Anda di halaman 1dari 17

1

BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang

Partus kasep ialah suatu persalinan yang mengalami kemacetan dan berlangsung
lama sehingga timbul komplikasi pada anak, pada ibu, atau keduanya. Terdapat faktor-
faktor yang berperan dalam proses persalinan yaitu kekuatan mendorong janin keluar
(power), yang meliputi his (kekuatan uterus), kontraksi otot dinding perut, dan kontraksi
diafragma. Faktor lain adalah faktor janin (passanger), faktor jalan lahir (passage) dan
faktor penolong serta faktor psikis.
1
Apabila semua faktor ini dalam keadaan baik, sehat dan seimbang, maka proses
persalinan akan berlangsung dengan baik. Namun apabila salah satu dari faktor tersebut
mengalami kelainan, misalnya keadaan yang menyebabkan his tidak adekuat, kelainan pada
bayi, kelainan jalan lahir, kelainan penolong ataupun gangguan psikis maka persalinan
tidak dapat berjalan secara baik. Persalinan yang mengalami kesulitan untuk berjalan
spontan normal juga dipengaruhi berbagai faktor yang kompleks, misalnya ketidaktahuan
akan bahaya persalinan, keterampilan yang kurang, sarana yang tidak memadai, masih
tebalnya kepercayaan pada dukun serta rendahnya pendidikan dan rendahnya keadaan sosial
ekonomi rakyat.
2
Partus lama masih merupakan suatu masalah di Indonesia. Berdasar hasil Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SKDI) tahun 2002-2003 dilaporkan bahwa dari
seluruh persalinan, kejadian persalinan lama adalah sebesar 31%, perdarahan berlebihan
terjadi pada 7% persalinan, dan angka kejadian infeksi sebesar 5%. Sementara ibu yang
tidak mengalami komplikasi selama persalinan adalah sebesar 64%. Berdasar survei ini,
maka pelayanan kesehatan ibu di Indonesia masih perlu peningkatan pelayanan dan harus di
benahi dengan berbagai pendekatan.
2

2

1.2 Rumusan Masalah
1.2.1. Bagaimana patofisiologi terjadinya partus kasep?
1.2.1. Bagaimana mendiagnosa partus kasep?
1.2.3. Tindakan apa yang seharusnya dilakukan pada partus kasep?

1.3 Tujuan
1.3.1. Mengetahui patofisiologi partus kasep cara mendiagnosa partus kasep,
1.3.2. Mengetahui cara mendiagnosa partus kasep,
1.3.3. Mengetahui tindakan apa yang seharusnya dilakukan pada partus kasep

1.4 Manfaat
Penulisan referat dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman dokter muda
mengenai partus kasep dalam hal pelaksanaan anamnesa, pemeriksaan fisik dan
penunjang, penegakan diagnosa, penatalaksanaan, monitoring, serta penanganan
komplikasi.

3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Definisi

Partus kasep merupakan satu fase akhir dari suatu persalinan yang telah berlangsung lama
dan tidak mengalami kemajuan sehingga timbul komplikasi pada ibu, janin atau
keduanya. Partus lama diartikan sebagai persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada
primipara, dan lebih dari 18 jam pada multipara.
1

2.2 Epidemiologi

Partus lama masih merupakan suatu masalah di Indonesia. Berdasar hasil Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SKDI) tahun 2002-2003 dilaporkan bahwa dari seluruh
persalinan, kejadian persalinan lama adalah sebesar 31%, perdarahan berlebihan terjadi pada 7%
persalinan, dan angka kejadian infeksi sebesar 5%. Sementara ibu yang tidak mengalami
komplikasi selama persalinan adalah sebesar 64%. Berdasar survei ini, maka pelayanan
kesehatan ibu di Indonesia masih perlu peningkatan pelayanan dan harus di benahi dengan
berbagai pendekatan.
2

2.3 Etiologi

Penyebab partus kasep multikompleks, yang berhubungan dengan pengawasan pada waktu hamil
dan penatalaksanaan pertolongan persalinan. Penyebab kemacetan dapat terjadi karena:

