Anda di halaman 1dari 16

ANALISA PUTUSAN NOMOR 124/PID.

B/2023/PN TNN
1. Identitas Terdakwa
Nama lengkap : Rando Singal Alias Ando
Tempat lahir : Suluan
Umur/Tanggal lahir : 25 Tahun/20 Desember 1997
Jenis kelamin : Laki-laki
Kebangsaan : Indonesia
Tempat tinggal : Kelurahan Rurukan Lingkungan I Kecamatan Tomohon
Timur Kota Tomohon
Agama : Kristen Protestan
Pekerjaan : Sopir
2. Ringkasan Kasus Posisi
Kasus diawali dengan Terdakwa yang bingung bagaimana cara mendapatkan
uang untuk membayar kost dan dua arisan kumpulan yang diikuti oleh Terdakwa di
Kelurahan Rurukan pada tanggal 24 Januari 2023. Dari sinilah muncul niat terdakwa
untuk membunuh tukang ojek sehingga motor milik tukang ojek bisa dijual oleh
Terdakwa dan uangnya akan dipergunakan untuk membayar kos dan arisan. Kemudian
untuk melancarkan aksinya, Terdakwa mengambil pisau yang disimpan di samping
lemari kost dan disimpannya di pinggang sebelah kiri terdakwa baru kemudian
Terdakwa berjalan kaki ke arah simpang empat Garuda jalan raya Tomohon-Tondano.
Kemudian sekitar pukul 11.00 WITA, Terdakwa akhirnya mendapatkan angkutan
umum dan tiba di Kompleks Pasar Tondano. Ketika sampai disana, Terakwa terus
berjalan kaki ke arah Kelurahan Kendis untuk mencegat tukang ojek. Hal ini dilakukan
untuk melancarkan niat Terdakwa membunuh tukang ojek. Terdakwa berniat untuk
nantinya mengarahkan tukang ojek ke tempat yang sepi dan sunyi di daerah Gunung
Mahawu dengan Terdakwa yang berpura-pura menjadi pemain sabung ayam karena
kebetulan di tempat tersebut memang terdapat gelanggang sabung ayam.
Terdakwa dalam mencari tukang ojek yang menjadi sasarannya terus berjalan ke
arah Polres Minahasa tepatnya di depan Laundry Marclin di Jalan Raya Tondano.
Disinilah terdakwa bertemu Korban (Indo Sarapung) yang kebetulan pada saat itu
melintas sehingga Terdakwa langsung melambaikan tangan ke arah korban. Awalnya
korban sempat menolak untuk menumpangi Terdakwa ke Gunung Mahawu karena
Terdakwa hanya mampu membayar ongkos sebesar Rp 25.000,00 sedangkan
ongkosnya seharusnya lebih dari pada itu, sehingga Korban menawarkan kepada

1
teman-teman tukang ojek lainnya yang berada di pangkalan. Kemudian datanglan Saksi
Fandro yang menawari Terdakwa dengan ongkos Rp 30.000,00 namun terdakwa
menolak dan berdalih sudah akan dijemput oleh temannya karena melihat postur tubuh
Saksi Fandro yang gagah dan besar sehingga Terdakwa merasa nantinya Saksi Fandro
akan sulit dilumpuhkan.
Delapan menit kemudian, korban menurunkan penumpang tidak jauh dari jarak
Terdakwa berdiri dan bertanya mengapa Terdakwa belum juga mendapatkan ojek.
Akhirnya mereka bersepakat untuk menambah ongkos dengan syarat korban harus
menunggu Terdakwa sampai selesai melakukan sabung ayam dan korban akan diberi
uang sebesar Rp 100.000,00. Kemudian sekitar pukul 12.00 WIT, Terdakwa dan
Korban tiba di kebun kopi umat Katolik Gunung Mahawu setelah Terdakwa meminta
korban untuk berhenti dengan alasan tempat sabung ayam sudah dekat yang merupakan
tempat kejadian perkara. Saat tiba disana, tangan kiri Terdakwa langsung memegang
leher korban dan menikamkan pisau tersebut ke leher korban bagian kanan sebanyak
satu kali hingga tikaman tersebut menembus ke sisi leher bagian kiri dan mengenai
tangan kiri terdakwa tepatnya di jari kelingking hingga mengalami robek. Akibat
ditikam, Korban kehilangan begitu banyak darah dan jatuh ke sebelah kanan bersamaan
dengan sepeda motor korban. Setelah mencabut pisau yang masih tertancam di leher
korban, korban hendak kabur dengan membawa motor korban namun ternyata korban
masih hidup sehingga Terdakwa menginjak bagian dada kanan dari korban sekuat
tenaga hingga terdengar bunyi retakan tulang dada korban baru kemudian tubuh korban
diseret ke arah pohon. Di bawah pohon tersebut dengan sebilah kayu, Terdakwa masih
memukul bagian wajah dan dada korban untuk memastikan korban benar-benar
meninggal. Setelah dipastikan meninggal, Terdakwa langsung menimbun korban
dengan kayu yang sudah lapuk dan daun-daun agar tidak ketahuan oleh orang.
Kemudian sisa-sisa darah yang menetes juga ditimbun dengan menggunakan tanah.
Tidak hanya mencuri motor, Terdakwa juga mencuri dompet dan handphone
milik korban. Setelahnya, pisau kembali dibawa oleh Terdakwa dan Terdakwa
langsung membawa kabur sepeda motor milik korban yaitu Honda Beat warna putih
dan segera menuju ke rumah kakak kandung Terdakwa bernama Heidy Singal yang
terletak di Kelurahan Rurukan Lingkungan I Kecamatan Tomohon Timur, Kota
Tomohon. Di rumah kakaknya, Terdakwa menyimpan pisau tersebut di rak meja yang
ada di ruang tamu baru kemudian menuju puskesmas untuk mengobati luka robek di
jari kelingking tangannya. Setelah itu baru Terdakwa pulang ke kost Terdakwa yang

