menyaring komponen cairan plasma yang lebih besar. Lapisan
ketiga sebelum sampai pada oocyte adalah lapisan perivitellin yang berupa material protein
bersifat fibrous (berongga) (Anonim, 2010).
Dalam membran plasma, oocyte (calon folikel) berikatan dengan sejumlah reseptor yang akan
membentuk endocitic sehingga terbentuklah material penyusun kuning telur. Sehingga besar
penyusutan kuning telur adalah material granuler berupa high density lipoprotein (HDL) dan
lipovitelin. Senyawa ini dengan ion kuat dan pH tinggi akan membentuk kompleks fosfoprotein,
fosvitin, ion kalsium, dan ion besi. Senyawa-senyawa ini membentuk vitelogenin, yaitu
prekursor protein yang disintesis di dalam hati sebagai respon terhadap estradiol. Komponen
vitelogenin lebih mudah larut dalam darah dalam bentuk kompleks lipida kalsium dan besi. Oleh
adanya reseptor pada oocyte, akan terbentuk material kuning telur. proses pembentukan
vitelogenin ini dinamakan vitelogenesis (Anonim 2010).

Dalam perkembangannya, embrio dibantu kantung oleh kuning telur, amnion, dan alantois.
Kantung kuning yang telur dindingnya dapat menghasilkan enzim. Enzim ini mengubah isi
kuning telur sehingga mudah diserap embrio. Amnion berfungsi sebagai bantal, sedangkan
alantois berfungsi pembawa sebagai ke oksigen embrio, menyerap zat asam dari embrio,
mengambil yang sisa-sisa pencernaan yang terdapat dalam ginjal dan menyimpannya dalam
alantois, serta membantu alantois, serta membantu mencerna albumen (Aspan, 2009).

Penyusun utama kuning telur adalah air, lipoprotein, protein, mineral, dan pigmen. Protein
kuning telur diklasifikasikan menjadi dua kategori:
1. Livetin, yakni protein plasmatik yang terakumulasi pada kuning telur dan disintesis di hati
hampir 60% dari total kuning telur.
2. Phosvitin dan lipoprotein yang terdiri dari high density lipoprotein (HDL) dan low density
lipoprotein (LDL) yang disebut pula dengan granuler dan keduanya disintesis dalam hati. Pada
ayam dewasa bertelur setiap hari disintesis 2,5 g protein/hari melalui hati. Sintesis ini dikontrol
oleh hormon estrogen. Hasil sintesis bersama-sama dengan ion kalsium, besi dan zinc
membentuk molekul kompleks yang mudah larut kemudian masuk ke dalam kuning telur.

Perkembangan embrio ayam terjadi di luar tubuh induknya. Selama berkembang,
embrio memperoleh makanan dan perlindungan yang dari telur berupa kuning telur, albumen,
dankerabang telur. Itulah sebabnya telur unggas selalu relatif besar.

Dalam perkembangannya, embrio dibantu kantung oleh kuning telur, amnion, dan
alantois. Kantung kuning yang telur dindingnya dapat menghasilkan enzim. Enzim ini
mengubah isi kuning telur sehingga mudah diserap embrio.Amnion berfungsi sebagai bantal,
sedangkan alantois berfungsi pembawa sebagai ke oksigen embrio,menyerap zat asam dari
embrio, mengambil yang sisa-sisa pencernaan yang terdapat dalam ginjal dan menyimpannya
dalam alantois, serta membantu alantois, serta membantu mencerna albumen.
Umur 1 hari
Bentuk awal embrio pada hari pertama belum jelas terlihat ,sel benih berkembang menjadi
bentuk seperti cincin dengan bagian tepinya gelap, sedangkan bagian tengahnya agak terang.
Bagian tengah ini merupakan sel benih betina yang sudah dibuahi yang dinamakan zygot
blastoder . setelah lebih kurang 15 menit setelah pembuahan, mulailah terjadi pembiakan sel-sel
bagian awal perkembangan embrio. Jadi didalam tubuh induk sudah terjadi perkembangan
embrio.
Umur 2 hari
Bentuk awal embrio hari kedua mulai terlihat jelas. Pada umur ini sudah terlihatprimitive
streake suatu bentuk memanjang dari pusat blastoderm yang kelak akan berkembang menjadi
embrio. Pada blastoderm terdapat garis-garis warna merah yang merupakan petunjuk mulainya
sistem sirkulasi darah.
Umur 3 hari
Pada jantung hari ke 3 ini sudah ulai terbentuk dan berdenyut serta bentuk embrio sudah
mulai tampak . dengan menggunakan alat khusus seperti mikroskop gelembung dapat dilihat
gelembung bening , kantung amnion , dan awal perkembangan alantois. Gelembung-gelembung
bening tersebut nantinya akan menjadi otak. Sementara kantong
amnion yang berisi cairan warna putih berfungsi melindungi embrio dari goncangan dan
membuat embrio bergerak bebas.
Umur 4 hari
Dihari ini, mata sudah mulai kelihatan,. Mata tersebut tampak sebagai bintik gelap yang
terletak disebelah kanan jantung . selain itu jantung sudah membesar. Dengan menggunakan
mikroskop, dapat dilihat otaknya. Otak ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu otak depan, otak
tengah dan otak belakang.
Umur 5 hari
Pada hari kelima ini, embrionya sudah mulai tampak lebih jelas. Kuncup-kuncup anggota
badan sudah mulai terbentuk. Ekor dan kepala embrio sudah berdekatan sehingga tampak seperti
huruf C. Dengan menggunakan mikroskop, dapat dilihat bahwa telah terjadi perkembangan alat
reproduksi dan sudah terbentuk jenis kelaminnya. Sementara amnion dan alantois sudah
kelihatan.
Umur 6 hari
Pada hari keenam ini kuncup-kuncup anggota badan sudah mulai terbentuk. Mata sudah
tampak menonjol. Dengan mikroskop dapat dilihat bahwa rongga dada sudah mulai berkembang
dan jantung sudah membesar. Selain itu, dapat dilihat otak, amnion dan alantois, kantong kuning
telur, seta paruhnya.
Umur 7 hari
Pada umur tujuh hari, paruhnya sudah tampak seperti bintik gelap pada dasar mata. Dengan
menggunakan mikroskop dapat dilihat bahagian tubuh lainnya sudah mulai terbentuk, yaitu otak
dan leher.
Umur 8 hari
pada hari kedelapan ini, mata embrio sudah jelas terlihat.