2.3.1 Faktor Kekuatan Ibu

1. Kelainan His
His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan hambatan pada jalan
lahir yang lazim terdapat pada setiap persalinan, jika tidak dapat diatasi dapat megakibatkan
4

kemacetan persalinan. His yang normal dimulai dari salah satu sudut di fundus uteri yang
kemudian menjalar merata simetris ke seluruh korpus uteri dengan adanya dominasi kekutan
pada fundus uteri, kemudian mengadakan relaksasi secara merata dan menyeluruh. Baik
atau tidaknya his dinilai dengan kemajuan persalinan, sifat dari his itu sendiri (frekuensinya,
lamanya, kuatnya dan relaksasinya) serta besarnya caput succedaneum.

Adapun jenis-jenis kelainan his sebagai berikut:
a. Inersia uteri
Inersia uteri adalah kelainan his yang kekuatannya tidak adekuat untuk melakukan
pembukaan serviks atau mendorong janin keluar.
3

b. Kontraksi uterus yang tidak terkoordinasi
Disini kontraksi uterus tidak ada koordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah dan
bawah, tidak adanya dominasi fundal, tidak adanya sinkronisasi antara kontraksi daripada
bagian-bagiannya. Dengan kekuatan seperti ini, maka tonus otot terus meningkat sehingga
mengakibatkan rasa nyeri yang terus menerus dan hipoksia janin. Macamnya adalah spastik
lower segment, colicky uterus, lingkaran kontriksi dan distosia servikalis.
3

2. Kelainan Mengejan
Pada umumnya persalinan kala II kemajuannya sangat dibantu oleh hejan perut, yang
biasanya dikerjakan bersama-sama pada waktu his. Kelainan mengejan disebabkan oleh:

1. Otot dinding perut lemah
2. Distasis recti, abdomen pendulans dan jarak antara kedua m. recti lebar
3. Refleks mengejan hilang oleh karena pemberian narkose atau anestesi
4. Kelelahan (otot dinding perut menjadi lemah).
3





5

2.3.2 Faktor Janin

1. Posisi Oksiput Posterior Persisten
Prevalensi kondisi ini adalah 10%. Pada posisi ini ubun-ubun tidak berputar ke depan,
tetapi tetap berada di belakang. Salah satu penyebab terjadinya adalah usaha penyesuaian
kepala terhadap bentuk dan ukuran panggul. Penyebab yang lain adalah otot-otot dasar
panggul yang lembek pada multipara atau kepala janin yang kecil dan bulat sehingga tidak
ada paksaan pada belakang kepala janin untuk memutar ke depan.
4

2. Presentasi Puncak Kepala
Pada presentasi ini, kepala janin dalam keadaan defleksi ringan ketika melewati jalan
lahir. Sehingga ubun-ubun besar menjadi bagian terendah. Pada presentasi puncak kepala,
lingkaran kepala yang melalui jalan lahir adalah sirkumfernsia frontooksipitalis dengan titik
perputaran yang berada di bawah simfisis adalah glabela.
4

3. Presentasi Muka
Presentasi muka adalah keadaan dimana kepala dalam kedudukan defleksi maksimal,
sehingga aksiput tertekan pada punggung dan muka merupakan bagian terendah yang
menghadap ke bawah. Presentasi muka dikatakan primer jika terjadi sejak masa kehamilan,
dan dikatakan sekunder jika baru terjadi pada masa persalinan. Pada umumnya penyebab
terjadinya presentasi muka adalah keadaan-keadaan yang memaksa terjadinya defleksi
kepala atau keadaan yang menghalangi terjadinya fleksi kepala. Oleh karena itu presentasi
muka dapat ditemukan pada panggul sempit atau pada janin besar. Multiparitas dan perut
gantung juga merupakan faktor yang memudahkan terjadinya presentasi muka. Kelainan
janin seperti anensefalus dan tumor di leher depan juga dapat menyebabkan presentasi
muka. Terkadang presentasi muka dapat terjadi pada kematian janin intrauterine akibat otot
janin yang telah kehilangan tonusnya.
4