2
berada di Kelurahan Matani Dua Lingkungan X dengan menggunakan motor korban.
Setelah membongkar dompet milik korban, Terdakwa kemudian membuang dompet
tersebut ke saluran air di samping kost Terdakwa, sedangkan kartu identitasnya dibuang
ke tanah kosong bekas kolam ikan yang juga berada di samping kost Terdakwa. Dari
dalam dompet tersebut, Terdakwa mendapatkan sejumlah uang senilai Rp 68.000,00.
Terdakwa kemudian menawarkan sepeda motor milik korban di marketplace dan
terjadi kesepakatan dengan akun facebook alter korompis senilai Rp 3.600.000,00.
Akhirnya terjadi transaksi jual beli antara Terdakwa dengan Alter Korompis pada
tanggal 25 Januari 2023. Selain menjual sepeda motor, Terdakwa juga menjual HP
milik korban senilai Rp 1.200.000,00 kepada akun facebook bernama Siswiduri pada
tanggal 26 Januari 2023. Oleh akun facebook Alter Korompis, sepeda motor milik
korban dijual lagi kepada Ricky Brian Palad dengan total nilai jual Rp 4.450.000,00.
Hasil penjualan sepeda motor dan HP milik korban kemudian digunakan untuk
membaar kost, arisan, dan sisanya digunakan untuk biaya hidup Terdakwa. Kemudian
pada tanggal 4 Februari 2023, Andrew Lengkong dan Robby Makalew menemukan
jasad korban dan segera melaporkannya ke Kepolisian Resor Tomohon. Setelah dilihat
lagi ternyata tubuh korban sudah tidak dikenali, sebagian anggota tubuhnya sudah
menjadi rangka tulang dan hanya bagian kaki dan sebagian tangan saja yang masih
mengalami proses pembusukan. Barulah pada tanggal 8 Februari 2023 akhirnya
Terdakwa ditangkap di kost Terdakwa oleh pihak Kepolisian Resor Tomohon.
3. Ringkasan Dakwaan
Jaksa Penuntut Umum mengajukan dakwaan berupa dakwaan jenis subsidair
dimana Dakwaan Primernya adalah menggunakan Pasal 340 KUHP yang merupakan
pasal pembunuhan berencana, kemudian dakwaan subsidairnya adalah Pasal 338
KUHP yang merupakan pasal pembunuhan biasa, dan Dakwaan lebih subsidairnya lagi
adalah Pasal 365 ayat (3) yang merupakan pasal pencurian dengan kekerasan yang
mengakibatkan mati.
Menurut penulis, tepat jika Penuntut Umum menggunakan jenis dakwaan
subsidair dalam perkara ini karena pasal subsidair digunakan sebagai pasal pengganti
lapisan sebelumnya. Lapisan dakwaan disusun dari pasal yang diancam dengan pidana
tertinggi hingga terendah1. Dimana Pasal 340 KUHP diancam dengan pidana mati atau

1
Syahid Prakoso and Bambang Santoso, “KESESUAIAN PENGGUNAAN DAKWAAN SUBSIDAIR OLEH PENUNTUT
UMUM DALAM PERKARA KORUPSI PENGADAAN BARANG DAN JASA DENGAN KETENTUAN KUHAP (STUDI
PUTUSAN NOMOR 44/Pid. Sus-TPK/2018/PN Mdn),” Verstek 10, no. 1 (2022): 50–58.

