Anda di halaman 1dari 3

1 PERCOBAAN DALAM BEBERAPA YURISPRUDENSI

Yurispridensi yang terkenal ialah Arrest HR tahun 1934 tentang Eindhoven.



Kasus Posisi : H dituduh hendak membakar rumah R (dengan persetujuan R).
Pada malam yang telah ditentukan H masuk kerumah R, menaruh pakaian dan barang-barang yang
mudah terbakar di tiap kamar, yang semuanya dihubungkan satu sama lain dengan sumbu yang
akhirnya dihubungkan pada kompor gas yang mengeluarkan api jika ditembakkan. Trekker (penarik
pintol gas) diikatkan dengan tali dan melalui jendela, ujungnya digantungkan di luar rumah yang terletak
di pinggir jalan kecil. Pakaian-pakaian itu disiram bensin dan jika orang berjalan di tepi jalan menarik
talinya maka pistol gas mengeluarkan api dan menyalakan kompor gas dan selanjutnya akan merata
keseluruh rumah. Setelah pemasangan pistol dan tali itu selesai, H menyingkirkan benda-benda ke
tempat lain. Sementara itu, karena tertarik bau bensin banyak orang berpendapat di dekat tali itu,
sehingga H tak mugkin menyelesaikan maksudnya.

Terhadap kasus tersebut peradilan (gerechtshop) di Her-togenbosch menyatakan bahwa perbuatan H
adalah perbuatan permulaan pelaksanaan dan dijatuhi pidana 4 tahun penjara karena melanggar pasal
53 jo 187 KUHP.

2 ANALISIS KASUS PENYERTAAN ( DEELNEMING)

"IBRAHIM JUAL EMAS TANPA DITIMBANG"

1) FE IT (perbuatan-perbuatan pelaku yang memenuhi unsur-unsur yang ada dipasal 55 jo pasal 363

-Dua orang pelaku pencuri emas 1,5 kg tertangkap di jambi oleh tim jajaran buser polresta jambi pada
tanggal 3/7 2011 pada pukul 20:30 WIB diperumahan yang baru di sewa di kawasan pinang merah
Simpang Rimbo. Pelaku-pelakunya adalah adalah Ibrahim (29) dan K (Teman Ibrahim) .

Sejumlah alat bukti yang ditemukan adalah uang tunai sebesar Rp4,5 juta juga ada buku tabungan
dengan nilai Rp 27 juta .

3. Kasus Perbarengan (Samenloop)
Hamid dikampungnya lebih dikenal dengan sebutan Drunken Master. Pada suatu malam di pestasunatan
anak teman karibnya, ia minum minuman beralkohol secara berlebihan sampai mabuk.Lewat waktu
tengah malam, Hamid dengan sepeda motornya pulang menuju rumahnya
yang jaraknya kurang lebih 5 Km. di perjalanan, Polantas sedang melakukan razia surat-
surat dankelengkapan kendaraan bermotor. Hamid distop untuk diperiksa kelengkapan surat-surat
sepedamotornya. Pada saat Hamid dihentikan, ia marah-marah dan memaki polisi lalu lintas yangsedang
menjalankan tugasnya, bahkan perlakuan Hamid tidak hanya memaki tetapi jugamemukul polisi, dan
kemudian melarikan diri dengan memacu sepeda motornya dengankecepatan tinggi. Karena kurang
control, Hamid kemudian menabrak nenek Saonah, seorangpejalan kaki yang sedang menyebrang.
Kata-Kata Sulit
Drunken Master : Peminum beratAlkohol: sesuatu yang dapat memabukkan dan menyebabkan
kurangnya tingkat kesadaran.
Brain Storming
Dari kasus diatas, ada beberapa fakta hukum yang dapat kita ketahui, yaitu:a.

Hamid merupakan peminum berat dikampungnya.b.

Hamid mengkonsumsi minuman beralkohol melebihi batas hingga mabuk.c.

Hamid mengendarai sepeda motor dalam keadaan mabuk saat lewat tengah malam.d.

Hamid memaki dan melakukan tindak kekerasan terhadap polisi, kemudian melarikandiri dengan sepeda
motornya dengan kecepatan tinggie.

Hamid menabrak nenek Saonah, pejalan kaki yang sedang menyeberangDilihat dari fakta hukum yang
ada, dapat disimpulkan bahwa:


Hamid dijerat pasal berlapis atas kasus kecelakaan lalu lintas dan penganiayaan. Untuk kasuskecelakaan
lalu lintas, Hamid akan dijerat dengan Pasal 311 ayat 4 UU No 22 Tahun 2009karena dengan sengaja
membahayakan orang lain yang menyebabkan luka berat dengan tuntutanmaximal 4 tahun penjara.
(kata sengaja bukan berarti dilakukan dalam keadaan sadar saja, dikasus ini di katakan sengaja karena
pada intinya terdakwa tahu efek dari minuman keras akankehilangan kesadaran). Selain itu, Hamid juga
terancam dijerat pasal 351 ayat 2 Kuhp karenamelakukan tindak penganiayaan terhadap petugas
kepolisian yang menyebabkan korban cacatsementara yang dituntut dengan 5 tahun penjara.

4. Ne Bis In Idem
Seorang terpidana pembunuhan yang ternyata sebelum dipidana sudah membunuh orang lain, dapat
didakwa dengan pembunuhan atas pembunuhan sebelumnya. Ini karena Pasal 76 ayat (1) KUHP yang
mengatur mengenai ne bis in idem mengatakan bahwa orang tidak boleh dituntut sekali lagi atas
perbuatan atau peristiwa yang baginya telah diputuskan oleh Hakim. Ini berarti bahwa walaupun
perbuatan yang dilakukan oleh si terpidana adalah sama-sama pembunuhan, akan tetapi karena hal
tersebut merupakan 2 (dua) peristiwa yang berbeda, maka di terpidana dapat dituntut atas peristiwa
pembunuhan yang lainnya.

Mengenai Pasal 76 KUHP ini, R. Soesilo dalam bukunya yang berjudul Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP) Serta Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal memberikan contoh sebagai
berikut:

Misalnya ada seorang dituduh: Telah melakukan pencurian pada hari Senin tanggal 8 Desember 1958
dalam rumah A di Jakarta, akan tetapi tertuduh dapat membuktikan dengan pasti bahwa ia selama hari
Senin tanggal 8 Desember 1958 tersebut telah berada di Surabaya. Dalam hal ini kewajiban hakim ialah
memutuskan pembebasan tertuduh dari perbuatan yang dituduhkan kepadanya itu, walaupun dalam
sidang itu juga misalnya ternyata, bahwa pencurian yang dimaksudkan itu benar-benar telah dilakukan
di tempat yang ditentukan itu juga dan benar-benar dilakukan oleh tertuduh, akan tetapi melakukannya
itu barulah pada tanggal 15 Desember 1958. Jadi meskipun tertuduh salah telah melakukan pencurian
pada tanggal 15 Desember 1958 itu, akan tetapi ia tidak boleh disalahkan terhadap pencurian pada hari
Senin tanggal 8 Desember 1958 dan dengan alasan itulah maka ia harus dibebaskan. Memang ia dapat
dituntut lagi karena telah melakukan pencurian yang terjadi pada tanggal 15 Desember 1958 itu dan
karena perbuataan inilah ia akan dapat dihukum oleh karena tentang perbuatan ini sebenarnya belum
diputus.

Anda mungkin juga menyukai