4. Presentasi Dahi
Presentasi dahi adalah keadaan dimana kedudukan kepala berada diantara fleksi
maksimal dan defleksi maksimal, sehingga dahi merupakan bagian terendah. Pada
6

umumnya, presentasi dahi bersifat sementara, dan sebagian besar akan berubah menjadai
presentasi muka atau presentasi belakang kepala. Sebab terjadinya presentasi dahi pada
dasarnya sama dengan sebab terjadinya presentasi muka karena semua presentasi muka
biasanya melewati fase presentasi dahi lebih dahulu.
4


5. Letak Sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala di
fundus uteri danbokong berada di bagian bawah kavum uteri. Dikenal beberapa jenis letak
sungsang, yaitu presentasi bokong, presentasi bokong sempurna, presentasi bokong kaki
tidak sempurna, dan presentasi kaki. Diagnosis letak sungsang umunya tidak sulit. Pada
pemeriksaan luar, kepala teraba di fundus uteri, sementara pada bagian bawah uterus teraba
bokong yang tidak dapat digerakkan semudah kepala. Selain dari pemeriksaan luar,
diagnosis juga dapat ditegakkan dari pemeriksaan dalam dan pemeriksaan penunang seperti
USG dan MRI.
4
Faktor yang menyebabkan terjadinya letak sungsang adalah multiparitas, hamil kembar,
hidramnion, hidrosefalus, plasenta previa, panggul sempit, dan usia prematur. Pada
kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban relatif lebih banyak sehingga
memungkinkan janin bergerak lebih leluasa, sehingga janin dapat menempatkan diri pada
presentasi kepala, letal sungsang, atau letak lintang. Pada kehamilam triwulan akhir janin
tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban relatif berkurang. Karena bokong dan kedua
tungkai yang terlipat lebih besar daripada kepala, maka bokong dipaksa untuk mengisi
tempat yang lebih luas di fundus uteri, sedang kepala berada pada ruangan yang lebih kecil
di segmen bawah uterus.
5

6. Letak Lintang
Letak lintang adalah suatu keadaan dimana janin melintang dalam uterus dengan kepala
pada sisi yang satu dan bokong berada pada sisi yang lain. Sebab tersering terjadinya letak
lintang adalah multiparitas disertai dinding uterus dan perut yang lembek. Pada kehamilan
prematur, hidramnion, dan kehamilan kembar, janin sering dijumpai dalam letak lintang.
Kelainan bentuk rahim seperti uterus arkuatus atau subseptus juga merupakan penyebab
terjadinya letak lintang. Adanya letak lintang dapat diduga hanya dengan inspeksi. Uterus
7

tampak melebar dan fundus tampak lebih rendah tidak sesuai dengan usia kehamilannya.
Pada palpasi, fundus uteri kosong, kepala janin berada di samping, dan diatas simfisis juga
kosong.
5

7. Presentasi Ganda
Presentasi ganda adalah presentasi dimana disamping kepala janin di dalam rongga
panggul dijumpai tangan, lengan atau kaki, atau keadaan disamping bokong janin dijumpai
tangan. Presentasi ganda terjadi karena pintu atas panggul tidak tertutup sempurna oleh
kepala atau bokong, misalnya pada seorang multipara dengan perut gantung, pada
kesempitan panggul dan janin kecil.
6


8. Pertumbuhan Janin yang Berlebihan
Berat neonatus yang besar adalah apabila berat janin melebihi 4000 gram. Pada janin
besar, faktor keturunan memegang peran penting. Selain itu janin besar juga dijumpai pada
wanita hamil dengan diabetes mellitus, postmaturitas, dan grande multipara.
4