3
pidana penjara seumur hidup, kemudian Pasal 338 KUHP diancam dengan pidana
penjara paling lama 15 tahun, dan terakhir Pasal 365 ayat (3) juga diancam dengan
pidana penjara paling lama 15 tahun.
4. Proses Pembuktian
Berdasarkan Pasal 184 ayat (1) KUHAP, alat bukti yang sah meliputi:
a. Keterangan saksi;
Dalam sidang pengadilan dibagi menjadi dua yaitu saksi a charge atau saksi yang
diajukan untuk memberatkan terdakwa dan saksi a de charge yang tujuannya
adalah untuk meringankan terdakwa2. Saksi a charge adalah saksi yang
didatangkan oleh Penuntut Umum, yang dalam kasus ini terdiri dari:
1) Saksi Grity Sarapung yang merupakan kakak dari korban dimana
keterangan penting yang diberikan adalah memastikan benar bahwa korban
adalah adiknya yang bernama Indo Sarapung setelah memastikan dari baju
yang dipakai dan tato yang ada di betis kaki kanan korban;
2) Saksi Tani Kusen yang merupakan istri dari korban dimana keterangan
penting yang diberikan adalah memastikan bahwa pakaian yang melekat
pada korban adalah pakaian yang sama dengan yang digunakan oleh korban
pada saat keluar rumah dan tidak kembali pada tanggal 24 Januari 2023;
3) Saksi Frando L.T Sumakul yang merupakan rekan sesama tukang ojek dari
korban yang juga sempat menawarkan jasa ojeknya kepada Terdakwa
namun ditolak. Keterangan penting yang diberikan adalah untuk
membuktikan bahwa Terdakwa memilih korban yang akan ditargetkan dan
termasuk ke dalam penyusunan rencana pembunuhan;
4) Saksi Maxi Oley yang merupakan rekan sesama tukang ojek yang
memastikan bahwa terakhir melihat korban adalah pada hari Selasa, 24
Januari 2023 dan memastikan bahwa motor yang dibawa korban adalah
beat warna putih;
5) Saksi Robby Antonius Makalew merupakan orang yang pertama kali
menemukan tubuh korban pada tanggal 4 Februari 2023, keterangan yang
diberikan adalah seputar bagaimana ia menemukan korban;

2
Syahrir Kuba, “Optimalisasi Perlindungan Saksi Dan Korban Dalam Rangka Memantapkan Penegakan Hukum
Di Indonesia,” Jurnal Kajian Ilmiah 22, no. 1 (2022): 89–100.

4
6) Saksi Andrewa Richard Theodorus Lengkong yang merupakan orang yang
pertama kali menemukan korban. Keterangan yang diberikan sama dengan
Saksi Robby karena mereka menemukannya secara bersama-sama;
7) Saksi Grace Junita Kalele yang merupakan perawat yang memberikan
perawatan luka terhadap terdakwa di Puskesmas Rurukan;
8) Saksi Olvie Susana Lasut yang juga merupakan perawat yang memberikan
perawatan luka kepada terdakwa di Puskesmas Rurukan dan disana
terdakwa mengaku bahwa lukanya didapatkan dari benda taham saat
memanen sayur kol;
9) Saksi Fransiska Salemo yang merupakan pacar dari Terdakwa dan tinggi
bersama di kost terdakwa yang tidak mengetahui apapun pembunuhan yang
dilakukan oleh Terdakwa kecuali dari sosial media;
10) Saksi Heidy Singal yang merupakan kakak dari Terdakwa dimana
keterangan pentingnya adalah menyatakan benar bahwa Terdakwa sempat
ke rumahnya;
11) Saksi Ricky Brian Palad yang merupakan pembeli sepeda motor milik
korban namun saksi tidak mengetahui bahwa motor tersebut adalah hasil
perampasan karena saksi membelinya dari lelaki tak dikenal melalui
facebook.
Kemudian saksi a de charge merupakan saksi meringankan yang dapat
didatangkan oleh Penasihat Hukum namun dalam kasus ini, terdakwa dan
penasihat hukumnya tidak memanggil saksi satupun sehingga keberadaan saksi a
de charge tidak ada dalam kasus ini.
b. Keterangan ahli;
Saksi ahli dapat didatangkan oleh Penuntut Umum ataupun Penasihat Hukum
untuk membuktikan dalil-dalil mereka. Pada persidangan kali ini, Penuntut
Umum mendatangkan beberapa ahli diantaranya:
1) Ahli dr. Nola T.S Mallo, S.H., M.Kes., SP.FM yang secara langsung
melakukan visum terhadap korban sehingga ahli datang untuk menjelaskan
Surat Keterangan Ahli Forensi Nomor 02/Otopsi/II/2023/RS Bhayangkara;
2) Ahli Dr. Rodrigo F. Elias, S.H., M.H yang merupakan seorang ahli hukum
pidana untuk membuktikan bahwa peristiwa yang terjadi adalah benar
pembunuhan yang didahului dengan rencana;
Sedangkan dari pihak penasihat hukum tidak mengajukan ahli.

