Anda di halaman 1dari 11

URGENSI WAKAF

UNTUK PENGEMBANGAN PENDIDIKAN:


PENGALAMAN PENGELOLAAN WAKAF
DI PONDOK MODERN DARUSSALAM GONTOR

Oleh:
K.H. Abdullah Syukri Zarkasyi, M.A.
Pimpinan Pondok Modern Darussalam
Gontor Ponorogo Jawa Timur Indonesia

Disampaikan dalam Seminar tentang Pemberdayaan Ekonomi, dalam rangka menyambut Tahun Baru
Hijriyah, diselenggarakan oleh Forum Silaturrahmi Pondok Pesantren Propinsi Banten,
Rabu, 5 Maret 2003.

URGENSI WAKAF UNTUK PENGEMBANGAN PENDIDIKAN:


PENGALAMAN PENGELOLAAN WAKAF
DI PONDOK MODERN DARUSSALAM GONTOR
Oleh:
K.H. Abdullah Syukri Zarkasyi, M.A.
A. PENDAHULUAN
Dalam perjalanan sejarah umat Islam, wakaf telah memainkan peranan penting sebagai
salah institusi keagamaan yang ikut menyumbang bagi terselenggaranya dakwah Islam
secara baik. Penghasilan yang diperoleh dari harta wakaf telah digunakan dan
disalurkan untuk memperlancar penyelenggaraan dakwah tersebut. Pada umumnya,
penghasilan harta wakaf di dunia Islam digunakan untuk masjid. Termasuk di dalamnya
untuk menggaji imam, guru-guru agama yang mengajar di masjid, dan khatib.
Pemanfaatan wakaf untuk kepentingan masjid ini menempati urutan pertama, urutan
kedua sebagai penerima dana wakaf adalah bidang pendidikan. Sejak awal pertumbuhan
Islam, awal abad ke 7, pendidikan telah didandai dari hasil wakaf dan sumbangan para
dermawan. Dana wakaf untuk pendidikan itu biasanya meliputi perpustakaan, buku, gaji
guru, pekerja selain guru, dan beasiswa. Sedangkan penerima wakaf pada urutan ketiga
adalah para fakir miskin, yatim piatu, orang-orang yang dipenjara, dll.
Alokasi dana wakaf untuk menunjang keberhasilan pendidikan telah ditunjukkan
dengan baik oleh institusi al-Azhar di Mesir. Penghasilan wakaf al-Azhar telah
mampu membuat Universitas al-Azhar tetap exist dan survive selama tidak kurang dari
1000 dan memberikan beasiswa kepada ribuan mahasiswanya. Bahkan wakaf al-Azhar
ini juga tidak hanya digunakan untuk pendidikan, masih banyak bidang lain yang
didanai oleh wakaf ini, misalnya dalam bidang dakwah. Di bidang ini, al-Azhar telah
membangun rumah-rumah ibadah dan mendirikan berbagai lembaga dakwah serta
mengirimkan para dai ke berbagai belahan dunia. Di bidang layanan sosial, al-Azhar
juga mempunyai rumah sakit yang memberikan pelayanan sosial; dan dengan jumlah
wakafnya yang besar baik berupa perkebunan, pertanian, pabrik, apartemen, dan lainlain lembaga ini telah berperan dalam meningkatkan ekonomi umat.
Keberhasilan al-Azhar dalam menjaga kelangsungan hidupnya melalui institusi
wakaf sedemikian ini telah memberikan kesan yang mendalam kepada para pendiri
Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG). Karena itu mereka bercita-cita untuk
mengikuti jejak al-Azhar yang dengan wakafnya dapat menjaga kelangsungan hidup
lembaga pendidikan dan memberikan beasiswa kepada para penuntut ilmu di lembaga
pendidikan yang dikelolanya tersebut.1

Makalah disampaikan dalam Seminar tentang Pemberdayaan Ekonomi, dalam rangka


menyambut Tahun Baru Hijriyah, diselenggarakan oleh Forum Silaturrahmi Pondok Pesantren Propinsi
Banten, tanggal 5 Maret 2003.