9. Hidrosefalus
Adalah keadaan dimana terjadi penimbunan cairan serebrospinalis dalam ventrikel otak,
sehingga kepala menjadi besar dan terjadi pelebaran sutura serta ubun-ubun. Cairan yang
tertimbun dalam ventrikel biasanya berkisar antara 500-1500 ml, akan tetapi kadang-kadang
dapat mencapai 5 liter. Karen akepala janin terlalu besar dan tidak dapat berakomodasi di
bagian bawah uterus, maka sering ditemukan dalam keadaan sungsang. Bagaimanapun
letaknya, hidrosefalus akan menyebabkan disproporsi sefalopelvik dengan segala akibatnya.
4

10. Prolaps Funikuli
Prolaps funikuli adalah suatu keadaan dimana tali pusat berada di samping atau melewati
bagian terendah janin di dalam jalan lahir setelah ketuban pecah. Pada presentasi kepala,
prolaps funikuli sangat berbahaya bagi janin, karena setiap saat tali pusat dapat terjepit
diantara bagian terendah janin dengan jalan lahir dengan akibat gangguan oksigenasi janin.
Keadaan yang menyebabkan gangguan adaptasi bawah janin terhadap panggul, sehingga
pintu atas panggul tidak tertututp oleh bagian bawah janin tersebut, merupakan predisposisi
8

turunnya tali pusat dan terjadinya prolaps funikuli. Dengan demikian prolaps funikuli sering
didapatkan pada letak sungsang dan letak lintang. Pada presentasi kepala dapat dijumpai
pada disproporsi sefalopelvik. Pada kehamilam premature lebih sering dijumpai karena
kepala anak yang kecil tidak dapat menutup pintu atas panggul secara sempurna.
4


2.3.3 Faktor Jalan Lahir

Jalan lahir dibagi atas bagian tulang yang terdiri atas tulang-tulang panggul dengan
sendi-sendinya dan bagian lunak terdiri atas otot-otot, jaringan-jaringan dan ligamen-ligamen.
Dengan demikian distosia akibat jalan lahir dapat dibagi atas:

1. Distosia karena kelainan panggul
Kelainan panggul dapat disebabkan oleh; gangguan pertumbuhan, penyakit tulang dan
sendi (rachitis, neoplasma, fraktur, dll), penyakit kolumna vertebralis (kyphosis,
scoliosis,dll), kelainan ekstremitas inferior (coxitis, fraktur, dll). Kelainan panggul dapat
menyebabkan kesempitan panggul. Kesempitan panggul dapat dibagi menjadi tiga bagian
yaitu; kesempitan pintu atas panggul, pintu tengah panggul dan pintu bawah panggul. Pintu
atas panggul dikatakan sempit bila konjugata vera < 10 cm, atau diameter transversa < 12
cm. Kesempitan pintu atas panggul dapat menyebabkan persalinan yang lama karena adanya
gangguan pembukaan yang diakibatkan oleh ketuban pecah sebelum waktunya yang
disebabkan bagian terbawah kurang menutupi pintu atas panggul sehingga ketuban sangat
menonjol dalam vagina dan setelah ketuban pecah kepala tetap tidak dapat menekan cerviks
karena tertahan pada pintu atas panggul. Selain itu persalinan yang lama juga disebabkan
karena adanya moulage kepala yang hebat sehingga dapat melewati pintu atas panggul ,dan
ini memerlukan waktu yang lama.
Bidang tengah panggul dikatakan sempit bila jumlah diameter transversa dan diameter
sagitalis posterior 13,5 cm (N = 10,5 cm + 5 cm = 15,5 cm), diameter antar spina 9 cm.
Pada panggul tengah yang sempit, lebih sering ditemukan posisi oksipitalis posterior
persisten atau presentasi kepala dalam posisi lintang tetap (transverse arrest).
9

Pintu bawah panggul dikatakan sempit bila jarak antara tuber ossis ischii 8 cm dan
diameter transversa + diameter sagitalis posterior < 15 cm (N =11 cm+7,5 cm = 18,5 cm),
hal ini dapat menyebabkan kemacetan pada kelahiran janin ukuran biasa.
5