5
c. Surat;
Alat bukti surat yang diajukan adalah Visum et Repertum Nomor
02/Otopsi/II/2023/RS Bhayangkara tertanggal 8 Februari 2023 dengan
kesimpulan sebagai berikut:
1) Jenazah adalah seornag laki-laki muda usia skeitar dua puluh sampai empat
puluh tahun;
2) Lama kematian korban telah berlangsung sekurang-kurangnya satu minggu
pada saat pemeriksan;
3) Tanda kekerasan yang ditemukan pada pemeriksaan adalah kekerasan
tumpul; dan
4) Seandainya tanda kekerasan pada daerah dada merupakan satu-satunya
kekerasan yang dialami korban sebelum meninggal, maka kekerasan tumpul
pada dada dapat menyebabkan kematian.
d. Petunjuk;
Berdasarkan Pasal 188 ayat (1) KUHAP yang dimaksud dengan petunjuk adalah
“perbuatan, kejadian atau keadaan, yang karena persesuaiannya, baik antara yang
satu dengan yang lain, maupun dengan tindak pidana itu sendiri, menandakan
bahwa telah terjadi suatu tindak pidana dan siapa pelakunya”. Petunjuk dapat
diperoleh dari keterangan saksi, surat, ataupun keterangan terdakwa.
e. Keterangan terdakwa;
Berdasarkan Pasal 189 ayat (1) KUHAP Merupakan keterangan yang diberikan
oleh terdakwa di pengadilan tentang perbuatan yang ia lakukan atau yang ia
ketahui atau alami sendiri. Dalam kasus ini, Terdakwa mengakui seluruh
perbuatannya tanpa adanya bantahan atau sanggahan apapun.
Kemudian barang bukti yang diajukan di dalam persidangan meliputi:
 1 (satu) buah sepeda motor roda dua merek Honda Beat warna putih;
 1 (satu) buah kunci kontak sepeda motor roda dua merek Honda Beat warna
putih;
 1 (satu) buah Kartu Tanda Penduduk an. Indo Sarapung NIK 7102021411910001;
 1 (satu) buah Kartu Indonesia Sehat an. Indo Sarapung nomor kartu
0000905735709;
 1 (satu) buah Kartu Indonesia Sehat an. Tania Kusen nomor kartu
0000906112631;

6
 1 (satu) buah Kartu Indonesia Sehat an. Maydeline P. Sarapung nomor kartu
0002009180924;
 1 (satu) buah Kartu Indonesia Sehat an. Aprillia Schwenisa Sarapung nomor kartu
000246576;
 1 (satu) buah Kartu Keluarga Sejahtera an. Indo Sarapung nomor
601301705950307;
 1 (satu) buah Kartu ATM Bank BRI Nomor 6013 0140 3905 1084;
 1 (satu) buah Kartu RS Umum Pusat Prof. Dr. R. D. Kandou Manado an.
Sarapung Indo Nomor 00.42093.92;
 1 (satu) lembar Suat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor sepeda motor merek
Honda atas nama VENTJE SARAPUNG nomor rangka MH1JFZ135KK415641,
nomor mesin JFZ1E-3415571, DB 3387 BV;
 1 (satu) unit handphone OPPO A5 warna hitam;
 1 (satu) lembar uang kertas pecahan Rp.10.000,- (sepulu ribu rupiah);
 2 (dua) lembar uang kertas pecahan Rp.5.000,- (lima ribu rupiah);
 1 (satu) buah pisau dengan panjang keseluruhan 39 (Tiga puluh sembilan) Cm
dengan rincian gagang pisau terbuat dari kayu dengan panjang 14 (Empat belas)
Cm, mata pisau terbuat dari besi biasa, tajam pada satu sisi, panjang mata pisau
25 (Dua puluh lima) Cm dan sarung pisau terbuat dari kayu yang dililitkan
dengan ban dalam berwarna hitam dengan panjang 27 (Dua puluh tujuh) cm;
 1 (satu) buah jaket lengan panjang berbahan jeans berwarna abuabu dan di
belakan jaket terdapat gambar bendera Inggris;
 1 (satu) buah celana pendek berbahan jeans berwarna biru;
 1 (satu) buah kaos berwarna hitam dan lengan berwarna abu-abu;
 1 (satu) buah jaket kain warna biru dongker bertudung, bagian jaket berwarna
putih dan pada bagian tepi berwarna putih;
 1 (satu) buah kaos oblong berlengan panjang warna hitam dengan corak putih
pada bagian dada bertuliskan “VANS OFF THE WALLS” dengan lengan
berwarna abu-abu;
 1 (satu) buah celana pendek kain warna hitam dengan motif bintang berukuran
kecil warna putih;
 1 (satu) buah celana dalam kain berwarna biru;
 1 (satu) pasang kaus tangan warna hitam;