Pimpinan Pondok dan anggota Badan Wakaf Pondok Modern Darussalam Gontor, Ponorogo,
Jawa Timur, Indonesia.
1

Universitas al-Azhar, dengan wakafnya yang dapat menjaga kelestariannya, merupakan salah
satu dari empat sintesa lembaga pendidikan yang diidamkan oleh para pendiri Gontor. Tiga lembaga

Tulisan berikut ini secara sederhana berusaha mengungkapkan tentang urgensi


wakaf bagi pengembangan pendidikan di Gontor dengan memberikan titik tekan pada
pengelolaan harta wakaf tersebut dan pengembangannya serta pemanfaatannya untuk
kepentingan pendidikan dan pengajaran di Pondok Gontor.
B. PERMULAAN WAKAF DI GONTOR
Sebagaimana disebutkan di atas bahwa para pendiri Pondok Gontor sangat terkesan
dengan al-Azhar; di mana institusi wakafnya telah berhasil menjaga kelangsungan hidup
perguruan tersebut dalam mengarungi perubahan dan tantangan pada setiap zaman yang
dilaluinya. Pengalaman al-Azhar ini hendak ditiru oleh pendiri Gontor. Untuk memulai
mewujudkan cita-cita tersebut, pada tanggal 12 Oktober 1958 / 28 Rabiul Awwal, para
pendiri PMDG mengikrarkan pewakafan harta kekayaannya dan pondoknya kepada
umat Islam yang diwakili oleh para nadzir yang berjumlah 15 orang alumni PMDG
yang berasal dari beberapa daerah di Indonesia. Nadzir tersebut adalah Badan Wakaf
PMDG. Amanat para wakif kepada nadzir tertulis dalam sebuah Piagam Penyerahan
Wakaf yang berbunyi sebagai berikut:
1. Bahwa wakaf Pondok Modern sebagai Balai Pendidikan Islam harus tunduk
kepada ketentuan-ketentuan hukum agama, menjadi amal jariyah dan tempat
beramal.
2. Bahwa Pondok Modern harus menjadi sumber pengetahuan Islam, bahasa alQuran/Arab, ilmu pengetahuan umum dan tetap berjiwa Pondok.
3. Bahwa Pondok Modern harus menjadi lembaga yang berkhidmat kepada
masyarakat dan membentuk karakter/pribadi umat guna kesejahteraan lahirbatin, dunia-akhirat.
4. Bahwa Pihak ke-2 (dua) berkewajiban:
a. Memelihara dan menyempurnakan agar Pondok Modern Gontor menjadi
universitas Islam yang bermutu dan berarti.
b. Mengusahakan agar pihak ke-2 (dua) mempunyai akte notaris di mana
syarat-syarat dan peraturan-peraturannya ditetapkan dengan jelas, dalam
waktu yang sesingkat-singkatnya.
Harta benda yang diwakafkan saat itu terdiri dari:
1. Tanah kering seluas 1,740 ha (lokasi Pondok).
2. 12 buah gedung dan peralatannya.
3. Tanah basah/sawah seluas 16,851 ha (terletak di Banyuwangi, Jember, Jombang,
dan Kediri).
Setelah diikrarwakafkan, segala harta benda; baik berupa tanah, gedung-gedung
(benda-benda tidak bergerak) dan peralatan yang dimiliki oleh Pondok adalah berstatus
wakaf.
C. KLASIFIKASI HARTA WAKAF
Secara umum harta wakaf dapat dibagi menjadi dua. Pertama harta yang bergerak
(manqul), yakni harta yang dapat dipindah-pindahkan dari satu tempat ke tempat lain
contohnya kendaraan perkakas rumah, buku, dll. Kedua harta yang tidak bergerak

pendidikan lainnya yang menjadi sintesa adalah Syanggit di Libia dengan kedermawanan dan keikhlasan
para pengasuhnya, Shantiniketan di India dengan kedamaiannya, dan Aligarh Muslim University dengan
modernisasinya.