2. Distosia karena kelainan jalan lahir lunak
Persalinan kadang-kadang terganggu oleh karena kelainan jalan lahir lunak (kelainan
tractus genitalis). Kelainan tersebut terdapat di vulva, vagina, cerviks uteri, dan uterus.
Kelainan pada vulva yang dapat menyebabkan distosia antara lain; edema yang biasanya
diakibatkan oleh persalinan yang lama dengan penderita yang dibiarkan meneran terus
menerus, stenosis pada vulva yang terjadi sebagai akibat perlukaan dan radang yang
menyebabkan ulkus sehingga menimbulkan parut, dan tumor. Sedangkan kelainan vagina
yang menyebabkan distosia antara lain; stenosis vulva, septum vagina dan tumor vagina.
Distosia servikalis dan uteri dapat disebabkan oleh dysfunctional uterine action atau dapat
juga disebabkan oleh jaringan parut pada serviks uteri dan dengan adanya tumor. Mioma
pada serviks atau segmen bawah uterus dapat menghalangi persalinan. Mioma yang terletak
di dalam jalan lahir atau berlanjut ke jalan lahir pada awal kehamilan, dapat terdorong ke
atas ketika uterus membesar sehingga obstruksi terhadap persalinan pervaginam tidak
terdapat lagi.
Mioma uteri selama masa kehamilan ukurannya akan semakin bertambah yang terjadi
akibat stimulasi hormon estrogen. Kemungkinan dilakukannya seksio sesaria akan
bertambah besar, khususnya bila suatu mioma uteri terletak pda segmen bawah rahim.
Demikian pula, risiko malposisi serta persalinan prematur akan meningkat bila terdapat
mioma lebih dari satu dan risiko retensio plasenta bertambah besar bila terdapat tumor pada
segmen bawah rahim.
5

2.3.4 Faktor penolong

Dalam proses persalinan, selain faktor ibu dan janin, penolong persalinan juga
mempunyai peran yang sangat penting. Penolong persalinan bertindak dalam memimpin
proses terjadinya kontraksi uterus dan mengejan hingga bayi dilahirkan. Seorang penolong
persalinan harus dapat memberikan dorongan pada ibu yang sedang dalam masa persalinan
10

dan mengetahui kapan haruis memulai persalinan. Selanjutnya melakukan perawatan
terhadap ibu dan bayi. Oleh karena itu, penolong persalinan seharusnya seorang tenaga
kesehatan yang terlatih dan terampil serta mengetahui dengan pasti tanda-tanda bahaya pada
ibu yang melahirkan, sehingga bila ada komplikasi selama persalinan, penolong segera dapat
melakukan rujukan. Pimpinan yang salah dapat menyebabkan persalinan tidak berjalan
dengan lancar, berlangsung lama, dan muncul berbagai macam komplikasi.
5
Di Indonesia, persalinan masih banyak ditolong oleh dukun. Dan baru sedikit sekali dari
dukun beranak ini yang telah ditatar sekedar mendapat kursus dukun. Karenanya kasus-
kasus partus kasep masih banyak dijumpai, dan keadaan ini memaksa kita untuk berusaha
menurunkan angka kematian ibu maupun anak. Yang sangat ideal tentunya bagaimana
mencegah terjadinya partus kasep. Bila persalinan berlangsung lama, dapat menimbulkan
komplikasi-komplikasi baik terhadap ibu maupun terhadap anak, dan dapat meningkatkan
angka kematian ibu dan anak.
7
Hasil penelitian Irsal dan Hasibuan di Yogyakarta menunjukkan bahwa faktor-faktor
yang berpengaruh dan secara statistik bermakna terhadap kejadian kala II lama adalah
penolong persalinan bukan dokter, sehingga selanjutnya perlu persalinan tindakan di RS.
Demikian pula hasil penelitan Rusydi di RSUP Palembang, menemukan bahwa partus kasep
yang akhirnya dilakukan tindakan operasi, merupakan kasus rujukan yang sebelumnya
ditolong oleh bidan dan dukun di luar rumah sakit.
7