7
 1 (satu) buah korek api elektrik berwarna putih
5. Ringkasan Tuntutan
Pokok tuntutan yang dibacakan oleh Jaksa Penuntut Umum adalah menyatakan
terdakwa secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana dengan sengaja
dan direncanakan terlebih dahulu menghilangkan jiwa orang lain/nyawa orang lain
sebagaimana dimaksud dalam dakwaan Pasal 340 KUHP sehingga terdakwa harus
dihukum pidana “seumur hidup”.
Dari ketiga pasal yang didakwakan melalui dakwaan subsidair, menurut fakta
persidangan yang didapatkan selama menjalani proses persidangan akhirnya Penuntut
Umum memilih untuk menuntut menggunakan Pasal 340 KUHP. Kemudian mengenai
penggunaan Pasal 340 KUHP, penulis juga sepakat dengan dasar pengenaannya. Pasal
340 KUHP berbunyi “Barang siapa dengan sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu
merampas nyawa orang lain, diancam dengan pembunuhan dengan rencana, dengan
pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama
20 tahun”. Terdakwa tidak bisa jika hanya dikenakan pasal pembunuhan biasa yaitu
Pasal 338 KUHP dikarenakan dengan tepat Terdakwa berencana untuk melakukan
pembunuhan sekalipun saat niat awal tersebut muncul Terdakwa belum mengetahui
siapa korban yang akan dibunuhnya. Menurut penulis, kategori “berencana” yang
dilakukan oleh Terdakwa adalah dari adanya niat kesengajaan untuk membunuh,
kemudian memikirkan alat dan tata cara membunuh yang dibuktikan dengan Terdakwa
mengambil pisau dan menyimpannya di pinggang sebelah kiri lalu juga memikirkan
tata cara membunuhnya yang dilakukan dengan menusuk menggunakan pisau untuk
kemudian diambil kendaraan bermotornya. Semua rencana tersusun rapi termasuk tidak
memilih Saksi Fredo yang berbadan tegap dan besar, itu artinya niat untuk membunuh
dengan rencana sudah tepat jika dikenakan kepada Terdakwa.
Kemudian penulis juga sepakat dengan pengenaan Pasal 340 KUHP daripada
Pasal 365 ayat (3) KUHP, sekalipun kedua pasal tersebut sama-sama berakibat
kematian namun niat batin yang dimiliki oleh Terdakwa berbeda. Pengenaan Pasal 340
KUHP dirasa tepat karena jika melihat dari uraian dakwaan yang dibacakan oleh
penuntut umum, Terdakwa langsung berniat melakukan pembunuhan dan bukan
pencurian yang dilakukan dengan kekerasan hingga mengakibatkan matinya
seseorang3. Peristiwa menusuk, menginjak dada bagian kanan, dan memukul wajah

3
Amelia Kartika and Ari Retno Purwanti, “Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Pidana Mati Terhadap
Pembunuhan Berencana,” Jurnal Kewarganegaraan 4, no. 2 (2020): 142–46.

8
serta tubuh korban dengan bilah kayu dilakukan oleh Terdakwa bukan dengan tujuan
untuk menganiaya atau bertindak kekerasan terhadap korban melainkan niat batin
Terdakwa adalah untuk membunuh atau menghilangkan nyawa korban terbukti dari
tindakan Terdakwa yang berulang kali memastikan bahwa akibat dari perbuatannya
adalah benar kematian dari korban. Dari situ penulis menilai bahwa pengenaan Pasal
340 KUHP lebih tepat jika dibandingkan dengan Pasal 365 ayat (3).
Tuntutan yang dilayangkan oleh Penuntut Umum harus memenuhi unsur tujuan
hukum yaitu terwujudnya asas keadilan, kepastian, dan kemanfaatan hukum baik bagi
terdakwa dan korban. Menurut penulis ketiga asas tersebut telah dipenuhi oleh Penuntut
Umum yang dibuktikan dengan4:
a. Asas Keadilan, adalah asas dimana setiap orang memiliki kedudukan yang sama
di mata hukum dan memiliki hak yang sama untuk mengutarakan pendapatnya.
Hal ini dibuktikan dengan adanya asas praduga tak bersalah yang membuat
Terdakwa dapat membela dirinya sendiri dan mengutarakan pendapatnya
mengenai peritiswa yang dipersangkakan kepadanya. Kemudian dari segi korban,
asas keadilan juga diperoleh dengan diijinkannya Penuntut Umum untuk
menghadirkan saksi dan barang bukti yang sekiranya dapat membuktikan bahwa
terdakwa adalah pihak yang secara dan dan meyakinkan bersalah;
b. Asas Kepastian, adalah asas dimana untuk memidanakan seseorang harus
berdasar pada peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan asas kepatutan
dan keadilan di dalamnya. Hal ini dibuktikan dengan Penuntut Umum yang
menggunakan KUHP sebagai dasar penuntutannya dan menyesuaikan dengan
peraturan pidana formil yang ada di dalam KUHAP untuk beracara di pengadilan;
c. Asas Kemanfaatan, adalah dimana ketika asas keadilan dan kepastian diterapkan
untuk mewujudkan manfaat bagi para pihaknya. Dalam kasus ini maka keluarga
korban akan mendapatkan manfaat berupa keadilan atas penghukuman yang
didapatkan oleh Terdakwa sementara bagi pihak Terdakwa, asas ini dipenuhi
karena Terdakwa mendapatkan keadilan untuk mempertanggungjawabkan
perbuatannya sesuai dengan perbuatan yang dilakukan dan dituntut berdasarkan
asas kepastian yaitu menggunakan KUHP dan pengaturan di dalam KUHAP.
6. Pertimbangan Hukum Hakim Pemeriksa Perkara

4
A. Rachmat Wirawan and Avelyn Pingkan Komuna, “Pengampunan Pidana Dalam Mewujudkan Keadilan,
Kepastian, Dan Kemanfaatan,” Jurnal Humaya: Jurnal Hukum, Humaniora, Masyarakat, Dan Budaya 1, no. 1
(2021): 10–15.