(ghairu manqul), yaitu harta benda yang tidak bisa dipindah-pindahkan dari satu tempat
ke lainnya misalnya tanah dan bangunan.
Dengan menggunakan klasifikasi ini maka harta wakaf PMDG adalah sebagai
berikut:
1. Harta bergerak berupa
a. Kendaraan roda dua dan roda empat
b. Aneka perkakas rumah, sekolah, dan kantor serta perkakas-perkakas lain
yang dimiliki oleh lembaga-lembaga dan unit-unit usaha di PMDG
c. Buku-buku di perpustakaan KMI dan ISID serta perpustakaanperpustakaan yang ada di kantor-kantor lembaga.
d. Aneka komoditas perdagangan yang dikelola oleh Koperasi milik
Pondok.
2. Harta tidak bergerak berupa
a. Bangunan-bangunan sekolah, asrama, perkantoran, perpustakaan, masjid,
laboratorium, unit usaha, perumahan, gedung olahraga, dll.
b. Tanah kering/darat seluas 111,262 ha, di berbagai tempat di Ponorogo,
Madiun, Nganjuk, Ngawi, Kediri, Trenggalek, Lumajang, Jember,
Banyuwangi, Magelang, dan Lampung.
c. Tanah basah/sawah seluas 178,417 ha, di berbagai tempat di Ponorogo,
Madiun, Ngawi, Kediri, Nganjuk, dan Jombang.
D. PENGELOLA WAKAF
Nadzir wakaf PMDG adalah Badan Wakaf yang sekaligus merupakan lembaga tertinggi
di PMDG setelah wafatnya para pendiri Pondok. Badan Wakaf, melalui Pimpinan
Pondok sebagai mandatarisnya, melimpahkan pelaksanaan pengelolaan harta wakaf
tersebut kepada Yayasan Pemeliharaan dan Perluasan Wakaf Pondok Modern
(YPPWPM). Untuk melaksanakan tugas ini YPPWPM membentuk bagian-bagian, a.l.:
1. Bagian Pemeliharaan dan Pertanian yang bertugas memelihara tanah dan lahanlahan pertanian dan menglelola hasilnya.
2. Bagian Perluasan dan Pertanahan yang menangani usaha-usaha perluasan wakaf
dan mengurusi status hukum dan administrasi pertanahannya.
3. Bagian Pergedungan dan Peralatan yang bertugas memeihara dan menambah
sarana pergedungan dan peralatan untuk kepentingan pendidikan dan
pengajaran.
Di samping itu, untuk menangani unit usaha-unit usaha yang dimiliki oleh
Pondok, dibentuklah sebuah koperasi oleh anggota Yayasan yang bernama Koperasi
La-Tansa Pondok Modern Gontor.
Tenaga-tenaga pengelola yang membantu Yayasan dan Koperasi adalah para
guru, mahasiswa-guru, santri-mahasiswa, dan santri sendiri; tidak ada pihak lain yang
dilibatkan dalam hal ini. Aspek utama yang ditekankan dalam menunjuk tenaga
pengelola adalah sikap mental kesantrian: keikhlasan, kejujuran, amanah,
tanggungjawab, kesungguhan, pengabdian, dan loyalitas. Kemudian mereka
dibekali dengan kecakapan yang sesuai dengan tugas-tugas mereka melalui magang
ataupun diklat.
Perlu juga dijelaskan bahwa untuk harta wakaf yang berupa tanah basah,
pengelolaannya diserahkan kepada pihak-pihak tertentu dengan sistem yang telah
disepakati. Tetapi setelah melalui perjalanan yang panjang, sebagaimana nanti akan
4