2.3.5. Faktor psikologis

Suatu proses persalinan merupakan pengalaman fisik sekaligus emosional yang luar biasa
bagi seorang wanita. Aspek psikologis tidak dapat dipisahkan dari aspek fisik satu sama
lain. Bagi wanita kebanyakan proses persalinan membuat mereka takut dan cemas.
Ketakutan dan kecemasan inilah yang dapat menghambat suatu proses persalinan. Dengan
persiapan antenatal yang baik, diharapkan wanita dapat melahirkan dengan mudah, tanpa
rasa nyeri dan dapat menikmati proses kelahiran bayinya.
7



11

2.4 Diagnosis

Diagnosis partus kasep ditegakkan berdasarkan adanya partus lama yang disertai tanda
dan gejala klinis akibat partus lama. Gejala tersebut dapat berasal dari ibu ataupun dari janin.
Gejala yang dirasakan ibu dapat berupa:
2.4.1. Pada Ibu :
1. Kelelahan/ibu sangat capek
2. Nampak takut, berkeringat dan gelisah
3. Dehidrasi : Kulit dingin, turgor berkurang, mata cekung, takikardi
4. Asidosis : respirasi menjadi cepat, meteorismus
5. Urine sedikit dan kental atau hematuria
6. Infeksi : Temperatur lebih dari 38C, leukosit meningkat >15.000/mm3, dapat
menyebabkan septic syok
7. Komplikasi obstetrik : air ketuban kental, keruh dan berbau, tympani uteri (gas dalam
uterus), his hilang/ lemah/ terus-menerus, edema vulva/ vagina/ portio, retensio
urinaria, terdapat tanda-tanda ruptura uteri iminen
8

2.4.1. Pada Janin :
1. Gawat janin :
a. DJJ : Lebih dari 160x/ menit, kurang dari 100x/ menit, dan tidak teratur
b. Air ketuban : terdapat mekonium, berbau, kental kehijauan
2. Kaput succedaneum yang besar
3. Moulage kepala yang hebat akibat tekanan his yang kuat, tulang tengkorak saling
bertumpang tindih satu sama lain.
4. Kematian Janin/IUFD (Intra Uterine Fetal Death)
8



12

2.5 Patofisiologi

Persalinan normal rata-rata berlangsung tidak lebih dari 24 jam dihitung awal pembukaan
sampai lahirnya anak. Apabila terjadi perpanjangan dari fase laten (primi 20 jam, multi
14jam) dan fase aktif (primi 1,2 cm per jam, multi 1,5 cm per jam) atau kala pengeluaran
(primi 2 jam dan multi 1 jam), maka kemungkinan akan timbul partus kasep.
Partus yang lama, apabila tidak segera diakhiri, akan berlanjut pada partus kasep dengan
tanda-tanda sebagai berikut :
a. Kelelahan ibu
Karena mengejan terus, sedangkan asupan kalori biasanya kurang.
b. Dehidrasi dan gangguan keseimbangan asam basa/elektrolit karena intake cairan kurang.
c. Infeksi rahim; terjadi bila ketuban pecah lama, sehingga terjadi infeksi rahim yang
dipermudah karena adanya manipulasi penolong yang kurang steril.
d. Perlukaan jalan lahir; terjadi karena adanya disproporsi kepala panggul juga manipulasi
dan dorongan dari penolong.
e. Gawat janin sampai kematian janin karena asfiksia dalam rahim. (Syakurah, 2011)

Tujuan persalinan adalah untuk melahirkan janin dan kemudian plasenta, dan untuk
mengetahui apakah terdapat hambatan pada ibu. Uterus akan menghasilkan energi untuk
berkontraksi dan relaksasi. Kondisi metabolik ini dapat berlangsung jika energi ibu cukup,
dan aktivitas ini dipertahankan selama berjam-jam. Namun, jika kondisi ini berlangsung
terlalu lama lebih dari 24 jam, akan menimbulkan terjadinya komplikasi. Pertama-tama,
akan timbul gangguan emosi dan kelelahan pada ibu yang mengakibatkan cadangan
glikogen pada uterus akan berkurang, sehingga ATP yang dihasilkan juga akan berkurang.
Selain itu juga dapat terjadi asidifikasi karena timbunan asam laktat untuk memenuhi
kebutuhan ATP. Timbunan asam laktat ini bisa mengurangi kemampuan uterus untuk
berkontraksi. Oleh karena itu, kontraksi uterus akan melemah jika bekerja berkepanjangan
karena alasan fisiologis dan biokimia.
9