9
Teori yang dipergunakan oleh hakim adalah teori pembuktian subsidairitas
dimana ketika dakwaan disusun secara subsidair maka hakim akan membuktikan
dakwaan primairnya terlebih dahulu, baru jika tidak terbukti akan dibuktikan dakwaan
subsidair, begitu pula seterusnya dan ketika dakwaan primair telah terpenuhi unsurnya
maka dakwaan subsidair tidak perlu dibuktikan kebenarannya. Berdasarkan teori
tersebut, maka hakim dilanjutkan dengan analisa penulis membuktikan Pasal 340
KUHP yang unsur-unsurnya adalah sebagai berikut:
a. Unsur barang siapa;
Didalam KUHP yang dimaksud dengan barang siapa merujuk kepada orang
perseorangan atau orang pribadi yang melakukan tindak pidana dan dapat
mempertanggungjawabkan perbuatannya. Terdakwa dihadirkan di dalam
persidangan sebagai oang yang mampu bertindak normal, berpikir waras, tidak
sakit, ataupun tidak sakit ingatan sebagaimana diatur dalam Pasal 44 ayat (1)
KUHP yang menyebutkan bahwa “barangsiapa yang melakukan perbuatan yang
tidak dapat dipertanggungjawabkan kepadanya karena jiwanya cacat dalam
pertumbuhan atau terganggung karena penyakit tidak dipidana”. Karena terdakwa
tidak memenuhi unsur Pasal 44 ayat (1) KUHP maka Terdakwa dapat
mempertanggungjawabkan perbuatannya dan dianggap memenuhi unsur barang
siapa. Penulis sepakat dengan adanya pemenuhan unsur tersebut karena tidak
adanya kondisi dimana terdakwa dapat lepas dari tanggungjawabnya yang
berakitan dengan kondisi fisik dan mentalnya.
b. Unsur dengan sengaja dan direncanakan terlebih dahulu;
Unsur dengan sengaja dibuktikan dengan adanya teori kehendak. Teori ini
menunjukkan bahwa perbuatan sengaja merupakan perbuatan yang harus diawali
dengan adanya kehendak untuk melakukan sebuah perbuatan dan kehendak untuk
menimbulkan suatu akibat dari perbuatan tersebut dan akibatnya memang
merupakan akibat yang dimaksudkan dari melakukan sebuah perbuatan yang
dilakukannya5. Berikut adalah analisa penulis mengapa tindakan terdakwa dapat
dikatakan sebagai suatu tindak pidana berencana karena untuk dapat dikatakan
secara berencana jika memenuhi unsur berikut ini6:

5
Utoyo. Marsudi, “Sengaja Dan Tidak Sengaja Dalam Hukum Pidana Indonesia,” Lex Librum: Jurnal Ilmu
Hukum, 2020, 75–85.
6
Salvadoris Pieter and Erni Dwita Silambi, “Pembuktian Dalam Tindak Pidana Pembunuhan Berencana Ditinjau
Dari Kitab Udang-Undang Hukum Pidana,” Jurnal Restorative Justice 3, no. 1 (2019): 75–91.

10
1) Memutuskan kehendak dalam suasana tenang dan tidak tergesar-gesa dalam
artian penulis mempertimbangkan untung dan ruginya dari melakukan
pembunuhan sehingga perbuatan yang dilakukannya tidak bersifat spontan.
Hal ini dibuktikan dengan adanya Terdakwa yang memutuskan untuk
melakukan pembunuhan di pagi hari sedangkan pembunuhan baru
dilakukan pada siang hari, itu artinya tindakan membunuh yang dilakukan
oleh Terdakwa bukan merupakan tindakan spontan;
2) Ada ketersediaan waktu yang cukup dari timbulnya niat hingga pelaksanaan
kehendak. Hal ini dibuktikan dengan Terdakwa yang memiliki niat untuk
membunuh saat bangun tidur dan baru melakukan pembunuhan sekitar
pukul 12.00 WITA, itu artinya ada senggang waktu yang cukup jika
Terdakwa ingin membatalkan niatnya, namun nyatanya Terdakwa tetap
melakukan niatnya;
3) Adanya pelaksanaan kehendak dengan suasana tenang, yang dimaksud
tenang disini adalah Terdakwa tidak sedang dalam amarah atau emosi yang
tinggi ataupun berada di bawah tekanan akibat rasa takut. Hal ini dibuktikan
dengan Terdakwa yang memutuskan untuk membawa korban ke tempat
yang sepi dan membunuh korban tanpa rasa emosi yang tinggi ataupun di
bawah tekanan rasa takut.
c. Unsur merampas nyawa orang lain;
Merampas nyawa orang lain dalam hal ini adalah menghilangkan nyawa orang
lain. Perbuatan menghilangkan nyawa orang lain harus memenuhi 3 syarat yaitu
diantaranya7:
1) Adanya wujud perbuatan;
Wujud perbuatan terdakwa adalah dengan menusukkan pisau ke bagian
leher bagian kanan hingga menembus ke bagian kiri, kemudian menginjak
dada bagian kanan korban hingga tulang dada patah, dan terakhir adalah
dengan memukul wajah dan dada korban dengan sebilah kayu. Ketiga
rangkaian peristiwa tersebut dilakukan untuk membunuh korban. Kronologi
dari terjadinya wujud perbuatan pembunuhan hanya dapat diakui melalui
keterangan yang diberikan oleh terdakwa karena di lokasi kejadian hanya
ada terdakwa dan korban sehingga alat bukti yang digunakan untuk
membuktikan unsur ini adalah keterangan terdakwa.
7
Mahrus Ali, Dasar-Dasar Hukum Pidana (Jakarta: Sinar Grafika, 2015).