dijelaskan, ternyata penyerahan penggarapan tanah kepada pihak lain tersebut tidak
menguntungkan Yayasan. Karena itu, saat ini (mulai 2-3 tahun terakhir ini) tanah-tanah
wakaf tersebut dikelola sendiri oleh Yayasan, dan terbukti bahwa dengan dikelola
sendiri hasilnya lebih memuaskan.
E. PENGELOLAAN HARTA WAKAF
Sebagaimana telah disebutkan di atas bahwa setelah penandatanganan piagam
penyerahan wakaf Pondok, seluruh harta kekayaan yang dimiliki Pondok adalah
berstatus wakaf, baik harta yang bergerak maupun tidak. Pengelolaan harta ini
diserahkan kepada para nadzir menurut syarat dan amanat yang telah ditetapkan
1. Tanah Kering/Darat
Tanah kering yang dimiliki Pondok saat ini berjumlah 104,621 ha, terletak di
beberapa tempat sebagaimana telah disebutkan di atas. Tanah-tanah tersebut
sebagian besar dimanfaatkan untuk lokasi pembangunan sarana dan prasarana
pendidikan dan pengajaran yang berupa sekolahan, asrama, perkantoran,
laboratorium, perpustakaan, masjid, aula, fasilitas olahraga dan seni serta
ketrampilan, dan perumahan guru dan dosen. Di samping itu, sebagian tanah kering
tersebut juga ada yang digunakan untuk lokasi pembangunan unit-unit usaha
Pondok. Sedangkan tanah kering lainnya yang tidak digunakan untuk pembangunan
seperti di atas, ditanami jenis-jenis tanaman semisal ubi-ubian, kelapa, buah-buahan,
pertamanan, dll.
2. Tanah basah
Saat ini Pondok memiliki tanah basah seluas 177,365 ha yang terletak di beberapa
tempat sebagaimana telah ditulis di atas. Sistem pengelolaan tanah basah ini
memiliki sejarah yang cukup panjang. Pada mulanya, tahun 1959-1960, tanah-tanah
wakaf Pondok dikelola sesuai dengan keadaan tanahnya dengan sistem maro
(fifty-fifty). Pada saat itu sistem ini berjalan dengan baik, di mana pemilik tanah
tidak menanggung biaya penggarapan.
Tetapi setelah keluar UU No. 2 Tahun 1960 tentang pernjanjian bagi hasil,
suasana menjadi tidak menguntungkan untuk Yayasan, sebab pada prakteknya biaya
penggarapan dibebankan kepada Yayasan, sehingga bagian Yayasan menjadi sangat
kecil. Sistem ini berlangsung 2,5 tahun.
Untuk mencari jalan keluar dari praktek sistem yang tidak menguntungkan ini,
Yayasan menempuh sistem setoran. Artinya para penggarap menyetorkan hasil
panen dengan jumlah yang disepekati bersama. Sistem ini ternyata memberi peluang
keuntungan yang lebih besar bagi para penggarap dengan cara memanipulasi
laporan hasil penanaman dengan alasan rugi karena cuaca, hama, dll.
Sistem setoran inipun pada berikutnya terbukti sangat merugikan Yayasan,
karena itu dicobalah sistem lain, yaitu sistem sewa musiman. Artinya petani
menyewa lahan sawah selama musim tanam tertentu dengan harga yang telah
disepakati. Setelah dilalui beberapa tahun, evaluasi terhadap sistem ini menunjukkan
hasil yang kurang memuaskan.
Upaya memaksimalkan hasil tanah-tanah wakaf terus dilakukan dengan
mencoba berbagai sistem penggarapan. Terakhir, dalam 2-3 tahun belakangan ini
tanah-tanah tersebut dicoba dikelola sendiri. Dari hasil evaluasi sementara
menunjukkan bahwa dengan cara dikelola sendiri ini hasilnya lebih memuaskan.
3. Unit-unit Usaha