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kontraktilitas uterus yang berkurang
mengakibatkan kesulitan persalinan pada primigravida. Hal ini mungkin disebabkan oleh
uterus yang berhenti berkontraksi karena miometrium yang mengalami asidifikasi.
13

Asidifikasi ini disebabkan oleh penurunan energi miometrium, metabolisme anaerob, dan
ketosis sistemik. Pada multigravida, kemungkinan miometrium tolerans terhadap efek
asidifikasi yang mekanismenya belum diketahui, sehingga kontraksi uterus tidak berhenti.
Kontraksi yang terus-menerus pada miometrium yang mengalami deplesi energi dan
hipoksia akan mengakibatkan edema miometrium dan nekrosis yang yang dapat
menimbulkan ruptur uteri.
9


2.6 Penatalaksanaan
8
2.6.1 Memperbaiki keadaan umum ibu
1. Pasang infus set/ blood transfusion set yang cukup adekuat (no 16-18) dan kateter
urine.
2. Beri cairan dan kalori serta elektrolit
a. Normal saline: 500 cc
b. Dextrose 5-10%: 500 cc
Dalam 1-2 jam pertama selanjutnya tergantung:
a. Urine produksi
b. BJ Plasma (bila perlu)
* Cairan dapat diberikan menurut kebutuhan
3. Koreksi asam basa dengan pengukuran CO2 darah dan PH (bila perlu)
4. Pemberian antibiotik spektrum luas secara parenteral
a. Ampicilin 1gr/hari i.v tiap 8 jam selama 2 hari, dilanjutkan 500 mg/hari per.os tiap 6
jam selama 3 hari dan gentamycin 60-80 mg tiap 8 jam sehari selama 5 hari, atau
cephalosporine generasi III 1 gr tiap 8 jam, sehari selama 5-7 hari
b. Metronidazole I gram rectal supositoria per hari tiap 12 jam, selama 5-7 hari
5. Penurunan panas:
a. Antipiretika parenteral xyllomidon 2 cc i.m
14

b. Kompres basah

2.6.2 Mengakhiri persalinan, tergantung
Tergantung kondisi ibu, bila:
1. Pembukaan lengkap
Syarat-syarat persalinan pervaginam terpenuhi maka persalinan dilakukan dengan mempercepat
kala 2 (vacuum/forcep)
2. Pembukaan belum lengkap
Syarat pervaginam tidak terpenuhi maka dilakukan seksio sesar, dilakukan pemasangan drain
untuk kasus yang terinfeksi (ketuban keruh, berbau)


2.7. Komplikasi

Komplikasi pada partus kasep dapat terjadi pada ibu maupun pada bayi. Pada partus kasep
dapat terjadi infeksi sampai sepsis. Infeksi adalah bahaya serius yang mengancam ibu dan
janinnya, terutama bila disertai pecahnya ketuban. Bakteri didalam cairan amnion menembus
amnion dan menginvasi desidua serta pembuluh korion sehingga terjadi bakteremia dan sepsis
pada ibu dan janin.
Selain itu dapat terjadi dehidrasi, syok, kegagalan fungsi organ-organ, robekan jalan lahir,
ruptur uteri. Penipisan abnormal segmen bawah uterus menimbulkan bahaya serius selama partus
lama, terutama pada wanita dengan paritas tinggi dan pada mereka dengan riwayat bedah sesar.
Robekan serta pembentukan fistula pada buli-buli, vagina, uterus dan rektum. Apabila bagian
terbawah janin menekan kuat ke pintu atas panggul tetapi tidak maju untuk jangka waktu yang
cukup lama, bagian jalan lahir yang terletak di antaranya dan dinding panggul dapat mengalami
tekanan berlebihan. Karena gangguan sirkulasi, maka dapat terjadi nekrosis yang akan jelas
15