11
2) Adanya suatu kematian;
Kematian dibuktikan dengan ditemukannya jasad korban di bawah pohon
oleh saksi dan telah dipastikan bahwa baju yang digunakan oleh korban saat
keluar rumah sama dengan baju yang dipakai korban saat ditemukan.
Hakim dalam hal ini menggabungkan keterangan saksi yang didapatkan
oleh Istri korban yang mengkonfirmasi pakaian korban saat meninggalkan
rumah, rekan korban yang mengkonfirmasi bahwa benar korban telah pergi
dengan terdakwa menggunakan motor beat putihnya, adanya penemuan
korban oleh saksi.
3) Adanya hubungan sebab dan akibat antara perbuatan dengan akibat
kematian;
Adanya hubungan sebab dan akibat dibuktikan melalui alat bukti Visum et
Repertum Nomor 02/Otopsi/II/2023/RS Bhayangkara tertanggal 8 Februari
2023 dengan kesimpulan sebagai berikut:
 Jenazah adalah seornag laki-laki muda usia skeitar dua puluh sampai
empat puluh tahun;
 Lama kematian korban telah berlangsung sekurang-kurangnya satu
minggu pada saat pemeriksan;
 Tanda kekerasan yang ditemukan pada pemeriksaan adalah kekerasan
tumpul; dan
 Seandainya tanda kekerasan pada daerah dada merupakan satu-
satunya kekerasan yang dialami korban sebelum meninggal, maka
kekerasan tumpul pada dada dapat menyebabkan kematian.
Dari sini dapat dilihat bahwa tanda kekerasan yang timbul pada korban
adalah sebab yang menimbulkan kematian yang didukung dengan alat bukti
keterangan terdakwa yang mengakui segala perbuatannya di pengadilan.
Sementara syarat subjektif dari menghilangkan nyawa orang lain juga harus
dipenuhi yaitu pelaksanaan perbuatan menghilangkan nyawa orang lain harus
tidak lama sejak timbulnya kehendak untuk melakukan perbuatan menghilangkan
nyawa. Terbukti bahwa dari perbuatan permulaan sampai pelaksanaan perbuatan
hanya terjadi dalam waktu kurang drai 24 jam. Berdasarkan uraian analisa yang
telah penulis berikan maka penulis sepakat dengan majelis hakim yang
membuktikan unsur di dalam Pasal 340 KUHP sebagai dakwaan primair terlebih

12
dahulu dan untuk analisa penulis telah penulis jabarkan dalam uraian di atas.
Kemudia setelah dinyatakan memenuhi unsur yang ada di dalam Pasal 340
KUHP maka hakim tidak perlu membuktikan dakwaan subsidair dan dakwaan
lebih subsidair.
7. Amar Putusan
Amar putusan dalam kasus ini adalah:
1. Menyatakan Terdakwa RANDO SINGAL Alias ANDO telah terbukti secara sah
dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Pembunuhan Berencana”;
2. Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa RANDO SINGAL Alias ANDO oleh
karena itu dengan pidana penjara SEUMUR HIDUP;
3. Memerintahkan Terdakwa tetap berada dalam tahanan;
4. Menetapkan barang bukti berupa:
 1 (satu) buah sepeda motor roda dua merek Honda Beat warna putih;
 1 (satu) buah kunci kontak sepeda motor roda dua merek Honda Beat warna
putih;
 1 (satu) buah Kartu Tanda Penduduk an. Indo Sarapung NIK
7102021411910001;
 1 (satu) buah Kartu Indonesia Sehat an. Indo Sarapung nomor kartu
0000905735709;
 1 (satu) buah Kartu Indonesia Sehat an. Tania Kusen nomor kartu
0000906112631;
 1 (satu) buah Kartu Indonesia Sehat an. Maydeline P. Sarapung nomor
kartu 0002009180924;
 1 (satu) buah Kartu Indonesia Sehat an. Aprillia Schwenisa Sarapung
nomor kartu 000246576;
 1 (satu) buah Kartu Keluarga Sejahtera an. Indo Sarapung nomor
601301705950307;
 1 (satu) buah Kartu ATM Bank BRI Nomor 6013 0140 3905 1084;
 1 (satu) buah Kartu RS Umum Pusat Prof. Dr. R. D. Kandou Manado an.
Sarapung Indo Nomor 00.42093.92;
 1 (satu) lembar Suat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor sepeda motor
merek Honda atas nama VENTJE SARAPUNG nomor rangka
MH1JFZ135KK415641, nomor mesin JFZ1E-3415571, DB 3387 BV;