Sebagaimana telah dijelaskan bahwa seluruh aset Pondok adalah berstatus wakaf,
karena itu unit-unit usaha yang didirikan Pondok juga berstatus sebagai wakaf. Unitunit usaha milik Gontor terbagi menjadi unit-unit usaha yang berada di bawah
Koperasi La-Tansa, unit usaha yang tergabung dalam organisasi santri, yaitu
Organisasi Pelajar Pondok Modern (OPPM) dan Gerakan Pramuka, dan unit usaha
yang ditangani oleh Dewan Mahasiswa (DEMA).
a. Unit-unit usaha di bawah Koperasi La-Tansa
No Jenis Usaha
Berdiri Th. Lokasi
1 Penggilingan Padi
1970
Ds. Gontor
2 Percetakan Darussalam
1983
Ds. Gontor
3 Usaha Kesejahteraan Keluarga
1986
Ds. Gontor
(UKK)
4 Toko Bahan Bangunan
1988
Ds. Bajang
5 Toko Buku dan Alat Tulis
1989
Ponorogo
6 Toserba
1997
Ponorogo
7 Toko Palen I
1990
Ponorogo
8 Toko Palen II
1994
Ds. Bajang
9 Kedai Bakso
1990
Ponorogo
10 Photo Copy dan Alat Tulis I
1990
Ds. Bajang
11 Apotik
1991
Ponorogo
12 Wartel I
1991
Ds. Gontor
13 Wartel II
1999
Ds. Gontor
14 Pabrik Es Balok
1996
Ds. Gontor
15 Pusat Perkulakan
1997
Ds. Gontor
16 Jasa Angkutan
1998
Ds. Gontor
17 Pasar Sayur
1998
Ds. Gontor
18 Kredit Usaha Tani
1998
Ponorogo
19 Photo Copy dan Alat Tulis II
1998
Ds. Gontor
20 Budidaya Ayam Potong
1999
Siman
1) Penggilingan Padi
Penggilingan padi ini melayani keperluan Pondok Gontor dan pondok-pondok
sekitar Gontor, di samping melayani masyarakat secara umum. Padi yang
digiling di sini diperoleh dari hasil tanam sawah-sawah Pondok, pembelian padi
milik masyarakat, termasuk milik guru-guru Pondok yang bertani. Jika
persediaan beras kurang, penggilingan ini juga membeli beras untuk memenuhi
kebutuhan beras Pondok. Administrasi unit usaha ini sepenuhnya diurus oleh
guru-guru. Setiap harinya tidak kurang dari 6 ton beras yang dikeluarkan oleh
Penggilingan padi ini untuk kepentingan seperti disebutkan di atas. Selain beras,
unit usaha ini juga menjual katul, menir, dan merang.
2) Percetakan Darussalam
Kegiatan unit usaha ini adalah mencatak buku-buku teks yang digunakan di
KMI Gontor dan cabang-cabangnya serta di beberapa pondok pesantren yang
dikelola oleh alumni Gontor, di samping itu usaha ini juga melayani pesanan
berbagai bentuk pencetakan baik dari dalam maupun luar Pondok.
3) Toserba (Mini Grosir) UKK

Unit usaha yang dikenal dengan sebutan UKK (Usaha Kesejahteraan Keluarga)
ini menyediakan berbagai barang kebutuhan sehari-hari masyarakat dan santri,
termasuk sembako. UKK didirikan tahun 1986, di desa Gontor, tepat
bersebelahan dengan Penggilingan Padi.
4) Toko Bahan Bangunan
Toko ini menyediakan berbagai keperluan bahan bangunan untuk Pondok dan
masyarakat.
5) Toko Buku dan Alat Tulis
Buku yang disediakan di kedua toko ini meliputi buku-buku keperluan Pondok
Gontor dan Pondok Cabang Gontor serta Pondok-pondok Alumni Gontor di
wilayah Ponorogo dan sekitarnya. Di samping itu juga tersedia buku-buku
yang diperlukan pesantren salaf dan buku-buku untuk sekolah dasar,
menengah, dan untuk perguruan tinggi serta buku-buku bacaan umum dan
populer. Di toko ini juga dijual peralatan tulis menulis.
4) Toko Palen
Pondok mempunyai 2 toko palen, satu bertempat di kota Ponorogo dan satu
lagi di desa Bajang. Toko palen di Ponorogo menyediakan barang-barang
kelontong dan kosmetik, sedangkan toko palen di Bajang menyediakan juga
alat-alat listrik di samping barang pecah belah.
5) Warung Bakso
Warung ini terletak di kota Ponorogo bersebelahan dengan Toko Buku I.
Di samping menyediakan bakso, warung ini juga menyediakan mie ayam dan
aneka minuman.
6) Kedai alat tulis dan fotokopi I dan II
Pondok mempunyai 2 kedai alat tulis dan fotokopi: satu berlokasi di Bajang
dan lainnya di dalam Kampus Pondok. Di masing-masing kedai tersebut
terdapat 2 mesin fotokopi.
7) Apotek La-Tansa
Apotek menyediakan keperluan obat-obatan bagi santri dan masyarakat.
10) Wartel I dan II
Ada 2 wartel yang dimiliki Kopontren La-Tansa: Wartel I berlokasi di gedung
Gambia, dengan 5 KBU, dan Wartel II, bertempat di Gedung Sudan, memiliki
3 KBU. Kedua wartel ini terletak di desa Gontor: tengah dan selatan.
11) Pabrik Es Balok
Unit usaha ini melayani konsumsi es santri setiap hari, di samping masyarakat
umum.
12) Unit Perkulakan dan Pasar Sayur
Unit ini menyediakan barang-barang sembako dan sayur mayur untuk Pondok
dan masyarakat sekitar.
13) Kredit Usaha Tani (KUT)
Usaha ini dimulai tahun 1998 untuk menyalurkan kredit kepada para petani
yang membutuhkan.
14) Jasa Angkutan
Jasa angkutan menyewakan beberapa mobil milik Pondok untuk kepentingan
keluarga Pondok dan masyarakat. Kendaraannya berupa truck, mobil kijang,
pick up, bis mini, dan van L 300.
15) Budi Daya Ayam Potong