Umur 9 hari
Umur sembilan hari ini lipatan dan pembuluh darahnya sudah bertambah seta jari kakinya
mulai terbentuk.

Umur 10 hari
Umur sepuluh hari ini biasanya paruhnya sudah mulai keras. Dengan menggunakan
mikroskop dapat dilihat folikel bulu embrio yang mulai terbentuk.
Umur 11 hari
Embrio pada hari kesebelas sudah tampak seperti ayam. embrio ini menjadi semakin besar
sehingga yolk akan menyusut dan paruhnya sudah mulai terlihat jelas.
Umur 12 hari
Embrio umur dua belas hari sudah semakin besar dan mulai masuk ke yolk sehingga yolk
semakin kecil. Mata sebelah kanan mulai membuka sedikit, sedangkan telinganya sudah
terbentuk dan sudah tampak permulaan pertumbuhan bulu bagian bawah.
Umur 13 hari
Pada hari ke 13, sisik dan cakar sudah mulai tampak jelas.
Umur 14 hari
Perkembahan embrio pada hari keempat belas ini, punggung telah tampak meringkuk atau
melengkung. Sementara bulu hampir menutupi seluruh tubuhnya
Umur 15 hari
Pada umur 15 hari , biasanya kepala embrio sudah mengarah kebagian tumpul bagian telur .

Umur 16 hari
Embrio pada umur enam belas hari sudah mengambil posisi yang baik didalam kerabang.
Sisik, cakar dan paruh sudah mulai mengeras dan bertanduk.

Umur 17 hari
Pada umur tujuh belas hari ini, paruh embrio sudah mengarah kekantung udara.

Umur 18 hari
Pada umur delapan belas hari ini, embrio yang sudah tampak jelas seperti ayam akan
mempersiapkan diri akan menetas. Jari kaki, sayap, dan bulunya berkembang dengan baik.

Umur 19 hari
Pada umur 19 hari , biasanya paruh ayam sudah siap mematuk dan menusuk selaput
kerabang dalam.

Umur 20 hari

Pada umur 20 hari, kantong kuning telur sudah masuk seluruhnya kedalam rongga perut .
embrio ayam ini hampir menempati seluruh rongga di dalam telur, kecuali kantung udara. Pada
hari kedua puluh ini terjadi serangkaian proses penetasan yang dimulai dengan kerabang mulai
terbuka. Untuk membuka kerabang ini, ayam menggunakan paruhnya dengan cara mematuk.
Semakin lama, kerabang akan semakin besar membuka, sehingga ayam dapat bernafas. Pada saat
ini kelembaban sangat penting agar pengeringan selaput kerabang dan penempelan perut pada
kerabang dapat dicegah. Selanjutnya ayam memutar tubuhnya dengan bantuan dorongan
kakinya. Dengan bantuan sayapnya, keadaan pecahnya kerabang semakin besar.

Umur 21 hari

Dihari ke dua puluh satu ini, ayam sudah membuka kerabangnya walaupun belum
seluruhnya. Dari keadaan ini biasanya tubuh ayam memerlukan waktu 12 18 jam untuk keluar
dari kerabang. Setelah keluar dari kerabang, tubuh masih basah. Agar kering, diperlukan waktu
sekitar 6 12 jam, bila sudahkering, ayam tersebut dapat dikeluarkan dari dalam ruang mesin
penetas.


BAB V
PENUTUP

Kesimpulan

Masa normal waktu perkembangan embrio ayam sejak keluar dari tubuh induknya sampai
menetas yaitu 21 hari.
Embrio itu akan mengalami rangsangan gerak ketika mendengar suara ayam dewasa berkotek-
kotek yang itu merupakan induknya.
Peta takdir, merupakan bagian yang akan terbentuk menjadi jantung embrio.
Pada hari ke-20 paru-paru sudah berkerja bagaimana semestinya.
Beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan lanjut embrio telur ayam yaitu:
o Suhu lingkungan
o Intensitas cahaya
o Medium
o Jarak lampu terhadap embrio








DAFTAR PUSTAKA


Admin, Ludi, dkk. 2010. Pengetesan Fertilisasi Telur. Jakarta: Gramedia

Sudarwati. 1990. Dasar-dasar struktur dan perkembangan hewan. Bandung: ITB

Surjono. 2001. Proses perkembangan embrio. Jakarta: UniversitasTerbuka

Wijayanti, Gratiana E., dan Sorta Basar Ida Simanjuntak. 2005. Viabilitas dan Perkembangan Embrio
serta Larva Ikan Nilem (Osteochilus hasselti C.V.) Pasca Chorion Puncture. Jurnal Biologi
Indonesia. Vol. III, No. 10 : 411-419

Wikipedia. 2012. Embrio. (http://id.wikipedia.org/wiki/Embrio., di akses 22 Mei 2013)

Anda mungkin juga menyukai