dalam beberapa hari setelah melahirkan dengan munculnya fistula vesikovaginal, vesikoservikal,
atau rektovaginal. Umumnya nekrosis akibat penekanan ini terjadi setelah persalinan kala dua
yang sangat berkepanjangan.
Komplikasi yang terjadi pada janin akibat partus kasep adalah gawat janin dalam rahim
sampai meninggal. Juga dapat terjadi kelahiran janin dalam asfiksia berat sehingga menimbulkan
cacat otak menetap. Trauma persalinan merupakan akibat lain dari partus kasep. Selain itu dapat
terjadi patah tulang dada, lengan, kaki, kepala karena pertolongan persalinan dengan tindakan.
10


2.8 Prognosis

Prognosis pada partus kasep baik bila gejala terjadinya partus kasep diketahui dengan cepat dan
juga ditangani dengan cepat sesuai dengan indikasi dan prosedur.



















16

KESIMPULAN

Partus kasep adalah fase terakhir dari suatu partus yang macet dan berlangsung terlalu
lama sehingga timbul komplikasi pada ibu dan atau janin, seperti dehidrasi, infeksi, kelelahan
ibu, serta asfiksia dan Gawat janin sampai kematian Janin Dalam Kandungan (KJDK).
Terjadinya partus macet dan lama disebabkan oleh berbagai faktor yang telah dijelaskan
mendetail diatas seperti kelainan pada tenaga power/ibu, kelainan pada jalan lahir, kelainan pada
bayi, gangguan psikologi ibu dan kesalahan dari penolong persalinan.
Diagnosis partus kasep didasarkan pada keadaan persalinan yang telah berlangsung lama
yang telah mengakibatkan komplikasi terhadap ibu, janin maupun keduanya dimana ditemukan
gejala-gejala klinis yang khas.
Penanganan pada partus kasep harus secepatnya dilakukan, diantarannya memperbaiki
keadaan umum ibu, mempercepat persalinan dan melakukan terminasi kehamilan.
Partus kasep yang tidak secepatnya ditangani akan menyebabkan komplikasi kepada ibu
maupun bayi. Seperti infeksi, sampai sepsis, syok, rupture uteri, trauma pada janin, gawat janin
sampai kematian janin.
Prognosis pada partus kasep baik bila gejala terjadinya partus kasep diketahui dengan
cepat dan juga ditangani dengan cepat sesuai dengan indikasi dan prosedur.













17

DAFTAR PUSTAKA

1. Mochtar, Rustam, 1998. Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi,Obstetri Patologi, Edisi 2.
Jakarta: EGC
2. Kusumawati, Yuli. 2006. Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Persalinan dengan
Tindakan.Http://eprints.undip.ac.id/15334/1/TESIS. Diakses pada 18 november 2011
3. Prof. Dr. Rustam mochtar, MPH, sinopsis obstetri, 305
4. Wiknjosastro, H,. dkk.2005. Ilmu Kebidanan, Edisi Ketiga. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
5. Pernoll, M. L. 2001. Benson & Pernolls handbook of obstetrics and gynecology. Tenth
edition. New York: Mc Graw Hill
6. Joy, S., Thomas, P. 2011. Abnormal Labor. http://emedicine.medscape.com/article/273053-
overview
7. Supriatmaja, I. P. G., Suwardewa, T. G. A. 2005. Persalinan Kala I dan Kala II. Cermin
Dunia Kedokteran no. 146. www. Kalbe.co.id
8. Pedoman Diagnosis dan Terapi. Ilmu kebidanan dan ginekologi. Fakultas kedokteran Unair.
2011. Hal. 94
9. Neilson, J.P., lavender, T., et al. Obstructed labour: reducing maternal death and disability
during pregnancy.2003. british medical bulletin, vol 67. www.bmb.oxfordjournals.org
10. Kumboyo, Doddy. A., SpOG, dkk. 2001. Standar Pelayanan Medik Rumah Sakit Umum
Daerah NTB. Mataram

Anda mungkin juga menyukai