Usaha ini dimulai tahun 1999 berlokasi di desa Demangan, Siman, Ponorogo
dengan kapasitas 50.000 ekor ayam.
Seluruh unit usaha di atas dikelola oleh guru, sedangkan unit usaha atau koperasi
yang di dikelola oleh santri yunior (siswa KMI) yang tergabung dalam Organisasi
Pelajar Pondok Modern (OPPM) dan Gerakan Pramuka Pondok Modern Gontor.
Unit usaha yang dikelola oleh organisasi santri yunior ini antara lain:
1) Koperasi Pelajar
2) Koperasi Warung Pelajar
3) Fastfood
4) Kantin/Kafetaria
5) Koperasi Dapur
6) Toko obat-obatan
7) Kedai fotokopi
8) Kedai Fotografi
9) Kedai Perlengkapan Pramuka dan benda-benda pos
10) Kedai Binatu
Koperasi-koperasi yang sama, yang dikelola oleh para santri yunior ini, juga
terdapat di Pondok Gontor Putri I dan II di Sambirejo, Mantingan, Ngawi dan di
Pondok-pondok Cabang Gontor, seperti di Gontor II (Madusari, Ponorogo), Gontor
III (Gurah, Kediri), Gontor IV (Kaligung, Rogojampi, Banyuwangi), dan Gontor V
(di Magelang).
Mahasiswa juga mempunyai usaha koperasi di bawah organisasi mahasiswa
yang bernama Dewan Mahasiswa (DEMA). Koperasi yang dikelola oleh mahasiswa
ini terdapat di Gontor I dan di Kampus Baru ISID di Siman, Ponorogo.
Di samping unit-unit usaha di atas, Pondok juga mendirikan usaha sosial berupa
Balai Kesehatan Santri dan Masyarakat (BKSM) dan Wisma Darussalam, yang
terakhir ini menyediakan sarana untuk diklat dan penginapan.
4. Bangunan
Mengenai wakaf bangunan dapat dibedakan menjadi bangunan yang digunakan
untuk unit-unit usaha dan bangunan yang digunakan untuk kepentingan lain,
misalnya perkantoran, sekolahan, perpustakaan, dan asrama. Kedua kategori
bangunan tersebut sebenarnya sama-sama bisa dianggap sebagai wakaf produktif,
sebab jika kategori pertama digunakan sebagai sarana berusaha yang mempunyai
nilai ekonomi secara langsung, yang kedua juga memiliki nilai ekonomi meskipun
tidak persis seperti kategori pertama.
F. PEMANFAATAN HASIL WAKAF
Harta wakaf Pondok diurus sendiri oleh para guru dan santri. Pekerjaan mengurus harta
wakaf ini merupakan pengabdian dan pengorbanan mereka untuk Pondok dan umat,
karena itu mereka tidak digaji untuk hal tersebut. Yang menerima gaji dari kerja-kerja
pengelolaan wakaf ini adalah para pekerja, kuli atau buruh non guru/santri di beberapa
unit usaha dan di lahan pertanian. Dengan demikian beban pengeluaran hasil harta
wakaf tersebut dapat diperkecil.
Hasil wakaf Pondok dimanfaatkan untuk mengembangkan dan memajukan
Pondok dengan mengacu pada Panca Jangka yang menjadi panduan dalam
mewujudkan pengembangan dan pemajuan tersebut. Panca Jangka tersebut adalah