13
 1 (satu) unit handphone OPPO A5 warna hitam;
 1 (satu) lembar uang kertas pecahan Rp.10.000,- (sepulu ribu rupiah);
 2 (dua) lembar uang kertas pecahan Rp.5.000,- (lima ribu rupiah);
Dikembalikan kepada Saksi Tania Kusen;
 1 (satu) buah pisau dengan panjang keseluruhan 39 (Tiga puluh sembilan)
Cm dengan rincian gagang pisau terbuat dari kayu dengan panjang 14
(Empat belas) Cm, mata pisau terbuat dari besi biasa, tajam pada satu sisi,
panjang mata pisau 25 (Dua puluh lima) Cm dan sarung pisau terbuat dari
kayu yang dililitkan dengan ban dalam berwarna hitam dengan panjang 27
(Dua puluh tujuh) cm;
 1 (satu) buah jaket lengan panjang berbahan jeans berwarna abuabu dan di
belakan jaket terdapat gambar bendera Inggris;
 1 (satu) buah celana pendek berbahan jeans berwarna biru;
 1 (satu) buah kaos berwarna hitam dan lengan berwarna abu-abu;
 1 (satu) buah jaket kain warna biru dongker bertudung, bagian jaket
berwarna putih dan pada bagian tepi berwarna putih;
 1 (satu) buah kaos oblong berlengan panjang warna hitam dengan corak
putih pada bagian dada bertuliskan “VANS OFF THE WALLS” dengan
lengan berwarna abu-abu;
 1 (satu) buah celana pendek kain warna hitam dengan motif bintang
berukuran kecil warna putih;
 1 (satu) buah celana dalam kain berwarna biru;
 1 (satu) pasang kaus tangan warna hitam;
1 (satu) buah korek api elektrik berwarna putih
Dirampas untuk dimusnahkan;
5. Membebankan biaya perkara kepada negara.
Jenis-jenis putusan dapat terlihat di dalam Pasal 1 angka 11 KUHAP yang
menyatakan bahwa putusan pengadilan adalah pernyataan hakim yang diucapkan dalam
sidang pengadilan terbuka, yang dapat berupa pemidanaan atau bebas atau lepas dari
segala tuntutan hukum dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam undang-undang
ini8. Dari ketiga jenis putusan tersebut maka putusan yang diberikan oleh hakim dalam

8
Andi Hamzah, Sistem Pidana Dan Pemidanaan Indonesia (Jakarta: Pradnya Paramira, 1993).

14
kasus ini adalah putusan pemidanaan yang akibat hukumnya adalah dipidannya
terdakwa dengan penjara seumur hidup.
Putusan yang diberikan oleh hakim adalah putusan yang sesuai dengan tuntutan
Penuntut Umum dimana Penuntut Umum menuntut terdakwa untuk dihukum seumur
hidup dan menurut penulis hukuman ini sesuai karena sebagaimana yang diatur dalam
Pasal 340 KUHP memang hukuman yang diberikan adalah hukuman pidana penjara
seumur hidup dan hukuman mati. Menurut penulis, hakim tidak memutus hukuman
mati dikarenakan terdakwa selama proses persidangan bersifat koorpratif dan mengakui
segala perbuatannya serta mengaku menyesal.
Daftar Pustaka
Buku dan Jurnal
Ali, Mahrus. Dasar-Dasar Hukum Pidana. Jakarta: Sinar Grafika, 2015.
Hamzah, Andi. Sistem Pidana Dan Pemidanaan Indonesia. Jakarta: Pradnya Paramira, 1993.
Kartika, Amelia, and Ari Retno Purwanti. “Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Pidana
Mati Terhadap Pembunuhan Berencana.” Jurnal Kewarganegaraan 4, no. 2 (2020):
142–46.
Kuba, Syahrir. “Optimalisasi Perlindungan Saksi Dan Korban Dalam Rangka Memantapkan
Penegakan Hukum Di Indonesia.” Jurnal Kajian Ilmiah 22, no. 1 (2022): 89–100.
Marsudi, Utoyo. “Sengaja Dan Tidak Sengaja Dalam Hukum Pidana Indonesia.” Lex Librum:
Jurnal Ilmu Hukum, 2020, 75–85.
Pieter, Salvadoris, and Erni Dwita Silambi. “Pembuktian Dalam Tindak Pidana Pembunuhan
Berencana Ditinjau Dari Kitab Udang-Undang Hukum Pidana.” Jurnal Restorative
Justice 3, no. 1 (2019): 75–91.
Prakoso, Syahid, and Bambang Santoso. “KESESUAIAN PENGGUNAAN DAKWAAN
SUBSIDAIR OLEH PENUNTUT UMUM DALAM PERKARA KORUPSI
PENGADAAN BARANG DAN JASA DENGAN KETENTUAN KUHAP (STUDI
PUTUSAN NOMOR 44/Pid. Sus-TPK/2018/PN Mdn).” Verstek 10, no. 1 (2022): 50–
58.
Wirawan, A. Rachmat, and Avelyn Pingkan Komuna. “Pengampunan Pidana Dalam
Mewujudkan Keadilan, Kepastian, Dan Kemanfaatan.” Jurnal Humaya: Jurnal Hukum,
Humaniora, Masyarakat, Dan Budaya 1, no. 1 (2021): 10–15.
Peraturan Perundang-Undangan
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

15
16

Anda mungkin juga menyukai