pendidikan dan pengajaran, kaderisasi, pergedungan, khizanatullah (sumber dana), dan


kesejahteraan keluarga.
1. Pendidikan dan Pengajaran
Biaya pendidikan dan pengajaran di PMDG tidak hanya diperoleh dari SPP santri
dan mahasiswa. Pengalaman Gontor selama ini menunjukkan bahwa SPP saja tidak
dapat memenuhi kebutuhan pendidikan dan pengajaran. Untuk itu penghasilan dari
pengelolaan harta wakaf, terutama hasil dari koperasi yang ditangani oleh para
santri, digunakan untuk memenuhi kekurangan tersebut.
Pengembangan pendidikan dan pengajaran yang dibiayai dengan penghasilan
harta wakaf ini juga dilakukan dengan pembukaan Pondok Gontor Putri I (th. 1990)
dan Gontor Putri II (th. 2000) serta pembukaan Pondok-pondok Cabang.
2. Kaderisasi
Pondok Gontor memberikan perhatian serius terhadap kaderisasi, karena hal ini erat
kaitannya dengan keberlangsungan dan masa depan Pondok. Pembinaan kaderisasi
ini di antaranya dilakukan dengan mengirimkan para kader Pondok untuk
menambah ilmu dan pengalaman di berbagai perguruan tinggi di dalam dan di luar
negeri. Saat ini banyak kader Gontor yang sedang belajar pada program S1, S2,
maupun S3 di beberapa negara, antara lain Malaysia, Pakistan, Mesir, dan Saudi
Arabia. Demikian juga ada beberapa orang kader Gontor yang sedang mengemban
tugas belajar di beberapa perguruan tinggi di dalam negeri.
Biaya belajar untuk kader-kader tersebut sebagiannya dibebankan kepada
penghasilan harta wakaf Pondok.
3. Pergedungan
Hasil harta wakaf Pondok juga digunakan untuk kepentingan pemeliharaan dan
pembangunan gedung-gedung untuk sarana pendidikan dan pengajaran yang layak
bagi para santri, antara lain sekolahan, laboratorium, asrama, perpustakaan,
perkantoran, dan perumahan guru dan dosen.
4. Khizanatullah
Jangka ini dimaksudkan sebagai upaya penyediaan sumber dana secara mandiri oleh
Gontor untuk memenuhi kebutuhan pendidikan dan pengajaran. Dalam hal ini,
hasil harta wakaf memiliki peran sangat penting. Penghasilan harta wakaf tersebut
digunakan untuk membuka usaha-usaha ekonomi produktif berupa unit-unit usaha
dan koperasi-koperasi yang saat ini terus berkembang dan bertambah. Di samping
untuk membuka unit usaha, hasil wakaf juga digunakan untuk membeli tanah-tanah
basah dan kering untuk kemudian dikelola secara produktif.
Dengan
perkembangan dan pertambahan unit-unit usaha dan perluasan tanah-tanah Pondok
yang juga dibiayai dari hasil unit-unit usaha dan hasil tanah yang telah ada, sumber
pendanaan Pondok menjadi semakin baik sehingga realisasi jiwa kemandirian tidak
lagi sekadar angan-angan.
5. Kesejahteraan Keluarga Pondok
Keluarga Pondok menurut Gontor adalah para guru senior yang membantu Pondok
secara langsung dalam menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran. Keluarga
Pondok tidak mesti memiliki hubungan darah dengan para pendiri atau pimpinan
Pondok. Bahkan keluarga dari keluarga pendiri dan pimpinan Pondok yang tidak
membantu Pondok secara langsung juga tidak termasuk kategori Keluarga Pondok.
Jangka ini dimaksudkan untuk memberdayakan kehidupan Keluarga Pondok
sehingga dapat mengabdi dan berjuang untuk Pondok secara maksimal.

Tunjangan kesejahteraan untuk guru-guru diambilkan dari sebagian keuntungan


unit-unit usaha yang dikelola sendiri oleh para guru itu. Kesejahteraan guru-guru itu
dipenuhi dari usaha mereka sendiri melalui pengelolaan beberapa unit usaha.
Dengan demikian kesejahteraan para guru di Gontor tidak bergantung pada SPP
santri. Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa SPP santri itu digunakan untuk
kepentingan santri sendiri, bahkan itu pun masih kurang dan harus dipenuhi dengan
hasil dari pengelolaan harta wakaf.
Di samping digunakan untuk kepentingan pengembangan pendidikan dan
pengajaran Pondok sendiri dengan mengacu pada Panca Jangka, penghasilan harta
wakaf Pondok juga digunakan untuk kepentingan Pembinaan masyarakat sekitar,
dalam radius 15 km sebagai wujud dari berkah Pondok untuk masyarakat sekitar.
Realisasi pembinaan ini dilakukan melalui berbagai kegiatan, al.:
1. Pendirian dan pembinaan 148 Taman Pendidikan al-Quran
2. Pembangunan masjid dan mushalla.
3. Penyelenggaraan peringatan hari-hari besar Islam
4. Pengadaan kegiatan pengajian dan ceramah-ceramah agama.
G. PENUTUP
Sejarah wakaf di Pondok Gontor diawali dengan pewakafan seluruh harta warisan dan
sebagian besar harta pribadi para pendiri Pondok. Awalnya sedikit lalu terus bertambah
dan berkembang. Wakaf tanah kering bermula dari 1,740 ha berkembang menjadi
111,262 ha; tanah basah berawal dari 16,851 ha telah bertambah menjadi 178,417 ha;
wakaf bangunan bermula dari 12 unit bangunan telah berkembang menjadi berpuluhpuluh bangunan di 7 kampus Pondok Gontor; wakaf-wakaf itu pun menjadi semakin
produktif setelah dibuka puluhan unit usaha dan koperasi baik di Gontor Pusat maupun
di cabang-cabangnya.
Dari waktu ke waktu, usaha-usaha untuk meningkatkan produktifitas harta
wakaf tersebut terus dilakukan. Sejauh ini, kiat meningkatkan produktifitas harta wakaf
yang dianggap paling efektif adalah melalui pembukaan dan pengembangan unit-unit
usaha dan koperasi.
Pola pengelolaan wakaf dan pemanfaatannya untuk pengembangan pendidikan
semacam ini ternyata cukup menarik minat para pengelola lembaga pendidikan,
khususnya para alumni Gontor sendiri.2 Karena itu pola ini kemudian diikuti dengan
beberapa modifikasi.
Jika pengelolaan dan pengembangan wakaf yang dilakukan oleh pihak Gontor
itu sudah bisa dikatakan berhasil, maka kunci utama keberhasilan tersebut adalah
terletak pada sikap mental para pengelolanya yang memiliki komitmen kepada nilainilai keikhlasan, kejujuran, amanah, tanggungjawab, kesungguhan, dan loyalitas.
Sebelum mengakhiri tulisan ini, satu hal yang menarik untuk diperhatikan bahwa
wakaf, sebagaimana yang umum dipahami selama ini, hanya terbatas pada benda-benda
atau materi; mungkinkah dikembangkan suatu wacana baru dalam perwakafan, di mana
harta yang diwakafkan itu berupa sesuatu yang abstrak. Contohnya dalam hal ini
adalah wakaf nilai dan sistem pendidikan, misalnya adalah pewakafan nilai dan
sistem pendidikan di Gontor dari pendiri Gontor kepada para pelanjutnya.
Demikianlah. Semoga bermanfaat, amin.
Wallahu a`lam bi al-shawab.
2

Ada sekitar 160-an lembaga pendidikan yang didirikan dan atau dikelola oleh para alumni
Gontor, terletak di seluruh propinsi di Indonesia dan di negara tetangga (Malaysia dan Thailand).

10

Gontor, 3 Maret 2003

11

Anda mungkin juga menyukai